Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya 1 (2) (2015): 148-157
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Anthropos: Jurnal AntropologiANTHROPOS: Sosial dan Budaya 1 (2) (2015): 148-157 Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos Eksistensi Warisan Budaya (Cultural Heritage) sebagai Objek Wisata Budaya di Desa Lingga Kabupaten Karo Tumpal Simarmata dan Yuni Widya Bela Sinurat * Program Studi Pendidikan Antropologi Diterima AgustusFakultas2015; Ilmu Disetujui Sosial,Oktober Universitas2015; Dipublikasikan Negeri MedanDesember 2015 Abstrak cultural heritage Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu pertama, untuk mengetahui apa saja warisan budaya yang ada di Desa Lingga. Kedua, untuk mengetahui eksistensi warisan budaya ( ) dan yang ketiga untuk mengetahui peran pemerintah setempat dalam menjaga eksistensi warisan budaya sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, dimana peneliti menghasilkan data berupa hasil wawancara dari para informan dan menuliskannya secara deskriptif apa yang didapat dari penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data sebanyak- jambur, geriten sapo ganjang/sapo page banyaknya tentang eksistensi warisan budaya Karo. Suku Karo terlebih di Desa Lingga memiliki warisan budaya bangunan Siwaluh Jabu tradisional seperti Rumah Adat Karo, dan . Suku Karo masih bersyukur karena rumah adat tradisional karo yaitu masih tersisa 2 buah serta warisan budaya lainnya. Rumah adat karo dan warisan budaya lainnya sudah tidak terjaga lagi eksistensinya, sudah mulai memudar. Sehingga potensi objek wisata budayanya pun sudah mulai berkurang dan berdampak terhadap berkurangnya wisatawan mancanegara yang datang berkunjung. Kata Kunci: Eksistensi; Warisan Budaya; Objek Wisata Budaya Abstract This research has a purpose: first, to find out what are the cultural heritage in the village of Linga. Second, to determine the existence of cultural heritage (cultural heritage) and the third to find out the role of local authorities in maintaining the existence of cultural heritage as a cultural attraction in the village of Linga, Simpang Empat, Karo. The method used in this research is descriptive qualitative research method, where researchers generate data in the form of interviews of informants and write descriptively what is gained from the study. The technique of collecting data by interview, observation and documentation to gather as much information about the existence of the cultural heritage of Karo. Karo especially in Desa Lingga has a cultural heritage of traditional buildings such as Karo traditional house, jambur, geriten and sapo Ganjang / sapo page. Karo tribe still grateful for traditional house karo namely Siwaluh Jabu remaining 2 pieces and other cultural heritage. Karo custom house and other cultural heritage is no longer maintained its existence, has begun to fade. So that potential tourist attraction culture had already started to decrease and the impact on the reduction of foreign tourists who come to visit. Keywords: Existence; Cultural heritage; Cultural Attractions How to Cite: Simarmata, T dan Yuni W.B.S., Cultural Heritage , Anthropos Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, (2015), Eksistensi Warisan Budaya ( ) Sebagai Objek Wisata Budaya Di Desa Lingga Kabupaten Karo : 1 (2): 148-157. *Corresponding author: p-ISSN 2460-4585 E-mail: [email protected] e-ISSN 2460-4593 148 Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (2) (2015): 148-157 PENDAHULUAN lain seperti karena sekedar ingin tahu, Indonesia merupakan negara kepulauan menambah pengalaman ataupun untuk belajar yang memiliki beranekaragam suku dan adat (Okiana, 2010: 3). istiadat yang berbeda serta memiliki banyak Secara umum pariwisata dipandang sumber daya alam yang berupa keindahan sebagai sektor yang dapat mendorong dan pemandangan alam dan juga warisan budaya meningkatkan kegiatan pembangunan, dari nenek moyang. Pesona keindahan alam dan membuka lapangan usaha baru, membuka warisan budaya kuno dijadikan objek wisata lapangan kerja, dan dapat meningkatkan dan merupakan modal bagi pembangunan dan pendapatan masyarakat serta pendapatan asli kepariwisataan. Objek wisata yang dapat daerah, apabila dikelola dan dikembangkan dijadikan sebagai modal tersebut perlu ditata secara maksimal. dan dipelihara sehingga diharapkan mampu Lingga adalah salah satu desa yang mengundang wisatawan untuk datang menjadi daerah objek wisata budaya di mengunjunginya. Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Indonesia mendapatkan penghasilan Sumatera Utara yang terletak di ketinggian untuk pendapatan negara dari sektor migas dan sekitar 1.200 m dari permukaan laut, lebih non migas. Sekarang ini sektor-sektor tersebut kurang 15 km dari Berastagi dan 5 km dari Kota ditambah dengan sektor pariwisata dapat Kabanjahe, Ibu2 Kota Kabupaten Karo dengan menjadi penopang yang memberi jaminan bagi luas 2.624 Ha . Lokasinya terletak di dataran anggaran pendapatan negara untuk bisa tinggi dekat kaki Gunung Sinabung, Bukit memenuhi kebutuhan masyarakat yang Barisan, Sumatera Utara. Desa Lingga di sebelah semakin banyak. Utara berbatasan dengan Desa Surbakti, Pariwisata merupakan manifestasi gejala sebelah Selatan berbatasan dengan Desa naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat Kacaribu, sebelah Timur berbatasan dengan untuk mengadakan perjalanan, lebih dari itu Desa Kaban dan sebelah Barat berbatasan pariwisata dengan ragam motivasinya akan dengan Desa Nang Belawan menimbulkan permintaan-permintaan dalam (http://id.wikipedia.org) bentuk jasa-jasa dan persediaan-persediaan Suku Karo terlebih di Desa Lingga sampai lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus saat ini masih memiliki warisan bangunan- meningkat sesuai dengan perkembangan bangunan tradisional seperti Rumah adat, kehidupan manusia. Sebagai akibat Jambur, Geriten dan Sapo Page/Sapo Ganjang. perkembangan-perkembangan tersebut, Bentuk, bahan dan tehnik mendirikan motivasi-motivasi untuk mengadakan bangunan tersebut hampir sama. Letak perjalanaan menjadi lebih kuat, lebih-lebih dindingnya miring ke arah luar, mempunyai setelah ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di dua pintu yang menghadap ke arah Barat dan bidang teknologi, hasrat untuk mengadakan Timur. perjalanan lebih mudah terpenuhi. Dan kita Namun keadaannya sekarang berbanding dapat menyaksikan betapa deras arus terbalik dengan keunikan dan kemegahan perjalanan manusia dalam rangka berwisata bangunan rumah adat yang diceritakan selama meski motivasi mereka kadang kala berbeda- ini. Kondisi rumah peninggalan nenek moyang beda. Karo tersebut sangat memprihatinkan. Di Desa Pada hakikatnya berwisata adalah suatu Lingga terdapat sekitar 28 rumah adat. Kini proses kepergian sementara dari seseorang tinggal 2 buah lagi yang layak huni, yakni atau lebih menuju tempat lain di luar tempat rumah Gerga (Raja) dan rumah Belang Ayo. tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah Sekitar 5 rumah adat disana berdiri miring dan karena berbagai kepentingan, baik karena hampir rubuh. Sedangkan rumah adat lainnya kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, telah rubuh. politik, agama, kesehatan maupun kepentingan149 Tumpal Simarmata dan Yuni Widya Bela Sinurat, Cultural Heritage Eksistensi Warisan Budaya ( ) sebagai METODE PENELITIAN Studi dokumentasi dilakukan dengan Metode penelitian yang digunakan dalam mengambil data-data sekunder dari pihak yang penulisan ini adalah metode penelitian bersangkutan serta berbagai instansi terkait deskriptif kualitatif. Dimana peneliti serta mendokumentasikan objek penelitian memperoleh data-data yang tertulis maupun dengan gambar. Hal ini dilakukan untuk lisan dari para informan dan juga memperoleh data dari pihak yang terkait untuk menggambarkan secara tepat apa-apa saja yang mendapatkan data tentang eksistensi objek ada pada individu, baik keadaannya maupun pariwisata budaya tersebut. tingkah laku yang bisa diamati. Mengamati dan Teknik analisis data yang digunakan pada menggambarkan keadaan lingkungan objek penelitian ini adalah analisa deskriptif. Yakni penelitian tentang eksistensi warisan budaya menganalisa atau menjelaskan suatu kejadian sebagai objek wisata budaya di Desa Lingga. berdasarkan dari data-data yang diperoleh dari Metode ini dapat memberikan hasil lapangan maupun informan. Setelah penulis berupa data-data kualitatif untuk bisa mengumpulkan dan melihat data-data yang cultural heritage dideskripsikan tentang bagaimana Eksitensi terkumpul selanjutnya penulis mencoba Warisan Budaya ( ) sebagai menganalisis data dengan metode analisis Objek Wisata Budaya Di Desa Lingga, deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. fakta secara sistematik sehingga dapat lebih Penelitian ini dilakukan di Desa Lingga, mudah difahami dan disimpulkan. Analisis Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo deskripsi ini bertujuan untuk menggambarkan Propinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan secara sistematik dan akurat fakta dan lokasi penelitian sesuai dengan permasalahan karakteristik mengenai populasi atau bidang yang diteliti dan dapat membantu peneliti tertentu dan kesimpulan yang diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. selalujelas dasar faktualnya sehingga semuanya Wawancara, wawancara merupakan selalu dapat dikembalikan pada data yang percakapan dengan maksud tertentu. diperoleh. HASIL DAN PEMBAHASAN Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan informan yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Suku Karo masih bisa berbangga karena