Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG KLASIFIKASI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI INDONESIA CETAKAN II BUKU 1 SUMATERA BADAN PUSAT STATISTIK PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG KLASIFIKASI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI INDONESIA CETAKAN II BUKU 1 SUMATERA BADAN PUSAT STATISTIK PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG KLASIFIKASI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI INDONESIA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : bahwa untuk keseragaman penggunaan konsep, definisi, dan kriteria wilayah perkotaan dan perdesaan di Indonesia, perlu menetapkan klasifikasi perkotaan dan perdesaan di Indonesia dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3854); 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik; 4. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG KLASIFIKASI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI INDONESIA. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Perkotaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. 2. Perdesaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang belum memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. Klasifikasi Desa Perkotaan - Perdesaan 1 3. Desa adalah wilayah administrasi terendah dalam hierarki pembagian wilayah administrasi Indonesia di bawah kecamatan. 4. Kelurahan adalah wilayah administrasi terendah dalam hierarki pembagian wilayah administrasi Indonesia di bawah kecamatan. 5. Wilayah administrasi terendah dalam hierarki pembagian wilayah administrasi Indonesia di bawah kecamatan, selain desa/kelurahan adalah Nagari, Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT), dan Pemukiman Masyarakat Terasing (PMT). Pasal 2 (1) Kriteria wilayah perkotaan adalah persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan, yang dimiliki suatu desa/kelurahan untuk menentukan status perkotaan suatu desa/kelurahan. (2) Fasilitas perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK); b. Sekolah Menengah Pertama; c. Sekolah Menengah Umum; d. Pasar; e. Pertokoan; f. Bioskop; g. Rumah Sakit; h. Hotel/Bilyar/Diskotek/Panti Pijat/Salon; i. Persentase Rumah Tangga yang menggunakan Telepon; dan j. Persentase Rumah Tangga yang menggunakan Listrik. (3) Penentuan nilai/skor untuk menetapkan sebagai wilayah perkotaan dan perdesaan atas desa/kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: a. wilayah perkotaan, apabila dari kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan yang dimiliki mempunyai total nilai/skor 10 (sepuluh) atau lebih; dan b. wilayah perdesaan, apabila dari kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan yang dimiliki mempunyai total nilai/skor di bawah 10 (sepuluh). Pasal 3 Nilai/skor kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan yang dimiliki ditetapkan sebagai berikut: 2 Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan Kriteria Keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan Kepadatan Persentase Nilai/ Nilai/ Nilai/ Penduduk Rumah Tangga Fasilitas Perkotaan Kriteria 2 Skor Skor Skor Per Km Pertanian < 500 1 > 70,00 1 a. Sekolah Taman Kanak-kanak • Ada atau ≤ 2,5 Km *) 1 500 – 1249 2 50,00 – 69,99 2 b. Sekolah Menengah Pertama • > 2,5 Km *) 0 1250 – 2499 3 30,00 – 49,99 3 c. Sekolah Menengah Umum 2500 – 3999 4 20,00 – 29,99 4 d. Pasar • Ada atau ≤ 2 Km *) 1 • *) 4000 – 5999 5 15,00 – 19,99 5 e. Pertokoan > 2 Km 0 6000 – 7499 6 10,00 – 14,99 6 f. Bioskop • Ada atau ≤ 5 Km *) 1 • *) 7500 – 8499 7 5,00 – 9,99 7 g. Rumah Sakit > 5 Km 0 • Ada 1 > 8500 8 < 5,00 8 h. Hotel/Bilyar/Diskotek/ Panti Pijat/Salon • Tidak ada 0 • ≥ 8,00 1 i. Persentase RT Telepon • < 8,00 0 • ≥ 90,00 1 j. Persentase RT Listrik • < 90,00 0 Catatan: *) Jarak tempuh diukur dari Kantor Desa/Kelurahan Pasal 4 (1) Kriteria wilayah perkotaan diimplementasikan pada seluruh wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan untuk menghasilkan klasifikasi perkotaan/perdesaan desa/kelurahan seluruh Indonesia. (2) Apabila ada pemekaran desa/kelurahan, maka status perkotaan/perdesaan desa/kelurahan baru, mengikuti status perkotaan/perdesaan desa/kelurahan induk. (3) Apabila ada pembentukan desa/kelurahan/UPT baru, di mana desa/kelurahan baru tidak memiliki desa/kelurahan induk, maka status perkotaan/perdesaan dari desa/kelurahan baru tersebut harus ditentukan dengan mengimplementasikan kriteria wilayah perkotaan yang sama. Pasal 5 Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan atas desa/kelurahan di Indonesia Tahun 2010 sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan ini. Klasifikasi Desa Perkotaan - Perdesaan 3 Pasal 6 Dengan berlakunya peraturan ini, maka klasifikasi perkotaan dan perdesaan yang ada sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. Pasal 7 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. 4 Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR : 37 TAHUN 2010 TANGGAL : 12 JULI 2010 KLASIFIKASI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI INDONESIA BUKU 1 SUMATERA Klasifikasi Desa Perkotaan - Perdesaan 5 6 Klasifikasi Desa Perkotaan Perdesaan DAFTAR ISI Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik .................................................................................... 1 Daftar Isi .................................................................................................................................. 7 Penjelasan ...............................................................................................................................13 A. Pendahuluan ..................................................................................................................13 B. Cakupan Dan Unit Klasifikasi .........................................................................................13 C. Pengertian Dasar ............................................................................................................13 D. Kriteria Desa Perkotaan ..................................................................................................14 E. Hasil Klasifikasi Desa Perkotaan-Perdesaan ..................................................................16 11. PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Kabupaten Simeulue ......................................................................................................... 21 Kabupaten Aceh Singkil .................................................................................................... 25 Kabupaten Aceh Selatan ................................................................................................... 28 Kabupaten Aceh Tenggara ................................................................................................ 34 Kabupaten Aceh Timur ...................................................................................................... 44 Kabupaten Aceh Tengah ................................................................................................... 57 Kabupaten Aceh Barat ...................................................................................................... 64 Kabupaten Aceh Besar ...................................................................................................... 72 Kabupaten Pidie ................................................................................................................ 87 Kabupaten Bireuen .......................................................................................................... 105 Kabupaten Aceh Utara .................................................................................................... 120 Kabupaten Aceh Barat Daya ........................................................................................... 140 Kabupaten Gayo Lues ..................................................................................................... 144 Kabupaten Aceh Tamiang ............................................................................................... 148 Kabupaten Nagan Raya .................................................................................................. 154 Kabupaten Aceh Jaya ..................................................................................................... 160 Kabupaten Bener Meriah ................................................................................................. 165 Kabupaten Pidie Jaya ..................................................................................................... 171 Kota Banda Aceh ............................................................................................................ 177 Kota Sabang ................................................................................................................... 180 Kota Langsa .................................................................................................................... 181 Kota Lhokseumawe ........................................................................................................
Recommended publications
  • Be Bal Erkal Lai Ar La Ar Keolo Rkeo Ogi M Ologi Medan I
    Vol. XIII No. 25, MARET 2010 164/Akred-LIPI/P2MBI/07/2009 ISSN 1410 - 3974 BE RKAL A AR KEO LOGI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA BALAI ARKEOLOGI MEDAN Vol. XIII No. 25, MARET 2010 164/Akred-LIPI/P2MBI/07/2009 ISSN 1410 - 3974 BERKALA ARKEOLOGI Dewan Redaksi Penyunting Utama : Lucas Partanda Koestoro, DEA Penyunting Penyelia : Rita Margaretha Setianingsih, M. Hum Penyunting Tamu : Fitriaty Harahap, M. Hum Dra. Sri Hartini, M. Hum Penyunting Pelaksana : Drs. Ketut Wiradnyana, M.Si Dra. Nenggih Susilowati Ery Soedewo, S.S., M.Hum. Dra. Suriatanti Supriyadi Alamat Redaksi : Balai Arkeologi Medan Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi Medan Tuntungan, Medan 20134 Telp. (061) 8224363, 8224365 E-mail : [email protected] www.balai-arkeologi-medan.web.id Penerbitan Berkala Arkeologi “SANGKHAKALA” bertujuan memajukan kegiatan penelitian arkeologi maupun ilmu terkait, terutama di Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, serta menyebar-luaskan hasil-hasilnya sehingga dapat dinikmati oleh kalangan ilmuwan khususnya dan masyarakat luas umumnya. Redaksi menerima sumbangan artikel dalam bahasa Indonesia maupun asing yang dianggap berguna bagi perkembangan ilmu arkeologi, maksimal 15 halaman A4 dengan jenis huruf Arial ukuran 11 dan spasi 1,5. Naskah yang dimuat tidak harus sejalan dengan pendapat redaksi. Redaksi berhak menyunting sejauh tidak merubah isi. Berkala Arkeologi ini diterbitkan 2 kali dalam satu tahun. Gambar sampul : Tugu Perjanjian di Bagansiapiapi yang bertuliskan "nan wu a mi to hut" dan berisikan tentang wujud perjanjian perdamaian yang terjadi antara roh jahat dengan bhiksu yang didatangkan dari Tiongkok agar roh jahat yang pernah bergentayangan dan mengganggu penduduk setempat tidak mengganggu lagi.(Dokomenasi Balai Arkeologi Medan, 2009) Vol.
    [Show full text]
  • LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU
    LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU DAN TORAJA Oleh: Esti Asih Nurdiah, ST., MT. JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA 2011 i HALAMAN PENGESAHAN 1. a. Judul : Studi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Batak Toba, Minangkabau dan Toraja. b. Bidang Ilmu : Struktur Arsitektur c. Nomor Penelitian : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Esti Asih Nurdiah, ST., MT. b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Pangkat/Golongan/NIP : IIIB / 08-005 d. Jabatan Akademik : Asisten Ahli e. Fakultas/Jurusan : FTSP / Arsitektur f. Universitas : Universitas Kristen Petra 3. Jumlah Tim Peneliti : - 4. Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Petra 5. Kerjasama dengan Instansi Lain : - 6. Jangka Waktu Penelitian : 1 tahun 7. Biaya : a. Sumber dari UK Petra : Rp. 1.640.650 b. Sumber Lainnya : - Total : Rp. 1.640.650 Surabaya, 12 September 2011 Mengetahui, Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Peneliti Agus Dwi Hariyanto, ST., M.Sc. Esti Asih Nurdiah, ST., MT. NIP. : 99-033 NIP. : 08-005 Menyetujui, Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Ir. Handoko Sugiharto, MT. NIP: 84-028 ii ABSTRAK Keindahan arsitektur nusantara telah dikenal luas dan banyak dieksplorasi sejak masa Kolonial atau penjajahan bangsa asing di kepulauan nusantara. Arsitektur nusantara sebagian besar merupakan bangunan rumah tinggal yang dibangun berdasarkan adat dan tradisi setempat. Proses pendirian rumah tradisional sejak awal penentuan lokasi hingga didirikan dan dihuni, tidak pernah lepas dari pengaruh adat, kepercayaan dan tradisi. Oleh karena itu, arsitektur nusantara seringkali disebut juga sebagai Arsitektur Tradisional atau Rumah Tradisional.
    [Show full text]
  • Revealing the Stack Construction on Batak Simalungun and Kulawi Traditional House
    IACSIT International Journal of Engineering and Technology, Vol. 8, No. 3, June 2016 Bolon and Lobo: Revealing The Stack Construction on Batak Simalungun and Kulawi Traditional House Yusfan Adeputera Yusran and Noviani Suryasari custom house in Central Celebes, called lobo, have a Abstract—It has long been known, the ancestors of the similarity on its construction with the bolon of Simalungun. Indonesian have quite advanced knowledge of building This pairing is expected to show that this similarity is not technology in its day. Knowledge of the use of natural materials, merely limited in physically ways, but is also expected to as well as efforts to combine these materials into structural and open up another veil of knowledge related to these construction systems still can be encountered met standing sturdy in custom houses. Among the diversity of form of similarities, like how the pattern of people distribution at that construction that was built by different tribes, on the different time as to how this knowledge could be a mental map of geographical sites, identified several similarities which indicate building in the archipelago. Methodically, this allows the a common thread between traditional houses scattered in result of mixing internally and externally. At least, this archipelago to the Asia Pacific region and even Europe. This research helps us identify more about the process of study offers another perspective of common observations about constructing knowledge for later sought the principles to be a custom house. Identification on the similarities of construction leads us to an understanding of the phenomenon of the spread used in recent times.
    [Show full text]
  • Materials for a Rejang-Indonesian-English Dictionary
    PACIFIC LING U1STICS Series D - No. 58 MATERIALS FOR A REJANG - INDONESIAN - ENGLISH DICTIONARY collected by M.A. Jaspan With a fragmentary sketch of the . Rejang language by W. Aichele, and a preface and additional annotations by P. Voorhoeve (MATERIALS IN LANGUAGES OF INDONESIA, No. 27) W.A.L. Stokhof, Series Editor Department of Linguistics Research School of Pacific Studies THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY Jaspan, M.A. editor. Materials for a Rejang-Indonesian-English dictionary. D-58, x + 172 pages. Pacific Linguistics, The Australian National University, 1984. DOI:10.15144/PL-D58.cover ©1984 Pacific Linguistics and/or the author(s). Online edition licensed 2015 CC BY-SA 4.0, with permission of PL. A sealang.net/CRCL initiative. PACIFIC LINGUISTICS is issued through the Linguistic Circle of Canberra and consists of four series: SERIES A - Occasional Papers SERIES B - Monographs SERIES C - Books SERIES D - Special Publications EDITOR: S.A. Wurm ASSOCIATE EDITORS: D.C. Laycock, C.L. Voorhoeve, D.T. Tryon, T.E. Dutton EDITORIAL ADVISERS: B.W. Bender K.A. McElhanon University of Hawaii University of Texas David Bradley H.P. McKaughan La Trobe University University of Hawaii A. Capell P. MUhlhiiusler University of Sydney Linacre College, Oxford Michael G. Clyne G.N. O'Grady Monash University University of Victoria, B.C. S.H. Elbert A.K. Pawley University of Hawaii University of Auckland K.J. Franklin K.L. Pike University of Michigan; Summer Institute of Linguistics Summer Institute of Linguistics W.W. Glover E.C. Polome Summer Institute of Linguistics University of Texas G.W. Grace Malcolm Ross University of Hawaii University of Papua New Guinea M.A.K.
    [Show full text]
  • Jumlah Wilayah Kerja Statistik Provinsi Kabupaten Kota Kecamatan Desa
    JUMLAH WILAYAH KERJA STATISTIK BLOK PROVINSI KABUPATEN KOTA KECAMATAN DESA SENSUS 11 ACEH 18 5 287 6.491 16.119 12 SUMATERA UTARA 25 8 422 5.876 40.291 13 SUMATERA BARAT 12 7 176 1.033 15.182 14 RIAU 10 2 157 1.736 18.949 15 JAMBI 9 2 131 1.484 11.404 16 SUMATERA SELATAN 11 4 225 3.205 26.433 17 BENGKULU 9 1 124 1.508 6.588 18 LAMPUNG 12 2 214 2.511 27.867 KEPULAUAN BANGKA 19 BELITUNG 6 1 46 380 4.093 21 KEPULAUAN RIAU 5 2 59 371 5.955 31 DKI JAKARTA 1 5 44 267 31.748 32 JAWA BARAT 17 9 626 5.941 147.158 33 JAWA TENGAH 29 6 573 8.578 116.534 34 D I YOGYAKARTA 4 1 78 438 12.016 35 JAWA TIMUR 29 9 662 8.505 146.183 36 BANTEN 4 4 154 1.545 31.182 51 BALI 8 1 57 716 11.793 52 NUSA TENGGARA BARAT 8 2 116 1.122 18.126 53 NUSA TENGGARA TIMUR 20 1 293 3.052 14.147 61 KALIMANTAN BARAT 12 2 176 1.970 14.666 62 KALIMANTAN TENGAH 13 1 132 1.528 11.475 63 KALIMANTAN SELATAN 11 2 151 2.000 14.300 64 KALIMANTAN TIMUR 10 4 146 1.469 15.111 71 SULAWESI UTARA 11 4 159 1.733 10.446 72 SULAWESI TENGAH 10 1 166 1.903 10.391 73 SULAWESI SELATAN 21 3 304 3.015 23.788 74 SULAWESI TENGGARA 10 2 205 2.159 8.979 75 GORONTALO 5 1 75 732 3.555 76 SULAWESI BARAT 5 0 69 645 3.842 81 MALUKU 9 2 90 1.027 4.850 82 MALUKU UTARA 7 2 112 1.075 4.022 91 PAPUA BARAT 10 1 175 1.441 4.441 94 PAPUA 28 1 389 3.619 11.370 JUMLAH 399 98 6.793 79.075 843.
    [Show full text]
  • Bab 2 Landasan Teori
    BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Letak Geografis Sumatra Barat Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang Utara sampai dengan 30 30’ Lintang Selatan serta 980 36’ – 1010 53’ Bujur Timur dengan luas wilayah 42.29730 Km2 atau 4.229.730 Ha. Luas perairan laut Provinsi Sumatera Barat kurang lebih 186.500 Km2 dengan jumlah pulau besar dan kecil sekitar 345 pulau. 2.1.2. Kedatangan Majapahit Di Minangkabau Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit, sekaligus melakukan beberapa penaklukan yang dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama Arya Damar sebagai bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman. Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, pada tahun 1347 masehi atau 1267 saka, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai Maharajadiraja dengan gelar Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa dan menamakan kerajaannya dengan namaMalayapura. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu sebelumnya, dan memindahkan ibukotanya dari Dharmasraya ke daerah pedalaman (Pagaruyung atau Suruaso). Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada bangsa Mauli penguasa Dharmasraya, dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari 3 4 Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi. 2.1.3. Kerajaan Pagaruyung Masa Kebudayaan Islam Sultan Alif Khalifatullah naik tahta sekitar tahun 1560. Beliau merupakan raja (sultan) pertama di Kerajaan Pagaruyung yang memeluk agama Islam.
    [Show full text]
  • Producing Rizal: Negotiating Modernity Among the Filipino Diaspora in Hawaii
    PRODUCING RIZAL: NEGOTIATING MODERNITY AMONG THE FILIPINO DIASPORA IN HAWAII A THESIS SUBMITTED TO THE GRADUATE DIVISION OF THE UNIVERSITY OF HAWAI‘I AT MĀNOA IN PARTIAL FULFILLMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF MASTER OF ARTS IN ASIAN STUDIES AUGUST 2014 By Ai En Isabel Chew Thesis Committee: Patricio Abinales, Chairperson Cathryn Clayton Vina Lanzona Keywords: Filipino Diaspora, Hawaii, Jose Rizal, Modernity, Rizalista Sects, Knights of Rizal 2 TABLE OF CONTENTS Acknowledgements……………………………………………………………………..…5 Chapter 1 Introduction: Rizal as a Site of Contestation………………………………………………………………………………………....6 Methodology ..................................................................................................................18 Rizal in the Filipino Academic Discourse......................................................................21 Chapter 2 Producing Rizal: Interactions on the Trans-Pacific Stage during the American Colonial Era,1898-1943…………………………..………………………………………………………...29 Rizal and the Philippine Revolution...............................................................................33 ‘Official’ Productions of Rizal under American Colonial Rule .....................................39 Rizal the Educated Cosmopolitan ..................................................................................47 Rizal as the Brown Messiah ...........................................................................................56 Conclusion ......................................................................................................................66
    [Show full text]
  • Region Kabupaten Kecamatan Kelurahan Alamat Agen Agen Id Nama Agen Pic Agen Jaringan Kantor
    REGION KABUPATEN KECAMATAN KELURAHAN ALAMAT AGEN AGEN ID NAMA AGEN PIC AGEN JARINGAN_KANTOR NORTHERN SUMATERA ACEEH UTARA DEWANTARA ULEE PULO GAMPONG ULEE PULO 213IB0107P000076 INDI CELL INDIRA MAYA RISWADANA PENSION LHOKSEUMAWE NORTHERN SUMATERA ACEEH UTARA SEUNUDDON ALUE CAPLI DUSUN MATANG ARON 213IB0115P000048 DUA PUTRA MANDIRI RATNA JELITA PENSION LHOKSEUMAWE NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET DUSUN KRUENG CUT 213IA0115P000031 KIOS NASI IBU BETA SURYANI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P000039 KIOS WARKOP PAYONG 1903 HERI DARMANSYAH PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P005130 MOCHY CELL ERNI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P010046 KIOS ARRAHMAN ARAHMAN KAUNUS PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM BAET JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P000026 KIOS ZAIMAN ZAIMAN NURDIN S.PT PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P010008 ARITA NEW STEEL MASRI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P005091 USAHA HIJRAH SYAIF ANNUR PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL MALAHAYATI 213IA0115P005080 USAHA BARU T ISKANDAR PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH BESAR BAITUSSALAM CADEK JL. LAKSAMANA MALAHAYATI 213IA0115P000004 PUTRA MAMA ANWARDI PENSION BANDA ACEH NORTHERN SUMATERA ACEH
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan jalur lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 00 47’ 7” LS – 10 41’56” LS & 1010 9’ 21” BT- 1010 54’ 27” BT. Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Provinsi Riau, sebelah selatan dan di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, yang juga merupakan Kabupaten paling muda di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.38 Tahun 2003. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat dengan topografi daerah bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m – 1.500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit dan karet, dan dua tanaman inilah yang menyumbang pendapatan daerah paling besar bagi Dharmasraya, sehingga ia merasa mampu 1 untuk menjadi Kabupaten sendiri memisahkan diri dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Nama Dharmasraya sendiri tentu tidak begitu asing di telinga kita dikarenakan Dharmasraya merupakan Ibukota Kerajaan Melayu di Swharnabhumi atau yang biasa kita ketahui sebagai Sumatra. Lalu jika kita mengkaji lebih dalam maka akan kita temui hubungan antara Kerajaan Dharmasraya dan juga Kabupaten Dharmasraya yang tidak lain merupakan wilayah Kerajaan Dharmasraya itu sendiri.
    [Show full text]
  • Alteration of Traditional Batak Toba's Culture Consequence of the Time Development
    Journal of Engineering Research and Education Vol. 7 (2013) 1-11 Alteration of traditional Batak Toba's culture consequence of the time development Meyga Fitri Handayani, ST, MT and Ir. Dharma Widya, MT Dosen Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan. [email protected] ABSTRACT Traditional architecture is the expression of the human creation which is one of the element cultures grow and evolve along with the growth and development of the cultural community, ethnic, or nation that elements in form persist for a long time frame but accordance with the development and growth of a community or ethnic pertinent. Toba Batak society has known the residential area as they lived, called Huta (village). The district is a territorial form of Tobanese. In one Huta, there are several houses and barns. Currently Huta was much abandoned and some of them still stay to make alteration in shape of the buildings they occupied. Alteration times give occasion to good changes, whether it caused by internal factors as well as external factors and indirectly will fade and mixed completely as one. The movement culture process in Toba Batak has given occasion to the movement culture that contained in the traditional architecture as well, such as alteration of the building physical that began to change in accordance with current needs. It is necessary to anticipate of these alterations by doing some adjustments. To find out the alteration that happened in the Toba Batak Traditional Architecture then conducted observations in the field so that will obtained whatever that influence these alterations mentioned and is there any part of the culture that still maintained.
    [Show full text]
  • Selintas Prasasti Dari Melayu Kuno
    Selintas Prasasti dari Melayu Kuno Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Direktorat Peninggalan Purbakala BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA BATUSANGKAR Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau Selintas P r a s a s t i dari Melayu Kuno Penanggung jawab : Drs. Marsis Sutopo, M.Si. Penulis : Drs. Budi Istiawan Desain Sampul & Tata Letak : Sri Sugiharta, S.S. Penerbit : Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar [Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat dan Riau] Cetakan : I Tahun : 2006 Copyright © Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar ii Batusangkar |kata pengantar | alai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang Bmempunyai wilayah kerja di Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Secara struktural, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar berada di bawah Direktorat Peninggalan Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Sebagai instansi pemerintah yang membidangi kebudayaan, khususnya yang berkenaan dengan pelestarian peninggalan purbakala, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar mempunyai program untuk mempublikasikan hasil inventarisasi peninggalan-peninggalan purbakala, baik yang sudah ditetapkan maupun yang belum ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Langkah ini sebagai salah satu upaya dalam rangka pelestarian peninggalan-peninggalan purbakala tersebut. Publikasi sebagai salah satu
    [Show full text]
  • Steinbock-Pratt-Dissertation
    Copyright by Sarah Katherine Steinbock-Pratt 2013 The Dissertation Committee for Sarah Katherine Steinbock-Pratt Certifies that this is the approved version of the following dissertation: “A Great Army of Instruction”: American Teachers and the Negotiation of Empire in the Philippines Committee: Laurie B. Green, Co-Supervisor H.W. Brands, Co-Supervisor Robert Abzug Erika Bsumek Philippa Levine Paul Kramer “A Great Army of Instruction”: American Teachers and the Negotiation of Empire in the Philippines by Sarah Katherine Steinbock-Pratt, B.A., M.A. Dissertation Presented to the Faculty of the Graduate School of The University of Texas at Austin in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy The University of Texas at Austin May, 2013 Dedication For Eric. Thank you. Acknowledgements I owe a deep debt of gratitude to the many, many people who helped translate this project from a germ of an idea into a dissertation. I have been lucky enough to work with some wonderful scholars at the University of Texas at Austin and beyond. Without the generous support, razor sharp insight, and unfailing kindness of Laurie Green and H.W. Brands, this project could not have been realized. I am also indebted to the feedback and encouragement of Robert Abzug, Erika Bsumek, and Philippa Levine, Carolyn Eastman, Judy Coffin, Frank Guridy, Kimberly Alidio and Paul Kramer. I am also obliged to a number of fellow graduate students, for listening to me rabbit on about my ideas, and helping to steer me toward the nuggets of real value, especially Kyle Shelton, Cristina Salinas, Leah Deane, Deidre Doughty, Eric Bush, Erica Whittington, Luritta DuBois, Emily Brownell, Shannon Nagy, Rachel Ozanne, Juandrea Bates, and Julia Ogden.
    [Show full text]