Guna Dan Citra Sebagai Wujud Kreativitas Dalam Arsitektur Nusantara Studi Kasus Arsitektur Tongkonan Toraja, Mamasa Dan Batak Toba
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ISSN 2460-7878 (print) - 2477-5975 (Online) jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/EIJA Vol 6, No 1, 2020 Guna dan citra sebagai wujud kreativitas dalam arsitektur nusantara Studi Kasus Arsitektur Tongkonan Toraja, Mamasa dan Batak Toba Josephine Roosandriantini Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya, Indonesia. [email protected] Abstrak Arsitektur nusantara yang merupakan hasil ide kreatif dari masyarakat Nusantara, yang cenderung diciptakan hanya dengan material dan peralatan sederhana. Akan tetapi arsitektur nusantara yang hadir dengan identitas kekunoannya, bukan berarti tidak memiliki nilai kreativitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan teori "Guna dan Citra" dari Mangunwijaya dalam memandang wujud kreativitas dalam arsitekur nusantara. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai kajian literatur untuk menarik kesimpulan tentang bagaimana Teori "Guna dan Citra" diterapkan di Arsitektur Nusantara. Dua objek arsitekur Tradisional, yakni bangunan Tongkonan di Toraja dan Mamasa, serta arsitektur Batak Toba dipilih sebagai objek kajian. Hasil kajian memperlihatkan bahwa penerapan aspek Guna terletak pada pada detail arsitektural konstruksi, tampilan atap dan material yang berkaitan dengan fungsi. Sedangkan penerapan Citra terletak pada penggambaran makna yang dikaitkan kepada penyelesaian bangunan. Selain itu kajian ini semakin menguatkan fakta bahwa Arsitektur Nusantara merupakan hasil ide kreatif masyarakatnya dalam beradaptasi dengan kondisi geogfrafis dan iklim. Kata kunci: arsitektur nusantara, guna, citra, kreativitas, Abstract Nusantara architecture, which is the result of creative ideas from the Nusantara people, tends to be created with simple materials and equipment. However, the Nusantara architecture, which comes with its ancient identity, does not mean that it has no creative value. This study explores the application of Mangunwijaya's "Use and Image" theory in seeing the form of creativity in Nusantara architecture. The data was collected through various literature reviews to conclude how the "Use and Image" theory was applied in Nusantara architecture. Two traditional architectural objects, namely the Tongkonan in Toraja and Mamasa, and the Batak Toba architecture were chosen as study objects. The study results show that the Guna aspect's application lies in the architectural details of the construction, the roof appearance, and materials function-related. Meanwhile, the application of image lies in describing the meaning associated with the building finishing. This further study strengthens the fact that Nusantara architecture is the result of the Nusantara creative ideas in adapting to geographical and climatic conditions. Keywords: nusantara architecture, use, image, creativity Received: 2020-04-27 | Accepted: 2020-07-21 | DOI: 10.29080/eija.v6i1.898 | Page: 42 - 51 EMARA: Indonesian Journal of Architecture http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/EIJA This article is open access distributed under the terms of the Creative Commons Attribution ShareAlike 4.0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium provided the original work is properly cited. Guna dan citra sebagai wujud kreativitas dalam arsitektur nusantara ©Roosandriantini (2020) under the CC BY-SA license 10.29080/eija.v6i1.898 42 ISSN 2460-7878 (print) - 2477-5975 (Online) jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/EIJA Vol 6, No 1, 2020 Pendahuluan Teori Mangunwijaya (2009) mengenai Berdasarkan pemikiran tersebut aspek “Guna” dan “Citra” merujuk kepada dapat terlihat bahwa wujud arsitektur aspek ketrampilan/kemampuan dan dapat terbentuk dari hasil ide kreatif tiap tingkat kebudayaan setempat. Aspek ini manusia, sehingga dapat berkembang mengandung arti bahwa arsitektur dengan informasi yang dimiliki bukanlah semata-mata bangunan yang berdasarkan pengalaman, memori, dan dapat berdiri kokoh dan sekedar memiliki pengetahuan yang didapat sehari-hari. fungsi, namun terdapat aspek lain yang Kreativitas merupakan kemampuan yang terkandung di dalamnya. Arsitektur dimiliki individu dalam menghasilkan atau haruslah mempunyai kewajaran, benar, menciptakan sesuatu yang baru dari dan fungsional. Hal ini dikarenakan bentuk yang telah ada (Munandar, 2009). arsitektur sejatinya bukanlah bangunan Pendapat tersebut sejalan dengan “kosong” belaka melainkan menjadi pengertian kreativitas menurut Riyanti bagian dari sebuah lingkungan. Faktor (2019) yang menyatakan kreativitas lingkungan juga tidak akan lepas dari merupakan kemampuan seseorang untuk faktor budaya setempat. Teori melahirkan sesuatu yang baru, baik Mangunwijaya tidak hanya digunakan berupa gagasan maupun karya nyata yang untuk menilai atau diterapkan pada relatif berbeda dengan yang telah ada. bangunan yang megah dan berteknologi Sehingga, pemahaman kreativitas adalah tinggi saja, tetapi untuk bangunan yang merupakan hasil yang dapat menghasilkan penuh dengan tradisi-tradisi lokal yang sebuah kombinasi baru yang didasarkan dimiliki oleh bangsa Indonesia, yaitu dengan pengetahuan, pengalaman dan arsitektur Nusantara (Istanto, 1999). memori. Arsitektur nusantara merupakan Begitu juga dengan masyarakat warisan ilmu membangun tempat tinggal nusantara yang hanya bermodalkan dari nenek moyang bangsa Indonesia. peralatan sederhana, material organik Berbagai bangunan arsitektur nusantara yang dimiliki, dengan tuntutan kebutuhan dapat dikatakan sebagai sebuah karya akan tempat berteduh dari panas matahari hasil ide kreatif masyarakat Nusantara, dan curah hujan membuat mereka lebih yang mengolah material alami dengan kreatif dalam menciptakan wujud peralatan sederhana menjadi sebuah arsitektur. Proses ini termasuk runutan bangunan dengan sistem konstruksi yang kegiatan dalam menghasilkan karya lebih ramah gempa (Oktavia & Prihatmaji, arsitektur, meliputi aktivitas membuat, 2019). menggunakan, mengalami dan memahami Sejalan dengan pemikiran dari arsitektur (Marlinda et al., 2013). Mangunwijaya, Prijotomo (2008) Arsitektur nusantara merupakan menyatakan bahwa keterbatasan bahan, wujud kreativitas, dimana pemanfaatan teknologi, dan konstruksi pada pembuatan yang diperoleh, pengaturan fisik yang arsitektur nusantara bukanlah penghalang tepat dan efisiensi, kenikmatan yang kreativitas arsitektural dalam dirasakan di dalam ruang tersebut akan menghadirkan tata rupa dan berbagai merujuk kapada aspek Guna yang bentukan yang ada. Dalam kata lain mengarah kepada kemampuan/ arsitektur nusantara dengan segala keterampilan. Sedangkan aspek Citra akan keterbatasannya merupakan proses dari merujuk kepada tingkat kebudayaan sebuah kreativitas itu sendiri. (Mangunwijaya, 1992). Guna dan citra sebagai wujud kreativitas dalam arsitektur nusantara ©Roosandriantini (2020) under the CC BY-SA license 10.29080/eija.v6i1.898 43 ISSN 2460-7878 (print) - 2477-5975 (Online) jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/EIJA Vol 6, No 1, 2020 Penelitian sebelumnya oleh identifikasi proses kreativitas dari setiap Roosandriantini (2018) telah objek amatan. Data yang terkumpul memperlihatkan bagaimana penerapan kemudian dianalisis untuk megintrepetasi teori barat (trilogi Vitruvius) dalam makna pada bagian detail objek kajian arsitektur nusantara serta sudut pandang penelitian ini. Proses analisis juga akan terhadap sebuah ide kreatif masyarakat memerlihatkan temuan di lapangan pada nusantara yang dianggap primitif dalam objek kajian dengan konsep Guna dan kacamata modernisasi. Sedangkan Citra dari Mangunwijaya. Kesimpulan beberapa penelitian terkait Guna dan Citra dapat ditarik setelah makna pada bagian dalam arsitektur juga telah dilakukan detail objek kajian dapat diinterpetasikan. sebelumnya, diantaranya penelitian Hasil dan Pembahasan Warnata (2017) yang menyatakan bahwa Arsitekur Tongkonan di Toraja dan Guna dan Citra tidak dapat lepasi dari Mamasa konsep trilogi Vitruvius. Sedangkan Aspek Guna pada teori Mangunwijaya Hardiyati (2015) telah mengkaji aspek akan lebih merujuk pada kemampuan / Guna dan Citra pada aspek detail keterampilan dalam menghadirkan arsitektural pada rumah Jawa. Penelitian kenyamanan (comfort). Dengan peralatan Gantini et al (2012) juga telah dan material alami kemampuan tersebut mengungkap guna dan fungsi pada dapat dihadirkan dalam arsitektur arsitektur Bale Banjar Adat di Bali. Nusantara (Mangunwijaya, 1992). Selain Berbagai penelitian tersebut itu Guna juga merujuk kepada sebuah memunculkan pandangan bahwa fungsi/ kegunaan / pemanfaatan setiap arsitektur nusantara juga telah penyelesaian pada setiap detail menerapkan perwujudan Guna dan Citra, arsitektural. Sedangkan Citra lebih sebagai bagian hasil kreativitas merujuk pada sebuah makna / gambaran masyarakatnya di masa lampau. Penelitian arti dari tiap detail arsitektural, seperti ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggambaran teritori, strata sosial, dan penerapan teori "Guna dan Citra" dari menandakan sebuah kekuasaan atau Mangunwijaya dalam memandang wujud perbedaan status dan lain-lain. kreativitas dalam arsitekur nusantara. Lingkungan dan pengalaman yang Metode dimiliki oleh masyarakat Toraja, yang Penelitian ini menggunakan metode berkaitan dengan peralatan, material deskriptif kualitatif untuk memaparkan dalam keseharian mereka memunculkan penerapan teori Guna dan Citra pada ide kreatif berupa Tongkonan (rumah arsitektur nusantara. Akan tetapi karena adat Toraja dan Mamasa). Salah satu banyaknya wujud fisik arsitektur bentuk kreativitas pada bangunan ini ada nusantara di Indonesia, maka penelitian pada bagian atap. Bentuk atap Tongkonan ini hanya akan memilih secara purposif di Toraja