Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Gedung Wayang Orang Sriwedari Di Taman Sriwedari Surakarta the Application of Neo-Vern
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal AGORA ISSN 1411-9722 (Print) Vol. 17 No. 2 Desember 2019: 98-103 ISSN 2622-500X (Online) DOI: http://dx.doi.org/1025105/agora.v17i1.7501 PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA GEDUNG WAYANG ORANG SRIWEDARI DI TAMAN SRIWEDARI SURAKARTA THE APPLICATION OF NEO-VERNACULAR ARCHITECTURE TO THE WAYANG ORANG BUILDING AT TAMAN SRIWEDARI SURAKARTA Aldin Fatih1, A. Hadi Prabowo2, Laksmi Utami3 1) Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti 2,3) Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti *email: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Taman Sriwedari merupakan kawasan cagar budaya dan konservasi, serta termasuk kawasan strategis social budaya Kota Surakarta. Dalam hal itu, pemerintah Kota Surakarta ingin merancang sebuah Gedung Wayang Orang yang nanti akan dijadikan sebagai tempat pemantasan kesenian wayang orang rutin dilakukan sehingga terlestarikannya kesenian wayang orang. Pemerintah Kota Surakarta ingin merancang Gedung Wayang Orang nilai estetika yang tinggi, namun tanpa menghilangkan unsur tradisional dari Kota Surakarta agar bisa meninggalkan rasa citra dan kesan pada pengunjung maupun pengguna bangunan. Oleh karena itu, Arsitektur Neo – Vernakular menjadi pilihan yang sangat tepat. Arsitektur Neo – Vernakular bisa diterapkan pada bangunan dari kriteria, karakteristik maupun prinsip yang nantinya akan diterapakan pada bangunan. Dalam tulisan ini membahas bagaimana penerapan Neo Vernakular dapat diterapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunana pendekatan kualitatif dengan studi literatur serta menganalisi langsung. Hasil pembahasan menunjukan bahwa unsur lokal, adat atau budaya diterapkan pada gubahan massa, bentuk atap maupun ornamen pada bagian bangunan. Kata kunci : Kota Surakarta, Taman Sriwedari, arsitektur neo vernakular, Gedung Wayang Orang. ABSTRACT Sriwedari Park is a cultural preservation and conservation area, and includes a strategic social cultural area of the City of Surakarta. In that case, the Surakarta City government wants to design a Gedung Wayang Orang which will later be used as a place for routine wayang orang art performance to be carried out so that the preservation of the wayang orange. The Surakarta City government wants to design the Gedung Wayang Orang with high aesthetic value, but without eliminating the traditional elements of the City of Surakarta in order to leave a sense of image and impression on visitors and building users. Therefore, Neo-Vernacular Architecture is a very appropriate choice. Neo - Vernacular architecture can be applied to buildings from criteria, characteristics and principles that will later be applied to buildings. In this paper discusses how the application of Neo Vernacular can be applied. The method used in this study uses a qualitative approach with literature study and direct analysis. The results of the discussion show that local, customary or cultural elements are applied to mass compositions, roof shapes and ornaments on parts of the building. Keywords : Surakarta City, Sriwedari Park, neo vernacular architecture, Gedung Wayang Orang 98 AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 17, Nomor 2, Desember 2020 A. PENDAHULUAN 1. Bagaimana penerapan arsitektur neo – A.1 Latar Belakang vernacular pada Gedung Wayang Pemerintah Kota Surakarta ingin merancang Orang sebuah gedung wayang orang yang bisa 2. Elemen atau kriteria apa saja yang menjadi salah satu bangunan di mana terdapat dapat diterapkan pada Gedung Wayang pementasan wayang orang yang di dilakukan Orang untuk melestarikan budaya yang ada, yaitu Wayang Orang Sriwedari. Selain itu, Gedung A.3 Tujuan Penulisan Wayang Orang tersebut diharuskan memiliki Berdasarkan yang telah dikemukakan, maka elemen tradisional dan unsur estetikanya. terdapat tujuan penulisan yang dapat Dan, gedung wayang orang itu dirancang di diketahui,antara lain : Taman Sriwedari. Dapat diketahui, Taman 1. Mengetahui bagaimana penerapan Sriwedari merupakan kawasan yang memiliki arsitektur Neo - Vernakular nilai historis yang tinggi, serta menjadi aset 2. Mengetahui elemen atau kriteria apa wisata Kota Surakarta. saja yang bisa diterapkan pada Di sana terdapat bangunan lama berusia lebih bangunan. dari 50 tahun. Seperti Museum Madya Pusaka, Stadion Sriwedari, sisa bangunan B. STUDI PUSTAKA Rumah Sakit Jiwa Mangunjaya dan Kolam B.1 Gedung Pertunjukan Segaran. Selain itu, Taman Sriwedari Gedung mempunyai arti bangunan untuk kantor atau tempat yang mempertunjukan atau merupakan kawasan cagar budaya dan menunjukan hasil kesenian. Sedangkan, kawasan konservasi di Kota Surakarta (SK pertunjukan mempunyai arti tontonan yang Walikota Nomor 646/116/1/1997 Tentang ditunjukan, pameran, maupun demonstrasi Penetapan Bangunan - bangunan dan (Poerwadarminta, 1976). Sehingga dapat Kawasan Kuno Bersejarah di Kotamadya disimpulkan, gedung pertunjukan merupakan Daerah Tingkat II Surakarta). Serta termasuk tempat digelarnya tontonan, pameran, ataupun ke dalam kawasan strategis sosial budaya hal yang berkaitan dengan seni. Kota Surakarta (Perda No.1 Tahun 2012 B.2 Arsitektur Neo Vernakular tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Penerapan arsitektur Neo Vernakular ini Surakarta Tahun 2011 - 2031). Oleh sebab itu, banyak digunakan terhadap bangunan, salah pemerintah Surakarta ingin merancang sebuah satu contohnya gedung pertunjukan. bangunan yang memiliki nilai estetika yang Arsitektur neo-vernakular adalah suatu tinggi tanpa menghilangkan nilai tradisional penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik dalam bentuk, konstruksi maupun yang ada. non-fisik yang biasanya dalam diterapkan Arsitektur Neo Vernacular adalah gaya pada konsep, filosofi, maupun tata ruang arsitektur modern yang dipadukan dengan dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal arsitektur tradisional. Arsitektur Neo (Nauw & Rengkung, 2013). Vernakular menjadi pilihan yang tepat dalam menerapkan gaya arsitektur neo – vernacular B.3 Ciri – Ciri Neo Vernakular pada Gedung Wayang Orang yang akan Ada beberapa ciri – ciri arsitektur Neo Vernakular, menurut (Heinrich Klotz, 1988) dirancang. arsitektur Neo Vernakular dibagi menjadi 10 karakteristik, yaitu: 1. memberikan kesan A.2 Rumusan Masalah yang beragam atau biasa disebut fiktif Berdasarkan latar belakang yang sudah figuratif, 2. gaya regional atau setempat dikemukakan, maka didapatkan beberapa (regionalis). 3. menggambarkan imajinasi rumusan masalah yang dapat ditemukan, yaitu dunia dalam suatu bangunan atau biasa : disebut imaginatif. 3. memiliki arti atau berkesan komunikatif yang dituangkan dalam 99 Jurnal AGORA ISSN 1411-9722 (Print) Vol. 17 No. 2 Desember 2019: 98-103 ISSN 2622-500X (Online) DOI: http://dx.doi.org/1025105/agora.v17i1.7501 suatu wadah atau bangunan. 4. menghargai arsitektur sebagai sebuah karya seni dan menerapkannya terhadap bangunan. 5. Bersifat historisme atau memiliki kesan dan pesan yang dituangkan dan digambarkan dalam sebuah bangunan. 6. No – Sterile: menentang paham steril dalam suatu bangunan. 7. Menghindari menggunakan satu gaya atau langgam tunggal baik vokalbulari dan bentuk langgam dalam penerapannya. 8. Menyesuaikan atau beradaptasi dengan Gambar 1. Masjid Raya Sumatra Barat lingkungan sekitar mulai dari fisik maupun Sumber: google non fisik atau bisa disebut kontekstual. 9. Fiksi = Fungsi: fiksi dapat juga berarti fungsi Masjid Raya ini mengadaptasi dari bentuk dari sebuah bangunan. atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau, yaitu rumah Gadang. B.4 Prinsip dan Penerapan Neo – Vernakular Menurut (Zikri, 2012), terdapat beberapa kriteria arsitektur neo vernakular, yaitu: 1. Massa bangunan menerapkan unsur budaya dan lingkungan sekitar maupun iklim setempat, yang dituangkan dalam bentuk fisik arsitektural, biasanya bisa dalam bentuk denah, ornamen atau detail maupun struktur pada bangunan. 2. Tidak selalu murni mengikuti unsur vernakular, biasanya Gambar 2. Rumah Adat Gadang merupakan sesuatu hal yang baru. 3. Sumber: https://blog.tripcetera.com/id/rumah-gadang/ Mengolah elemen non fisik, seperti pola piker, budaya, kepercayaan maupun tata letak yang Selain itu, bangunan ini memiliki pola ukiran mengacu terhadap makro kosmos dan lainnya. khas Minang serta pada kaligrafi pada fasad Selain kriteria, menurut (Zikri, 2012) konsep bangunan. arsitektur neo vernakular yang diterapkan pada bangunan, yaitu: 1. Biasanya menggunakan bubungan atap, karena seperti yang diketahui bangunan vernakular di Indonesia biasanya menggunakan atap bubungan. 2. Adanya kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan. 3. Adanya elemen atau bentuk tradisional dengan proporsi yang lebih vertikal. 4. Penggunanaan batu bata yang merupakan elemen material konstruksi lokal. 5. Warna- Gambar 3. Fasad Masjid Raya Sumatra warna yang kuat serta kontras. Barat Sumber:https://www.dimensinews.co.id/ B.5 Studi Preseden Bangunan Neo – Vernakular Masjid ini menerapkan unsur dari bentuk a. Masjid Raya Sumatra Barat rumah adat Gadang, sedangkan untuk Masjid Raya yang berlokasi di Kota Padang, fasadnya menerapkan pola ukiran kaligrafi Sumatra Barat, Indonesia. Masjid Raya ini serta ukiran khas Minang menerapkan unsur – unsur neo vernacular b. Bandara Udara Sultan Aji Mahmud pada bangunannya. Sepinggan 100 AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 17, Nomor 2, Desember 2020 Masjid Raya ini berlokasi di Balikpapan, D. HASIL DAN PEMBAHASAN Kalimantan Timur. Bangunan ini menerapkan Lokasi perancangan berada di Taman bentuk dari rumah adat Balikpapan, rumah Sriwedari,