Indonesian Architecture and Earthquake Vulnerability: the Development of Building Safety Through the Civilization
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Training Report on Cultural Heritage Protection
Training Report on Cultural Heritage Protection Training Course for Researchers in Charge of Cultural Heritage Protection in Asia and the Pacific 2011 - Indonesia - 5 July - 4 August, 2011, Nara, Japan Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU) Training Report on Cultural Heritage Protection Training Course for Researchers in Charge of Cultural Heritage Protection in Asia and the Pacific 2011 - Indonesia - 5 July - 4 August, 2011, Nara, Japan Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU) Edited and Published by Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU) 757 Horen-cho, Nara 630-8113 Japan Tel: +81-(0)742-20-5001 Fax: +81-(0)742-20-5701 e-mail: [email protected] URL: http://www.nara.accu.or.jp Printed by Meishinsha Ⓒ Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU) 2012 Practical training of taking rubbing Practical training of drawing Practical training of photography The closing ceremony at the ACCU office Preface The Cultural Heritage Protection Cooperation Office, Asia-Pacific Cultural Centre for UNESCO (ACCU Nara) was established in August 1999 with the purpose of serving as a domestic centre for promoting cooperation in cultural heritage protection in the Asia-Pacific region. Subsequent to its establishment, our office has been implementing a variety of programmes to help promote cultural heritage protection activities, in close cooperation with the Agency for Cultural Affairs, Japan (Bunkacho); National Institutes for Cultural Heritage, National Research Institute for Cultural Properties, Tokyo and Nara; the Nara Prefectural Government; the Nara Municipal Government; universities; and museums. -
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Setiap Wilayah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap wilayah Indonesia terdapat kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai serta keunikannya sendiri, baik itu pakaian, bangunan rumah, tarian, alat musik hingga acara adat. Kebudayaan tersebut merupakan sebuah potensi dan aset yang tak ternilai harganya dan patut dijaga serta dilestarikan. Dewasa ini, pemerintah dan masyarakat setempat bergotong-royong mengupayakan pelestarian setiap keberagaman budaya, seperti dengan membuka museum budaya, menjadikannya sebagai alternatif destinasi wisata budaya, melakukan upaya promosi hingga mengemasnya dalam sebuah rangkaian festival budaya nasional bertaraf internasional. Di samping itu, selain menjadi bentuk upaya pelestarian, hal ini berguna untuk meningkatkan daya tarik wisata yang berpengaruh terhadap peningkatan sektor ekonomi dan pariwisata wilayah tersebut. Namun, di tengah gencarnya upaya pelestarian yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, nyatanya masih terdapat wilayah dengan potensi yang belum dikelola, dikembangkan serta dipromosikan dengan maksimal. Karimunjawa adalah sebuah wilayah kepulauan di Laut Jawa, tepatnya sekitar 90 km ke arah barat laut Kota Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata pantai dan laut yang sangat indah karena wilayah kepulauan ini dikelilingi oleh lautan luas yang kaya akan biota laut. Selain itu, terdapat banyak wisata darat yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, seperti makam sunan-sunan, hutan bakau, Bukit Love dan lain-lain. Dengan kekayaan alam yang ada, Karimunjawa memiliki daya tarik wisata kelas dunia. Wisata alam dan bahari Karimunjawa menjadi wisata yang lebih dikenal karena merupakan pilihan wisata utama yang dipromosikan oleh berbagai biro wisata sebagai konten promosi jasanya kepada calon konsumen. Informasi wisata tersebut juga disebarkan oleh wisatawan melalui 1 Universitas Kristen Petra perbincangan dari mulut ke mulut hingga cuplikan perjalanan di media sosial berupa tulisan blog, unggahan foto serta vlog. -
Analisis Dan Perancangan Asset Game Rumah Dan Pakaian Adat Bali Berbasis Pixel Art 2D
Jurnal Adat dan Budaya, Vol.2, No.2 Tahun 2020 ISSN: E-ISSN 2615-6156, P-ISSN: 2615-6113 Jurnal Homepage: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/index ANALISIS DAN PERANCANGAN ASSET GAME RUMAH DAN PAKAIAN ADAT BALI BERBASIS PIXEL ART 2D Jasson Prestiliano 1, Debora Puspita Sarisih 2, Birmanti Setia Utami3 123Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Satya Wacana E-mail: [email protected] Abstrak Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki khasanah budaya yang sangat luas dan kaya. Kebudayaan Bali memiliki filosofi yang mendalam, khususnya dalam pakaian adat dan rumah adatnya. Namun belum banyak pelaku seni modern, khususnya perancang seni game yang mengetahui makna dan filosofi setiap bentuk dan warna tersebut. Hal ini membuat mereka merancang sejauh yang mereka lihat saja. Penelitian ini membahas tentang perancangan asset game berbasis pixel art 2D dengan ciri khas Bali. Tujuan penelitian ini adalah membuat asset pixel art 2D dengan menggunakan ciri khas Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan strategi linear. Didapatkan hasil bahwa Pakaian dan Rumah adat Jawa memiliki ciri khas yang berbeda-beda serta memiliki berbagai filosofi yang berbeda dalam setiap bentuknya, sehingga hasil perancangan ini dapat menjadi panduan desain pixel art 2D bagi para pengembang game dan perancang seni game agar tidak menghilangkan filosofinya. Manfaat untuk para pemain game hasil perancangan ini dapat memberikan ilmu budaya tentang pakaian adat dan rumah adat Bali. Kata Kunci: Kebudayaan Bali; Pakaian Adat Bali; Rumah Adat Bali; Aset game, pixel art 2D Abstract Bali is one of the islands in Indonesia that has a rich and wide culture. -
Ethnobotanical Study on Local Cuisine of the Sasak Tribe in Lombok Island, Indonesia
J Ethn Foods - (2016) 1e12 Contents lists available at ScienceDirect Journal of Ethnic Foods journal homepage: http://journalofethnicfoods.net Original article Ethnobotanical study on local cuisine of the Sasak tribe in Lombok Island, Indonesia * Kurniasih Sukenti a, , Luchman Hakim b, Serafinah Indriyani b, Y. Purwanto c, Peter J. Matthews d a Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Mataram University, Mataram, Indonesia b Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Brawijaya University, Malang, Indonesia c Laboratory of Ethnobotany, Division of Botany, Biology Research Center-Indonesian Institute of Sciences, Indonesia d Department of Social Research, National Museum of Ethnology, Osaka, Japan article info abstract Article history: Background: An ethnobotanical study on local cuisine of Sasak tribe in Lombok Island was carried out, as Received 4 April 2016 a kind of effort of providing written record of culinary culture in some region of Indonesia. The cuisine Received in revised form studied included meals, snacks, and beverages that have been consumed by Sasak people from gener- 1 August 2016 ation to generation. Accepted 8 August 2016 Objective: The aims of this study are to explore the local knowledge in utilising and managing plants Available online xxx resources in Sasak cuisine, and to analyze the perceptions and concepts related to food and eating of Sasak people. Keywords: ethnobotany Methods: Data were collected through direct observation, participatory-observation, interviews and local cuisine literature review. Lombok Results: In total 151 types of consumption were recorded, consisting of 69 meals, 71 snacks, and 11 Sasak tribe beverages. These were prepared with 111 plants species belonging to 91 genera and 43 families. -
Modul I – Pengertian Dan Kriteria Cagar Budaya
PENGANTAR A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, terutama pada Bab VI Bagian Kesatu pasal 28, 29, dan pasal 30 mengamanatkan perlunya dilakukan pendaftaran sebagai bagian dari proses penyusunan Register Nasional. Penyusunan Register Nasional merupakan upaya penting untuk mengetahui jumlah kekayaan Cagar budaya secara nasional. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan pendaftaran sebagai langkah awal dalam pencatatan Objek yang akan diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada Pemerintah Kabupaten/Kota atau perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, kegiatan pendaftaran menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Lebih lanjut agar pelaksanaan pendaftaran dapat berjalan secara terpadu antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka perlu disusun sistem dan jejaring pendaftaran Cagar Budaya yang tepat dan berkesinambungan. Guna mempersiapkan sistem dan jejaring tersebut, perlu dipersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan pendaftaran Cagar Budaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai tahap awal dalam mempersiapkan tenaga pendaftar, dibutuhkan SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang Cagar Budaya. Menindaklanjuti hal tersebut, dirasakan perlu tenaga pelatih pendaftaran Cagar Budaya, khususnya di tingkat provinsi. Pencapaian kemampuan tenaga pendaftar Cagar Budaya memerlukan bahan ajar berupa modul bagi tenaga pelatih pendaftaran dan tenaga pendaftar Cagar Budaya. B. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta pelatihan petugas pendaftar mampu: 1. Memahami pengertian Cagar Budaya. 2. Memahami proses dan prosedur pendaftaran Cagar Budaya. 3. Mampu mengimplementasikan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendaftaran Cagar Budaya. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta pelatihan petugas pendaftar mampu: 1. Menjadi petugas pendaftar Cagar Budaya yang kompeten. -
Ungkapan Bentuk Dan Makna Filosofi Atap Masjid Raya Sumatera Barat, Padang, Indonesia
Supriatna, Handayani, Ungkapan Bentuk dan makna Filosofi Ata Masjid Raya Sumatera Barat Volume 4 – Nomor 2 – Juni 2021 p-ISSN 2621-1610 e-ISSN 2620-9934 http://ejournal.upi.edu/index.php/jaz - e-mail: [email protected] doi.org/10.17509/jaz.v4i2.32964 UNGKAPAN BENTUK DAN MAKNA FILOSOFI ATAP MASJID RAYA SUMATERA BARAT, PADANG, INDONESIA 1 Article History: Cecep Supriatna First draft received: Sri Handayani2 24 Maret 2021 1 Program studi Arsitektur S-2, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia Revised: 2 Program studi Pendidikan teknologi Agro Industri, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, 26 April 2021 Bandung Indonesia Accepted: Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung, Indonesia, 40154 10 Juni 2021 Email: [email protected] First online: [email protected] 10 Juni 2021 Abstract: Islamic architecture appears not only as mere ornament, but is a media that plays Final proof received: an important role that has its own charm for every visitor/user, because a good design must Print: respond to geography, location, climate, size, culture and others. The dome-shaped mosque 15 Juni 2021 building has thrived in the Islamic world and has become a symbol of expression of the structure and identity of a mosque. However, in the last two decades, many mosques without Online domes have appeared in Indonesia. Mosques with modern geometric elements are 15 Juni 2021 increasingly standing majestically in several areas in Indonesia. Some architects began to Jurnal Arsitektur ZONASI eliminate the dome element in the mosque, but still displayed Islamic values. One of the is indexed and listed in mosques without a dome is the Great Mosque of West Sumatra. -
Folklore As a Tool to Naturally Learn and Maintain Sasak Language As Mother Tongue
Folklore as a Tool to Naturally Learn and Maintain Sasak Language as Mother Tongue Nuriadi Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Majapahit Street No.62, Mataram Keywords: Folklore, Maintenance, Sasak Language, Mother Tongue. Abstract: This paper discusses the role of function of Sasak folklore, especially verbal folklores, in teaching and maintaining Sasak language naturally. ‘Sasak’ is a name of an ethnic group exisiting in Lombok island using Sasak language as mother tongue. Based on qualitative research, Sasak people is usually ‘planting’ (teaching) the Sasak language as their mother tongue through folklore, especially verbal Sasak folklores. Those are such as: pinje panje, children playing songs (elate), lullabying songs (bedede), or story telling (waran). This activity mostly happens in informal form in any kind of occasions. This phenomenon is usually undergone by mothers to their children or by other children to their friends in their own communities. Hence, it is also found that this model of learning is very effective in maintaining the Sasak language as mother tongue and Sasak culture. Finally, based on the research, most of the informants acknowledge that they still well remember all the folklores they played in childhood. They even still love their Sasak backgrounds. Therefore, Sasak folklore is a good tool in naturally teaching and/or maintaining Sasak language. 1 INTRODUCTION taking a role as mother-tongue for that group. It is embedded, according to Sairin (2010), in the vein of Language is as a culture and identity as well for each the real users and functions as a determinant of ethnic group (Sairin, 2010). -
Islamic Ornaments on Trans Studio Bandung Grand Mosque
BANDUNG CREATIVE MOVEMENT 2015 2nd International Conference on Creative Industries “Strive to Improve Creativity“ 8 – 9 September 2015 Islamic Ornaments on Trans Studio Bandung Grand Mosque Tri Wahyu Handayai1, 1 ST. INTEN Bandung, [email protected] Abstract:A mosque can be a signage of a region considering its particular function as a center of worship and symbols of the mosque‘s prosperity. The mosque which is located in tourist areas and shopping centers becomes ambiguous. Because as an activity and a business center for the region, the goal is for secular activities, not religious ones. Trans Studio Bandung (TSB) Grand Mosque seems to be a balance between profane and sacred, let alone shape adapted form of the Prophet's Mosque in Madinnah that makes the TSB Grand Mosque looks special. Through observation and qualitative analysis, the authors compare the elements of the TSB Grand Mosque and the Prophet's Mosque to identification of Islamic oranaments. Keywords: mosque, building element, Islamic ornaments 1. Introduction The peak of civilization of a nation characterized by the presence of architectural works. Even the level of complexity of the architectural work is the symbol of the complexity of its nation. Although in the present it is uncommon for a work in one place to be easily repeated with a similar form elsewhere. With a few changes and the use of different materials, a work can inspire others to create a masterpiece. The higher level of a civilitation, the higher needs of facilities and buildings. Public buildings are markers of a region, or even a marker of a city landmark. -
Reconstruction of Legislative Regulations on Indigenous Peoples' Food Security in Indonesia
International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN: 2319-7064 Index Copernicus Value (2016): 79.57 | Impact Factor (2017): 7.296 Reconstruction of Legislative Regulations on Indigenous Peoples' Food Security in Indonesia Stefanus Laksanto Utomo1, Edy Lisdiyono2, Liza Marina3 1Faculty member of Law Departmnt, Sahid University Jakarta, Indonesia 2Faculty Member of Law Departmnt, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Indonesia 3Faculty Member of Law Department, Sahid University, Jakarta, Indonesia Abstract: This research is to explain, express, and prove the regulations of indigenous peoples food security legislation and the context of indigenous peoples' local wisdom towards food security. Second, explain some of the legal obstacles and conflicts faced by indigenous peoples in the direction of food sovereignty. Research locations in the community are Sedulur Sikep Sukolilo Pati in Central Java, the Kampung Naga Community, Tasik Malaya in West Java, the Baduy Community in Banten Propisi and the Ogan Komering Ulu Community, in South Sumatra. Field Research primary data through observation, questionnaires and interviews. Secondary data is collected by way of library research.It reveals taht land ownership of Indigenous Peoples with agricultural land is very closely related. The pattern of land management in indigenous peoples is largely concerned with the impact of environmental sustainability Government intervention through the Green Revolution program Keywords: Law and legislations, Green Revolutions, indigenous people, local wisdom, Food security 1. Introduction amendment states “Each person has the right to live and the right to defend his life and existence" Every citizen has the The concept of food security emerged in the mid-1970s, the right to live physically and mentally, live and get a good and focus of which was to ensure the availability and stability of healthy environment and has the right to service health, in prices of staple foods at international and national levels. -
LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU
LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU DAN TORAJA Oleh: Esti Asih Nurdiah, ST., MT. JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA 2011 i HALAMAN PENGESAHAN 1. a. Judul : Studi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Batak Toba, Minangkabau dan Toraja. b. Bidang Ilmu : Struktur Arsitektur c. Nomor Penelitian : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Esti Asih Nurdiah, ST., MT. b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Pangkat/Golongan/NIP : IIIB / 08-005 d. Jabatan Akademik : Asisten Ahli e. Fakultas/Jurusan : FTSP / Arsitektur f. Universitas : Universitas Kristen Petra 3. Jumlah Tim Peneliti : - 4. Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Petra 5. Kerjasama dengan Instansi Lain : - 6. Jangka Waktu Penelitian : 1 tahun 7. Biaya : a. Sumber dari UK Petra : Rp. 1.640.650 b. Sumber Lainnya : - Total : Rp. 1.640.650 Surabaya, 12 September 2011 Mengetahui, Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Peneliti Agus Dwi Hariyanto, ST., M.Sc. Esti Asih Nurdiah, ST., MT. NIP. : 99-033 NIP. : 08-005 Menyetujui, Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Ir. Handoko Sugiharto, MT. NIP: 84-028 ii ABSTRAK Keindahan arsitektur nusantara telah dikenal luas dan banyak dieksplorasi sejak masa Kolonial atau penjajahan bangsa asing di kepulauan nusantara. Arsitektur nusantara sebagian besar merupakan bangunan rumah tinggal yang dibangun berdasarkan adat dan tradisi setempat. Proses pendirian rumah tradisional sejak awal penentuan lokasi hingga didirikan dan dihuni, tidak pernah lepas dari pengaruh adat, kepercayaan dan tradisi. Oleh karena itu, arsitektur nusantara seringkali disebut juga sebagai Arsitektur Tradisional atau Rumah Tradisional. -
Surau Nagari Lubuk Bauk Dan Surau Gadang Bintungan Sumatera Barat : Tinjauan Gaya Bangunan Dan Makna Ornamen
Surau Nagari Lubuk Bauk dan Surau Gadang Bintungan Sumatera Barat : Tinjauan Gaya Bangunan dan Makna Ornamen Ivo Giovanni, Isman Pratama Nasution Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Artikel ini membahas bangunan surau di Sumatera Barat yaitu Surau Nagari Lubuk Bauk dan Surau Gadang Bintungan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh adat pada bangunan surau berdasarkan tinjauan arsitektur dan makna ornamennya. Selain itu, dilakukan perbandingan antara surau dengan bangunan tradisional Minangkabau lainnya, yaitu rumah gadang dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Hal ini dilakukan agar unsur-unsur adat yang terlihat pada surau dapat diuraikan dengan jelas, sehingga dapat diketahui makna dari setiap unsur adat tersebut dan peran surau bagi masyarakat Minangkabau pada saat surau tersebut dibangun. Berdasarkan kajian ini dapat diketahui bahwa Surau Nagari Lubuk Bauk dan Surau Gadang Bintungan memiliki bangunan yang berbeda. Surau Nagari Lubuk Bauk memiliki bentuk yang bertingkat, karena hal ini dipengaruhi oleh aliran adat Koto Piliang yang menganut paham aristokrasi, sedangkan Surau Gadang Bintungan tidak bertingkat karena dipengaruhi oleh aliran adat Bodi Caniago, yang menganut paham demokrasi. Selain itu ragam hias ornamen yang terdapat pada surau ini juga memiliki makna yang mengandung pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi masyarakat Minangkabau. Kata Kunci: Adat Minangkabau, Bangunan tradisional, Surau Gadang Bintungan, Surau Nagari Lubuk Bauk. Surau Nagari Lubuk Bauk and Surau Gadang Bintungan of West Sumatra: A study of Architectural Style and the Meaning of the Ornament. Abstract This article discusses about surau (little Mosque) in West Sumatra, namely Surau Nagari Lubuk Bauk and Surau Gadang Bintungan. The aim of this article is to see the tradition influences in the buildings, based on their architectures and the meaning of ornaments. -
Spatial Analysis of Sade Traditional Hamlet in Lombok Island, Indonesia: the Alteration of Sasak Tribe’S Traditional Living Space
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Tsukuba Repository Spatial Analysis of Sade Traditional Hamlet in Lombok Island, Indonesia: The Alteration of Sasak Tribe’s Traditional Living Space 著者(英) Dini Aiko Subiyantoro, Yasufumi UEKITA, Shigeo Odaira, Koji Sato journal or Asian Culture and History publication title volume 11 number 2 page range 11-19 year 2019-04 権利 Copyright for this article is retained by the author(s), with first publication rights granted to the journal. licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 License. URL http://hdl.handle.net/2241/00156654 doi: 10.5539/ach.v11n2p11 Asian Culture and History; Vol. 11, No. 2; 2019 ISSN 1916-9655 E-ISSN 1916-9663 Published by Canadian Center of Science and Education Spatial Analysis of Sade Traditional Hamlet in Lombok Island, Indonesia: The Alteration of Sasak Tribe’s Traditional Living Space Dini Aiko Subiyantoro1, Yasufumi Uekita2, Shigeo Oodaira3, Kunihiko Ono4 & Koji Sato5 1 Master’s Program in World Heritage Studies, University of Tsukuba, Japan 2 Faculty of Art and Design, University of Tsukuba, Japan 3 Cooperative Organization for the Study of Traditional Building Techniques, Japan 4 Faculty of IT and Business, Cyber University, Japan 5 Department of Social Research, National Museum of Ethnology, Japan Correspondence: Dini Aiko Subiyantoro, World Heritage Studies, University of Tsukuba, Joint Use Office-5, Tennodai 1-1-1, Tsukuba City, 305-8577, Japan. Tel: 090-3685-2704. E-mail: [email protected] Received: February 7, 2019 Accepted: March 9, 2019 Online Published: April 4, 2019 doi:10.5539/ach.v11n2p11 URL: https://doi.org/10.5539/ach.v11n2p11 Abstract Hundred years ago, vernacular architecture once triumphed.