Dessy Aliandrina, Dan Muhammad Iqbal J

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Dessy Aliandrina, Dan Muhammad Iqbal J BUKITTINGGI SI KOTA WISATA DARI MINANG Low Budget BUKITTINGGI ADALAH KOTA | berhawa sejuk. Kota ini berada pada ketinggian 909-941 meter dpl. Suhunya rata-rata 16-25 °C R e l a x | BULOK RUMAH BAGONJONG F u n KOMUNITAS NEBENG.COM PROFIL YUNAIDI DJOEPOET Oktober-November 2012 EDISI 18 Free Magazine OKTOBER-NOVEMBER 2012 I B A C K P A Ck IN Daftar Isi Dari PIMPINAN UMUM/REDAKSI CATPER Ambar Arum 15 BUKITTINGGI AWAK PULANG!!! Redaksi [email protected] GALERI 25 FOTO BUKITTINGGI EDITOR Muhammad Iqbal PENGANAN 43 KERIPIK SANJAI REDAKSI AKSESORIS Annisa M.F. Harahap 46 JAKPAK TIPS ARTISTIK & DESAIN TIDUR DI KERETA EKONOMI 47 Galih Permadi RESENSI Kibar Desain Salman 49 NAGABUMI I JEDA WEBMASTER 51 PERTAMINI Kurniawan Aji Saputra ORDINAT INTERAKSI Redaksi menerima saran, kritik, BUKITTINGGI SI KOTA WISATA DARI MINANG 53 SEMUA BERAWAL DARI... dan artikel dari BM Readers Bukittinggi adalah kota yang identik dengan hawa KONTRIBUTOR yang bisa dikirim melalui BM EDISI 18 Salam Ransel, 3 sejuk. Kota ini berada pada ketinggian 909-941 meter 56 alamat email kami. di atas permukaan laut. EDISI DEPAN 57 PULAU TOGEAN KOTA MANA YANG lebih menarik ketimbang kota yang mempunyai lembah indah dengan udara sejuk, ragam kuliner PANDU penggoda lidah, budaya yang kental, dan dipenuhi tempat-tem- MENUJU BUKITTINGGI pat wisata? Kita bisa mendapat itu semua di Bukittinggi, sebuah Semua besar bus lintas Sumatera kota berjarak 2 jam dari Kota Padang, Sumatera Barat. 11 melewati terminal Aur Kuning Pemerintah Bukittinggi sudah menobatkan kotanya (Bukittinggi). sebagai Kota Wisata. Oleh karenanya dukungan untuk sektor wisata cukup baik, dengan menebarkan banyak penginapan dan menjaga tempat-tempat wisata agar tetap menarik pengunjung. BULOK KOMUNITAS PROFIL Bukittinggi sudah sejak lama menjadi daerah tujuan wisatawan 27 RUMAH 33 NEBENG.COM 37 YUNAIDI JOEPOET mancanegara, kenapa kita tidak? BAGONJONG REDAKSI FOTO COVER : ERISON J. KAMBARI WEBSITE EMAIL FACEBOOK TWEET www.backpackinmagazine.com [email protected] Backpackin Magz @Backpackin_Magz 1 BAC K PA Ck I N I OKTOBER - NOVEMBER 2 0 1 2 OKTOBER-NOVEMBERBackpackin’ E-M 2012agazine I B A C K P A Ck IN ORDINAT BUKITTINGGI SI KOTA WISATA DARI MINANG BUKITTINGGI ADALAH KOTA yang identik dengan hawa sejuk. Kota ini berada pada ketinggian 909-941 meter di atas permukaan laut. Suhunya rata-rata 16-25 °C. Bandingkan dengan suhu Kota Padang yang berkisar 21-32 °C. Marapi dan Singgalang adalah dua gunung yang mengapit Kota Bukittinggi. OLEH: MUHAMMAD IQBAL | FOTO: ERISON J. KAMBARI, DESSY ALIANDRINA, DAN MUHAMMAD IQBAL I R A MB A K J. J. ON IS ER : OTO F 3 BAC K PA Ck IIN N I OKTOBER - NOVEMBER 2 0 1 2 OKTOBER-NOVEMBEROKTOBER - NOVEMBER 20122 0 1 2 I BBACKPA A C K P A Ck IN 4 berbentuk bulat, gaya Jepang dengan atap seperti kelenteng, dan akhirnya atap bagon- jong khas Minangkabau seperti sekarang. Yang tetap dipertahankan adalah angka jam 4 yang ditulis dalam huruf romawi sebagai ‘IIII’, bukan ‘IV’ seperti aturan yang berlaku. BENTENG FORT DE KOCK DAN KEBUN BINATANG Benteng Fort de Cock didirikan tahun 1825 ketika Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda dijabat oleh Baron Hendrik Merkus de Kock. Karenanya, benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Tentara A N I R Belanda menggunakan benteng ini sebagai D N benteng pertahanan, terutama sejak Perang Paderi bergejolak. SSY ALIA SSY E D : Ukuran bangunan benteng tidak be- OTO gitu besar, tetapi dilengkapi empat meriam F di setiap sudutnya. Saat ini, benteng tersebut menjadi bangunan di tengah taman yang Masyarakat Bukittinggi adalah orang- Minang artinya besar, jadi Jam Gadang banyak memiliki pohon rindang dan mainan orang Minangkabau yang masih kental artinya jam besar, karena menara jam ini anak-anak. Beberapa gazebo kecil menghiasi memegang budayanya. Kita dapat dengan memang berukuran besar. Fungsinya mirip sekeliling benteng untuk tempat duduk- mudah menemui orang-orang yang berbin- seperti menara jam Big Ben di London. duduk pengunjung. cang Bahasa Minangkabau. Makanan Bukit- Jam Gadang dibangun pada tahun Benteng Fort de Kock menjadi satu tinggi adalah makanan yang dekat dengan 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda destinasi wisata Bukittinggi yang dihubung- kesan pedas dan penuh rempah-rempah. kepada Rook Maker, sekretaris Fort de kan ke Kebun Binatang Bukittinggi dengan Konon banyak orang merekomendasikan, jika Kock (nama kecil Bukittinggi) pada masa FOTO : ERISON J. KAMBARI Jembatan Limpapeh, yaitu jembatan kayu ingin mencicipi makanan Padang paling lezat pemerintahan Hindia-Belanda. Jam tersebut yang letaknya persis di atas jalan raya Kota di dunia, maka pergilah ke Bukittinggi. didatangkan langsung dari Rotterdam, Be- Bukittinggi. Beberapa koleksi dalam Kebun Sebetulnya dengan hawa sejuk, JAM GADANG landa, melalui pelabuhan Teluk Bayur Padang budaya yang kental, dan makanan yang lezat Sering orang terkecoh dengan me- dan digerakkan secara mekanik oleh mesin saja Bukittinggi sudah cukup menarik untuk nganggap Jam Gadang terletak di Padang, yang konon hanya dibuat dua unit saja di ATAPNYA BERGANTI RUPA DARI wisatawan. Tapi tidak hanya itu yang dimi- padahal di Bukittinggi, sekitar 2 jam dari dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big liki Bukittinggi. Banyak tempat wisata yang Padang. Jam Gadang sudah menjadi icon Ben di London, Inggris. GAYA BELANDA, GAYA JEPANG, dapat kita temukan di tengah Kota Bukit- atau landmark, sekaligus titik nol kilome- Jam Gadang ini atapnya pernah KINI GAYA BAGONJONG tinggi, membuatnya kian menarik. ter Bukittinggi. Kata gadang dalam Bahasa berganti rupa dari gaya Belanda dengan atap 5 BAC K PA Ck I N I OKTOBER - NOVEMBER 2 0 1 2 OKTOBER-NOVEMBER 2012 I B A C K P A Ck IN 6 Binatang itu adalah gajah, burung cen- derawasih, tapir, buaya, beruang madu, dan orangutan. NGARAI SIANOK DAN LOBANG JEPANG Ngarai Sianok adalah lembah yang membentang sepanjang 15 km di Barat Daya Kota Bukittinggi. Kedalamannya bervariasi antara 75–110 meter. Sebuah sungai me- ngalir di bawah ngarai, yaitu Batang Masang. Batang dalam bahasa Minang artinya sungai. A Biasanya pengunjung masuk Ngarai N I R D Sianok dari Taman Panorama. Di dalamnya N tersedia semacam gardu pandang yang bisa SSY ALIA SSY dinaiki. Ngarai Sianok terlihat jelas dari gardu E D : tersebut. Di dekat gardu pandang, banyak OTO F BAC K PA Ck I N I OKTOBER - NOVEMBER 2 0 1 2 OKTOBER-NOVEMBER 2012 I B A C K P A Ck IN 8 FOTO : MUHAMMAD IQBAL didapat di sini: gulai daging cincang, gulai ikan, dendeng daging, gulai nangka muda, dan rebung muda. Masakan kapau identik dengan lumuran bumbu rempah yang kental. FOTO : ERISON J. KAMBARI BUKIT AMBACANG Aparat Pemerintah Hindia-Belanda penjual cenderamata dan lukisan yang berte- Lorong-lorong gelap memenuhi selu- PEMERINTAH HINDIA-BELANDA menyenangi pacuan kuda, lantas mereka makan Bukittinggi. ruh bagian gua yang terkesan seperti labirin membuat arena dan mengadakan lomba MEMBUATKAN JANJANG Masih di dalam Taman Panorama, itu. Di sebagian lorong terdapat bagian yang pacuan kuda di Bukit Ambacang pada tahun terdapat juga Lobang Jepang. Gua ini dibuat menjorok ke dalam membentuk ruang-ru- ANTARA PASAR-PASAR TERSEBUT 1889. Saat ini arena tersebut masih ada dan oleh tentara Jepang dengan menggunakan ang. Fungsinya beragam: dapur, penyimpan- juga masih banyak kuda yang hilir mudik di masyarakat Minang sebagai pekerja. Mereka an amunisi, kamar serdadu militer Jepang, dalamnya. Tetapi kuda yang sekarang bukan dipaksa menyelesaikan gua dengan panjang ruang rapat, ruang makan romusa, penjara, pasar tersebut. Sampai sekarang janjang untuk pacuan kuda, melainkan untuk kuda 1,47 km tersebut dengan siksaan yang bisa ruang penyiksaan, dan tempat pengintaian. masih digunakan oleh masyarakat. Salah wisata. Pengunjung dapat mengitari arena membuat merinding. satu yang paling terkenal adalah Janjang 40. menggunakan kuda tersebut dengan mem- Lobang Jepang dibangun pada ta- PASAR ATAS DAN PASAR BAWAH Pasar Atas dipenuhi oleh penjual bayar sejumlah uang. hun 1942 dan harus dihentikan pada tahun Berdempetan dengan Jam Gadang, produk tekstil, kerajinan tangan, dan makan- Hampir setiap sore Bukit Ambacang 1945 karena Jepang kalah oleh tentara terdapat pasar tradisional yang dikenal de- an kecil, termasuk yang khas Bukittinggi: ramai oleh masyarakat. Pedagang kaki lima Sekutu. Namun keberadaan gua ini baru ngan Pasar Atas dan Pasar Bawah. Usia Pas- keripik sanjai, kerupuk jangek, dan karak berderet-deret tidak mau kehilangan mo- diketahui beberapa waktu kemudian. Ma- ar Atas sedikit lebih tua dari Pasar Bawah, kaliang. Sementara Pasar Bawah banyak men. Mereka sekadar duduk-duduk bersama syarakat demikian geramnya melihat gua tetapi sama-sama sudah berumur lebih dari menjual bahan makanan. Nasi kapau adalah keluarga atau teman, menikmati peman- tersebut penuh dengan mayat masyarakat seabad. Pemerintah Hindia-Belanda mem- makanan yang paling dicari wisatawan di dangan aktivitas berkuda. lokal. buatkan janjang (anak tangga) antara pasar- Pasar Bawah. Beberapa makanan yang bisa 9 BAC K PA Ck I N I OKTOBER - NOVEMBER 2 0 1 2 OKTOBER-NOVEMBER 2012 I B A C K P A Ck IN 10 PANDU PADANG-BUKITTINGGI Jarak sekitar 92 Km ditempuh dalam waktu 2 jam pakai: 1. Taksi (Rp 150.000-Rp 200.000/mobil) Ada setiap saat dari Bandara Internasi- PENGINAPAN onal Minangkabau Deretan penginapan mudah ditemui di Jl Ahmad Yani dan sekitarnya. Beberapa angkot 2. Tranex (Rp 16.000/orang) dari terminal Aur Kuning melewati jalan ini. Ada setiap saat dari Kota Padang. AP M Tranex adalah mobil ELF yang dijadikan ang- E 1. Hotel Srikandi (Jl A. Yani no.117); Rp 80.000; 2 GL kutan umum. Tranex menuju Bukittinggi biasa OO single bed, kamar mandi dalam. G : ngetem di Ulak Karang (dekat Kampus Bung A ET P Hatta, Padang). 2. Hotel Asia (Jl Kesehatan no.38); kamar ekono- Jika Anda dari bandara, ada Tranex mi Rp 125.000; 2 single bed, kamar mandi dalam tujuan Padang dan Damri yang keliling kota (air panas dan dingin), TV kabel. Padang. Setelah sampai Padang, baru cari ang- SEMUA BUS LINTAS Sumatera kutan ke Bukittinggi, salah satunya Tranex yang melewati terminal Aur Kuning (Bukittinggi).
Recommended publications
  • Ungkapan Bentuk Dan Makna Filosofi Atap Masjid Raya Sumatera Barat, Padang, Indonesia
    Supriatna, Handayani, Ungkapan Bentuk dan makna Filosofi Ata Masjid Raya Sumatera Barat Volume 4 – Nomor 2 – Juni 2021 p-ISSN 2621-1610 e-ISSN 2620-9934 http://ejournal.upi.edu/index.php/jaz - e-mail: [email protected] doi.org/10.17509/jaz.v4i2.32964 UNGKAPAN BENTUK DAN MAKNA FILOSOFI ATAP MASJID RAYA SUMATERA BARAT, PADANG, INDONESIA 1 Article History: Cecep Supriatna First draft received: Sri Handayani2 24 Maret 2021 1 Program studi Arsitektur S-2, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia Revised: 2 Program studi Pendidikan teknologi Agro Industri, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, 26 April 2021 Bandung Indonesia Accepted: Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung, Indonesia, 40154 10 Juni 2021 Email: [email protected] First online: [email protected] 10 Juni 2021 Abstract: Islamic architecture appears not only as mere ornament, but is a media that plays Final proof received: an important role that has its own charm for every visitor/user, because a good design must Print: respond to geography, location, climate, size, culture and others. The dome-shaped mosque 15 Juni 2021 building has thrived in the Islamic world and has become a symbol of expression of the structure and identity of a mosque. However, in the last two decades, many mosques without Online domes have appeared in Indonesia. Mosques with modern geometric elements are 15 Juni 2021 increasingly standing majestically in several areas in Indonesia. Some architects began to Jurnal Arsitektur ZONASI eliminate the dome element in the mosque, but still displayed Islamic values. One of the is indexed and listed in mosques without a dome is the Great Mosque of West Sumatra.
    [Show full text]
  • LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU
    LAPORAN PENELITIAN No : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 STUDI STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA, MINANGKABAU DAN TORAJA Oleh: Esti Asih Nurdiah, ST., MT. JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA 2011 i HALAMAN PENGESAHAN 1. a. Judul : Studi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Batak Toba, Minangkabau dan Toraja. b. Bidang Ilmu : Struktur Arsitektur c. Nomor Penelitian : 09/Pen.Arsitektur/UKP/2011 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Esti Asih Nurdiah, ST., MT. b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Pangkat/Golongan/NIP : IIIB / 08-005 d. Jabatan Akademik : Asisten Ahli e. Fakultas/Jurusan : FTSP / Arsitektur f. Universitas : Universitas Kristen Petra 3. Jumlah Tim Peneliti : - 4. Lokasi Penelitian : Universitas Kristen Petra 5. Kerjasama dengan Instansi Lain : - 6. Jangka Waktu Penelitian : 1 tahun 7. Biaya : a. Sumber dari UK Petra : Rp. 1.640.650 b. Sumber Lainnya : - Total : Rp. 1.640.650 Surabaya, 12 September 2011 Mengetahui, Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Peneliti Agus Dwi Hariyanto, ST., M.Sc. Esti Asih Nurdiah, ST., MT. NIP. : 99-033 NIP. : 08-005 Menyetujui, Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Ir. Handoko Sugiharto, MT. NIP: 84-028 ii ABSTRAK Keindahan arsitektur nusantara telah dikenal luas dan banyak dieksplorasi sejak masa Kolonial atau penjajahan bangsa asing di kepulauan nusantara. Arsitektur nusantara sebagian besar merupakan bangunan rumah tinggal yang dibangun berdasarkan adat dan tradisi setempat. Proses pendirian rumah tradisional sejak awal penentuan lokasi hingga didirikan dan dihuni, tidak pernah lepas dari pengaruh adat, kepercayaan dan tradisi. Oleh karena itu, arsitektur nusantara seringkali disebut juga sebagai Arsitektur Tradisional atau Rumah Tradisional.
    [Show full text]
  • Surau Nagari Lubuk Bauk Dan Surau Gadang Bintungan Sumatera Barat : Tinjauan Gaya Bangunan Dan Makna Ornamen
    Surau Nagari Lubuk Bauk dan Surau Gadang Bintungan Sumatera Barat : Tinjauan Gaya Bangunan dan Makna Ornamen Ivo Giovanni, Isman Pratama Nasution Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Artikel ini membahas bangunan surau di Sumatera Barat yaitu Surau Nagari Lubuk Bauk dan Surau Gadang Bintungan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh adat pada bangunan surau berdasarkan tinjauan arsitektur dan makna ornamennya. Selain itu, dilakukan perbandingan antara surau dengan bangunan tradisional Minangkabau lainnya, yaitu rumah gadang dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Hal ini dilakukan agar unsur-unsur adat yang terlihat pada surau dapat diuraikan dengan jelas, sehingga dapat diketahui makna dari setiap unsur adat tersebut dan peran surau bagi masyarakat Minangkabau pada saat surau tersebut dibangun. Berdasarkan kajian ini dapat diketahui bahwa Surau Nagari Lubuk Bauk dan Surau Gadang Bintungan memiliki bangunan yang berbeda. Surau Nagari Lubuk Bauk memiliki bentuk yang bertingkat, karena hal ini dipengaruhi oleh aliran adat Koto Piliang yang menganut paham aristokrasi, sedangkan Surau Gadang Bintungan tidak bertingkat karena dipengaruhi oleh aliran adat Bodi Caniago, yang menganut paham demokrasi. Selain itu ragam hias ornamen yang terdapat pada surau ini juga memiliki makna yang mengandung pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi masyarakat Minangkabau. Kata Kunci: Adat Minangkabau, Bangunan tradisional, Surau Gadang Bintungan, Surau Nagari Lubuk Bauk. Surau Nagari Lubuk Bauk and Surau Gadang Bintungan of West Sumatra: A study of Architectural Style and the Meaning of the Ornament. Abstract This article discusses about surau (little Mosque) in West Sumatra, namely Surau Nagari Lubuk Bauk and Surau Gadang Bintungan. The aim of this article is to see the tradition influences in the buildings, based on their architectures and the meaning of ornaments.
    [Show full text]
  • Bracing Sebagai Teknologi Kontrol Seismik Pada Struktur Rumah Tradisonal Sumatra
    E-ISSN : 2621-4164 Vol. 01 No 02 Desember 2018 BRACING SEBAGAI TEKNOLOGI KONTROL SEISMIK PADA STRUKTUR RUMAH TRADISONAL SUMATRA Mohammad Ihsan 1Universitas Bakrie *)Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. H. R. Rasuna Said No.Kav. C-22, RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12940 Abstract Sumatra Island is earthquake hazard area in Indonesia, because two continental plates generate subduction zone. In Sumatra there are many traditional house, function of traditional house is dwellings as well as community meeting halls because that have cultural and historical values. The ancestors have also learned a lot about natural events they have experienced, from this experience they can make earthquake resistant structures for large earthquake, the result is that the Traditional Houses can still stand firm. One of the seismic control technologies in Sumatran traditional house is bracing. In this paper the structure of Sumatran Traditional Houses modeled by numerical analysis and analyzed dynamically behavior from its structure. The analysis revealed the secrets of seismic bracing control in the structure of the Sumatran Traditional House. Keywords: Sumatran Traditional House, Earthquake, Bracing Abstrak Pulau Sumatra merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia karena terdapatnya pertemuan dua lempengan benua. Di Pulau Sumatra masih banyak Rumah Tradisional baik yang difungsikan sebagai tempat tinggal maupun sebagai Rumah Adat yang mempunyai nilai budaya dan historis dan seringkali berfungsi sebagi balai pertemuan masyarakat. Para leluhur juga telah banyak belajar dengan kejadian alam yang pernah mereka alami sehingga mereka dapat membuat struktur tahan gempa dan jika terjadi gempa besar Rumah Tradisional masih dapat berdiri kokoh.
    [Show full text]
  • Kajian Awal Keaslian Struktur Dari Arsitektur Tradisional Di Sumatera
    Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 4, 001-008, Februari 2020 https://doi.org/10.32315/sem.4.001 Kajian Awal Keaslian Struktur dari Arsitektur Tradisional di Sumatera Ari Siswanto Korespondensi : [email protected] Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Abstrak Arsitektur dan struktur dari beberapa tipe rumah tradisional di Sumatera memiliki keaslian yang tidak disadari karena belum banyak penelitian tentang hal tersebut. Keaslian yang tidak mendapatkan pengaruh dari budaya di luar Indonesia karena memang kontekstual dengan budaya dan lingkungan setempat. Rumah tradisional berbentuk panggung menggunakan struktur kayu tanpa paku yang memiliki fleksibilitas gerakan jika terjadi goncangan akibat gempa bumi yang akrab di wilayah Sumatera Bagian Barat. Keaslian arsitektur dan struktur tradisional di Sumatera merupakan mahakarya di bidang bangunan yang membanggakan dan memperoleh apresiasi mendalam secara global. Sebaliknya, penghargaan dari bangsa Indonesia terhadap arsitektur dan struktur asli Indonesia masih sangat kurang. Beberapa tipe rumah tradisional di Sumatera menunjukkan keaslian arsitektur dan struktur yang mengagumkan dan sesuai dengan prinsip arsitektur dan struktur masa kini. Prinsip dan filosofi struktur bagian bawah asli Indonesia masih tetap relevan dan dapat menjadi inspirasi bagi para arsitek dan ahli struktur secara lokal maupun global. Kata-kunci: arsitektur, keaslian, struktur, Sumatera, tradisional Pendahuluan Hindu, Buddha, Kristen, Islam, Cina dan Eropa (Barat) yang telah mempengaruhi arsitektur Pulau Sumatera dihuni oleh beberapa suku tradisional di Sumatera bahkan di Indonesia. bangsa yang memiliki berbagai tipe arsitektur Walaupun demikian, masih terdapat beberapa tradisional yang telah melekat dengan arsitektur tradisional di Sumatera yang tidak kehidupan mereka selama beberapa generasi mendapatkan pengaruh dari kebudayaan luar, secara turun temurun (Alain & Viaro, 2007; Ari, setidak-tidaknya struktur bagian bawah 2009; Mukhtar, Pangarsa, & Wulandari, 2013).
    [Show full text]
  • Eksistansi Rumah Tradisonal Padang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Dan Tantangan Jaman
    Simposium Nasional RAPI XI FT UMS – 2012 ISSN : 1412-9612 EKSISTANSI RUMAH TRADISONAL PADANG DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN TANTANGAN JAMAN Purwanita Setijanti 1, Johan Silas 2, Susetyo Firmaningtyas 3, Hartatik 4 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp. 031 5924301 1Email: [email protected] 2Email: [email protected] 3Email: [email protected] 4Email: [email protected] Abstrak Keberadaan rumah tradisional telah melalui proses yang sangat panjang dan terbukti mampu mengakomodasi kebutuhan penghuninya dan tanggap pada kondisi alam. Akan tetapi seiring dengan perubahan gaya hidup, perubahan iklim dan bencana alam seperti gempa bumi telah menjadi masalah utama rumah tradisional di Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan rumah tradisional dianggap tidak mampu lagi mengakomodasikan kebutuhan penghuni, baik dari sisi desain, sosial maupun teknologi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Sebagai sampel penelitian dipilih rumah tradisional Padang, di Propinsi Sumatera Barat. Bangunan rumah taradisional Padang teruji tahan terhadap gempa yang terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2009. Rumah Tradisional Padang tidak dikenal secara luas, masyarakat umumnya lebih mengenal rumah Gadang atau rumah Bagonjong yang juga berasal dari Sumatera Barat. Hasil dari penelitian ini berupa tipologi rumah tradisional Padang yang telah ada dan masih tetap eksis berdasarkan bahan, bentuk, fungsi dan keterkaitan dengan tata nilai-nilai sosial, aspek teknis bangunan dan aspek lingkungan dan iklim setempat diharapkan dapat ditemukan benang merah aspek- aspek normatif pada bangunan rumah tradisional yang perlu dipertahankan. Dengan ditemukannya esensi/inti dari rumah tradisional Padang tersebut diharapkan dapat dikembangkan bentuk arsitektur yang menjawab tantangan perubahan iklim dan jaman namun tetap didasarkan atas norma bangunan tradisional.
    [Show full text]
  • Rumah Gadang As a Symbolic Representation of Minangkabau Ethnic Identity
    International Journal of Social Science and Humanity, Vol. 5, No. 1, January 2015 Rumah Gadang as a Symbolic Representation of Minangkabau Ethnic Identity Elda Franzia, Yasraf Amir Piliang, and Acep Iwan Saidi the people of Minangkabau bring their culture and tradition Abstract—Minangkabau is one of the ethnic groups in to their new land. Indonesia. This ethnic group is usually known by rumah makan Tradition is always becoming the base of the Minangkabau padang or traditional food stall with spicy and delicious food in culture. People whose travel always looking for their ethnic it, or by the people’s specific choice of earning their living such as being a seller or entrepreneurs. On the other hand, every group’s society. People need to be rooted to their culture. It ethnic group has a symbol or other visual identity use for their constructs their identity. Therefore the traveler is still identification. Rumah Gadang, the traditional house of connected to their villages and clan, and the traveler is always Minangkabau, is one of the symbolic representations of find the way to go back home. Minangkabau’s self identity. The unique visual form of Rumah Identity related to the cultural characteristic of the ethnic Gadang can be seen in many visual identities of Minangkabau’s people in daily basis, such as for rumah makan padang’s logo, group. Rumah gadang is the traditional house of stall’s identity, corporate identity, or as a virtual identity and a Minangkabau ethnic people. The modernization and profile picture in social network site such as Facebook. This globalization have transferred the rumah gadang into the phenomenon is becoming the visual language in Indonesia’s symbolic position of people’s tradition.
    [Show full text]
  • Sosial Budaya Masyarakat Pariangan Dalam Karya Film Dokumenter “Ishlah”
    1 SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PARIANGAN DALAM KARYA FILM DOKUMENTER “ISHLAH” Nolly Media Putra1 Ediwar dan Gerzon Ajawaila ABSTRAK Karya film dokumenter “Ishlah” merupakan sebuah karya yang terinspirasi dari peristiwa sosial budaya. gagasan dasar diusung berdasarkan beberapa kebiasan bersama masyarakat nagari Pariangan yang dinilai sebagai ruang sosial, sekaligus wadah bagi semua lapisan masyarakat dalam dalam membina hubungan silaturahmi antar sesama, baik itu kebiasaan sehari-hari ataupun kebiasaan-kebiasan seperti upacara adat bahkan keagamaan (upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi) Tema yang diacu adalah nilai sosial budaya yang terdapat pada setiap kebiasan, selain fungsi dasarnya sebagai wadah spiritual, beberapa dari kebiasaan tersebut juga merupakan sebagai ruang sosial (media) yang mampu mempersatukan hubungan antarsesama dan mempererat hubungan silaturahim. Metode garapan dilakukan melalui riset, pengolahan data, penulisan naskah berupa treatment, proses shooting dan editing. Karya ini dibagi kedalam lima segmen. Bagian pertama memvisualkan geografis daerah, bagian kedua, sistem mata pencaharian, bagian ketiga, memvisualkan unsur relegius dan aktivitas mayarakat (anak-anak belajar mengaji, para pemuda belajar pasambahan dan main koa. Pada bagian keempat menggambarkan upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi. Bagian kelima adalah bagian penutup, menggambarkan beberapa rumah gadang yang telah ditinggalkan bahkan sudah mulai rusak, pada 1 Nolly Media Putra, adalah Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Padangpanjang 2 bagian ini juga digambarkan beberapa orang yang sedang memperbaiki rumah gadang yang telah rusak tersebut. Kata Kunci: Dokumenter, Upacara Ratik Tagak, Maulid Nabi, silaturrrahmi, nilai sosial. ABSTRACT Ishlah is a documentary movie wich inspired by local culture. Basic idea contructed by social behaviour of peoples who life in Pariangan this social behaviour contains whole peoples live activity such daily activity and cultural ceremony and religious ceremony.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Gadang
    1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Gadang merupakan rumah komunal masyarakat Minangkabau, rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama lain dengan Rumah Baanjuang. Oleh karena itu, baik dari gaya, hiasan bagian dalam dan luar serta fungsi sosial budaya Rumah Gadang mencerminkan kebudayaan dan nilai ke- Minangkabauan. Rumah Gadang berfungsi sebagai rumah tempat tinggal bagi anggota keluarga satu kaum, yang mana merupakan perlambangan kehadiran satu kaum dalam satu nagari, serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan seperti tempat bermufakat keluarga kaum dan melaksanakan upacara. Bahkan sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk di dalam suku atau kaum yang secara turun temurun dan hanya dimiliki atau diwarisi kepada perempuan pada kaum tersebut. Di halaman depan Rumah Gadang biasanya terdapat dua buah bangunan rangkiang, yang digunakan untuk menyimpan padi. Kata “Gadang” dalam bahasa Minangkabau artinya besar. Maka Rumah Gadang biasa memiliki ukuran besar dan sering digunakan untuk menyelesaikan urusan besar, seperti musyawarah adat dan upacara perkawinan. Rumah Gadang memiliki bentuk seperti rumah panggung dan persegi panjang. Lantainya terbuat 2 dari kayu. Atapnya menonjol dan mencuat ke atas. Biasanya dicat dengan warna coklat tua. Arsitektur Rumah Gadang yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya. Rumah Gadang menurut adat dimiliki oleh kaum perempuan yang akan terus diwariskan oleh seorang ibu kepada anak perempuannya di bawah kewenangan pemimpin kaum atau suku yang lazim disebut Mamak Kaum. Berdasarkan adat Minangkabau, setiap Rumah Gadang didiami oleh keluarga besar pihak istri yang terdiri atas nenek, anak-anak perempuan dan cucu perempuan.
    [Show full text]
  • Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Gedung Wayang Orang Sriwedari Di Taman Sriwedari Surakarta the Application of Neo-Vern
    Jurnal AGORA ISSN 1411-9722 (Print) Vol. 17 No. 2 Desember 2019: 98-103 ISSN 2622-500X (Online) DOI: http://dx.doi.org/1025105/agora.v17i1.7501 PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA GEDUNG WAYANG ORANG SRIWEDARI DI TAMAN SRIWEDARI SURAKARTA THE APPLICATION OF NEO-VERNACULAR ARCHITECTURE TO THE WAYANG ORANG BUILDING AT TAMAN SRIWEDARI SURAKARTA Aldin Fatih1, A. Hadi Prabowo2, Laksmi Utami3 1) Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti 2,3) Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti *email: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Taman Sriwedari merupakan kawasan cagar budaya dan konservasi, serta termasuk kawasan strategis social budaya Kota Surakarta. Dalam hal itu, pemerintah Kota Surakarta ingin merancang sebuah Gedung Wayang Orang yang nanti akan dijadikan sebagai tempat pemantasan kesenian wayang orang rutin dilakukan sehingga terlestarikannya kesenian wayang orang. Pemerintah Kota Surakarta ingin merancang Gedung Wayang Orang nilai estetika yang tinggi, namun tanpa menghilangkan unsur tradisional dari Kota Surakarta agar bisa meninggalkan rasa citra dan kesan pada pengunjung maupun pengguna bangunan. Oleh karena itu, Arsitektur Neo – Vernakular menjadi pilihan yang sangat tepat. Arsitektur Neo – Vernakular bisa diterapkan pada bangunan dari kriteria, karakteristik maupun prinsip yang nantinya akan diterapakan pada bangunan. Dalam tulisan ini membahas bagaimana penerapan Neo Vernakular dapat diterapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunana pendekatan kualitatif dengan studi literatur serta menganalisi langsung. Hasil pembahasan menunjukan bahwa unsur lokal, adat atau budaya diterapkan pada gubahan massa, bentuk atap maupun ornamen pada bagian bangunan. Kata kunci : Kota Surakarta, Taman Sriwedari, arsitektur neo vernakular, Gedung Wayang Orang.
    [Show full text]
  • Guna Dan Citra Sebagai Wujud Kreativitas Dalam Arsitektur Nusantara Studi Kasus Arsitektur Tongkonan Toraja, Mamasa Dan Batak Toba
    ISSN 2460-7878 (print) - 2477-5975 (Online) jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/EIJA Vol 6, No 1, 2020 Guna dan citra sebagai wujud kreativitas dalam arsitektur nusantara Studi Kasus Arsitektur Tongkonan Toraja, Mamasa dan Batak Toba Josephine Roosandriantini Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya, Indonesia. [email protected] Abstrak Arsitektur nusantara yang merupakan hasil ide kreatif dari masyarakat Nusantara, yang cenderung diciptakan hanya dengan material dan peralatan sederhana. Akan tetapi arsitektur nusantara yang hadir dengan identitas kekunoannya, bukan berarti tidak memiliki nilai kreativitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan teori "Guna dan Citra" dari Mangunwijaya dalam memandang wujud kreativitas dalam arsitekur nusantara. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai kajian literatur untuk menarik kesimpulan tentang bagaimana Teori "Guna dan Citra" diterapkan di Arsitektur Nusantara. Dua objek arsitekur Tradisional, yakni bangunan Tongkonan di Toraja dan Mamasa, serta arsitektur Batak Toba dipilih sebagai objek kajian. Hasil kajian memperlihatkan bahwa penerapan aspek Guna terletak pada pada detail arsitektural konstruksi, tampilan atap dan material yang berkaitan dengan fungsi. Sedangkan penerapan Citra terletak pada penggambaran makna yang dikaitkan kepada penyelesaian bangunan. Selain itu kajian ini semakin menguatkan fakta bahwa Arsitektur Nusantara merupakan hasil ide kreatif masyarakatnya dalam beradaptasi dengan kondisi geogfrafis dan iklim. Kata kunci: arsitektur nusantara, guna, citra, kreativitas, Abstract Nusantara architecture, which is the result of creative ideas from the Nusantara people, tends to be created with simple materials and equipment. However, the Nusantara architecture, which comes with its ancient identity, does not mean that it has no creative value. This study explores the application of Mangunwijaya's "Use and Image" theory in seeing the form of creativity in Nusantara architecture.
    [Show full text]
  • Laporan Akhir Penelitian Fundamental
    i Kode/Nama Rumpun Ilmu : 733/Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN MITIGASI BENCANA BERBASIS KEARIFAN TRADISIONAL SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Ketua : Dr. Ir. Indarti Komala Dewi M.Si NIDN 0003025801 Anggota : Dr. Yossa Istiadi, MSi NIDN 9903015856 UNIVERSITAS PAKUAN November 2014 ii iii RINGKASAN Berbagai kejadian bencana telah memberikan pengalaman empiris pada masyarakat Indonesia dalam hal menghadapi dan mengurangi risiko bencana. Salah satu alternatif dalam mengurangi risiko bencana bencana adalah memanfaatkan kearifan tradisional. Oleh karena itu penggalian kembali kearifan tradisional sangat penting dalam upaya penyelamatan masyarakat dari risiko bencana. Dalam hal ini pendidikan memegang peran penting dalam membantu meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam mitigasi bencana Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya , dari segi fisik merupakan kawasan rawan bencana, salah satunya adalah kecamatan Salawu(Perda Kabupaten Tasikmalaya No 2/2012). Salah satu kampung di Kecamatan Salawu yang masih memegang kuat budaya dan adat adalah Kampung adat Naga. Kampung Naga secara geografis terletak pada Koordinat 7º21’49,024” - 7º21’31,757” Lintang Selatan dan 107º59’24,753” - 107º59’44,252” Bujur Timur. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan penelitian adalah bagaimana masyarakat tradisional Kampung Naga memitigasi bencana, sehingga kampung atau tempat tinggal mereka dapat aman dari risiko bencana; apa saja bentuk kearifan tradisional yang dapat mitigasi bencana; dan bagaimana mengembangkan pengetahuan mitigasi bencana berdasarkan kearifan tradisional tersebut. Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun. Untuk tahun pertama tujuan penelitian adalah : 1. Mengkaji dan memetakan mitigasi bencana berbasis kearifan tradisional di Kampung Naga 2. Mengkaji prospek dan fokus mitigasi bencana yang melembaga secara tradisi di Kampung Naga 3.
    [Show full text]