Kearifan Lokal Modifikasi Potensi Place Identity Geriten Karo
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
s KEARIFAN LOKAL MODIFIKASI POTENSI PLACE IDENTITY GERITEN KARO KEYNOTE SPEAKER D Lindarto Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan. Indonesia. Email : [email protected] ABSTRAK Perkembangan arsitektur dunia diwarnai usaha memunculkan kekhususan ciri lokalitas / regionalisme keunikan tempat. Ditengah demolisi kemusnahan artefak arsitektur adat, penggiat arsitektur Nusantara mencoba mengabadikan dalam bentuk kertas kerja dengan semangat pengungkapan kecerdasan arsitektur Nusantara yang setara dengan pengetahuan arsitektur dunia. Tulisan ini mengungkap kecerdasan arsitektural berupa unsur pembentuk place identity yang terdapat pada geriten Karo. Secara fenomenologis, analisis dilakukan dengan metode deskriptif model Ricoeur dan teknik retorika. Pembahasan melingkupi transformasi geriten, obyek geriten-rumah, geriten-ladang, geriten artifisial, Terungkap bahwa Geriten (selain jambur) merupakan rujukan modifikasi unsur rancang bangunnya untuk beragam fungsi di masa kini. Hal ini menunjukkan bahwa geriten mempunyai unsur daya ungkit pembentuk identitas dalam ungkapan penanda tempat (landmark) antara lain elastisitas ketinggian (vertikalitas), ornamentasi, setting, distinctivenenss, occasion, boundary, orientation, rhythm. Geriten sebagai salah satu dari kecerdasan Nusantara merupakan modal kekayaan lokalitas yang potensial untuk membangun arsitektur berjati diri. Nusantara menanti kajian pengungkapan kecerdasan arsitektur Nusantara lainnya untuk bersanding dengan pengetahuan dunia. Kata Kunci : kearifan lokal, place identity, geriten Karo PENDAHULUAN kemampuan intuisi/perasaan manusia Nusantara [3] . Perkembangan arsitektur dunia masa kini diwarnai oleh usaha untuk memunculkan Tuntutan pengungkapan regionalisme kembali kekhususan ciri lokalitas yang arsitektur Nusantara dicanangkan oleh kemudian dilafalkan menjadi regionalisme Prijotomo dikatakannya bahwa dalam upaya dengan tampilan keunikan jati diri tempat [1] berarsitektur kiwari menjadi halal dilakukan Kehendak untuk memperlihatkan identitas penghadiran kembali segenap ungkapan dan lokal dan potensi olah rancang bangun yang komponen arsitektur klasik atau daerah atau berbeda antar tempat dianggap menjadi suatu tradisional guna melihatkan identitas atau keharusan dan populer sebagai pokok bahasan jatidiri bangsa (arsitektur klasik=arsitektur narasi maupun praksis di era abad XII [2] nusantara)[4]. Metode olah pikir yang Fenomena demikian berlangsung juga di ditawarkan antara lain dengan menempatkan Indonesia melalui diskusi panjang atas nama arsitektur tradisional sebagai rekaman arsitektur Nusantara. pengetahuan Arsitektur Nusantara, kemudian membangun arsitektur Nusantara sebagai Sejauh ini para penggiat arsitektur Nusantara pengetahuan arsitektur yang dapat digunakan telah menghasilkan banyak kertas kerja dalam untuk membuat arsitektur yang menusantara rangka mengungkap kecerdasan arsitektur disatu pihak dan menjadikan arsitektur Nusantara ditengah ironi kemusnahan artefak Nusantara sebagai warga arsitektur dunia di arsitektur Nusantara itu sendiri. Semangat yang pihak yang lain[5]. melandasi adalah pemahaman bahwa pengetahuan arsitektur nusantara mempunyai Tulisan ini merupakan pengungkapan ke-cerdas-an sebagai kemampuan otak/nalar; kecerdasan arsitektur Nusantara sebagai tapi juga mempunyai ke-cerdik-an sebagai pelengkapan mosaik-mosaik pengetahuan arsitektur Nusantara yang telah banyak Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 11 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Kearifan Lokal Modifikasi Potensi Place Identity Geriten Karo s diungkapkan penggiat narasi arsitektur dalam METODE PENELITIAN berbagai konteks misalnya struktur [6], ruang arsitektural Jawa [7] Istilah kecerdasan Penelitian ini bermula dari ungkapan Nusantara [8], lokalitas arsitektural Nusantara Prijotomo bahwa beragamnya karya arsitektur [9] Tulisan ini ibarat pengungkapan selubung yang mencerminkan keberagaman etnis dan demi selubung lipatan pengetahuan arsitektur budaya menunjukan adanya kesetempatan / yang akan mengkayakan khasanah arsitektur di lokalitas yang luar biasa dtengah pemikiran Nusantara dalam upaya perwujudan arsitektur tentang kesemestaan/globalitas yang memang di Indonesia yang berjati diri. bersifat umum [17]. Karenanya penelitian ini akan mengungkap kecerdasan lokal arsitektur Di pulau Sumatera utamanya di Sumatera Geriten dengan koridor kesemestaan Utara setidaknya terdapat tujuh etnis pengetahuan ‘penanda tempat’ arsitektural. mengemuka yaitu Nias, Pak-Pak Dairi, Melayu, Mandailing, Batak Toba, Batak Perubahan arsitektur geriten Karo merupakan Simalungun dan Karo. Suku Karo tinggal di fenomena artefak. karenanya perlakuan dataran tinggi 1300 m dpl di lereng gunung fenomenologis menjadi pilihan mengungkap Sinabung dan Sibayak Kabupaten Tanah Karo. unsur kreasi Geriten sebagai penanda tempat Masyarakat Karo sebagian masih penganut (place identity). Dengan menggunakan metode Pemena atau Pabegu selain pemeluk agama kualitatif naturalistik / fenomenologi, menarik Islam atau Kristen. Masa kini permukiman kesimpulan penelitian secara induktif dari Karo yang masih cukup terawat ada di desa tema-tema temuan lapangan, mengabstraksikan Lingga Kabupaten Karo sejauh 4,5 km dari ibu realitas ke dalam konstruksi konsepsual dan kota Kabanjahe. menggunakan peneliti sebagai instrumen utama penelitian [18]. Analisis dilakukan dengan metode deskriptif dan teknik retorika Suatu pemukiman rumah Karo yang disebut [19]. Model telaah kritis Paul Ricoeur Kuta terdiri atas beberapa rumah Si Waluh digunakan dalam melakukan interpretasi Jabu (rumah tinggal), Sapo page (lumbung tekstual mendeskripsikan suatu fenomena padi), Jambur (balai berkumpul), Jambur dalam bentuk narasi [20]. lesung (tempat menumbuk padi) dan Geriten (tempat tulang moyang). Eksistensi geriten HASIL DAN PEMBAHASAN terlihat di tengah kemusnahan type rumah Karo (tercatat tahun 2017 desa Lingga Jelajah Arsitektur Geriten menyisakan hanya 3 bangunan siwaluh jabu, jambur lesung dan geriten). Arsitektur yang Penggunaan nama Geriten sering disebut geriten oleh masyarakat kini hanya dipertukarkan dengan Jambur karena bentuk menunjuk kepada hiasan tugu, gerbang desa yang hampir typikal. Geriten lebih kecil dari jauh dari kesan sakral sumber keteladanan jambur dengan ukuran sekitar 2,5 meter x 2,5 nenek moyang. Khasanah kecerdasan meter. Geriten tegak diatas tiang, bagian atas arsitektur Nusantara Karo sendiri telah banyak berdinding sebagai tempat menyimpan ditelaah dari sisi keberadaan geriten di tulang-belulang mereka yang meninggal lapangan Merdeka [10], budaya dan ritual cawir metua (lanjut usia). Jenis kematian ini arsitektur Karo [11], arsitektur Karo dianggap paling mulia pada budaya Karo. menanggapi bencana [12], budaya religi dan Penyimpanan tulang belulang arsitektur Karo [13], ritual pembangunan diselenggarakan dengan ritual adat rumah Karo [14]. elemen pembentuk visual, Ngampeken Tulan-Tulan (Ngampeken = spatial dan struktural arsitektur Karo [15]. mengambil / mengumpulkan kembali, Tulan- simbol dan makna Gerga rumah Karo [16]. tulan = Tulang). juga dikatakan Muat Tulan- Dengan memperhatikan kebertahanan Tulan, yang diadakan di Jambur. arsitektur Geriten maka menarik untuk diungkapkan unsur yang meneguhkan geriten sehingga bentukannya tetap diminati dalam berbagai kreasi arsitektur Karo masa kini. Seminar Nasional “Kearifan Lokal dala Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia” 12 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara D Lindartos Penjelajahan arsitektur geriten ini adalah pengungkapan unsur kearifan lokal (local genius) yang dikiaskan sebagai berikut : “....the sum of cultural characteristic which the vast majority of people have in common as a result of their experiences in early life…” yaitu keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat/bangsa sebagai hasil pengalaman mereka di masa lampau) [21]. Dengan demikian konteks bahasan lebih merupakan jelajah yang melibatkan idiom arsitektural dan antropologi secara resiprokal. Kemenjadian bentuk rumah tulang / geriten Gambar 1. Geriten (schedelhuisje) en rijstschuren, Soerbati. 1914-1919 secara umum dipengaruhi oleh beberapa aspek Sumber : www.gobatak.com sebagaimana pendapat bahwa ‘…Bentuk rumah dimodifikasi oleh keadaan iklim juga Keragaman sosial masyarakat Karo dan metode konstruksi, ketersediaan material dan kreasi tukang berpengaruh terhadap teknologi, sebagai faktor pembentuk penampilan bentuk dan ornamentasi geriten. pendukung [22] Ornamentasi geriten menggambarkan strata Rancang bangun arsitektur kematian suku sosial dan profesi semasa hidupnya orang Karo mulanya menegakkan wadah sederhana yang ‘dinaikkan’ tulang-belulangnya. berstruktur bambu seperti tempat sesaji sebagai Ornamentasi geriten serupa dengan ornamen pengabadian moyang yang telah meninggal rumah tinggal dalam bentuk maupun makna (gambar 3). simbolisnya. Pada melen-melen/pendungi dibubuhkan ornamen tapak raja sulaiman dan teger tudung bermakna kewibawaan dan keagungan. Ornamen pengeret-ret (cicak) sebagai pengikat derpih dinding kayu bermakna ikatan kekeluargaan serta penolak bala. Di bagian pucuk bubung atap terpasang ornamen tanduk kerbo dipercaya sebagai penjaga geriten, penolak bala. Sejak jaman penjajahan Jepang di Indonesia, geriten telah menjadi bangunan yang menarik sehingga terpampang pada mata uang Dai Nippon sebagai salah satu ikon bangunan Indonesia. Setting menunjukkan adanya kedekatan (proximity) yang erat antara geriten dengan rumah Si waluh jabu, jambur,