Perpustakaan.Uns.Ac.Id Digilib.Uns.Ac.Id Commit to User
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II GAMBARAN UMUM SURAT KABAR KOMPAS, REPUBLIKA DAN MEDIA INDONESIA Penelitian ini meneliti tiga surat kabar nasional yaitu surat kabar Kompas, Republika dan Media Indonesia terkait sejauh mana pemberitaan tentang kawasan perbatasan Indonesia selama kurun waktu setahun yaitu tahun 2013. Dalam hal ini, peneliti mendapatkan informasi mengenai sejarah tiga surat kabar nasional tersebut dengan mengakses internet dan website dari surat kabar Kompas, Republika, dan Media Indonesia, serta informasi yang tercetak di masing-masing surat kabar tersebut. A. Deskripsi Surat Kabar Kompas Berdasarkan hasil penelusuran yang didapatkan oleh peneliti dari website surat kabar Kompas yaitu http://www.kompas.com dan http://www.kompasprint.com serta informasi yang tercetak di surat kabar Kompas, berikut adalah profil dan gambaran umum dari surat kabar Kompas. 1. Sejarah Singkat Harian Kompas didirikan oleh Jacob Oetama dan Auwjong Peng Koen atau yang biasa disebut PK Ojong di Jakarta (Mardana, 2005 : 67). Pada waktu itu kondisi negara dalam masa tidak menentu karena gerakan PKI (Partai Komunis Indonesia) terlanjur mendominasi. Pemerintah di bawah kepemimpinan Soekarno dalam keadaan nyaris terhimpit. Koran- commit to user 50 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 koran yang beredar isinya syarat akan misi PKI. Hal ini menciptakan suasana timpang informasi, karena semua berita mendukung gerakan PKI yang berniat menguasai NKRI. Sedangkan pemerintah pun tidak berdaya menghadapi situasi semacam ini. Adalah kelompok dari partai yang menyadari adanya ketimpangan tersebut. Partai ini kemudian berupata menerbitkan sebuah surat kabar dengan mengetengahkan berita yang seimbang dan meng-counter ideologi komunis sekaligus menyuarakan kepentingan partai. Surat kabar inilah yang menjadi cikal bakal Harian Kompas. Adapun tujuan pendirian Harian Kompas itu sendiri adalah sebagai pedoman untuk menentukan arah bagi masyarakat pembacanya dalam menempuh kehidupan yang majemuk dengan mengemban itikad baik untuk mendengarkan nurani mereka. Sebelum penerbitan perdana Kompas, Partai Katholik terlebih dahulu melahirkan suatu upaya dengan mengajukan perijinan untuk membuat surat Militer), sebuah institusi militer yang saat itu memberikan kewenangan atas perijinan penerbitan pers. Namun upaya ini gagal karena proposal yang diajukan tidak dikabulkan akibat adanya intervensi PKI dalam institusi elit ini. Upaya selanjutnya adalah dengan melakukan kerjasama dengan Jacoeb Oetama dan PK Ojong untuk melancarkan terbitnya koran yang nama yayasan yang menaungi Jacoeb Oetama dan PK Ojong). Namun sesuai dengan ususlan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 menjadi PT. Kompas Media Nusantara). Maka sejak 2 Juni 1965, harian Kompas secara resmi menjadi salah satu surat kabar yang terbit secara teratur mengimbangi surat bermisi komunis, yaitu Harian Rakyat. Dala hal ini PK Ojong sebagai pemimpin umum dan Jacob Oetama sebagai pemimpin redaksi. Pada awal terbit, Kompas belum memiliki kantor sendiri, melainkan masih menumpang di kantor redaksi Intisari yang berkantor di percetakan PT Kinta, Jl. Pintu besar 86-88 Jakarta. Kompas saat itu dicetak di percetakan PN. Eka Grafika yang beralamat di Jl. Kramat Raya, Jakarta. Namun, dalam perkembangannya manajemen Kompas memutuskan untuk pindah tempat percetakan dengan tujuan memperbaiki kualitas cetakan yang lebih baik. Melalui cetakan Masa Merdeka, ada peningkatan kualitas cetakan yang juga berpengaruh terhadap peningkatan tiras Kompas dua kali lipat, dari 4800 eksemplar menjadi 8003 eksemplar. Namun kondisi tersebut tidak lama, karena kondisi politik yang sedang mengalami pergolakan dengan terjadinya G30S PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia tahun 1965. Peristiwa ini menyebabkan dibekukannya beberapa media massa cetak, termasuk Kompas. Saat itu hanya tiga harian surat kabar yang diijinkan terbit, yaitu Berita Yudha, Pemberitaan Angkatan Bersenjata, dan LKBN Antara. Baru pada tanggal 6 Oktober 1965, Kompas diijinkan terbut kembali. Setelah pembredelan, oplah Kompas mengalami kenaikan, yaitu menjadi 26.268 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 eksemplar, hal ini karena Kompas berpindah cetakan ke PT Kinta, salah satu percetakan terbaik waktu itu. Sering dengan perkembangan yang terus mengalami peningkatan, memicu keinginan untuk memiliki mesin cetak sendiri. Adanya mesin cetak milik sendiri akan memudahkan dan memperlancar pelayanan terhadap konsumen dalam hal pemberian informasi. Oleh karenanya, Kompas mengajukan permohonan kredit ke Bank Pemerintah untuk menambah modal. Pada tahun 1972, permohonan kredit dikabulkan oleh Bank, tepatnya tanggal 25 November 1972 berdirilah percetakan Gramedia yang beralamat di Jl. Palmerah Selatan, Jakarta. Secara bertahap kegiatan redaksional Kompas mulai bisa disatukan di komplek Palmerah, Jakarta Pusat, walaupun kegiatan administrasinya masih dilakukan di gedung Perintis, Jakarta Barat. Dalam rangka peningkatan kepercayaan pada relasi, pemasang iklan, pembaca, dan pelanggan, Kompas melakukan pendataan yang diaudit oleh akuntan publik Drs. Utomo dan Mulia. Tujuan menyewa akuntak publik adalah untuk menggaet pasar iklan, dan juga dipakai untuk mengembangkan sirkulasi dan isinya. Selain itu, strategi pemasaran akan dapat ditangani dengan lebih matang, efektif, dan efisien. Kemudian pada tahun 1978, Kompas resmi menjadi anggota Audit Beaureus of Circulation di Sidney, Australia. Lembaga internasional ini dibentuk bersama oleh penerbit, pemasang iklan dan biro iklan untuk menyiarkan angka sirkulasi anggotanya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 sesuai fakta di lapangan. Sampai sekarang Kompas adalah harian satu- satunya di Indonesia yang menjadi anggota lembaga tersebut. Hal ini memberikan kebanggaan tersendiri bagi Kompas di mata dunia persuratkabaran nasional dan internasional. Pada pertengahan tahun 1978, Kompas sempat mengalami pelarangan terbit bersama 5 koran ibukota lainnya sebagai sanksi atas pelanggaran rambu-rambu pemerintah. Setelah beberapa bulan tidak terbit, pada bulan September 1978 Kompas diperbolehkan terbit lagi. Kompas terbit dengan format baru, yaitu terbit 7 kali seminggu dengan diterbitkannya Kompas edisi Minggu. Pada saat itu surat kabar umumnya hanya terbit 6 kali seminggu karena hari Minggu libur. Pada tanggal 31 Mei 1980, PK Ojong salah satu pendiri Kompas meninggal dunia. Kepemimpinan Kompas kemudian dipegang oleh Jacob Oetama sebagai pemimpin umum hingga sekarang. Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Pers 1982, dan diberlakukannya Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUP), semua penerbitan di Indonesia diwajibkan berbadan hukum. Hal ini semakin memperkuat Kompas, yang kemudian penerbitannya segera dialihkan dari Yayasan Bentara Rakyat ke PT. Kompas Media Nusantara. Oplah Kompas selalu meningkat dari tahun ke tahun, dan dapat dikatakan semakin berkembang pesat. Tiras dan sirkulasi Kompas setiap tahun juga selalu mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan Kompas commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 telah memiliki sistem percetakan yang canggih sehingga dapat menjangkau setiap daerah. Pada edisi perdana, Kompas hanya menerbitkan 4.800 eksemplar dan pada tahun 1990, kwartal pertama oplah Kompas sudah mencapai 526.611 eksemplar per hari. Menurut The Audit Bureau of Circulation, distribusi Kompas terbanyak berada di DKI Jakarta dan sekitarnya yaitu sekitar 249.004 eksemplar, kemudian wilayah Sumatra sebanyak 64.852 eksemplar, Jawa Barat sebanyak 61.272 eksemplar, Jawa Tengah sebanyak 45.584 eksemplar, Indonesia Timur sebanyak 36.880 eksemplar, Kalimantan sebanyak 17.910 eksemplar, Jawa Timur sebanyak 16. 518 eksemplar dan eceran di luar Jakarta sebanyak 31.591 eksemplar. Dalam perkembangannya, Harian Kompas terus melakukan upaya berbenah diri sehingga mengalami kemajuan yang pesat dalam hal pemberitaan, perwajahan koran maupun dalam pemasukan iklan. Hal ini juga tidak terlepas dari dukungan perkembangan teknologi fotografi, komputerm percetakan dan internet. Kompas juga terus berupata melakukan perbaikan manajemen dan berani melakukan transformasi untuk menghadirkan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal inilah yang menyebabkan Kompas mampu bertahan sampai sekarang dengan perolehan oplah yang tinggi. Harian Kompas juga dikenal memiliki sumber daya manusia yang tangguh dan kompetitif. Selain itu iklim demokratis dan kebebasan mengemukakan pendapat juga semakin meneguhkan eksistensi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 2. Visi Misi a. Visi Visi surat kabar merupakan dasar, pedoman, dan ukuran penentuan kebijakan editorial dalam menentukan kejadian / peristiwa yang dianggap penting oleh surat kabar untuk dipilih menjadi sebuah berita maupun bahan komentar. Visi pokok yang dijabarkan menjadi kebijakan redaksional juga menjadi visi serta nilai dasar yang dihayati bersama oleh para wartawan yang bekerja pada surat kabar. institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis, bermartabat, serta Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan. Oleh karena itu manusia dan kemanusiaan senantiasa disuahakan menjadi nafas pemberitaan dan komentarnya. Hal ini mendorong Kompas selalu berusaha peka terhadap nasib manusia. Apabila manusia dan kemanusiaan menjadi faktor sentral dalam pemberitaan maupun komentar, nilai-nilai itu akan memberi makna, kekayaan, dan warna dalam produk jurnalistiknya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 b. Misi Misi yang diemban Harian Kompas adalah mengasah