Bangunan Masjid Agung Banten Sebagai Studi Sosial Dan Budaya
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan Bangunan Masjid Agung Banten sebagai Studi Sosial dan Budaya Hanifa Rizky Indriastuty 1, Aulia Rachman Efendi2, Alwi Ibnu Saipudin3 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA Email: [email protected] , [email protected], 3 [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas tentang keunikan bangunan Masjid Agung Banten. Bangunan ini memiliki perpaduan 3 kebudayaan dan nilai-nilai sosial yang tampak dari arsitektur bangunan tersebut. Bangunan Masjid Agung Banten merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Banten. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara narasumber, jurnal dan buku. Hasil penelitian ini membahas tentang bangunan Masjid Agung Banten sebagai studi nilai-nilai sosial dan budaya. Nilai sosial terlihat dari toleransi beragama (kerukunan) dan golongan disekitar. Hal tersebut terwujud dengan adanya bangunan Masjid Agung Banten dan Vihara Avelokitesva yang saling berdekatan. Nilai budaya yang tercermin dari arsitektur bangunan menara Masjid Agung Banten perpaduan 3 budaya yaitu Arab, China, Eropa. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat potensi lain dari bangunan Masjid Agung Banten yang mayoritas dijadikan sebagai tempat ibadah, wisata religi, dan rekreasi. Namun bangunan masjid Agung Banten dapat dijadikan sebagai studi social budaya. Kata kunci : Masjid Agung Banten, sosial, budaya Abstrack This research discusses the uniqueness of the building of the Great Mosque of Banten. This building has a combination of 3 cultures and social values that can be seen from the architecture of the building. The building of the Great Mosque of Banten is one of the legacies of the Sultanate of Banten. This study uses a qualitative method. Data collection is obtained through observation, interviewing sources, journals and books. The results of this study discuss the building of the Great Mosque of Banten as a study of social and cultural values. Social value can be seen from religious tolerance (harmony) and the surrounding groups. This was realized with the building of the Great Mosque of Banten and Vihara Avelokitesva which were close to each other. Cultural values that are reflected in the architecture of the tower building of the Great Mosque of Banten, a combination of 3 cultures, namely Arabic, Chinese, and European. The purpose of this research is to see the other potentials of the Great Mosque of Banten, the majority of which are used as places of worship, religious tourism, and recreation. However, the Great Banten mosque building can be used as a socio-cultural study Keyword: Great Mosque of Banten, social, culture Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |119 PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan A. Pendahuluan serambi serta kompleks pemakaman Sultan Banten dan keluarganya. Kesultanan Banten adalah salah Seni budaya bisa dilihat dari satu kerajaan Islam yang ada di Provinsi bagunan Masjid Agung Banten Banten dan pada awal mulanya berada (Tumpang Lima) dan juga beberapa di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. bangunan gapura yang ada di Kaibon Namun, kemudian Banten melepaskan Benteng. Selain itu, istana yang diri dari Kerajaan Demak, dan dibangun Jan Lucas Cardeel seorang pemimpin pertama ialah Sultan berkebangsaan Belanda yang Hassanuddin yang memiliki periode merupakan pelarian dari Batavia dan pemerintahan dari tahun 1522 sampai memeluk Agama Islam. Istana ini dengan 1570 M. Jika dilihat dari letak terlihat seperti istana Eropa dan situs geografisnya, Kejaraan Banten ada di peninggalan lainnya. bagian utara. Kerajaan Banten terletak Masjid Agung Banten paling ujung pulau Jawa dan pada merupakan peninggalan pada masa awalnya wilayah dari kesultanan Banten Kesultanan Maulana Hasanuddin tahun masuk ke dalam wilayah kerajaan 1552 yang kini menjadi cagar budaya Sunda. serta menjadi tempat yang wajib Kesultanan Banten pada masa dikunjung ke daerah Banten dan masih pemerintahan Sultan Abdulfatah atau digunakan untuk beraktivitas baik Sultan Ageng Tirtayasa mencapai keagamaan maupun pendidikan yang puncaknya dalam bidang politik, mencerminkan keberagaman toleransi perekonomian, perdagangan, dan aspek sosial budaya berupa keagamaan, dan kebudayaan. Dalam peninggalan bangunan Masjid yaitu bidang perdagangan internasional makin Masjid Agung Banten, memiliki dikembangkan dengan negeri-negeri keunikan dalam arsitektur dengan Iran, Hindustan, Arab, Inggris, akulturasi 3 aspek kebudayaan yaitu Perancis, dam Cina. Bagian Arab, Cina dan Eropa. Masjid Agung Selama Kesultanan Banten Banten berdekatan dengan Vihara berkuasa, kerajaan ini meninggalkan Avalokitesvara dan kerajaan Kaibon. beberapa peninggalan bersejarah di Tahun 2015, Masjid Agung Banten Banten yang sebagian masih berdiri direvitalisasi oleh Gubernur Banten kokoh hingga sekarang. Masjid Agung untuk memperbaiki dari sektor Banten merupakan peninggalan bangunan, fasilitas sarana, dan Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam prasarana, serta keamanan sebagai di Nusantara yang berada di desa wujud perhatian dan kepedulian Banten Lama, kecamatan Kasemen dan Pemerintah Daerah pada situs Masih berdiri sampai sekarang. Masjid peninggalan Banten Lama (Firdausi, ini dibangun pada tahun 1652 M pada 2020) . masa pemerintahan putra pertama Menara Masjid ini mempunyai Sunan Gunung Djati yakni Sultan ciri khas ialah dari atap bangunan utama Maulana Hassanuddin dan menjadi yang bertumpuk lima, mirip dengan salah satu masjid tertua di Nusantara. pagoda cina. Selian menara juga, Masjid ini mempunyai menara yang terdapat sebuah konstruksi tembok terlihat seperti mercusuar dan bagian persegi delapan yang dikenal dengan atapnya seperti pagoda Cina, sedangkan nama istiwa, bencet, atau mizwalah. pada bagian kiri dan kanan Masjid ada Bangunan masjid ini ditopang oleh dua Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |120 PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan puluh empat tiang. Dinding timur akulturasi masyarakat nusantara memisahkan ruang utama dengan membentuk, memanfaatkan, dan serambi timur yang mempunyai bentuk mengubah budaya Islam (Arab) sesuai atap limas. Pada dinding ini terdapat dengan kebutuhannya (Hasan Mua’rif empat buah pintu masuk yang posisinya Ambary, 1998). Ketika kebudayaan rendah, memaknai setiap orang yang dipahami sebagai keseluruhan sistem masuk ke dalam ruang utama harus gagasan (ideas), sistem perilaku dan menundukkan kepala, meski ia berasal tindakan, sistem sosial (social system), dari status sosial tertentu, ketika serta benda fisik karya manusia memasuki masjid semuanya sama. (material cultur), maka di dalamnya Arsitektur Islam adalah sebuah terkandung unsur keindahan (estetis). karya seni bangunan yang terpancar dari 1) Teori Nilai aspek fisik dan metafisik bangunan Munandar Sulaiman (1992) melalui konsep pemikiran islam yang Nilai adalah segala sesuatu yang bersumber dari Al-Qur'an, Sunnah dipentingkan manusia sebagai Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para subjek, menyangkut segala sesuatu Ulama maupun cendikiawan muslim. yang baik atau buruk sebagai Pemikiran islam di sini termasuk di abstraksi, pandangan, atau maksud dalamnya adalah nilai-nilai ajaran islam dari berbagai pengalaman dengan seperti penghambaan pada Allah, seleksi perilaku yang ketat. Dari hubungan baik sesama makhluk hidup, pendapat tersebut dapat dikatakan, dan nilai-nilai Islam lainnya. Dalam hal bahwa dalam kehidupan ini, arsitektur islam tidak hanya masyarakat nilai merupakan berbicara tentang bentuk-bentuk, lebih sesuatu untuk memberikan dari itu berbicara tentang tanggapan atas perilaku, tingkah kebermanfaatan bagi orang banyak, laku, dan segala sesuatu yang suasana yang ada pada bangunan berkaitan dengan aktivitas tersebut, serta fungsi dari bangunan itu masyarakat baik secara kelompok sendiri, sesuai dengan nilai-nilai Islam maupun individu. Nilai yang yang sudah disebut tadi. muncul tersebut dapat bersifat Masjid merupakan salah satu positif apabila akan berakibat baik, produk arsitektur Islam. Gaya dan namun akan bersifat negatif jika bentuk masjid sangat terpengaruh oleh berakibat buruk pada obyek yang budaya, suku, dan etnis pada daerah diberikan nilai tersebut (Munandar sekitar tempat di mana masjid itu Sulaiman, 1992). dibangun pada masanya. Masjid Agung Menurut Isna (2001) Berbagai Banten yang merupakan sebuah masjid nilai yang sudah ada tersebut perlu dengan perpaduan tiga budaya dan penting untuk dapat arsitektur yang berbeda, yaitu Jawa, dikembangkan semaksimal Cina, dan Belanda. mungkin. Munculnya nilai dikarenakan adanya dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya B. Kajian Pustaka adalah dorongan untuk memenuhi Pada bab ini menjelaskan proses kebutuhan fisik untuk penyebaran agama dan budaya Islam di kelangsungan hidupnya, kebutuhan Nusantara pada dasarnya terjadi dalam rasa aman, kebutuhan akan rasa kerangka akulturasi. Dalam proses cinta kasih, kebutuhan akan Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |121 PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan penghargaan dan dikenal orang berfungsi sebagai tempat manusia lain, kebutuhan akan pengetahuan melakukan kegiatannya, baik dan pemahaman, kebutuhan akan hunian atau tempat tinggal, kegiatan keindahan dan aktualitas diri (Isna, keagamaan, kegiatan usaha, 2001). kegiatan sosial, budaya, maupun Menurut Chabib Thoha kegiatan khusus. (1996) nilai merupakan sifat yang Masjid Agung Demak dan melekat pada sesuatu (sistem Cirebon memiliki atap bertumpang Kepercayaan) yang telah tiga bersusun yang memiliki makna berhubungan