PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Bangunan Masjid Agung sebagai Studi Sosial dan Budaya

Hanifa Rizky Indriastuty 1, Aulia Rachman Efendi2, Alwi Ibnu Saipudin3 Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA Email: [email protected] , [email protected], 3 [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang keunikan bangunan Masjid Agung Banten. Bangunan ini memiliki perpaduan 3 kebudayaan dan nilai-nilai sosial yang tampak dari arsitektur bangunan tersebut. Bangunan Masjid Agung Banten merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Banten. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara narasumber, jurnal dan buku. Hasil penelitian ini membahas tentang bangunan Masjid Agung Banten sebagai studi nilai-nilai sosial dan budaya. Nilai sosial terlihat dari toleransi beragama (kerukunan) dan golongan disekitar. Hal tersebut terwujud dengan adanya bangunan Masjid Agung Banten dan Vihara Avelokitesva yang saling berdekatan. Nilai budaya yang tercermin dari arsitektur bangunan menara Masjid Agung Banten perpaduan 3 budaya yaitu Arab, China, Eropa. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat potensi lain dari bangunan Masjid Agung Banten yang mayoritas dijadikan sebagai tempat ibadah, wisata religi, dan rekreasi. Namun bangunan masjid Agung Banten dapat dijadikan sebagai studi social budaya.

Kata kunci : Masjid Agung Banten, sosial, budaya

Abstrack

This research discusses the uniqueness of the building of the Great of Banten. This building has a combination of 3 cultures and social values that can be seen from the architecture of the building. The building of the is one of the legacies of the Sultanate of Banten. This study uses a qualitative method. Data collection is obtained through observation, interviewing sources, journals and books. The results of this study discuss the building of the Great Mosque of Banten as a study of social and cultural values. Social value can be seen from religious tolerance (harmony) and the surrounding groups. This was realized with the building of the Great Mosque of Banten and Vihara Avelokitesva which were close to each other. Cultural values that are reflected in the architecture of the tower building of the Great Mosque of Banten, a combination of 3 cultures, namely Arabic, Chinese, and European. The purpose of this research is to see the other potentials of the Great Mosque of Banten, the majority of which are used as places of worship, religious tourism, and recreation. However, the Great Banten mosque building can be used as a socio-cultural study

Keyword: Great Mosque of Banten, social, culture

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |119

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

A. Pendahuluan serambi serta kompleks pemakaman Sultan Banten dan keluarganya. Kesultanan Banten adalah salah Seni budaya bisa dilihat dari satu kerajaan yang ada di Provinsi bagunan Masjid Agung Banten Banten dan pada awal mulanya berada (Tumpang Lima) dan juga beberapa di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. bangunan gapura yang ada di Kaibon Namun, kemudian Banten melepaskan Benteng. Selain itu, istana yang diri dari Kerajaan Demak, dan dibangun Jan Lucas Cardeel seorang pemimpin pertama ialah Sultan berkebangsaan Belanda yang Hassanuddin yang memiliki periode merupakan pelarian dari Batavia dan pemerintahan dari tahun 1522 sampai memeluk Agama Islam. Istana ini dengan 1570 M. Jika dilihat dari letak terlihat seperti istana Eropa dan situs geografisnya, Kejaraan Banten ada di peninggalan lainnya. bagian utara. Kerajaan Banten terletak Masjid Agung Banten paling ujung pulau Jawa dan pada merupakan peninggalan pada masa awalnya wilayah dari kesultanan Banten Kesultanan Maulana Hasanuddin tahun masuk ke dalam wilayah kerajaan 1552 yang kini menjadi cagar budaya Sunda. serta menjadi tempat yang wajib Kesultanan Banten pada masa dikunjung ke daerah Banten dan masih pemerintahan Sultan Abdulfatah atau digunakan untuk beraktivitas baik Sultan Ageng Tirtayasa mencapai keagamaan maupun pendidikan yang puncaknya dalam bidang politik, mencerminkan keberagaman toleransi perekonomian, perdagangan, dan aspek sosial budaya berupa keagamaan, dan kebudayaan. Dalam peninggalan bangunan Masjid yaitu bidang perdagangan internasional makin Masjid Agung Banten, memiliki dikembangkan dengan negeri-negeri keunikan dalam arsitektur dengan , Hindustan, Arab, Inggris, akulturasi 3 aspek kebudayaan yaitu Perancis, dam Cina. Bagian Arab, Cina dan Eropa. Masjid Agung Selama Kesultanan Banten Banten berdekatan dengan Vihara berkuasa, kerajaan ini meninggalkan Avalokitesvara dan kerajaan Kaibon. beberapa peninggalan bersejarah di Tahun 2015, Masjid Agung Banten Banten yang sebagian masih berdiri direvitalisasi oleh Gubernur Banten kokoh hingga sekarang. Masjid Agung untuk memperbaiki dari sektor Banten merupakan peninggalan bangunan, fasilitas sarana, dan Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam prasarana, serta keamanan sebagai di Nusantara yang berada di desa wujud perhatian dan kepedulian Banten Lama, kecamatan Kasemen dan Pemerintah Daerah pada situs Masih berdiri sampai sekarang. Masjid peninggalan Banten Lama (Firdausi, ini dibangun pada tahun 1652 M pada 2020) . masa pemerintahan putra pertama Menara Masjid ini mempunyai Sunan Gunung Djati yakni Sultan ciri khas ialah dari atap bangunan utama Maulana Hassanuddin dan menjadi yang bertumpuk lima, mirip dengan salah satu masjid tertua di Nusantara. pagoda cina. Selian menara juga, Masjid ini mempunyai menara yang terdapat sebuah konstruksi tembok terlihat seperti mercusuar dan bagian persegi delapan yang dikenal dengan atapnya seperti pagoda Cina, sedangkan nama istiwa, bencet, atau mizwalah. pada bagian kiri dan kanan Masjid ada Bangunan masjid ini ditopang oleh dua

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |120

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

puluh empat tiang. Dinding timur akulturasi masyarakat nusantara memisahkan ruang utama dengan membentuk, memanfaatkan, dan serambi timur yang mempunyai bentuk mengubah budaya Islam (Arab) sesuai atap limas. Pada dinding ini terdapat dengan kebutuhannya (Hasan Mua’rif empat buah pintu masuk yang posisinya Ambary, 1998). Ketika kebudayaan rendah, memaknai setiap orang yang dipahami sebagai keseluruhan sistem masuk ke dalam ruang utama harus gagasan (ideas), sistem perilaku dan menundukkan kepala, meski ia berasal tindakan, sistem sosial (social system), dari status sosial tertentu, ketika serta benda fisik karya manusia memasuki masjid semuanya sama. (material cultur), maka di dalamnya Arsitektur Islam adalah sebuah terkandung unsur keindahan (estetis). karya seni bangunan yang terpancar dari 1) Teori Nilai aspek fisik dan metafisik bangunan Munandar Sulaiman (1992) melalui konsep pemikiran islam yang Nilai adalah segala sesuatu yang bersumber dari Al-Qur'an, Sunnah dipentingkan manusia sebagai Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para subjek, menyangkut segala sesuatu Ulama maupun cendikiawan muslim. yang baik atau buruk sebagai Pemikiran islam di sini termasuk di abstraksi, pandangan, atau maksud dalamnya adalah nilai-nilai ajaran islam dari berbagai pengalaman dengan seperti penghambaan pada Allah, seleksi perilaku yang ketat. Dari hubungan baik sesama makhluk hidup, pendapat tersebut dapat dikatakan, dan nilai-nilai Islam lainnya. Dalam hal bahwa dalam kehidupan ini, arsitektur islam tidak hanya masyarakat nilai merupakan berbicara tentang bentuk-bentuk, lebih sesuatu untuk memberikan dari itu berbicara tentang tanggapan atas perilaku, tingkah kebermanfaatan bagi orang banyak, laku, dan segala sesuatu yang suasana yang ada pada bangunan berkaitan dengan aktivitas tersebut, serta fungsi dari bangunan itu masyarakat baik secara kelompok sendiri, sesuai dengan nilai-nilai Islam maupun individu. Nilai yang yang sudah disebut tadi. muncul tersebut dapat bersifat Masjid merupakan salah satu positif apabila akan berakibat baik, produk arsitektur Islam. Gaya dan namun akan bersifat negatif jika bentuk masjid sangat terpengaruh oleh berakibat buruk pada obyek yang budaya, suku, dan etnis pada daerah diberikan nilai tersebut (Munandar sekitar tempat di mana masjid itu Sulaiman, 1992). dibangun pada masanya. Masjid Agung Menurut Isna (2001) Berbagai Banten yang merupakan sebuah masjid nilai yang sudah ada tersebut perlu dengan perpaduan tiga budaya dan penting untuk dapat arsitektur yang berbeda, yaitu Jawa, dikembangkan semaksimal Cina, dan Belanda. mungkin. Munculnya nilai dikarenakan adanya dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya B. Kajian Pustaka adalah dorongan untuk memenuhi Pada bab ini menjelaskan proses kebutuhan fisik untuk penyebaran agama dan budaya Islam di kelangsungan hidupnya, kebutuhan Nusantara pada dasarnya terjadi dalam rasa aman, kebutuhan akan rasa kerangka akulturasi. Dalam proses cinta kasih, kebutuhan akan

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |121

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

penghargaan dan dikenal orang berfungsi sebagai tempat manusia lain, kebutuhan akan pengetahuan melakukan kegiatannya, baik dan pemahaman, kebutuhan akan hunian atau tempat tinggal, kegiatan keindahan dan aktualitas diri (Isna, keagamaan, kegiatan usaha, 2001). kegiatan sosial, budaya, maupun Menurut Chabib Thoha kegiatan khusus. (1996) nilai merupakan sifat yang Masjid Agung Demak dan melekat pada sesuatu (sistem Cirebon memiliki atap bertumpang Kepercayaan) yang telah tiga bersusun yang memiliki makna berhubungan dengan subjek yang tentang Iman, Islam, dan Ihsan. memberi arti (manusia yang Sedangkan Masjid Agung Banten meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu memiliki lima atap bersusun yang yang bermanfaat dan berguna bagi melambangkan rukun Islam. manusia sebagai acuan tingkah Terdapat dua versi yang laku. menjelaskan siapa arsitektur 2) Teori Bangunan pembangunan masjid ini. Versi Menurut Oloan Situmorang pertama menyebutkan bahwa (1993) Bangunan masjid awal tidak Masjid Agung Banten dibangun memiliki ciri-ciri arsitektural khusus oleh arsitektur keturunan Tiongkok walaupun pada perkembangannya yang bernama Tjek ban Tjut. Versi terdapat ciri-ciri berupa unsur kedua menjelaskan bahwa masjid manarah, mighrab, qubbah, dan ini arsiteknya ialah Raden Sepat maqsurah. Seiring perkembangan yang berasal dari budaya Islam, seni bangunan Demak.(, 2019), berbeda masjid menyebar ke berbagai pula masjid Makmr Melayu di wilayah dengan arsitektural dan Makassar yang penamaannya karna ornamen yang disesuaikan dengan di didirikan oleh orang melayu, budaya masyarakat setempat kemudian gaya arsitekturnya pun (Oloan Situmorang, 1993). Dan bergaya Melayu (Ridha, M. R., & dipadukan oleh Ornamen seni yang Amirullah, A., 2017) ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan pada Masjid Agung Banten yang 3) Teori Pendidikan merupakan termasuk masjid tertua Menurut Amos Neolaka (2017) yang memiliki nilai sejarahnya. Pendidikan merupakan alat bantu Pengertian bangunan gedung mencapai suatu tujuan. Adapun menurut Peraturan Menteri pengertian pendidikan menurut M.J. Pekerjaan Umum No. Langeveld yaitu usaha yang 26/PRT/M/2008 tentang memengaruhi agar mampu menuju Persyaratan Teknis Sistem Proteksi kearah kedewasaannya, lebih Kebakaran pada Bangunan Gedung tepatnya mampu membantu anak dan Lingkungan yaitu wujud fisik untuk menyelessaikan tujuan hasil pekerjaan konstruksi yang hidupnya. Manusia dalam menyatu dengan tempat kehidupannya selalu hidup bersama- kedudukannya, sebagaian atau sama karena manusia merupakan seluruhnya berada diatas dan/atau mahluk sosial. Untuk hidup didalam tanah dan/atau air, yang bersama-sama manusia secara

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |122

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

individu harus memiiki pengetahuan dari bangunan maupun tokoh-tokoh dan keterampilan dalam hidupnya pejuang dalam mendirikan dan yang didapatkan dari pendidikan. mempertahankan peninggalan Baik pendidikan dalam maupun luar bangunan tersebut. Bangunan kelas(Amos Neolaka, 2017). tersebut menjadi ciri khas jika Menurut Zakiah Darajat (2014) berkunjung ke daerah Banten. Pengertian pendidikan dalam Islam Masjid Agung Banten merupakan ialah suatu yang diharapkan tercapai hasil peninggalan Kesultanan Banten setelah sesuatu usaha atau kegiatan yang menganut sistem islam dalam selesai. Maka pendidikan merupakan pemerintahan. Maka tidak heran jika suatu usaha dan kegiatan yang bangunan tersebut dipertahankan berproses melalui tahap-tahap dan hingga sekarang. Karena masjid tingkatan-tingkatan, tujuannya menjadi pusat aktivitas baik dari bertahap dan bertingkat. Tujuan keagamaan maupun pendidikan, pendidikan bukanlah suatu benda seperti belajar baca al-quran dan yang berbentuk tetap dan statis, ilmu tauhid. Arsitektur bangunan tetapi ia merupakan suatu tersebut mencirikan akulturasi keseluruhan dari kepribadian keberagaman budaya yang saling seseorang, berkenaan dengan harmonis tercermin dari bangunan seluruh aspek kehidupannya(Zakiah tersebut seperti Menara yang di buat Daradjat, 2014). oleh orang Eropa dengan arsitektur Abdurrahman An-Nahlawi Eropa. (1979) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tarbiyah adalah C. Metode Penelitian memelihara fitrah anak dan menumbuhkan seluruh bakatnya, Penelitian ini menggunakan serta mengarahkannya agar menjadi pendekatan penelitian kualitatif. baiik dan sempurna secara Terdapat beberapa macam pendapat bertahap(Abdurrahman an-Nahlawi, menurut beberapa ahli mengenai 1979). Abdul Fatah Jalal mengatakan pengertian dari penelitian kualitatif, bahwa maksud tarbiyah dalam ayat di Bogdan dan Taylor dalam Moleong, atas adalah pendidikan yang penelitian kulitatif adalah penelitian berlangsung pada fase pertama yang menghasilkan data deksriptif pertumbuhan manusia, yakni pada berupa kata-kata tertulis atau lisan dari fase bayi dan anak-anak(Abdul Fatah orang-orang dan perilaku yang dapat Jalal, 1988). Dengan demikian diamati(Ahmad Tanzeh, 2011). pengertian tarbiyah terbatas pada Penelitian kualitatif adalah pemeliharaan, pengasuhan, dan penelitian yang menjawab permasalahan pengasihan seorang anak manusia yang memerlukan pemahaman semasa kecil saja, dan bimbingan mendalam dalam konteks waktu dan yang diberikan setelahnya bukan situasi yang bersangkutan. Penelitian ini termasuk dalam pengertian menjelaskan dan menjawab fenomena pendidikan (tarbiyah). yang terjadi(Zainal Arifin, 2014). Masjid Agung Banten Penelitian ini merupakan sebuah mempunyai nilai-nilai arsitektur penelitian terhadap sebuah fenomena bangunan yang kaya akan makna yang diperoleh peneliti dari subjek yang yang bisa dipetik buah hikmah baik

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |123

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

terkait dengan kasus yang memahami karakteristik kehidupan diteliti(Zulganef, 2008), dan lebih sosial budaya suatu masyarakat. Di mengerucut pada penelitian dalam penelitian ini yang menjadi kebudayaan. Penelitian kebudayaan realitas sosial yang dipelajari adalah merupakan kegiatan membentuk dan aspek sosial budaya di dalam mengabstraksikan pemahaman secara masyarakat sekitar Masjid Agung rasional, empiris dan fenomena Banten, dan aspek kebudayaan yang ada kebudayaan, baik terkait dengan di dalam bangunan Masjid Agung konsepsi, nilai, kebiasaan, pola Banten. interaksi, aspek kesejarahan, biografi, teks media massa, film, pertunjukan (berkesenian), maupun berbagai bentuk D. Hasil dan Pembahasan fenomena budaya. Fenomena budaya A. Hasil Penelitian dapat berbentuk tulisan, rekaman lisan, perilaku, pembicaraan yang memuat Hasil penelitian yang dilakukan konsepsi, pemahaman, pendapat, pada tangga 7 februari 2020 di ungkapan perasaan, angan-angan, dan kawasan Masjid Agung Banten gambaran pengalaman kehidupan menurut narasumber situs peninggalan kemanusiaan(Maryaeni, 2005). Data sejarah Banten yaitu Pak Mul yang digunakan terdiri dari data primer mengatakan Masjid Agung Banten dan sekunder. merupakan bangunan yang unik, dibangun dengan atap susun tumpang Data primer diperoleh dari limayang melambangkan rukun Islam. wawancara dan observasi. Data Awal abad ke 16 bentuk menara tidak sekunder didapat dari jurnal, buku, dan seperti saat ini, tetapi berbentuk penelitian yang relevan. Peneliti segiempat dan tinggi 12 meter dengan menghabiskan waktu penelitiannya tangga sisak dari papan, namun pada selama sebulan, yaitu bulan Februari masa Hasanuddin menara tersebut 2020. Tempat penelitian dilakukan di dirombak oleh Arsitektur China Masjid Agung Banten. Focus penelitian bernama Cek Bancut bersama Raden yaitu pada nilai-nilai sosial dan budaya Sepat sehingga mulai melahirkn yang terkandung dalam Bangunan akulturasi budaya China dan Jawa. Masjid Agung Banten. Peneliti akan Pada Abad 17 ketika terjadi perang melihat realitas yang terjadi, dan saudara, di dapatkan oleh musuh kebudayaan yang terdapat dalam bahwa di dalam menarat terdapat bangunan Masjid tersebut. gudang senjata yang akhirnya Pengumpulan data menggunakan dimusnahkan. Pada masa Kesultanan wawancara, observasi, dan data-data Banten yang terakhir, yaitu Sultan Haji penelitian yang relevan. Setelah data akrnya dibangun kembalilah menara dikumpulkan lalu dianalisis tersebut dengan menggandeng seorang menggunakan analisis interaktif. arsitek dari Belanda bernama Hendric Berdasarkan pengertian diatas, Lucas Kardil dengan bentuk yang pendekatan yang penulis gunakan berbeda. Tinggi menara tersebut secara metodelogis adalah pendekatan menjadi dua kali lipat lebih tinggi kualitatif dengan menggunakan strategi menjadi 24 m dengan 83 anak tanggan etnografi yang digunakan untuk dan terbuat dari terakota.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |124

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Disamping itu, kebudayaan yang Masjid Agung Banten memiliki tergambar yaitu terdapat hiasan pada atap lima tingkat berbentuk bujur ujung menara berupa bunga teratai sangkar setinggi 30 m, berupa atap yang melambangkan umat tumpang yang tersusun semakin ke Asia,ndipintu menara berbentuk atas makin mengecil dan yang paling seperti Candi, dan keseluruhan atas berbentuk limas yang di sebut bangunan seperti Eropa. Selain kubah. Atap ini di topang oleh tiang- budaya terdapat kehidupan social yang tiang kayu yang berdiri di atas umpak terjalin didalamnya. Banyak batu, dan rangka atapnya di ekspos masyarakat dari berbagai wilayah dan plafonnya juga naik mengikuti bertempat tinggal di Banten. Dapat bentuk atapnya, menunjukan diketahui melalui bangunan menara pengaruh seni bangunan Hindu. Masjid Agung Banten tersebut, di Atapnya dari genteng dengan memolo dalamnya terdapat akulturasi pada puncaknya. Tinggi memolo 1,2 kebudayaan Eropa, China, dan Jawa. m terbuat dari tanah liat. Rancangan Ketiga kelompok masyarakat itu hidup atap masjid yang beratap susun lima, saling berdampingan dan dengan rasa yang mirip dengan pagoda Cina ini toleransi yang tinggi. Terlihat dari menjadi sisi menarik pertama dari realitas yang mereka melakukan bangunan utama masjid yang menjadi perkawinan campuran, gotong royong suatu keunikan tersendiri. Banyak dan saling melindungi.(Pak Mul, pendatang Eropa mengagumi masjid Narasumber Masjid Agung Banten, 7 tersebut dan menyebutnya sebagai Februari 2020, di Masjid Agung temple atau kuil(Moh.Ali Fadillah, Banten, Banten) 2005). Salah satu kekhasan yang B. Pembahasan tampak dari masjid ini adalah atap 1. Nilai Budaya Bangunan Masjid bangunan utama yang bertumpuk Agung Banten lima, mirip pagoda Tiongkok yang Masjid Agung Banten tidak luput juga merupakan karya arsitek dari 3 budaya yaitu budaya Cina, Tionghoa yang bernama Tjek Ban Budaya Eropa, dan budaya Arab. Tjut. Dua buah serambi yang Masjid ini memiliki beberapa fungsi- dibangun kemudian menjadi fungsi lainnya di antaranya sebagai pelengkap di sisi utara dan selatan tempat berkumpulnya para alim bangunan utama. ulama, tempat pengajaran agama Selain Raden Sepat, arsitek Islam, dan wisata religi. Di samping lainnya yang ditengarai turut berperan itu, terdapat pula pengajian, adalah Cek Ban Cut. Karena jasanya marhaban, majelis taklim dan itulah Cek Ban Cut memperoleh gelar tadarusan. Pada bulan Ramadhan, Pangeran Adiguna. Kemudian pada Masjid ini selain dugunakan sebagai tahun 1620 M, semasa kekuasaan tempat shalat Tarawih berjamaah, Sultan Haji, datanglah Hendrik Lucaz biasa diadakan pula taqabalan, yaitu Cardeel ke Banten, ia seorang melakukan puji-pujian kepada Allah perancang bangunan dari Belanda SWT menjelang berbuka yang melarikan diri dari Batavia dan puasa(Disbudpar, n.d.). berniat masuk Islam. Kepada sultan ia A. Budaya Cina Pada Arsitektur menyatakan kesiapannya untuk turut Masjid Agung Banten serta membangun kelengkapan Masjid

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |125

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Agung Banten, yaitu menara masjid Denah bangunan empat persegi serta bangunan tiyamah yang berfungsi panjang berukuran 19,5 x 6,5 x 11,5 m untuk tempat musyawarah dan kajian- dan terdiri dari dua tingkat. Masing- kajian keagamaan. Hal ini dilakukan masing tingkat mempunyai tiga sebagai wujud keseriusannya untuk ruangan berderet dari barat-timur. masuk Islam. Karena jasanya tersebut, Ukuran ruangan barat dan timur Cardeel kemudian mendapat gelar masing-masing 5,62 x 5,30 m, PangeranWiraguna (Lukman Hakim, sedangkan ruang tengah 7,25 x 5,60 2006). m. Atap tiyamah berbentuk limasan B. Budaya Belanda Pada Arsitektur dan ditunjang oleh dinding-dindingnya Masjid Agung Banten Pintu masuk utama berada di Pada sisi timur masjid terdapat dinding selatan (muka) berbentuk sebuah menara yang mirip mercusuar empat persegi dengan ukuran 192 x menjadi ciri khas Masjid Agung 149 cm, memiliki dua daun pintu. Banten. Terletak di sebelah timur Pintu tersebut menuju ke ruang utama masjid, menara ini terbuat dari batu dengan lantai tegel merah hati bata, dengan diameter bagian berukuran 40 x 40 cm. Pada ruang bawahnya kurang lebih 10 meter. tengah terdapat jendela berukuran 125 Menurut Pijper,(Juliandi, 2007) x 125 cm dengan dua daun jendela menara Masjid Agung Banten yang dan mengapit pintu masuk, dan berbentuk segi delapan itu mempunyai jeruji besi. Dinding utara mengingatkan pada (belakang) terdapat pintu tanpa daun bentukmercusuar,khususnya pintu yang menghubungkan tiyamah Mercusuar Belanda. Saat ini ada bukti dengan pemakaman selatan dilengkapi peninggalan mercusuar buatan dua anak tangga, karena pemakaman Belanda di Anyer sebelah barat lebih tinggi dari tiyamah. Pintu yang dari abad ke-19, yakni bangunan terdapat pada ruang barat dan timur mercusuar yang dalam beberapa hal masing-masing terdiri dari dua daun memiliki kemiripan dengan Menara pintu dan ukurannya sama dengan Masjid Agung Banten. pintu utama. Jendela pada tiap-tiap Bentuk tersebut lazim ruangan terdapat dua buah. Selain itu ditemukan di Negeri Belanda, seperti terdapat pula tangga kayu dua buah segi delapan, pintu lengkung bagian menuju tingkat dua. atas, konstruksi tangga melingkar Lantai tingkat dua terbuat dari seperti spiral, dan kepalanya memiliki papan. Pintu pada tingkat dua ada dua tingkat. Dari sini, banyak empat buah, dua buah di ruang barat pendapat yang menyimpulkan bahwa dan dua lagi di ruang timur, serta pembangunan menara segi delapan saling berhadapan berukuran 374 x dan beberapa tiang penyangga atap 167 cm. Pada tingkat ini jendelanya masjid yang juga bersegi delapan ada sebelas buah terdiri dari empat di dipengaruhi arsitektur Belanda. ruang barat, tiga buah di ruang tengah, Bangunan lain di komplek Masjid dan empat lagi di ruang timur. Bahan Agung Banten adalah tiyamah, yaitu jendela dari kaca bening dan di beri bangunan tambahan yang terletak di teralis. Untuk mencapai ujung menara, selatan masjid, yang dahulu digunakan ada 83 buah anak tangga yang harus sebagai tempat bermusyawarah dan ditapaki dan melewati lorong yang berdiskusi soal-soal keagamaan. hanya dapat dilewati oleh satu orang.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |126

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Dari atas menara ini, dapat melihat terdahulu, yaitu sebagai tempat pemandangan di sekitar masjid dan mengumandangkan adzan. perairan lepas pantai, karena jarak C. Budaya Arab Pada Arsitektur antara menara dengan laut hanya Masjid Agung Banten sekitar 1,5 km. Selain digunakan Masjid banten ini juga sebagai tempang mengumandangkan memiliki pintu yang unik. Pintu masuk adzan, menara ini juga digunakan masjid di sisi depan berjumlah enam sebagai tempat menyimpan senjata buah yang melambangkan rukun dan sebagai menara pengawas pada Iman. Pintu Masjid Banten ini sengaja masa kolonial Belanda. dibuatrelatif pendek, dengan maksud Alya Nadia mengatakan, siapapun yang masuk ke masjid harus “Dahulu menara tersebut difungsikan menunduk dan tidak boleh sombong sebagai tempat untuk di Mata Allah. Mimbar ini berdenah mengumandangkan adzan, seperti empat persegi panjang berukuran 93 x layaknya fungsi menara Masjid Agung 170 cm dengan dinding di sisi utara, Banten(Alya Nadya, 2017). Bentuk barat, dan selatan. Di depan dinding tubuh menara segi delapan dan utara dan selatan terdapat pipi dinding mengecil pada bagian atasnya serta yang berhiaskan bingkai. Dalam pada dasar tubuh terdapat pelipit. mimbar terdapat tempat duduk Pintu masuk ke tubuh menara dengan injakan kaki setinggi 16 cm. terdapat di sisi utara berukuran tinggi Pada sisi luar dinding tubuh mihrab 188 cm dan lebar 66 cm dengan daun terdapat hiasan dalam bidang segi pintu dari perigi besi dan atasnya empat sebanyak tiga buah di sisi utara- berupa lengkungan dan di tengah selatan. Dinding bagian bawah berisi lengkungan tersebut terdapat panil segi hiasan teratai mekar ditengahnya empat. Di depan pintu masuk terdapat terdapat motif bingkai cermin, dan di tangga dengan empat anak tangga bagian atasnya terdapat motif oval yang dengan pipi tangga berbentuk empat di dalamnya terdapat lubang persegi. Dari kiri-kanan pintu terdapat berbentuk daun semanggi. tiga tiang segi delapan. Pada setiap sisi Pada setiap sudut panil menara sejajar dengan pintu terdapat terdapat hiasan daun yang di apit oleh hiasan empat persegi panjang (12 semacam lukisan binatang. Di atas buah) berjajar empat-empat ke panil terdapat susunan pelipit dan di samping dan tiga ke bawah. Di antara atas pelipit tersebut terdapat bidang jajaran yang ke bawah ada bentuk persegi panjang di sisi utara, timur dan bujur sangkar berjajar tiga-tiga ke barat, serta berhiaskan pilih ganda samping dan dua ke bawah. Di atas dengan posisi silang berhadapan, jajaran persegi panjang dalam posisi bunga dan daun-daunnya. Pada bagian horizontal, terdapat hiasan tumpal di atas muka mimbar terdapat penampil sekeliling tubuh menara, lubang- berbentuk lengkung di sisi timur dan lubang yang melingkar seperti spiral, di dalamnya ada tulisan Arab. Mimbar kemudian tumpal lagi, dan terakhir pada Masjid ini biasanya digunakan berupa pelipit. Sekarang menara tidak sebagai tempat khatib menyampaikan lagi difungsikan sebagai tempat untuk khotbah pada pelaksanaan shalat mengumandangkan adzan, kecuali Jum’at. Pada masa sekarang tempat ketika akan melaksanakan shalat khatib tersebut banyak yang Jum’at, menara difungsikan seperti menggunakan podium(Nurman

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |127

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Kholis, 2012). Di Masjid-masjid kuno mihrab juga berfungsi sebagai di Indonesia pada umumnya terdapat petunjuk arah kiblat. mimbar. Letak podium pada masjid- masjid sekarang di sebelah imam di 2. Nilai-Nilai Sosial pada Masjid dalam mihrab. Sedangkan tempat Agung Banten mimbar pada masjid-masjid kuno, Masjid Agung Banten umumnya di belakang satu saf dari merupakan sebuah simbol sekaligus mimbar. Di Masjid Agung Banten juga peninggalan sejarah Kesultanan terdapat mimbar dan terletak di Banten. Setiap harinya Masjid Agung belakang satu saf dari mihrab. Mimbar Banten memiliki tingkat pengunjung menghadap ke arah timur, arah yang cukup tinggi, sebab dalam jamaah. Bahan utama mimbar ini kawasan masjid agung tersebut tak terbuat dari kayu dan besi, di topang hanya menghadirkan bangunan masjid oleh tiang penyangga sebanyak empat yang unik tetapi ada sejarah panjang, buah. Bagian bawah mimbar terbuat makam sultan, menara yang indah dan dari ubin berkeramik putih dengan arsitektur halaman yang mirip dengan lima buah anak tangga samoai tempat Masjid Nabawi. Hal tersebut membuat kursi mimbar yang menyerupai kursi terjadinya banyak nilai sosial, mulai kerajaan. Panjang mimbar sekitar 2,60, dari awal bangunan masjid tersebut lebar 0,95m dan tinggi dari lantai dasar dibangun sampai saat ini. masjid sekitar dua meter. Tiang Toleransi merupakan fenomena mimbar berukiran salur-salur dan sosial yang nyata terjadi di Banten. bagian pinggir atapnya dihiasi ragam Mulai dari agama sampai suku bangsa. hiasan meander. Hampir seluruh Tercatat dalam sejarah kedatangan bagian mimbar dicat warna emas. China di Nusantara pada abad ke-5, Sekeliling mimbar kiri-kanan dan yaitu pada masa Dinasti Tang, sebab belakangnya ditutupi oleh kain putih pada masa itu china merupakan transparan (Alya Nadya, 2017). negara yang ramai akan Pada mimbar terdapat pedang perdagangan(Wibowo, 2009). bercabang dua pada mata pedangnya Persebaran Tionghoa pun meluas (pedang bermata dua) yang dianggap sampai Banten dan menduduki pernah di pakai oleh Khalifah Ali bin Banten tercatat dalam sejarah pada Abu Thalib untuk berperang (wallahu tahun 1642 terdapat 1600 orang a’lam); Bentuk mata pedang yang Tionghoa di Banten (Benny G terbelah dua sangat unik. Pedang Setiono, 2002). tersebut kini masih digunakan untuk Karakteristik Kesultanan Banten khutbah pada shalat Jum’at yang kala itu sangat terbuka dengan dipegang oleh khatib pada saat keberagaman, karena menurutnya menyampaikan khutbah. Mihrab semakin banyak suku bangsa yang adalah sebuah rongga tempat imam singgah maka semakin besar pula memimpin shalat, yang terletak di sisi peluang banten untuk menjadi wilayah barat, menjorok keluar dan berbentuk yang maju. Dari hal tersebut terjadi bilik tanpa jendela. Mihrab dalam komunikasi antarbudaya dan suku bahasa Jawa disebut Pangimaman, dan bangsa di Banten yang pada akhirnya dalam bahasa Sunda disebut menghasilkan toleransi dan akulturasi. paimbaran, yaitu tempat imam Terdapat pemukiman china dan memimpin shalat. Selain itu juga vihara tertua di indonesia yang

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |128

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

letaknya 400 m di belakang masjid dengan masyarakat indonesia(Carey, agung banten, yaitu vihara 1985). avalokitesvara. Komunikasi yang Masa orde baru etnis tionghoa terjalin antar umat beragama sangatlah terus mendapat ancaman sebab baik, vihara tersebut dibangun di adanya jawasentris dan rasisme. sekitar pemukiman penduduk Mereka melakukan berbagai cara agar muslim, antar sesama saling tetap bertahan hidup dan membantu. Bahkan vihara siap mendapatkan haknya. Mulai dari membantu apabila terjadi kerusakan berasimilasi, menikah dengan dalam masjid begitupun sebaliknya. pribumi, perubahan nama menjadi Disekitar kawasan banten lama nama jawa atau indonesia, dan terdapat beberapa peninggalan berpindah agama. Adanya kejadian pecinaan salah satunya masjid tersebut membuat realitas sosial pecinaan tinggi, yang merupakan penduduk China di Banten semakin peninggalan dari Sunan Gunung Jati sedikit, khususnya di Kelurahan (Syarif Hidyatullah)(Benny G Setiono, Banten menurut data kependudukan 2002). Kelurahan Banten, Provinsi Banten Toleransi yang terjalin 2017 saat ini mayoritas dihuni orang menghasilkan sebuah budaya baru, pribumi muslim sekitar 99,5% (17.886 yaitu akulturasi. Dapat dilihat dari orang) dan pemeluk agama budha arsitektur bangunan kesultanan banten 0,23% (43 orang). Dari data tersebut yang sampai saat ini terkenal yaitu atap membuktikan bahwa banten di masa masjid tersusun dari 5 lapis dan lalu merupakan pusat penyebaran menara masjid yang bercorak 3 islam di jawa barat. Sedangkan jika kebudayaan (eropa, china, dan arab). melihat realitas kondisi social ekonomi Munculnya tradisi perayaan upacara rata-rata bermata pencaharian nelayan perkawinan, membakar petasan yang 74,67% (1.878 orang), dan pedagang diadopsi dari tradisi Tionghoa. (480 orang). Namun seiring dengan berjalannya Nilai dan makna tempat Masjid waktu fenomena sosial tersebut mulai Agung Banten terdapat pada ciri khas berubah, toleransi mulai hilang. Sejak bangunan yang memiliki keunikan abad 17 pembantaian besar-besaran tersendiri seperti adanya menara, etnis tionghoa dilakukan disekitar payung yang seperti di Mekkah, ketika batavia, yang dilakukan oleh gubernur wudhu airnya asin, terdapat adanya jendral valckenier. Mereka merasa makam. Pengunjung banyak diadu domba oleh pihak penjajah, mereflesikan religiusnya dengan dengan mengindikasikan adanya china melakukan kunjungan ke tempat- mulai mendominasi perdagangan di tempat yang baginya tempat tersebut indonesia sehingga memiskinkan suci termasuk ziarah ke makam- masyarakat pribumi. Kejadian tersebut makam ulama dan raja serta ke masjid- memakan 10.000 korban etnis china masjid kuno yang memiliki nilai meninggal dunia. Tidak nerhenti sejarah yang tinggi. sampai situ,tahun 1949 kaum Menurut Sukardjo, motif nasionalis mulai berpikir tentang spiritual dan wisata spiritual (spiritual identitas negara sehingga membuat tourism) merupakan salah satu tipe masyarakat tionghoa kebingungan, wisata yang tertua. Sebelum orang kembali ke asal atau berasimilasi mengadakan perjalanan untuk

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |129

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

rekreasi, bisnis, olahraga dan Parkiran untuk berkunjung ke Masjid sebagainya, orang sudah mengadakan Agung Banten ini terdapat dimana- perjalanan untuk berziarah (pariwisata mana. Parkiran tidak terpusat di satu ziarah). Menurut Koentjaradiningrat titik melainkan menyebar. Parkiran wisata religi merupakan salah satu tersebut terdapat di lahan-lahan unsur kebudayaan adalah sistem religi kosong disekitar kawasan yang dimana unsur ziarah berada di disediakan dan dikelola oleh dalamnya. Berziarah merupakan masyarakat sekitar (Budi Sulistiyo, berkunjung ke tempat-tempat suci atau 2012). tempat bersejarah seperti ke makam- Walaupun sudah direvitalisasi, makam ulama atau tokoh-tokoh akan tetapi fasilitas sarana dan agama (Astiti, 2016). Makam-makam prasarana pada Masjid Agung Banten ulama dan tokoh-tokoh agama yang sudah cukup baik walaupun masih terdapat di Masjid Agung Banten banyak kekurangan sana-sini tidak menjadi fokus-fokus wisatawan yang menutup kekurangan tersebut berkunjung disana dengan tujuan membuat pengunjung enggan datang ziarah untuk mendoakan serta ke tempat tersebut. Bangunan yang mengenang kembali perjuangan para kaya akan nilai dan makna budaya, tokoh agama dan raja sosial, dan sejarah yang besar mempertahankan wilayah Banten dari sepatutnya dilestarikan dan dirawat para penjajah. Aktivitas di Masjid dengan sebaik-baiknya. Agung Banten pun selalu ramai terutama pada saat hari-hari besar agama islam yang diadakan di dalam Daftar Pustaka lingkungan masjid tersebut (Astiti, Abdul Fatah Jalal. (1988). Azas-azas 2016). Pendidikan Islam (terj). : Meningkatnya aktivitas Diponegoro. masyarakat sekitar karena adanya kegiatan hari-hari besar yang diadakan Abdurrahman an-Nahlawi. (1979). oleh pengelola masjid. Namun, tingkat Ushul al Taarbiyah al Islamiyah wa keamanan dan fasilitas yang masih Asalibuha fi al Bayt wa al banyak yang harus ditingkatkan Madrasah wa al Mujtama. kembali seperti meletakan sepatu atau Damaskus: Daar Al Fikr. sandal, kantin untuk makan dan Ahmad Tanzeh. (2011). Metodologi minum, serta kamar mandi yang bayar Penelitian Praktis. : menurut kami itu tidak perlu Teras. walaupun tujuannya untuk perekonomian tapi memberikan nilai Alya Nadya. (2017). Gaya Arsitektur negative kepada para pengunjung, dan Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua ketika kita masuk ke dalam masjid, di Banten. Prosiding Seminar banyak peminta-minta yang Heritage, 314,313. Retrieved from menyarankan untuk beramal terlebih https://seminar.iplbi.or.id/wp- dahulu untuk memakmurkan masjid content/uploads/2017/06/HERIT di halaman masjid. Dari segi AGE2017-A-311-316-Gaya- keamanan, pengelola masjid belum Arsitektur-Masjid-Kasunyatan- memberikan keamanan dan Masjid-Tertua-di-Banten.pdf kenyaman pengunjung atau wisatawan.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |130

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Amos Neolaka, G. A. (2017). Landasan peninggalan-kesultanan-banten Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Isna, M. (2001). Diskursus Pendidikan Depok: Kencana. Islam. Yogyakarta: Global Pustaka. Astiti, N. K. A. (2016). Pengelolaan Iwan Sugiwa. (2013). Profil Obyek dan Kawasan Situs Kota Kuno Banten Tujuan Wisata (ODTW) di Sebagai Destinasi Wisata Budaya Provinsi Banten dan Daya Untuk Meningkatkan Pergerakan Tariknya terhadap Wisatawan. Wisatawan Nusantara. 1, 3–4,5,8. Epigram, 10, 103. Retrieved from https://scholar.google.com/citations Benny G Setiono. (2002). Tionghoa ?user=XTssQ0oAAAAJ&hl=id dalam Pusara Politik. : Transmedia. Juliandi. (2007). Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya. Budi Sulistiyo, G. V. M. (2012). Yogyakarta: Ombak. Revitalisasi Kawasan Banten Lama sebagai Wisata Ziarah. 3, 4. Lukman Hakim. (2006). Banten dalam Perjalanan Jurnalistik. Serang: Carey, P. (1985). Orang Jawa dan Banten Heritage. Masyarakat China (1755-1825). Jakarta: Pustaka Azet. Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Disbudpar. (n.d.). Jelajah Pesona Aksara. Wisata Banten Indonesia. Moh.Ali Fadillah, et al. (2005). Ragam Firdausi, A. A. (2020). Sejarah Tak Pusaka Budaya Banten. Serang: Hadir di Situs Banten Lama. Balai Pelestarian Peninggalan Retrieved from tirto.id website: Purbakala. https://tirto.id/sejarah-tak-hadir-di- situs-banten-lama-dti9 M.Chabib Thoha. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarya: Guntur Setiawan. (2004). Implementasi Pustaka Pelajar. dalam Birokrasi dan Pembangunan. Bandung: Remaja Mohammad Thareq. (2017). Rosdakarya. Perpaduan Gaya Arsitektur Jawa Kuno, Tiongkok, dan Eropa pada Hasan Mua’rif Ambary. (1998). Arsitektur Masjid Agung Banten. Menemukan Peradaban Jejak 2. Retrieved from Arkeologis&Historis Islam http://seminar.iplbi.or.id/wp- Indonesia. Jakarta: Logos Wacana content/uploads/2017/06/HERIT Ilmu. AGE2017-A-051-054-Perpaduan- Gaya-Arsitektur-Jawa-Kuno- Indonesia, P. (2019). Masjid Agung Tiongkok-dan-Eropa-pada- Banten, Kokohnya Peninggalan Arsitektur-Masjid-Agung- Kesultanan Banten. Retrieved Banten.pdf from Kementrian Pariwisata Indonesia website: Munandar Sulaiman. (1992). Ilmu https://pesona.travel/keajaiban/302 Budaya Dasar Suatu Pengantar. /masjid-agung-banten-kokohnya- Bandung: Refika Aditama.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |131

PATTINGALLOANG © Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Nurdin Usman. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung: CV. Sinar Baru. Nurman Kholis. (2012). Mimbar dan Podium:Kajian atas Masjid Kuno di Nanggroe . Lektur Keagamaan, 2, 443. Ridha, M. R., & Amirullah, A. (2017, October). Eksistensi Masjid Makmur Melayu dalam Syiar Islam di Kota Makassar (1943- 2015). In Seminar Nasional LP2M UNM (Vol. 2, No. 1).

Oloan Situmorang. (1993). Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya. Retrieved from https://docplayer.info/177468708- Jurnal-imajinasi-nilai-multukultural- ornamen-tradisional-masjid-masjid- warisan-para-wali-di-pesisir-utara- jawa.html Wibowo, S. H. (2009). Merangkul China:Hubungan China Indonesia pasca Soeharto. Jakarta: Gramedia. Zainal Arifin. (2014). Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zakiah Daradjat, D. (2014). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Zulganef. (2008). Metode Penelitian dan Bisnis. Yogyakarta: Griya Ilmu.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |132