Eksekutif Summary 65-2

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Eksekutif Summary 65-2 Ringkasan Eksekutif Tim Ad Hoc Peristiwa 1965-1966 1 2 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA 3 REPUBLIK INDONESIA 4 5 6 7 8 I. PENDAHULUAN 9 Peristiwa 1965-1966 merupakan suatu peristiwa tragedi kemanusiaan yang 10 menjadi lembaran sejarah hitam bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi 11 sebagai akibat dari adanya kebijakan negara pada waktu itu untuk melakukan 12 penumpasan terhadap para anggota dan pengikut Partai Komunis Indonesia 13 (PKI) yang dianggap telah melakukan tindakan perlawanan terhadap negara. 14 Kebijakan negara yang diikuti dengan tindakan kekerasan terhadap warga 15 negara yang dituduh sebagai anggota maupun simpatisan PKI pada waktu 16 itu, dilakukan secara berlebihan dengan menggunakan cara-cara yang tidak 17 manusiawi yang berdampak pada jatuhnya korban jiwa manusia baik yang 18 meninggal dunia maupun yang luka-luka. 19 Sesuai dengan laporan dari para korban maupun keluarga korban, pada 20 peristiwa 1965-1966, telah mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk 21 pelanggaran hak asasi manusia antara lain pembunuhan, pemusnahan, 22 perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, 23 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara 24 sewenang-wenang, penyiksaan, perkosaan, penganiayaan (persekusi) dan 25 penghilangan orang secara paksa. 26 Selain itu, para korban maupun keluarga korban juga mengalami penderitaan 27 mental (psikologis) secara turun temurun yakni berupa adanya tindakan 28 diskriminasi di bidang hak sipil dan politik, maupun di bidang hak ekonomi, 29 sosial dan budaya. 30 Berkenaan dengan hal tersebut, maka korban maupun keluarga korban 31 peristiwa 1965-1966 telah melakukan berbagai upaya untuk memperjuangkan 32 hak asasinya guna mendapatkan keadilan serta terpulihkannya hak-hak 1 Ringkasan Eksekutif Tim Ad Hoc Peristiwa 1965-1966 1 mereka yang telah terlanggar (redress). Adapun salah satu perjuangannya 2 adalah dengan mengadukan peristiwa tersebut kepada Komnas HAM. 3 Menanggapi pengaduan korban, keluarga korban, dan masyarakat, Komnas 4 HAM, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagaimana diamanatkan di 5 dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, 6 telah membentuk Tim Pengkajian berkenaan dengan peristiwa tersebut. Dari 7 hasil pengkajian, kemudian Komnas HAM menindaklanjuti dengan 8 membentuk Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Yang Berat 9 Periistiwa 1965-1966. 10 Pembentukan Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Yang Berat 11 Peristiwa 1965-1966 dimaksudkan sebagai pelaksanaan tugas dan 12 wewenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 jo Pasal 19 dan Pasal 13 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, yang 14 dipayungi oleh Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi 15 Manusia. 16 Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM yang berat Peristiwa 1965-1966 17 menjalankan mandatnya sejak 1 Juni 2008 sampai dengan 30 April 2012. 18 Dalam menjalankan mandatnya, tim ad hoc telah menerima sejumlah 19 pengaduan dari masyarakat serta melakukan pemeriksaan terhadap 20 saksi/korban sebanyak 349 (tiga ratus empat puluh Sembilan) orang. Tim 21 juga telah melakukan peninjauan secara langsung ke sejumlah daerah dalam 22 rangka pelaksanaan penyelidikan. 23 Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM 24 Yang Berat Peristiwa 1965-1966 mengalami berbagai hambatan: 25 1. Luasnya Geografis Peristiwa 1965-1966. Peristiwa 1965-1966 terjadi 26 secara meluas yang tersebar hampir di seluruh wilayah Republik 27 Indonesia. Dengan luasnya sebaran geografis peristiwa 1965-1966 serta 28 banyaknya jumlah korban, tidak seimbang dengan jumlah anggota tim ad 29 hoc yang melakukan penyelidikan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka 30 tim ad hoc mengalami hambatan tidak dapat melakukan penyelidikan 31 secara menyeluruh di semua wilayah serta melakukan permintaan 32 keterangan terhadap semua saksi yang ada kaitannya dengan peristiwa 33 1965-1966. 34 2. Keterbatasan Anggaran Luasnya geografis dan banyaknya korban/saksi 35 peristiwa 1965-1966 serta berbagai kompleksitas dalam rangka 36 pelaksanaan penyelidikan yang dilakukan oleh tim ad hoc, ternyata tidak 37 didukung dengan anggaran yang memadai. Sehubungan dengan 38 keterbatasan anggaran yang dialokasikan guna mendukung pelaksanaan 39 penyelidikan, maka hal tersebut telah menjadikan suatu hambatan karena 40 tim pada akhirnya tidak dapat menjalankan mandatnya secara optimal. 41 3. Lamanya Peristiwa (kejadiannya panjang dan terjadi di masa lalu) 42 Peristiwa 1965 -1966 yang terjadi selama kurang lebih 47 (empat puluh 43 tujuh) tahun yang lalu, sehingga para korban maupun keluarga korban 44 yang menjadi saksi mengalami kesulitan untuk mengingat kejadian yang 45 terjadi pada masa lalu yang cukup lama tersebut. Berdasarkan kondisi 46 tersebut, maka hal ini menjadi hambatan bagi tim untuk mendapatkan 47 keakuratan data, fakta maupun informasi sehubungan dengan adanya 2 Ringkasan Eksekutif Tim Ad Hoc Peristiwa 1965-1966 1 keterbatasan daya ingat manusia dan juga sulitnya untuk mendapatkan 2 alat bukti seperti dokumen karena sudah tidak ingat lagi dimana 3 keberadaannya. Sehubungan dengan lamanya kejadian peristiwa 1965- 4 1966, sebagian besar para pelaku dan penanggungjawab sudah 5 meninggal dunia, sehingga tim mengalami kendala dan kesulitan untuk 6 mendapatkan keterangan, data, fakta dan informasi. 7 4. Traumatik Yang Dialami Korban. Penderitaan para korban yang 8 mengalami tindak kekerasan telah membekas selama berpuluh-puluh 9 tahun baik dalam bentuk bekas luka phisik maupun luka mental. Kondisi 10 tersebut telah mengakibatkan rasa traumatik yang mendalam, sehingga 11 para korban yang menjadi saksi mengalami kesulitan ataupun enggan 12 untuk memberikan keterangan. 13 14 II. UNSUR-UNSUR PELANGGARAN HAM YANG BERAT KEJAHATAN 15 TERHADAP KEMANUSIAAN, UNSUR-UNSUR PERTANGGUNG 16 JAWABAN KOMANDO DAN UNSUR-UNSUR JOINT CRIMINAL 17 ENTERPRISE. 18 Kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk ke dalam yurisdiksi universal, di 19 mana setiap pelaku kejahatan tersebut dapat diadili di negara manapun, 20 tanpa memperdulikan tempat perbuatan dilakukan, maupun 21 kewarganegaraan pelaku ataupun korban. Hal ini dimaksudkan untuk 22 mewujudkan prinsip no safe haven (tidak ada tempat berlindung) bagi pelaku 23 kejahatan yang digolongkan ke dalam hostis humanis generis (musuh seluruh 24 umat manusia) ini. Perlu ditambahkan bahwa untuk kejahatan terhadap 25 kemanusiaan sebagaimana kejahatan perang dan genosida tidak dikenal 26 adanya daluwarsa. 27 Perkembangan hukum internasional untuk memerangi kejahatan terhadap 28 kemanusiaan mencapai puncaknya ketika pada tanggal 17 Juli 1998, 29 Konferensi Diplomatik PBB mengesahkan Statuta Roma tentang Pendirian 30 Mahkamah Pidana Internasional (Rome Statute on the Establishment of the 31 International Criminal Court / ICC), yang akan mengadili pelaku kejahatan 32 yang paling serius dan menjadi perhatian komunitas internasional, yaitu: 33 genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan 34 agresi. Dimasukkannya kejahatan terhadap kemanusiaan ke dalam Statuta 35 yang merupakan perjanjian multilateral, mengokohkan konsep tersebut 36 menjadi suatu treaty norm (norma yang didasarkan kepada suatu perjanjian 37 internasional). Dari ketentuan dalam Statuta tersebut dapat dilihat bahwa 38 kejahatan terhadap kemanusiaan tidak saja terjadi pada masa perang atau 39 konflik bersenjata tetapi juga dapat terjadi pada masa damai. Sedangkan 40 pihak yang bertangung jawab atas kejahatan tersebut tidak terbatas kepada 41 aparatur negara (state actor) saja, tetapi juga termasuk pihak yang bukan dari 42 unsur negara (non-state actors). 43 Unsur-unsur Umum Kejahatan Terhadap Kemanusiaan 44 1. salah satu perbuatan 45 Setiap tindakan yang disebutkan dalam Pasal 9 undang-undang No 26 Tahun 46 2000 tentang Pengadilan HAM merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. 47 Tidak ada syarat yang mengharuskan adanya lebih dari satu tindak pidana 3 Ringkasan Eksekutif Tim Ad Hoc Peristiwa 1965-1966 1 yang dilakukan (misalnya : pembunuhan dan perkosaan), atau kombinasi dari 2 tindak-tindak pidana itu. 3 2. yang dilakukan sebagai bagian dari serangan 4 Tindakan harus dilakukan sebagai bagian dari serangan. Misalnya, 5 pembunuhan besar-besaran terhadap penduduk sipil dapat dianggap sebagai 6 serangan terhadap seluruh populasi sipil. 7 3. meluas atau sistematis yang ditujukan kepada penduduk sipil 8 Syarat “meluas atau sistematis” ini adalah syarat yang fundamental untuk 9 membedakan kejahatan ini dengan kejahatan umum lain yang bukan 10 merupakan kejahatan internasional. 11 Kata “meluas” menunjuk pada “jumlah korban”, dan konsep ini mencakup 12 “massive, sering atau berulang-ulang, tindakannya dalam skala yang besar, 13 dilaksanakan secara kolektif dan berakibat serius”. 14 Unsur meluas atau sistematis tidak harus dibuktikan keduanya, kejahatan 15 yang dilakukan dapat saja merupakan bagian dari serangan yang meluas saja 16 atau sistematis saja. 17 18 Untuk dapat dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, tindakan 19 tersebut juga harus “ditujukan terhadap penduduk sipil”. Syarat ini tidak 20 mengartikan bahwa semua populasi suatu negara, entitas atau wilayah harus 21 menjadi objek serangan. Penggunaan istilah “penduduk (population)” secara 22 implisit menunjukkan adanya beberapa bentuk kejahatan yang berbeda 23 dengan kejahatan yang bentuknya tunggal atau terhadap orang perorangan. 24 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 UU No 26 Tahun 2000, yang dimaksud 25 dengan “serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil” 26 adalah suatu rangkaian perbuatan yang
Recommended publications
  • Guide to the Asian Collections at the International Institute of Social History
    Guide to the Asian Collections at the International Institute of Social History Emile Schwidder & Eef Vermeij (eds) Guide to the Asian Collections at the International Institute of Social History Emile Schwidder Eef Vermeij (eds) Guide to the Asian Collections at the International Institute of Social History Stichting beheer IISG Amsterdam 2012 2012 Stichting beheer IISG, Amsterdam. Creative Commons License: The texts in this guide are licensed under the terms of the Creative Commons Attribution-Noncommercial 3.0 license. This means, everyone is free to use, share, or remix the pages so licensed, under certain conditions. The conditions are: you must attribute the International Institute of Social History for the used material and mention the source url. You may not use it for commercial purposes. Exceptions: All audiovisual material. Use is subjected to copyright law. Typesetting: Eef Vermeij All photos & illustrations from the Collections of IISH. Photos on front/backcover, page 6, 20, 94, 120, 92, 139, 185 by Eef Vermeij. Coverphoto: Informal labour in the streets of Bangkok (2011). Contents Introduction 7 Survey of the Asian archives and collections at the IISH 1. Persons 19 2. Organizations 93 3. Documentation Collections 171 4. Image and Sound Section 177 Index 203 Office of the Socialist Party (Lahore, Pakistan) GUIDE TO THE ASIAN COLLECTIONS AT THE IISH / 7 Introduction Which Asian collections are at the International Institute of Social History (IISH) in Amsterdam? This guide offers a preliminary answer to that question. It presents a rough survey of all collections with a substantial Asian interest and aims to direct researchers toward historical material on Asia, both in ostensibly Asian collections and in many others.
    [Show full text]
  • The Partai Nasional Indonesia, 1963
    THE PARTAI NASIONAL INDONESIA 1963-1965 J. Eliseo Rocamora Reputations once acquired are hard to shed. The stereotype of the Partai Nasional Indonesia (PNI) as an opportunist, conservative party composed of Javanese prijaji elements remains despite basic changes which occurred within the party in the later years of Guided Democracy. Tljis undifferentiated image of the PNI arose in the early 1950's and, for that time, it represented a fairly accurate, though limited, description. As the party began to change under the impetus of Guided Democracy politics and the push of internal party dynamics, Indonesian and foreign observers either disregarded the party alto­ gether or tended to seek explanations for these changes in outside factors." Thus, the PNI's "turn to the left," in the 1963 to 1965 period, was termed variously as: an opportunistic response to the increasingly leftist politics of Guided Democracy; the result of strong pressure from President Sukarno; or the work of PKI (Communist Party) infiltration of the party leadership. The fact that Djakarta's political cognoscenti-- journalists and intellectuals--continue to espouse and disseminate this interpreta­ tion reflects biases born of their own political attitudes and in­ volvement. A similarly-limited view of the PNI in Western academic literature is in part the result of the paucity of work on the Guided Democracy period and in part a consequence of an excessive concentra­ tion on a few actors at the center. The generally-accepted framework for analyzing Guided Democracy politics1--a three-sided triangle made up of Sukarno, the Army and the PKI--only explains certain facets of Indonesian politics, that is, the major battles for ideological and institutional predominance.
    [Show full text]
  • Aksi Buruh Sobsi (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) Cabang Madiun Tahun 1957-1959
    Aksi buruh sobsi (sentral organisasi buruh seluruh indonesia) Cabang madiun tahun 1957-1959 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Oleh : Lestari C0500042 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2004 Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Mengetahui Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua (Dra. Sri Sayekti, M.Pd.) ( Drs. Susanto, M.Hum ) NIP. 131. 913.434 NIP. 131. 792. 939 ii Diterima dan disetujui oleh Panitia Penguji Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal : 13 Maret 2004 Panitia Penguji 1. Drs. Sri Agus, M.Pd (________________) Ketua Penguji NIP. 131. 633. 901 2. Drs. Warto, M. Hum (________________) Sekretaris Penguji NIP. 131. 633. 898 3. Dra. Sri Sayekti, M.Pd (________________) Penguji I NIP. 131. 913. 434 4 4. Drs. Susanto, M.Hum (________________) Penguji II NIP. 131. 792. 939 Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta ( DR. Maryono Dwirahardjo, SU. ) NIP. 130. 675. 147 iii MOTTO v “Historia Magistra Vittae” v “Sesungguhnya di dalam sejarah itu terdapat pesan-pesan yang penuh perlambang bagi orang-orang yang dapat memahaminya.” v (QS.Yusuf : 112) v “Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan, bersama kesusahan ada jalan keluar dan bersama kesulitan ada kemudahan.” (HR. Tirmidzi) v “One can not escape history” (Abraham Lincoln) iv PERSEMBAHAN Ku persembahkan historiografi ini untuk : v Ibunda tercinta v Bapak v Saudara-saudaraku (Mas Sugeng, Bang Goppar, Mas Sunar, Adik Anto) v Almamater v KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, wr.wb. Alhamdulillah.
    [Show full text]
  • A Study of the Cultural Pages of Harian Rakjat in the Early 1950S
    The Communist Imagination: A Study of the Cultural Pages of Harian Rakjat in the Early 1950s Stephen Miller A thesis in fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy School of Humanities and Social Sciences, UNSW@ADFA, Canberra, Australia August 2015 2 Acknowledgements This dissertation would not have been possible without the enthusiasm, good humour, intelligence and patience of my primary supervisor, Paul Tickell. I cannot thank him enough for his continuing support and faith. He was well supported by my co-supervisors, Emeritus Professor Barbara Hatley and Dr. Edwin Jurriens. I want to especially thank Barbara for her patience in reading drafts in the final throes of thesis production. Dorothy Meyer saw the project through from the beginning of candidature until submission, providing companionship, coding advice, proof reading, and general editing support. Her enthusiasm and passion for my work were central to the thesis reaching the point of submission. The keen grammar sense of my mother, June Miller, helped improve the readability of many sections of the writing. Dr. Kaz Ross also deserves to be mentioned for a late reading of a complete draft and pushing me to submit. It is great to have good colleagues in your corner. I would also like to thank the administrative staff at UNSW at ADFA, especially Bernadette McDermott, who has always been flexible and helpful when dealing with a candidature that lasted far too long. During the prolonged revision process Rifka Sibarani’s support, enthusiasm, and affection was much appreciated, as it continues to be post-thesis. So many other people have also helped me out at various times—students, colleagues, friends, family, comrades.
    [Show full text]
  • Sebuah Kajian New Historicism)
    PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI MEMBONGKAR KUBUR SUGIARTI SISWADI (SEBUAH KAJIAN NEW HISTORICISM) TESIS Diajukan kepada Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M.Hum.) Disusun oleh: Fairuzul Mumtaz (096322014) Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI ii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI iii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI iv PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI v PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PERSEMBAHAN Kepada: Ibu, Bapak, serta mertua Istriku Tikah Kumala Adik-adikku; Fajrul Islam, Faza Dinazad, Farah Faila Sufa Serta kepada guru-guruku. vi PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI MOTTO Takdzimul ilmi wa ahlihi vii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PENGANTAR Adalah rasa syukur yang kali pertama saya dengungkan ketika merampungkan penulisan tesis ini. Alhamdulillah, puji kepada Tuhan YME dan sholawat kepada Nabi Muhammad Saw sebagai madinatul ilmi. Berbagai kemudahan teknis telah saya peroleh dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, saya ingin menyampaikan serentetan ucapan terima kasih kepada; Keluarga saya selalu bertanya dan gelisah tentang kelulusan saya. Keluarga di Demak, Bapak H. Mas’ad dan Ibu Hj. As’adah; Keluarga di Cilacap Bapak Puryanto dan Ibu Karmi; Istriku Tikah Kumala; adik-adikku, Fajrul Islam, Faza Dinazad, Farah Faila Sufa, Aji Prasetyo, dan Rafi Mufti Wijaya. Kepada keluarga besar Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma, yang memberi kesempatan bagi saya untuk menempuh studi di dalamnya.
    [Show full text]
  • PASANG SURUT GERAKAN BURUH INDONESIA Abstract Abstrak
    Lensa Budaya, Vol. 13, No. 2, 2018. 156 - 165 E-ISSN: 262 - 7273 Lensa Budaya, Vol. 13, No. 2, 2018. ISSN: 0126 - 351X PASANG SURUT GERAKAN BURUH INDONESIA Bambang Sulistyo Departemen Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin.1 Abstrak Tulisan ini mengkaji gerakan buruh di Indonesia sejak diberlakukannya sistem tanam paksa sam- pai dengan tahun 1965. Pengkajian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengapa saat ini hubungan antara buruh dan masyarakat renggang. Kehadiran buruh dalam aksi-aksi demonstrasi tidak dilihat masyarakat sebagai upaya untuk memperjuangkan kesamaan nasib, tetapi dilihat se- bagai ancaman yang mengganggu ketertiban dalam masyarakat tersebut. Melalui penelusuran sejarah buruh di Indonesia sejak periode Tanam Paksa yang dianggap sebagai kemunculan buruh di Indonesia didapati bahwa gerakan buruh periode kolonial masih memiliki kesamaan dengan masyarakat, yaitu untuk membebaskan masyarakat Indonesia dari pen- jajahan kolonial, dan untuk membentuk negara yang mensejahterakan masyarakat dan buruh. Ke- samaan persepsi ini kemudian berubah sejak meletusnya peristiwa 30 September 1965. Buruh ditempatkan rezim penguasa Orde Baru sebagai bagian dari gerakan tersebut dan melalui doktrin yang dibangun penguasa Orde Baru, lambat laun buruh ditempatkan terpisah dengan masyarakat. Dalam tulisan ini juga dijelaskan bahwa gerakan buruh di Indonesia tidak mengikuti konsep kesadaran kelas seperti di Barat, tetapi kesadaran etnis, persamaan kebudayaan dan jenis peker- jaan. Kata Kunci: Gerakan Buruh, Masyarakat, Indonesia Abstract This paper studies labor movement in Indonesia and it attempts to understand the reason of the distancing of relation between labor and the society. Labor activities in demonstration actions were not seen by the society as a struggle for equal conditions but are seen as threats to public order within the society.
    [Show full text]
  • 87Ce6eb036daefcf9d777b091ec
    Menguak Tabir Peristiwa 1 Oktober 1965 – Mencari Keadilan http://www.mesias.8k.com/konspirasi.htm Konspirasi dan Genosida: Kemunculan Orde Baru dan Pembunuhan Massal1 OLEH BONNIE TRIYANA2 Gestapu 1965: Awal Sebuah Malapetaka Pada hari kamis malam tanggal 30 September 1965, sekelompok pasukan yang terdiri dari berbagai kesatuan Angkatan Darat bergerak menuju kediaman 7 perwira tinggi Angkatan Darat. Hanya satu tujuan mereka, membawa ketujuh orang jenderal tersebut hidup atau mati ke hadapan Presiden Soekarno. Pada kenyataannya, mereka yang diculik tak pernah dihadapkan kepada Soekarno. Dalam aksinya, gerakan itu hanya berhasil menculik 6 jenderal saja. Keenam jenderal tersebut ialah Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. Suprapto, Mayjen. S. Parman, Mayjen. Haryono M.T., Brigjen. D.I Pandjaitan, Brigjen. Sutojo Siswomihardjo dan Lettu. Piere Tendean ajudan Jenderal Nasution. Nasution sendiri berhasil meloloskan diri dengan melompat ke rumah Duta Besar Irak yang terletak persis disebelah kediamannya. Di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, sebuah susunan Dewan Revolusi diumumkan melalui corong Radio Republik Indonesia (RRI). Pengumuman itu memuat pernyataan bahwa sebuah gerakan yang terdiri dari pasukan bawahan Angkatan Darat telah menyelamatkan Presiden Soekarno dari aksi coup d´etat. Menurut mereka, coup d´ètat ini sejatinya akan dilancarkan oleh Dewan Jenderal dan CIA pada tanggal 5 Oktober 1965, bertepatan dengan hari ulang tahun ABRI yang ke-20. Empat hari kemudian, jenazah keenam jenderal dan satu orang letnan itu diketemukan di sebuah sebuah sumur yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya. Di sela-sela acara penggalian korban, Soeharto memberikan pernyataan bahwa pembunuhan ini dilakukan oleh aktivis PKI didukung oleh Angkatan Udara. Sehari setelah penemuan jenazah, koran-koran afiliasi Angkatan Darat meng- ekspose foto-foto jenazah tersebut.
    [Show full text]
  • The Political Character of the Indonesian Trade Union Movement
    THE POLITICAL CHARACTER OF THE INDONESIAN TRADE UNION MOVEMENT ISKANDAR TEDJASUKMANA MONOGRAPH SERIES MODERN INDONESIA PROJECT KAAN Southeast Asia Program |M U-1' Department of Far Eastern Studies Cornell University 5 98 Ithaca, New York 1959 I Price— $2.50 1r.' £ B e THE POLITICAL CHARACTER OF THE INDONESIAN TRADE UNION MOVEMENT g g i Iskandar Tedjasukmana ($«r $ U i Q i ( / e ^ r FAK- HUKUM dan PENG. HASi. T®nggal i C L r Q j .t No. Siisila.V d TVV US, MONOGRAPH SERIES Modern Indonesia project Southeast Asia Program Department of Far Eastern Studies Cornell University Ithaca, New York 1958 1958 by Iskandar Tedjasukmana PREFACE In few Asian countries is organized labor so important an economic and political factor as in contemporary Indonesia, and in few countries of the world has it been so politicized. Yet, thus far very little serious research and writing has been concerned with the Indonesian trade unions. Consequently the Cornell Modern Indonesia Project is pleased to publish this pioneering study by Iskandar Tedjasukmana. It would be difficult to find anyone better qualified to undertake it, for he served as Minister of Labor in three different Indonesian cabinets: the Sukiman Cabinet (April 27, 1951 - April 2, 1952); the Wilopo Cabinet (April 3, 1952 - July 31, 1953); and the Burhanudin Harahap Cabinet (August 12, 1955 - March 27, 1956) . In addition, he was from 1951 to 1956 Chairman of the Political Bureau of the Labor Party. From 1946 to 1956, except while Cabinet Minister, he was a member of the Indonesian Parliament, serving from March, 1947, to Auguét, 1949, as Vice-Chairman of its Working Committee.
    [Show full text]
  • $TIIDHI$ M |NDONES|Anlounnal for Rslamrc Studtes Volume 9, Number 1,2002
    $TIIDHI$ m |NDONES|ANlounNAL FoR rsLAMrc sTUDTES Volume 9, Number 1,2002 Lrrnnl TnnNSLATIoN, Sncnro Scnr pru nr nNo Krrns Mnmv Peter G. Riddell THe THoucHTS AND Relrcrous UruorRsrRruorNG oF sururH AHruno nl-MurnuRrKrN:THE Srnucclr oF JAVANESE lsrRlvr ro+s-rz+o Zainul MilalBizawie AruorHrn RncE Brrwrrru lsmn,t nruo CHnrsrANrry: rHr Cnsr or Flonrs, SourHensr lruoorursrR, 1900-1920 Karel Steenbrink Or't BErr.tc n Mnnxrsr Musttrrr: REnorruc Hnsnru Rnro's AuroBrocRApHy lhsan Ali-Fauzi tssN 0215-0492 $TUDIA I$TAIIIII(A for V01.9,n0.1,2002 EDITORIALBOARD: M. Quraish Shihnb (IAIN lakarta) Taufik Abdullah (LIPI laknrta) Nur A. Fadhil Lubis (IAIN Sumatra lJtara) M.C. Ricklefs (Melbourne Unioersity) Martin aan Bruinessen (lltrecht lJnioersitv) lohn R. Bowen (Washington Llniaersity, Si. Louis) M. Atho Mudzhnr (IAIN Yogyakarta) M. Kamal Hasan (lnternational lslamic L)niaersity, KualaLumpur) EDITOR-IN-CHIEF Azyumardi Azra EDITORS SaifulMujani lamhari lajat Burhanuddin Fu'ad Jabali Oman Fathurahman ASSISTANT TO THE EDITORS HeniNuroni ENGLISH LANGUAGE ADVISOR Chloe l. Ollit;er ARABIC LANGUAGE ADVISOR Nursamad COVERDESIGNER S. Prinkn STUDIA ISLAMIKA (ISSN 0215-0492) is a journal pubtbhed by the Center for the Study of Islam and Society (PPIM), IAIN Syarif Hidayatullah, laknrta ( STT D EP P EN N o. 1 29 / SKD IT I EN /P P G /STT/1 97 6 ) and sp ons or ed by the Austr alia- Indonesia Institute (AII). It specinlizes in Indonesian Islamic studies, and is intended to communicate original researches and current issues on the subject. Thb jounul warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. All articles published do not necessarily represent the aiews of the joumat, or other institutions to which it is ffiIiated.
    [Show full text]
  • Merangkak Di Bawah Bendera Merah Sejarah Perkembangan Partai Komunis Indonesia Tahun 1948 Sampai Tahun 1955
    MERANGKAK DI BAWAH BENDERA MERAH SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA TAHUN 1948 SAMPAI TAHUN 1955 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah Disusun Oleh Nama : Ajeng Dewanthi NIM : 014314001 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i ii iii Ithaca When you set out on your journey to Ithaca Pray that road is long, Full of adventure, full of knowledge The lestrygonians and the Cyclops The angry Posedion-do not fear them You will never find such as these on your path If your thoughts remain lofty, if a fine emotion touches your spirit and your body The Lestrygonians and the Cyclops The fierce Posedion you will never encounter if you do not carry them within your soul if your heart does not set them up before you Pray that road is long That the summer mornings are many, when, with pleasure, with such joy You will enter ports seen for the first time; Stop at Phoenician markets And purchase fine merchandise, Mother-of pearls and coral, ember and ebony, and sensual perfumes of all kinds, As many sensual perfumes as you can; Visit many Egyptian cities, to learn and learn from scholars. Always keep Ithaca in your mind. To arrive there is your ultimate goal. But do not hurry the voyage at all. It is better to let it last for many years; And to anchor at the island when you are old Rich with all you have gained on the way, Not expecting that Ithaca will offer you riches Ithaca has given you beautiful voyage Without her you never have set out on the road She has nothing more to give you And if you find her poor, Ithaca has not deceives you Wise you have become, with so much experience You must already have understood what Ithaca means Constantine Cavafy (1863-1933) Diterjemahkan oleh Rae Dalven Take from: The Zahir by Paoulo Coelho iv Persembahan My Lord “Allah” yang telah memberiku hidup, “Misteri” yang menciptakan dunia.
    [Show full text]
  • 1 Surat Dari Presiden Soekarno Kepada Ketua DPR Mengenai Bentuk Peraturan-Peraturan Negara
    KOTI I. INTERNAL KOTI A. Panglima Besar KOTI 1 Surat dari Presiden Soekarno kepada Ketua DPR mengenai bentuk peraturan-peraturan negara. 20 Agustus 1959 salinan 1 sampul 2 Pidato Presiden Soekarno dalam Sidang Majelis umum PBB ke XV. 30 September 1960 fotokopi 1 sampul 3 Naskah pidato Presiden Soekarno tentang Resopim. 17 Agustus 1961 fotokopi 3 lembar 4 Artikel mengenai pidato Presiden Soekarno tentang revolusi yang dikutip dari Harian Bintang Timur. 27 Nopember 1961 fotokopi 4 lembar 5 Naskah amanat Presiden Soekarno kepada para jaksa peserta kongres ke-3 di Bogor. 24 April 1962 konsep 3 lembar 6 Pidato Presiden Soekarno pada Pelantikan Panitia Museum Sejarah Tugu Nasional, Istana Merdeka, Jakarta. 03 Januari 1964 fotokopi 3 lembar 7 Agenda mengenai Acara Harian Presiden Sukarno beserta daftar tamu-tamu yang menghadap presiden. 1964 - 1966 asli 1 sampul 8 Laporan mengenai amanat PJM Presiden kepada Para Ketua/Induk Koperasi di Istana Negara berhubung akan diadakan Munaskop-II. tt fotokopi 8 lembar 9 Laporan mengenai pidato Presiden Soekarno pada rapat raksasa Dwi Dasawarsa RI dan pidato 17 Agustus. tt salinan 3 lembar B. Gabungan - 3 KOTI 10 Surat Perintah Umum untuk Sukarelawan/Sukarelawati Dwikora untuk mengadakan kesiapan tempur tingkat tinggi. 11 September 1964 stensilan 1 lembar 11 Laporan tentang suara-suara pers di ibu kota dan pernyataan partai politik mengenai Komando Gerakan Sukarelawan. tt fotokopi 2 lembar C. Gabungan - 5 KOTI 1. Bidang Hankam 12 Laporan kepada Perwira Staf KSAD tentang pemberontak PRRI, perjudian gelap, kepemilikan senjata api gelap dan pencopet yang bermarkas di Hotel Jakarta. 30 Maret-20 Oktober 1958 asli 1 sampul 13 Materi ceramah Brigjen S.
    [Show full text]
  • PEMBERONTAKAN PKI-MUSSO DI MADIUN Rachmat Susatyo
    PEMBERONTAKAN PKI-MUSSO DI MADIUN 18 - 30 SEPTEMBER 1948 Oleh: Rachmat Susatyo KOPERASI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JUNI 2008 Kata Pengantar Kemerdekaan Indonesia yang baru berjalan selama tiga tahun, pada tanggal, 18 September 1948, sudah dikacau- kan oleh pemberontakan yang di lakukan oleh kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI). Kemerdekaan yang seharusnya diisi oleh pembangunan bangsa, justru dikacaukan oleh sekelompok orang yang tidak memahami arti kemerdekaan. Kepentingan pribadi dan kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan nasional. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seharus- nya setiap warga negara lebih mengedepankan kepentingan bersama; daripada kepentingan pribadi dan golongan. Akibat dari pemberontakan PKI ini, potensi bangsa dan negara se- harusnya dapat dicurahkan bagi kemajuan; justru terkuras habis untuk memadamkan aksi pemberontakan tersebut. Pemberontakan PKI ini terjadi, akibat dari kesalahan “kalkulasi politik” PKI yang merasa dirinya mendapat dukungan luas dari mayoritas bangsa Indonesia yang nota bene memang dari kalangan buruh dan tani. Akan tetapi kalkulasi politik mere- ka tidak didasari oleh pemahaman yang baik tentang falsafah hidup bangsa Indonesia, yang sangat mengutamakan kehi- dupan yang aman, tentram, damai dan sejahtera. Paham komunisme hanya ada dan tumbuh dalam jiwa para aktivis PKI, sedangkan rakyat; khususnya buruh dan tani, tidak paham berpolitik. Mereka mengikuti aktivis PKI hanya karena ikut-ikutan, dan bukan karena pemahaman yang baik mengenai komunisme. Sehingga, ketika terjadi pemberontakan, rakyat yang mayoritas buruh dan tani; tidak serta merta ikut berjuang bersama para pimpinan PKI. Hasilnya, pemberon- takan PKI hanya didukung oleh segelintir orang yang tidak siap dengan aksi-aksi pemberontakan itu sendiri. Mereka hanya bersenjatakan alakadarnya, persenjataan yang lazim mereka pakai untuk aktivitas pertanian mereka. Hanya dari kalangan tentara dan polisi saja yang bersenjatakan senjata api, sejata yang sesuai untuk menghadapi tentara dan polisi yang pro pemerintah.
    [Show full text]