Quick viewing(Text Mode)

PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN Oleh Engkur Kurdita

PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN Oleh Engkur Kurdita

1 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU CIANJURAN oleh Engkur Kurdita

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penerapan teknik ornamentasi suling Sunda lubang enam pada lagu tembang Sunda Cianjuran dalam mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib IV (tiup daerah) di Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan . Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Siklus I, materi pembelajaran mengarah pada bagaimana teknik bermain suling, pemahaman jenis-jenis ornamen dan penerapan jenis-jenis ornamen suling lubang enam. Siklus II, sama halnya dengan siklus pertama, namun pembelajaran lebih ditekankan kepada ornamentasi puruluk dan bintih serta penerapan ornamentasi pada lagu tembang Sunda Cianjuran. Responden pada penelitian ini terdiri dari tiga orang mahasiswa seni musik yang mengontrak mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib IV (tiup daerah). Pre Tes 14%, Post Tes Siklus I 49% dan Post Tes Siklus II 79%. Berdasarkan peningkatan presentase hasil belajar tersebut, tingkat keberhasilan pada proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Pada akhirnya dalam proses pembelajaran mahasiswa dapat menerapkan ornamentasi pada lagu tembang Sunda Cianjuran dengan estetika yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan penerapan ornamentasi suling lubang enam dapat pula diimplementasikan oleh guru kesenian pada sekolah-sekolah formal sesuai dengan jenjangnya masing-masing.

Kata Kunci: Teknik Ornamentasi, Suling Sunda, Tembang Sunda Cianjuran.

PENDAHULUAN Sunda, sebagai acuan tercapainya tujuan dari mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib (IPW) IV. Program pendidikan musik bertujuan Materi IPW IV memusatkan materi terhadap untuk mempersiapkan calon guru seni musik lagu-lagu tembang. Tembang merupakan salah yang memperdalam aspek kependidikannya. satu seni suara daerah (Sunda), penuh dengan Pada proses pembelajaran seni musik, nilai estetika yang tinggi, dapat mahasiswa diharapkan dapat memperdalam dan mengekspresikan keindahan dan berfungsi memperluas materi yang mengarah pada sebagai media untuk memperhalus budi pekerti kurikulum terbaru dalam kesepakatan dari tim manusia. Tembang Sunda Cianjuran merupakan pengembang kurikulum jurusan. Tujuannya salah satu jenis kesenian tradisional Sunda yang adalah untuk mengembangkan para lulusan berasal dari daerah Cianjur dengan program seni musik UPI untuk menjadi calon- menggunakan alat-alat kacapi indung, kacapi calon guru yang memiliki wawasan dan rincik (anak) dan suling atau . Tembang keterampilan yang kreatif dan inovatif sesuai adalah jenis seni suara yang iramanya bebas dengan norma-norma yang berlaku. (merdeka). Tetapi walau dikatakan bebas, Bidang pendalaman dari keahlian yang tembang masih terikat oleh aturan-aturan yang harus dimiliki mahasiswa salah satunya yaitu ditentukan oleh bentuk-bentuk pupuh (Ischak, mampu menerapkan ornamen (hiasan) suling 2008: 6). lubang enam pada sebuah lagu dalam tembang 2 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

Fungsi suling menurut Ischak (2008: 68) dengan para pendidik, pergaulan tersebut juga adalah “memberi variasi lagu atau masieup, menumbuhkan segi-segi afektif, baik yang memberi pengarahan terhadap sekaran, positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, melaksanakan gelenyu dan memberi kode dalam situasi pembelajaran dan latihan pun para masuknya sekaran”. Suling merupakan salah pendidik tetap menjadi contoh dan dituntut satu alat musik tradisional yang banyak untuk memberikan contoh yang baik.” dipergunakan dalam berbagai bentuk sajian seni Dari pernyataan Sukmadinata (2009) di Sunda. Instrumen suling di Jawa Barat, sangat atas, kesempatan untuk memodifikasi proses dikenal karena alatnya mudah untuk dibawa juga pembelajaran sangat terbuka, tetapi harus relatif murah harganya. Suling sebagai salah satu mengacu pada langkah-langkah yang relatif instrumen tradisional, memiliki bentuk, ukuran baku. Begitupun pada pembelajaran suling, serta fungsi yang berbeda-beda. dalam mengornamentasi diberi kebebasan. Proses pembelajaran Instrumen Pilihan Namun kebebasan tersebut harus mengacu Wajib (IPW) IV, dirasakan belum dapat kepada ragam, fungsi dan penerapan mencapai tujuan yang diharapkan terbukti dari ornamentasi pada lagu tembang Sunda mahasiswa belum mampu menerapkan Cianjuran. Dalam proses belajar mengajar, ornamentasi secara maksimal pada lagu tembang pendidik dituntut untuk dapat memberikan Sunda Cianjuran. Adapun pemahaman berbagai arahan dan contoh yang baik terhadap macam, fungsi dan penerapan ornamentasi mahasiswa sehingga akan menghasilkan respon suling lubang enam merupakan dasar untuk dan hasil yang memuaskan. Untuk menghasilkan membentuk rasa musikal yang tinggi pada nilai estetik dari penyajian suling lubang enam, penyajian lagu tembang Sunda Cianjuran. Hal seorang pemain suling perlu pemahaman ragam, ini salah satunya dipengaruhi oleh proses belajar fungsi dan penerapan ornamentasi suling pada mengajar yang dilakukan seorang pengajar lagu tembang Sunda Cianjuran. Namun sampai terhadap mahasiswanya. Dalam kegiatan saat ini pada pembelajaran Instrumen Pilihan pembelajaran khususnya yang bersifat praktek, Wajib (IPW) IV masih dirasakan lemah dalam seorang pengajar seharusnya dapat memberikan pencapaian tujuan dikarenakan belum maksimal contoh yang tepat dalam bentuk kegiatan dalam tercapainya indikator pemahaman, ragam, praktek dari berbagai macam, fungsi dan fungsi dan penerapan suling lubang enam penerapan ornamentasi suling lubang enam. Bila terutama dalam praktek penerapan teknik pemberian contoh dari seorang pengajar ornamennya pada lagu tembang Sunda terhadap mahasiswanya dalam bentuk praktek Cianjuran. Oleh karena itu diperlukan dilakukan secara terperinci dan bertahap, maka pengembangan suatu metode pembelajaran pemahaman terhadap penerapan ornamentasi teknik ornamentasi suling lubang enam untuk suling lubang enam akan lebih cepat dipahami mencapai tujuan yang diharapkan dari mata oleh mahasiswa. Sesuai dengan pendapat kuliah IPW IV. Sukmadinata (2009: 32) yang menyatakan bahwa: Permasalahan “Proses pengajaran atau pembelajaran dan Berdasarkan pada analisa di atas, terdapat latihan telah memiliki langkah-langkah yang rumusan masalah, “Bagaimana penerapan teknik relatif baku, walaupun terbuka kesempatan ornamentasi suling Sunda lubang enam pada untuk modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian. lagu tembang Sunda Cianjuran?” dengan Dalam kegiatan pengajaran dan latihan juga pertanyaan penelitian sebagai berikut: berlangsung pergaulan antara peserta didik 3 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

1. Bagaimana proses pembelajaran suling bambu tali. Bahan baku untuk pembuatan suling lubang enam pada mata kuliah IPW IV yang baik, pada umumnya menggunakan jenis (tiup daerah)? bambu tamiang karena memiliki ketebalan yang 2. Bagaimanakah konsep pembelajaran suling tipis, ruas yang relatif panjang dan ukuran lubang enam pada mata kuliah IPW IV (tiup daerah)? diameternya yang relatif sedang juga berserat 3. Bagaimana dampak dari upaya tindakan padat dan kuat. Selain bahan baku tamiang, yang dilaksanakan dalam pembelajaran dalam proses pembuatan suling diperlukan pula suling lubang enam pada mata kuliah IPW bahan baku lainnya yang digunakan untuk IV (tiup daerah)?

Kajian Teori

1. Kesenian Tradisional Kesenian daerah di Indonesia sangat berbagai macam yang merupakan suatu kesatuan wilayah nusantara dengan ciri khasnya dari masing-masing daerah. Diantara dari ciri khas masing-masing daerah tersebut, dapat dilihat dari jenis dan bentuk kesenian yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat. Kesenian daerah yang berada di Jawa Barat pengikat suling tersebut yaitu sumber/ suwer/ termasuk ke dalam rumpun musik daerah Sunda suliwer. dengan istilah lain karawitan Sunda. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Setiawan Untuk lebih jelasnya, lihat keterangan (1994: 14) bahwa, “Karawitan yaitu seni suara gambar di bawah ini. manusia dan atau bunyi waditra yang sesuai 1. Tali Suwer adalah tali pengikat yang terbuat dengan (berdasarkan pada) tradisi daerah”. dari rotan/ bambu tali, berfungsi sebagai penopang arus udara. 2. Suling Daerah Sunda 2. Gado adalah tempat mengikatnya tali suwer Dalam khasanah karawitan Sunda, terdapat yang terdapat di bagian ujung buku suling. berbagai macam waditra (alat musik) yang biasa 3. Elak-elakan berfungsi sebagai penyalur digunakan dalam penyajian karawitan Sunda udara. baik yang terbuat dari jenis logam maupun dari 4. Letah berfungsi pemantul tiupan udara yang jenis bahan lainnya. Dari berbagai macam menghasilkan suara. 5. Laras (watang) berfungsi sebagai resonator waditra dalam karawitan Sunda, suling suara. merupakan salah satu waditra (alat musik) yang 6. Lubang laras ( lubang watang) berfungsi sangat populer di kalangan masyarakat daerah sebagai keluarnya arus udara dari resonator Jawa Barat. Suling merupakan salah satu jenis suara. instrumen karawitan (Sunda) yang teknik 7. Rambu berfungsi sebagai ujung daerah memainkanya adalah dengan cara ditiup resonator suara. (Suparman, 1999:7). 8. Liang sora/ liang surupan (lubang nada) berfungsi sebagai keluarnya nada-nada. Suling yang digunakan dalam kesenian tradisi, biasanya terbuat dari tamiang, dilengkapi 3. Ragam Ukuran Suling dengan tali sumber yang terbuat dari rotan atau 4 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

Suling daerah Sunda yang berlubang enam Fungsi yang secara umum dari penyajian berdasarkan panjang pendeknya ruas suling sunda adalah sebagai pembawa melodi (watangnya) memiliki beberapa ukuran, yaitu (lilitan melodi), dan pembawa nada-nada hiasan antara ukuran 50-64 cm. Ukuran-ukuran tersebut pada penyajian lagu, dalam istilah karawitan dapat dibagi menjadi dua bagian diantaranya: Sunda disebut uparengga suara. a. Suling Kawih b. Fungsi Secara Khusus Ukuran suling kawih berkisar dari 50 – 57 Fungsi suling secara khusus,dapat cm, untuk ukuran yang paling rendahnya. dikelompokan menjadi beberapa bagian bila Sedangkan ukuran 50 - 54 cm digunakan dilihat dari segi ukurannya yang terdiri dari: mengiringi lagu dalam kelompok anak-anak yang diiringi pula oleh kacapi. Dan alat yang 1) Suling lubang enam yang berukuran 50 - 57 cm, difungsikan sebagai perlengkapan lainnya. Suling yang berukuran 55 – 57 cm, perangkat pada dan kecapi kawih. pada umumnya digunakan sebagai perangkat Contohnya pada penyajian gamelan degung, pada penyajian gamelan degung. baik bentuknya sekar gending maupun gendingan saja (instrumentalia). Selain itu b. Suling Tembang bisa saja untuk mengiringi nyanyian anggana Suling tembang memiliki ukuran yang lebih sekar atau rampak sekar yang diiringi pula panjang bila dibandingkan dengan ukuran suling dengan kecapi kawih (kecapi sister). kawih, yaitu antara 58 – 64 cm. Ukuran tersebut 2) Suling Lubang enam yang berukuran 58-64 dikelompokkan lagi menjadi beberapa bagian cm, difungsikan sebagai perlengkapan antara lain dari ukuran 58 – 61 cm, perangkat iringan pada tembang sunda dan kecapi suling. Khusus dari ukuran 62 - 64 dipergunakan untuk tembang (vokal) beserta cm, biasanya difungsikan untuk penyajian iringnya. Dalam penyajiannya ukuran ini sangat instrumentalia saja. tergantung pada penembangnya (vokalisnya) itu 3) Suling lubang empat laras degung, sendiri atau dengan sebutan juru mamaos karena difungsikan sebagai perlengkapan perangkat masing-masing penembang, mempunyai ukuran pada gamelan degung, baik dalam penyajian suara yang berbeda-beda. Namun demikian lagu-lagu alit maupun pada lagu-lagu ageung. penembang di Jawa Barat pada umumnya 4) Suling lubang empat laras salendro, difungsikan sebagai perlengkapan perangkat mempergunakan suling yang berukuran 60 – 61 pada gamelan yang berlaras sebagai cm, sesuai dengan ambitus vokalis. Sedangkan perlengkapan perangkat pada gamelan yang suling yang berukuran 62 cm, 63 cm dan ukuran berlaras salendro dan kecapi suling laras 64 cm, dipergunakan hanya untuk instrumentalia salendro pula. saja, hal tersebut disebabkan ukuran suara dari 5) Suling lubang empat laras madenda (nyorog), suling tersebut relatif rendah tidak sesuai dengan difungsikan sebagai perlengkapan perangkat pada kecapi suling yang berlaras madenda ambitus vokalis pada umumnya. (nyorog). 4. Fungsi Setiap Jenis Suling 6) Suling lubang empat laras surupan Pada umumnya setiap jenis suling sorog difungsikan sebagai perlengkapan perangkat pada gamelan pelog surupan sorog. berkedudukan sebagai salah satu waditra (alat) dalam sejumlah keperangkatan tertentu. Selain 5. Jenis Laras Suling Sunda itu suling mempunyai berbagai macam fungsi a. Laras-laras pada Suling Lubang Empat yang terdiri dari: Suling yang berlubang empat, terdiri dari suling laras degung, suling laras salendro, suling a. Fungsi Secara Umum 5 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 laras madenda (nyorog) dan suling yang berlaras suling ini, dibuat tumbuk dengan nada 3 (na) pelog surupan sorog. pada suling laras pelog degung.

1. Laras Degung Suling degung pada umumnya merupakan b. Laras-laras pada Suling Lubang Enam perlengkapan perangkat pada gamelan degung. 1. Laras Pelog Degung Dengan adanya perkembangan zaman, suling ini Laras pelog pada lubang enam, biasanya fungsinya menjadi bertambah, yaitu bisa juga dipakai patokan untuk mencari nada-nada pada dipergunakan untuk mengiringi kecapi suling suling laras salendro dan madenda (nyorog). dan tembang sunda Cianjuran. 2. Laras Salendro 2. Laras Salendro Nada tugu untuk suling laras salendro, dibuat Suling salendro dengan lubang empat, jarang tumbuk dengan nada tugu pada suling laras sekali dipergunakan oleh masyarakat karena pelog degung. Perbedaanya yaitu terletak pada terbatasnya nada-nada hiasan, jika dibandingkan penempatan jari terhadap lubang nada. Untuk dengan suling salendro yang terdapat pada memainkan suling laras salendro pada suling suling lubang enam. Namun demikian suling ini lubang enam, yaitu dengan jalan membuat jari mempuyai peranan juga, yaitu sebagai tangan kiri dan kanan selalu tertutup (khusus) perlengkapan perangkap pada gamelan salendro untuk jari-jari tengah/jajangkung kiri dan dan selain itu bisa juga dipergunakan sebagai kanan). pengiring pada kecapi suling. 3. Laras Madenda (Nyorog) 3. Laras Madenda (nyorog) Untuk teknik tengkepan pada laras madenda Suling ini belum begitu dikenal oleh (nyorog), berbeda dengan teknik tengkepan pada masyarakat, karena merupakan pembentukan laras salendro atau laras pelog degung.adapun baru sebagai penyederhanaan dari suling lubang perbedaanya yaitu, pada tengkepan laras enam. Dalam seni Tembang Sunda Cianjuran madenda (terakhir) pada umumnya kurang lebih penggunaannya masih sebagaimana biasa yaitu ditutp setengah dari besarnya lubang nada 9 dengan mempergunakan suling lubang enam diameternya). Teknik tersebut bertujuan untuk yang lazim di sebut laras nyorog. Tidak menghasilkan nada 5 (la) laras madenda digunakanya suling tersebut, kemungkinan besar sempurna. Sedangkan untuk menghasilkan nada karena kurang praktis dan nada-nadanya 5 (la tinggi), yaitu dengan jalan menutup kedua terbatas. lubang nada dari atas dengan sempurna, dan tiupannya harus kuat. 4. Laras Pelog Surupan Sorog Suling sorog yang berlubang empat ini, 6. Teknik Memainkan Suling Dalam memainkan suling hendaknya jarang sekali dipergunakan oleh masyarakat, menggunakan teknik-teknik yang khusus, untuk terkecuali pada sekolah-sekolah seni, Perguruan dapat menghasilkan musik yang memadai. Tinggi Seni, dan Lembaga-Lembaga tertentu. Teknik-teknik tersebut erat sekali hubungannya Suling sorog dilihat dari segi fungsinya, dengan aktivitas organ-organ tubuh yang mempunyai peranan juga, yaitu merupakan diperlukan yaitu: sikap duduk, posisi bibir, perlengkapan perangkat pada gamelan pelog posisi lidah dan pernafasan. yang bersurupan sorog. Kalaupun dipaksakan sebagai pengiring waditra yang lainnya, sudah a. Sikap Duduk pasti bentuk penghidangannya akan kurang memuaskan.Untuk mencari nada tugu pada 6 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

Untuk menghasilkan kualitas dari tiupan lubang nada-nada bagian atas, dan jari tangan suling yang memuaskan, diperlukan sikap duduk kanan dipergunakan pada lubang nada-nada dan cara memegang suling itu secara sempurna. bagian bawah. Meskipun demikian, karena kelenturan organ- organ tubuh sangat diperlukan, khususnya jari- e. Pernafasan Fungsi pernafasan ketika memainkan suling jari tangan, maka dari itu sikap duduk harus adalah untuk menghasilkan hembusan udara rileks dan tegak. Pandangan ke depan sedangkan melalui mulut, dalam rangka menimbulkan kedudukan suling apabila telah dipegang harus bunyi pada suling. Untuk membedakan ada pada tengah-tengah badan. Lebih bagus lagi gemyang-gemyang (oktaf-oktaf) nada pada bila posisi suling yang dimainkan membentuk suling, diperlukan tiga macam tiupan menurut arah kurang lebih 300 - 350 dari bagian dada kuat lemahnya tiupan yang terdiri dari: tiupan pemainnya. lemah (lembut), tiupan sedang dan tiupan kuat. b. Posisi Bibir Sebelum jari ditempatkan pada lubang 7. Jenis-Jenis Ornamen pada Suling Lubang Enam tengkepan, maka lubang tiupan suling harus Permainan suling tidak hanya sudah ditempatkan pada bibir. Untuk mengungkapkan melodinya saja, tetapi pada menghindarkan nada-nada yang tidak diinginkan prakteknya dilengkapi pula dengan ornamen- sebagai hasil dari suatu tiupan, kedudukan bibir ornamen yang berfungsi sebagai hiasan agar baik yang atas maupun yang bawah, tidak boleh lagu itu menjadi lebih indah. Ornamen bisa menghalangi lubang tiupan. Posisi otot-otot bibir dibuat secara improvisatoris namun demikian waktu mengeluarkan nada-nada yang tinggi, ada juga yang telah membaku yang pada harus kuat. Sedangkan waktu mengeluarkan umumnya memiliki nama-nama yang sesuai nada-nada yang sedang dan rendah, posisi otot- dengan keadaan bunyinya. Ada beberapa jenis otot bibir harus rileks agar tidak kaku. ornamen di antaranya: ketrok, keleter, wiwiw, c. Posisi Lidah leotan, puruluk dan bintih. Untuk membantu kelancaran pernafasan a. Ketrok terutama pada waktu menghembuskan udara, Ketrok merupakan ornamen yang berbentuk diperlukan organ tubuh yang lainnya yaitu lidah. getaran pendek. Tanda untuk ornamen ketrok Lidah berfungsi untuk memberikan tekanan- adalah Kt. Ornamen ini jatuh pada semua nada, tekanan, baik tekanan lemah, sedang maupun terkecuali nada 3 (na) yang tidak bisa tekanan. Pada waktu hembusan itu lemah dan digunakan. sedang posisi lidah ada di tengah-tengah mulut. Bila tekanan itu kuat, posisi lidah lebih b. Keleter diarahkan ke depan (diulurkan kepada lubang Keleter merupakan ornamen dengan bunyi tiup). Berikut adalah gambar posisi lidah pada nyaring agak panjang, cepat dan teratur pada saat meniup suling. suling lubang enam. Tanda untuk nada ornamen keleter adalah KL. Ornamen ini umumnya jatuh d. Posisi Jari pada nada 2 (mi). Jari yang dipergunakan dalam memainkan suling lubang enam yaitu, jari telunjuk, jari c. Wiwiw tengah, dan jari manis tangan kiri dan kanan. Wiwiw adalah ornamen yang dihasilkan Untuk mempermudah lancarnya memainkan dengan jalan menggerakkan jari telunjuk secara suling, jari tangan kiri dipergunakan untuk perlahan-lahan. Tanda untuk ornamen wiwiw 7 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 adalah W. Ornamen ini jatuh pada nada 2 (mi) Pemberian materi perkuliahan pada mata dan nada 5 (la). kuliah Instrumen Pilihan Wajib IV (tiup daerah) berlangsung dalam kurun waktu lima semester d. Leotan dengan jumlah bobot 2 SKS pada setiap Leotan merupakan ornamen dalam bentuk semesternya. Di dalam perkuliahan Instrumen ombak yang agak panjang, tetapi terputus-putus Pilihan Wajib IV (tiup daerah), pembelajarannya Tanda untuk ornamen leotan adalah Le. bersifat individual. Proses belajar mengajar yang Ornamen ini pada umumnya jatuh pada nada 2 terjadi di kelas hanya terfokus kepada satu- (mi) da nada 5 (la). persatu mahasiswa secara bergiliran. Materi e. Puruluk pada perkuliahan IPW IV (tiup daerah) Puruluk merupakan ornamen dengan bunyi merupakan tindak lanjut atau pengembangan sedang pada suling lubang enam. Tanda untuk dari IPW I, II dan III (tiup daerah). Oleh karena ornamen puruluk adalah Pr. Ornamen ini pada itu, IPW IV (tiup daerah) dapat dikontrak umumnya jatuh pada nada 3 (na) dan nada 5 apabila mahasiswa telah lulus mata kuliah IPW (la). I, II dan III (tiup daerah). f. Bintih Adapun pencapaian standar kompetensi Bintih merupakan ornamen yang dihasilkan pada mata kuliah IPW IV dan V (tiup daerah) dari gerakan jari manis kiri atau kanan secara yaitu mahasiswa mampu memainkan alat tiup serentak dan terhentak pada suatu nada. Tanda daerah (suling) dengan menggunakan partitur untuk ornamen bintih adalah Bt. Ornamen ini lagu-lagu tembang. Materi yang diberikan pada pada umumnya jatuh pada nada 2 (mi) dan nada perkulian IPW I, II dan III (tiup daerah) yaitu 5 (la). dalam rumpun jenis lagu-lagu kawih. Sedangkan materi yang diberikan pada IPW IV dan V (tiup 8. Pembelajaran Suling daerah) yaitu dalam rumpun jenis lagu-lagu Kedalaman dan perluasan materi sudah tembang. Mata kuliah ini membahas dan diadopsi dalam kurikulum yang telah ada dan mempraktekkan cara bermain alat tiup daerah secara terus menerus dikembangkan guna (suling tembang) dengan menggunakan berbagai pencapaian tujuan kompetensi yang telah jenis ornamen. dipaparkan di atas. Mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib (tiup) merupakan salah satu mata Dalam kegiatan proses belajar mengajar, kuliah pilihan yang harus diikuti oleh mahasiswa mahasiswa yang mengontrak mata kuliah IPW Jurusan Pendidikan Seni Musik FPBS UPI. IV (tiup daerah) dikatakan berhasil mencapai Mata kuliah IPW (tiup) dilaksanakan pada kurun tujuan pembelajaran apabila mahasiswa dapat waktu lima semester yaitu Instrumen Pilihan memainkan alat tiup daerah (suling tembang), Wajib I, II, III, IV dan V (tiup). Bila ditinjau dapat memainkan berbagai jenis ornamen pada dari segi materi, IPW (tiup) terbagi menjadi dua suling lubang enam (suling tembang), dapat bagian yakni; Instrumen Pilihan Wajib Tiup menerapkan berbagai jenis ornamen suling Barat dan Instrumen Pilihan Wajib Tiup Daerah. lubang enam khusunya pada lagu-lagu tembang IPW IV (tiup daerah) bertujuan untuk Sunda Cianjuran dan terakhir mahasiswa memperdalam pengetahuan dan keterampilan dituntut untuk dapat memainkan lagu-lagu mahasiswa sebagai upaya untuk pemberdayaan tembang Sunda Cianjuran menggunakan suling dan pengembangan diri mahasiswa di bidang lubang enam dengan menerapkan beberapa pendidikan seni musik. ornamentasinya. Indikator tujuan pembelajaran dari mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib IV 8 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

(tiup daerah) tidak akan tercapai apabila dari bimbingan daripada dosen yang dilakukan mahasiswanya itu sendiri tidak memiliki secara sistematik. Bila dipandang dari perjalanan kreativitas. hidup mahasiswa di perguruan tinggi, secara keseluruhan mengalami masalah yang dihadapi atas dua kategori, yaitu masalah studi (akademik) dan masalah sosial pribadi. 9. Karakteristik Mahasiswa Proses pembelajaran di perguruan tinggi Metode Penelitian memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan proses belajar di sekolah-sekolah Berdasarkan pada latar belakang, rumusan lanjutan. Karakteristik yang lebih utama dari masalah dan masalah penelitian di atas, maka studi di perguruan tinggi yaitu adanya penelitian ini menggunakan jenis Penelitian kemandirian, baik di dalam pelaksanaan Tindakan Kelas. Penelitian tindakan merupakan kegiatan belajar dan pemilihan program maupun merupakan suatu pencarian sistematik yang dalam pengelolaan dirinya sebagai seorang dilaksanakan oleh para pelaksana program mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan cukup dewasa untuk memilih dan menentukan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, program studinya yang sesuai dengan bakat, konselor), dalam mengumpulkan data tentang minat dan cita-citanya. Dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan kesehariannya, mahasiswa juga dituntut untuk hambatan yang dihadapi, untuk kemudian lebih banyak belajar sendiri tanpa banyak diatur, menyusun rencana dan melakukan kegiatan- diawasi dan dikendalikan oleh para dosen. Di kegiatan penyempurnaan (Sukmadinata, 2009: dalam pengelolaan hidupnya, mahasiswa 140). dipandang telah dewasa untuk dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Tidak menutup Populasi dan Sampel Penelitian kemungkinan seorang mahasiswa sudah Populasi dan sampel dalam penelitian ini berkeluarga dan malah ada yang sudah memiliki adalah mahasiswa program Pendidikan Seni anak. Musik UPI yang mengontrak mata kuliah Setiap mahasiswa yang sedang menjalani Instrumen Pilihan Wajib IV (tiup daerah) tahun proses belajar, pada suatu saat akan mengalami akademik semester genap tahun ajaran 2012/ kesulitan dan hal ini dapat menghambat 2013. kemajuan belajar mereka. Menurut Slameto Pengumpulan Data (2010: 58): Untuk mempermudah proses penelitian, “Kesulitan belajar yang dialami mahasiswa teknik pengumpulan data lebih ditekankan pada dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. berupa faktor eksternal misalnya metode pembelajaran yang dilakukan selama prose Tahapan penelitian belajar dan istilah yang sulit dipahami maupun faktor internal seperti intelegensi Dalam kegiatan penelitian ini dilakukan atau motivasi yang ada pada diri siswa”. melalui dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II dimana setiap siklusnya terdiri dari tahapan Dengan demikian, untuk mengembangkan perencanaan, tindakan dan evaluasi. Hasil diri dan menghindari serta mengatasi hambatan evaluasi dari Siklus I diperbaiki pada Siklus II dan masalah tersebut, sangat diperlukan sampa proses pembelajaran yang diharapkan 9 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 tercapai. Data-data yang dianggap mendukung tembang), 2) jenis ornamen pada suling lubang dianalisis sehingga diperoleh pembahasan sesuai enam (suling tembang), 3) penerapan ornamen dengan yang diharapkan. pada lagu-lagu tembang Sunda Cianjuran dan 4) memainkan lagu-lagu tembang Sunda Cianjuran. Hasil Penelitian Kegiatan selanjutnya, peneliti menyusun rencana kemungkinan tindakan yang dapat 1. Proses Pembelajaran Instrumen Pilihan dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala Wajib IV (tiup daerah) yang dihadapi mahasiswa. Setelah pertemuan Berdasarkan hasil proses belajar mengajar di pertama dilakukan, akhirnya diperoleh ide untuk atas, proses pembelajaran mahasiswa menemui menerapkan tindakan yang diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut memainkan ornamentasi pada lagu tembang mengakibatkan proses pembelajaran pada Sunda Cianjuran. Untuk mengatasi kendala- akhirnya belum menghasilkan hasil yang kendala yang dihadapi mahasiswa, peneliti maksimal. menyusun tindakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari dua siklus. Kendala pertama, kurangnya keterampilan a. Siklus I mahasiswa dalam memainkan suling khususnya Untuk siklus I langkah-langkah dalam dalam teknik penjarian. Kendala kedua, pelaksanaan tindakan adalah: (1) penyampaian kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap materi tentang teknik bermain alat tiup daerah, notasi Sunda disebabkan karena pada umumnya (2) penyampaian materi tentang teknik berbagai mahasiswa yang mengontrak mata kuliah jenis ornamen suling lubang enam, (3) Instrumen Pilihan Wajib IV (tiup daerah) sudah penyampaian penerapan berbagai jenis ornamen memiliki dasar notasi terhadap nada diatonis, pada kerangka lagu tembang Sunda Cianjuran sedangkan dalam proses pembelajaran suling dan (4) penyampaian penerapan berbagai jenis lubang enam yang dipelajari berdasar kepada ornamen pada lagu tembang Sunda Cianjuran. nada-nada pentatonis. Kendala ketiga, kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap Dari hasil evaluasi pada siklus I, diperoleh penerapan ornamentasi pada lagu tembang gambaran bahwa mahasiswa secara umum sudah Sunda Cianjuran. menguasai teknik memainkan suling lubang enam. Tetapi untuk hal bermain ornamentasi 2. Konsep Pembelajaran Suling Lubang puruluk dan bintih dan dalam penerapan Enam ornamentasi terhadap lagu tembang Sunda Materi yang diberikan kepada mahasiswa Cianjuran, mahasiswa belum menunjukkan hasil pada perkuliahan Instrumen Pilihan Wajib IV belajar secara optimal. (tiup daerah) ini mengacu kepada standar kompetensi yaitu setelah mengikuti perkuliahan Setelah mahasiswa diberi tindakan pada ini, mahasiswa diharapkan mampu memainkan Siklus I yang berlangsung selama lima kali alat tiup daerah (suling), dengan menggunakan partitur lagu-lagu tembang. Mengacu pada pertemuan dan kemudian dilakukan evaluasi standar kompetensi tersebut, maka pengajar maka diperoleh hasil akumulasi Post Tes adalah dalam mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib IV 49%. Merujuk pada Rambu-Rambu Taraf (TIUP) ini, membahas dan mempraktekkan cara Keberhasilan Tindakan dan Hasil Analisis bermain alat tiup daerah (suling) dengan Instrumen yang telah dikemukakan sebelumnya, berbagai jenis ornamen yang mengacu pada 49% berarti termasuk ke dalam kualifikasi beberapa indikator yang harus dicapai oleh cukup namun tingkat keberhasilannya dianggap mahasiswa. Indikator-indikator dalam pencapaian tujuan belajar tersebut diantaranya; tidak berhasil. 1) teknik bermain alat tiup daerah (suling 10 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 b. Siklus II puruluk dan bintih. Setelah dilakukan evaluasi Tindakan pada siklus II ini dilakukan pada Siklus II, maka diperoleh hasil akumulasi selama tiga kali pertemuan. Untuk pertemuan pada Post Tes tersebut adalah 79% termasuk ke pertama, peneliti meminta mahasiswa dalam kualifikasi baik dan tingkat mengulang kembali mempraktekkan pemaha- keberhasilannya dianggap berhasil. man mereka mengenai teknik bermain suling lubang enam dan mendemonstrasikan kembali 3. Dampak dari Upaya Tindakan dalam tentang ornamen ketrok, keleter, wiwiw dan Pembelajaran Teknik Ornamentasi Suling Sunda Lubang Enam leotan. Selanjutnya pertemuan kedua, Melalui beberapa proses yang telah mahasiswa membahas, menelaah, mempertajam dilakukan pada siklus I dan II, beberapa dan mempraktekkan pemahaman mereka tindakan tersebut memberikan pengaruh positif mengenai ornamen puruluk dan bintih. Karena terhadap peningkatan hasil belajar yang materi puruluk dan bintih dianggap lebih sulit diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah dibandingkan dengan materi jenis ornamen Instrumen Pilihan Wajib IV (tiup daerah). lainnya, maka pada pertemuan kali ini peneliti Berdasarkan hasil evaluasi dari tindakan yang benar-benar mengasah keterampilan mahasiswa telah dilakukan pada siklus I, indikator teknik dalam hal memainkan ornamen puruluk dan bermain alat tiup daerah (suling tembang) sudah bintih dengan cara pengajar memberikan dapat tercapai. Ketercapainya indikator tersebut pemahaman secara lebih mendalam dalam hal dapat terlihat dari kemampuan mahasiswa dalam teknik penjarian pada ornamen puruluk dan memainkan suling sesuai dengan teknik-teknik bintih. Selanjutnya pada pertemuan ketiga, untuk bermain suling lubang enam dengan sempurna. meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ornamentasi pada lagu tembang Selain indikator pertama yang tercapai pada Sunda Cianjuran, selain perlu memahami jenis- siklus II, tindakan yang diberikan sebenarnya jenis ornamen pada suling lubang enam, juga sudah dapat mencapai indikator yang kedua mahasiswa juga dituntut untuk dapat memahami yaitu memainkan jenis ornamen pada suling lagu mamaos dan panambih tembang Sunda lubang enam (suling tembang). Namun dari Cianjuran. Mahasiswa perlu mempelajari lagu keseluruhan ornamen tersebut, mahasiswa belum mamaos ataupun panambih dalam tembang dapat memainkan ornamen tersebut secara Sunda Cianjuran tersebut yaitu dengan cara keseluruhan. Hasil tindakan dari siklus I, membaca notasi da- mi- na (notasi Sunda) ternyata mahasiswa hanya dapat memainkan secara berulang-ulang. ornamen ketrok, keleter, wiwiw dan leotan. Sedangkan untuk ornamen puruluk dan bintih, Setelah melalui proses beberapa tahapan mahasiswa belum menunjukkan hasil yang dan hasil pada evaluasi terakhir menunjukkan optimal, hal tersebut terlihat dari tempo, , bahwa tindakan pada siklus II dapat dan penekanan-penekanan nada yang tidak tepat. meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal Begitupun dengan indikator ketiga dan keempat bermain ornamen puruluk dan bintih serta mengenai penerapan ornamen pada lagu dan mahasiswa pada akhirnya dapat menerapkan memainkan ornamen tersebut pada lagu-lagu jenis-jenis ornamen pada lagu tembang Sunda tembang Sunda Cianjuran, baik pada lagu Cianjuran. Hal tersebut bisa dibuktikan oleh mamaos dan panambih mahasiswa belum mahasiswa ketika bermain suling lubang enam menunjukkan hasil yang optimal pula. Untuk itu, mahasiswa dapat memainkan ornamen puruluk dilakukanlah suatu tindakan yang ditujukan dan bintih sesuai dengan fungsinya masing- untuk memperbaiki kekurangan kedua indikator masing pada lagu yang menggunakan ornamen 11 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 tersebut. Tindakan perbaikan tersebut pemahaman mahasiswa terhadap notasi Sunda diimplementasikan pada tindakan siklus II. dan (3) kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap penerapan ornamentasi pada lagu Setelah dilakukan perbaikan tindakan yang tembang Sunda Cianjuran. Konsep pembelajaran dilaksanakan pada siklus II, untuk indikator suling lubang enam pada mata kuliah Instrumen memainkan ornamen puruluk dan bintih serta Pilihan Wajib IV (tiup daerah), dilakukan penerapan ornamen pada lagu dan memainkan melalui tindakan yang disusun dalam dua siklus. ornamen tersebut pada lagu-lagu tembang Sunda Cianjuran, sudah memperlihatkan peningkatan Hasil akhir dari penelitian ini, diperoleh yang signifikan. Pada saat memainkan ornamen peningkatan dalam beberapa hal, di antaranya puruluk dan bintih, mahasiswa sudah dapat peningkatan kemampuan mahasiswa dalam menunjukkan ketepatan dalam hal tempo, irama, teknik bermain alat tiup suling lubang enam, dan penekanan-penekanan nadanya. peningkatan dalam pemahaman dan penerapan jenis-jenis ornamen pada suling lubang enam Peningkatan yang signifikan juga terjadi serta peningkatan mahasiswa dalam memainkan pada indikator ketiga dan keempat, tentang ornamen pada lagu-lagu tembang Sunda penerapan ornamen pada lagu dan memainkan Cianjuran. Adapun adanya peningkatan dalam ornamen pada lagu-lagu tembang Sunda teknik bermain alat tiup suling lubang enam, Cianjuran. Setelah dilakukan tindakan pada dapat terlihat dari sikap duduk, posisi bibir, siklus II, mahasiswa akhirnya dapat menerapkan posisi lidah, posisi jari (penjarian) dan berbagai jenis ornamen pada lagu, hal tersebut pernafasan yang baik. Peningkatan dalam terlihat dari kemampuan mahasiswa ketika pemahaman dan penerapan jenis-jenis ornamen menempatkan berbagai jenis ornamen sesuai dapat dilihat dari kemampuan mahasiswa dalam dengan kedudukan dan fungsinya masing- menempatkan berbagai jenis-jenis ornamen masing serta mahasiswa sudah dapat memahami sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing- wawasan gending yang meliputi kemampuan masing serta mahasiswa sudah memahami mahasiswa dalam melihat, mendengar dan wawasan gending yang meliputi kemampuan merasakan penyajian gending. mahasiswa dalam melihat, mendengar dan merasakan penyajian gending. Sedangkan Kesimpulan peningkatan mahasiswa dalam memainkan Penerapan teknik ornamentasi suling Sunda ornamen pada lagu-lagu tembang Sunda lubang enam pada mata kuliah Instrumen Pilihan Cianjuran dapat terlihat dari pemahaman Wajib IV (tiup daerah) di Jurusan Pendidikan mahasiswa terhadap berbagai jenis ornamen dan Seni Musik UPI terbentuk dari hasil akhir lagu-lagu tembang Sunda Cianjuran. pencapaian proses belajar yang telah dilalui mahasiswa. Selama proses pembelajaran Daftar Pustaka Haryanto. (2011). Macam-macam Metode Instrumen Pilihan Wajib IV (tiup daerah) berlangsung, secara keseluruhan mahasiswa Pembelajaran. [Online]. Tersedia: belum dapat menerapkan ornamentasi pada lagu http://belajarpsikologi.com/macam-macam- metode-pembelajaran/ [24 Mei 2013] tembang Sunda Cianjuran secara optimal. Hal Indien. (2012). Model-model Penelitian tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya; (1) kurangnya keterampilan Tindakan Kelas. [Online]. Tersedia: mahasiswa dalam memainkan suling khususnya http://007indien.blogspot.com/2012/05/mod dalam teknik penjarian dan (2) kurangnya el-model-penelitian-tindakan-kelas.html [24 Mei 2013] 12 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

Ischak, C. A. (2008). Mengenal Tembang Sunda Sukandar, E. (1979). Pangajaran tembang Cianjuran. Cianjur: Liebe Book Press. Sunda. Bandung: Pelita Masa Kayam, U. (1981). Seni Tradisional Jawa Barat. Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Jakarta: Sinar Harapan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja . Seni Tradisi Masyarakat. Rosdakarya. Jakarta: Sinar Harapan Sukri,U. (1988). Pamelaran tembang Sunda. Kubarsah, U. (1994). Waditra Mengenal Alat- Bandung: Mitra Buana alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Suparman, A. (1999). Metode Praktis Belajar Kurdita, E. (2011). Bermain Suling Daerah Suling Sunda. Bandung: Mitra Buana. Sunda. Bandung: Bintang Warli Artika. Susilana,R. (2006). Kurikulum dan Makmun, A. S. (1997). Psikologi Pendidikan. Pembelajaran. Fakultas Ilmu Pendidikan Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. UPI. Natapraja, I. (2003). Sekar Gending. Bandung: Yudibrata, K. dkk. (1978). Penelitian PT. Karya Cipta Lestari Penyusunan Istilah Seni Tari dan Nurihsan,A. J. (2006). Bimbingan dan Karawitan Sunda. Bandung: Departemen Konseling dalam Berbagai Kehidupan. Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat. Bandung: PT. Refika Aditama. Mack, Dieter. (1996). Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realitas. Bandung: Riwayat Penulis University Press IKIP Bandung. Engkur Kurdita, M.Pd, Staf pengajar di Riyanto, H. Y. (2002). Paradigma Baru Departemen Pendidikan Seni Musik FPSD UPI. Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sasaki, M. (2007). Laras Pada Karawitan Sunda. Bandung: P4ST UPI Sedyawati. (2006). Budaya Indonesia, Kajian

Arkeologi, Seni dan Sejarah. Setiawan, I. (1994). Seni Karawitan. Bandung: CV Geger Sunten

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sopandi, A. dkk. (1988). Kamus Istilah

Karawitan Sunda. Bandung: CV. Satu Nusa 13 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015