BAB II

DESKRIPSI LOKASI/OBJEK

A. DESKRIPSI

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik yang bersistem nada non diatonis (dalam laras dan ) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.

Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa

Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara hipotetis,sarjana J.L.A. Brandes (1889)

Mengemukakan bahwa masyarakat jawa sebelum adanya pengaruh hindu telah menegenal sepuluh keahlian di antaranya wayang dan gamelanMenurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang panjang. Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam perkembangannya juga mengalami perubahan- perubahan. Perubahan terjadi pada cara pembuatannya, sedangkan perkembangannya menyangkut kualitasnya.Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat

19 dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalamkategori pusaka (Irwan Sudjono, 1990). Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya, Dr.Purwadi,M. Hum – Drs.Afendy Widayat

(2006:1)

Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa kuno. Arti kata gamelan, sampai sekarang masih dalam dugaan- dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang sering digembel namanya gembelan.

Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul (Ki

Hajar Dewantara, 1953).Musik-musik etnis di Indonesia 90% jenis musik perkusi, artinya untuk memainkannya dipergunakan alat pukul. Gamelan-gamelan kuna yang masih ada, seperti Gamelan Megamendung (dari Kanoman ), Kyai

20

Guntur Laut (dari Majapahit), dan Gamelan jumlah unitnya masih sedikit.

Manusia memang selalu tidak puas kepada apa yang sudah ada. Kita selalu inginmengembangkan apa yang sudah ada. Alat musik etnis ritualis menjadi alat musik religius, kemudian menjadi musik sarana, yaitu gamelan untuk dakwah, untuk sarana pendidikan, untuk media penerangan. Pada jaman gamelan sebagai sarana ini jumlah unitnya selalu mengalami penambahan, antara lain ditambah macam- macam , macam-macam alat musik petik, macam- macam alat musik gesek, bahkan tambur, terbang, jedor, dan lain-lain masuk ke dalam anggota musik gamelan.

Anak muda sekarang ada yang ingin mengembangkan unit gamelan dengan cara dibalik diisi kerikil dan dibunyikan dengan memukul bahunya, diberi kerikil di dalamnya, dipukul-pukul dengan pemukul tambur pada badannya, dan lain-lain (Kodiron, 1989).Pradangga Adi Guna Sarana Bina

Bangsa. Arti kata motto tersebut adalah Pradangga sama dengan gamelan (prada + angga) artinya yang punya badan mengkilat, Adi artinya baik, Guna artinya kepandaian, ilmu pengetahuan atau manfaat, Sarana artinya alat, Bina artinya membangun, membimbing atau mendidik, sedangkan Bangsa adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu tempat yang mempunyai kedaulatan sendiri dan berpemerintahan sendiri. Arti kata secara bebas Apabila gamelan itu digunakan dengan sebaik-baiknya bisa sebagai alat untuk mendidik bangsa adalah suatu kenyataan bila kita mendengar uyon-uyon rasanya seperti kita dibawa ke alam impian yang serba nikmat, lupa segala-galanya. (paragraph sudah di revisi)

21

B. FUNGSI GAMELAN JAWA

Bagi masyarakat jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai – nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat.

C. ASAL USUL GAMELAN

Hingga saat ini gamelan masih di yakini oleh bangsa indonesia sebagai salah satu khasanah kesenian tradisi yang di pandang sebagai budaya asli indonesia. apakah benar gamelan merupakan kesenian asli indonesia. Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan secara rinci bahwa gamelan adalah kesenian asli Indonesia. Apabila kita merujuk kepada pernyataan – pernyataan beberapa peneliti yang mengungkapkan bahwa budaya india dan cina sangat mempengaruhi kebudayaan asia tenggara, tentunya termasuk budaya Indonesia, besar pula kemungkinan bahwa gamelan berasal dari budaya india atau cina.

Akan tetapi apabila kita lihat melihat fakta – fakta saat ini, dalam kehidupan musik india dan cina tidak terdapat tanda – tanda kehidupan musik gamelan.

Walaupun hal itu bukan pula sebagai suatu jaminan bahwa mereka tidak memiliki kesenian gamelan. Kendatipun demikian, Brandon sedikitnya telah memberikan titik terang melalui pernyataannya yang mengatakan bahwa gamelan adalah satu - satunya bentuk musik yang di pergunakan di Indonesia dan Malaysia. Melalui

22 pernyataan itu paling tidak Brandon menunjukan bahwa gamelan adalah musik asli asia tenggara yang bukan pengaruh dari cina atau india. Hal itu di buktikan dengan terdapatnya xilofon perunggu yang terpahat pada relief Borobudur pada abad ke – sembilan, dan setengah lingkaran dari mangkuk – mangkuk perunggu bernada yang di gambarkan relif di Angkor abad ke-13.

Selanjutnya Brandon menyatakan bahwa di Malaysia gamelan hanya digunakan sebagai pengiring wayang kulit, yang tidak begitu berkembang.

Instrumen – instrumen gamelan yang di gunakan dalam mengiringi wayang kulit di Malaysia hanya terdiri dari beberapa goong kecil, satu goong besar, paling banyak enam kendang kendang, satu oboe – berrid versi Thailand, dan sering di lengkapi dengan satu buah . Di sisi lain, sebagimana kita ketahui, bahwa budaya wayang tumbuh subur dan berkembang di Indonesia, terutama di pulau jawa. Bahkan akhir – akhir ini, Unesco telah menetapkan bahwa wayang merupakan salah satu jenis kesenian tertua yang terdapat di Indonesia.

Dengan demikian, apabila kehidupan gamelan di Malaysia hanya berfungsi sebagai pengiring wayang kulit, sedangkan wayang merupakan kesenian

Indonesia, maka besar kemungkinan keberadaan wayang di Malaysia merupakan pengaruh Indonesia. Terlepas dari pernyataan itu benar atau salah, saat ini kesenian gamelan hanya tumbuh dan berkembang di beberapa daerah Indonesia.

Terutama di daerah sunda, jawa, bali, dan sumatera, dengan berbagi bentuk, ukuran, dan jenis yang beragam, sesuai dengan karakteristik budayanya masing- masing, Lili Suparli (2010:3).

23

D. NAMA-NAMA GAMELAN

Istilah gamelan berasal dari kata gamel yang berarti pukul atau tabuh.

Sedangkan istilah gamelan sendiri dapat di artikan sebagai benda yang di pukul atau di tabuh. Selain istilah gamelan, terdapat pula istilah – istilah lain, seperti , gasa, wadhitra, dan gong. Dalam wacana musik tradisional yang berkembang pada saat ini, gamelan dapat diartikan sebagai perangkat musik tradisional yang sebagian besar instrumennya terbuat dari bahan logam, seperti logam besi, logam kuningan, dan logam perunggu.Nama – nama jenis gamelan berdasarkan kepada aspek jenis bahan terbagi atas pengelompokan bahan dasar pembuatannya sehingga, terutama di daerah jawa dan sunda, dikenal nama - nama gamelan berdasarkan pengelompokan bahan pembuatannya, seperti gamelan beusi (gamelan yang terbuat dari logam perunggu).

Di samping itu, dalam perkembangannya terdapat jenis – jenis bahan lainnya yang di jadikan bahan dasar pembuatan gamelan, yang merupakan kreativitas baru, yaitu dari bahan bambu yang selanjutnya disebut dengan nama gamelan bambu. Dari sekian jenis bahan yang digunakan untuk membuat gamelan, yang di pandang memiliki kualitas terbaik adalah gamelan yang terbuat dari bahan logam perunggu.

Nama – nama gamelan berdasarkan laras yang di gunakankannya, terutama terdapat di daerah sunda dan jawa, di antaranya terdapat nama gamelan salendro, gamelan pelog, dan , bahkan akhir – akhir ini di daerah sudna muncul nama gamelan yang disebut dengan gamelan selap, yaitu jenis gamelan

24 yang dalam satu set gamelan tersebut memiliki beraneka ragam laras salendro, laras pelog, dan laras madenda sehingga kalangan akademis menyebutnya dengan istilah gamelanmultilaras . Lili Suparli (2010:5-7)

Nama – nama gamelan dapat pula dikelompokan berdasarkan kepada fungsi penyajiannya. Tetapi perbedaan nama – nama gamelan yang berdasarkan kepada fungsi penyajiannya, tidak di pengaruhi oleh wilayah budaya, bahan, dan laras yang digunakannya, karena perbedaan fungsi penyajiannya pada dasarnya lebih disebabkan oleh konsep estetika memainkannya. Misalnya, di daerah jawa dan sunda terdapat gamelan wayang, gamelan kiliningan (klenengan), dan gamelan tari. Dari ketiga fungsi itu, apabila dilihat dari sudut pandang bahan, bentuk, dan laras yang digunakannya, bisa saja merupakan gamelan yang sama.

Di samping itu, terdapat pula kelompok gamelan yang memiliki identitas nama khusus, yang terdapat di beberapa daerah Indonesia, misalnya di sumatera barat yaitu wilayah budaya minangkabau terdapat gamelan yang disebut dengan nama telempong. Di sunda terdapat gamelan ajeng yang lazim pula di sebut dengan nama gamelan koromong, dan gamelan goong renteng. Di wilayah budaya betawi terdapat kromong. Di jawa terdapat gamelan monggang, gamelan skaten, gamelan ageng, dan gamelan kodok ngorek. Di bali terdapat , gamelan gong gede, dan gender wayangan Lili Suparli(2012:7-8) .

25

E. GAMELAN BALI

Kehidupan gamelanlebih dominan di pulau jawa dan bali. Beraneka ragam jenis gamelan terdapat di kedua pulau ini. Bahkan hampir setiap jenis seni pertunjukan yang terdapat di Bali dan Jawa selalu menggunakan alat musik gamelan. Di pulau Bali terdapat perangkat gamelan yang disebut gamelan gong gede, gender wayangan, gamelan gongkebyar, dan sebagainya. Pada perkembangannya, gamelan gong kebyar lebih dominan dari pada perkembangan gamelan gong gede.Gamelan gong kebyar yang mulai dipopulerkan di Bali sekitar tahun 1925, biasanya di pergunakan untuk pengiring tari atau sajian musik mandiri, baik dalam konteks upacara keagamaan maupun dalam konteks pertunjukan untuk hiburan. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila perkembangannya merambah ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan ke berbagai negara di belahan dunia ini. hampir di seluruh kota besar di Indonesia dan mancanegara terdapat perangkat gong kebyar.

Hal itu bukan saja di karenakan di kota – kota yang di maksud terdapat komunitas orang Bali, melainkan disebabkan pula minat orang – orang pribumi yang ingin mempelajari gamelan Bali, melalui gamelan gong kebyar. Saat ini banyak orang Jawa, Sumatera, bahkan orang dari mancanegara yang mahir memaikan gamelan gong kebyar, yang belajar di daerahnya masing – masing, tanpa harus datang ke Bali, sehingga gamelan Bali identik dengan gamelan gong kebyar.Lili Suparli (2010:8-9).

26

F. GAMELAN JAWA

Berbicara tentang gamelan Jawa, artinya berbicara tentang kehidupan gamelan yang tumbuh dan berkembang di wilayah budaya Jawa, meliputi Jawa Timur dan

Jawa Tengah. Jawa Tengah di kenal dengan dua wilayah budaya yang masing – masing memiliki kharisma yang khas, yaitu budaya Solo – dan Budaya

Yogyakarta , karena kedua daerah tersebut memiliki keratin. Di wilayah budaya

Jawa terdapat beberapa perangkat gamelan, yang sebagian besar kehidupannya berada di keraton. Perangkat – perangkat gamelan yang di maksud di antaranya, gamelan ageng, gamelan skaten, gamelan monggang , gamelan kodok ngorek, gamelan carabelan, gamelan gadhon, gamelan cokekan, dan sebagiannya. Dari sekian perangkat gamelan yang terdapat di jawa, yang mampu hidup dan berkembang, baik di keraton maupun di luar keraton, adalah perangkat gamelan ageng.

Sedangkan perangkat gamelan lainnya hanya hidup dan berkembang menjadi bagianya. Dari sekian perangkat gamelan lainnya hanya hidup dan berkembang menjadi bagian dari kegiatan – kegiatan keraton, terutama kepentingan upacara ritual yang di selenggarakan di keraton.Oleh karena itu, gamelan ageng selain hidup dan berkembang di wilayah budaya jawa, berkembang pula di beberapa daerah di Indonesia, seperti Sunda, di Bali sumatera, Kalimantan, dan daerah lainnya, bahkan berkembang pula di negara – negara lain. Komunitas orang yang menekuni karawitan Jawa dan terampil memainkan gamelan ageng , Lili Suparli

(2010:9-11)

27

G. GAMELAN SUNDA

Di Pulau Jawa bagian barat yang selanjutnya di sebut provinsi Jawa Barat atau yang lebih di kenal dengan sebutan tatar Sunda, terdapat beberapa perangkat gamelan, di antaranya gamelan ajeng atau gamelan koromong, gamelan goong renteng, gamelan degung, dan gamelan pelog salendro sama dengan gamelan ageng di jawa. Seperti halnya kehidupan gamelan di jawa, dari sekian gamelan yang terdapat di sunda terdapat pula gamelan – gamelan yang fungsinya hanya sebagai bagian dari upacara, terutama upacara – upacara ritual. Hanya saja apabila di jawa, kegiatan upacara – upacara yang menggunakan gamelan itu lebih banyak di lakukan di keraton, sedangkan di tatar sunda upacara yang di maksud di laksanakan oleh komunitas masyarakat tertentu, karena sunda tidak hidup budaya keraton.Perangkat gamelan Sunda yang dipandang sebagai perangkat gamelan khas sunda ialah perangkat gamelan degungmerupakan perkembangan dari gamelan renteng, dan hanya terdapat di sunda. Berbeda dengan perangkat gamelan pelog salendro, selain berkembang di sunda, gamelan pelogsalendro berkembang pula di jawa yang di sebut istilah gamelan ageng. Bahkan terkadang ada yang berpendapat bahwa gamelan gamelan pelog salendro yang berkembang di sunda merupakan pengaruh di jawa , Lili Suparli (2010:11-12)

H. DESKRIPSI OBJEK FILM DOKUMENTER

Seiring dengan eksistensi karawaitan yang semakin meningkat berarti kesadaran atas budaya Indonesia mulai meningkat juga. Atas dasar itu terciptalah

28 film dokumenter yang berjudulDinamis (Eksistensi Karawitan Tradisional dan

Karawitan Hybrid di Era Budaya Modern),menggambarkan eksistensi dan minat seni karawitan yang meningkat di masyarakat umum dan menggambarkan realita kenyatan pada masyarakarat umum terhadap minat budayanya sendiri. Minat dari budaya karawitan di pengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi pada perkembangan karawitan. Dalam film dokumenter ini menjelaskan bahwa sekarang budaya karawitan bersifat dinamis dan menjadi hiburan bagi masyarakat yang artinya karawitan pada saat bisa di campur oleh musik modern yang mengikuti era saat ini.

Film dokumenter ini juga mengakat salah satu pemain karawitan yang sangat mencintai karawitan, beliau berasal dari kelompok karawitan yang sudah senja dengan patokan musik karawitannya tradisional.

I. PENGERTIAN FILM DOKUMENTER

Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan sebuah peristiwa nyata apa adanya. Ketika teknologi audio – visual berkembang salah satunya muncul televisi maka bentuk dan gaya dokumenter pun ikut berkembang dalam bermacam gaya dan bentuk. Karena produksi program televisi bertujuan komersial seperti halnya barang dagangan, para dokumentaris pun mencoba segala macam cara sehingga ada pula yang mengesampingkan metode dasar bertutur film dokumenter akhirnya, bentuk film dokumenter terpecah menjadi dua

29 kategori produksi, yang pertama, film dokumenter. Yang kedua adalah dokumenter televisi.Umumnya film dokumenter berdurasi panjang dan diputar di bioskop atau pada festival. Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua tipe shot, sedangkan umumnya dokumenter televisi berdurasi pendek dan terbatas menggunakan tipe shot. Hal ini karena adanya penyesuaian pada perbedaan besar layar bioskop dengan layar kaca televisi. Jika ada yang menayakan jabaran atau definisi film dokumenter, jawabannya tentu panjang,

sementara setiap pengamat maupun dokumentaris akan memberikan jawaban kategori atau kriteria yang sesuai dengan visi dan teori masing – masing. Oleh karena itu, untuk menjawabnya dapat di lihat berdasar kategori umum mengenai definisi dokumenter, yakni sebagai film nonfiksi yang di bedakan dengan cerita fiksi. Kenapa istilah nonfiksi untuk dokumenter, karena penggunaan kata – kata ini lebih tepat, terutama jika di bandingkan dengan istilah yang di pergunakan insan televisi dan film Indonesia, yakni film non-cerita, non-drama, maupun non- naratif. Secara logika, film dokumenter pun bercerita atau naratif, selain juga memiliki aspek dramatik, hanya saja isi ceritanya bukan fiktif namun berdasarkan fakta.

Di dalam bukunya dokumenter dari Praproduksi hingga Produksi, menyebutkan ada empat alasan yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi.

30

Pertama : setiap adegan dalam film fiksi dokumenter merupkan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interprestasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.

Bila pada film fiksi latar belakang (setting)adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya)

Kedua : yang di tuturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan

(imajinatif). Bila film dokumenter memiliki interprestasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interprestasi imajinatif.

Ketiga : sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya, dan

Keempat : apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

Film dokumenter, suatu karya film atau video berdasarkan realita serta, serta fakta peristiwa dokumenter pada awalnya merupakan film non cerita. Hanya terdapat dua tipe film non cerita, yakni film dokumenter dan film factual. Film faktual di jaman ini hadir dalam bentuk film berita (news feel). Sedangkan film dokumenter selain mengandung fakta, ia juga mengandung subjektivitas pembuatannya. Di tahun 1920-an merupakan periode penting bagi tumbuhnya pemikiran film dokumenter. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan dokumenter termasuk jenis film nonfiksi yang menceritkan realita atau kenyataan suatu peristiwa tertentu. Dokumenter juga menyajikan realita melalui berbagi cara

31 untuk berbagi macam antara lain penyebarluasan informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Dokumenter bukan menciptakan kejadian atau peristiwa, tetapi merekam peristiwa atau kejadian yang bena – benar terjadi bukan direkayasa. Istilah dokumenter pertama kali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal inggris John Grierson melalui filmnya yang berjudul Maona (1926). John Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas.

Secara umum film dokumenter di bagi menjadi dua jenis yaitu :

a. Film dokumenter berdasarkan dari pemenuhan keinginan (wish

fulfillment) atau film dokumenter fiksi atau docudrama

b. Film dokumenter berdasarkan dari representasi sosial atau film

dokumenter nonfiksi.

Jenis film dokumenter berdasarkan keinginan ( wishfulfilment) atau yang sering kita sebut film dokumenter fiksi memberikan ekspresi nyata dari keinginan – keinginan kita, mimpi – mimpi buruk kita serta ketakutan – ketakutan kita dan lain – lain. Sedangkan film dokumenter dari representasi sosial adalah apa yang sering kita sebut film dokumenter non fiksi. Film dokumenter semacam inilah yang memberikan representasi nyata tentang aspek – aspek dari dunia yang kita huni dan kita bagi bersama. Jenis film dokumenter ini membuat hal – hal yang sifatnya realitas sosial yang dapat kita lihat dan kita dengar dengan cara yang

32 berbeda, tergantung tindakan seleksi dan pengaturan yang disampaikan oleh si pembuat film. Anton Mabruri KN (2013:6)

33