BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH Liturgi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB II TEORI MUSIK GAMELAN DALAM LITURGI IBADAH Liturgi dalam Ibadah Dalam karya E. Martasudjita berjudul Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, pada umumnya yang muncul pertama kali dalam pikiran banyak orang mengenai Liturgi adalah mengenai doa, ibadat, urutan ibadat, nyanyian liturgi, peralatan liturgi, cara duduk atau berdiri yang liturgi dan sebagainya. Pandangan popular mengenai liturgi selalu menyangkut hal-hal praktisi yang berhubungan dengan tata ibadat atau doa atau bersifat kultis.1 Kultis berasal dari kata Latin cultus, dari kata kerja colere yang berarti memelihara, merawat, menghormati atau menyembah. Dalam arti ini berliturgi berarti melaksanakan tindakan kultis, yaitu melakukan tindakan penghormatan dan penyembahan kepada Tuhan dengan serangkaian tata upacara yang teratur. Dalam ilmu liturgi dalam sejarah gereja, ilmu liturgi hanya merupakan ilmu tentang rubrik, ilmu tentang aturan. Ilmu liturgi hanya menjadi ilmu mengenai bagaimana ibadat secara benar sehingga ibadah itu ‘sah’ dan ‘manjur’. Kata Liturgi berasal dari bahasa Yunani Leitourgia. Kata ini terbentuk dari akar kata benda ergon, yang berarti karya dan leitos yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos ( bangsa atau rakyat). Secara harafiah, leitourgia berarti karya atau pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Kata leitourgia berarti 2 karya publik yakni pelayanan dari rakyat untuk rakyat. 1 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 13-14. 2 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 15. 10 Dokumen Konstitusi liturgi merupakan hasil proses panjang dari perjuangan pembaharuan liturgi melalui gerakan pembaharuan liturgi. Gerakan pembaruan dalam gereja Katolik Roma sudah ada sejak abad 1987. Gerakan tersebut tidak berhasil dan pihak Vatikan tidak mendukung. Pada abad 19 di biara-biara terjadi usaha pembaharuan liturgi. Namun pada awal dan terutama pertengahan abad 20 gerakan liturgi mencapai puncak. Dokumen Konsili Vatikan sebagai puncak dan mahkota perjuangan dalam pembaharuan liturgi. Menurut Konsili Vatikan II mengatakan wajar liturgi dipandang sebagai pelaksana tugas imamat Yesus karena ada pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing. Rumusan tersebut dipengaruhi oleh rumusan Mediator Dei, paus Pius XII menyatakan liturgi sebagai ‘ibadat umum dalam penebus kita sebagai kepala Gereja yang menyerahkan diri kepada Bapa dan juga ibadah dalam komunitas umat beriman menyerahkan diri kepada pendirinya melalui Dia kepada Allah Bapa di sorga. Itulah ibadat yang dilaksanakan oleh Tubuh mistik Kristus seutuhnya, kepada dan para anggotanya. Isi perayaan liturgi adalah misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus yang berupa karya pengudusan umat manusia dan pemuliaan Allah. Pengudusan umat manusia dan pemuliaan Allah merupakan satu realitas keselamatan yang dilihat dari dua segi yaitu Allah kepada manusia serta manusia kepada Allah. Subjek atau pelaku liturgi adalah Yesus Kristus dan gereja. Liturgi merupakan tindakan Kristus sekaligus tindakan gereja. Oleh karena itu liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus yang dilaksanakan oleh Yesus Sang Imam Agung bersama gerejaNya dalam ikatan Roh Kudus.3 3 E. Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, 20-22. 11 Liturgi adalah sebuah perayaan kehidupan. Perayaan menunjuk tiga hal, yaitu liturgi bukan tindakan perseorangan melainkan tindakkan bersama, liturgi menuntut dari hakikatnya partisipasi seluruh umat beriman secara sadar dan aktif, dan liturgi merangkum keterlibatan hati dan pengalaman hidup konkret umat secara penuh dan bukan sekadar suatu upacara yang menekankan rutinitas dan kewajiban. Liturgi dapat dipandang sebagai sebuah undangan manusia berliturgi atau merayakan Iman karean diiundang Allah. Allah berinisiatif untuk menjumpai manusia. Liturgi Kristiani berpangkal tolak dari Allah dan pertama-tama bergerak dari Allah. Seluruh dinamika perayaan iman yang dialami dalam liturgi dimulai dari Allah. Allah mencari dan mengundang kita dan bukan kita yang mencari Allah Undangan dan panggilan Allah pada diri Kristiani terungkap dalam kata gereja. 4 Menurut Abineno, liturgi dalam Perjanjian Baru memiliki pemahaman lebih luas dibandingkan ibadah ( perkumpulan jemaat, pemberitaan Firman dan Sakramen). Ia melingkupi seluruh hidup dan pelayanan jemaat. Karena itu, liturgi pola liturgia bagi jemaat hendaknya begitu rupa, sehingga tiap-tiap kali, kalau ia datang berkumpul dalam ibadahnya, ia berada dalam dunia dan karena itu ia tidak boleh menutup dirinya bagi dunia. Dalam perayaan liturgi Jemaat tidak berdiri sendiri. Gereja-gereja yang telah ada lebih dahulu ada dibandingkan sekarang dan mereka telah berbuat demikian. Dalam perayaaan liturgi jemaat bukan saja mendengarkan suara gereja yang terdahulu, tetapi ia sadar bahwa di sisinya lebih baik masih ada ‘saudara-saudara’, yaitu gereja-gereja lain di dunia yang dalam liturgi mereka berusaha untuk mengatakan apa yang mau ia katakan tetapi dengan bahasa mereka sendiri. Jadi dalam liturgi jemaat hidup bersama-sama dengan yang harus dihormati dan dengan saudara-saudaranya dalam oikumenitas waktu dan ruang. Sementara ia mendengarkan kesaksian mereka, tidak berhenti memberi 4 E. Martasudjita, Makna Liturgi bagi kehidupan sehari-hari, (Yogyakarta: Kanisius, 1998) 15-17. 12 kesaksiannya sendiri. Ia tidak meniru-niru mereka dan tidak menaklukan dirinya kepada mereka. Sebagai pola liturgi yang berasal dari luar dan diimpor ke dalam, ia mencoba menggunakannya tetapi ia juga menguji apakah pola-pola liturgi benar-benar dapat diterapkan. Berdasarkan pemahaman tersebut ingin menggambarkan keadaan kita saat ini ditengah dunia yang begitu kompleks, maka pola liturgia mengikuti konteks yang ada, sehingga keberadaan gereja khususnya liturgi dapat menyentuh jemaat yang beribadah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.5 Berliturgi berarti bertemunya umat Allah dengan yang empunya dunia ini. Berliturgi dalam ibadah berarti mempunyai tempat dalam beribadah yang disebut gedung gereja. Kata gereja berasal dari kata Portugis igreja yang diturunkan dari bahasa Latin ecclesia berarti pertemuan, rapat atau sidang. Sebutan gereja pertama-tama menunjuk peristiwa orang berkumpul atau pertemuan dari orang-orang yang berkumpul. Mereka berkumpul bukan atas inisiatif sendiri, tetapi atas dasar panggilan dari Allah. Gereja adalah pertemuan umat Allah. Mereka adalah umat yang dipanggil, dipilih dan dikumpulkan oleh Allah sendiri bukan hanya menjadi umat Allah tetapi untuk menyembah Allah yang satu dan hidup. Panggilan umat Allah untuk menyembah Allah terutama terlaksana dalam ibadah atau liturgi. Gereja adalah pertemuan umat dalam rangka berliturgi. Pada masa Perjanjian Lama, Allah memanggil, memilih dan mengkhusukan umat Israel diantara bangsa-bangsa kafir agar mereka berkumpul untuk menyembah Allah Israel. Dalam masa perjanjian Baru, Allah melalui Kristus memanggil, memilih dan mengkhususkan umat baru diantara bangsa-bangsa di dunia untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.6 5 J.L. Ch. Abineno. Gereja dan Ibadah Gereja, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 42-44. 6 E. Martasudjita, Makna Liturgi bagi kehidupan sehari-hari, 17-36. 13 Gereja adalah pertemuan umat yang dipanggil dari dunia ini oleh Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus bagi pelayanan Allah dan bagi liturgi. Menurut Konsili Vatikan II, gereja menyatakan dirinya dan menampakan dirinya dalam liturgi, artinya jika orang ingin mengetahui dan melihat gereja, maka orang tersebut perlu melihat pertemuan umat yang sedang berliturgi. Dalam liturgi umat beriman memyampaikan dan mengungkapkan apa yang mereka imani. Mereka menyebut memuji dan memuliakan Allah Bapa yang mengutus Yesus demi keselamatan manusia. Dalam kuasa Roh Kudus umat beriman mengenangkan dengan penuh syukur misteri penyelamatan Allah dalam Kristus. Semuanya terjadi terhadap liturgi. Gereja tampil sebagai gereja ketika berliturgi, artinya gereja mengekspresikan melalui liturgi, karena liturgi merupakan ungkapan diri gereja. Liturgi bukan hanya menjadi ungkapan dan cerminan diri gereja tetapi dalam liturgi lahirlah dan terbentuklah gereja.7 Musik Liturgi dalam Ibadah Salah satu bentuk dari liturgi adalah musik. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari musik. Musik selalu menjadi bagian ungkapan dan media komunikasi manusia. Apa yang terkadang tidak dapat disampaikan melalui kata-kata, dapat diungkapkan melalui musik. Musik benar-benar menjadi bidang simbolisasi manusia. Karena itu, liturgi gereja menggunakan musik sebagai salah satu bentuk ungkapan perayaan iman. Musik memiliki peranan yang penting dalam liturgi. Adapun peranan musik dalam liturgi adalah musik sebagai bagian dari liturgi itu sendiri, musik menggungkapkan partisipasi aktif umat dan musik memperjelas misteri Kristus.8 7 E. Martasudjita, Makna Liturgi bagi kehidupan sehari-hari, 17-36. 8 E. Martasudjita, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, 134-135. 14 Dalam buku Abineno yang berjudul Gereja dan Ibadah gereja, didalamnya membahas mengenai kesenian gerejawi. Yang dimaksudkan ialah kesenian yang diterapkan atas praktik atau pelayanan gereja. Sebagai kesenian ia juga harus dinilai dengan kriteria aesthetis ( keindahan). Karena keindahan ia diterapkan atas praktik atau pelayanan gereja. Bukan hanya kesenian tetapi kesenian gerejawi. Hal ini yang paling menentukan. Pelayanan adalah norma yang penting dari kesenian gerejawi. Norma untuk kegunaanya tidak ia terima dari dirinya