Angklung: Dari Angklung Tradisional Ke Angklung Modern

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Angklung: Dari Angklung Tradisional Ke Angklung Modern Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 26-40 26 ANGKLUNG: DARI ANGKLUNG TRADISIONAL KE ANGKLUNG MODERN Angklung: from Traditional to Modern Oleh Rosyadi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung Jln. Raya Cinambo 136 Ujungberung Kota Bandung Email: [email protected] Naskah Diterima: 25 Januari 2012 Naskah Disetujui: 27 Februari 2012 Abstrak Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Sebelum menjadi sebuah kesenian yang adiluhung seperti sekarang ini, kesenian Angklung telah mengalami perjalanan sejarah yang amat panjang. Berbagai perubahan telah dilaluinya mulai dari perubahan bentuk, fungsi, sampai pada perubahan nada. Demikian pula berbagai situasi telah dilaluinya, bahkan kesenian ini sempat mengalami keterpurukan pada awal abad ke-20. Angklung sebagai salah satu jenis kesenian yang berangkat dari kesenian tradisional, mengalami nasib yang tidak terlalu tragis dibandingkan dengan beberapa jenis kesenian tradisional lainnya. Kesenian ini hingga kini masih tetap bertahan, bahkan berkembang, dan sudah “mendunia” kendatipun dengan jenis irama dan nada yang berbeda dari nada semula. Kalau semula nada dasar kesenian Angklung adalah tangga nada pentatonis, kini telah berubah menjadi tangga nada diatonis yang memiliki solmisasi. Boleh dibilang, kesenian Angklung merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, sehingga ia mampu bertahan di tengah terjangan arus modernisasi. Bahkan kesenian Angklung ini telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Angklung sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia yang dideklarasikan pada 16 Januari 2011. Kata kunci: angklung, kesenian, tradisi. Abstract Angklung is a Sundanese musical instrument made of bamboo. We have to shake it to get the tune. Angklung has been through long period of times in history before it become a masterpiece of one of Sundanese artistry. It has been through many changes, beginning from its form, functions and tune itself. Angklung experienced its downturn at the beginning of 20th century. But it survived. Angklung can suit itself to this changing modern world by adjusting its musical scale from pentatonic to diatonic. UNESCO has granted angklung the Representative List of Intangible Heritage of Humanity on January 16, 2011. Keywords: angklung, art, tradition. 2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 27 Angklung: Dari Anklung Tradisional ke… (Rosyadi) terpisah-kan dari kebudayaan manusia. Bahkan, dalam pandangan sempit, tidak A. PENDAHULUAN jarang orang mengartikan dan Seni adalah sisi yang nyaris tak mengidentikkan kebudaya-an sebagai pernah lepas dari kehidupan manusia. kesenian. Kesenian sebagai salah satu Hampir semua aspek kehidupan manusia unsur dari kebudayaan merupakan bagian senantiasa diwarnai oleh aspek ini. Setiap yang sangat penting dari kebudayaan, yang gejala, peristiwa, dan benda-benda apa pun merupakan ungkapan kreativitas dari yang ada di sekeliling kehidupan manusia kebudayaan itu sendiri. Ia menciptakan, bisa diolah menjadi sebuah karya seni. memberi peluang untuk bergerak, memeli- Daya kreativitas manusia telah mampu hara, menularkan, mengembangkan untuk “menyulap” kejadian-kejadian dan benda- kemudian menciptakan kebudayaan baru benda yang dalam kehidupan keseharian lagi (Koentjaraningrat, 1981/1982). dipandang biasa-biasa saja menjadi sesuatu Berkese-nian adalah salah satu kebutuhan yang bernilai seni; menjadi sebuah karya hidup manusia dalam bentuk pemenuhan seni. Karya-karya sastra dan karya-karya kebutuh-an akan rasa keindahan. dramatik lainnya misalnya, banyak sekali Dalam konteks kemasyarakatan, yang mengambil objek dari kejadian jenis-jenis kesenian tertentu memiliki sehari-hari, maupun dari gejala-gejala alam kelompok-kelompok pendukung tertentu. yang terjadi. Hutan belantara, gelombang Demikian pula kesenian bisa mempunyai air laut, air terjun, gunung, pepohonan, fungsi yang berbeda di dalam kelompok- hujan, petir, dan fenomena-fenomena alam kelompok manusia yang berbeda. lainnya menjadi objek seni yang banyak Perubahan fungsi dan perubahan bentuk diminati oleh para seniman. Demikian pula pada hasil-hasil karya seni, dengan hewan (fauna) dan tumbuh-tumbuhan demikian dapat pula disebabkan oleh (flora) serta benda-benda alam dapat dinamika masyarakat. Di sisi lain, tata dikreasi menjadi karya-karya seni, baik masyarakat dan perubahannya turut pula berupa tiruan dari objek-objek tersebut, menentukan arah perkembangan kesenian. maupun pengambilan bagian-bagian Sekalipun kesenian dicirikan dari tertentu dari objek-objek itu untuk keindahannya, tetapi kesenian tidak hanya dijadikan sebuah benda seni. Gendang dapat dikaji dari sudut penataan artistiknya misalnya, merupakan hasil olahan kreatif saja yang akan menumbuhkan rasa dari para seniman yang mengambil bagian kekaguman yang mendalam bagi para tubuh hewan (kulitnya) dengan benda alam penikmatnya. Dalam pandangan lain yang (kayu atau bambu) untuk dijadikan sebuah justru akan memberikan penjelasan lebih alat musik. Masih banyak lagi benda-benda luas, kesenian juga dapat dilihat dari sudut alam yang diolah sedemikian rupa pandang latar belakang kebudayaannya sehingga menjadi benda seni maupun yang akan mampu mengungkap makna peralatan kesenian. Dari sekian banyaknya simbolik dari kesenian tersebut. benda-benda alam, bambu adalah yang Era modernisasi dan globalisasi paling banyak digunakan untuk menjadi membawa dua sisi dampak bagi benda seni dan alat musik. keberadaan kesenian-kesenian tradisional. Seni adalah sebuah terminologi Di satu sisi, modernisasi dan kemajuan bagi aktivitas daya kreativitas manusia iptek membawa dampak negatif bagi dalam mengolah rasa dan semua aktivitas keberadaan kesenian tradisional. Berbagai emosional yang menghasilkan karya yang jenis kesenian tradisional yang pada indah. Pada umunya, seni merupakan masanya dulu sempat “berjaya”, seiring ekspresi daya kreativitas manusia yang dengan semakin derasnya arus kebudayaan paling umum dan dikenali, dan dianggap dan kesenian asing, eksistensi kesenian sebagai keunggulan daya cipta manusia. Di tradisional pun terancam. Ia mulai dalam konteks kebudayaan, kesenian terpinggirkan dan tersisihkan oleh merupakan bagian penting dan tak kesenian-kesenian baru yang belum tentu Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012 Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 26-40 28 sesuai dengan nafas budaya bangsa kita. teknologi multimedia dalam pertunjukan Kondisi ini banyak dialami oleh kesenian- kesenian tradisional Wayang Golek, kesenian tradisional, sehingga tidak jarang sehingga terciptalah Wayang Ajen. kesenian-kesenian tradisional, khususnya Kondisi semacam ini dialami yang ada di daerah-daerah kini tengah juga oleh kesenian Angklung. Angklung mengalami krisis, bahkan ada beberapa di adalah alat musik tradisional Indonesia antaranya yang sudah mulai punah. yang berasal dari t, terbuat dari bambu. Seni tradisi di Jawa Barat tengah Angklung sebagai salah satu jenis kesenian berjalan menuju kepunahan. Hal ini yang berangkat dari kesenian tradisional, dibuktikan dengan punahnya 55 jenis seni mengalami nasib yang tidak terlalu tragis. tradisi di Jawa Barat. Sedangkan 77 jenis Kesenian ini hingga kini masih tetap kesenian lainnya dalam kondisi tidak dapat bertahan, bahkan berkembang, dan sudah berkembang. Seni tradisi itu sudah masuk “memancanegara” kendatipun dengan jenis daftar museum, karena sudah sulit diiden- irama dan nada yang berbeda dari nada tifikasi dan dideskripsikan, serta pelakunya semula. Kalau semula nada dasar kesenian sudah tiada. Sementara itu 78 seni tradisi angklung adalah tangga nada pentatonis lainnya dapat berkembang. Demikian hasil (da, mi, na, ti, la), kini telah berubah penelitian Atiek Supandi dan beberapa menjadi tangga nada diatonis (do, re, mi, stakeholder mengenai keberadaan seni fa, sol, la, ti). Bisa dikatakan, kesenian tradisi di Jawa Barat. Angklung merupakan salah satu jenis Sementara itu, Direktur Jenderal kesenian tradisional yang mampu Nilai Budaya, Seni dan Film, Kementerian menyesuaikan diri dengan perkembangan Kebudayaan dan Pariwisata RI, Ukus zaman, sehingga ia mampu bertahan di Kuswara pada Dialog Budaya di tengah terjangan arus modernisasi. Bahkan Kabupaten Kuningan September kesenian Angklung ini telah mendapat 2011,mengemukakan bahwa pada saat ini pengakuan dari UNESCO sebagai The ada 150 kesenian, yang sebagian besar Representative List of the Intangible terancam punah. Sangat disayangkan kalau Cultural Heritage of Humanity. Angklung kondisi seperti ini dibiarkan begitu saja. sebagai warisan budaya dunia milik Di sisi lain, modernisasi dan Indonesia yang dideklarasikan pada 16 kemajuan iptek mampu mendukung Januari 2011. perkembangan kesenian tradisional. Berba- Seorang tokoh muda Angklung gai bentuk kesenian baru dan kontemporer Taufik Hidayat Udjo menjelaskan bahwa bermunculan. Kreativitas para seniman kini Angklung harus menjadi pekerjaan semakin dipacu untuk menciptakan rumah kita agar tidak hilang, apalagi sudah bentuk-bentuk kreasi seni yang baru. disahkan United Nations Educational, Bentuk-bentuk kreasi seni yang baru ini Scientific and Cultural Organization merupakan hasil karya cipta kreatif dari (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia para seniman dalam mengkolaborasi jenis- milik Indonesia. Melestarikan Angklung jenis kesenian tradi-sional dengan kesenian sebagai kekayaan budaya Indonesia baru, atau pun pengembangan
Recommended publications
  • Gamelan-Performance-II.Pdf
    PERFORMANCE Module Handbook Kayo Kimura, Nami Higuchi(Javanese Gamelan ensembles) Suguri Hariu (Javanese dance) Term: Fall Semester Numbering MMA102 Credits 1 SYNOPSIS: The aim of this subject is to help students understand the structure and instrumentation of each part of Indonesian and Central Javanese gamelan ensembles and to teach them “communication through music” which is a distinctive feature of gamelan. Students will also have the opportunity to learn Javanese dance deeply connected to music. OUTLINE SYLLABUS Week Synopsis 1 Beginner: 4 Lancaran Ensemble Intermediate: Irama and Instrumentation 1 (Irama Types) Advanced: Structures 2 Beginner: 5 Introduction to Other Arrangements Intermediate: 2 Changes in Tempo Advanced: Irama and Instrumentation 3 Beginner: 6 Irama Variations Intermediate: 3 Instrumentation Seminar Advanced: Ensemble Rules 4 Beginner: Music Used during Royal Ceremonies 1 (Outline) Intermediate: Nursery Rhymes 1 (Outline) Advanced: Introduction to Lagu Instruments 5 Beginner: 2 Colotomic Instrument Techniques Intermediate: 2 Colotomic Instruments, Saron Advanced: Mutual Relationship of Lagu Instruments 6 Beginner: 3 Bonang and Saron Techniques Intermediate: 3 Bonang Barung Advanced: Song Request Seminar (Beginner) 7 Beginner: 4 Kecer and Kendang Techniques Intermediate: 4 Kendang and Rhythms Advanced: Song Request Seminar (Intermediate) 8 Beginner: 5 Ensemble Seminar Intermediate: 5 Song and Ensemble Seminar Advanced: Song Request Seminar (Advanced) 9 Beginner: Contemporary Music Seminar 1 (Scores and Music) Intermediate:
    [Show full text]
  • Source Readings in Javanese Gamelan and Vocal Music, Volume 3
    THE UNIVERSITY OF MICHIGAN CENTER FOR SOUTH AND SOUTHEAST ASIAN STUDIES MICHIGAN PAPERS ON SOUTH AND SOUTHEAST ASIA Editorial Board A. L. Becker Peter E. Hook Karl L. Hutterer John K. Musgrave Nicholas B. Dirks, Chair Ann Arbor, Michigan USA KARAWITAN SOURCE READINGS IN JAVANESE GAMELAN AND VOCAL MUSIC Judith Becker editor Alan H. Feinstein assistant editor Hardja Susilo Sumarsam A. L. Becker consultants Volume 3 MICHIGAN PAPERS ON SOUTH AND SOUTHEAST ASIA Center for South and Southeast Asian Studies The University of Michigan Number 31 Open access edition funded by the National Endowment for the Humanities/ Andrew W. Mellon Foundation Humanities Open Book Program. Library of Congress Catalog Card Number: 82-72445 ISBN 0-89148-034-X Copyright ^ by © 1988 Center for South and Southeast Asian Studies The University of Michigan Publication of this book was assisted in part by a grant from the Publications Program of the National Endowment for the Humanities. Additional funding or assistance was provided by the National Endowment for the Humanities (Translations); the Southeast Asia Regional Council, Association for Asian Studies; The Rackham School of Graduate Studies, The University of Michigan; and the School of Music, The University of Michigan. Printed in the United States of America ISBN 978-0-89148-041-9 (hardcover) ISBN 978-0-472-03820-6 (paper) ISBN 978-0-472-12770-2 (ebook) ISBN 978-0-472-90166-1 (open access) The text of this book is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License: https://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/ CONTENTS ACKNOWLEDGMENTS vii APPENDIX 1: Glossary of Technical Terms Mentioned in the Texts 1 APPENDIX 2: Javanese Cipher Notation (Titilaras Kepatihan) of Musical Pieces Mentioned in the Texts 47 APPENDIX 3: Biographies of Authors 429 APPENDIX 4: Bibliography of Sources Mentioned by Authors, Translators, Editors, and Consultants 447 GENERAL INDEX 463 INDEX TO MUSICAL PIECES (GENDHING) 488 This work is complete in three volumes.
    [Show full text]
  • University of Oklahoma Graduate College
    UNIVERSITY OF OKLAHOMA GRADUATE COLLEGE JAVANESE WAYANG KULIT PERFORMED IN THE CLASSIC PALACE STYLE: AN ANALYSIS OF RAMA’S CROWN AS TOLD BY KI PURBO ASMORO A THESIS SUBMITTED TO THE GRADUATE FACULTY in partial fulfillment of the requirements for the Degree of MASTER OF MUSIC By GUAN YU, LAM Norman, Oklahoma 2016 JAVANESE WAYANG KULIT PERFORMED IN THE CLASSIC PALACE STYLE: AN ANALYSIS OF RAMA’S CROWN AS TOLD BY KI PURBO ASMORO A THESIS APPROVED FOR THE SCHOOL OF MUSIC BY ______________________________ Dr. Paula Conlon, Chair ______________________________ Dr. Eugene Enrico ______________________________ Dr. Marvin Lamb © Copyright by GUAN YU, LAM 2016 All Rights Reserved. Acknowledgements I would like to take this opportunity to thank the members of my committee: Dr. Paula Conlon, Dr. Eugene Enrico, and Dr. Marvin Lamb for their guidance and suggestions in the preparation of this thesis. I would especially like to thank Dr. Paula Conlon, who served as chair of the committee, for the many hours of reading, editing, and encouragement. I would also like to thank Wong Fei Yang, Thow Xin Wei, and Agustinus Handi for selflessly sharing their knowledge and helping to guide me as I prepared this thesis. Finally, I would like to thank my family and friends for their continued support throughout this process. iv Table of Contents Acknowledgements ......................................................................................................... iv List of Figures ...............................................................................................................
    [Show full text]
  • UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Kesenian-Keseniat Rakyat Dan Selama Menjalani Studi Di Dunia Seni
    BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Karya Tari Obah Mosik adalah sebuah karya tari ciptaan baru yang merupakan hasil penuangan ide serta kreativitas penata tari, yang dilatarbelakangi Reog Prajuritan yang menjadi kebanggaan masyarakat Yogyakarta. Karya tari ini disajikan dalam bentuk koreografi kelompok, didukung enam penari putra. Instrumen pengiringnya menggunakan beberapa instrumen meliputi Gambang berlaras pelog, Kempul dan Slentem berlaras slendro. Serta menggunakan instrumen asli pada Reog Prajuritan meliputi Bendhe, Kecer, Angklung, dan Bedug. Ada beberapa penambahan instrumen seperti suling dan senar drum untuk memvisualisasikan prajurit kraton. Dalam karya tari ini, dimunculkan spirit tari Reog Prajuritan dengan pijakan gerak yang muncul berdasarkan dari motif gerak lampah macak dengan mengambil esensi-esensi yang ada di dalamnya meliputi ayunan dan pengulangan, serta memunculkan beberapa motif gerak yang sudah ada pada tari Reog Prajuritan dengan pengembangan dalam berbagai unsur yang penata lakukan. Karya tari Obah Mosik merupakan karta Tugas Akhir studi di program Studi S-1 Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Karya tugas akhir ini dapat dipandang sebagai ungkapan berbagai pengalaman selama berada di lingkungan yang dekat dengan 49 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta kesenian-keseniat rakyat dan selama menjalani studi di dunia seni pertunjukan. Evaluasi dari penikmat dan pengamat seni baik dari akademisi atau non akademisi sangat dibutuhkan untuk memacu semangat dan meningkatkan kemampuan berkarya selanjutnya. Penyajian karya dilengkapi dengan naskah berupa skripsi tari. Skripsi karya tari ini sebagai keterangan tertulis karya tari Obah Mosik. B. Saran Belajar untuk menciptakan suatu karya tari adalah hal yang sangat berharga. Dari semula melihat berbagai macam pertunjukan, lalu mencoba menganalisis dan memahami apa sebenarnya yang ingin disampaikan dalam karya tari yang diajikan dan bagaimana proses yang dilakukan.
    [Show full text]
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka A
    - - www.lib.umtas.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Kokami (Kotak Kartu Misterius) a. Pengertian Media Media memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai alat bantu untuk menyampaikan informasi dari pendidik agar dapat diterima oleh siswa/peserta didik. Media pembelajaran adalah salah satu hal yang penting karena akan sangat membantu dalam proses pembelajaran dan juga peserta didik akan lebih memahami apa yang disampaikan pendidik sehingga peserta didik tidak kesulitan. Contohnya yaitu jika pendidik ingin menunjukkan contoh hewan singa, pendidik hanya perlu menunjukkan gambar singa tersebut atau dapat juga dalam bentuk film maupun video hewan tanpa harus membawa hewan yang dalam bentuk asli. Sehingga peseta didik menjadi lebih paham dan juga memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Daryanto (2016: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Maksud dari medium yaitu sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari pembawa pesan kepada penerima pesan dalam suatu komunikasi. Pembelajaran yaitu suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara sengaja guna mencapai terjadinya proses belajar. 6 Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - - - - www.lib.umtas.ac.id 7 Sedangkan menurut Miarso dalam Suryani (2018:3) Pembelajaran merupakan suatu keadaan yang digunakan untuk menunjukkan suatu usaha pelaksanaan pendidikan yang dilakukan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali. Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu sarana penyampaian informasi yang dipergunakan agar mencapai tujuan pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar yang pelaksanaanya terkendali.
    [Show full text]
  • Adapting and Applying Central Javanese Gamelan Music Theory in Electroacoustic Composition and Performance
    Adapting and Applying Central Javanese Gamelan Music Theory in Electroacoustic Composition and Performance Part II of II: Appendices Thesis submitted in partial fulfilment of requirements for the degree of Ph. D. Charles Michael Matthews School of Arts Middlesex University May 2014 Table of contents – part II Table of figures ....................................................................................................................... 121 Table of tables ......................................................................................................................... 124 Appendix 1: Composition process and framework development ..................... 125 1.1 Framework .............................................................................................................................. 126 1.2 Aesthetic development ........................................................................................................ 127 1.3 Idiomatic reference .............................................................................................................. 128 1.3.1 Electroacoustic music references .......................................................................................... 129 1.3.2 Musical time .................................................................................................................................... 130 1.3.3 Electronic cengkok and envelopes ........................................................................................ 132 1.4 Instruments and interfaces ..............................................................................................
    [Show full text]
  • Angklung Badeng Learning for Junior High School Students in Malangbong Garut
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 255 1st International Conference on Arts and Design Education (ICADE 2018) The Model of Angklung Badeng Learning for Junior High School Students in Malangbong Garut Dody Mohamad Kholid Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Indonesia [email protected] Abstract—Traditional art is one of the characteristics of a actually had the next generation consisting of students from particular ethnic and region, so it must be preserved. Its various schools [2]. However, their next generation has limited existence concerns the identity and sovereignty of a region practice time, limited songs played, and lack of equipment because traditional art usually contains philosophy and meanings available. Some of the equipment have been damaged so that of life that must be preserved and applied by the students. It also the training process is not maximum. In addition, some new shapes the characteristics of human being as well. One of the members are still constrained by the training time so that efforts in preserving the culture of traditional art is to include the sometimes the training time does not match the time held by its art in schools’ extracurricular activities. The target covers junior members. It is caused by the condition and circumstances of high school students in the environment around the traditional each member (school students). arts. To overcome these problems, an appropriate model of learning must be designed in accordance with the situation and At this time, the existence of angklung badeng in condition and the character of region and students where the Malangbong has a little demand, especially from the young learning takes place.
    [Show full text]
  • Ruang Publik Dan Ritual Warga Kampung Kasepuhan Ciptagelar Di Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat Oleh: Nuryanto *)
    Ruang Publik dan Ritual Warga Kampung Kasepuhan Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat Oleh: Nuryanto *) Abstrak Ruang antar bangunan dipahami sebagai area-area terbuka yang dapat diakses oleh masyarakat, dan biasanya terletak di antara bangunan-bangunan. Ruang antar bangunan dalam kajian ini menjadi menarik karena di dalamnya dapat terselenggara aktivtas bersifat publik dalam skala komunitas yang cukup terbatas. Sepintas lalu ruang antar bangunan adalah sebuah ruang publik yang dimiliki secara komunal oleh komunitas atau fasilitas negara yang diperuntukan untuk kepentingan publik. Namun kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Sebagian ruang-ruang antar bangunan yang ada adalah milik pribadi. Lapangan-lapangan yang biasa digunakan untuk olah raga, sebagian besar adalah milik pribadi yang belum dimanfaatkan lalu dibiarkan dimanfaatkan oleh publik hingga suatu saat ia memanfaatkannya, sehingga definisi ruang publik dalam hal ini bukan sekedar ruang untuk masyrakat publik, tapi juga diselenggarakan oleh masyarakat secara swadaya. Riset ini bersifat eksploratif dengan memanfaatkan pendekatan fenomenologis hermenitik dalam arsitektur dan etnografi. Sebagai kesimpulan umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena ruang antar bangunan sebagai ruang terbuka publik masih dieksplorasi sebagai sebuah fenomena umum dari ruang terbuka. Ruang publik akan terlihat bermakna pada saat ada acara-acara adat tertentu (ritual adat), seperti: seren tahun, ngadegkeun imah, hajat sasih, dan lain-lain. Di luar acara-acara tersebut, maka ruang publik seakan telah kehilangan fungsinya secara jelas. Ruang publik hanya dimaknai sebagai ruang terbuka biasa untuk kegiatan sehari-hari warganya. Hasil riset memberikan kontribusi pada pengembangan riset tentang budaya lokal yang akan memperkaya pengajaran tentang arsitektur vernakular. Di bidang praksis, riset ini dapat dimanfaatkan dalam desain ruang publik kontemporer Sunda, seperti restoran, café, dan sebagainya.
    [Show full text]
  • God When Smiling Created Him (Kasepuhan Sinar Resmi of Sukabumi Regency West Java Indonesia)
    GOD WHEN SMILING CREATED HIM (KASEPUHAN SINAR RESMI OF SUKABUMI REGENCY WEST JAVA INDONESIA) By : ENDANG NARYONO STIE PASIM SUKABUMI Lecturer [email protected] ABSTRACTION An increasingly advanced world with the development of science that is increasingly fast has a huge impact on this modern human civilization, eroding the pattern of human behavior from traditional to modern. One of the massive changes at this time is very high industrialization as a form of government programs in equitable development and the realization of the nation's great ideals of social justice for all Indonesian people. Agricultural land into factories and housing makes agricultural land shrinking, livelihoods from agriculture become factory workers due to the modernization of industry so far. One of the behaviors that are no less shifting is creativity, human initiative that reflects the personality as a nation begins to fade, such as hospitality, courtesy, religion and mutual cooperation which are the identity of the Indonesian nation which has the philosophy of Pancasila as the basis of the state. Now it has begun to shift, tending to imitate western, Japanese and European civilizations, they seem to enjoy and be proud of everything from language, food, association to foreign-made products. But not everything has changed, namely in the traditional village of Sinar Resmi, Sukabumi Regency, a village that holds fast to tradition even though times have changed, a simple life, mutual cooperation and the same fate. The vast expanse of agricultural land with suitable gardens without a touch of modernization, ways of socializing with mutual cooperation and hospitality and courtesy towards parents, leaders, fellow students and guests are still upheld.
    [Show full text]
  • Upacara Seren Taun Sebagai Sarana Memperkuat Silaturahmi Antarwarga Di Desa Sindang Barang Bogor
    Upacara Seren Taun sebagai sarana memperkuat silaturahmi antarwarga di Desa Sindang Barang Bogor Mada Dimas Nurwahid Ardiansyah Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia. Email : [email protected] Abstract. Indonesia is a country with a lot of culture, one of which is the Seren Taun Ceremony held in the village of Pasir Eurih Sindang Barang Bogor district because the people in the village continue to preserve the cultural heritage to this day. This article aims to introduce the culture in the village of Sindang Barang Bogor, namely the seren taun ceremony to be more widely known by the people of Indonesia and explain what the benefits and functions are in the Seren Taun ceremony. The method used to make this research is to use qualitative descriptive through content analysis approach by taking data by random sample and literature study techniques. Produce that the Sindang Barang Bogor Village has the potential to become a cultural village because of its uniqueness that can attract the attention of the general public that can be visited by tourists as a means of introducing local culture while also increasing the economic income of the Sindang Barang Bogor Village community. This research can be a source of delivery to the general public to get to know and know the benefits and functions contained in the Seren Taun Ceremony. Keywords: Seren Taun Ceremony, Village Sindang Barang Bogor, Village of Culture. 1.PENDAHULUAN Hakikat kebudayaan adalah tata cara atau aturan-aturan yang ada sejak zaman dahulu atau kebiasaan-kebiasaan yang terus dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat yang dipercaya memiliki fungsi dan tujuan yang baik.
    [Show full text]
  • Cultural Communication of Sundanese Communities at Seren Taun in Cigugur, Kuningan West Java- Indonesia
    International Journal of Humanities and Social Science Research International Journal of Humanities and Social Science Research ISSN: 2455-2070; Impact Factor: RJIF 5.22 Received: 25-01-2020; Accepted: 26-02-2020; Published: 27-03-2020 www.socialsciencejournal.in Volume 6; Issue 2; 2020; Page No. 51-57 Cultural communication of sundanese communities at seren taun in cigugur, Kuningan West Java- Indonesia Rialdo Rezeky Manogari Lumban Toruan1*, M Saefulloh2, Yos Horta Meliala3 1-3 Department of Communication, Faculty of Communication, University of Prof. Dr. Moestopo, Indonesia Abstract Seren Taun is similar to Thank Giving Day in western culture. It is harvest celebrations in Indonesia. It has various sequences of events that contain spiritual meaning and entertainment in the cultural arts such as the Procession of Disposal of Pests, Buyung Dance, Mashing Rice, Ngarajah, Ngareremokeun, and Babarit. Seren Taun has also been in a Calender of Tourism Event in West Java since 1976. This research is a study of communication ethnography that focuses on ritual events in transcendental communication meaning. The purposes of the Seren Taun are: (1) Communication Situation; (2) Communication Program; (3) Communication Acts and (4) Communication Patterns. This research is a qualitative research and constructivist paradigm. Furthermore, the analysis also refers to the theory of Symbolic Interactionism. Data, mainly findings from in-depth observations, interviews and textual analysis were collected from Seren Taun Traditional Ceremony. Research findings reveal the understanding of the Cigugur community about the communication patterns in the Seren Taun Traditional Ceremony in Cigugur, Kuningan - West Java - Indonesia. Keywords: communication ethnography; simbolic interactionism; Seren Taun Introduction realized this is very strongly influenced by local cultural Local knowledge is important for every member of society values and customs that exist in every area.
    [Show full text]
  • Analysis of Character Values in the Traditional Games Collection of Seren Taun Custom Rituals: an Etnographic Study
    Journal of Elementary Education P-ISSN: 2580-9326 Volume 4, Number 2, September 2020 E-ISSN: 2580-7714 ANALYSIS OF CHARACTER VALUES IN THE TRADITIONAL GAMES COLLECTION OF SEREN TAUN CUSTOM RITUALS: AN ETNOGRAPHIC STUDY Gilang Kripsiyadi Praramdana1, Febby Fajar Nugraha2 1Universitas Kuningan 2Universitas Kuningan [email protected], [email protected] Abstract Character education has a major aim to develop quality and excel the human resources. It is based on the Republic of Indonesia's National Education Objectives. The values of this nation's character education are embedded in the ancestral heritage, one of them is a traditional game. The descriptive- analytic method with an ethnographic approach that we used in this study was to analyze and describe the phenomena. Therefore, we chose the Spradley ethnographic method (cognitive anthropology) as a method with phased progressive research (The Developmental Research Sequence). Based on 15 traditional games in the Ritual AdatSerenTaun in Cigugur, we have classified potential major character values which include: (1) five (33%) types of games have independent major character values; (2) seven (46%) types of games have gotongroyong major character values; and (3) four (27%) types of games have integrity major character value. While both religious and nationalist major character values have not been found based on our analysis of 15 types of games in this study. Keywords: charactervalue, traditional games, serentaun Abstrak Pendidikan karakter memiliki tujuan utama untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul. Hal ini dilatarbelakangi dari Tujuan Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa ini tertanam dalam warisan leluhur, salah satunya permainan tradisional.
    [Show full text]