Upacara Seren Taun sebagai sarana memperkuat silaturahmi antarwarga di Desa Sindang Barang Bogor

Mada Dimas Nurwahid Ardiansyah Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia. Email : [email protected]

Abstract. Indonesia is a country with a lot of culture, one of which is the Seren Taun Ceremony held in the village of Pasir Eurih Sindang Barang Bogor district because the people in the village continue to preserve the cultural heritage to this day. This article aims to introduce the culture in the village of Sindang Barang Bogor, namely the seren taun ceremony to be more widely known by the people of Indonesia and explain what the benefits and functions are in the Seren Taun ceremony. The method used to make this research is to use qualitative descriptive through content analysis approach by taking data by random sample and literature study techniques. Produce that the Sindang Barang Bogor Village has the potential to become a cultural village because of its uniqueness that can attract the attention of the general public that can be visited by tourists as a means of introducing local culture while also increasing the economic income of the Sindang Barang Bogor Village community. This research can be a source of delivery to the general public to get to know and know the benefits and functions contained in the Seren Taun Ceremony. . Keywords: Seren Taun Ceremony, Village Sindang Barang Bogor, Village of Culture.

1.PENDAHULUAN Hakikat kebudayaan adalah tata cara atau aturan-aturan yang ada sejak zaman dahulu atau kebiasaan-kebiasaan yang terus dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat yang dipercaya memiliki fungsi dan tujuan yang baik. Sudah pasti setiap daerah memiliki keunikan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda dan fungsi serta tujuan yang berbeda setiap daerahnya. Setiap kebudayaan yang lahir di masyarakat tentu harus dijaga, bahkan terus diwariskan ke generasi selanjutnya agar kebudayaan tersebut tidak hilang oleh perkembangan zaman. Kampung budaya Desa Sindang Barang Bogor terletak di desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berjarak sejauh 5 Km dari Kota Bogor ke desa tersebut. Kampung budaya Sindang Barang Bogor merupakan kampung tertua (Fintri Afiani, 2018)untuk wilayah Kabupaten dan Kota Bogor. Kampung budaya Sindang Barang Bogor merupakan Kampung Budaya yang berciri khas hanya melestarikan budaya adat Sunda karena dilihat dari letak geografis terletak diatas Tanah Sunda, dari dulu hingga sekarang terus melestarikan budaya-budaya adat Sunda, banyak sekali kebudayaan- kebudayaan adat Sunda yang ada di kampung tersebut. Kebudayaan yang akan dibahas yaitu Upacara Seren Taun. Menurut istilah arti kata upacara Seren Taun sendiri yang terdiri dari kata Seren yang berarti seserahan atau menyerahkan sedangkan Taun yang berarti Tahun. Jadi arti yang terkandung dari upacara Seren Taun yaitu menyerahkan segala kehendak kepada Tuhan Yang Maha Esa (Dwiatmini, 2014)juga sebagai simbol terima kasih dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil panen yang berlimpah di tahun sebelumnya serta berharap hasil panen yang akan meningkat ditahun yang akan datang. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa tujuan serta fungsi dari upacara Seren Taun. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui tujuan dan fungsi yang ada dalam upacara Seren Taun itu sendiri. 2.Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri(Gunawan, 2013). Dengan cara studi kasus yaitu merekam secara langsung kejadian yang ada pada upacara Seren Taun di Desa Sindang Barang Bogor lalu data yang didapat dirangkai dan disimpulkan untuk menjadi informasi yang berguna dan valid sesuai dengan kejadian langsung. Pengumpulan data yang dilakukan di penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan data dengan perekaman kejadian di Upacara Seren Taun kemudian data yang didapat di analisis apakah data yang didapat valid dengan keadaan sebenarnya dengan cara menyesuaikan dengan jurnal-jurnal terkait dengan upacara Seren Taun.

3.Hasil dan Pembahasan Upacaran Seren taun merupakan ritual ucap syukur masyarakat tani di Jawa Barat secara umum. Desa Kenekes Baduy, Desa Kidul, Kampung Naga di Kabupaten Garut, Desa Cigugur Kabupaten Kuningan, dan di Kampung Budaya Sindang Barang Kabupaten Bogor adalah daerah yang masih melestarikan kebudayaan Upacara Seren Taun sampai saat ini (Subiantoro, 2017). Hakikatnya kebudayaan merupakan cara berfikir untuk mempertahankan hidup. Sedangkan proses berkembangnya fikiran manusia dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial yang ada dilingkungan tempat tinggal (Suryati, 2013). Bangsa asing tertarik dengan budaya sehingga budaya perlu dikenalkan dan dilestarikan untuk dijadikan media komunikasi antarbangsa.bangsa Indonesia yang mempunyai berbagai budaya yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Hal ini membuat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menarik untuk dipelajari. Bangsa lain yang ingin mempelajari budaya Indonesia (Rondiyah, Wardani, & Saddhono, 2017). kebudayaan terbagi ke dalam tujuh unsur, yakni bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Berdasarkan ketujuh unsur tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan, dan sebagainya. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia(Suwarno, Saddhono, & Wardani, 2018). Masyarakat di Desa Sindang Barang percaya bahwa upacara tersebut mengandung nilai-nilai kebaikan ataupun keberkahan yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Menurut kepercayaan Sunda Kuno, upacara Seren Taun ini memiliki tujuan untuk memuliakan ataupun rasa bersyukur kepada Dewi padi yang bernama Pwah Aci Sanghyang Asri (Nyi Pohaci). Kegiatan upacara ini untuk dewi padi dan sawah serta dewi kesuburan sudah berlangsung sejak zaman pra-Hindu dan pra-Islam di pulau jawa pada saat itu. Kepercayaan masyarakat Sunda Kuno pada saat itu juga dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat asli Nusantara atau kepercayaan Masyarakat Nusantara di antaranya adalah Animisme, Dinamisme, Arwah Nenek Moyang dan kekuatan Alam, ajaran agama Hindu. Masyarakat Sunda kuno pada saat itu yang sebagian besar berprofesi di sektor agraris atau sektor pertanian yang menjadi sektor utama sebagai pekerjaan sangat memuliakan alam sebagai pemberi kesuburan tanaman terutama padi. Mereka pada dasarnya adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani, peladang yang produktif. Kekuatan alam tersebut di manifestasikan dalam Pwah Aci Sanghyang Asri sebagai dewi padi yang memberi kesuburan terhadap tanah. Pwah Aci Sanghyang Asri yang bersuamikan Kuwera sebagai dewa kemakmuran. Keduanya diwujudkan dalam Pare Abah (Padi Ayah) dan Pare Ambu (Padi Ibu) yang melambangkan persatuan laki-laki dan perempuan sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan keluarga(Kushendrawati, 2015). Kegiatan upacara Seren Taun tersendat ketika kerajaan Padjadjaran runtuh dan sempat betul-betul terhenti pada tahun 1970an. Setelah terhenti selama 36 tahun, upacara Seren Taun dihidupkan kembali pada tahun 2006 di Desa Sindang Barang, Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Upacara Seren Taun merupakan kebudayaan masyarakat adat Sunda yang menarik dan juga unik. Upacara ini merupakan simbol rasa bersyukur masyarakat Desa Sindang Barang atas apa yang mereka lakukan dan mereka raih dalam bercocok tanam khususnya tanaman padi(Kushendrawati, 2015). Adat upacara Seren Taun atau langkah-langkah yang dilakukan di upacara ini diawali dengan mengambil air suci dari 7 sumber mata air yang dianggap keramat, air kemudian disatukan dalan sebuah wadah, didoakan agar membawa berkat, setelah itu air dicipratkan kepada setiap orang yang hadir dalan upacara Seren Taun, dipercaya bahwa akan membawa keburuntungan di panen yang akan mendatang. Ritual berikutnya adalah sedekah kue. Warga yang hadir diijinkan berebut atau mengambil kue yang berada di pikulan (dongdang) atau di tampah, dipercaya kue-kue tersebut akan memberi berkat yang berlimpah bagi mereka yang mendapatkannya. Setelah itu dilakukan ritual penyembelihan kerbau yang dagingnya akan dibagikan kepada warga yang tidak mampu dan kemudia akan makan tumpeng bersama- sama. Kemudian pada saat malam hari akan diisi dengan pagelaran Wayang Golek semalaman suntuk. Sedangkan puncak upacara ritual Seren Taun biasanya dimulai pagi hari, diawali dengan prosesi menyambut atau menjempu padi (ngajayak). Diteruskan dengan tari-tarian kolosal pemeluk agama seperti Tari Damar Sewu, Tari Buyung, Baduy, dan Angklung Buncis. Tari Damar Sewu adalah tarian yang selalu ditarikan dalam mengawali rangkaian upacara Seren Taun. Tari Damar Sewu mengilustrasikan manusia dalam menjalani proses kehidupannya baik selaku individu maupun sosial(Kushendrawati, 2015) Kegiatan akhir dari upacara Seren Taun adalah penyerahan padi hasil panen kepada para tokoh dan ketua adat untuk kemudian ditumbuk bersama-sama. Tumbukan dimulai oleh para pemimpin, tokoh masyarakat dan tokoh masing-masing agama. Setelah itu ribuan orang yang hadir ikut serta dalam kegiatan tersebut. Puluhan orang lainnya berebut gabah dari saung Pwah Aci Sanghyang Asri (Dewi padi, ). Ketua adat kemudian memberikan bibi padi (indung pare) yang sudah didoakan dan diberkati kepada masing-masing pemimpin desa untuk dibagikan kepada warga desa dan selanjutnya akan ditanam pada musim tanam yang akan datang(Kushendrawati, 2015). Upacara Seren Taun selain memiliki tujuan juga memiliki fungsi tersendiri diantaranya sebagai ajang silaturahmi antar warga masrakat, baik yang berada di wilayah Desa Sindang Barang, maupun yang berasal dari luar Desa Sindang Barang. Melalui upacara ini, masyarakat dapat ikut berperan serta dalam menjaga keselarasan, kelestarian dan keseimbangan alam sehingga tercipta ikatan batin yang lebih kokoh. Makna upacara Seren Taun juga sebagai wahana masyarakat untuk bertukar infomasi, saling berbagi dan berdiskusi sehingga terjalin ikatan tali persaudaraan yang kuat antar masyarakat. Sebagaimana tercermin dari pola kehidupan masyarakat Sunda(Dwiatmini, 2014). Maka dari itu selain sebagai bentuk rasa bersyukur atas hasil panen upacara ini juga memiliki fungsi baik sebagai pemersatu masyarakat agar lebih dekat dan menjalin tali silatuhrahmi sebagai sesama saudara. Masyarakat Desa Sindang Barang sebagian besar beragama Islam dengan tingkat ketaatan beragama cukup tinggi, namun mereka masih mau menjalankan budaya warisan leluhurnya, yaitu upacara Seren Taun. Hal ini sebagai bukti bahwa agama wajib dijalankan sejalan dengan warisan kebudayaan yang tetap dijaga dan di hormati(Dwiatmini, 2014). Agar tetap terjaga kelestariannya walau bagaimanapun kebudayaan yang ada adalah warisan dari para leluhur pada zaman sebelum kita dan setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, memiliki ciri khas masing-masing disetiap daerah, begitupun memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Jadi alangkah baiknya jika setiap kebudayaan yang ada di lestarikan dan jika bisa dikenalkan kepada generasi-generasi penerus agar kebudayaan tersebut tidak tenggelam oleh seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman. Masyarakat Desa Sindang Barang juga tidak hanya melestarikan kebudayaan upacara Seren Taun masih banyak kebudayaan- kebudayaan adat Sunda yang lainnya yang dilestarikan atau dilaksanakan di Desa Sindang Barang. Maka oleh karena itu desa ini disebut kampong kebudayaan karena melestarikan berbagai macam kebudayaan adat sunda dan masyarakat dari luarpun bisa berkunjung ke kampong kebudayaan desa Sindang Barang jika ingin berwisata bertemakan kebudayaan adat sunda. 4.Simpulan Upacara Seren Taun adalah sebuah kebudayaan yang memilki arti seserahan atau penyerahan di tahun ini sebagai pengucapan rasa Bersyukur masyarakat Desa Sindang Barang untuk hasil panen yang berlimpah, dan berharap ditahun berikutnya lebih berlimpah kembali atau lebih banyak hasil panen dari tahun sebelumnya. Dan juga berharap banyak keberkahan di tahun berikutnya. Karena masyarakat di Desa Sindang Barang tersebut mayoritas bekerja sebagai petani yang sudah pasti mengharapkan kelancaran untuk hasil panen nya, mengharapkan kesuburan, agar hasil-hasil panen dari petani tersebut dapat menghasilkan hasil panen yang terbaik dan berkualitas. selain sebagai pengucapan rasa Bersyukur Upacara Seren Taun ini juga memberikan dampak positif yaitu sebagai sarana silaturahmi antar masyarakat Desa Sindang Barang agar lebih dekat satu dengan yang lainnya. Maka dari itu selain sebagai bentuk rasa bersyukur atas hasil panen upacara ini juga memiliki fungsi baik sebagai pemersatu masyarakat agar lebih dekat dan menjalin tali silatuhrahmi sebagai sesama saudara.

5.Daftar Pustaka Dwiatmini, S. (2014). Fungsi dan Makna Upacara Sérén Taun di Kampung Budaya Sindangbarang Bogor. Jurnal Ilmiah Seni Makalangan, 1(1), 47–58.

Fintri Afiani. (2018). MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG KABUPATEN BOGOR.

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif.

Kushendrawati, S. M. (2015). Upacara Seren Taon Sebuah Manifestasi Religiositas Masyarakat Sekitar Kuningan Jawa Barat. 20, 213–233.

Rondiyah, A. A., Wardani, N. E., & Saddhono, K. (2017). Untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter Kebangsaan Di Era Mea ( Masayarakat Ekonomi Asean ). The 1st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula, 141–147.

Subiantoro, I. H. (2017). Estetika, Seren taun Antara Seni, Ritual, Dan Kehidupan. Panggung, 26(4). https://doi.org/10.26742/panggung.v26i4.212

Suryati, T. (2013). TRADISI SEREN TAUN GURU BUMI DI SINDANG BARANG KABUPATEN BOGOR (Kajian Semiotik). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Suwarno, S., Saddhono, K., & Wardani, N. E. (2018). Sejarah, Unsur Kebudayaan, Dan Nilai Pendidikan Karakter Dalam Legenda Sungai Naga. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 11(2), 194. https://doi.org/10.26858/retorika.v11i2.5972