Upacara Seren Taun Sebagai Sarana Memperkuat Silaturahmi Antarwarga Di Desa Sindang Barang Bogor

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Upacara Seren Taun Sebagai Sarana Memperkuat Silaturahmi Antarwarga Di Desa Sindang Barang Bogor Upacara Seren Taun sebagai sarana memperkuat silaturahmi antarwarga di Desa Sindang Barang Bogor Mada Dimas Nurwahid Ardiansyah Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia. Email : [email protected] Abstract. Indonesia is a country with a lot of culture, one of which is the Seren Taun Ceremony held in the village of Pasir Eurih Sindang Barang Bogor district because the people in the village continue to preserve the cultural heritage to this day. This article aims to introduce the culture in the village of Sindang Barang Bogor, namely the seren taun ceremony to be more widely known by the people of Indonesia and explain what the benefits and functions are in the Seren Taun ceremony. The method used to make this research is to use qualitative descriptive through content analysis approach by taking data by random sample and literature study techniques. Produce that the Sindang Barang Bogor Village has the potential to become a cultural village because of its uniqueness that can attract the attention of the general public that can be visited by tourists as a means of introducing local culture while also increasing the economic income of the Sindang Barang Bogor Village community. This research can be a source of delivery to the general public to get to know and know the benefits and functions contained in the Seren Taun Ceremony. Keywords: Seren Taun Ceremony, Village Sindang Barang Bogor, Village of Culture. 1.PENDAHULUAN Hakikat kebudayaan adalah tata cara atau aturan-aturan yang ada sejak zaman dahulu atau kebiasaan-kebiasaan yang terus dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat yang dipercaya memiliki fungsi dan tujuan yang baik. Sudah pasti setiap daerah memiliki keunikan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda dan fungsi serta tujuan yang berbeda setiap daerahnya. Setiap kebudayaan yang lahir di masyarakat tentu harus dijaga, bahkan terus diwariskan ke generasi selanjutnya agar kebudayaan tersebut tidak hilang oleh perkembangan zaman. Kampung budaya Desa Sindang Barang Bogor terletak di desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berjarak sejauh 5 Km dari Kota Bogor ke desa tersebut. Kampung budaya Sindang Barang Bogor merupakan kampung tertua (Fintri Afiani, 2018)untuk wilayah Kabupaten dan Kota Bogor. Kampung budaya Sindang Barang Bogor merupakan Kampung Budaya yang berciri khas hanya melestarikan budaya adat Sunda karena dilihat dari letak geografis terletak diatas Tanah Sunda, dari dulu hingga sekarang terus melestarikan budaya-budaya adat Sunda, banyak sekali kebudayaan- kebudayaan adat Sunda yang ada di kampung tersebut. Kebudayaan yang akan dibahas yaitu Upacara Seren Taun. Menurut istilah arti kata upacara Seren Taun sendiri yang terdiri dari kata Seren yang berarti seserahan atau menyerahkan sedangkan Taun yang berarti Tahun. Jadi arti yang terkandung dari upacara Seren Taun yaitu menyerahkan segala kehendak kepada Tuhan Yang Maha Esa (Dwiatmini, 2014)juga sebagai simbol terima kasih dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil panen yang berlimpah di tahun sebelumnya serta berharap hasil panen yang akan meningkat ditahun yang akan datang. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa tujuan serta fungsi dari upacara Seren Taun. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui tujuan dan fungsi yang ada dalam upacara Seren Taun itu sendiri. 2.Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri(Gunawan, 2013). Dengan cara studi kasus yaitu merekam secara langsung kejadian yang ada pada upacara Seren Taun di Desa Sindang Barang Bogor lalu data yang didapat dirangkai dan disimpulkan untuk menjadi informasi yang berguna dan valid sesuai dengan kejadian langsung. Pengumpulan data yang dilakukan di penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan data dengan perekaman kejadian di Upacara Seren Taun kemudian data yang didapat di analisis apakah data yang didapat valid dengan keadaan sebenarnya dengan cara menyesuaikan dengan jurnal-jurnal terkait dengan upacara Seren Taun. 3.Hasil dan Pembahasan Upacaran Seren taun merupakan ritual ucap syukur masyarakat tani di Jawa Barat secara umum. Desa Kenekes Baduy, Desa Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Kampung Naga di Kabupaten Garut, Desa Cigugur Kabupaten Kuningan, dan di Kampung Budaya Sindang Barang Kabupaten Bogor adalah daerah yang masih melestarikan kebudayaan Upacara Seren Taun sampai saat ini (Subiantoro, 2017). Hakikatnya kebudayaan merupakan cara berfikir untuk mempertahankan hidup. Sedangkan proses berkembangnya fikiran manusia dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial yang ada dilingkungan tempat tinggal (Suryati, 2013). Bangsa asing tertarik dengan budaya sehingga budaya perlu dikenalkan dan dilestarikan untuk dijadikan media komunikasi antarbangsa.bangsa Indonesia yang mempunyai berbagai budaya yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Hal ini membuat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menarik untuk dipelajari. Bangsa lain yang ingin mempelajari budaya Indonesia (Rondiyah, Wardani, & Saddhono, 2017). kebudayaan terbagi ke dalam tujuh unsur, yakni bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Berdasarkan ketujuh unsur tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan, dan sebagainya. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia(Suwarno, Saddhono, & Wardani, 2018). Masyarakat di Desa Sindang Barang percaya bahwa upacara tersebut mengandung nilai-nilai kebaikan ataupun keberkahan yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Menurut kepercayaan Sunda Kuno, upacara Seren Taun ini memiliki tujuan untuk memuliakan ataupun rasa bersyukur kepada Dewi padi yang bernama Pwah Aci Sanghyang Asri (Nyi Pohaci). Kegiatan upacara ini untuk dewi padi dan sawah serta dewi kesuburan sudah berlangsung sejak zaman pra-Hindu dan pra-Islam di pulau jawa pada saat itu. Kepercayaan masyarakat Sunda Kuno pada saat itu juga dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat asli Nusantara atau kepercayaan Masyarakat Nusantara di antaranya adalah Animisme, Dinamisme, Arwah Nenek Moyang dan kekuatan Alam, ajaran agama Hindu. Masyarakat Sunda kuno pada saat itu yang sebagian besar berprofesi di sektor agraris atau sektor pertanian yang menjadi sektor utama sebagai pekerjaan sangat memuliakan alam sebagai pemberi kesuburan tanaman terutama padi. Mereka pada dasarnya adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani, peladang yang produktif. Kekuatan alam tersebut di manifestasikan dalam Pwah Aci Sanghyang Asri sebagai dewi padi yang memberi kesuburan terhadap tanah. Pwah Aci Sanghyang Asri yang bersuamikan Kuwera sebagai dewa kemakmuran. Keduanya diwujudkan dalam Pare Abah (Padi Ayah) dan Pare Ambu (Padi Ibu) yang melambangkan persatuan laki-laki dan perempuan sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan keluarga(Kushendrawati, 2015). Kegiatan upacara Seren Taun tersendat ketika kerajaan Padjadjaran runtuh dan sempat betul-betul terhenti pada tahun 1970an. Setelah terhenti selama 36 tahun, upacara Seren Taun dihidupkan kembali pada tahun 2006 di Desa Sindang Barang, Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Upacara Seren Taun merupakan kebudayaan masyarakat adat Sunda yang menarik dan juga unik. Upacara ini merupakan simbol rasa bersyukur masyarakat Desa Sindang Barang atas apa yang mereka lakukan dan mereka raih dalam bercocok tanam khususnya tanaman padi(Kushendrawati, 2015). Adat upacara Seren Taun atau langkah-langkah yang dilakukan di upacara ini diawali dengan mengambil air suci dari 7 sumber mata air yang dianggap keramat, air kemudian disatukan dalan sebuah wadah, didoakan agar membawa berkat, setelah itu air dicipratkan kepada setiap orang yang hadir dalan upacara Seren Taun, dipercaya bahwa akan membawa keburuntungan di panen yang akan mendatang. Ritual berikutnya adalah sedekah kue. Warga yang hadir diijinkan berebut atau mengambil kue yang berada di pikulan (dongdang) atau di tampah, dipercaya kue-kue tersebut akan memberi berkat yang berlimpah bagi mereka yang mendapatkannya. Setelah itu dilakukan ritual penyembelihan kerbau yang dagingnya akan dibagikan kepada warga yang tidak mampu dan kemudia akan makan tumpeng bersama- sama. Kemudian pada saat malam hari akan diisi dengan pagelaran Wayang Golek semalaman suntuk. Sedangkan puncak upacara ritual Seren Taun biasanya dimulai pagi hari, diawali dengan prosesi menyambut atau menjempu padi (ngajayak). Diteruskan dengan tari-tarian kolosal pemeluk agama seperti Tari Damar Sewu, Tari Buyung, Angklung Baduy, dan Angklung Buncis. Tari Damar Sewu adalah tarian yang selalu ditarikan dalam mengawali rangkaian upacara Seren Taun. Tari Damar Sewu mengilustrasikan manusia dalam menjalani proses kehidupannya baik selaku individu maupun sosial(Kushendrawati, 2015) Kegiatan akhir dari upacara Seren Taun adalah penyerahan padi hasil panen kepada para tokoh dan ketua adat untuk kemudian ditumbuk bersama-sama. Tumbukan dimulai oleh para pemimpin, tokoh masyarakat dan tokoh masing-masing
Recommended publications
  • Ruang Publik Dan Ritual Warga Kampung Kasepuhan Ciptagelar Di Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat Oleh: Nuryanto *)
    Ruang Publik dan Ritual Warga Kampung Kasepuhan Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat Oleh: Nuryanto *) Abstrak Ruang antar bangunan dipahami sebagai area-area terbuka yang dapat diakses oleh masyarakat, dan biasanya terletak di antara bangunan-bangunan. Ruang antar bangunan dalam kajian ini menjadi menarik karena di dalamnya dapat terselenggara aktivtas bersifat publik dalam skala komunitas yang cukup terbatas. Sepintas lalu ruang antar bangunan adalah sebuah ruang publik yang dimiliki secara komunal oleh komunitas atau fasilitas negara yang diperuntukan untuk kepentingan publik. Namun kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Sebagian ruang-ruang antar bangunan yang ada adalah milik pribadi. Lapangan-lapangan yang biasa digunakan untuk olah raga, sebagian besar adalah milik pribadi yang belum dimanfaatkan lalu dibiarkan dimanfaatkan oleh publik hingga suatu saat ia memanfaatkannya, sehingga definisi ruang publik dalam hal ini bukan sekedar ruang untuk masyrakat publik, tapi juga diselenggarakan oleh masyarakat secara swadaya. Riset ini bersifat eksploratif dengan memanfaatkan pendekatan fenomenologis hermenitik dalam arsitektur dan etnografi. Sebagai kesimpulan umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena ruang antar bangunan sebagai ruang terbuka publik masih dieksplorasi sebagai sebuah fenomena umum dari ruang terbuka. Ruang publik akan terlihat bermakna pada saat ada acara-acara adat tertentu (ritual adat), seperti: seren tahun, ngadegkeun imah, hajat sasih, dan lain-lain. Di luar acara-acara tersebut, maka ruang publik seakan telah kehilangan fungsinya secara jelas. Ruang publik hanya dimaknai sebagai ruang terbuka biasa untuk kegiatan sehari-hari warganya. Hasil riset memberikan kontribusi pada pengembangan riset tentang budaya lokal yang akan memperkaya pengajaran tentang arsitektur vernakular. Di bidang praksis, riset ini dapat dimanfaatkan dalam desain ruang publik kontemporer Sunda, seperti restoran, café, dan sebagainya.
    [Show full text]
  • God When Smiling Created Him (Kasepuhan Sinar Resmi of Sukabumi Regency West Java Indonesia)
    GOD WHEN SMILING CREATED HIM (KASEPUHAN SINAR RESMI OF SUKABUMI REGENCY WEST JAVA INDONESIA) By : ENDANG NARYONO STIE PASIM SUKABUMI Lecturer [email protected] ABSTRACTION An increasingly advanced world with the development of science that is increasingly fast has a huge impact on this modern human civilization, eroding the pattern of human behavior from traditional to modern. One of the massive changes at this time is very high industrialization as a form of government programs in equitable development and the realization of the nation's great ideals of social justice for all Indonesian people. Agricultural land into factories and housing makes agricultural land shrinking, livelihoods from agriculture become factory workers due to the modernization of industry so far. One of the behaviors that are no less shifting is creativity, human initiative that reflects the personality as a nation begins to fade, such as hospitality, courtesy, religion and mutual cooperation which are the identity of the Indonesian nation which has the philosophy of Pancasila as the basis of the state. Now it has begun to shift, tending to imitate western, Japanese and European civilizations, they seem to enjoy and be proud of everything from language, food, association to foreign-made products. But not everything has changed, namely in the traditional village of Sinar Resmi, Sukabumi Regency, a village that holds fast to tradition even though times have changed, a simple life, mutual cooperation and the same fate. The vast expanse of agricultural land with suitable gardens without a touch of modernization, ways of socializing with mutual cooperation and hospitality and courtesy towards parents, leaders, fellow students and guests are still upheld.
    [Show full text]
  • Cultural Communication of Sundanese Communities at Seren Taun in Cigugur, Kuningan West Java- Indonesia
    International Journal of Humanities and Social Science Research International Journal of Humanities and Social Science Research ISSN: 2455-2070; Impact Factor: RJIF 5.22 Received: 25-01-2020; Accepted: 26-02-2020; Published: 27-03-2020 www.socialsciencejournal.in Volume 6; Issue 2; 2020; Page No. 51-57 Cultural communication of sundanese communities at seren taun in cigugur, Kuningan West Java- Indonesia Rialdo Rezeky Manogari Lumban Toruan1*, M Saefulloh2, Yos Horta Meliala3 1-3 Department of Communication, Faculty of Communication, University of Prof. Dr. Moestopo, Indonesia Abstract Seren Taun is similar to Thank Giving Day in western culture. It is harvest celebrations in Indonesia. It has various sequences of events that contain spiritual meaning and entertainment in the cultural arts such as the Procession of Disposal of Pests, Buyung Dance, Mashing Rice, Ngarajah, Ngareremokeun, and Babarit. Seren Taun has also been in a Calender of Tourism Event in West Java since 1976. This research is a study of communication ethnography that focuses on ritual events in transcendental communication meaning. The purposes of the Seren Taun are: (1) Communication Situation; (2) Communication Program; (3) Communication Acts and (4) Communication Patterns. This research is a qualitative research and constructivist paradigm. Furthermore, the analysis also refers to the theory of Symbolic Interactionism. Data, mainly findings from in-depth observations, interviews and textual analysis were collected from Seren Taun Traditional Ceremony. Research findings reveal the understanding of the Cigugur community about the communication patterns in the Seren Taun Traditional Ceremony in Cigugur, Kuningan - West Java - Indonesia. Keywords: communication ethnography; simbolic interactionism; Seren Taun Introduction realized this is very strongly influenced by local cultural Local knowledge is important for every member of society values and customs that exist in every area.
    [Show full text]
  • Analysis of Character Values in the Traditional Games Collection of Seren Taun Custom Rituals: an Etnographic Study
    Journal of Elementary Education P-ISSN: 2580-9326 Volume 4, Number 2, September 2020 E-ISSN: 2580-7714 ANALYSIS OF CHARACTER VALUES IN THE TRADITIONAL GAMES COLLECTION OF SEREN TAUN CUSTOM RITUALS: AN ETNOGRAPHIC STUDY Gilang Kripsiyadi Praramdana1, Febby Fajar Nugraha2 1Universitas Kuningan 2Universitas Kuningan [email protected], [email protected] Abstract Character education has a major aim to develop quality and excel the human resources. It is based on the Republic of Indonesia's National Education Objectives. The values of this nation's character education are embedded in the ancestral heritage, one of them is a traditional game. The descriptive- analytic method with an ethnographic approach that we used in this study was to analyze and describe the phenomena. Therefore, we chose the Spradley ethnographic method (cognitive anthropology) as a method with phased progressive research (The Developmental Research Sequence). Based on 15 traditional games in the Ritual AdatSerenTaun in Cigugur, we have classified potential major character values which include: (1) five (33%) types of games have independent major character values; (2) seven (46%) types of games have gotongroyong major character values; and (3) four (27%) types of games have integrity major character value. While both religious and nationalist major character values have not been found based on our analysis of 15 types of games in this study. Keywords: charactervalue, traditional games, serentaun Abstrak Pendidikan karakter memiliki tujuan utama untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul. Hal ini dilatarbelakangi dari Tujuan Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa ini tertanam dalam warisan leluhur, salah satunya permainan tradisional.
    [Show full text]
  • Peran Tradisi Seren Taun Dalam Upaya Meningkatkan Pewarisan Nilai-Nilai Sosial Dan Budaya Di Kalangan Remaja Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan
    PERAN TRADISI SEREN TAUN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DI KALANGAN REMAJA KELURAHAN CIGUGUR KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN 1 2 3 Annisa Utami ,, Asep Mulyana , dan Itaristanti IAIN Syekh Nurjati Cirebon1, 2, 3 [email protected];[email protected];[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi seren taun, nilai-nilai sosial dan budaya yang terkandung di dalamnya, dan mengetahui proses pewarisan nilai-nilai sosial dan budaya dalam tradisi seren taun di kalangan remaja Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Harapan idealnya adalah budaya seren taun itu tetap lestari dan menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Penelitian ini dilakukan dengan studi lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi secara menyeluruh, wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan informasi mengenai masalah yang diteliti. Desa yang dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu di Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat (Kepala Kelurahan Cigugur, Ketua Adat, dua orang panitia, dua orang sesepuh, dan enam remaja). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi seren taun adalah ungkapan rasa syukur masyarakat Sunda yang dilakukan setiap tahun seraya berharap hasil pertanian mereka di tahun yang akan datang meningkat. Proses pelaksanaan tradisi seren taun ada tiga tahapan yaitu damar sewu, pesta dadung, dan tari buyung. Dalam perayaan tradisi seren taun mengandung nilai-nilai positif untuk manusia dan kebudayaannya. Nilai-nilai sosial dan budaya yang terkandung dalam tradisi seren taun di Kelurahan Cigugur antara lain adanya nilai kebersamaan, nilai kesatuan, nilai kegotong royongan, nilai religiusitas tercermin dalam doa bersama yang dilakukan masyarakat Cigugur terdiri dari berbagai pemeluk ajaran agama, adanya nilai pelestarian budaya, saling menghargai, dan saling menghormati satu sama lain.
    [Show full text]
  • Download Article
    1st UPI International Conference on Sociology Education (UPI ICSE 2015) Local Wisdom of Ciptagelar in Managing Environmental Sustainability S. Komariah Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, INDONESIA [email protected] Abstract-Indonesian society as multicultural precisely in Sukabumi are indigenous peoples namely communities have localized knowledge that is invaluable in Ciptagelar community. Ciptagelar has different fostering harmony with nature. As in Ciptagelar people who characteristics with people outside Ciptagelar, such as have a variety of localized knowledge so that their living setting up facilities and infrastructure, including; granary, environment is maintained. The issue that will be studied in farming systems, livelihood, economic system, culture, this research is how local wisdom Ciptagelar in preserving art, traditional institutions, which hold government and the environment? As well as the efforts being made to others. Ciptagelar community based on the similarity of improve the preservation of the environment to realize the identity and high compliance with customary norms. This harmony of the human environment? In this study, is a major factor of environmental rights of indigenous researchers used a descriptive research method to describe villages with a variety of activities. a situation or event that is associated with the implementation of local wisdom community Ciptagelar. The Ciptagelar community has local wisdom is very subject of research is the custom figures, community valuable in fostering harmony with the natural leaders, and community Ciptagelar. Data collection environment so that sustainability of the environment. techniques in the study gained through observation, in- They stay awake. This was the impetus for the self- depth interviews, the study documentation. Data analysis reliance of the community Ciptagelar in managing its techniques include the reduction of the data, the environment so that their food needs are met in spite of presentation of data, and the withdrawal of the conclusion.
    [Show full text]
  • AKTIVITAS KOMUNIKASI RITUAL SEREN TAUN (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Ritual Seren Taun Di Kasepuhan Cisungsang)
    1 AKTIVITAS KOMUNIKASI RITUAL SEREN TAUN (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Ritual Seren Taun di Kasepuhan Cisungsang) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh : JUHENDI NIM 6662121051 KONSENTERASI HUBUNGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2018 2 3 4 5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN TEKAD, UCAP, LAMPAH -Juhendi- Persembahan Skripsi ini penulis persembahkan kepada : Ibu dan Bapak yang luar biasa sabar, mereka orang tua yang punya pemikiran progresif, meraka sadar bahwa pendidikan adalah bekal yang paling berharga untuk diwariskan, mereka paham betul bagaimana pendidikan bisa menuntun seseorang. Mereka orang tua yang membebaskan anaknya untu melakukan apapun selama bisa bertanggung jawab dan menyelesaikannya. Hatur nuhun Ibu, Bapak.. 6 ABSTRAK Juhendi. NIM 6662121051. Skripsi. Aktivitas Komunikasi Ritual Seren Taun (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Ritual Seren Taun di Kasepuhan Cisungsang). Kasepuhan Cisungsang merupakan komunitas adat yang terletak di Lebak-Banten, masyarakat Cisungsang masih menjaga adat istiadat warisan Karuhun seperti seren taun. Ritual seren taun merupakan sebuah prosesi yang unik, seren taun dilaksanakan selama7 (tujuh) hari 7 (tujuh) malam dengan berbagai rangkaian ritual adat. Ritual seren taun mencerminkan sebuah aktivitas komunikasi yang kompleks, yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa komunikasi yang khas yang melibatkan tindak-tindak komunikasi
    [Show full text]
  • Religiosity of the Indigenous Kasepuhan Sunda Community in West Java Deni Miharja1* Idrus Ruslan2
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 492 Proceedings of the 1st Raden Intan International Conference on Muslim Societies and Social Sciences (RIICMuSSS 2019) Religiosity of the Indigenous Kasepuhan Sunda Community in West Java Deni Miharja1* Idrus Ruslan2 1Faculty of Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Bandung, Indonesia 2Faculty of Uhsuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT This research is set out on the basis of a unique diversity that occurs in an indigenous (kasepuhan) Sundanese community in Ciptagelar. In general, Sundanese people are Muslims, but some Sundanese indigenous peoples are practicing a religion that is better known as the Sunda Wiwitan, a religious belief born and developed by the Sundanese Buhun, or early Sundanese people. This research aims to uncover and find out values of religiosity of the indigenous Sundanese community in Ciptagelar, located in Sirnarasa village of Sukabumi district, West Java province. This research uses a qualitative, descriptive method, a technique that reveals the research data in depth in order to know the description of the objects accurately. The results of this research substantiates a religion that thrives among the indigenous Sundanese people, rituals of which are based on the culture of Sunda wiwitan or buhun (indigenous people) and the influences of Islamic teachings. Hence, the religion of the indigenous kasepuhan Sundanese community is an accommodation of how the Sundanese local culture with the teachings of Islam. Keywords: Religiosity, Sundanese culture, indigenous religion, Islam, and Ciptagelar community 1. INTRODUCTION people from local cultures in various parts of the world are "stable, well-fed and comfortable, often more so than Indonesia is a nation of diverse culture, race, ethnicity, many of the non-elite members of European societies until language and tribe.
    [Show full text]
  • Downloaded4.0 License
    Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 175 (2019) 446–473 bki brill.com/bki The Countryside in Indonesian Contemporary Art and Media From Distant Horizons to Traversing Drones Edwin Jurriëns The University of Melbourne [email protected] Abstract This article analyses explorations of social and environmental problems and solutions in artistic representations of the Indonesian countryside and rural society, culture, and wisdom. It focuses on urban–rural creative collaborations that combine tradi- tional culture and knowledge with modern technology and media, such as drones and the Internet, to empower local communities, promote artistic innovation, and enhance environmental sustainability. It seeks to demonstrate that contemporary art and media strengthen the urban–rural network and the accessibility and exchange of creative ideas and information. At the same time, the author argues that some of the causes of cultural conflict and anthropogenic disaster are embedded in forms of audio-visual representation itself. The display of urban–rural encounters in art fest- ivals and social media can even instigate new forms of surveillance, and power and knowledge hierarchies, or reinforce regimes of consumer culture, partially respons- ible for the very problems the audio-visual representations and collaborations seek to address. Keywords contemporary art – rural culture – environmental problems – creative collaboration – Indonesia This article analyses explorations of social and environmental problems and solutions in artistic representations of the Indonesian countryside and rural society, culture, and wisdom. It focuses on urban–rural creative collaborations © edwin jurriëns, 2019 | doi:10.1163/22134379-17502023 This is an open access article distributed under the terms of the CC-BY-NCDownloaded4.0 License.
    [Show full text]
  • Suatu Perspektif Sunda Wiwitan (Faith and Living: a Perspective of Sunda Wiwitan) Research and Design Production for Film Reports
    KEPERCAYAAN DAN KEHIDUPAN: SUATU PERSPEKTIF SUNDA WIWITAN (FAITH AND LIVING: A PERSPECTIVE OF SUNDA WIWITAN) RESEARCH AND DESIGN PRODUCTION FOR FILM REPORTS By Silmi Nabilah ID No. 009201300055 A Research and Creative Project Report presented to The School of Humanities President University In partial fulfillment of the requirements of Bachelor Degree on Communication Studies, Concentration in Film and Television 2017 DECLARATION OF ORIGINALITY I declare that this thesis, entitled “BERKETUHANAN DAN BERNEGARA: SUATU PERSPEKTIF DARI SUNDA WIWITAN RESEARCH AND DESIGN PRODUCTION FOR FILM REPORTS”, is to the best of my knowledge and belief, an original piece of my work that has not been submitted, either in whole or in part, to another university to obtain a degree Cikarang, Indonesia, 17th May 2017 Silmi Nabilah ACKNOWLEDGMENTS “Allah will raise those who have believed among you and those who were given knowledge, by degrees. And Allah is acquainted with what you do” – Al Mujadila: 11 In the name of Allah, the most gracious, the especially merciful. It is a greatest blessing that I can finally finish my study in President University, thesis and documentary film. I would like to express my gratitude to the Almighty God, Allah SWT for his blessing and uncountable love which given to me and give me strength and patient to get through up and down during my study in President University. And to go through all of this, there is always a massive supports and love from people surround me and also spend their time and energy to help during my study in President University. Therefore, I would like to deliver highest gratitude to these people who has been supporting, loving, giving advice and prayer: 1.
    [Show full text]
  • Angklung: Dari Angklung Tradisional Ke Angklung Modern
    Patanjala Vol. 4, No. 1, Maret 2012: 26-40 26 ANGKLUNG: DARI ANGKLUNG TRADISIONAL KE ANGKLUNG MODERN Angklung: from Traditional to Modern Oleh Rosyadi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung Jln. Raya Cinambo 136 Ujungberung Kota Bandung Email: [email protected] Naskah Diterima: 25 Januari 2012 Naskah Disetujui: 27 Februari 2012 Abstrak Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Sebelum menjadi sebuah kesenian yang adiluhung seperti sekarang ini, kesenian Angklung telah mengalami perjalanan sejarah yang amat panjang. Berbagai perubahan telah dilaluinya mulai dari perubahan bentuk, fungsi, sampai pada perubahan nada. Demikian pula berbagai situasi telah dilaluinya, bahkan kesenian ini sempat mengalami keterpurukan pada awal abad ke-20. Angklung sebagai salah satu jenis kesenian yang berangkat dari kesenian tradisional, mengalami nasib yang tidak terlalu tragis dibandingkan dengan beberapa jenis kesenian tradisional lainnya. Kesenian ini hingga kini masih tetap bertahan, bahkan berkembang, dan sudah “mendunia” kendatipun dengan jenis irama dan nada yang berbeda dari nada semula. Kalau semula nada dasar kesenian Angklung adalah tangga nada pentatonis, kini telah berubah menjadi tangga nada diatonis yang memiliki solmisasi. Boleh dibilang, kesenian Angklung merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, sehingga ia mampu bertahan di tengah terjangan arus modernisasi. Bahkan kesenian Angklung ini telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Angklung sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia yang dideklarasikan pada 16 Januari 2011. Kata kunci: angklung, kesenian, tradisi. Abstract Angklung is a Sundanese musical instrument made of bamboo.
    [Show full text]
  • I Pendahuluan
    Journal of Architectural Research and Education Vol. 2 (No.1), 2020 Journal of Architectural Research and Education (JARE) Vol. 2 (1) 37-45 @ Nuryanto, Sri Rahaju B.U.K., Indah Widiastuti. 2020 DOI: 10.17509/jare.v2i1.24033 STUDY OF PHENOMENOLOGY-HERMENITIC ON SUNDANESE VERNACULAR ARCHITECTURE PUBLIC SPACE Nuryanto1; Sri Rahaju B.U.K.2; Indah Widiastuti3 1 Department of Architectural Engineering Education, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia 2, 3 Department of Architecture, SAPPK Institut Teknologi Bandung, Indonesia Corresponding Author: [email protected], [email protected], [email protected] Article History: Received: 13 April Revised: 18 April Accepted: 24 Apri; Available online: 30 April 2020 2020 2020 2020 Abstract - This research is motivated by the phenomenon of inter-building space which is understood as an open area and can be accessed by people who are usually located between buildings. This study is a case study on public spaces in kampung Kasepuhan Ciptarasa and Ciptagelar, Sukabumi-West Java. The space between buildings in this study is interesting because in it public activities and rituals on a community scale can be held which are quite limited. The community itself becomes the agent responsible for care. The purpose and significance of public space research lie in the disclosure of open space phenomena that are local and participatory. The research method used is phenomenology-hermeneutics to find out the meaning of interpretation of the text of a phenomenon of public space that occurs. The results showed that the use of public space for the residents of kampung Kasepuhan Ciptarasa and Ciptagelar due to ritual activities, especially Seren Taun.
    [Show full text]