SISTEM RELIGI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT KASEPUHAN-KASEPUHAN BANTEN KIDUL CISOLOK SUKABUMI Eka Kurnia Firmansyah Nurina Dyah
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SISTEM RELIGI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT KASEPUHAN-KASEPUHAN BANTEN KIDUL CISOLOK SUKABUMI Eka Kurnia Firmansyah Nurina Dyah Putrisari Yani Rohmayani PENDAHULUAN Menjadi sebuah ketentuan dalam pelestarian budaya akan adanyawujud budaya, dimana artinya Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. bahwa budaya yang dilestarikan memangmasih ada dan Masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku bangsa diketahui, walaupun pada perkembangannya semakin yang tersebar di seluruh kawasan nusantara. Setiap suku di terkisisatau dilupakan.Pelestarian itu hanya bisa dilakukan setiap daerah memiliki kebudayaan yang dikembangkan secara efektif manakalabenda yang dilestarikan itu tetap secara turun-temurun. Kemajemukan budaya yang digunakan dan tetap ada dijalankan. Kapanbudaya itu tak dimiliki setiap suku pada dasarnya merupakan kekayaan lagi digunakan maka budaya itu akan hilang. bangsa Indonesia. Berdasarkan realitas, kekayaan budaya Maka dari itu pelestarian budaya secara umum yang dimiliki oleh bangsa Indonesia banyak yang belum merupakan perilaku atau tindakan (upaya) yang bertujuan dikembangkan secara proporsional. Arti yang dimaksud untuk mempertahankan keadaan dan keberadaan suatu adalah kebudayaan belum sepenuhnya menyentuh peninggalan generasi masa lampau melalui proses masyarakat sebagai media penumbuhan jati diri bangsa inventarisasi, dokumentasi, dan revitalisasi. Salah satu dan sebagai sumber potensi diri. prioritas dalam pembangunan nasional adalah pelestarian Keragaman budaya sejatinya dapat dijadikan modal (perlindungan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan untuk memperkuat identitas kebangsaan. Di samping itu, pengembangan) terhadap warisan budaya sebagai aset keragaman budaya termasuk kesenian dimungkinkan bangsa yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dapat dijadikan komoditas nasional yang dapat dan ekonomi. memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Masing-masing komponen pemerintah, masyarakat, Pelestarian, dalam KamusBesar Bahasa Indonesia pewaris/ ahli waris, kaum agamawan, dan budayawan, (KBBI offline,QT Media , 2014) berasal dari kata mempunyai peranan sendiri-sendiri, namun saling terkait dasarlestari,yang artinya adalah tetapselama-lamanya dalam upaya pelestarian suatu tinggalan budaya, termasuk tidak berubah. Kemudian, dalam kaidah penggunaan juga mengenai sitem religi dan kepercayaan yang BahasaIndonesia, pengunaan awalan pe-dan akhiran– terdapat di Kampung Adat Kasepuhan-kasepuhan Banten an artinya digunakan untukmenggambarkan sebuah Kidul terutama Kasepuhan Ciptamulya, Sinar Resmi proses atau upaya (kata kerja).Jadi berdasarkan dan Ciptagelar Desa Sirna Resmi Kecamatan Cisolok katakuncilestariditambah awalan pe-dan akhiran–an, maka Kabupaten Sukabumi. yang dimaksudpelestarian adalah upayaatau prosesuntuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya tidak berubah. Bisa METODE pula didefinisikan sebagai upaya untukmempertahankan Religi/ Agama sesuatu supaya tetap sebagaimana adanya. Koentjaraningrat (bapak antropologi Indonesia) Merujuk pada definisi pelestarian dalam Kamus mendefinisikan religi yang memuat hal-hal tentang Bahasa Indonesiadiatas, maka dapat didefinisikan bahwa keyakinan, upacara dan peralatannya, sikap dan perilaku, yang dimaksud pelestarian budaya(ataupun budaya lokal) alam fikiran dan perasaan disamping hal-hal yang adalah upaya untuk mempertahankan agar/supayabudaya menyangkut para penganutnya sendiri. tetap sebagaimana adanya. Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu Salah satu tujuan diadakannya pelestarian budaya mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara adalah juga untukmelakukan revitalisasi budaya emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. (penguatan). Mengenai revitalisasi budayaProf.A.Chaedar Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur Alwasilah mengatakan adanya tiga langkah, yaitu penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lain, :(1)pemahaman untuk menimbulkan kesadaran, (2) yaitu (i) sistem keyakinan; (ii) sistem upacara keagamaan; perencanaan secara kolektif,dan (3) pembangkitan (iii) suatu umat yang menganut religi itu (Koentjaraningrat, kreatifitas kebudayaaan. 2015: 295) Pelestarian adalah sebuah upaya yang Dalam membahas pokok antropologi tentang religi, berdasar, dan dasar ini disebutjuga faktor-faktor yang sebaiknya juga dibicarakan system ilmu gaib sehingga mendukungnya baik itu dari dalam maupun dari pokok itu dapat dibagi menjadi dua pokok khusus, yaitu : luardari hal yang dilestarikan. Maka dari itu, sebuah (1) sistem religi dan (2) sistem ilmu gaib (Koentjaraningrat, proses atau tindakanpelestarian mengenal strategi 2015:294) atapun teknik yang didasarkan pada kebutuhandan kondisinya masing-masing(Chaedar, 2006: 18) Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan Menurut Koentjaraningrat (2015:296) upacara itu religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya sendiri banyak juga unsurnya, yaitu: disebut emosi keagamaan (religious emotion). Emosi 1) Bersaji, keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia, 2) Berkorban; walaupun getaran emosi itu mungkin halnya berlangsung 3) Berdo’a; untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. 4) Makan bersama makanan yang telah disucikan den- Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan gan do’a; tindakan-tindakan bersifat religi. 5) Menari tarian suci; Diantara subunsur religi adalah mengenai umat 6) Menyanyi nyanyian suci; yang menganut agama atau religi yang bersangkutan. 7) Berpropesi atau berpawai; Secara khusus subunsur itu meliputi masalah pengikut 8) Memainkan seni darama suci; suatu agama, hubungan antara satu dengan yang lainnya, 9) Berpuasa; hubungan dengan para pemimpin agama, baik dalam saat 10) Bertapa; adanya upacara keagamaan maupun kehidupan sehari-hari; 11) Bersemedi. dan akhirnya subunsur itu juga meliputi masalah seperti Diantara unsur-unsur upacara keagamaan tersebut organisasi dari para umat, kewajiban, serta hak-hak para ada yang dianggap penting sekali dalam satu agama, warganya (Koentjaraningrat, 2015:297) tetapi tidak dikenal dalam agama lain, dan demikian juga sebaliknya. Selain itu suatu upacara biasanya mengandung Kepercayaan suatu rangkaian yang terdiri dari sejumlah unsur tersebut. Sistem kepercayaan/ kayakinan secara khusus Dengan demikian dalam suatu upacara untuk kesuburan mengandung banyak sub-unsur lagi. Dalam rangka ini tanah misalnya, para pelaku upacara dan para pemimpin para ahli antroplogi biasanya menaruh perhatian terhadap ritual berpawai terlebih dahulu menuju ke tempat- konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun yang tempat bersaji, lalu mengorbankan seekor ayam, setelah jahat; sifat-sifat dan tanda-tanda dewa-dewa; konsepsi itu menyajikan bunga kepada dewa kesuburan, disusul tentang mahluk-mahluk halus lainya seperti roh-roh dengan doa yang diucapkan oleh para pelaku, kemudian leluhur, roh-roh lain yang baik maupuan yang jahat, menyanyi bersama berbagai nyanyian suci, dan akhirnya hantu dan lain-lain; konsepsi tentang dewa tertinggi semuanya bersama kenduri makan hidangan yang telah dan pencipta alam; masalah terciptanya dunia dan alam disucikan dengan do’a (Koentjaraningrat, 2015:296) (kosmologi); masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat Ritual dan sistem kepercayaan merupakan salah satu dunia dan alam (kosmologi); konsepsi tentang hidup dan unsur kebudayaan yang bisa dihampiri dalam setiap kelompok mati konsepsi tentang dunia roh dan dunia akhirat lain-lain masyarakat di dunia. Ritual keagamaan merupakan sarana (Koentjaraningrat, 2015:295) yang menghubungkan manusia dengan yang keramat, inilah Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran agama dalam praktek (in action). Ritual bukan hanya sarana aturan agama, dongeng suci tentang riwayat-riwayat yang memperkuat ikatan sosial kelompok dan mengurangi dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantum dalam suatu ketegangan, tetapi juga suatu cara untuk merayakan himpunan buku-buku yang biasanya juga dianggap peristiwa-peristiwa penting, dan yang menyebabkan krisis sebagai kesusastraan suci. seperti kematian, tidak begitu mengganggu bagi masyarakat, Sistem upacara keagaman menurut Koentjaraningrat dan bagi orang-orang yang bersangkutan lebih ringan untuk (2015: 296) secara khusus mengandung emosi aspek yang diderita (Soekadijo, 1993; 207). menjadi perhatian khusus dari para ahliantroplogi ialah: Upacara sepanjang masa kehidupan masa 1) Tempat upacara keagamaan dilakukan; kehidupan (rites de passage) dilaksanakan oleh setiap 2) Saat-saat upacara keagamaan dijalankan; masyarakat suku bangsa di dunia, karena upacara ini 3) Benda-benda dan alat-alat upacara; merupakan upacara rangkaian hidup yang penting 4) Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. bagi kehidupan seorang individu sebagai anggota Aspek yang pertama berhubungan dengan tempat- masyarakat. Hal ini sesuai dengan anggapan Van Gennep tempat keramat di mana upacara dilakukan, yaitu makam, yang menyatakan bahwa rangkaian ritus dan upacara candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, mesjid dan sepanjang tahap-tahap pertumbuhan, atau “Lingkaran sebagainya. Aspek ke-2 adalah aspek yang mengenai Hidup” individu (life cycle rites) itu, sebagai rangkaian saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan ritus dalam masyarakat dan kebudayaan manusia sebagainya. Aspek ke-3 adalah tentang benda-benda (Koentjaraningrat, 1987: 75). Dengan demikian, upacara yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung lingkaran hidup ini bersifat universal, dimana upacara yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian ini ada pada semua kebudayaan di muka bumi.Oleh seperti lonceng suci, seruling suci, gendering