SISTEM RELIGI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT -KASEPUHAN KIDUL CISOLOK SUKABUMI

Eka Kurnia Firmansyah Nurina Dyah Putrisari Yani Rohmayani

PENDAHULUAN Menjadi sebuah ketentuan dalam pelestarian budaya akan adanyawujud budaya, dimana artinya Bangsa merupakan bangsa yang majemuk. bahwa budaya yang dilestarikan memangmasih ada dan Masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku bangsa diketahui, walaupun pada perkembangannya semakin yang tersebar di seluruh kawasan nusantara. Setiap suku di terkisisatau dilupakan.Pelestarian itu hanya bisa dilakukan setiap daerah memiliki kebudayaan yang dikembangkan secara efektif manakalabenda yang dilestarikan itu tetap secara turun-temurun. Kemajemukan budaya yang digunakan dan tetap ada dijalankan. Kapanbudaya itu tak dimiliki setiap suku pada dasarnya merupakan kekayaan lagi digunakan maka budaya itu akan hilang. bangsa Indonesia. Berdasarkan realitas, kekayaan budaya Maka dari itu pelestarian budaya secara umum yang dimiliki oleh bangsa Indonesia banyak yang belum merupakan perilaku atau tindakan (upaya) yang bertujuan dikembangkan secara proporsional. Arti yang dimaksud untuk mempertahankan keadaan dan keberadaan suatu adalah kebudayaan belum sepenuhnya menyentuh peninggalan generasi masa lampau melalui proses masyarakat sebagai media penumbuhan jati diri bangsa inventarisasi, dokumentasi, dan revitalisasi. Salah satu dan sebagai sumber potensi diri. prioritas dalam pembangunan nasional adalah pelestarian Keragaman budaya sejatinya dapat dijadikan modal (perlindungan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan untuk memperkuat identitas kebangsaan. Di samping itu, pengembangan) terhadap warisan budaya sebagai aset keragaman budaya termasuk kesenian dimungkinkan bangsa yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dapat dijadikan komoditas nasional yang dapat dan ekonomi. memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Masing-masing komponen pemerintah, masyarakat, Pelestarian, dalam KamusBesar Bahasa Indonesia pewaris/ ahli waris, kaum agamawan, dan budayawan, (KBBI offline,QT Media , 2014) berasal dari kata mempunyai peranan sendiri-sendiri, namun saling terkait dasarlestari,yang artinya adalah tetapselama-lamanya dalam upaya pelestarian suatu tinggalan budaya, termasuk tidak berubah. Kemudian, dalam kaidah penggunaan juga mengenai sitem religi dan kepercayaan yang BahasaIndonesia, pengunaan awalan pe-dan akhiran– terdapat di Kampung Adat Kasepuhan-kasepuhan Banten an artinya digunakan untukmenggambarkan sebuah Kidul terutama Kasepuhan Ciptamulya, Sinar Resmi proses atau upaya (kata kerja).Jadi berdasarkan dan Desa Sirna Resmi Kecamatan Cisolok katakuncilestariditambah awalan pe-dan akhiran–an, maka Kabupaten Sukabumi. yang dimaksudpelestarian adalah upayaatau prosesuntuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya tidak berubah. Bisa METODE pula didefinisikan sebagai upaya untukmempertahankan Religi/ Agama sesuatu supaya tetap sebagaimana adanya. Koentjaraningrat (bapak antropologi Indonesia) Merujuk pada definisi pelestarian dalam Kamus mendefinisikan religi yang memuat hal-hal tentang Bahasa Indonesiadiatas, maka dapat didefinisikan bahwa keyakinan, upacara dan peralatannya, sikap dan perilaku, yang dimaksud pelestarian budaya(ataupun budaya lokal) alam fikiran dan perasaan disamping hal-hal yang adalah upaya untuk mempertahankan agar/supayabudaya menyangkut para penganutnya sendiri. tetap sebagaimana adanya. Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu Salah satu tujuan diadakannya pelestarian budaya mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara adalah juga untukmelakukan revitalisasi budaya emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. (penguatan). Mengenai revitalisasi budayaProf.A.Chaedar Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur Alwasilah mengatakan adanya tiga langkah, yaitu penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lain, :(1)pemahaman untuk menimbulkan kesadaran, (2) yaitu (i) sistem keyakinan; (ii) sistem upacara keagamaan; perencanaan secara kolektif,dan (3) pembangkitan (iii) suatu umat yang menganut religi itu (Koentjaraningrat, kreatifitas kebudayaaan. 2015: 295) Pelestarian adalah sebuah upaya yang Dalam membahas pokok antropologi tentang religi, berdasar, dan dasar ini disebutjuga faktor-faktor yang sebaiknya juga dibicarakan system ilmu gaib sehingga mendukungnya baik itu dari dalam maupun dari pokok itu dapat dibagi menjadi dua pokok khusus, yaitu : luardari hal yang dilestarikan. Maka dari itu, sebuah (1) sistem religi dan (2) sistem ilmu gaib (Koentjaraningrat, proses atau tindakanpelestarian mengenal strategi 2015:294) atapun teknik yang didasarkan pada kebutuhandan kondisinya masing-masing(Chaedar, 2006: 18) Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan Menurut Koentjaraningrat (2015:296) upacara itu religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya sendiri banyak juga unsurnya, yaitu: disebut emosi keagamaan (religious emotion). Emosi 1) Bersaji, keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia, 2) Berkorban; walaupun getaran emosi itu mungkin halnya berlangsung 3) Berdo’a; untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. 4) Makan bersama makanan yang telah disucikan den- Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan gan do’a; tindakan-tindakan bersifat religi. 5) Menari tarian suci; Diantara subunsur religi adalah mengenai umat 6) Menyanyi nyanyian suci; yang menganut agama atau religi yang bersangkutan. 7) Berpropesi atau berpawai; Secara khusus subunsur itu meliputi masalah pengikut 8) Memainkan seni darama suci; suatu agama, hubungan antara satu dengan yang lainnya, 9) Berpuasa; hubungan dengan para pemimpin agama, baik dalam saat 10) Bertapa; adanya upacara keagamaan maupun kehidupan sehari-hari; 11) Bersemedi. dan akhirnya subunsur itu juga meliputi masalah seperti Diantara unsur-unsur upacara keagamaan tersebut organisasi dari para umat, kewajiban, serta hak-hak para ada yang dianggap penting sekali dalam satu agama, warganya (Koentjaraningrat, 2015:297) tetapi tidak dikenal dalam agama lain, dan demikian juga sebaliknya. Selain itu suatu upacara biasanya mengandung Kepercayaan suatu rangkaian yang terdiri dari sejumlah unsur tersebut. Sistem kepercayaan/ kayakinan secara khusus Dengan demikian dalam suatu upacara untuk kesuburan mengandung banyak sub-unsur lagi. Dalam rangka ini tanah misalnya, para pelaku upacara dan para pemimpin para ahli antroplogi biasanya menaruh perhatian terhadap ritual berpawai terlebih dahulu menuju ke tempat- konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun yang tempat bersaji, lalu mengorbankan seekor ayam, setelah jahat; sifat-sifat dan tanda-tanda dewa-dewa; konsepsi itu menyajikan bunga kepada dewa kesuburan, disusul tentang mahluk-mahluk halus lainya seperti roh-roh dengan doa yang diucapkan oleh para pelaku, kemudian leluhur, roh-roh lain yang baik maupuan yang jahat, menyanyi bersama berbagai nyanyian suci, dan akhirnya hantu dan lain-lain; konsepsi tentang dewa tertinggi semuanya bersama kenduri makan hidangan yang telah dan pencipta alam; masalah terciptanya dunia dan alam disucikan dengan do’a (Koentjaraningrat, 2015:296) (kosmologi); masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat Ritual dan sistem kepercayaan merupakan salah satu dunia dan alam (kosmologi); konsepsi tentang hidup dan unsur kebudayaan yang bisa dihampiri dalam setiap kelompok mati konsepsi tentang dunia roh dan dunia akhirat lain-lain masyarakat di dunia. Ritual keagamaan merupakan sarana (Koentjaraningrat, 2015:295) yang menghubungkan manusia dengan yang keramat, inilah Adapun sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran agama dalam praktek (in action). Ritual bukan hanya sarana aturan agama, dongeng suci tentang riwayat-riwayat yang memperkuat ikatan sosial kelompok dan mengurangi dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantum dalam suatu ketegangan, tetapi juga suatu cara untuk merayakan himpunan buku-buku yang biasanya juga dianggap peristiwa-peristiwa penting, dan yang menyebabkan krisis sebagai kesusastraan suci. seperti kematian, tidak begitu mengganggu bagi masyarakat, Sistem upacara keagaman menurut Koentjaraningrat dan bagi orang-orang yang bersangkutan lebih ringan untuk (2015: 296) secara khusus mengandung emosi aspek yang diderita (Soekadijo, 1993; 207). menjadi perhatian khusus dari para ahliantroplogi ialah: Upacara sepanjang masa kehidupan masa 1) Tempat upacara keagamaan dilakukan; kehidupan (rites de passage) dilaksanakan oleh setiap 2) Saat-saat upacara keagamaan dijalankan; masyarakat suku bangsa di dunia, karena upacara ini 3) Benda-benda dan alat-alat upacara; merupakan upacara rangkaian hidup yang penting 4) Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. bagi kehidupan seorang individu sebagai anggota Aspek yang pertama berhubungan dengan tempat- masyarakat. Hal ini sesuai dengan anggapan Van Gennep tempat keramat di mana upacara dilakukan, yaitu makam, yang menyatakan bahwa rangkaian ritus dan upacara candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, mesjid dan sepanjang tahap-tahap pertumbuhan, atau “Lingkaran sebagainya. Aspek ke-2 adalah aspek yang mengenai Hidup” individu (life cycle rites) itu, sebagai rangkaian saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan ritus dalam masyarakat dan kebudayaan manusia sebagainya. Aspek ke-3 adalah tentang benda-benda (Koentjaraningrat, 1987: 75). Dengan demikian, upacara yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung lingkaran hidup ini bersifat universal, dimana upacara yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian ini ada pada semua kebudayaan di muka bumi.Oleh seperti lonceng suci, seruling suci, gendering suci dan karena itu upacara yang dilaksanakan oleh sekelompok sebagainya. Aspek ke-4 adalah aspek yang mengani para masyarakat merupakan perwujudan dari tingkah laku pelaku upacara keagamaan, yaitu pendeta biksu, syaman, atau tindakan masyarakat tersebut dalam upayanya untuk dukun dan lain-lain. mendekatkan diri dengan Tuhan-nya. Dengan demikian, tradisi keagamaan sudah menamakan dirinya dengan istilah keturunan Pancer merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan Pangawinan. dan perilaku masyarakat dan tradisi keagamaan sebagai Sejarah Masyarakat Adat berdiri pada Tahun 611 pranata primer dari kebudayaan memang sulit berubah, M bertempat di Sajra Banten, lalu pindah ke daerah karena keberadaannya didukung oleh kesadaran bahwa Limbang Kuning. Di Limbang Kuning sampai Tahun pranata tersebut menyangkut kehormatan, harga diri, dan 1.400 M belum dibentuk kasepuhan adat Banten Kidul. jati diri masyarakat pendukungnya (Jalaluddin, 2005:198). Pada tahun 1974 kesatuan adat banten kidul di bentuk diantara pencetus adanya kesatuan adat Banten Kidul HASIL DAN PEMBAHASAN adalah kasepuhan Cikaret, kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Banten Kidul adalah kelompok kasepuhan Cicarucup, kasepuhan Citorek, kasepuhan masyarakat adat Sunda yang tinggal di sekitar Gunung Bayah (hasil wawancara pada tanggal 25 April 2018) Halimun, terutama di wilayah Kabupaten Sukabumi Pada akhir 1.400 M. Aki Buyut Bao Rosa dan sebelah barat hingga ke Kabupaten Lebak, dan ke istrinya bernama Ambu Sampih memiliki keturunan utara hingga ke Kabupaten . Kasepuhan (sepuh; pertama dan selama 150 Tahun dia bertempat di Cipatat tua) menunjuk pada adat istiadat lama yang masih Bogor, dari Cipatat berpindah lagi ke Maja. Setelah dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari. beliau wafat, Kasepuhan diteruskan oleh anaknya yang Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul sekarang bernama Aki Buyut Warning dan istrinya bernama Nini melingkup beberapa desa tradisional dan setengah Buyut Samsiah. Beliau menjadi Kasepuhan selama 202 tradisional, yang masih mengakui kepemimpinan adat Tahun di Maja lalu pindah ke Lebak Larang. setempat. Terdapat beberapa Kasepuhan di antaranya Tiga Tahun di Lebak Larang, beliau meninggal. adalah Kasepuhan Sinar Resmi, Kasepuhan Cipta Kasepuhan diteruskan oleh Aki Buyut Kayon tempat Mulya. Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, pun berpindah ke Lebak Binong selama 27 tahun. Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan Cicarucub, Kasepuhan Diakhir hayat Aki Buyut Kayon, generasi penerusnya Citorek, serta Kasepuhan Cibedug. saat itu belum dewasa yang bernama Aki Buyut Arikin, Kampung adat Kasepuhan adalah sekelompok sehingga kepemimpinan Kasepuhan diwarnen (orang masyarakat adat yang memegang teguh dalam istilah yang diserahi menjadi Pemangku adat karena penerusnya Sunda disebut “anu nyepeng tetekon adat tradisi” para belum dewasa) oleh Aki Buyut Santayandi Pasir Talaga. leluhur, dan salah satu ritual adat tahunan Kasepuhan Selama 23 Tahun Aki Buyut Santayan memimpin. yang selalu menarik minat masyarakat adalah upacara Pada masa Aki Buyut Arikin dewasa barulah ; yang sesungguhnya adalah pernyataan beliau menjadi pemimpin Kasepuhan. Beliau bertempat syukur warga Kasepuhan atas keberhasilan panen di Tegal Lumbu selama 32 Tahun, dan diteruskan oleh padi, artinya semua pelaksanan ritual dan kepercayaan Uyut Jasiun lalu pindah ke Cijangkorang, mereka tinggal di kesatuan adat Kasepuhan Banten Kidul ini adalah disana tidak lama hanya 7 Tahun beliau pindah ke Bojong sama, baik dalam kepecayaan, ritual bacaan doa Cisono selama 17 Tahun. maupun pelaksanaanya. Pada tulisan ini, penulis Setelah Uyut Jasiun wafat, pemimpin kasepuhan hanya membahas objek 3 (tiga) kasepuhan saja, yakni: diteruskan oleh penerusnya yaitu Uyut Rusdi. Pada Tahun Kasepuhan Ciptamulya, Kasepuhan Sinar Resmi dan 1940 Uyut Rusdi pindah ke Cicemet Sukabumi, di daerah Kasepuhan Ciptagelar. Hal tersebut mengingat ketiga ini Uyut Rusdimembuka hutan menjadi pemukiman. kasepuhan ini merupakan kasepuhan inti dari Kesatuan Namun 19 Tahun kemudian, beliau berpindah lagi ke Adat Kasepuhan Banten Kidul yang terletak di desa Cikaret tahun 1959, perpindahan ini terjadi pada masa Sirna Resmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. pendudukan Jepang. Di Cicemet, Kampung Gede Sejarah Kasepuhan Kesatuan Adat Banten Kidul menetap cukup lama sampai masa kemerdekaan hingga terjadinya pemberontakan DITII. Akibat gangguan dari Istilah kasepuhan berasal dari kata sepuh dengan pemberontak DITII, pada tahun 1957 Aki Buyut Rusdi awalan /ka/ dan akhiran /an/. Dalam bahasa Sunda, kata memindahkan pusat kasepuhan (Kampung Gede) ke sepuh berarti “kolot” atau “tua” dalam bahasa Indonesia. Cikaret. Selanjutnya, terjadi perubahan nama kampung Berdasarkan pengertian ini, muncullah istilah kasepuhan, Cikaret menjadi Kampung Sirnaresmi, dan pada tahun yaitu tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini 1960 beliau wafat. Kasepuhan diterukan Oleh Abah Arjo. pun menunjukkan model “sistem kepemimpinan” dari Selang wakt 18 tahun dipimpin oleh Abah Arjo suatu komunitas atau masyarakat yang berasaskan adat kaspuhan pun pindah ke Ciganas dan hanya 6 Tahun di kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot). Kasepuhan Ciganas kemudian beliau wapat pada tanggal 29 Agustus berarti “adat kebiasaan tua” atau “adat kebiasaan nenek 1982. Pada waktu wafat nyaAbah Arjoyang menyaksikan moyang”. Menurut Anis Djatisunda (1984) dalam / yang ada ialah Anak yang paling Dewasa adalah Abah ejournal patanjala vol 6 No.3 2014, nama kasepuhan Udjat Sudjati, Abah Uum anak yang paling tua kebetulan hanya merupakan istilah atau sebutan orang luar terhadap lagi menengok ibu nya di Pandeglang bersama Ema kelompok sosial ini yang pada masa lalu kelompok ini Titin (Umi Nyai ). Pada Waktu itu Abah Udjat Sudjati Masih menjabat sebagai Kepala Desa Sirna Resmi Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan dan selanjutnya Abah Udjat Sudjatimenunjuk Abah Encup Ada satu hal yang tidak boleh ditinggalkan Sucipta (Abah Anom ) / Adik Abah Udjat Sudjati yang oleh masyarakat adat di tiap Kasepuhan baik itu di Sinar baru berumur 16 Tahun Untuk meneruskan Abah Arjo Resmi, Ciptamulya maupun Ciptagelar yaitu bertani. yang seharusnya di teruskan oleh Abah Udjat Sudjati. Pada Bertani merupakan mata pencaharian mereka sehari- Tahun 1985 Abah Udjat Sudjati habis masa jabatan kepala hari, mulai dari bertani disawah, ladang dan kebun. Desa Sirna Resmi dan daripada ituAbah Encup Sucipta Ada istilah kasepuhan mupusti pare, lain migusti (Abah Anom) mengadakan Musyawarah dengan Abah artinya memuliakan padi tapi bukan menuhankan. Udjat Sudjati tentang masalah kepengurusan Kasepuhan Peraturan adat melarang untuk menjual beras sebagai kedepan nya. dan hasil keputusan musyawarah antara makanan pokok, juga hasil olahan dari beras juga Abah Udjat SudjatidenganAbah Encup Sucipta (Abah dilarang untuk dijual, akan tetapi masyarakat diijinkan Anom ) adalah Abah Encup (Abah Anom) meneruskan menjual padi apabila ada kelebihan cadangan, hal ini kasepuhan di daerah Ciptarasa yang sekarang menjadi biasanya dilakukan untuk pembangunan sarana dan kasepuhan Ciptagelar. prasarana warga Kasepuhan, seperti pembangunan Pada tahun 1985 Kesepuhan terpecah menjadi dua, jalan, jembatan, saluran air dan lain sebagainya, untuk yaitu : pertanian yang menjadi prioritas mereka yaitu untuk 1. Kasepuhan Ciptarasa (Abah Anom ) Pada Tahun pesawahan. 2007 Abah Anom meninggal dunia dan Kasepuhan Selanjutnya ada juga etika berpakaian dan Ciptagelar dilanjutkan oleh anaknya yaitu Abah Ugi tatakrama, misalkan dalam berpakaian masyarakat adat Sugriana Rakasiwi. kasepuhan dianjurkan memakai “iket kepala” saiketan 2. Kasepuhan Sirna Resmi (Abah Ujat Sujati ) sabeungkeutan maksudnya adalah hidup harus saling Tahun 2000 Abah Anom pindah ke Ciptagelar. terikat dan menjaga kebersamaan. Menjaga tatakrama Dan pada tahun 2002 Abah Ujat Sujadi meninggal dunia kepada orang tua, kepatuhan terhadap kasepuhan baik dan pada waktu itu pula Kasepuhan Sirna Resmi menjadi aturan-aturan kasepuhan. dua kasepuhan, yaitu : Selanjutnya menjaga alam adalah salah satu 1. Kasepuhan Sinar Resmi (Abah Asep Nugraha) kebutuhan warga Adat. Warga adat Kasepuhan tidak dinamakan Sinar Resmi agar tidak sama dengan bisa hidup tanpa adanya alam. Alam sangat berguna nama desa yaitu Sirna Resmi dan nama Kasepu- bagi warga adat Kasepuhan, contohnya hutan. Hutan, han yang lama. selain menghasilkan air, juga sebagai sumber obat- 2. Kasepuhan Ciptamulya (Abah Uum Sukmaw- obatan tradisional dan sebagai mata pencaharian bagi ijaya) Abah Uum meninggal pada tahun 2010 warga masyarakat adat kasepuhan. Air juga digunakan dilanjutkan oleh anaknya yaitu Abah E. Suhendri untuk mengairi pesawahan yang ada di sekitar warga Wijaya adat Kasepuhan. Mata pencaharian utama warga adat Maka, Sejak tahun 2002 Kasepuhan menjadi tiga, kasepuhan yaitu bertani terutama untuk pesawahan yaitu : dan berladang merupakan pekerjaan sampingan. 1. Kasepuhan Ciptarasa lanjut ke Kasepuhan Ciptagelar Warga adat Kasepuhan pekerjaan utamanya bertani (Abah Ugi) di pesawahan dan itu memerlukan air. Oleh karena 2. Kasepuhan Sinar Resmi (Abah Asep Nugraha) itu masyarakat adat sangat menjaga kelestarian hutan 3. Kasepuhan Ciptamulya (Abah Uum Sukmawijaya) yang merupakan sumber penghidupan bagi mereka. Dalam kelembagaan adat, telah diatur tugas-tugas Semua kasepuhan tersebut diikat oleh sebuah lembaga yang harus dilaksanakan oleh warga adat kasepuhan. persatuan yang disebut Kesatuan Adat Banten Kidul Ngajaga leuweng(menjaga hutan) adalah merupakan (Adimihardja, 1989). Kasepuhan Sinar Resmi, Ciptagelar salah satu bentuk kepedulian warga adat Kasepuhan dan Ciptamulya adalah perkampungan adat yang terletak dalam menjaga dan melestarikan hutan. di Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok,Kabupaten Hutan merupakan kebutuhan yang paling utama Sukabumi. Orang-orang dari kota atau dari luar tidak bagi masyarakat adat Kasepuhan. Hutan fungsinya pernah ada yang menyebut Kaolotan atau bisa jadi mereka sangat banyak sekali meramahkan lingkungan, juga tidak tahu apa itu Kaolotan. Perkampungan Komunitas memberikan air dan mencerminkan keindahan satu masyarakat adat ini merupakan salah satu masyarakat adat daerah dimana Kasepuhan berada di daerah perbukitan yang melakukan kehidupan sehari-harinya berdasarkan yang suhu udaranya dingin sesuai dengan kodrat aturan adat. Kebiasaan kehidupan mereka sehari-hari, selalu alam yang diberikan kepada daerah Kasepuhan. bercermin kepada hukum adat atau aturan adat. Karena Kebersamaan warga Kasepuhan (incu putu) dalam setiap kehidupan mereka sehari-hari telah diatur dalam melestarikan alam pada perinsipnya sama dengan hukum adat atau aturan adat. Tetapi apabila mereka tidak pemerintah melalui Taman Nasional Gunung Halimun mentaati atau melanggar aturan adat, maka mereka akan Salak karena Kasepuhan berada dikaki gunung kualat (Kabendon). tersebut, dimana alam/hutan dengan manusia saling membutuhkan. Oleh karena itu, ekosistim melestarikan Baris Kolot adalah beberapa orang yang dijadikan alam/hutan dilingkungan warga Adat adalah tetap pembimbing, penasihat serta yang memberikan menjadi kebiasaan. pertimbangan kepada sesepuh girang berkaitan dengan Menjaga flora dan fauna, mengutuhkan sumber mata kepentingan kelompok sosial adat Kasepuhan. Masing- air menanam pohon di tempat hutan yang gundul dengan masing baris kolot ini mempunyai tanggung jawab sesuai tanaman hortikultura (budidaya buah, sayuran, bunga, bidangnya masing-masing, yaitu : Gandek, Tukang Moro, obat-obatan dan lain-lain). Penjaga leuweung (hutan) Pamakayan (Dukun Tani), Paraji, Bengkong, Penghulu, dipimpin oleh satu orang pimpinan, dan dibantu oleh Dukun, Dukun Sato, Tukang Bebersih, Ema Beurang, masyarakat adat yang lain. Bertugas memastikan hutan Tukang Ngurus Leuit, Tukang Bas (kayu/bangunan), agar tetap hijau dan juga memastikan apakah ada penebang Tukang Kemit, Tukang Panday, Tukang Dapur, Kasenian, liar yang masuk atau tidak. Warga adat Kasepuhan sangat Tukang Para, dan Canoli. Selain itu ada juga istilah kokolot peduli dalam menjaga hutan. Itu terbukti dengan adanya lembur dan incu putu (masyarakat adat). pembagian ruang kelola hutan, meraka membagi hutan Tugas dan fungsi baris kolot : kedalam tiga bagian yaitu : Hutan Tua (Leuweung Kolot), Hutan Titipan/Keramat (Leuweung Titipan) dan Hutan 1. Gandek : bertugas sebagai asisten tutunggul/ Sempalan/ bukaan (Leuweung Sampalan). ketua adat (Abah) 1. Hutan Tua (Leuweung Kolot), Hutan asli dengan 2. Tukang Moro : sebagai petugas pemburu di hutan kerimbunan dan kerapatan tinggi dan banyak sat- 3. Paraji : Bertugas membantu bidan desa dalam wa, tidak boleh dieksploitasi. proses kelahiran 2. Hutan Titipan / Kramat (leuweung Titipan), Hutan 4. Bengkong : Petugas khitan di kasepuhan Kramat yang harus dijaga oleh setiap orang dan 5. Penghulu : Bertugas memimpin upacara atau tidak boleh digunakan tanpa seijin sesepuh girang, ritual keagamaan memungkinkan digunakan hasil hutannya bila ada 6. Dukun : Bertugas mengobati warga yang wangsit dari leluhur. sakit dengan bacaan jampi-jampi 3. Hutan Sempalan / bukaan (leuweung Sampalan), 7. Tukang bebersih & Kemit : Bertugas menjaga Hutan bukaan yang boleh dieksploitasi untuk keamanan lingkungan kasepuhan (ronda) ladang, menggembalakan ternak, mencari kayu 8. Ema Beurang : Bertugas sebagai juru rias bakar dan ditanami berbagai tanaman kayu dan jika dilaksanakan upacara adat atau warga buah-buahan yang hasilnya bisa dimanfaatkan yang membutuhukan untuk hajatan oleh masyarakat. 9. Ngurus Leuit : Bertugas mengurus lumbung padi 10. Tukang Bas : Bertugas sebagai tukang kayu Walaupun terikat aturan-aturan adat, masyarakat di wilayah kasepuhan adat Kasepuhan mengenal dan menggemari berbagai 11. Canoli/ Tukang Para: Bertugas menyimpan kesenian yang digunakan sebagai sarana hiburan. Jenis- persediaan makanan di atap Imah Gede (rumah jenis kesenian tersebut antara lain : genjring, pencak silat, kasepuhan) pantun, calung, wayang golek, dog-dog lojor, topeng, 12. Kasenian : Petugas pengurus kesenian di jipeng, dan , sampai kesenian modern dangdut wilayah kasepuhan seperti pertunjukkan dan band. Pertunjukan kesenian biasa dilaksanakan pada yang akan ditampilkan pada upacara adat saat upacara–upacara adat seperti, upacara ngaseuk, 13. Tukang Dapur : Bertugas mengurus dapur di mipit, nganyaran, dan upacara lingkaran hidup (khitanan Imah Gede (rumah kasepuhan) dan pernikahan) 14. Tukang Panday : Pembuat senjata tajam seperti Sistem Kepengurusan Masyarakat Adat Kasepuhan golok, pisau dan lain sebagainya Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat adat Semua baris kolot ini berada di bawah di tiap-tiap kasepuhan diorganisasikan oleh suatu elite kepemimpinan Tutunggul (Abah) sebagai ketua adat. kepemimpinan lokal yang berpusat pada kekuasaan seorang pemimpin adat yang disebut sesepuh girang. Sistem Religi Masyarakat Adat Kasepuhan Sesepuh girang adalah seseorang yang diangkat Semua masyarakat di kampung adat Kasepuhan secara adat untuk memimpin komunitas Kasepuhan dan memeluk agama Islam. Namun dalam kehidupan biasanya merupakan anak dari sesepuh girang sebelumnya sehari-hari pelaksanaan kegiatan keagamaannya masih yang menurut kepercayaan mereka, penunjukkan sesepuh didominasi kepercayaan terhadap adat tradisi nenek girang ini merupakan perintah dari karuhun. Jabatan moyangnya (tatali paranti karuhun). Kepercayaan sesepuh girang ini merupakan jabatan yang bersifat turun- leluhur dan agama Islam berjalan beriringan. Keduanya temurun dan selalu diwariskan kepada anak laki-laki (tidak sama-sama memerintahkan pada kebaikan dan melarang harus yang pertama/sulung). Sesepuh girang dibantu pada kejahatan. Walaupun semua masyarakat beragama oleh beberapa orang yang dalam struktur organisasi adat Islam, tapi mereka masih mempertahankan kepercayaaan Kasepuhan disebut dengan basis kolot. leluhur seperti membakar menyan, memberikan sesajen, upacara-upacara adat, memasang tolak bala di pintu, dan artinya Nunjang ka Nagara (taat pada negara) dan mokaha kepercayaan leluhur lainnya. artinya mufakat jeung balerea (hidup bersama). Makna Di Kasepuhan Ciptamulya dan Sinar Resmi terdapat kontekstualitasnya adalah bahwa setiap Kasepuhan di Kesatuan satu Masjid Jami’ yang digunakan untuk berjamaah dan Adat Banten Kidul harus senantiasa taat pada aturan hukum, baik digunakan untuk pengajian rutinan. Berdasarkan hasil itu hukum adat maupun hukum pemerintah, lalu harus selalu wawancara dengan Penghulu (ustadz) di Kesepuhan hidup bersama dan menjaga tali silaturahim serta gotong royong. Ciptamulya diterangkan bahwasannya masyarakat Selanjutnya dalam upaya mencapai ketertiban dan Ciptamulya sangat antusias dalam hal keagamaan baik keselarasan hidup manusia, warga Kasepuhan harus dalam hal pengajian dan lain sebagainya, hal tersebut menyelaraskan ucapan, tingkah laku dan tekad (ucap menurut Bapak Ade terbukti dengan banyaknya ibu-ibu lampah kalawan tekad). Bagi warga Kasepuhan pedoman masyarakat adat Kasepuhan yang mengikuti pengajian hidup berupa tatali paranti karuhun harus dilaksanakan rutinan setiap Jumat sore. karena setiap pelanggaran terhadapnya akan mengakibatkan Di Kasepuhan Ciptamulya dan Sinar Resmi tersebut bencana (kabendon), baik bagi dirinya maupun masyarakat. terdapat PAUD sebagai sarana mengaji anak-anak. Kegiatan Dengan cara itu, maka warga kasepuhan berharap dapat keagamaan lainnya sama halnya dengan masyarakat terhindar dari berbagai malapetaka. Islam disekitar yakni Tahlil (jika ada yang meninggal) Kepercayaan terhadap tatali paranti karuhun dan memperingati hari-hari besar Islam seperti : Rajaban, terekspresikan dalam berbagai simbol berupa tabu Muludan, dan lain sebagainya, bahkan dalam kegiatan- (pantangan). Sebagai contoh adalah : kegiatan tersebut mereka mengundang mubaligh atau ustadz 1. Tabu untuk menjual beras, untuk ceramah. Ada istilah kasepuhan mupusti pare, lain migusti artinya memuliakan padi tapi bukan menuhankan. Sistem Kepercayaan Peraturan adat melarang untuk menjual beras sebagai Warga Kasepuhan merupakan masyarakat adat yang makanan pokok, juga hasil olahan dari beras juga masih teguh memegang dan menjalankan tradisi leluhur dilarang untuk dijual, akan tetapi masyarakat diijink- dengan pengawasan abah sebagai tutunggul kasepuhan. an menjual padi apabila ada kelebihan cadangan. Penduduk warga Kasepuhan merupakan pemeluk agama 2. Tabu mengeluarkan padi pada hari lahir (wedal), Islam yang taat, akan tetapi dalam kehidupan sehari- Kemuliaan padi tidak boleh disamakan dengan harinya diwarnai oleh kepercayaan-kepercayaan bersifat hari lahir warga kasepuhan. mitos dan animisme, mereka masih mempertahankan 3. Tabu untuk bersiul di sekitar kampung, kepercayaaan leluhur seperti membakar menyan, Menghindari kesialan bagi diri dan masyarakat sekitar. memberikan sesajen, upacara-upacara adat, memasang 4. Tabu untuk mengolah sawah pada hari Jum’at tolak bala di pintu, dan kepercayaan leluhur lainnya(tatali dan Minggu. paranti karuhun).Hal tersebut dapat terlihat dari kehidupan Kepercayaan warga Kasepuhan yang tidak mesyarakatya sehari-hari dalam memegang tradisi adat boleh diabaikan begitu saja adalah penghormatan (tetekon) terutama dalam hal bercocok tanam yang tidak kepada yang dipercayai sebagai “Dewi lepas dari aturan (tetekon) yang telah ditentukan oleh Padi”. Misalnya pandangan terhadap Dewi Sri yang pemangku adat. mereka sebut Nyi Pohaci Sang- Sri Ratna Inten Warga Kasepuhan mempunyai keyakinan bahwa Purnama Alam Sajati; Dewi Sri hanya bersemayan seseorang yang ingin sukses hidupnya atau bahagia, ia harus pada padi sekali dalam setahun, sehingga menyebabkan dapat mencapai satu kesatuan hidup atau rasa manunggal, penanaman padi harus dilakukan sekali dalam setahun. yakni menyatukan alam makro kosmos dengan mikro Menurut mereka, berbagai pelanggaran terhadap kosmos. Sebuah ungkapan yang sering dijadikan pedoman padi dan tata cara dalam pemeliharaannya, akan untuk mencapai rasa yang dimaksud adalah tilu sapamilu, menimbulkan ketidakberhasilan panen (tidak sesuai dua sakarupa, hiji eta keneh (tiga sejenis, dua serupa, dengan yang diharapkan). Oleh karena itu mudah satu itu-itu juga),tata nilai ini mengandung pengertian dimengerti apabila setiap siklus pertanian tidak lepas bahwa hanya dapat dilakukan dengan tiga syarat, yaitu dari berbagai upacara, misalnya: upacara sasarap, 1) tekad, ucap dan lampah (niat, pemikiran dan tindakan) ngabersihan, ngaseuk, tebar, mipit, ngadiukeun, harus selaras dan dapat dipertanggungjawabkan kepada nganyaran, ponggokan, dan seren taun. Demikian incu-putu (keturunan masyarakat kasepuhan) dan sesepuh pula dalam segi teknologi pertanian pun lebih banyak (orang tua dan nenek moyang). 2) jiwa, raga dan perilaku menggunakan alat-alat tradisional seperti : etem (ani- harus selaras dan berakhlak. 3) kepercayaan adat sara, ani), lesung, dan rengkong (alat pemikul yang berfungsi nagara dan mokaha harus selaras, harmonis dan tidak untuk membawa pocongan padi dari lantayan ke leuit). bertentangan satu dengan lainnya. Berikut adalah sistem kepercayaan dan kegiatan- Sara, Nagara dan Mokaha adalah falsafah kegiatan ritual yang dilaksakanan di Kasepuhan- hidup nu di jadi ayah hirup sangkan bisa manusa hurip, Sara kasepuhan Kesatuan Adat Banten Kidul : adalah Nyanghulu ka hukum (berpegang pada aturan), nagara 1. Ritual Opat Belasan Ritual yang dilakukan setiap tanggal 13 malam 14 dalam kalender Islam/ Bulan Saka atau saat bulan purnama muncul. Ritual ini dilaksanakan pada pukul 12 malam sebagai selamatan bulanan. Ritual upacara Opat Belasan ini dihadiri oleh Penghulu yang memi- mpin doa dan disaksikan oleh para Kolot Lembur. Dalam acara ini diawali dengan ritual berdoa dan hadiah kepada para leluhur lalu setelah selesai ber- Ngalantayakeun doa mereka menyantap hidangan antara lain kue-kue (dokumen pribadi 25 april 2018) seperti apem, cuhcur, sangu ketan 2 congcot, gula se- belah gandu, panyepahan dina bokor, cau omas,pa- 3. Aturan-aturan dan ritual upacara adat yang ber- pais, awug dan pasungyang telah dibuat oleh ibu-ibu. kaitan dengan padi : Pada malam harinya sebelum selamatan dimulai pada a. Ngaseuk :prosesi menanam padi dengan dim- pukul 12 malam, ibu-iu membuat rurujakansembilan ulainya kegiatan menanam padi dengan mema- rupa diantaranya cau emas, anggur, jeruk, nanas, sukkan benih ke dalam lubang aseuk. Prosesi tomat, kelapa, papaya, buah asam dan curing. selamatan diawali dengan berziarah ke pemaka- 2. Prosesi Sistem Pertanian Sawah dan Ladang (huma) man leluhur, lalu menikmati hidangan nasi di Kasepuhan Kesatuan Adat Banten Kidul: kebuli yang sudah disiapkan dan menampil- kan hiburan kesenian seperti : wayang golek, No. Nama Kegiatan Waktu Pelasaksa- jipeng, topeng dan pantun buhun. naan 1. Ngabaladah Silih Mulud/ Rabiul b. Ritual Sapangjadian Pare :riual memohon (menyiangi ladang) Akhir ijin kepada sang ibu untuk ditanami padi dan 2. Disalametan Nganyaran Silih Mulud/ Rabiul meminta restu dari leluhur dan Sang Pencip- (selamatan sebagai tanda syukur Akhir memasak padi pertama kali) ta agar padi tumbuh dengan baik, syukuran ini 3. Ngambangkeun Jumadil Awal dilaksanakan satu minggu setelah tumbuhnya (mengisi lahan dengan air/ mer- endam) penanaman padi dengan menyajikan bubur sumsum. 4. Narawas Jumadil Awal (menandai lokasi yang akan di- jadikan lahan huma) c. Sawenan : upacara setelah padi keluar, mem- 5. Nyacar Jumadil Awal berikan pengobatan padi dengan tujuan agar (membersihkan lahan, biasanya padi selamat dan terisi baik dan terhindar dari selama 1 minggu) hama. 6. Tebar/ ngipuk Jumadil Akhir (membuat persemaian padi den- gan cara menebar untaian padi) d. Beberes Mager : ritual untuk menjaga padi 7. Ngahuru Jumadil Akhir dari serangan hama. Kegiatan ini dilakukan (membakar semak kering untuk dijadikan pupuk) oleh pemburu di ladang Abah (ladang milik kasepuhan) dengan membaca doa, kegiatan ini 8. Ngerukan Jumadil Akhir (mengumpulkan sisa-sisa yang dilakukan pada bulan Muharram. belum terbakar) 9. Ngaduruk Jumadil Akhir e. Ngarawunan : ritual meminta isi padi agar (membakar sisa-sianya) tumbuh dengan subur, sempurna dan tidak ada 10. Nyara Jumadil Akhir (meremahkan tanah) gangguan. Kegiatan ini dilakukan oleh semua 11. Ngaseuk Rajab incu putu (warga kasepuhan) untuk meminta (penanaman bibit padi dengan doa ke oleh bagian pamakayaan, ngarawunan menggunakan tongkat atau aseuk) dilaksanakan setelah padi berumur sekitar tiga 12. Ngangler Ruwah/ Syaban sampai empat bulan. ( membersihkan lahan dari gul- ma untuk persiapan tebar) f. Mipit : kegiatan memanen padi yang dilakukan 13. Tandur Ruwah/ Syaban terlebih dahulu oleh Abah sebagai pertanda (menanam padi) masuknya musim panen. 14. Ngored Ruwah/ Syaban (menyiangi rumput) g. Nutu : kegiatan menumbuk padi pertama ha- 15. Ngarambet Puasa/ Ramadlan (membersihkan gulma yang ada sil panen yang dilakukan oleh ibu-ibu sambil di sawah) bernyanyi “pribumi-pribumi menta kejo ding- ejoan hulu bogo, hulu bogo geus bilatungan” yang mengkhitan laki-laki) dan Ema Beurang (yang mengkhitan perempuan) membuat nasi tumpeng yang akan diserahkan ke Abah. f. Ritual Ronggokan : Seminggu sebelum pelak- sanaan Seren Taun, baris kolot berkumpul un- tuk membahas jumlah jiwa dihitung berdasar- kan pajak per jiwa = Rp. 100,- Rumah = Rp. 250,- Motor = Rp. 5000,- Mobil Rp. 25.000,-. Kemudian menyerahkan biaya Seren Taun yang telah disepakati sebelumnya dan memba- has biaya Seren Taun yang akan datang. Nutu (dokumen pribadi 7 Juli 2017) 5. Seren Taun h. Nganyaran :ritual saat padi ditumbuk dan di- Adalah puncak tradisi dari seluruh rangkaian masak pertama kaliatas hasil panen, biasanya kegiatan pertanian yang dilaksanakan setiap tahun. dilaksanakan dua bulan setelah masa panen. Upacara besar dalam menghormati leluhur dan Dewa i. Tutup Nyambut : kegiatan akhir dalam hal pertanian Sri dengan segala bentuk ritual dan pertunjukkan yang menandakan selesainya semua aktivitas perta- seni budaya warga kasepuhan dari kesenian yang nian di sawah yang ditandai dengan acara salametan. sangat buhun (lama) sampai dengan kesenian modern j. Turun Nyambut : kegiatan pertanian setelah ditampilkan untuk masyarakat. Padi dibawa, diarak dan pelaksanaan upacara Seren Taun, kegiatan diiringi oleh semua orang, untuk kemudian disimpan di Turun Nyambut merupakan pertanda dimulain- lumbung komunal Leuit Si Jimat. ya masa untuk membajak sawah dan memper- Istilah Seren taun berasal dari kata dalam Bahasa siapkan lahan untuk ditanami kembali. Sunda seren yang artinya serah, seserahan, atau 4. Ritual kepercayaan lain : menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Jadi Seren a. Sedekah Mulud : adalah prosesi selametan diawali taun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun membaca doa namun sajian makanan tidak seper- yang akan datang sebagai penggantinya. Dalam konteks ti ritual Opat Belasan, yang disajikan adalah nasi kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, seren taun dan lainnya, dalam sidekah mulud para ibu mlai merupakan sarana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang memasak nasi untuk dibawa ke penghulu untuk Maha Esa atas segala hasil pertanian yang dilaksanakan salametan/ dibacakan doa lalu dibagikan ke war- pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian mereka ga, sidekah Mulud dilaksanakan pada hari Jumat akan meningkat pada tahun yang akan datang. setelah tanggal 14 bulan Mulud/ Rabiul Awwal. Berikut adalah prosesi upacara Seren Taun yang dilak- b. Sedekah Ruwah : adalah ritual peringatan wafat- sanakan : nya Nabi Muhammad Saw, kegiatan ini pelaksa- Abah dan para kokolot lembur berusyawarah naannya hamper sama dengan kegiatan Sedekah dengan melibatkan incu putu dalam menentukan acara Mulud, namun dilaksanakan pada hari Jumat. dan sumber pendanaan, mereka melakukan suatu c. Prah-prahan : merupakan salah satu kegiatan kegiatan yang dinamakan Serah Ponggokan : kegiatan menjaga dan menghindarkan segala penyakit (to- dimana para kolot lembur (kepala kampung/ dusun) lak bala) yang dilakukan pada bulan Safar dalam dan kepala ranggeyan berkumpul untuk mendiskusikan kalender Islam. Semua warga dan incu putu ditan- besarnya biaya yang ditanggung per-orang untuk biaya dai oleh ketupat dan tangtang angin baik di rumah seren taun untuk diserahkan ke Abah. maupun di kandang ternak. Selanjutnya mereka berziarah ke makam keramat d. Nyimur : merupakan kegiatan ritual dimana (astana) leluhur, dimulai dari makam Abah Udjat, seluruh balita (usia 0-5 tahun) dikumpulkan untk makam Abah Ardjo, Uyut Rusdi, Uyut Jasiun, makam diteteskan (peureuh) air kembang ke dalam mata. yang di Tegal Lumbu, makam yang di Pasir Talaga, Kegiatan ini dilaksanakan di rumah dukun pada makam yang di Lebak Binong, makam yang di Lebak bulan Silih Mulud/ Rabiul Tsani. Larang, hingga makam leluhur yang adat di Bogor. e. Beberes Bengkong :salah satu kegiatan setelah Masyarakat Kasepuhan biasanya akan menyembelih mengkhitan semua incu putu baik laki-laki mau- dua ekor kerbau untuk menambah lauk pauk pada acara pun perempuan. Untuk perempuan sekitar 2 atau Seren Taun, kerbau disembelih pada waktu yang berbeda 3 tahun sedangkan untuk laki-laki sekitar usia 5 yaitu pada hari Jumat dan Minggu. sampai 7 tahun. Setelah selesai khitan, yang pun- Sebelum puncak acara Seren Taun, warga kasepuhan ya hajat memberikan beras dan uang ke bengkong disuguhkan pertunjukan wayang golek yang berada tepat di sebagai parawanten. Kemudian Bengkong (orang depan Imah Gede, pameran hasil kerajinan warga di suguhkan di sisi timur alun-alun berdampingan dengan pangging kualitas terbaik akan lahir dari ibu yang dirawat sesuai hiburan. Kemeriahan perayaan Seren Taun semakin lengkap kemampuannya”. Artinya bagaikan ibu yang mengandung saat lantunan lagu penyanyi dangdut (pongdut) memeriahkan anak, padi di desa ini hanya dipanen sekali setahun karena malaam upacara Seren Taun. kualitas lebih diutamakan dibanding kuantitas. Padi dinilai Pada pelaksanaan hari-H Seren Taun semua warga sebagai sumber kehidupan sehingga tidak dapat diperjual- incu putu berkumpul di alun-alun/ tanah lapang yang belikan karena sama dengan menjual kehidupannya. berlokasi di depan Imah Gede, acara diawali dengan Pada awalnya leuit berada sejauh mungkin dari rumah suara rentetan petasan yang bersahutan tanda dimulainya (minimal 50 m) namun seiring meningkatnya pertumbuhan perayaan Seren Taun, di tengah alun-alun ada beberepa penduduk kasepuhan lahan pun semakin sedikit, hal ini orang wanita terlihat memukul-mukul lesung dengan alu menyebabkan bahwa sekarang lokasi kumpulan leuit hanya sehingga menciptakan bunyi-bunyian berirama. berjarak sekitar 10 m dari rumah warga. Sementara itu, masuklah barisan rombongan Adapun fungsi leuit yang paling utama adalah penampilan debus, dayang-dayang, dan perkusi dogdog 1) Sebagai penyimpanan padi, setiap keluarga harus lojor dan nagklung mengiringi barisan rengkong yang memiliki leuit, walaupn tidak memiliki sawah pribadi. memikul padi berjalan menyusuri pesawahan, tempat 2) Simbol kemakmuran, artinya jumlah leuit yang lantayan padi menuju lumbung padi Negara (Leuit dimiliki suatu keluarga merupakan tanda kemakmuran Si Jimat) di alun-alun. Sebagai ritual terakhir dari keluarga tersebut, semakin banyak jumlah leuit yang prosesi Seren Taun adalah upacara Ngadiukeun, atau dimiliki menandakan bahwa keluarga tersebut memiliki memasukkan pocong padi ke dalam Leuit Si Jimat oleh rezeki yang banyak. tiap-tiap Pimpinan Adat Kasepuhan diiringi kidung puji- Komponen lain dalam pola perkampungan adalah pujian kepada Nyi Pohaci Danghyang Asri dan iringan permukiman/ rumahtempat tinggal. Rumah-rumah suara kecapi suling menambah sakral suasana di pelataran warga Kasepuhan menunjukkan adanya kesamaan Leuit Si Jimat. Usai pocong padi pertama diamsukkan ke dengan pola arsitektur Sunda pada umumnya. Adapun dalam Leuit Si Jimat lalu warga mengikuti memasukkan bahan-bahan yang digunakan cenderung menggunakan padi ke dalam Leuit Karuhun atau lumbung komunal material yang terdapat di sekitar pemukiman, seperti milik Kasepuhan. dinding bilik (anyaman bambu), rangka kayu dan atap Setelah acara selesai maka diakhiri dengan dari ijuk, rumbia atau tepus. membaca doa bersama, lalu pimpinan Adat Kasepuhan Jenis rumah mereka adalah rumah panggung beserta para kolot lembur berkumpul di balai pertemuan dengan kolong setinggi kurang lebih 60 sentimeter. untuk mendengarkan sambutan dan wejangan dari Abah. Kolong tersebut umumnya ditutup dengan papan. Rangkaian acara selanjutnya adalah penampilan Adapun bentuk rumahnya rata-rata persegi panjang atraksi Laes atraksi menggantung di atas tali yang diikat dengan suhunan panjang (ditambah teritis di bagian di ujung pohon bamboo yang ditampilkan ditengah depan dan belakang) serta suhunan jure yaitu bentuk atap alun-alun, dan dilanjutkan penampilan Jipongan. Pada perisai yang memanjang. malam hari adalah ritual membaca doa yang dihadiri oleh Material atap yang banyak dipakai adalah daun Pimpinan Adat/ Abah dan para kolot lembur yang diakhiri tepus, rumbia, atau ijuk. Menggunakan atap genting dengan menyantap hidangan yang sudah disediakan. merupakan hal yang tabu bagi masyarakat Kasepuhan karena bahan pembuat genting adalah tanah. Seorang informan menuturkan, “Kalau belum mati mengapa harus beratapkan tanah.” Bentuk dasar yang menjadi pola mayoritas pada rumah masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, terbagi atas tiga ruangan, yaitu tepas atau ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Tepas adalah ruang tempat menerima tamu dan dianggap sebagai daerah laki-laki walaupun kadang¬kadang wanita juga diperbolehkan masuk. Ruang tengah terdiri atas tengah imah dan pangkeng. Tengah imah merupakan daerah netral sehingga terbuka untuk semua jenis kelamin anggota keluarga dan biasanya Prosesi Ngadiukeun padi ke dalam Leuit Si Jimat digunakan untuk berkumpul semua anggota keluarga. (dokumen pribadi 17 September 2017) Pangkeng (ruang tidur) merupakan kategorisasi 6. Leuit dan Pola Perkampungan dari daerah wanita. Meskipun suami dapat masuk ke dalam ruang ini, ruang tidur lebih menggambarkan ciri Leuit adalah tempat menyimpan padi, menurut abah kewanitaan. Ruang tidur biasanya terletak di sebelah Asep selaku sesepuh Kasepuhan Sinar Resmi menyatakan kanan bagian rumah (merupakan hasil pembagian bahwa “Bumi ini adalah ibu, padi adalah anak. Padi dengan ruang tengah).Ruang belakang yang terdiri atas yang mengkhitan laki-laki) dan Ema Beurang (yang mengkhitan perempuan) membuat nasi tumpeng yang akan diserahkan ke Abah. f. Ritual Ronggokan : Seminggu sebelum pelak- sanaan Seren Taun, baris kolot berkumpul un- tuk membahas jumlah jiwa dihitung berdasar- kan pajak per jiwa = Rp. 100,- Rumah = Rp. 250,- Motor = Rp. 5000,- Mobil Rp. 25.000,-. Kemudian menyerahkan biaya Seren Taun yang telah disepakati sebelumnya dan memba- has biaya Seren Taun yang akan datang. Nutu (dokumen pribadi 7 Juli 2017) 2. Seren Taun a. Nganyaran :ritual saat padi ditumbuk dan di- Adalah puncak tradisi dari seluruh rangkaian masak pertama kaliatas hasil panen, biasanya kegiatan pertanian yang dilaksanakan setiap tahun. dilaksanakan dua bulan setelah masa panen. Upacara besar dalam menghormati leluhur dan Dewa b. Tutup Nyambut : kegiatan akhir dalam hal pertanian Sri dengan segala bentuk ritual dan pertunjukkan yang menandakan selesainya semua aktivitas perta- seni budaya warga kasepuhan dari kesenian yang nian di sawah yang ditandai dengan acara salametan. sangat buhun (lama) sampai dengan kesenian modern c. Turun Nyambut : kegiatan pertanian setelah ditampilkan untuk masyarakat. Padi dibawa, diarak dan pelaksanaan upacara Seren Taun, kegiatan diiringi oleh semua orang, untuk kemudian disimpan di Turun Nyambut merupakan pertanda dimulain- lumbung komunal Leuit Si Jimat. ya masa untuk membajak sawah dan memper- Istilah Seren taun berasal dari kata dalam Bahasa siapkan lahan untuk ditanami kembali. Sunda seren yang artinya serah, seserahan, atau 1. Ritual kepercayaan lain : menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Jadi Seren a. Sedekah Mulud : adalah prosesi selametan diawali taun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun membaca doa namun sajian makanan tidak seper- yang akan datang sebagai penggantinya. Dalam konteks ti ritual Opat Belasan, yang disajikan adalah nasi kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, seren taun dan lainnya, dalam sidekah mulud para ibu mlai merupakan sarana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang memasak nasi untuk dibawa ke penghulu untuk Maha Esa atas segala hasil pertanian yang dilaksanakan salametan/ dibacakan doa lalu dibagikan ke war- pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian mereka ga, sidekah Mulud dilaksanakan pada hari Jumat akan meningkat pada tahun yang akan datang. setelah tanggal 14 bulan Mulud/ Rabiul Awwal. Berikut adalah prosesi upacara Seren Taun yang dilak- b. Sedekah Ruwah : adalah ritual peringatan wafat- sanakan : nya Nabi Muhammad Saw, kegiatan ini pelaksa- Abah dan para kokolot lembur berusyawarah naannya hamper sama dengan kegiatan Sedekah dengan melibatkan incu putu dalam menentukan acara Mulud, namun dilaksanakan pada hari Jumat. dan sumber pendanaan, mereka melakukan suatu c. Prah-prahan : merupakan salah satu kegiatan kegiatan yang dinamakan Serah Ponggokan : kegiatan menjaga dan menghindarkan segala penyakit (to- dimana para kolot lembur (kepala kampung/ dusun) lak bala) yang dilakukan pada bulan Safar dalam dan kepala ranggeyan berkumpul untuk mendiskusikan kalender Islam. Semua warga dan incu putu ditan- besarnya biaya yang ditanggung per-orang untuk biaya dai oleh ketupat dan tangtang angin baik di rumah seren taun untuk diserahkan ke Abah. maupun di kandang ternak. Selanjutnya mereka berziarah ke makam keramat d. Nyimur : merupakan kegiatan ritual dimana (astana) leluhur, dimulai dari makam Abah Udjat, seluruh balita (usia 0-5 tahun) dikumpulkan untk makam Abah Ardjo, Uyut Rusdi, Uyut Jasiun, makam diteteskan (peureuh) air kembang ke dalam mata. yang di Tegal Lumbu, makam yang di Pasir Talaga, Kegiatan ini dilaksanakan di rumah dukun pada makam yang di Lebak Binong, makam yang di Lebak bulan Silih Mulud/ Rabiul Tsani. Larang, hingga makam leluhur yang adat di Bogor. e. Beberes Bengkong :salah satu kegiatan setelah Masyarakat Kasepuhan biasanya akan menyembelih mengkhitan semua incu putu baik laki-laki mau- dua ekor kerbau untuk menambah lauk pauk pada acara pun perempuan. Untuk perempuan sekitar 2 atau Seren Taun, kerbau disembelih pada waktu yang berbeda 3 tahun sedangkan untuk laki-laki sekitar usia 5 yaitu pada hari Jumat dan Minggu. sampai 7 tahun. Setelah selesai khitan, yang pun- Sebelum puncak acara Seren Taun, warga kasepuhan ya hajat memberikan beras dan uang ke bengkong disuguhkan pertunjukan wayang golek yang berada tepat di sebagai parawanten. Kemudian Bengkong (orang depan Imah Gede, pameran hasil kerajinan warga di suguhkan padangan/goah dan dapur, dikategorikan sebagai daerah kosmos. Sebuah ungkapan yang sering dijadikan pedoman wanita. Goah adalah ruang khusus untuk wanita karena untuk mencapai rasa yang dimaksud adalah tilu sapamilu, beras identik dengan sifat kewanitaan (dewi padi). Laki- dua sakarupa, hiji eta keneh (tiga sejenis, dua serupa, satu laki dilarang masuk sama sekali ke daerah ini. Daerah itu-itu juga). Tata nilai ini mengandung pengertian bahwa dapur juga merupakan daerah wanita. Laki-laki boleh hanya dapat dilakukan dengan tiga syarat, yaitu 1) tekad, masuk ke dapur, tetapi mereka tidak biasa bercakap- ucap dan lampah (niat, pemikiran dan tindakan) harus cakap (berusaha untuk tidak mengobrol) di dapur, kecuali selaras dan dapat dipertanggungjawabkan kepada incu-putu sesama anggota keluarga atau kerabat dekat. (keturunan masyarakat kasepuhan) dan sesepuh (orang Menurut pandangan kosmologis, rumah dipandang tua dan nenek moyang). 2) jiwa, raga dan perilaku harus sebagai dunia dan alam semesta. Dalam kepercayaan selaras dan berakhlak. 3) kepercayaan adat sara, nagara dan masyarakat Sunda umumnya, terdapat pandangan mokaha harus selaras, harmonis dan tidak bertentangan satu bahwa dunia ini terbagi menjadi dunia bawah (buana dengan lainnya. rangrang), dunia tengah (buana panca tengah), dan Sara, Nagara dan Mokaha adalah falsafah hidup dunia atas (buana alit). Dunia tengah merupakan pusat nu di jadi ayah hirup sangkan bisa manusa hurip, Sara alam semesta dan manusia menempatkan dirinya pada adalah Nyanghulu ka hukum (berpegang pada aturan), pusat alam semesta tersebut. Oleh karena itu, rumah nagara artinya Nunjang ka Nagara (taat pada negara) dan sebagai tempat tinggal manusia harus terletak di tengah mokaha artinya mufakat jeung balerea (hidup bersama). antara dunia atas (langit) dan dunia bawah (bumi) dan Kepercayaan terhadap tatali paranti tidak terletak di dunia atas atau bawah. karuhun terekspresikan dalam berbagai simbol berupa Bagian-bagian rumah dapat dibagi menjadi tabu (pantangan).Diantaranya adalah : bagian kepala yang menyimbolkan dunia atas, bagian 1. Tabu untuk menjual beras, badan mewakili dunia tengah dan bagian kaki yang menyimbolkan dunia bawah. Oleh karena rumah tidak 2. Tabu mengeluarkan padi pada hari lahir (wedal), boleh terletak di dunia bawah atau dunia atas, maka tiang rumahpun tidak boleh diletakkan di atas tanah. Rumah 3. Tabu untuk bersiul di sekitar kampung, dan harus diberi alas yang berfungsi memisahkan lantai rumah dengan tanah, dengan demikian terdapat kolong 4. Tabu untuk mengolah sawah pada hari Jum’at dan di bawah lantai rumah. Di Kasepuhan Ciptagelar, kolong Minggu. tersebut pada umumnya ditutupi dengan papan. Kolong Kepercayaan warga Kasepuhan yang tidak memisahkan bagian tengah tempat manusia beraktivitas boleh diabaikan begitu saja adalah penghormatan ke- sehari-hari dengan dunia bawah (tanah) sedangkan atap pada Dewi Sri yang dipercayai sebagai “Dewi Padi”. menyimbolkan dunia atas. Oleh karena itu, memakai Misalnya pandangan terhadap Dewi Sri yang mereka genteng yang terbuat dad tanah merupakan hal yang sebut Nyi Pohaci Sang-hyang Sri Ratna Inten Purna- tabu karena tanah merupakan wujud dari dunia bawah ma Alam Sajati; Dewi Sri hanya bersemayan pada padi (tempat untuk orang mati). sekali dalam setahun, sehingga menyebabkan penana- SIMPULAN man padi harus dilakukan sekali dalam setahun. Masyarakat Kesatuan Adat Banten Kidul Berikut adalah beberapa ritual kepercayaan yang merupakan masyarakat adat yang masih teguh dilaksakanan di Kasepuhan-kasepuhan Kesatuan Adat memegang dan menjalankan tradisi dengan pengawasan Banten Kidul : Abah sebagai ketua adat. warga kasepuhan merupakan 1. Ritual Opat Belasan pemeluk agama Islam yang taat, akan tetapi dalam 2. Ritual Prosesi Sistem Pertanian Sawah dan Ladang (huma) kehidupan sehari-harinya diwarnai oleh kepercayaan- 3. Aturan-aturan dan ritual upacara adat yang berkaitan kepercayaan bersifat mitos dan animisme, mereka masih dengan padi : mempertahankan kepercayaaan leluhur seperti membakar a. NgaseukRitual menyan, memberikan sesajen, upacara-upacara adat, b. Sapangjadian Pare memasang tolak bala di pintu, dan kepercayaan leluhur c. Sawenan lainnya (tatali paranti karuhun). Hal tersebut dapat d. Beberes Mager terlihat dari kehidupan mesyarakatya sehari-hari dalam e. Ngarawunan memgang tradisi adat (tetekon) terutama dalam hal f. Mipit bercocok tanam yang tidak lepas dari aturan (tetekon) g. Nutu yang telah ditentukan oleh pemangku adat. h. Nganyaran Warga Kasepuhan mempunyai keyakinan bahwa i. Tutup Nyambut seseorang yang ingin sukses hidupnya atau bahagia, ia harus j. Turun Nyambut dapat mencapai satu kesatuan hidup atau rasa manunggal, yakni menyatukan alam makro kosmos dengan mikro 4. Ritual kepercayaan lain : ______(2008). Tentang Kebudayaan Kasepuhan . [Online] Diakses dari http://ciptagelar. a. Sedekah Mulud multiply.com/journal/item/5 [31 08-09] b. Sedekah Ruwah ______“Leuit”, Kearifan Warga Kaki G. Halimun. c. Prah-prahan [Online]. Diakses dari http://dweeand.blogs. d. Nyimur friendster.com/my_journey/2007/08/sekilas_ e. Beberes Bengkong tentang.html25 februari 2008 f. Ritual Ronggokan Anderson, O’C, Benedict R-Nakamura, Mitsou- 5. Seren Taun Slamet, Mohammad. 1996. Boelaars, Y. 1984. Kepribadian Indonesia Modern, Puncak tradisi dari seluruh rangkaian kegiatan Suatu Peelitian Antropologi Budaya. Jakarta: pertanian yang dilaksanakan setiap tahun. Upaca- PT Gramedia ra besar dalam menghormati leluhur dan Dewa Sri Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam dengan segala bentuk ritual dan pertunjukkan seni Masyarakat Jawa. (terj.). Jakarta. PT. Dunia budaya warga kasepuhan dari kesenian yang sangat Puataka Jaya. buhun (lama) sampai dengan kesenian modern dita- Harsoyo. 1999. Pengantar Antropologi; Bandung: mpilkan untuk masyarakat. Padi dibawa, diarak dan Penerbit Putra A Bardin diiringi oleh semua orang, untuk kemudian disimpan Kaplan, David & Robert A. Manners. 2012. Teori di lumbung komunal Leuit Si Jimat. Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Koentjaraningrat. 1981.Metode-Metode Penelitian DAFTAR PUSTAKA Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia. _____ . 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Koentjaraningrat. 1986.Pengantar Imu Antropologi. Aksara Baru. Jakarta, Aksara Baru. _____ . 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan, Mentalitet dan UI-Press. Pembangunan, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. _____ . 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Permanasari, Indira dan Amir Sodikin. (2005). Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Religion Social Ethos-Agama dan etos sosial di Utama. Indonesia (terj.), penerbit PT Al-Ma’arif ______[Online]. Diakses darihttp://www. Bandung. kompas.co.id/kompas-cetak/0508/24/ Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Penghantar. humaniora/1998005.htm. 20 Maret 2008 Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. ______(Aug 15, ’07).Kasepuhan Cipta Gelar Halimun. Susanto, Arif . TT Seren Taun–Kedamaian “Negeri [Online]. Diakses dari http://dweepitt.multiply. di Awan”. [Online]. Diakses darihttp://www. com/journal/item/8. 25 Februari 2008. garudamagazine.com/department.php?id=77.20 Maret 2008.