Upacara Seren Taundi Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Biologi Indonesia 4(5): 399-415 (2008) Upacara Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat: Tradisi Sebagai Basis Pelestarian Lingkungan Mohammad Fathi Royyani Herbarium Bogoriense, Puslit-Biologi, LIPI ABSTRACT Seren Taun Ceremony at Cigugur, Kuningan District, West Jawa: Traditional Ceremonial For Environment Conservation. Human being couldn’t be separated from the environment, but in reality the damage of the land is precisely caused by human behavior. The reason of this is that people don’t have good relationship with the surrounding environment. Following this logic, with participatory observation I have done it in February 4 until 15th, 2004, the indigenous people with their tradition have their own way to conserve the land. They have a ritual tradition that can be used as a means of education for their adherent. Furthermore, ritual traditions also show the nearness of emotional relationship between human and the environment. Keywords: environtment, ritual tradition, Cigugur Kuningan PENDAHULUAN secara kosmologis. Terlihat dalam kehidupan sehari-hari di daerah Selain memiliki keanekaragaman pedalaman dan pedesaan, baik dalam hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki komunitas-komunitas masyarakat adat keragaman tradisi, karena di negeri ini yang saat ini populasinya diperkirakan dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa antara 50-70 juta orang, maupun dalam dan sub-suku bangsa. Setiap suku bangsa komunitas-komunitas lokal lainnya yang menyimpan kearifan tradisional yang masih menerapkan sebagian dari sistem memiliki kekhasan masing-masing dan sosial berlandaskan pengetahuan dan memiliki ragam bentuk, yang berupa cara-cara kehidupan tradisional. pitutur, upacara tradisional, sistem nilai Dalam penelitian yang dilakukan dan norma, maupun mitos-mitos. oleh Patji (2005) terhadap masyarakat Kearifan tradisional merupakan ajaran Tenganan, Karangasem, Bali, alam normatif yang mereka gunakan untuk sebagai anugerah Tuhan begitu berharga mengatur hubungan sesama manusia, dan patut dihargai serta dilestarikan fungsi manusia dengan Sang Pencipta, dan dan manfaatnya. Masyarakat Tenganan manusia dengan lingkungan. Semua sangat memperhatikan pelestarian alam bentuk kearifan tradisional tersebut dan lingkungannya. Mereka tidak boleh bermuara pada pengaturan pola relasi menebang pohon sembarangan, dan untuk mencapai keseimbangan hidup diharuskan mengikuti peraturan dan 399 MF. Royyani ketentuan yang berlaku sehingga apabila Hasil dari penelitian ini dapat digunakan terdapat orang yang melanggar akan oleh pemerintah sebagai referensi dalam dikenai hukum adat. Senada dengan pengambilan kebijakan dalam masalah penelitian Patji, penelitian yang dilakukan hubungan antara manusia dan alam oleh Burhani (2005) terhadap ma- semesta, LSM, bisnis pariwisata dan syarakat Sembiran, Bali, memperlihatkan lainnya. Hasil penelitian ini juga bisa bahwa masyarakat adat masih sering digunakan oleh masyarakat sebagai melakukan berbagai upacara yang ber- pendidikan tentang pentingnya arti kaitan dengan alam, baik dalam proses kehidupan yang selaras dengan alam. menanam pohon, menemui gejala alam, maupun pelanggaran terhadap alam yang BAHAN DAN CARA KERJA dilakukan olah anggota masyarakat dengan merusaknya. Desa Cigugur dipilih dalam Berdasarkan kunjungan dalam penelitian ini karena masyarakatnya rangka penelitian di desa Cigugur, memiliki tradisi yang menarik untuk Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuni- menjelaskan relasi mereka dengan alam ngan, terdapat masyarakat adat yang yang dikelola dengan arif. Hal ini tampak masih menyelenggarakan upacara tradisi dari sebuah upacara tradisional yang Seren Taun. Upacara adat ini ada mereka adakan setiap tahunnya. Peneliti kaitannya dengan lingkungan karena di melakukan kunjungan yang pertama kali samping dalam upacara tersebut ke desa Cigugur pada tanggal 4-15 menggunakan bahan-bahan dari alam juga Februari 2004. Tanggal tersebut sangat inti dari upacara itu sendiri adalah “seruan strategis karena pada tanggal 14 Februari moral” bagi manusia untuk menghargai 2004 diadakan upacara Seren Taun alam. sehingga dalam waktu seminggu sebelum Penelitian ini difokuskan pada puncak acara dilaksanakan kita dapat pencarian jawaban terhadap dua mengetahui berbagai aktivitas sosial da- persoalan yang muncul, pertanyaan lam proses persiapan upacara tersebut. tersebut atau rumusan masalah dalam Dalam melakukan pengamatan penelitian ini berkisar pada dua persoalan. aktifitas sosial tersebut peneliti melaku- Pertama, bagaimana upacara Seren kan kunjungan ke desa Cigugur untuk Taun dilakukan. Kedua, mengetahui dapat berkenalan dengan warga ma- nilai-nilai yang terkandung dalam upacara syarakat dan kemudian memilih informan tradisi Seren Taun tersebut, terutama yang memiliki pengetahuan yang kuat yang berkaitan dengan hubungan antara dalam hal upacara seren taun. Selama manusia dengan lingkungan. berkunjung di desa Cigugur, penulis Sedangkan tujuan praktis dari menginap di rumah warga yang telah penelitian ini adalah untuk lebih meng- disediakan oleh panitia upacara. Dalam giatkan tradisi yang ada di masyarakat kesempatan inilah peneliti bergaul dengan lokal dalam rangka mengakrabkan masyarakat dan menyaksikan berbagai kembali hubungan manusia dengan alam. bentuk pola relasi baik antar manusia, 400 Upacara Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan manusia dengan alam dan relasi mengetahui bagaimana sistem gagasan transendental antara manusia dengan atau pengetahuan yang diproduksi pencipta alam melalui proses ritual maupun direproduksi oleh ritual Seren tersebut. Taun dipahami oleh mereka dan apa Dalam melakukan penelitian tentang implikasinya terhadap prilaku mereka upacara tradisional masyarakat desa dalam melestarikan alam. Cigugur yang merefleksikan adanya Wawancara mendalam dengan kesadaran akan pelestarian lingkungan, informan kunci merupakan teknik yang peneliti menggunakan metode parti- mendasar guna mendapatkan penge- sipant observation guna memahami tahuan yang mendalam dari upacara bagaimana masyarakat desa Cigugur Seren Taun. Selain itu juga mereka memahami lingkungan alam dan berbagai memiliki otoritas kultural untuk untuk upaya untuk melestarikannya melalui menjelaskan ajaran-ajaran yang mereka tradisi yang diturunkan dari generasi ke anut, dan juga karena mereka menjadi generasi. Hal ini penting untuk pemimpin dalam upacara ritual Seren memahami bagaimana masyarakat desa Taun. Sementara itu, wawancara dengan tersebut mereproduksi pengetahuan informan biasa perlu dilakukan untuk mengenai alam dan bagaimana mem- mengetahui pandangan, konsepsi, dan perkuat dan menyebarluaskan penge- persepsi mereka tentang upacara tradisi tahuan tersebut melalui upacara. serta tentang alam semesta. Data Dalam partisipasi terlibat tersebut lapangan yang telah didapat akan peneliti tidak saja mengamati dan dianalisa dengan cara menafsirkan merekam kejadian tetapi juga mencoba simbol-simbol yang terdapat dalam untuk memahami alam pikir mereka. upacara setelah sebelumnya mencari Wawancara secara mendalam dengan referensi literatur yang memperkaya informan juga dilakukan, setelah terlebih data. dulu menentukan key informan dan informan biasa. Informan kunci adalah HASIL orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai masyarakat desanya, dan Desa Cigugur dan Upacara Tradisi- informan tersebut dapat membantu onal peneliti untuk memilih informan lain yang Desa Cigugur adalah salah satu juga memiliki pengetahuan luas. Oleh desa yang terletak di kecamatan Cigugur karena orang yang memiliki kompetensi kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Desa di desa tersebut adalah pimpinan masya- ini menjadi salah satu tujuan wisata yang rakat adat, maka peneliti memilih tokoh ada di kabupaten Kuningan. Wisatawan yang dituakan dalam arti memiliki yang berkunjung ke desa ini tidak saja pengetahuan yang luas. Selain itu peneliti berasal dari kabupaten Kuningan semata juga mewawancarai anggota masyarakat melainkan juga dari Cirebon, Majalengka, kebanyakan baik yang terlibat dalam dan daerah-daerah sekitarnya. Pada upacara maupun yang tidak terlibat guna umumnya mereka datang ke Cigugur 401 MF. Royyani untuk berenang atau melihat ikan yang menjadi Padara, sedangkan kata Cigugur sampai sekarang dikeramatkan masya- yang menjadi nama desa ini, menurut rakat desa Cigugur yang tidak boleh ketua adat, berasal dari kata gugur yang dimakan dan harus dijaga. berarti halilintar. Nama Cigugur menurut Desa yang berada pada ketinggian cerita lisan diberikan oleh Sunan Gunung 660 mdpl dan luas wilayah 5.11 kilo meter Djati yang ketika hendak mengambil air persegi ini memiliki jumlah penduduk wudhu tiba-tiba ada halilintar yang 10074 jiwa pada pertengahan tahun 2003. menandakan akan turun hujan. Komposisi jumlah penduduk adalah laki- laki 5139 jiwa, sedangkan jumlah Mitos yang Terdapat di Cigugur perempuan 4935 jiwa. Desa Cigugur Di desa Cigugur terdapat tiga sebelah selatan berbatasan dengan desa agama yang dominan dianut oleh Sukamulya, sebelah utara dengan desa masyarakat, yaitu Islam, Katolik, dan Cipari (desa ini awalnya masuk dalam agama lokal (Penghayat Kepercayaan). desa Cigugur, baru pada tahun 1999 ada Agama Islam dengan penganutnya pemekaran yang membagi kedua wilayah sebanyak 4756 jiwa, kemudian Katolik tersebut), sebelumnya desa Cigugur dengan jumlah penganutnya 3067 jiwa, sebelah utara berbatasan dengan desa dan penganut Penghayat dengan jumlah Gunung Keling, sebelah timur dengan 215 jiwa. Agama Kristen Protestan dianut desa Kuningan, dan desa Cisantana di oleh 89 orang dan agama Hindu 3 orang. sebelah baratnya. Di sebelah utara desa (data diperoleh dari KUA