Domestic Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Pesona Keraton sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Yogyakarta

Bimo Narindra Putra 1702780

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Abstract: Sultan is a place that has a philosophical meaning, religious and cultural. Sultanate of Jogjakarta is a continuation of the Islamic Mataram dynasty after the Giyanti Agreement in 1775. This palace is now also one of the attractions in the city of Yogyakarta. In terms of the building, this palace is one example of the best Javanese palace architecture.

Keywords: Sultan place; philosophical; Architecture.

1. Pendahuluan Standard kualifikasi untuk membuat Jurnal Domestic Study, diadakannya seminar dengan tema “Cinta Tanah Air Untuk Memajukan Pariwisata Nasional” pembicara KAPOLDA DIY Brigjen Pol. Drs. Ahmad Dofiri,M.Si. Seminar ini di adakan pada tanggal 17 Januari 2018 yang bertempat di Auditorium Amarta STIPRAM [1]. Pertemuan seminar ini mempunyai tujuan untuk kita sebagai generasi penerus bangsa bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air kita ini, dengan cara yang paling tepat dizaman modern seperti sekarang ini ialah menjadi sesosok orang yang memiliki rasa nasionalisme. Cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seorang warga Negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan[2]. Definisi lain mengatakan bahwa Rasa cinta tanah air adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan [3]. Perilaku cinta tanah air dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya memelihara persatuan dan kesatuan dan menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan yang di miliki untuk membangun Negara. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional di antaranya rajin belajar bagi pelajar, bekerja dengan tekun sesuai keahlianya, membayar pajak, memelihara hasil pembangunan, dan menciptakan situasi aman dan damai [4]. Semangat cinta tanah air perlu terus dibina sehingga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjamin. Cinta tanah air bermanfaat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Manfaat tersebut diantaranya Negara akan aman dan damai, pembangunan dapat berjalan lancar, dan pendapatan Negara akan meningkat [5]. Manfaat tersebut kita sendiri yang merasakan. Kita akan merasa aman dan damai serta kesejahteraan hidup meningkat. Jadi sebagai kesimpulannya, kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia harus memiliki rasa cinta kepada tanah air Indonesia dengan cara memiliki rasa nasionalisme. Cinta terhadap tanah air diperlukan karena dengan adanya rasa cinta kepada tanah air maka kita dapat memajukan serta membangun bangsa Indonesia ini menjadi suatu negara yang terpandang dan bermanfaat bagi negara lain. Maka dari itu generasi sekaranglah yang harus berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan bangsa Indonesia.

1 Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang unik di masing masing daerahnya [6]. Tersimpan banyak tempat baik untuk menyimpan khas daerah, budaya, dan sejarah berdirinya bangsa ini. Indonesia yang memiliki kekayaan budaya serta alamnya yang indah tentu sangat menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara [7]. Daya tarik wisata yang ada di Indonesia sangat beragam dan patut untuk dibanggakan. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, nilai dan kemudahan berupa keanekaragaman alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi kunjungan [8]. Memajukan Pariwisata sama dengan memajukan perekonomian bangsa ini. Karena pariwisata adalah penyumbang Devisa negara dan Lapangan Kerja yang paling mudah dan murah. Grafik pariwisata terus menunjukkan kenaikan di tengah kelesuan ekonomi dunia saat ini. Rangking dari devisanya ada di posisi empat besar sebagai penyumbang devisa nasional [9,10]. Berhubungan dengan meningkatkan pertumbuhan pariwisata tersebut penulis akan membahas tentang Keraton Kota Yogyakarta dengan tema “Pesona Keraton Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kota Yogyakarta”. Observasi ini dilakukan pada hari Jumat, 19 Januari 2018 dengan tujuan mengetahui apa keunggulan yang ada pada Keraton sehingga menjadi pusat di Kota Yogyakarta. Potensi Kraton Yogyakarta dalam kepariwisataan tentunya sangat tinggi, bahkan rencananya Kraton Yogyakarta akan dijadikan BCB (Bangunan Cagar Budaya) bertaraf Internasional, walaupun hal itu masih dalam tahap pengajuan. Kepariwisataan di DIY khususnya untuk wisata ke Kraton Yogyakarta tentunya akan sangat potensial dan menguntungkan banyak pihak, baik itu dari golongan atas seperti para pengusaha penginapan dan pengrajin, maupun dari kalangan bawah yakni para penjual cinderamata, oleh-oleh khas jogja dan lain-lain. Kraton Yogyakarta merupakan tempat yang mengandung warisan kebudayan Nasional yang wajib dilestarikan. Kraton Yogyakarta ini merupakan kerajaan yang masih eksis keberadaannya dalam melaksanakan aktivitas pemerintahan kepada rakyatnya ditengah era modernisasi dan globalisasi yang sedang meningkat ini. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta. Kompleks bangunan keraton masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa[5] yang terbaik. Keadaan Keraton tidak sepi dari pengunjung disana banyak wisatawan domestic maupun mancanegara, pengunjungnya pun dari semua kalangan ada dari yang tua, muda, sampai pengunjung anak- anak pun juga ada. Di sisi lain Keraton juga memiliki lingkungan yang sangat ramah. Jika kalian amati pada halaman depan Keraton kalian tidak akan menemui penjual yang memiliki stand atau tenda penjual di dalamnya, karena di Keraton tidak diperbolehkan untuk berjualan.Dengan begitu tempat nyaman, asri, tenang, dan terlihat bersih dari sampah. Suasana Jawa langsung terasa saat Anda menginjakkan kaki di kota ini. Bahasa Jawa dengan logat kental dari penduduk mewarnai sudut kota. Alat transportasi tradisional seperti andong, becak atau sepeda menjadi pemandangan umum di kota Yogyakarta. Jangan lupa untuk singgah di tempat- tempat berikut dan pembaca akan merasakan keasrian dan suasana kebudayaan yang masih terjaga kelestariannya a. Tugu Yogyakarta Tugu Yogyakarta sudah dibangun sejak 3 abad lalu. Merupakan landmark dari kota Yogyakarta yang kaya akan nilai sejarah. Tugu ini terletak di perempatan jalan Mangkubumi, Soedirman, AM Sangaji dan . b. Puro Pakualaman Merupakan keraton yang dibangun pada masa Kerajaan Mataram. Ukurannya lebih kecil dari Keraton Yogyakarta. Puro Pakualaman dibuat dengan menghadap ke arah selatan yang melambangkan penghormatan ke keraton utama. c. Gedung Agung Dikenal juga dengan nama Gedung Negara. Pada awalnya merupakan tempat tinggal dari residen ke-18 Yogyakarta. Kemudian berubah menjadi Istana Presiden yang

2 menjadi tempat tinggal Presiden RI dan keluarga dan menjadi bangunan induk dari Kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta. d. Gedung Bank Indonesia Tidak jauh dari Gedung Agung berdiri Gedung Bank Indonesia. Gedung berlantai 3 ini memiliki arsitektur bergaya Belanda yang cantik. Bangunan ini pernah digunakan sebagai bank dengan fungsi yang berbeda di tiap lantai. e. Benteng Vredeburg Benteng ini dibangun pada tahun 1760. Arti nama Vredeburg berarti perdamaian. Terletak tidak jauh dari Gedung Agung dan Gedung Bank Indonesia. f. Malioboro Merupakan nama jalan yang terkenal di Jogjakarta. Jalan ini berjarak cukup panjang dengan penanda Stasiun Kereta Yogyakarta pada satu sisi dan keraton di sisi lainnya. Sepanjang jalan ini, banyak penjual makanan khas daerah, batik, atau berbagai souvenir untuk dijadikan oleh-oleh. Jalan ini selalu ramai dikunjungi para wisatawan. g. Pasar Beringharjo Merupakan pasar yang berdiri sejak tahun 1925. Nama Beringharjo merupakan nama yang diberikan oleh Sultan Hamengku Buwono IX dan memiliki arti kesejahteraan. Di pasar ini Anda dapat berbelanja kain atau pakaian batik dengan harga murah. h. Kotagede Pada abad ke-16, daerah ini pernah menjadi ibukota Kerajaan Mataram. Merupakan daerah yang terkenal dengan kerajinan perak. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai pengrajin perak. Mereka membuat berbagai perhiasan ataupun pajangan dari perak. Hasil kerajinan banyak diburu untuk dijadikan oleh-oleh dari Yogyakarta.

2. Pembahasan A. Sejarah Keraton Yogyakarta Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton dahulunya adalah bekas sebuah pesanggarahanyang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring- iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringin. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda- benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. B. Arsitektur Umum Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono.Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.Bentuk- bentuk bangunan yang terdapat di komplek Keraton Yogyakarta mirip sekali dengan bentuk

3 bangunan kontruksi kayu yang terdapat dalam relief candi, yang tentunya menggambarkan bangunan yang digunakan oleh masyarakat pada periode klasik. Beberapa hiasan dengan motif flora, fauna, ataupun alam banyak dijumpai pada bangunan dalam komplek Keraton Yogyakarta, antara lain pada gapura, atap bangunan, tiang, umpak, baturana dan sebagainya. Hiasan-hiasan tersebut merupakan pengisi bidang dan hiasan yang mempunyai arti tertentu. Oleh karena itu, jelaslah bahwa unsur-unsur kebudayaan Hindu masih tampak pada komplek bangunan Keraton Yogyakarta yang kemudian berakulturasi dengan kebudayaan yang sedang berkembang. Adapun bentuk fisik bangunan yang terdapat dalam komplek Keraton Yogyakarta sebagian besar menggambarkan bentuk rumah tradisional Jawa dan sebagian diantaranya menggunakan konstruksi kayu. Bangunan-bangunan tersebut menggunakan atap tunggal (atap susun) yang berbentuk limasan, tajug, kampung (pelana) dan joglo. Bagian tubuh bangunan ada dua bentuk, yaitu merupakan bangunan terbuka (tanpa dinding penutup ruangan) dan merupakan bangunan yang menggunakan dinding penutup tubuh. Di dalam Keraton Yogyakarta terdapat banyak bangunan, halaman, dan lapangan. Komplek Keraton terletak di tengah-tengah, tetapi daerah Keraton membentang dari sungai Code sampai sungai Winanga, dari utara ke selatan, dari Tugu sampai Krapyak. Tujuh buah halaman yang terdapat dalam komplek Keraton disusun berderet dari utara dan selatan. Antara halaman yang satu dengan halaman yang lain dipisahkan oleh dinding penyekat dan dihubungkan dengan pintu gerbang. Ketujuh buah halaman tersebut masing-masing berisi bangunan dan nama-nama halaman kebanyakan disesuaikan dengan nama bangunan yang terdapat didalamnya. Adapun halaman yang terdapat di Keraton Yogyakarta, antara lain : 1. Halaman sitihinggil utara 2. Halaman kemandungan utara 3. Halaman srimanganti 4. Halaman pusat Keraton Yogyakarta 5. Halaman kemagangan 6. Halaman kemandungan selatan 7. Halaman sitihinggil selatan Keraton Yogyakarta merupakan komplek bangunan pusat pemerintahanan Kerajaan yang terletak di pusat ibu kota Kasultanan Yogyakarta. Membicarakan komplek bangunan Keraton Yogyakarta sebagai pusat Kerajaan, tidak dapat terlepas dari unsur-unsur bangunan yang terdapat dilingkungan komplek Keraton, diantaranya benteng, parit keliling, alun-alun, masjid Agung, dan komplek Tamansari. A. Lokasi Keraton Wisata Keraton Jogjakarta adalah salah satu tempat wisata di Jogja yang wajib dikunjungi bila kita berada di Jogja. Lokasi wisata keraton Jogja sangatlah strategis, Yaitu di Jl, Rotowijayan No. 1 Yogyakarta Telp: 0274-373177. Karena lokasi wisata kraton Jogja yang masih menjadi satu dengan tempat tinggal Raja Jogja, yang saat ini dijabat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, maka jam operasional yang berlaku di wisata keraton Jogja juga diberlakukan terbatas. Yaitu: pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu buka dari jam 08.00 - 14.00 WIB. Sedangkan khusus untuk hari Jum'at, wisata kraton Jogja akan buka dari jam 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Untuk transportasi menuju tempat wisata kraton Jogja ini tidaklah sulit. Kita bisa sekalian mengunjungi kraton Jogja ini setelah kita puas berbelanja batik di malioboro atau memborong aneka oleh-oleh khas Jogja di Pasar Beringharjo. Kita cukup naik becak ke Kraton dengan biaya sekitar Rp 10.000,-. Atau bisa juga menggunakan andong serta taxi. Setelah puas mengunjungi tempat wisata Kraton Jogja, kita bisa mampir ke pusat batik dan souvenir Jogja di sekitar kraton yang bisa kita akses dengan berjalan kaki atau naik becak. B. Tiket masuk Tiket masuk wisata kraton Jogja ini juga tergolong cukup murah. yaitu Rp 7.000,- untuk pengunjung dan tambahan Rp 2.000,- bila pengunjung membawa kamera. Bangunan yang dibangun pada tahun 1755 pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I ini masih

4 tampak gagah, kuat, dan eksotis karena dirawat dengan baik hingga saat ini. Jadi jangan heran bila saat kita mengunjungi wisata kraton Jogja, kita akan mendapati para abdi dalem yang sedang membersihkan bangunan wisata kraton Jogja tersebut. Mulai dari menyapu halaman hingga membersihkan koleksi pusaka yang ada disana. C. Fasilitas Berdasarkan observasi di Keraton Yogyakarta didalam Keraton Jogja Terdapat penjual Souvenir seperti kaos yang bergambar lambang Keraton,belangko,gantungan kunci dan didalam Keraton menjual makanan dan minuman juga, Toilet umum,dan Tempat Ibadah. Di Keraton juga bisa menggunakan jasa tour leader yang akan dengan sangat fasih menjelaskan secara detail setiap sudut wilayah kraton Jogja beserta isinya. Dan biasanya kita cukup memberikan tips sepantasnya atas jasa yang telah mereka berikan. D. Daya Tarik Keraton Jogja merupakan salah satu daerah tersohor yang ada di Indonesia yang sangat identik dengan budaya dan adat istiadatnya yang sangat khas budaya Jawa. Kekayaan budaya yang menonjol membuat wisata Keraton Jogjakarta menjadi salah satu daya tarik wisata yang selalu dijadikan tempat pilihan ketika liburan oleh para wisatawan. Tak hanya bagi wisatawan dalam negeri atau domestik, tempat tersebut juga mempunyai daya tarik luar biasa di mata wisatawan asing. Oleh karena itu, Keraton Jogjakarta tak pernah sepi oleh pengunjung yang penasaran dan merasa ingin tahu lebih dalam mengenai kebudayaan masyarakat Jawa di Keraton Jogja. Keraton Yogyakarta memiliki lambang atau simbol kerajaan yang dijunjung tinggi masyarakat Mataram. Simbol tersebut sarat akan makna serta filosofi yang mebawa pada kesejahteraan dan kejayaan keraton. Lambang tersebut dikenal dengan nama Praja Cina. Praja Cina dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I yang berasal dari bahasa sansekerta. Praja berarti abdi negara, sedang Cina berarti sifat sejati seorang abdi negara. Praja Cihna terdiri dan beberapa bagian yang juga memiliki makna yang terkandung didalamnya. Aksara jawa yang berada ditengah merupakan huruf ‘HA dan BA’yakni singkatan dari Hamengku Buwono yang berarti memangku dan mengayomi bumi. Mahkota diatas lambang bermakna pemimpin pemerintahan Sultan sebagai raja merupakan pimpinan tertinggi dan memiliki tanggung jawab untuk memelihara kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik. Seperti yang kita tahu, Keraton merupakan sebutan untuk tempat tinggal raja dan keluarganya. Tapi Keraton Jogjakarta bukan hanya dijadikan tempat tinggal untuk para raja beserta keluarga, tapi juga merupakan pusat kebudayaan Jawa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebutlah yang membuat Keraton Jogjakarta terbilang unik dan memiliki daya tarik luar biasa sehingga tak heran jika wisata Keraton Jogjakarta selalu diminati oleh para wisatawan yang sedang berlibur ke Jogja. Ada banyak keunikan yang akan anda nikmati jika mengisi liburan dengan menelusuri pesona wisata Keraton Jogjakarta yang tak bisa anda peroleh dari tempat lainnya. Keunikan yang dimaksud antara lain: a. Melihat secara langsung aneka koleksi barang-barang Keraton yang sangat otentik, mulai dari keramik, senjata, foto bersejarah dan beraneka macam koleksi yang menarik lainnya. b. Menyaksikan pertunjukan seni tradisional seperti wayang golek, tari daerah hingga wayang kulit yang berbeda setiap harinya. c. Memperhatikan aneka jenis batik beserta alat-alat untuk membatik secara lengkap. E. Unsur-unsur bangunan pada komplek Keraton : 1. Benteng Benteng yang mengelilingi ibu kota Kerajaan disebut benteng Baluwarti, didirikan tahun 1782 Masehi. Di dalam benteng, selain istana Sri Sultan dan komplek Tamansari dijumpai pula bangunan-bangunan, diantaranya tempat tinggal para bangsawan, tempat tingga l Abdi Dalem dan tempat tinggal kelompok prajurit Keraton. Bekas-bekas bangunan yang sekarang masih utuh adalah dinding sisi selatan, bagian sudut tenggara, sudut barat daya dan sudut barat laut. Dilihat dari bekas-bekasnya, benteng pertahanan kota ini mempunyai denah segi empat, tiap-tiap sisinya menghadap kearah empat mata

5 angin utama. Pada sisi utara terdapat dua buah gapura (plengkung), sedang pada sisi timur, selatan, dan barat masing-masing terdapat sebuah gapura (plengkung). Pada tiap-tiap sudutnya terdapat gardu pengintai yang disebut tulak tala ( bastion ) dan sekarang yang masih utuh adalah bagian sudut tenggara, barat daya dan barat laut, sedangkan bagian timur laut sudah tidak ada. 2. Alun-alun Alun-alun adalah tanah la pang yang terdapat di depan dan di belakang komplek Keraton, yang di depan disebut alun-alun ut ara, sedangkan yang di belakang disebut alun-alun Pangkeran. Alun-alun selatan berfungsi sebagai tempat latihan baris-berbaris para prajurit untuk persiapan upacara kerajaan, tempat upacara pemberangkatan jenazah dan sebagainya. 3. Masjid Agung Bangunan masjid ini terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian masjid yang merupakan bagian utama yang di bangun pada tahun 1773 semasa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I, raja pertama Kerajaan Mataram Yogyakarta, sedangkan bagian kedua adalah serambi yang dibangun pada tahun 1775 juga atas prakarsa Hamengkubuwono I. Bangunan masjid Agung kondisinya masih baik dan sampai saat ini masih dipergunakan sebagai tempat ibadah sholat dan upacara-upacara yang berhubungan dengan agama Islam.

3. Penutup

A. Simpulan Berdasarkan hasil kunjugan penulis ke Keraton Yogyakarta pada tanggal 19 Januari 2018, maka penulis mendapatkan data bahwa Keraton Yogyakarta dengan segala kekhasan budaya Jawa dan menjadi simbol atau ciri khas dari kota jogjakarta, dan juga memiliki arti simbolik di setiap bangunannya. Keraton Yogyakarta yang telah berganti pemimpinnya mulai dari Sri Sultan Hambengkubuwana I sampai X, memiliki sejarah yang cukup panjang yang perlu kita kaji dan pelajari. Keraton Yogyakarta juga memiliki lambang atau ciri khas tersendiri.

B. Saran Keraton Yogyakarta tetap dapat eksis bahkan meningkat dalam hal kelanggengan kebudayaan Jawa serta potensi wisata yang dimilikinya, Keraton Yogyakarta merupakan objek wisata yang harus kita pelihara dan kita tingkatkan potensinya. Di antaranya dengan perbaikan dan pembenahan.

References [1]. Data Observasi, tanggal 19 Januari 2018 di Keraton Yogyakarta. Pesona Keraton sebagai Daya Tarik Di Kota Yogyakarta. [2]. Data Seminar, tanggal 17 Januari 2018 di Auditorium STIPRAM, Yogyakarta. Cinta Tanah Air Untuk Memajukan Pariwisata Nasional. [3]. Ahmad, H., & Sigarete, B. G. (2018). Preferensi Mahasiswa dalam Berwisata: Studi Kasus Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM), Yogyakarta. Jurnal Kepariwisataan, 12(1), 55-64. [4]. Brongtodiningrat, K.P.H.Arti Keraton Yogyakarta.1978:7 [5]. Susilo, Y. S., & Soeroso, A. (2014). Strategi pelestarian kebudayaan lokal dalam menghadapi globalisasi pariwisata: Kasus Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian BAPPEDA Kota Yogyakarta, 4, 3-11. [6]. Prakoso, A. A. (2015). Pengembangan Wisata Pedesaan Berbasis Budaya Yang Berkelanjutan Di Desa Wisata Srowolan Sleman. Jurnal Kepariwisataan, 9(2), 61-76.

6 [7]. Soeroso, A., & Susuilo, Y. S. (2008). Strategi Konservasi Kebudayaan Lokal Yogyakarta. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan| Journal of Theory and Applied Management, 1(2). [8]. Soeroso, A., & Susilo, Y. S. (2014). TRADITIONAL INDONESIAN GASTRONOMY AS A CULTURAL TOURISM ATTRACTION. Editorial Board, 45. [9]. Soeroso, A., & Turgarini, D. (2011). Cultural Capital Value as a Mode for Redevelopment of Tourism in Kotagede Cultural Heritage Area. International Journal of Culture and Tourism Research, 4(1), 1-17. [10]. Wisnumurti, A. (2013). THE PRIVILEDGES OF YOGYAKARTA SPECIAL REGION AND THE DEVELOPMENT OF THE LOCAL TOURISM POTENTIALS. Jurnal Kepariwisataan, 7(2), 75-85.

Lampiran

Pertunjukan tari di keraton pintu masuk keraton

Lambang/simbol keraton Seminar di Amarta STIPRAM

7