Download Ecatalog

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Download Ecatalog 17|71: GORESAN JUANG KEMERDEKAAN GALERI NASIONAL INDONESIA 2–30 AGUSTUS 2016 3 2 2–30 AGUSTUS 2016 SAMBUTAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA —01 REPUBLIK INDONESIA Assalamualaikum Wr. Wb., merebut kemerdekaan, yang kita harapkan dapat memotivasi semangat Dengan mengucap syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, saya masyarakat dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan menyambut baik Pameran Lukisan Koleksi Istana-Istana Kepresidenan dan mengisi kemerdekaan. Demikian pula, lukisan karya maestro Republik Indonesia. Pameran yang dilaksanakan sebagai bagian dari mancanegara yang ikut dipamerkan, kita harapkan dapat menyemangati peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-71 dan bertemakan, masyarakat dalam terus berkreasi dan berinvoasi di era komunitas global “Goresan Juang Kemerdekaan: Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan yang makin kompetitif sekarang ini. Republik Indonesia,” menyajikan beragam lukisan serta sejumlah benda seni lainnya, koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia kepada Penyelenggaraan pameran lukisan ini, juga kita harapkan dapat menjadi masyarakat luas. bukti atas kesanggupan bangsa kita, dalam merawat dan memelihara maha karya para maestro dunia itu sebagai bagian dari manuskrip Sebagai bangsa yang dikaruniai warisan sejarah kebudayaan yang luhur, peradaban. Sebuah bukti, yang semoga dapat makin memperkokoh kita berkewajiban untuk dapat memaknai karya seni pada lingkup postur negeri kita sebagai bangsa yang maju. pemahaman yang lebih luas. Karya seni, harus dapat kita maknai, tidak saja sebatas hasil kreativitas individu, namun juga sebagai bagian dari Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan ornamen pembangunan. Pemahaman yang lebih luas itu, diharapkan dukungan pada pelaksanaan pameran ini, saya menyampaikan ucapan menjadikan kita makin termotivasi dalam mengapresiasi karya seni terima kasih dan saya berikan apresiasi. Semoga pameran ini terlaksana tidak sebatas nilai-nilai keindahan yang terkandung di dalamnya, namun dengan lancar dan dapat menjadi wahana pembinaan karakter bangsa menjadikan karya seni itu, sebagai sumber inspirasi yang mencerahkan, yang edukatif, rekreatif dan inspiratif, guna mendukung suksesnya khususnya dalam menyikapi beragam tantangan pembangunan. gerakan nasional revolusi mental dan restorasi sosial bangsa kita. Melalui pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan, kita mengajak Merdeka! masyarakat untuk tidak saja mengagumi keindahan lukisan karya Wassalamualaikum Wr.Wb. maestro dari berbagai pelosok Kepulauan Nusantara dan mancanegara, namun juga mengajak mereka untuk menyelami relung-relung Jakarta, Agustus 2016 kehidupan peradaban yang beragam. Lukisan di era pra kemerdekaan Menteri Sekretaris Negara mengajak kita untuk dapat memaknai pahit-getirnya perjuangan Pratikno 5 17|71: GORESAN JUANG KEMERDEKAAN GALERI NASIONAL INDONESIA 2–30 AGUSTUS 2016 BERKARYA UNTUK PERUBAHAN, BUKAN HANYA MENUNTUT PERUBAHAN! 7 6 17|71: GORESAN JUANG KEMERDEKAAN GALERI NASIONAL INDONESIA 17|71: GORESAN JUANG Di sisi lain, Istana Kepresidenan Republik Indonesia adalah rumah bagi karya-karya seni berkualitas tinggi. Di dalamnya (di Istana Jakarta, Bogor, KEMERDEKAAN Cipanas, Pelabuhan Ratu, Yogyakarta, dan Tampak Siring) telah didaulat, —02 menyimpan ribuan benda seni yang menjadi saksi sekaligus bagian dari sejarah bangsa Indonesia maupun perkembangan politik dunia. Koleksi- koleksi ini tentu saja amat penting untuk diketahui publik. Untuk itulah Tepat pada tanggal 17 Agustus tahun ini, kemerdekaan Indonesia perlu sosialisasi berupa pameran. berusia 71 tahun. Angka 1 dan 7 memberi kenangan berharga bagi bangsa ini. Angka 17 telah terpatri abadi dan sakral bagi bangsa USAHA PERDANA Indonesia, sebagai penanggalan yang identik dengan kemerdekaan. Jika Pameran lukisan dan benda-benda koleksi Istana Presiden Republik angka itu kita balik menjadi 71, sumbu utamanya adalah peringatan Indonesia ini adalah usaha perdana sejak 71 tahun lalu. Sejak Presiden atas kemerdekaan. Selama 71 tahun Indonesia telah mampu memilih 7 Sukarno mengoleksi sejumlah lukisan dan benda seni lain di masa presiden dengan tetap mengedepankan 1 tujuan: negara ke-satu-an. penjajahan Belanda hingga kini, istana presiden menjadi ruang istimewa: museum benda-benda koleksi. Artinya, dalam pameran ini, Narasi utama pameran ini adalah mempertautkan wacana seni dan karya-karya tersebut beralih dari benda koleksi lembaga yang hanya kemerdekaan. Keduanya disatukan oleh isu nasionalisme yang terus- ditonton segelintir orang, menjadi benda tontonan publik. Pameran menerus berkembang dari waktu ke waktu, dalam ranah teori/akademik ini selain penting dari berbagai sisi, juga dapat dipakai sebagai tanda maupun praktik. Seni sebagai wadah dan bentuk ekspresi individu keterbukaan istana kepresidenan bagi seluruh rakyat Indonesia, tepat adalah salah satu wujud dari kebebasan, kemerdekaan. Sedangkan di masa Presiden Joko Widodo tengah memimpin bangsa ini. kemerdekaan (baca: kebebasan) amat dibutuhkan, selain dalam seni dan bagi seniman, tetapi juga harus dimiliki oleh semua insan di Mengapa baru sekarang dipamerkan? Ide mengenai upaya sosialisasi seluruh dunia. tidak diawali hanya pada dua tahun terakhir. Sejak era Presiden Megawati Sukarno Putri upaya ini telah digagas, namun berbagai Nasionalisme -- mengacu sebagai sebuah wacana, mitos, ilusi -- adalah kendala menyebabkan ketidakmungkinan terjadi. Utamanya kendala upaya untuk mengerti bahwa menjadi bangsa adalah menjadi “satu”, sumber daya dana, sumber daya manusia, dan persoalan atau kesiapan meskipun perbedaan-perbedaan tetap sebagai sebuah keniscayaan. birokrasi internal istana. Pada masa Presiden Susilo Bambang Nasionalisme yang bersumbu pada isu kemerdekaan, perjuangan Yudhoyono, sosialisasi koleksi hanya terjadi beberapa kali dalam bentuk untuk tetap bersatu, berkumpul dan berserikat, rupanya telah mampu peminjaman koleksi oleh lembaga lain, tidak menyeluruh, dan tidak menghasilkan sejumlah harapan dan kemajuan, utamanya bagi bangsa merepresentasikan istana presiden. Indonesia. Para perupa Indonesia, sebagai salah satu entitas bangsa, telah mencatat dan berhasil menggalang ilusi/citra tentang persatuan Hingga pada awal 2015 muncul inisiatif dari Presiden Joko Widodo melalui karya seninya. untuk melakukan sosialisasi koleksi secara terbuka dan dalam konteks 9 8 “istana” sebagai inisiator. Maka pihak Kementerian Sekretariat Negara 17|71: GORESAN JUANG KEMERDEKAAN GALERI NASIONAL INDONESIA 2–30 AGUSTUS 2016 (yang menjadi payung istana kepresidenan) bekerja sama dengan Harijadi S., Kartono Yudhokusumo, Henk Ngantung, dan Gambiranom Kementerian Pendidikan & Kebudayaan dibantu oleh sejumlah pihak menjadi penanda klasifikasi pertama. terkait berupaya mewujudkan pameran ini. Hasilnya, dengan kondisi ruang dan waktu yang tersedia serta kesiapan sumber daya, panitia Karya-karya mereka terbagi dalam beberapa sub-tema, antara lain hanya mampu menyajikan kurang dari 10% jumlah koleksi berupa sebagai berikut: lukisan. Sehingga ada usulan agar pameran koleksi ini diselenggarakan 1. potret tokoh-tokoh penting perjuangan kemerdekaan Indonesia dan direncanakan secara regular, setiap tahun. 2. kondisi sosial masyarakat masa revolusi 3. jejak perjuangan dari masa penjajahan Belanda hingga 1950-an Tujuan dan semangat pameran ini didasari oleh kehendak untuk menuturkan kebanggaan atas hak milik bangsa, berupa karya seni (lukis) Seleksi terhadap karya ini setara dengan maksud dan tujuan sosialisasi yang dihasilkan oleh manusia-manusia pilihan, pelukis-pelukis maestro tentang wacana nasionalisme yang kerap tergerus oleh berbagai persoalan dan perupa-perupa ternama Indonesia. Untuk itu kami bersepakat sehari-hari dewasa ini. Karya-karya para maestro ini menghadirkan mengusung tema yang secara umum merupakan gambaran kisah-kisah banyak citra tentang perjuangan hidup, pergolakan terhadap situasi yang tentang narasi kemerdekaan. mencekam, hingga gambaran tentang nilai-nilai kepahlawanan yang hadir pada pribadi-pribadi yang kuat dan menarik. Pribadi-pribadi ini menjadi KLASIFIKASI KARYA inspirasi di kemudian hari. Pribadi-pribadi sebagai sosok pejuang terekam Secara umum, makna “Goresan Juang Kemerdekaan” adalah imaji, kuat dalam karya Trubus Sudarsono, Kartini (1947), Sudjono Abdullah, citraan, gambaran, visualisasi yang mengisahkan dan menuturkan Potret Diponegoro (1947-8), maupun karya Gambiranom, Potret Jenderal kisah-kisah heroik, bersejarah, dan mengandung semangat untuk Sudirman adalah contoh kasusnya. Di samping sebagai citra kepahlawanan, merdeka, bebas menuju sebuah tujuan, yakni negara berdaulat, adil lukisan-lukisan potret ini juga memiliki sejarah proses kreatif yang dan makmur. menarik. Baca narasi di halaman berikutnya. Implementasi tema ini berupa penggambaran perjalanan sejarah Di samping itu, pameran ini bertujuan untuk menelisik kembali Republik Indonesia, yang menyajikan antara lain berupa lukisan sejarah seni (rupa) yang seringkali dikaitkan dengan karya-karya sejumlah 28 karya, dari 20 pelukis, plus 1 presiden yang melukis. mereka. Sejumlah masterpieces karya para maestro, dianggap sebagai Jumlah ini terbagi dalam 3 kategori narasi. buah karya penting untuk menandai sekaligus saksi tentang upaya bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya. Raden Saleh yang melukis Klasifikasi pertama, “koleksi yang dikerjakan oleh para maestro seni Penangkapan Pangeran Diponegoro (1750), karya Affandi, Laskar Rakjat Indonesia yang terkait dalam konteks perjuangan bangsa”. Karya-karya Mengatur Siasat (1946), S. Sudjojono, Kawan-Kawan Revolusi (1947), ini secara khusus disajikan sebagai bentuk upaya
Recommended publications
  • Flouts of the Cooperative Principle Maxims in Sby's
    ENGLISH REVIEW: Journal of English Education ISSN 2301-7554 Vol. 1, Issue 1, December 2012 http://journal.uniku.ac.id/index.php/ERJEE FLOUTS OF THE COOPERATIVE PRINCIPLE MAXIMS IN SBY’S PRESIDENTIAL INTERVIEWS Fahrus Zaman Fadhly Department of English Education, University of Kuningan, Indonesia E-mail: [email protected] APA Citation: Fadhly, F. Z. (2012). Flouts of the cooperative principle maxims in SBY’s presidential interviews. English Review: Journal of English Education, 1(1), 57-70 Received: 12-10-2011 Accepted: 21-11-2013 Published: 01-12-2012 Abstract: This paper analyzed the presidential interviews of the President of Republic of Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono (SBY), based on Grice’s theory of the Cooperative Principles (CP). This study employed a qualitative research design and the data were three transcripts of interview discourse between SBY and eight Indonesian journalists obtained through the presidential official website: http://www.presidentsby.info. The research investigated the ways of SBY in flouting the CP maxims in his presidential interviews and the functions of the flouts were. The research revealed that SBY flouted all the CP maxims and the maxim of Quantity was frequently flouted. Meanwhile, there were four ways used by SBY in flouting the CP maxims, i.e. hedging, indirectness, open answer and detailed element. The function of the flouts, i.e. face saving acts (FSA), self-protection, awareness, politeness, interestingness, control of information, elaboration and ignorance. This research also revealed that CP maxims of Grice are not universal. Keywords: flouts, maxim, cooperative principles, SBY, presidential interview INTRODUCTION Keenan, 1976; Levinson, 1983; Sperber A speaker does not always explicitly say and Wilson, 1986; Schiffrin, 1994; Brown what she or he means much more than and Yule, 1996; Van Dijk, 1998; Saifullah, his or her utterance actually utters 2002; Mooney, 2004), and (3) politeness (Thomas, 1995).
    [Show full text]
  • The Islamic Traditions of Cirebon
    the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims A. G. Muhaimin Department of Anthropology Division of Society and Environment Research School of Pacific and Asian Studies July 1995 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] Web: http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among Javanese muslims. Bibliography. ISBN 1 920942 30 0 (pbk.) ISBN 1 920942 31 9 (online) 1. Islam - Indonesia - Cirebon - Rituals. 2. Muslims - Indonesia - Cirebon. 3. Rites and ceremonies - Indonesia - Cirebon. I. Title. 297.5095982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2006 ANU E Press the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development.
    [Show full text]
  • BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kraton Yogyakarta 1
    BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kraton Yogyakarta 1. Sejarah Kerajaan keraton berasal mula dari Pangeran Mangkubumi yang merupakan anak dari Sunan Amengkurat IV Raja ke-8 Kerajaan Mataram Islam. Pangeran Mangkubumi sangat disayangi oleh Sunan Paku Buwana II atau raja ke-9 Kerajaan Mataram Islam. 1Pangeran Mangkubum di sayangi oleh Sunan Paku Buwana II karena keshalehan, kecerdasan, kearifan dan keahliannya baik dibidang kepemimpinan keprajuritan maupun di bidang bangunan. Hal tersebut menimbulkan keirian dari kakak iparnya atau patih Pringgalaya. Kemudian P. Mangkubumi mendapat hadiah berupa tanah seluas 3000 cacah di Sukawati. 2Karena ke rian hati patih Pringgalaya, dia berusaha untuk menggagalkan hadiah tanah tersebut. Menyerahnya Sunan Paku Buwana II kepada VOC juga membuat hadiah tanah tersebut di tarik kembali oleh Sunan Paku Buwana II. Namun P. Mangkubumi tetap pergi menuju Sukawati bersama keluarga dan pengikutnya pada tanggal 19 Mei 1746. Mulai saat itu P. Mangkubumi melawan VOC( yang di bantu oleh Sunan Paku Buwana II dan III). Dalam masa peperangan tersebut Sunan Paku Buwana menderita sakit, dan di sisi lain P. Harya Mangkunegara mendesak P.Mangkubumi untuk menjadi meduduki tahta menggantikan Sunan Paku Buwana II. Namun pada hari 1 Ricklefs, M. (2002). Yogyakarta Dibawah Sultan Mangkubumi 1749-1792 : Sejarah Pembagian jawa. Yogyakarta, Kraton Yogyakarta. 2 Ricklefs, M. (2002). Yogyakarta Dibawah Sultan Mangkubumi 1749-1792 : Sejarah Pembagian jawa. Yogyakarta, Kraton Yogyakarta. yang sama Sunan Paku Buwana menyerahkan surat kekuasaan Kerajaan Mataram pada Belanda/ VOC. Dan Kemudian VOC mengangkat Putra Mahkota Kasunanan Surakarta menjadi Sunan Paku Buwana III. Mulai dari situ perperangan aau perpecahan kerajaan Mataram terjadi. Setelah ada perjanjian perdamaian yang sering di sebut Perjanjian Giyanti maka Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
    [Show full text]
  • Pemberhentian Jaksa Agung Dan Hak Prerogatif Presiden
    Pemberhentian Jaksa Agung dan Hak Prerogatif Presiden Riri Nazriyah ABSTRACT The rules of appointment and dismissal for the attorney generals need to be regulated concretely in the law. It was not done solely by President but must be on the consideration of Parliament. Therefore, the implementation of its truly free from interference and political interests of President. Term of office of the of the Attorney General should be established with certainty to avoid multi-interpretations that would lead to legal uncertainty. Keyword : Prerogatif rigths, the attorney general, president PENDAHULUAN Ketika pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam Pemilu 2004 dengan memperoleh suara 69.266.350 (60,62 persen), Presiden Yudhoyono menyampaikan janji perubahan melalui visinya yaitu menuju Indonesia yang lebih aman, adil, demokratis, dan sejahtera. Wujud pertama perubahan menuju Indonesia yang lebih demokratis dihadirkan melalui proses seleksi calon menteri. Dua prinsip demokrasi, transparansi dan akuntabilitas, diterapkan. 013-040 wacana1.indd 13 11/23/10 7:43:18 PM Wacana Hukum dan Kontitusi Agar rakyat yang memberinya mandat langsung dapat berpartisipasi dan mengawasi, Presiden mensyaratkan tiga kriteria untuk calon menteri, yaitu integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas. Di akhir setiap proses seleksi, selembar kertas berisi tiga butir komitmen dalam kontrak politik disodorkan untuk ditandatangi, bekerja keras, bekerja jujur, dan bekerja demi kepentingan umum bukan golongan. Tiga komitmen ini kemudian akan dipakai sebagai salah satu dasar evaluasi kinerja para menteri yang diikuti dengan perombakan kabinet. Pembentukan kabinet yang diberi nama Kabinet Indonesia Bersatu diumumkan oleh Presiden pada tanggal 24 Oktober 2004. Satu tahun setelah kabinet menjalankan tugasnya, muncul ketidakpuasan yang disuarakan dalam desakan perombakan/ reshuffle.
    [Show full text]
  • Legal Reforms for Improving the Freedom of the Press in Indonesia1
    80 Journal of Southeast Asian Human Rights, Vol. 1 No. 1 June 2017. pp. 80-108 © University of Jember & Indonesian Consortium for Human Rights Lecturers Legal Reforms for Improving the Freedom of the Press in Indonesia1 Herlambang P. Wiratraman Faculty of Law Universitas Airlangga Abstract The political transition from Suharto’s authoritarian regime has been marked by significant decentralization which has seriously threatened journalism in Indonesia. Extra-judicial killings, physical violence, the criminalization of certain types of journalism, and a lack of support within the judiciary, have created a dangerous atmosphere for members of the press and have impeded the journalistic process. Under this decentralized model, violence against journalists is now very often perpetrated by members of regional and local political organizations as opposed to agents working on behalf of the national government. Unfortunately, law enforcement has proven ineffective in protecting journalist and the legal system offers little recourse in cases where violence has occurred. In fact, the courts themselves have been used as a tool to censor the media, silence opposition, and intimidate members of the press. The research presented in this paper shows that it is those media institutions which operate under a standard of journalistic professionalism and have attempted to produce honest, unbiased news, which are most often targeted by unjust lawsuits and criminal arraignments. This article also shows a new configuration of political imperium which combines of free press, dominant ownership over media, and the context of illiberal democracy which shapes press freedom in the country. Keywords: Indonesia, Freedom of the Press, and Human Rights I.
    [Show full text]
  • A Study of Aesthetic Value in the Interior Space Yogyakarta Presidential Palace As the Development of a New Interior Space Concept
    PSYCHOLOGY AND EDUCATION (2021) 58(2): 1505-1515 ISSN: 00333077 A STUDY OF AESTHETIC VALUE IN THE INTERIOR SPACE YOGYAKARTA PRESIDENTIAL PALACE AS THE DEVELOPMENT OF A NEW INTERIOR SPACE CONCEPT Ika Yuni Purnama1,, Tjetjep Rohendi Rohidi1, Setiawan Sabana2, Triyanto1, Nur Fajrie3 Universitas Negeri Semarang, Indonesia 1 Institut Teknologi Bandung, Indonesia 2 Universitas Muria Kudus, Indonesia 3 E-mail: [email protected] ABSTRACT This study examines the community can still enjoy the importance of interior in the Yogyakarta Presidential Palace as a form of cultural heritage. About that, aesthetic value and interior space concept will be arranged in an example kind of new in visual forms. The interior space of the Yogyakarta Presidential Palace concept was a development from the interior space concept during the era of Sukarno. This research is based on the aesthetic and historical approach that stressed on the artistic aspects and design that are associated with aesthetic appeal. The study uses a qualitative research method with an interdisciplinary approach that includes historical, social, cultural, and aesthetic approaches by not leaving descriptive aspects and critical analysis of reading sources and field surveys. It is inductive qualitative research because the inductive process is more able to find multiple realities as contained in the data. The analysis was done using observations of form and function, including the meaning of space composition, which was arranged to 1produce a proportionate composition with the art collection object. This research is expected to be a basis for the interior aesthetic of the Yogyakarta Presidential Palace and to contribute to designers in the fields of architecture, fine arts, and especially the interior design.
    [Show full text]
  • Implementasi Pemikiran Hamengku Buwono Ix Dalam Ekonomi Kerakyatan
    IMPLEMENTASI PEMIKIRAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM EKONOMI KERAKYATAN STUDIUM GENERALE FAKULTAS EKONOMI UWM YOGYAKARTA, KAMIS 24 SEPTEMBER 2020 SEKILASTENTANG HAMENGKU BUWONO IX Gusti Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwana IX (bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono IX) lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, pada tanggal 12 April 1912. Wafat di Washington DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun. Putera salah seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia, menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun1973-1978. Dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Riwayat Pekerjaan: Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II Menteri Negara pada Kabinet Hatta I Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II Menteri Pertahanan pada masa RIS Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata Menteri Koordinator Pembangunan Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi Wakil Presiden Indonesia Riwayat Pendidikan: Rijkuniversiteit Leiden, Jurusan Indologie (Ilmu tentang Indonesia), kemudian ekonomi 2 PERAN INTERNASIONAL Pada akhir kepemimpinan Presiden Sukarno, kondisi perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan seperti inflasi yang melambung tinggi, terkurasnya cadangan devisa, defisit anggaran belanja pemerintah dan pembayaran hutang luar negeri yang sudah jatuh tempo untuk segera dibayarkan. Awal Orde Baru berusaha untuk melakukan penyelamatan ekonomi agar segala permasalahan ekonomi akibat warisan dari pemerintahan sebelumnya bisa teratasi dan berjalan stabil. Para teknokrat pemerintahan baru tersebut adalah Suharto, Sultan Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik.
    [Show full text]
  • Forestry Sector Graft Could Cut Line to Billions in Carbon Trade | the Jak
    Forestry Sector Graft Could Cut Line to Billions in Carbon Trade | The Jak... http://www.thejakartaglobe.com/news/forestry-sector-graft-could-cut-line... THE JAKARTA GLOBE GLOBE ASIA THE PEAK Welcome Guest | Login | Signup Sat, November 26, 2011 Search here... Archive Search HOME NEWS BUSINESS INTERNATIONAL TECH SPORTS LIFE & TIMES OPINION MY JAKARTA BLOGS Forestry Sector Graft Could Cut Line to Billions in Carbon Trade Sunanda Creagh | January 12, 2010 Billions of dollars set to flood into the nation under a UN-backed forest protection scheme are at risk from graft unless the government puts strong oversight mechanisms in place, a report released on Tuesday warned. Indonesia has the world’s third-largest area of tropical forest and stands to gain billions of dollars every year from a proposed greenhouse gas offset scheme called reduced emissions from deforestation and degradation that was formalized at the recent global climate talks in Copenhagen. Investors should make sure their carbon dollars don't go up in smoke, one study warns. (AFP Photo) REDD allows polluters to earn tradeable carbon credits by paying developing nations not to chop Related articles down their trees. The Darkening Skies Over Durban 9:08am Nov 23, 2011 However, a two-year study by the Bogor-based Nissan Aims to Be No. 1 for Environmentally Center for International Forestry Research warned Friendly Vehicles 10:31pm Oct 24, 2011 that cases of corruption and financial mismanagement Massive S.Korea River Project Still Making Waves in the nation’s forestry sector revealed systemic 12:01pm Oct 19, 2011 weaknesses that could scuttle REDD.
    [Show full text]
  • Pengelolaan Lukisan-Lukisan Koleksi Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta
    "34+VSOBM4FOJ3VQBEBO%FTBJO7PMVNF /PNPS %FTFNCFS PENGELOLAAN LUKISAN-LUKISAN KOLEKSI MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN YOGYAKARTA Khoirul Anam Volume 22 Nomor 3 , Desember 2019 Program Studi Tata Kelola Seni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memperoleh pemahaman yang benar serta mendalam, tentang pengelolaan lukisan-lukisan koleksi museum. Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pendokumentasian langsung terhadap pengelolaan lukisan-lukisan koleksi, mempelajari dan menCatat data dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan landasan teori tentang pengelolaan koleksi museum yang meliputi struktur organisasi, pengadaan koleksi, pendataan, penyajian, pengamanan dan pemeliharaan koleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan koleksi museum ini, mempunyai struktur organisasi museum yang tidak seperti organisasi museum yang lain, seperti memiliki kepala museum dan jajarannya, museum hanya memiliki pengelola. Perbedaan ini dinilai menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan koleksi. Adapun untuk pengalihan risiko dengan menggunakan asuransi belum dilakukan pengelola, namun di sisi lain seCara menyeluruh, pengelolaan koleksi yang meliputi; pengadaan koleksi, pendataan, penyajian, pengamanan dan pemeliharaan koleksi berada dalam taraf baik. Kata KunCi : pengelolaan, lukisan, koleksi, museum, Sukarno, Yogyakarta ABSTRACT This research aims to review and gain a true understanding and
    [Show full text]
  • Press Freedom, Law and Politics in Indonesia Def.Indd
    Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/30106 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Wiratraman, Herlambang Perdana Title: Press freedom, law and politics in Indonesia : a socio-legal study Issue Date: 2014-12-11 4 Press Freedom from the Early New Order to the SBY Administration 4.1. Introduction The demise of Guided Democracy was dramatic in all respects and the situ- ation of press freedom was no exception. During the backlash that followed the aborted coup of 30 September 1965, 46 of Indonesia’s 163 remaining newspapers were banned indefinitely because of their presumed associa- tion with, or sympathy for, the Indonesian Communist Party (PKI) and its allies. Left-wing journalists were expelled from the Indonesian Journalists Association (PWI) and the national news agency Antara. Thirty percent of all editorial staff was dismissed. As Hill (1995: 34-35) put it, “the arrests and killing of communist and sympathizing journalists in 1965-66, carried out against a background of large-scale massacres in the country side, cast a very long shadow over the press for a subsequent decade.” Initially, the unstable and chaotic political situation led to strong attacks on the press, but when the New Order took form the situation gradually changed. This chapter starts where the previous chapter stopped. It describes and analyses from a rule of law perspective how press freedom has been shaped and implemented during the periods of the New Order and Refor- masi, looking at legislation and key cases (i.e. cases which drew much atten- tion). 4.2.
    [Show full text]
  • Tafsir Desain Kursi Di Keraton Dan Gedung Agung
    No. 3 Oktober 201 0 TAFSIR DESAIN KURSl Dl KERATON DAN GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA Ed@ Supriyatna Mz* ABSTRACT Chair is one of the unique visual arts (designs). The Indonesian word 'kuni' is possibly derived from the Arabic word 'kursiyun' which means chair. The term 'kursiyun' which is assumed originally from Kursi verses in Al-Qur'an has different functions and meanings in different contexts. In a social context, chairs are attributes that can be used to present a person's social status and prestige. It was found that in the Palace and Gedung Agung of Yogyakarta, a chair does not only funtion as a place for sitting, but it also serves as a symbolic tool for status display to build an image. Thus, it can also be used as a tool to show wealth, greatness, honor, glory, or a symbol of social status. Key Words: chair, symbol, art, design, social status Penterjemah, 1989: 63). Ayat Kursiadalah ayat h, 2003). Kata kudyun Wapat rah, ayat 255. (Yayasan Penyelenggara yang dapat menahan dan menopangnya (My- Vol. 22, No. 3 OMober2010:294313 zpM, 122). Selain itu, ada istilah amsh kurshi dibagi menjadi tiga kalompok, yaitu technomic, ymg dapat ditafsirkan sebagai tempat yang sociomic, dan ideomic. Technomic yaitu artefak ,*famat tinggi, mulia, dan di atasnya lagi hanya kursi yang dapat berfungsi secara langsung untuk mempertahankaneksistensi masyarakat 2ads Tuhan (Wiartakusurnah, 2003). Bila dikaiin sdengan ayat Kursi, kursi memiliki arti kiasan pendukungnya. Dalam hal id, kursi dibuat untuk _>I-- Rsebagai kekuasaan yang sangat tinggi, memenuhi kebutuhan hidup manusia secara =amahamulia,mahabesar, dan mahaagung. langsung. Sociomic adalah artefak kursi yang -- Dalam konteks budaya, kata kursi mem- dapat berfungsi di dalam subsistem sosial dari - .
    [Show full text]
  • Tourism Development in West Java Province, Indonesia: Adopting the Marketing Approach from Groningen Province, the Netherlands
    TOURISM DEVELOPMENT IN WEST JAVA PROVINCE, INDONESIA: ADOPTING THE MARKETING APPROACH FROM GRONINGEN PROVINCE, THE NETHERLANDS THESIS A thesis submitted in partial fulfillment of the requirements for Double Degree Master Program from The Institute Teknologi Bandung (ITB) and The Rijksuniversiteit of Groningen (RuG) By: Noely Ardya Paramitha RuG Nr. 1578324 ITB Nr. 25404010 DEVELOPMENT PLANNING AND INFRASTRUCTURE MANAGEMENT DEPARTMENT OF REGIONAL AND CITY PLANNING INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG AND ENVIRONMENTAL AND INFRASTRUCTURE PLANNING FACULTY OF SPATIAL SCIENCES UNIVERSITY OF GRONINGEN 2006 TOURISM DEVELOPMENT IN WEST JAVA PROVINCE, INDONESIA: ADOPTING THE MARKETING APPROACH FROM GRONINGEN PROVINCE, THE NETHERLANDS By: NOELY ARDYA PARAMITHA RuG Nr. 1578324 ITB Nr. 25404010 Double Master Degree Programme Development Planning and Infrastructure Management Department of Regional and City Planning Institut Teknologi Bandung and Environmental and Infrastructure Planning Faculty of Spatial Sciences University of Groningen Approved Supervisors Date: August, 2006 Supervisor I Supervisor II (Drs. M. Kavaratzis) (Ir. Haryo Winarso, M.Eng, Ph.D.) TOURISM DEVELOPMENT IN WEST JAVA PROVINCE, INDONESIA: ADOPTING THE MARKETING APPROACH FROM GRONINGEN PROVINCE, THE NETHERLANDS By: NOELY ARDYA PARAMITHA RuG Nr. 1578324 ITB Nr. 25404010 Master Programme of Regional and City Planning Institut Teknologi Bandung Approved Date: August, 2006 Head of Department of Regional and City Planning Institut Teknologi Bandung Double Master Degree Programme Development Planning and Infrastructure Management Department of Regional and City Planning Institut Teknologi Bandung and Environmental and Infrastructure Planning Faculty of Spatial Sciences University of Groningen ----------------------------------------- (Ir. Roos Akbar, M.Sc, Ph.D) For my family: Bapak Dodot, Ibu Nini, Mas Nuki and also, My Mauly ABSTRACT TOURISM DEVELOPMENT IN WEST JAVA PROVINCE, INDONESIA: ADOPTING THE MARKETING APPROACH FROM GRONINGEN PROVINCE, THE NETHERLANDS By: NOELY ARDYA PARAMITHA RuG Nr.
    [Show full text]