KEKERABATAN BAHASA BATAK,

BAHASA , DAN BAHASA MELAYU

TESIS

JULIANA 107009022/LNG

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Universitas Sumatera Utara Abstract

Genetic relationship of language analysis is discuss in the Historical Comparative Linguistics. In the Historical Comparative Linguistics, languages are be compared one to others in order to trace the level of theirs genetic relationship. Nias, Batak, and Malay languages are some languages which live side by side as geographically. So, it may be assumed that they have a close genetic relationship. In fact, this three languages have far differences so it is necessary to make a research in order to find the level of their relationship. The genetic of language can be analysis with lexicostatistic technique. In lexicostatistic, language relations can be seen base on the tone similarities which exist in the lexicon that occurred in the languages. The phonetic similarities will be the basic that word in language has relationship to others. The indicator use to determine genetically word is basic vocabulary called Swadesh which has 200 vocabularies. It is assumed existing in all languages in the world. The qualitative approach is use in the lexicostatistic accounting. With using the technique it is found that from the tree languages which be compared, the closing relationship is Batak and , more over Batak with Nias language, and the most far apart relationship is Nias with Malay language.

Keyword: Genetic relationship, lexicostatistic, Nias language, Batak language, Malay language

Universitas Sumatera Utara Abstrak

Kajian kekerabatan bahasa dibahas dalam Linguistik Historis Komparatif. Dalam Linguistik Historis Komparatif, bahasa-bahasa dibandingkan satu dengan yang lain guna mengetahui tingkat kekerabatannya. Bahasa Nias, bahasa Batak, dan bahasa Melayu merupakan bahasa-bahasa yang hidup berdekatan secara geografi sehingga diasumsikan memiliki kekerabatan yang erat. Pada kenyataannya, ketiga bahasa ini memiliki perbedaan yang cukup jauh sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kekerabatannya. Kekerabatan bahasa dapat diketahui dengan teknik leksikostatistik. Dalam leksikostatistik, kekerabatan bahasa dilihat berdasarkan persamaan bunyi-bunyi yang ada dalam leksikon yang muncul pada bahasa-bahasa tersebut. Kemiripan secara fonetis ini akan menjadi dasar apakah sebuah kata dalam satu bahasa memiliki hubungan dengan bahasa yang lain. Indikator yang digunakan untuk menentukan kata berkerabat adalah kosa kata dasar yang disebut kosa kata dasar Swadesh yang berjumlah dua ratus kosa kata yang dianggap ada pada semua bahasa di dunia. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam perhitungan leksikostatistik ini. Dengan menggunakan teknik ini, diketahui bahwa dari ketiga bahasa yang dibandingkan, hubungan kekerabatan yang paling erat terdapat pada bahasa Batak dengan bahasa Melayu, selanjutnya bahasa Batak dengan bahasa Nias, dan hubungan kekerabatan yang paling renggang adalah bahasa Nias dengan bahasa Melayu.

Kata kunci: kekerabatan, leksikostatistik, bahasa Nias, bahasa Batak, bahasa Melayu.

Universitas Sumatera Utara KEKERABATAN BAHASA BATAK,

BAHASA NIAS, DAN BAHASA MELAYU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULIANA 107009022/ LNG

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Universitas Sumatera Utara Judul Tesis : KEKERABATAN BAHASA BATAK, BAHASA NIAS,DAN BAHASA MELAYU

Nama : Juliana

NIM : 107009022

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr. Dwi Widayati, M.Hum. Dr. Deliana, M.Hum.

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. T.Silvana Sinar,M.A.,Ph.D. Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE.

Tanggal Lulus: 31 Agustus 2012

Universitas Sumatera Utara Telah diuji pada Tanggal: 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dwi Widayati, M.Hum.

Anggota : 1. Dr. Deliana, M.Hum.

2. Prof. Amrin Saragih, Ph.D., M.ATel.

3. Dr. Nurlela, M.Hum.

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN

Judul Tesis

KEKERABATAN BAHASA BATAK, BAHASA NIAS,

DAN BAHASA MELAYU

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 31 Agustus 2012

Juliana

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Tentu saja semua ini tidak lepas dari doa dan dukungan dari berbagai pihak. Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak-pihak tersebut, terutama kepada:

1. Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D. dan Dr. Nurlela, M.Hum. selaku Ketua

dan Sekretaris Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

2. Dr. Dwi Widayati,M.Hum, selaku pembimbing 1 dan Dr. Deliana,M.Hum.

selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberikan ilmu, motivasi,

keikhlasan, dukungan, dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

3. Prof.Amrin Saragih,M.A Tel.,Ph.D. dan Dr. Nurlela,M.Hum. selaku

penguji, atas saran dan petunjuk yang sangat berguna bagi penulis dalam

pengerjaan tesis ini.

4. Segenap dosen Program Studi Linguistik SPS USU yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan bagi penulis semasa kuliah.

Dimuliakanlah mereka.

5. Teman-teman seangkatan pada Program Studi Linguistik yang telah

membantu, menghibur, mendukung, dan memotivasi penulis selama masa

perkuliahan, terutama B’Toha, B’Zufri, Fatimah, K’Rumna, Nurul,

Arman, Junaidi, Bu Aisyah, P Wawan, B’ Syaiful, dan teman-teman lain

Universitas Sumatera Utara yang (tanpa mengurangi rasa sayang) tidak dapat saya sebutkan satu per

satu.

Secara khusus penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Juret dan ibunda Sarni, yang telah begitu berbesar hati selalu membantu, membimbing, mendukung, dan memotivasi penulis dengan penuh cinta sedari kecil hingga dewasa sekarang ini. Keberkahan, kemuliaan, dan kesehatan semoga selalu dilimpahkan Allah Swt kepada keduanya.

Tidak lupa juga kepada saudara-saudara penulis tercinta, abangda Agus

Sarianto,S.Pd., kakanda Juhenti,S.Pd.SD, dan adinda Ramiati, terima kasih atas semua kebaikan yang telah penulis terima. Tetaplah saling menyayang dan saling mendukung.

Dan, untuk yang paling mendukung penulis, suami tercinta M.Paisal

Hutabarat,S.T. atas semua inspirasi dan motivasi sehingga tesis ini terselesaikan.

Untuk yang menghibur penulis, kedua putra tercinta, M.Rizki Al Ghifari dan

M.Hafiz Ismail (matahariku, Bunda sayang kalian, jadilah anak yang saleh).

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya. Semoga tesis ini bermanfaat sebagai rujukan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan selanjutnya.

Medan, Agustus 2012

Juliana

Universitas Sumatera Utara DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Biodata Nama : JULIANA Tempat, Tanggal Lahir : Aek Nabara, 1 Agustus 1975 NIM : 107009022 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Golongan Darah : O Alamat : Perum Ray Pendopo 3 No 24 Jalan Terusan Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Pekerjaan : Pegawai Balai Bahasa Sumatera Utara

II. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 12168 Aek Nabara, tahun 1988 2. SMP Negeri Aek Nabara, tahun 1991 3. SMA Negeri I Rantau Prapat, tahun 1994 4. Universitas Sumatera Utara, 1999 5. Akta IV Universitas Muslim Nusantara, 2003

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ...... i Lembar Persetujuan ...... ii Lembar pernyataan ...... iii Kata Pengantar ...... vi Riwayat Hidup ...... viii Daftar Isi ...... ix Daftar Singkatan dan Lambang ...... xii Daftar Tabel ...... xiii Abstract ...... xiv Abstrak ...... xv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 8 1.3 Tujuan ...... 8 1.4 Manfaat ...... 8 1.4.1 Manfaat Teoretis ...... 8 1.4.2 Manfaat Praktis ...... 9 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, KAJIAN TERDAHULU ...... 10 2.1 Konsep ...... 10 2.1.1 Kekerabatan Bahasa ...... 10 2.1.2 Bahasa Melayu ...... 11 2.1.3 Bahasa Batak ...... 12 2.1.4 Bahasa Nias ...... 14 2.2 Landasan Teori ...... 15 2.2.1 Migrasi Bahasa ...... 16 2.2.2 Korespondensi Bunyi ...... 17 2.2.3 Variasi Bunyi ...... 19 2.2.4 Leksikostatistik ...... 21 2.2.5 Glotokronologi ...... 29 2.3 Penelitian Terdahulu ...... 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...... 33 3.1 Metode Penelitian ...... 33 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 35 3.2.1 Lokasi Penelitian ...... 35 3.2.1.1. Kota Medan ...... 35 3.2.1.2 Kota (Nias) ...... 37 3.2.1.3 Kabupaten Tapanuli Utara ...... 38 3.2.2 Waktu Penelitian ...... 39

Universitas Sumatera Utara 3.3 Data dan Sumber Data ...... 39 3.3.1 Data ...... 39 3.3.2 Sumber Data ...... 40 3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...... 41 3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ...... 42 3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis ...... 47 BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...... 48 4.1. Paparan Data ...... 48 4.2 Temuan Penelitian ...... 53 BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN ...... 85 5.1 Kemiripan Fonetis ...... 85 5.1.1 Analisis Vokal dan Konsonan ...... 85 5.1.1.1 Analisis Vokal ...... 86 5.1.1.2 Analisis Konsonan ...... 112 5.1.2 Bentuk-Bentuk Metatesis ...... 148 5.1.3 Pemanjangan Bentuk ...... 149 5.2 Tingkat Kekerabatan,Waktu Pisah, dan Usia Bahasa ...... 152 5.2.1 Tingkat Kekerabatan ...... 152 5.2.2 Waktu Pisah ...... 154 5.2.3 Usia Bahasa ...... 160 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...... 163 6.1 Simpulan ...... 163 6.2 Saran ...... 165 DAFTAR PUSTAKA ...... 166 Lampiran I ...... 170 Lampiran II ...... 175 Lampiran III ...... 181

Universitas Sumatera Utara DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

1. BB = Bahasa Batak 2. BN = Bahasa Nias 3. BM = Bahasa Melayu 4. BJ = Bahasa Jawa

1. ~ = variasi 2. ~ = korespondensi 3. Ø = zero, kosong 4. E = bunyi e keras (taling) 5. | = bunyi e lemah (pepet) 6. I = bunyi i kendur 7. U = bunyi u kendur 8. R = bunyi R lemah (uvular) 9. O = bunyi o keras 10 G = bunyi nasal velar 11 ~n = bunyi nasal palatal 12 ɤ = bunyi kh 13 [ ] = transkripsi fonetis 14 / / = transkripsi fonemis

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Penamaan Subkelompok Bahasa 2. Tabel 2 Perkiraan Waktu Pisah dan Usia Bahasa 3. Tabel 3 Pengelompokan Berdasarkan Tahun Pisah Bahasa 4. Tabel 4.1 Daftar 200 Kosakata Dasar Swadesh Ketiga Bahasa 5. Tabel 4.2 Daftar Kata-kata Berkerab at Ketiga Bahasa 6. Tabel 5.1 Korespondensi dan Variasi Vokal [a] 7. Tabel 5.2 Korespondensi dan Variasi Vokal [i] 8. Tabel 5.3 Korespondensi dan Variasi Vokal [u] 9. Tabel 5.4 Korespondensi dan Variasi Vokal [U] 10. Tabel 5.5 Korespondensi dan Variasi Vokal [|] 11. Tabel 5.6 Korespondensi dan Variasi Vokal [e] 12. Tabel 5.7 Korespondensi dan Variasi Vokal [E] 13. Tabel 5.8 Korespondensi dan Variasi Vokal [O] 14. Tabel 5.9 Korespondensi dan Variasi Vokal [o] 15. Tabel 5.10 Korespondensi dan Variasi Vokal [ai dan au] 16. Tabel 5.11 Korespondensi dan Variasi Konsonan [b] 17. Tabel 5.12 Korespondensi dan Variasi Konsonan [c] 18. Tabel 5.13 Korespondensi dan Variasi Konsonan [d] 19. Tabel 5.14 Korespondensi dan Variasi Konsonan [f] 20. Tabel 5.15 Korespondensi dan Variasi Konsonan [g] 21. Tabel 5.16 Korespondensi dan Variasi Konsonan [h] 22. Tabel 5.17 Korespondensi dan Variasi Konsonan [j] 23. Tabel 5.18 Korespondensi dan Variasi Konsonan [k] 24. Tabel 5.19 Korespondensi dan Variasi Konsonan [ɤ] 25. Tabel 5.20 Korespondensi dan Variasi Konsonan [?] 26. Tabel 5.21 Korespondensi dan Variasi Konsonan [m] 27. Tabel 5.22 Korespondensi dan Variasi Konsonan [n] 28. Tabel 5.23 Korespondensi dan Variasi Konsonan [G] 29. Tabel 5.24 Korespondensi dan Variasi Konsonan [p] 30. Tabel 5.25 Korespondensi dan Variasi Konsonan [R] 31. Tabel 5.26 Korespondensi dan Variasi Konsonan [r] 32. Tabel 5.27 Korespondensi dan Variasi Konsonan [s] 33. Tabel 5.28 Korespondensi dan Variasi Konsonan [t] 34. Tabel 5.29 Korespondensi dan Variasi Konsonanl [v] 35. Tabel 5.30 Korespondensi dan Variasi Konsonan [w] 36. Tabel 5.31 Korespondensi dan Variasi Konsonan [y] 37. Tabel 5.32 Korespondensi dan Variasi Konsonan [z]

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan perkembangan dalam perjalanan waktunya. Hal itu dimungkinkan oleh perubahan dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna bahasa. Tidak dapat dibantah, seperti halnya kehidupan yang ada di alam, bahasa pun ternyata memiliki sejarah perkembangannya sendiri-sendiri. Jika dilihat berdasarkan sejarahnya, ternyata bahasa yang satu memiliki kesamaan dengan bahasa yang lain, terutama jika kedua bahasa itu hidup dalam komunitas yang berdekatan secara geografis. Kajian-kajian tentang bahasa dari sisi sejarahnya dalam kajian linguistik termasuk dalam kajian Linguistik Historis Komparatif atau

Linguistik Bandingan Historis.

Linguistik Bandingan Historis atau Linguistik Historis Komparatif adalah sebuah cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Dalam Linguistik Historis Komparatif dipelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data itu diperbandingkan dengan cara cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa tersebut (Keraf, 1991: 22).

Linguistik Historis Komparatif dikenal juga dengan Linguistik Diakronis, yang berupaya mengkaji bahasa dalam kurun waktu yang berbeda. Hal ini berlawanan dengan Linguistik Sinkronis, yang berupaya mempelajari bahasa dalam kurun waktu yang sama. Cabang linguistik diakronis pada prinsipnya

Universitas Sumatera Utara menelaah perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain, mengamati cara bagaimana bahasa-bahasa mengalami perubahan, serta mengkaji sebab akibat dari perubahan bahasa. Menurut Robins (1990) linguistik diakronis yang termasuk kajian linguistik murni memiliki peran penting sebagai bagian dari linguistik umum. Cabang linguistik ini memberi kontribusi berharga bagi pemahaman tentang hakikat kerja bahasa dan perkembangan bahkan perubahan bahasa-bahasa pada umumnya.

Pada dasarnya, perubahan bahasa merupakan suatu fenomena yang bersifat semesta dan universal. Perubahan bahasa sebagai fenomena yang bersifat umum dapat dilihat dari perubahan bunyi pada tataran fonologi yang merupakan tataran kebahasaan yang sangat mendasar dan penting dalam rangka telaah di bidang

Linguistik Historis Komparatif (Fernandes, 1996). Berbicara tentang perubahan, tidak terlepas dari pembicaraan satu bahasa atau bahasa yang berbeda tetapi masih dalam rumpun yang sama atau bahasa yang sama tetapi dalam kurun waktu yang berbeda. Misalnya membandingkan perbedaan yang ada dalam bahasa dengan bahasa Aceh pada saat ini, atau membandingkan bahasa Aceh yang digunakan pada zaman dahulu dengan bahasa Aceh yang ada pada saat ini.

Pengenalan atas dua bahasa atau lebih selalu menjadi kajian yang menarik bagi para peneliti. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pencarian peneliti tentang apakah ada hubungan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain pada masa lampau, atau apakah pada dasarnya, dahulu ada bahasa tunggal yang kemudian terpecah menjadi banyak bahasa di dunia, akhirnya mengarahkan para ahli bahasa untuk meneliti kemungkinan tersebut.

Universitas Sumatera Utara Penelitian tentang Linguistik Historis Komparatif sudah mulai dilakukan jauh sebelum abad ke -19. Dapat dikatakan, Dante adalah pelopornya (1265-

1321). Dante membuat perbandingan dari dialek-dialek bahasa daerah di Eropa dalam tulisannya De Vulgary Eloquentia. Setelah itu, banyak nama yang terukir dalam sejarah, termasuk Catherine II dari Rusia, Jacob Grimm (1787-1863) yang menemukan adanya pergeseran bunyi atau pertukaran bunyi yang berlangsung secara teratur antara bahasa Jerman dan bahasa Yunani-Latin. Pergeseran bunyi ini diuraikan dalam bukunya Deutsche Grammatik pada tahun 1819 yang dikenal dengan nama Hukum Grimm. Selanjutnya August Shleicher (1823-1868), orang yang sangat berperan dalam Linguistik Historis komparatif . Shleicher mengemukakan pengertian-pengertian baru seperti Ursprache (proto language) yaitu bahasa-bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat. Selain itu, mencetuskan stammbaumtheorie (1866) atau yang kemudian dikenal dengan nama Family Tree atau silsilah. Dalam teori ini dikemukakan dengan jelas tentang bahasa-bahasa, mulai dari bahasa proto yang berkembang menjadi cabang-cabang bahasa, serta pengembangan selanjutnya dari cabang-cabang utama sampai ke cabang-cabang yang lebih kecil dengan tetap memperlihatkan hubungannya.

Selanjutnya, dapat diketahui bersama bahwa abad ke-19 adalah puncak dari perkembangan cabang linguistik ini, terutama di Jerman. Para ilmuwan telah berhasil meletakkan dasar-dasar dan metode yang sangat berguna dalam penelitian perbandingan bahasa dewasa ini. Walaupun penelitian masih terbatas di Eropa, tidak dapat dipungkiri bahwa yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut telah memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi perkembangan kajian ini

Universitas Sumatera Utara (Keraf, 1984: 27-31 dan 106-107, Robins, 1990: 228-268, Parera, 1991: 59-65,

Mahsun, 1995: 5-10).

Kerja keras para ahli ini kemudian memberi sumbangan yang sangat besar dalam perkembangan Linguistik Historis Komparatif di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini, SIL ( Summer Institute of Linguistics) menetapkan jumlah bahasa di Indonesia lebih dari 700 bahasa yang dikelompokkan dalam delapan kelompok besar dan terbagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi.

Yang jelas, kesemuanya berada dalam satu rumpun bahasa yang disebut rumpun

Austronesia.

Seperti diketahui bersama, rumpun bahasa Austronesia yang membentang dari Madagaskar (Afrika) sampai Rapanui yang terletak sebelum Selandia Baru adalah rumpun bahasa yang sangat luas wilayah tuturnya. Hal ini juga berakibat pada banyaknya ragam yang tergolong pada rumpun Austronesia ini. Untuk mempermudah penelitian kebahasaan yang berkaitan dengan bahasa-bahasa yang berkerabat atau dalam menentukan bahasa purbanya, ada alat bantu yang dapat digunakan yang dikenal sebagai daftar kosa kata dasar Swadesh yang terdiri atas

200 kosa kata dasar nonkultural sehingga walaupun memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, penelitian tentang kekerabatan bahasa dapat dilakukan dengan cara yang lebih mudah dan terarah.

Kridalaksana, (2008: xiix) menyebutkan terdapat 167 bahasa-bahasa utama di dunia. Selain itu juga dicantumkan 3 keluarga bahasa yang ada di

Indonesia, mengutip dari S.J. Esser, yaitu Keluarga Melayu Polinesia, Keluarga

Halmahera Utara, dan Keluarga Bahasa-Bahasa Irian. Keluarga Melayu Polinesia

Universitas Sumatera Utara akan terbagi lagi menjadi 16 rumpun yang di antaranya rumpun Sumatera yang di dalamnya terdapat 14 bahasa. Yaitu Aceh, Gayo, Batak, Minangkabau, Melayu,

Melayu Sumatera Selatan, Rejang-Lebong, Lampung, Simalar, Nias, Sikhule,

Mentawai, Enggano, Loncong, dan Lom. Semua bahasa yang berada dalam wilayah Republik Indonesia, selain bahasa Indonesia dan bahasa asing, akan disebut sebagai bahasa daerah.

Dalam Politik Bahasa (Halim, 1980:21) dinyatakan bahwa bahasa daerah merupakan bagian kebudayaan Indonesia yang masih hidup sehingga harus dihargai dan dipelihara atau dilestarikan. Salah satu usaha pelestarian bahasa daerah adalah dengan melakukan penelitian-penelitian yang nantinya akan menambah wawasan kebahasaan kita, terutama tentang bahasa daerah yang diteliti. Salah satu kajian penelitian yang penting dilakukan adalah penelitian tentang kekerabatan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, penelitian seperti ini banyak sekali dilakukan terhadap bahasa-bahasa di Eropa. Padahal, Indonesia memiliki banyak bahasa daerah yang mungkin sekali belum pernah diteliti, terutama penelitian yang berkaitan dengan kekerabatan bahasa. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian kekerabatan bahasa-bahasa di Nusantara, kususnya yang ada di wilayah Nusantara Barat (Sumatera dan pulau-pulau di sekitarnya) belum banyak dilakukan. Sebagai bahasa-bahasa yang sudah diketahui sebagai bagian dari rumpun Autronesia, yang mungkin memiliki wilayah pakai paling rumit karena terdiri atas ribuan pulau-pulau besar dan kecil, bahasa-bahasa di Nusantara Barat

Universitas Sumatera Utara tentulah memiliki kekerabatan yang diasumsikan sangat erat. Sementara itu, istilah kekerabatan dalam istilah linguistik diartikan sebagai hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber yang sama (KBBI, 2008 ).

Objek penelitian adalah bahasa yang berkerabat di wilayah Sumatera

Utara, yaitu bahasa Batak, bahasa Nias, dan bahasa Melayu, (selanjutnya akan disebut BB, BN, dan BM). Ketiga bahasa ini dijadikan objek penelitian karena ketiga bahasa ini berada di Wilayah tutur yang berdekatan (letak geografis yang berdekatan), tetapi memiliki perbedaan yang cukup jauh. Hal ini bertentangan dengan teori yang dijelaskan di awal bahwa bahasa-bahasa yang berdekatan secara geografi, memiliki kesamaan yang lebih besar dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang letak geografi pemakainya yang berjauhan. Peneliti tertarik untuk mengetahui silsilah kekerabatan, waktu pisah ketiga bahasa ini, dan perkiraan usia bahasa-bahasa ini.

Beberapa contoh di bawah ini akan menggambarkan persamaan dan perbedaan ketiga bahasa yang menjadi objek penelitian

Glos BB BN BM

Abu sirabun avu abu

Anak daganak ono ana?

Asap timus simbo asap

Baik burju saxi bae?

Berkata makkatai motune becakap

Darah mudar ndo daRah

Gigi ipon ife gigi

Universitas Sumatera Utara Hijau narata owuge’e hijau

Makan mangan manga makan

Kanan siamun kabele kanan

Data di atas menunjukkan bahwa ketiga bahasa ini memiliki perbedaan yang cukup besar sebagai bahasa yang berada dalam wilayah geografis yang berdekatan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa sebagai bahasa yang diakui di dunia, bahasa Nias jarang sekali diteliti. Sulit sekali mencari data jika ingin membicarakan bahasa ini. Padahal, bahasa Nias memiliki keunikan tersendiri, misalnya setiap kata yang selalu diakhiri oleh vokal ata suku terbuka.

Selain itu, bahasa Nias memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan bahasa- bahasa di sekitarnya. Memang harus diakui, suku Nias terpisah dengan sekelilingnya karena mereka berdiam di sebuah pulau. Faktor inilah yang mungkin sangat berperan dalam keeksklusivan bahasa Nias. Indikator yang akan digunakan untuk melihat silsilah atau kekerabatan bahasa ini adalah kosa kata dasar Swadesh dengan pertimbangan bahwa daftar Swadesh merupakan daftar yang paling banyak dijadikan acuan untuk mempelajari kekerabatan bahasa- bahasa di dunia. Kosakata dasar Swadesh yang dijadikan acuan penelitian berjumlah 200 kosa kata, merupakan kosa kata yang digunakan secara universal di dunia. Artinya, kosa kata ini ada pada seluruh penduduk dunia dan kemungkinan tidak berubah dalam kurun waktu yang lama.

Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah tingkat kemiripan fonetis dalam BB, BN, dan BM?

2. Bagaimanakah tingkat kekerabatan dalam BB, BN, dan BM?

3. Bilamanakah waktu pisah BB, BN, dan BM?

4. Berapakah perkiraan usia BB, BN, dan BM?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah menjawab hal-hal yang dirumuskan dalam permasalahan, yaitu:

1. Menjelaskan tingkat kemiripan fonem berdasarkan korespondensi fonemis

dalam BB, BN, dan BM.

2. Mendeskripsikan tingkat kekerabatan dalam BB, BN, dan BM.

3. Menghitung waktu pisah BB, BN, dan BM.

4. Menghitung perkiraan usia BB, BN, dan BM.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, diharapkan penelitian ini dapat:

1. Menambah khazanah kajian Linguistik Historis Komparatif.

2. Sebagai rujukan bagi penelitian Linguistik Historis Komparatif.

3. Menambah informasi tentang kajian bahasa-bahasa yang sekerabat.

Universitas Sumatera Utara 4. Karena bahasa dan budaya memiliki keterkaitan yang erat, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran tentang hubungan kebudayaan

dari pemilik bahasa-bahasa yang diteliti di masa lampau.

1.4.2 Manfaat Praktis

Selain itu, diharapkan juga memiliki manfaat secara praktis, yaitu:

1. Memberikan informasi kepada pemilik, pengguna, dan peneliti bahasa .

2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian tentang kekerabatan bahasa

selanjutnya.

3. Memotivasi peneliti selanjutnya untuk lebih giat melakukan penelitian

Linguistik Historis Komparatif.

4. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah ketiga

bahasa dalam menentukan batasan wilayah pakai ketiga bahasa

berkaitan dengan maraknya isu pemekaran wilayah.

Universitas Sumatera Utara BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU

2.1 Konsep

Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang menyangkut objek, proses, yang berkaitan dengan penelitian. Dalam KBBI dan

Kamus Linguistik, konsep diartikan sebagai gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Hal-hal yang dibicarakan dalam penelitian ini merupakan konsep-konsep yang mendasari penelitian.

2.1.1 Kekerabatan Bahasa

Kekerabatan dalam istilah linguistik diartikan sebagai hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber yang sama (KBBI, 2008 ).

Sedangkan, bahasa berkerabat diartikan sebagai bahasa yang mempunyai hubungan genealogis dangan bahasa lain. Dengan demikian, bahasa yang berkerabat adalah bahasa yang memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Hubungan ini bisa jadi merupakan asal dari induk yang sama sehingga terdapat kemiripan, atau dapat juga karena adanya ciri-ciri umum yang sama.

Dalam hal bahasa, kemiripan ini terutama terlihat dari segi fonologinya, atau mungkin morfologi, bahkan sintaksisnya. Kridalaksana (2008:116) menjelaskan dalam Kamus Linguistik bahwa Kekerabatan (genetic relationship) adalah hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber bahasa induk yang sama, yang disebut bahasa purba.

Universitas Sumatera Utara Bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun yang sama tentulah memiliki kekerabatan. Akan tetapi, tingkat kekerabatan bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun ini kemungkinan tidaklah sama. Sejauh mana tingkat keeratan hubungan bahasa yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari kemiripan atau perbedaan dari bahasa-bahasa yang dibandingkan. Semakin mirip kedua bahasa, semakin eratlah hubungan kekerabatannya. Semakin berbeda kedua bahasa, semakin rengganglah hubungan kekerabatannya.

2.1.2 Bahasa Melayu

Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan di

Sumatera Utara yang berfungsi dan berkedudukan sebagai alat komunikasi, pendukung kebudayaan, dan lambang identitas masyarakat Melayu. Selama berabad-abad, bahasa Melayu berperan sebagai lingua franca di berbagai belahan bumi. Bahasa Melayu digunakan dan dimanfaatkan untuk kelancaran komunikasi dalam pergaulan, perdagangan, dan lainnya. Fungsi dan kedudukan bahasa terkait erat dengan masyarakat penutur dan pemakai bahasa. Demikian pula dengan kawasan tempat bahasa itu digunakan, dimanfaatkan, dan diperlukan.

Penggunaan bahasa Melayu tidak mengenal batas negara, bangsa, maupun suku bangsa. Sekalipun dikenal rumusan bahwa orang Melayu adalah orang yang berbahasa, berbudaya, dan bertempat tinggal di pemukiman masyarakat Melayu, namun “kawasan penggunaan bahasa Melayu” dan “masyarakat pengguna bahasa

Melayu” tidaklah sempit. Selanjutnya, sekalipun yang dikenal sebagai budaya

Melayu adalah budaya yang berlandaskan ajaran agama Islam dengan pilar

Universitas Sumatera Utara utamanya adat bersendikan syaraq, syaraq bersendikan qitabullah, namun penutur dan pemakai bahasa Melayu tidaklah terbatas hanya pada pemeluk agama

Islam (Ridwan, 2005:208).

Dalam perkembangannya, bahasa Melayu, khususnya yang berada di

Nusantara berkembang menjadi dialek-dialek atau bahkan terpecah menjadi bahasa yang berdiri sendiri. Di Sumatera utara saja, dikenal bahasa Melayu

Langkat, bahasa Melayu Deli, bahasa Melayu Serdang, bahasa Melayu Bedagai, bahasa Melayu Batubara, bahasa Melayu Asahan, bahasa Melayu Bilah, bahasa

Melayu Kotapinang, bahasa Melayu Panai, dan bahasa Melayu Kualoh.

Bahasa Melayu yang dijadikan objek penelitian adalah bahasa Melayu

Deli karena bahasa Melayu Deli dianggap yang paling dapat mewakili bahasa

Melayu secara keseluruhan dan karena bahasa Melayu Deli digunakan oleh masyarakat Melayu yang tinggal di Medan.

2.1.2 Bahasa Batak

Dalam Kamus Linguistiknya, Kridalaksana menyebut bahasa Batak dengan sebutan “Dialek-Dialek Batak”, yang menyiratkan bahwa bahasa Batak memiliki banyak variasi yang masih tergolong dalam dialek. Terdiri atas bahasa

Batak (dialek) Karo/Alas/pakpak, bahasa Batak (dialek) Toba, bahasa Batak

(dialek) Simalungun, bahasa Batak (dialek) Angkola Mandailing. Hal ini kemudian didukung oleh temuan Balai Bahasa Medan dalam kegiatan pemetaan bahasa-bahasa di seluruh Nusantara dengan perhitungan dialektologi yang masih mengategorikan bahasa batak dan varian-variannya dalam bentuk dialek-dialek,

Universitas Sumatera Utara bukan bahasa-bahasa yang berdiri sendiri. Perlu dicatat bahwa data yang digunakan dalam kegiatan itu adalah data bahasa yang diperoleh pada tahun 1990.

Dengan kemungkinan adanya perubahan dalam kurun waktu setiap 10 tahun, kenyaataan yang ada saat ini bisa jadi tidak lagi sama.

Sementara itu, Panggabean dalam tesisnya pada tahun 1994 menyebut

“Bahasa-Bahasa Batak” yang dimaknai bahwa variasi-variasi yang ada dalam kelompok bahasa Batak sudah berdiri sebagai bahasa. Ini ditopang dengan kenyataan bahwa masing-masing masyarakat Batak akan menganggap sukunya sebagai suku yang berbeda dan berdiri sendiri. Masyarakat Batak

Mandailing/Angkola bertahan bahwa mereka adalah masyarakat yang berbeda, bukan bagian dari Batak. Saat ini, hal itu berkembang lagi dengan kenyataan bahwa Mandailing dengan Angkola pun tidak mau disamakan lagi. Begitu juga yang terjadi dengan Simalungun, Karo, Pakpak/Dairi. Walaupun begitu, hal itu bukanlah sesuatu yang terlalu penting mengingat dalam penelitian ini perbandingan akan dilakukan dalam bahasa-bahasa yang jelas berbeda, bukan dalam ranah bahasa Batak dan varian-variannya. Bahasa Batak yang akan digunakan sebagai bahan kajian adalah bahasa Batak Toba.

Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang dipergunakan di daerah sekitar Danau Toba dan sekitarnya, termasuk Pulau Samosir, Sumatera

Utara. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Batak_Toba). Diperkirakan, penutur bahasa Batak Toba dewasa ini sekitar 2 juta jiwa dengan perincian 1,5 juta bermukin di daerah Batak Toba dan selebihnya berada di perantauan seperti

Universitas Sumatera Utara Medan, Jakarta, dan di kota-kota besar lainnya, bahkan sampai Papua karena

“Orang Batak” terkenal dengan sifatnya yang keras dan memiliki semangat hidup yang tinggi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

2.1.3 Bahasa Nias

Bahasa Nias, atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di Pulau Nias. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa di dunia yang masih belum diketahui persis dari mana asalnya. Namun, seperti layaknya bahasa-bahasa yang ada di Nusantara, bahasa Nias juga termasuk dalam rumpun Austronesia.

Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa dunia yang masih bertahan hingga sekarang dengan jumlah pemakai aktif sekitar setengah juta orang. Bahasa ini dapat dikategorikan sebagai bahasa yang unik karena setiap akhiran katanya berakhiran huruf vokal. Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu a,e,i,u,o dan | ( http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Nias).

Bahasa Nias yang dijadikan objek penelitian adalah bahasa Nias dialek

Gunung Sitoli dengan alasan Kota Gunung Sitoli merupakan kota terbesar di

Pulau Nias sehingga bahasa Nias yang kemungkinan memiliki dialek-dialek akan bertemu di Kota Gunung Sitoli yang dulunya merupakan ibukota Kabupaten Nias sebelum Nias dimekarkan menjadi 5 kabupaten. Hal ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang bahasa Nias secara umum.

Universitas Sumatera Utara 2.2 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan Linguistik Historis Komparatif. Dalam Linguistik Historis

Komparatif dibicarakan kekerabatan bahasa berdasarkan sejarah timbulnya bahasa-bahasa tersebut. Dalam hal ini, konsep bahasa purba yang dianggap sebagai bahasa asal bahasa-bahasa turunan tentulah menjadi hal yang sangat berperan dalam penetapan keluarga bahasa. Karena itulah, suatu telaah atau kajian historis juga membicarakan kesamaan bentuk bahasa secara fonetis serta perubahan-perubahannya, lewat korespondensi bunyi dan variasi-variasi bunyi yang terdapat dalam bahasa-bahasa yang berkerabat, berupaya menetapkan waktu pisah bahasa-bahasa yang dibicarakan, juga memperkirakan usia bahasa- bahasa tersebut melalui metode-metode tertentu.

2.2.1 Migrasi Bahasa

Dalam teori migrasi bahasa disebutkan adanya asumsi bahwa untuk mencapai tempat-tempat yang sekarang didiami oleh bahasa tertentu, penutur- penutur bahasa proto atau bahasa purba harus berpindah tempat dari suatu wilayah proto (proto area) yang menjadi tempat asal penutur-penutur bahasa itu.

Ada dua dalil yang mendasari teori migrasi bahasa ini:

1. Wilayah asal bahasa-bahasa kerabat merupakan suatu daerah yang

bersinambung.

2. Jumlah migrasi yang mungkin direkonstruksi akan berbanding terbalik

dengan jumlah gerak perpindahan dari tiap bahasa.

Universitas Sumatera Utara Dalil pertama manyebutkan adanya wilayah asal bahasa, dengan kata lain, adanya asumsi bahwa bahasa-bahasa yang berkerabat sebenarnya berasal dari satu wilayah yang sama, dengan kata lain pula, berasal dari satu bahasa yang sama yang kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa yang berbeda. Karena bahasa-bahasa yang berkerabat merupakan bentuk percabangan dari satu bahasa proto, maka semua bentuk itu dapat ditelusuri kembali melalui gerak-gerak yang berasal dari wilayah yang bersinambung tadi. Yang dimaksud dengan wilayah asal adalah wilayah dari bahasa yang menurunkan bahasa-bahasa yang setara dewasa ini. Daerah asal bahasa-bahasa yang setara itu disebut Homeland atau

Negeri asal

Dalil kedua dapat dianggap sebagai kaidah “gerak yang paling minimal”.

Maksudnya, bila jumlah gerak dalam dua buah peluang migrasi yang direkonstruksikan itu berbeda, maka migrasi dengan jumlah gerak yang paling kecil mempunyai peluang yang paling besar sebagai migrasi yang sesungguhnya pernah terjadi. (Keraf, 1984: 172-174).

2.2.2 Korespondensi Bunyi

Korespondensi bunyi atau kesepadanan bunyi, awalnya dikenal dengan istilah hukum bunyi (Lautgesetz, Sound Law, Grimm’s Law), diartikan sebagai hubungan yang teratur mengenai bunyi-bunyi bahasa yang didasarkan pada kata- kata dengan makna yang mirip (Keraf, 1984:42). Seperti dijabarkan di bagian pendahuluan, hukum bunyi ini awalnya dirumuskan oleh Jacob Grimm. Dalam penelitian atas bahasa-bahasa Jerman dan bahasa Indo-Eropa lainnya Grimm

Universitas Sumatera Utara mendapatkan kenyataan bahwa ada pergeseran atau pertukaran bunyi yang berlangsung secara teratur dalam bahasa-bahasa yang ditelitinya. Para ahli bahasa pada masa itu yang dikenal dengan sebutan aliran Junggrammatiker memberi perhatian yang besar pada hukum bunyi ini dan menyatakan bahwa hukum bunyi ini berlaku tanpa kecuali.

Bahasa-bahasa yang ada dewasa ini diasumsikan berasal dari satu bahasa yang sama. Perubahan-perubahan yang terjadi kemudian karena faktor waktu dan letak geografis ternyata masih menyisakan kemiripan atau kesamaan dalam beberapa bahasa. Bahasa-bahasa yang masih memiliki kemiripan inilah yang disebut sebagai berkerabat. Dalam hal ini, perubahan yang terjadi masih dapat diamati dan dirumuskan melalui hukum bunyi atau korespondensi bunyi yang terdapat dalam bahasa-bahasa tersebut. Misalnya, dengan mempergunakan kata- kata bilangan atau kata-kata yang menyangkut anggota tubuh (yang dianggap universal karena dimiliki oleh semua bahasa di dunia) dapat ditentukan perangkat korespondensi. Contoh: Melayu hidung

Ma’ayan urung

Banjar hidung

Lamalera irung

Jawa irung

Batak igung

Tagalog ilung

Universitas Sumatera Utara Dari data-data tersebut, diperoleh perangkat korespondensi berikut:

/ h – ø - h – ø – ø – ø – ø /

/ i - u – i -- i – i – i – i /

/ d – r – d – r – r – g – l /

/ u – u – u – u – u – u – u /

/ G - G--- G - G - G - G - G /

Semakin banyak data yang diperbandingkan maka semakin banyak pula kemungkinan untuk memperoleh perangkat korespondensi fonemisnya. Akan tetapi, korespondensi fonemis ini tidak dapat dirumuskan dari satu pasangan kata saja, data lain juga harus menunjukkan kesesuaian dengan data yang sebelumnya.

Dalam bahasa-bahasa Nusantara, kita dapat melihat contoh pada kata ‘batu’.

Dalam bahasa Melayu: batu, Jawa: watu, Batak: batu, Lamalera: foto. Dalam pasangan kata ini terdapat indikasi adanya perangkat korespondensi fonemis: /b – w – b – f /. Jika hubungan antara fonem-fonem itu menjadi perangkat korespondensi fonemis yang sesungguhnya, maka harus dapat diperoleh dari pasangan kata-kata lain. Dan, memang itulah yang terjadi, dalam pasangan kata- kata berikut:

Glos Melayu Jawa Batak Karo Lamalera

babi babi wawi babi fave

bulan bulan wulan bulan fula

buluh buluh wulu buluh fulo

(Keraf, 1984:52-53)

Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Variasi Bunyi

Perubahan bunyi yang muncul secara teratur disebut korespondensi, sedangkan perubahan bunyi yang muncul secara sporadis disebut variasi (Mahsun,

1995:28). Variasi bunyi dapat berupa perubahan dari yang sama menjadi berbeda, dari yang berbeda menjadi sama, pelesapan atau penghilangan, penambahan, atau perubahan letak bunyi-bunyi yang terdapat dalam kata-kata bahasa yang berkerabat. Perubahan bunyi yang tergolong variasi adalah:

1. Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi ketika dua fonem yang berbeda dalam bahasa proto mengalami perubahan menjadi fonem yang sama dalam bahasa sekarang atau proses perubahan satu segmen (bunyi) menjadi serupa dengan yang lainnya. Asimilasi ini ada yang disebut asimilasi total atau identik, dan ada yang disebut sebagai asimilasi parsial atau sebagian saja. Asimilasi total atau identik terjadi apabila perubahan terjadi secara total. atau seluruhnya, sedangkan asimilasi parsial terjadi apabila perubahan terjadi bila hanya sebagian cirri-ciri fonetis bunyi-bunyi tersebut yang disamakan. Dalam bahasa Batak banyak terjadi asimilasi bunyi.

Contoh: dang kuboto  dakkuboto ‘tidak kutahu’

mambuka  mabbuka ‘membuka’ dll.

2. Disimilasi

Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi. Jika asimilasi perubahan yang tidak sama menjadi sama, dalam disimilasi perubahan bunyi terjadi dari

Universitas Sumatera Utara yang sama menjadi tidak sama. Dalam bahasa Proto Austronesia (PAN) dan

Melayu, hal ini terjadi:

Contoh: PAN Melayu

* t’ambut sambut ‘sambut’

* t’akit sakit ‘sakit’

3. Metatesis

Metatesis merupakan perubahan bunyi yang berkaitan dengan perubahan letak bunyi-bunyi bahasa. Perubahan letak bunyi-bunyi ini akan menghasilkan kata-kata yang berbeda tetapi masih berada dalam lingkup makna yang sama.

Contoh-contoh yang ada dalam bahasa Indonesia: lebat  tebal, lajur  jalur

4. Swarabakti

Swarabakti ini disebut juga sebagai bunyi pelancar atau pelancar bunyi.

Sering sekali bunyi-bunyi tertentu muncul ketika bunyi berupa gugus konsonan atau gugus vokal hadir. Sebenarnya, sebagian beranggapan bahwa swarabakti ini adalah bentuk penambahan bunyi seperti layaknya protesis, epentesis, dan paragoge. Akan tetapi, dalam swarabakti atau bunyi pelancar ini, bunyi yang muncul adalah bunyi-bunyi yang memang berfungsi untuk melancarkan bunyi.

Misalnya, bunyi /y/ hadir antara vokal /ia/, bunyi /w/ hadir di antara vokal /ua/, dan bunyi /e/ hadir di antara konsonan /tr/, dll.

Contoh: siang siyang

uang uwang

putra putera, dll.

Universitas Sumatera Utara 2.2.4 Leksikostatistik

Linguistik Historis Komparatif melandaskan metodenya pada kesamaan bentuk, tetapi kesamaan bentuk dalam perkembangan sejarah yang sama. Salah satu metode dalam Linguistik Historis Komparatif ialah leksikostatistik, yang berfungsi menentukan tingkat hubungan di antara dua bahasa dengan membandingkan kosakata dari bahasa dan menentukan tingkat kesamaan di antaranya.

Leksikostatistik adalah suatu teknik yang memungkinkan kita untuk menentukan tingkat hubungan di antara dua buah bahasa, dengan menggunakan cara yang paling mudah, yaitu dengan membandingkan kosa kata pada bahasa- bahasa tersebut yang kemudian dapat dilihat dan ditentukan tingkat kesamaan di antara kosa kata kedua bahasa (Crowley: 1992:168). Dengan demikian, sejauh mana hubungan kekerabatan satu bahasa dengan bahasa lainnya dapat diketahui.

Menurut Crowley (1987: 191—192), metode leksikostatistik beroperasi di bawah dua asumsi dasar. Asumsi pertama ialah bahwa beberapa bagian kosakata dari sebuah bahasa sukar berubah daripada bagian lainnya. Apa yang dimaksud dengan kosakata yang sukar berubah adalah kosakata dasar, yakni kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa, dan merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa ( lihat juga Keraf, 1991: 123).

Kemudian, istilah ‘perubahan’ mengacu pada penggantian sebuah kata dengan sebuah kata nonkerabat karena bentuk asli berubah maknanya sehingga kemunculannya merujuk kepada sesuatu yang lain, atau karena sebuah kata dipinjam dari bahasa lain untuk mengekspresikan makna tertentu.

Universitas Sumatera Utara Asumsi kedua ialah bahwa perubahan kosakata dasar pada semua bahasa adalah sama. Asumsi ini telah diuji pada 13 bahasa, di antaranya bahasa yang memiliki naskah-naskah tertulis. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam tiap 1.000 tahun, kosakata dasar suatu bahasa bertahan antara 86,4—74,4 %, atau dengan angka rata-rata 80,5%. Tentu saja hal itu tidak dapat diartikan bahwa semua bahasa akan bertahan dengan persentase rata-rata tersebut, karena semua bahasa yang digunakan dalam eksperimen itu (kecuali dua bahasa) adalah bahasa-bahasa

Indo-Eropa.

Bila asumsi kedua diterima, retensi rata-rata kosakata dasar suatu bahasa dalam tiap 1.000 tahun dapat dinyatakan dalam rumus: 80,5% x N. Simbol N adalah jumlah kosakata dasar yang ada pada awal kelipatan 1.000 tahun yang bersangkutan. Dari 200 kosakata dasar (N) suatu bahasa sesudah 1.000 tahun pertama akan tinggal 80,5% x 200 kata = 161 kata. Sesudah 1.000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x 161 kata = 139,6 kata atau dibulatkan menjadi 140 kata.

Sesudah 1.000 tahun ketiga kosakata dasarnya tinggal 80,5 x 140 kata = 112,7 atau dibulatkan menjadi 113 kata, dan seterusnya.

“Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat/kerabat (Mahsun,1995:115)”.

Dalam penghitungan leksikostatistik, kata-kata yang memiliki kemiripan dari segi fonetis atau morfologi akan dianggap sebagai kata yang berkerabat atau dikenal dengan istilah kognat (cognate). Melalui kata-kata berkerabat inilah dilakukan penghitungan waktu pisah dari bahasa protonya atau usia bahasa.

Universitas Sumatera Utara Menurut Keraf,(1984: 121) Leksikostatistik itu suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata- kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Dari konsep di atas, Keraf kemudian menjabarkan metode kerja dalam leksikostatistik yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian kekerabatan bahasa.

Asumsi Dasar Leksikostatistik

Ada empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih (Keraf: 1984: 123)

Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :

1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya.

Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa sekaligus merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa. Kosa kata yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya, setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian-pengujian untuk menerapkan metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dalam seleksi ini adalah dapat disusun sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang dianggap harus ada pada semua bahasa sejak awal mula perkembangannya. Kosa kata dasar itu meliputi :

Universitas Sumatera Utara 1. kata ganti;

2. kata bilangan;

3. kata-kata mengenai anggota badan (dan sifat atau aktivitasnya);

4. alam dan sekitarnya: udara, langit, air, gunung, dan sebagainya beserta sifat atau aktivitasnya;

5. alat-alat perlengkapan sehari-hari yang sudah ada sejak permulaan: tongkat, pisau, rumah, dan sebagainya.

Morris Swadesh mengusulkan sekitar 200 kosa kata dasar yang dianggapnya universal, artinya bisa terdapat pada semua bahasa di seluruh dunia.

2. Retensi (ketahanan ) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.

Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada dalam suatu bahasa, suatu persentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1.000 tahun. Kalau asumsi ini diterima, maka dari sebuah bahasa yang memiliki 200 kosa kata, sesudah 1.000 tahun akan bertahan 80,5%, dan dari sisanya sesudah

1.000 tahun kemudian akan bertahan lagi dalam persentase yang sama.

3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama.

Setelah menguji beberapa bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya akan menunjukan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan dengan angka-angka rata-rata 80,5%. Apabila kita ingin menghitung retensi ( ketahanan) kosa kata dasar kedua bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus : 80.5% x N. N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan 1000 tahun kedua bahasa. Sehingga, dari

200 kosakata dasar (N) suatu bahasa, sesudah 1000 tahun pertama akan tinggal

Universitas Sumatera Utara 80,5% x 200 = 161kata, sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x161 kata

= 139,6 kata atau dibulatkan menjadi 140 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar yang tinggal adalah 80,5% x 140 kata = 112,7 kata atau dibulatkan menjadi 113 kata, dan seterusnya (seperti yang dijabarkan oleh

Crowley di atas).

Dalam leksikostatistik, tataran yang berbeda dari subkelompok dinamai sebagai berikut: Tabel 1

Penamaan Subkelompok Bahasa

Level subkelompok persentase kerabat pada kosakata inti Bahasa (language) 81—100% Keluarga (family) 36—81% Rumpun (stock) 12—36% Mikrofilum 4—12% Mesofilum 1—4% Makrofilum 0—1%

Dalam klasifikasi leksikostatistik, kesamaan pada tingkat 81-100% disebut bahasa, kesamaan pada tingkat 36—81% disebut keluarga, kesamaan pada tingkat 12-36% disebut rumpun, kesamaan pada tingkat 4-12% disebut mikrofilum, kesamaan pada tingkat 1-4% disebut mesofilum, dan kesamaan pada tingkat 0-1% disebut makrofilum. Namun, perlu dicatat bahwa ahli bahasa yang berbeda adakalanya menggunakan hitungan yang berbeda.

Perbandingan yang sistematis memerlukan metode yang tepat. Penelitian ini menggunakan metode perbandingan untuk menyusun perangkat ciri yang berkorespondensi dalam bahasa BN, BB, dan BM dengan menggunakan daftar

Universitas Sumatera Utara kosakata dasar dari ketiga bahasa itu, yang disusun oleh Morris Swadesh. Daftar kosakata itu membawa keuntungan dalam penelitian karena terdiri atas kata-kata nonkultural serta retensi kata dasarnya telah diuji dalam bahasa-bahasa yang memiliki naskah-naskah tertulis.

Keraf (1991: 127—130) mengatakan bahwa dalam membandingkan kata- kata untuk menetapkan kata-kata kerabat dan kata-kata nonkerabat terdapat asumsi bahwa fonem bahasa proto yang berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat akan berkembang secara konsisten dalam lingkungan linguistis bahasa kerabat masing-masing. Dalam perbandingan itu, fonem-fonem dalam posisi relatif sama dibandingkan satu sama lain. Bila terdapat hubungan genetis, pasangan fonem tersebut akan timbul kembali dalam banyak pasangan lain. Tiap pasangan yang sama yang timbul dalam hubungan itu merupakan pantulan suatu fonem atau alofon dalam bahasa protonya (lihat juga Crowley).

4. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat menghitung usia atau waktu pisah bahasa-bahasa yang diteliti kalau diketahui persentase kata kerabat kedua bahasa itu. Dan karena dalam tiap 1000 tahun kedua bahasa kerabat itu masing –masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam persentase yang sama, maka waktu pisah dalam kedua bahasa itu harus dibagi dua. Misalnya persentase kata kerabatnya adalah 80, 5%, maka waktu pisah kedua bahasa adalah 500 tahun yang lalu.

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan prosentase kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini (Keraf:

1984: 125): Tabel 2

Perkiraan Waktu Pisah dan Usia Bahasa

Jumlah kata Persentase kata Usia (waktu pisah) antara bahasa A—

kerabat antara A— kerabat B sekian tahun yang lalu (sudah

B dibagi 2)

200-162 100-81 0-500 162-132 81-66 500-1000 132-106 66-53 1000-1500 106-86 53-43 1500-2000 86-70 43-35 2000-2500 70-56 35-28 2500-3000 dan seterusnya

Jika jumlah kata berkerabat antara dua bahasa yang ditelaah antara 200-

162, dengan persentase 100-81, maka waktu pisah diperkirakan 0-500 tahun yang lalu. Jika jumlah kata yang berkerabat antara 162-132 dengan persentase 81-66, maka waktu pisah kedua bahasa diperkirakan antara 500-1000 tahun yang lalu.

Jika jumlah kata berkerabatnya 132-106, dengan persentase 66-53, maka waktu pisah kedua bahasa itu diperkirakan 1000-1500 tahun yang lalu, dan seterusnya.

Setelah menghitung waktu pisah bahasa-bahasa yang dijadikan objek penelitian, selanjutnya dapat pula dilakukan penghitungan usia bahasa seperti yang

Universitas Sumatera Utara dijabarkan di atas dikaji dalam Linguistik Historis Komparatif dengan metode yang disebut glotokronologi.

2.2.5 Glotokronologi

Glotokronologi adalah suatu teknik dalam linguistik historis yang berusaha mengadakan pengelompokan dengan lebih mengutamakan perhitungan waktu

(time depth) atau perhitungan usia bahasa-bahasa kerabat. Dalam hal ini, usia bahasa tidak dihitung secara mutlak dari suatu tahun tertentu, tetapi dihitung secara umum, misalnya mempergunakan satuan ribuan tahun (millennium) (Keraf,

1984: 121).

Pendapat itu ditunjang oleh pakar yang lain, yaitu Terry Crowley yang menyatakan, metode kedua yang biasanya digunakan untuk menentukan waktu tepatnya kapan bahasa yang berkerabat berpisah disebut dengan glotokronologi.

Metode ini memungkinkan seorang linguis atau ahli bahasa mengetahui sudah berapa lama bahasa-bahasa yang berkerabat yang dalam hal ini termasuk pada level sub-grouping telah berpisah (Crowley, 1992:79). Jadi, jika leksikostatistik berusaha melakukan pengelompokan bahasa berdasarkan waktu pisah bahasa- bahasa yang diteliti, glotokronologi berusaha memperkirakan usia bahasa-bahasa tersebut.

Hasil perhitungan tersebut dapat dikelompokkan Crowley (1992:179) menjadi:

Tingkat Pengelompokan Tahun Pisah

Dialek dari satu bahasa Kurang dari 500 tahun Bahasa dari satu keluarga 500 sampai dengan 2500 tahun

Universitas Sumatera Utara Keluarga dari satu rumpun 2500 sampai dengan 5000 tahun Rumpun dari satu mikrofilum 5000 sampai dengan 7500 tahun Mikrofilum dari satu mesofilum 7500 sampai dengan 10.000 tahun Mesofilum dari satu makrofilum Lebih dari 10.000 tahun

Pada kenyataannya, kedua bidang ini selalu dipakai berdampingan karena untuk menghitung usia bahasa dengan teknik glotokronologi ini, harus menggunakan leksikostatistik karena perhitungan yang dilakukan berangkat dari hasil perhitungan leksikostatistik. Begitu juga sebaliknya, untuk melakukan pengelompokan bahasa juga tidak terlepas dari masalah waktu yang dijadikan sebagai landasan pengelompokan. Karena itu, banyak ahli yang pada dasarnya menyamakan pengertian kedua istilah ini Gorys Keraf (1984:122).

Berbicara tentang usia bahasa, tidak terlepas dari pemikiran tentang berapakah usia bumi? Pertanyaan ini juga akan sampai pada, berapakah usia bahasa yang ada di bumi? Sebuah sumber menyatakan bumi ini berusia sekitar 4,6 miliar tahun (http://www.gotquestion.orang/indonesia/umur-bumi.html) sedangkan sumber lain yang memperkirakan usia bahasa menyatakan bahwa bahasa manusia sudah ada sejak 2.900 tahun Sebelum Masehi (http://planet- berita.blogspot.com/2011/10/umur-bahasa-di-dunia.html) walaupun, diinformasikan juga adanya temuan tentang bahasa tulis yang sudah berusia 50 ribu tahun, yaitu bahasa Sumerian. Lalu, berapakah usia bahasa-bahasa yang dijadikan oebjek penelitian? Relevankah dengan perkiraan usia bumi dan bahasa tertua tersebut? Tentunya hal ini akan menjadi temuan yang sangat menarik.

2.3 Penelitian Terdahulu

Universitas Sumatera Utara Penelitian yang berbicara tentang leksikostatistik antara lain adalah Ika

Indriani H. dengan judul Leksikostatistik Bahasa Batak Toba dengan Bahasa

Pakpak Dairi (2007). Dalam penelitian ini digunakan daftar kosa kata yang disusun oleh Mahsun sebanyak 809 kosa kata. Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak digambarkan secara jelas perubahan-perubahan yang terjadi pada bahasa- bahasa yang diteliti. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa bahasa Batak

Toba dan bahasa Pakpak Dairi merupakan bahasa tunggal pada 2.320-2200 tahun yang lalu. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 320-200 sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2000).

Suyata Pujiati Dari Leksikostatistik ke Glotokronologi: Analisis Sembilan

Bahasa di Indonesia (1998). Dalam penelitian ini dikaji kekerabatan Sembilan bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Batak, bahasa Minang, bahasa Melayu, bahasa

Banjar, bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Bali, dan bahasa

Bugis dengan alat bantu 100 kosakata dasar Swadesh. Penelitian ini dilakukan di

Yogyakarta dengan menggunakan mahasiswa sebagai informan. Pujiati menggunakan teknik yang dikemukakan oleh Dyen dan hasil yang didapatkannya adalah bahasa Batak dan bahasa Bugis merupakan bahasa proto atau bahasa tertua, yang menurunkan bahasa yang lain, dari kesembilan bahasa yang diteliti sehingga Pujiati menyebutnya sebagai bahasa proto Batak-Bugis. Bahasa proto

Batak-Bugis awalnya adalah bahasa satu bahasa. Dalam perjalanannya, induk bahasa tersebut berpisah menjadi 3 subgrup: 1. Subgrup Batak, Melayu, Minang, dan Banjar; 2. Subgrup Sunda , Jawa, dan Madura; 3. Subgrup Bali dan Bugis.

Dalam penelitian itu disimpulkan bahwa bahasa yang memiliki kekerabatan

Universitas Sumatera Utara paling renggang atau jauh adalah Batak dan Bugis, sedangkan bahasa Melayu dan bahasa Minang memiliki tingkat kekerabatan yang paling erat atau dekat.

Himpun Panggabean Telaah Bahasa-Bahasa Batak dari Segi

Leksikostatistik (1994). Dalam penelitian ini Panggabean menggunakan 300 kosa kata dasar yang merupakan kombinasi dari Swadesh, Gudschinsky, Travis, Rea, dan Keraf. Panggabean menyimpulkan bahwa bahasa-bahasa Batak mempunyai tigkat kekerabatan dan waktu pisah yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Bahasa Batak Toba dan Angkola berada dalam satu bahasa yang sama, dengan kata lain kekerabatan keduanya masih sangat erat sehingga salah satunya berstatus dialek dari yang lain. Sedangkan bahasa-bahasa Batak yang lain berada dalam lingkup keluarga. Dengan perincian, bahasa Karo, bahasa Alas, dan bahasa

Dairi berada dalam satu kemompok, dan bahasa Simalungun tidak berada dalam kelompok kedua kelompok bahasa tersebut. Ini berarti, bahasa Simalungun berdiri sendiri.

Selain itu, telaah kekerabatan bahasa-bahasa yang ada di Nusantara juga banyak dilakukan oleh para pakar, seperti Kridalaksana, Blust, Dyen, Fernandes,

Mbete, Mahsun, dan lain-lain yang dalam penelitian ini dijadikan rujukan.

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengunpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono 2008: 8).

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas. Walaupun populasi penelitian besar, tetapi dengan mudah dapat dianalisis, baik dengan rumus-rumus statistik maupun komputer. Jadi, pemecahan masalahnya didominasi oleh peran statistik. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya (Masyuri dan Zainuddin 2008: 12). Dari penjelasan di atas, penelitian kekerabatan bahasa yang menggunakan penghitungan yang disebut leksikostatistik dan glotokronologi, tentulah tepat jika menggunakan metode ini.

Penghitungan leksikostatistik berguna untuk menentukan tingkat kekerabatan bahasa-bahasa yang diteliti, menghitung waktu pisahnya, atau bahkan menghitung usia bahasa sehingga dalam penelitian ini tentulah akan

Universitas Sumatera Utara menggunakan angka sebagai acuan untuk penentuan hasil penelitian. Selain itu, terdapat instrumen penelitian yang berupa daftar tanyaan yang terdiri atas 200 kosa kata dasar yang menjadi acuan penghitungan leksikostatistik dan glotokronologi. Penganalisisan dengan menggunakan rumus-rumus yang ada pada teknik leksikostatistik dan glotokronologi, dst sehingga semakin kuatlah metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian bahasa yang menggunakan metode kuantitatif masih sangat jarang dilakukan. Biasanya, penelitian bahasa selalu menggunakan metode kualitatif. Sebenarnya, penelitian ini juga dibarengi dengan metode kualitatif karena akan dilakukan pendeskripsian kata-kata yang secara fonetis telah berubah.

Pendekatan kualitatif diterapkan dalam menjawab permasalahan nomor 1, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab permasalahan no 2,

3, dan 4. Oleh karena itu, pada akhirnya metode kuantitatiflah yang paling berperan dalam penelitian ini. Penggabungan kedua metode ini bukan mustahil dilakukan. Bahkan, pada dasarnya, kedua metode ini saling melengkapi

(Sugiyono, 2008: 26).

Dalam pelaksanaannya, metode perbandingan (komparatif) juga digunakan antara ketiga bahasa yang dijadikan objek penelitian. Perbandingan dilakukan antara BB dengan BN, BN dengan BM, dan BB dengan BM guna melihat persamaan dan perbedaan bahasa-bahasa tersebut.

Universitas Sumatera Utara 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian yang pertama adalah Kota Medan guna menjaring data

BM mengingat jumlah masyarakat Melayu Deli paling banyak terdapat di Kota

Medan. Lokasi kedua adalah Kota Gunung Sitoli yang merupakan kota terbesar di

Pulau Nias. Kota Gunung Sitoli merupakan tempat yang paling tepat untuk mengambil data BN karena mayoritas didiami oleh masyarakat pengguna BN.

Selanjutnya, lokasi ketiga adalah Kabupaten Tapanuli Utara guna mendapatkan data BB mengingat masyarakat Batak Toba banyak berdiam di wilayah ini.

Berikut data ketiga lokasi penelitian.

3.2.1.1 Kota Medan

Medan adalah ibu kota daerah Sumatera Utara, Indonesia, merupakan kota terbesar di Sumatera. Medan bersebelahan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur, dan selatan dan dengan Selat Melaka di sebelah utara.

Penduduk asli Medan adalah orang Melayu, tetapi kini Medan merupakan kota berbagai suku seperti Batak, Jawa, Mandailing, Karo, Minang, Aceh, Nias, bahkan India dan Cina. Masyarakat Cina di Medan berjumlah cukup besar.

Secara geografis, letak kota Medan adalah 3º 30' - 3º 43' LU dan 98º 35' -

98º 44' BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2.5 meter -- 37.5 meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai yang melintasi kota ini, di antaranya Sungai Belawan, Sungai Babura, Sungai Deli,

Sungai Sei Kera, Sungai Sikambing, dll. Kota Medan berbatasan dengan Selat

Universitas Sumatera Utara Melaka di sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, selatan dan timur. Kota ini menjadi kota induk dari beberapa kota di sekitarnya seperti Kota

Binjai, Lubuk Pakam, Deli Tua dan Tebing Tinggi.

Sejak tahun 1990, penduduk Kota Medan mengalami perkembangan yang signifikan hingga tahun 2001. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk

Medan berkembang dari 1,730,725 jiwa pada tahun 1990 menjadi 1,926,520 jiwa pada tahun 2001.( Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2009)

Saat ini, Kota Medan terdiri atas 15 kecamatan: Kecamantan Medan

Polonia, Medan Kota, Medan Johor, Medan Petisah, Medan Area, Medan

Sunggal, Medan Helvetia, Medan Denai, Medan Amplas, Medan Maimun, Medan

Baru, Medan Tuntungan, Medan selayang, Medan Labuhan, Medan Marelan.

Berikut adalah peta Kota Medan yang menjadi lokasi penelitian

3.2.1.2 Kota Gunungsitoli (Nias)

Universitas Sumatera Utara Nias (Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau

Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan obyek wisata penting seperti selancar, rumah tradisional, penyelaman, lompat batu,dll. Pulau dengan luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk 700.000 jiwa. Agama mayoritas daerah ini adalah Kristen Protestan. Nias saat ini telah dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten

Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Nias).

Berikut peta wilayah Nias

3.2.1.3 Kabupaten Tapanuli Utara

Tapanuli Utara adalah salah satu kabupaten yang terletak di wilayah

Sumatera Utara dengan ibukota Tarutung. Luas wilayah kabupaten ini adalah

3.646 km dengan jumlah penduduk 279.257 jiwa. Agama mayoritas penduduknya

Universitas Sumatera Utara adalah Kristen Protestan. Awalnya, kabupaten Tapanuli Utara memiliki wilayah yang cukup luas, tetapi untuk meningkatkan daya guna pemerintahan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan di daerah ini, dilakukan pembagian wilayah ini menjadi beberapa kabupaten baru. Dimulai dengan Kabupaten Dairi pada tahun 1964, kemudian Kabupaten Toba Samosir pada tahun 1998, dan yang terakhir adalah Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2003 sehingga wilayah kabupaten Tapanuli Utara mengecil.

Komunitas masyarakat yang berbahasa Batak Toba tersebar di sepanjang wilayah Tapanuli Utara dan Toba Samosir, sedangkan Dairi didiami oleh mayoritas masyarakat yang berbahasa Pakpak/Dairi dan Humbang Hasundutan menggunakan bahasa Batak dengan dialek yang tidak sekental masyarakat yang berada di wilayah Tapanuli Utara yang beribukota Tarutung. Berikut peta

Kabupaten Tapanuli Utara.

Universitas Sumatera Utara 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012, namun peneliti sudah melakukan pengamatan awal untuk mempersiapkan tulisan ini sejak November

2011.

3.3 Data dan Sumber Data

3.3.1 Data

Data yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah kosa kata dasar

(basic core vocabulary) yang berisi daftar 200 kosa kata yang dianggap ada di seluruh bahasa yang ada di dunia dan tidak akan berubah dalam kurun waktu selama 1000 tahun. Seperti telah dijelaskan di atas, dalam penelitian kekerabatan bahasa, kosa kata yang paling sering digunakan sebagai data adalah kosa kata milik Morris Swadesh yang kemudian direvisi dan disesuaikan dengan lingkungan alam, budaya, dan kebiasaan masyarakat yang akan diteliti. Dalam penelitian dialektologi yang mementingkan perbedaan sekecil apa pun yang muncul, kosa kata ini kemudian dikembangkan menjadi lebih banyak seperti yang dilakukan oleh Holle dan Nothofer. Bahkan, Swadesh juga pernah membuat 100 kosa kata dasar yang digunakan oleh beberapa ahli seperti Dyen yang kemudian digunakan oleh Pujiati dalam penelitiannya. Akan tetapi, dalam penelitian kekerabatan bahasa yang mengkaji bahasa-bahasa yang berbeda, jumlah 200 kosa kata dianggap lebih memadai. Begitu pun, daftar kosa kata ini pernah direvisi oleh

Keraf, dengan mengeluarkan beberapa kata yang tidak sesuai dengan alam

Indonesia, misalnya kata bark, freeze, ice, leg, dan snow, dan menggantinya dengan kata-kata bulan, kuku, tetek, sayap, dan lutut. Selanjutnya, daftar kosa

Universitas Sumatera Utara kata ini juga direvisi kembali oleh Blust, dengan mengubah bentuk-bentuk kata benda menjadi kata kerja.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data adalah orang-orang yang menjadi informan penelitian yang dianggap sebagai sumber data primer. Selain itu, juga digunakan bahan-bahan kepustakaan yang berupa buku, tesis, disertasi, jurnal, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan Linguistik Historis Komparatif, terutama buku-buku yang berkaitan dengan bahasa-bahasa yang dijadikan objek penelitian.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data, digunakan metode cakap (Sudaryanto, 1988:7) .

Disebut metode cakap atau percakapan, karena dalam hal ini dilakukan percakapan dan memang terjadi kontak antara peneliti selaku peneliti dan penutur selaku narasumber. Ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara atau interviu.

Metode cakap ini mencakup kegiatan bertanya kepada informan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, tentu saja percakapan dikendalikan oleh si peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh data sebenar- benarnya dan selengkap-lengkapnya. Oleh Sudaryanto, metode cakap seperti ini disebut teknik cakap semuka karena memang dilakukan secara langsung dan lisan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menuliskan daftar kosa kata Swadesh dalam lembar kerja yang akan diisi oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti sekaligus menggunakan teknik wawancara yang berguna untuk menentukan lambang fonetis yang tepat untuk setiap bunyi yang diucapkan oleh

Universitas Sumatera Utara informan. Dalam setiap wawancara peneliti akan melakukan pencatatan. Penulis menetapkan tiga informan untuk masing-masing bahasa yang dilakukan secara terpisah dengan pertimbangan ketiga informan tersebut akan saling melengkapi.

Informan adalah penutur bahasa asli dari ketiga bahasa yang menjadi objek penelitian. Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut Mahsun (1995 :106) adalah:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita

2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun)

3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta

jarang atau tidak pernah meninggalkan desa itu

4. Berstatus sosial menengah

5. Pekerjaannya bertani dan buruh

6. Dapat berbahasa Indonesia

7. Sehat jasmani dan rohani

8. Berpendidikan (minimal tamatan SD dan sederajat)

Informan yang akan digunakan dalam penelitian ini mengikuti kriteria di atas, kecuali poin 3 dan 5 mengingat daerah penelitiannya lebih banyak di kota sehingga pekerjaan yang dilakukan lebih bervariasi dan mobilitas penduduknya sangat tinggi.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Tahap berikutnya, untuk menyelesaikan data yang terkumpul adalah menganalisisnya. Metode yang digunakan dalam analisis adalah metode

Universitas Sumatera Utara perbandingan, yaitu membandingkan kata-kata yang ada dalam BB, BN, dan BM.

Pendekatan yang digunakan pada tahap ini adalah pendekatan kualitatif. Setelah diketahui kata-kata yang berkerabat lewat perbandingan, langkah berikutnya adalah menghitung tingkat kekerabatan ketiga bahasa yang dibandingkan. Dalam hal ini, digunakan pendekatan kuantitatif karena menggunakan angka sebagai acuan. Teknik yang digunakan adalah teknik leksikostatistik. Dalam teknik ini, untuk menganalisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendaftarkan kata-kata yang didapatkan dari lapangan.

b. Memilih kata-kata yang akan dijadikan data penelitian dari setiap bahasa.

c. Menentukan kata-kata yang berkerabat yang akan dianalisis.(a—c Bab IV)

d. Menganalisis kemiripan fonetis.

e. Menghitung tingkat kekerabatan ketiga bahasa.

f. Menghitung waktu pisah ketiga bahasa.

g. Menghitung usia ketiga bahasa.(d—g Bab V)

a. Mendaftarkan kata-kata yang didapatkan dari lapangan.

Data yang didapatkan dari lapangan dimasukkan dalam tabel setiap bahasa. Misalnya, data BB yang didapatkan dari informan1, 2, dan 3 semua dimasukkan dalam tabel untuk dipilih mana yang lebih baik dijadikan sebagai data.

b. Memilih kata-kata yang akan dijadikan data penelitian dari setiap

bahasa.

Universitas Sumatera Utara Kata-kata yang telah didaftarkan kemudian diseleksi untuk mencari kata- kata yang akan dijadikan data penelitian. Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kata yang dipilih adalah yang memiliki kemiripan di antara ketiga kata yang dibandingkan dari setiap bahasa. Contohnya, data yang terjaring dari glos anjing dalam BB ada dua, yaitu [asu] dan [biaG], yang didaftarkan sebagai data adalah kata [asu] karena dalam BN juga ditemui kata [asu].

Kemudian, dalam BB ditemui dua kata untuk padanan glos gigi, yaitu [ipon] dan

[GiGi], kedua kata ini dijadikan sebagai data karena dalam BN ditemui kata [if|] yang berkerabat dengan [ipon] dan dalam BM ditemui kata [gigi] yang berkerabat dengan [GiGi].

c. Menentukan kata-kata berkerabat yang akan dianalisis.

Langkah selanjutnya adalah penentuan kata-kata yang berkerabat berdasarkan kemiripan/persamaan bunyi-bunyi yang dimiliki ketiga bahasa yang dibandingkan.

d. Menganalisis kemiripan fonetis.

Analisis dilakukan dengan membandingkan bunyi-bunyi yang sama, yang mirip, dan bunyi-bunyi yang berkorespondensi berdasarkan posisi bunyi-bunyi tersebut dalam kata. Dalam analisis ini juga diuraikan perubahan-perubahan bunyi yang muncul pada BB,BN, dan BM serta pengkaidahannya.

Universitas Sumatera Utara e. Menghitung Kata Kerabat

Perhitungan kata berkerabat harus melalui tahapan, seperti: 1. Glos yang tidak diperhitungkan, yakni kata-kata yang kosong, yang tidak terdapat dalam bahasa tersebut; 2. Pengisolasian morfem terikat. Dalam hal ini, morfem bebas dan morfem terikat, contohnya imbuhan, harus dipisahkan; 3. Penetapan kata kerabat. Selanjutnya, untuk menghitung persentase kata kerabat digunakan rumus

(Keraf:1984: 127)

C= cognates atau kata yang berkerabat

K= jumlah kosa kata kerabat

G= jumlah glos

f. Menghitung Waktu Pisah.

Waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang telah diketahui prosentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus berikut

( Crowley,1992:178; Keraf, 1984: 130): t =

t = waktu perpisahan dalam ribuan (melenium) tahun yang lalu r = retensi atau prosentase konstan dalam 1000, atau disebut juga indeks C = prosentase kerabat Log = logaritma dari Rumus di atas dapat diselesaikan dengan melalui tahapan-tahapan:

(1) langkah pertama, cari logaritma C dan r dalam daftar logaritma

(2) kalikan logaritma r dengan 2

Universitas Sumatera Utara (3) hasil logaritma C dibagi dengan hasil dari (2)

(4) hasil dari pembagian (3) menunjukkan waktu pisah

dalam satuan ribuan tahun . Hasil terakhir ini dapat diubah menjadi tahun

biasa setelah dikalikan dengan 1000. Tetapi karena perpisahan itu tidak

terjadi dalam satu tahun tertentu, lebih baik dipertahankan dalam bentuk

satuan ribuan tahun (millennium).

g. Menghitung Jangka Kesalahan dan Usia Bahasa

Dalam metode statistika, terdapat cara tertentu untuk menghitung jangka kesalahan yang mungkin timbul dalam perhitungan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dengan perkiraan bahwa suatu hal terjadi bukan dalam suatu waktu tertentu, melainkan dalam jangka waktu tertentu. Dalam jangka waktu itu terjadi akumulasi perbedaan –perbedaan antara kedua bahasa itu, yang semakin hari semakin bertambah besar sehingga perlahan tetapi pasti menandai perpisahan antara dua bahasa. Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya digunakan kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan dengan rumus berikut ini (Keraf:

1984:132):

s =

S = kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat c = prosentase kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun nonkerabat)

Perhitungannya dapat dilakukan dengan aturan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara (1) 1 dikurangi C

(2) C dikalikan dengan hasil dari (1)

(3) hasil dari (2) dibagi dengan n

(4) menarik akar atas hasil dari 3

(5) hasil dari (4) merupakan jangka kesalahan dan persentase kata kerabat

atas dasar 0,7 perkiraan mengenai kebenaran yang sesungguhnya.

Dengan memperoleh hasil pada no (4) di atas, harus dilakukan perhitungan kesalahan standar dalam tahun, dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

(1) jangka kesalahan dari persentase kerabat no (4) ditambahkan kepada C;

(2) jumlah dalam (1) diperlakukan sebagai C baru, yang akan dimasukkan

dalam rumus perhitungan waktu;

(3) perhitungan waktu yang baru sebagaimana diperoleh dalam (2) dikurangi

dengan jumlah waktu yang pertama. Angka yang baru ini ditambah dan

dikurangi dengan angka yang pertama untuk memperoleh jangka

kesalahan atas dasar 0,7 dari keadaan sebenarnya.

Hasil dari kesalahan ini jumlahkan dengan prosentase kerabat untuk mendapatkan C baru, dengan C yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan mempergunakan rumus waktu pisah. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut dapat diketahui perkiraan waktu pisah dan usia bahasa yang dibandingkan.

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis

Penyajian hasil analisis akan dilakukan dengan cara menjabarkan atau memaparkan hasil yang didapati dalam analisis data. Setelah data yang berupa

Universitas Sumatera Utara kata-kata berkerabat ditetapkan, akan dihitung tingkat kekerabatannya dengan menggunakan rumus yang terdapat dalam teknik leksikostatistik seperti yang telah dijelaskan di awal. Selain itu, waktu pisah dan usia bahasa juga dapat disimpulkan dengan menggunakan teknik glotokronologi.

Universitas Sumatera Utara BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.1 Paparan Data

Data yang diambil berasal dari sembilan informan yang terbagi atas 3 informan BB, 3 informan BN, dan 3 informan BM. Tabel 1 berikut ini merupakan hasil penggabungan dari ketiga informan BB, BN, dan BM yang berupa kata-kata yang dianggap paling sesuai dijadikan data penelitian.

Tabel 4.1

Daftar 200 Kosakata Dasar Swadesh (Revisi Blust, 1980)

Data Tiga Bahasa

No. Glos Bahasa Batak Bahasa Nias Bahasa Melayu 1. abu sirabun avu abu 2. air aEk idan| a(y)IR 3. akar urat wa?a akaR 4. anak dagana? ono ana? 5. angin alogo aGi aGIn 6. anjing asu asu anjIG 7. apa aha hadia ap| 8. api api alit| api 9. asap timus simbo asap 10. atap tarup sag| atap 11. awan Ombun sawu awan 12. ayam manuk manu ayam 13. bagaimana sOGOndia havisa macamnana 14. bahu abara alisi punda? 15. baik burju s|khi baI? 16. bapak amaG ama abah 17. baru baru awena baRu 18. basah lEpEk abas| basah 19. batang bOna t|la bataG 20. batu batu kara batu 21. bekerja karejo mOhal|wa k|rj| 22. belok bEkkuk fafuta belO? 23. benar bOtul atul| b|tUl 24. bengkak maburbak abao b|Gka? 25. berat dOkdOk abuwa b|rat 26. berbaring majOrbiG teludu gOle?

Universitas Sumatera Utara 27. berburu marburu malu b|buru 28. berdiri jOnjOG mozazaO t|ga? 29. berenang marlaGE mOlaGi b|R|naG 30. berjalan mardalan mofan| jalan 31. berkata makkatai motun| b|cakap 32. bermimpi marnipi maGifi mimpi 33. bernapas marhOsa muhasu b|napas 34. berpikir marpikkir maGEra-GEra b|pikIR 35. bertumbuh tubu,magOdaG auri b|tumbUh 36. besar balga ebua b|saR 37. bintang bittaG nd|fi bintaG 38. buah parbue bua buwah 39. bulan bulan bawa bulan 40. buluh bulu bulu bulUh 41. bunga buGa buGa buGa 42. burung pidoG fofo buRUG 43. busuk busuk obou busU? 44. cacing gEa? boyO cacIG 45. daging jagal nagole dagIG 46. dan,dengan dOhOt foma avE sam| 47. danau tao idan| sinaun| danau 48. darah mudar do daRah 49. datang rO tohare tib| 50. daun buluG bulu daUn 51. debu ugan gawu gawu d|bu 52. di i (di) si di 53. di atas i (di) ginjaG si yawa di atas 54. di bawah i (di) tOru si tOu di bawah 55. di dalam i (di) bagasan bakha dalam 56. di mana i (di) dia hEjo man| 57. dia ibana ya?ia di| 58. dingin Gali okafu s|jU? 59. dua dua dobua du| 60. duduk huddul mudadao dudU? 61. ekor ihur i?o ekoR 62. empat Opat |fa empat 63. engkau, kamu hO, hamu ya?ug| eGko, awa? 64. garam sira asio gaRam 65. gigi ipOn, GiGi if| gigi 66. guntur rOGgur ekhubanua gurUh 67. hari ari ari hari 68. hati atE atE atE ati 69. hidung iguG ikhu idUG 70. hidup maGOlu auri idUp 71. hijau narata owuge?e ijo 72. hitam birOG ait| itam 73. hitung EtoG maGErai Erai itUG 74. hujan udan tEu ujan

Universitas Sumatera Utara 75. hutan haragan atua utan 76. ibu inaG ina |ma? 77. ikan dEkke i?a ikan 78. ini on da?a en 79. isteri parjabu doGa ira alave bini 80. itu indian ija nUn 81. jahat takkaG jaha jahat 82. jalan dalan (mo)fan| jalan 83. jarum jarum fal|l|wa jarUm 84. jatuh madabu (buah) alabu jatUh 85. jatuh tiGgaG (orang) aekhu t|titi? 86. jauh daO ar|u jawUh 87. jika mOlO |b|isa kalau 88. kabut samOn sa?u kabUt 89. kaki pat akhe kaki 90. kanan siamun kab|l| kanan 91. kapan andigan abara bil| 92. kayu hau Eu kayu 93. kecil gEllEG ide ide k|ci? 94. kepala ulu h|g| k|pal| 95. kering marhiaG okeli k|rIG 96. kilat hillOG takile p|tIR 97. kiri habbiraG kabera kiri 98. kita, kami hita, hami ya?ita kita, kami 99. kotor rOtak taun| kOtOR 100. kulit hulikkuliG huli kulIt 101. kuning hunik o?us| kunIG 102. kutu hutu hutu kutu 103. laba-laba rabbaGrabbaG lava-lava lab|-lab| 104. lain naasiG fab|?| laIn 105. laki-laki baoa simatua laki-laki 106. langit laGit banua laGIt 107. laut laut asi laUt 108. lebar bidaG ebolo lebaR 109. leher rukkuG bagi leheR 110. lemak tabotabo marasE l|ma? 111. lidah dila lela lidah 112. makan maGan maGa makan 113. malam bOrGin bOGi malam 114. malu maila aila malu 115. mata mata h|r| mat| 116. mati matE matE mati 117. melempar (man)danGgur manebu tebu (m|)lEmpaR 118. melihat maGida, bErEG mamaiki faiki m|nEGO? 119. meludah manijur tijur maGEtilo tilo m|ludah 120. memasak maGaloppa modino, asoso masa? lOppa 121. membakar manutuG tutuG manunu itunu (m|m)bakaR

Universitas Sumatera Utara 122. membelah (mam)bOla manila isila (m|m)b|lah 123. membeli manuhOr tuhOr mOv|li v|li (mem)b|li 124. membuka (mam)buka mamOai bOkhai buka? 125. membunuh (ma)matEhon fabunu bunu bunUh 126. memegang maniOp tiOp igogohE gogohE p|gaG 127. memeras mamOrO pOrO mamEra?| fEra?| p|Ras 128. memilih mamillit pillit tafili |fili pilIh 129. memotong mamOGgOl manaba taba potoG pOGgOl 130. memukul pukkul, lotak (fa)b|zi pukUl 131. menanam mananom tanom manan| tan| tanam 132. menangis taGis mE?E taGes 133. mencium (mang)umma (ma) umma ciUm 134. mencuri manakkO takko manag| tag| ncuri 135. mendengar mambege bege mamOdOGO d|GaR dOGO 136. menembak manEmbak (fa) fana temba? tEmbak 137. mengalir maGissir issir (ma) GElE GalIR 138. mengetuk manOkkO? manokO tOkO k|to? tOkkO? 139. menggali (mak)kuar kuar (mu)khaO khaO gali 140. menggaruk makkaO haO (ikha) ka?a garU? 141. menggigit makkarat harat (fa?) |khi gigIt 142. mengikat manambat mam|b| f|b| ikat tambat 143. mengisap (maG) OccOp maGissi?| sisi?| isap 144. menguap hEhEamOn mEha m|Guap 145. mengunyah makkilhil hilhil GaGa kunyah 146. menikam Maniham tiham mamah| tikam 147. meniup (maG) Ombus mbusi tiUp 148. menjahit (man) jarum manakhu jahIt 149. merah rara OyO meRah 150. mereka halaki ya?ira oRag tu 151. minum minum badu minUm 152. mulut baba bava mulUt 153. muntah muta muta muntah 154. naik nakkOk man|?i nae? 155. nama gOar d|?i nam| 156. nyamuk rOGit dimboho ~namU? 157. orang halak niha oRaG 158. panas mOhOp aukhu panas 159. panjang ganjaG ena?u panjaG 160. pasir rihit gabu-gabu pasIR 161. payudara bagOt mEmE tete? 162. pendek jEmpEk otogo-togo pende? 163. perempuan bOrubOru ira alave mpuwan 164. perut butuha betu?a p|rUt

Universitas Sumatera Utara 165. punggung taGguruG t|lahulu puGgUG 166. putih bOntar afusi putIh 167. rambut Obuk bu RambUt 168. rumah jabu OmO Rumah 169. rumput rambak ru?u RumpUt 170. sakit sahit mOf|kh| sakIt 171. satu sada sara satu 172. saya ahu ya?OdO say| 173. sayap habOG gafi k|pa? 174. sembunyi martabuni fabini s|mbunyi 175. sempit sOmpit tOlasi s|mpIt 176. semua sude fefu s|mu| 177. siapa isE haniha siap| 178. suami namaGalap doGa ira matua laki? 179. tahu dibOtO ila tawu 180. tahun taOn d|fi taUn 181. tajam tajOm atar| tajam 182. takut mabiar ata?u takUt 183. tali tali tali tali 184. tanah tano tan| tanah 185. tangan taGan taGa taGan 186. tebal hapa:l ave we?e t|bal 187. telinga piGgOl taliGa kupIG 188. telur pira adulo t|luR 189. terbang habaG mohombo teRbaG 190. tertawa mEkkEl maiki g|la? 191. tidak daOG l|?| tida? 192. tidur mOdOm m|r| tidUR 193. tiga tOlu t|lu tig| 194. tikus baguduG te?u tikUs 195. tipis nipis anifi nifi tipIs 196. tua matua atua tu| 197. tulang hOlihOli t|la tulaG 198. tumpul majOl afuru tumpUl 199 ular ulOk ul| ulaR 200 usus usus sinalidalu usUs

4.2 Temuan Penelitian

Temuan penelitian ini berupa kata-kata yang berkerabat dalam ketiga bahasa yang dibandingkan. Dari data penelitian yang disusun pada tabel di atas, dipilih kata-kata yang memiliki kemiripan pada ketiga bahasa yang dibandingkan.

Kata-kata yang mirip ini dianggap berkerabat. Bentuk kekerabatan diuraikan

Universitas Sumatera Utara berdasarkan bunyi-bunyi yang berkorespondensi atau bervariasi pada ketiga bahasa. Tidak selamanya ketiga bahasa berkerabat seluruhnya. Ada kalanya ketiga bahasa BB, BN, dan BM berkerabat, tetapi ada kalanya hanya BB dengan BN yang berkerabat, atau BB dengan BM, atau hanya BN dengan BM. Hal ini akan lebih rinci dijelaskan dalam perhitungan leksikostatistik setelah diketahui jumlah kata-kata yang berkerabat pada masing-masing bahasa. Berikut ini uraian kekerabatan ketiga bahasa dalam bentuk tabel.

Tabel 4.2

Kata-Kata Berkerabat pada Ketiga Bahasa

Daftar 200 Kosakata Dasar Swadesh (Revisi Blust, 1980)

No Glos Korespondensi Bunyi 1/ 1 abu BB : abu n BB : s i r abu BN : avu ø n BM: abu ø BN : ø ø ø avu ø BB muncul sebagai bentuk yang lebih panjang daripada BM: ø ø ø abu BN dan BM. Pada ketiga bahasa ini dapat dilihat bahwa ø bunyi [a] berkorespondensi pada ketiga bahasa, [b] BB,BM bervariasi dengan [v]BN dan [u] juga berkorespondensi pada ketiga bahasa. Pemanjangan dalam BB terjadi di awal dan di akhir kata.

2/ 2 air BB : a E k BB : a E k BM: a&I R BM: a&I R Dapat dilihat bahwa bentuk berkerabat hanya terdapat BN : idan| pada BB dan BM. Bunyi [a] berkorespondensi sama persis, bunyi [E]BB bervariasi dengan [I] BM, dan [k]BB bervariasi dengan [R] BM. Selain itu, terdapat bunyi pelancar [y] antara [a] dan [i] pada BM.

3/ 4 anak BB : a n a ? BB : (dag)a n a ? BN : o n o ø BN : o n o ø BM: a n a ? BM: a n a ? Ketiga bahasa ini berkerabat, tetapi terjadi pemanjangan

Universitas Sumatera Utara fonem pada BB. Dapat dilihat bahwa korespondensi dimulai pada silabel kedua dengan bunyi [a] BB, BM yang bervariasi dengan bunyi [o] pada BN, bunyi [n] hadir identik pada semua kata, dan bunyi berulang [a] BB, BM yang juga bervariasi dengan bunyi [o] pada BN. BB dan BM ditutup oleh konsonan glotal sedangkan BN tidak dan diakhiri oleh suku terbuka, yaitu bunyi [o]. 4/ 5 angin BN : a G i ø BN : a G i ø BM: a G I n BM: a G I n BB: alogo Hanya BN dan BM yang berkerabat. Bunyi [a] dan [G] berkorespondensi identik pada setiap kata, tetapi bunyi [i] pada BN bervariasi dengan [I] pada BM. Dalam BM hal ini terjadi secara teratur, bunyi [i] yang muncul pada suku akhir tertutup, akan muncul sebagai [I] yaitu [i] kendur yang pelafalannya hampir menyerupai [e]. Selanjutnya, BM diakhiri oleh konsonan dan BN tidak. Hal ini juga menjadi kecenderungan dalam BN, yaitu setiap kata-katanya selalu diakhiri oleh suku terbuka. 5/ 7 apa BB : a h a ø ø ø BB : a h a ø ø ø BN : ø h a d i a BN : ø h a d i a BM : a p| ø ø ø BM : a p| ø ø ø Sekilas ketiga kata ini tidak berkerabat, tetapi jika dilihat lebih jauh maka akan didapati bahwa ketiganya berkerabat dengan pemahaman bahwa BN muncul sebagai bentuk yang lebih panjang. Korespondensi bunyi yang terjadi adalah [a] di awal BB,BM muncul sebagai [ø] pada BN, [h]BB,BN bervariasi dengan [p] BM, dan [a]pada silabel kedua BB, BN bervariasi dengan [|] pada BM. Dalam BM juga ada kecenderungan bahwa silabe akhir yang diasumsikan diakhiri oleh bunyi terbuka [a] (misalnya pada BB dan BN), akan berubah menjadi bunyi [|]. Hal ini akan banyak dijumpai pada kata-kata selanjutnya. 6/ 8 api BB : a p i BB : a p i BM: a p i BM: a p i BN: alit| Hanya BB dan BM yang berkerabat dengan bunyi-bunyi yang sama persis. 7/ 12 ayam BB : m a n u k BB : m a n u k BN : m a n u ø BN : m a n u ø BM: ayam Kedua kata pada BB dan BM ini berkerabat dengan bunyi-bunyi yang sama persis, kecuali kenyataan bahwa BB diakhiri oleh konsonan dan BN berakhir dengan

Universitas Sumatera Utara suku terbuka sehingga di akhir kata dapat dilihat bahwa konsonan [k] BB muncul sebagai [ø] pada BN.

8/ 16 bapak BB : a m a G BB : a m a G BN : a m a ø BN : a m a ø BM: a b a h BM: a b a h Ketiga kata ini berkerabat dengan bunyi [a] yang muncul pada silabe pertama dan kedua secara sama persis, dan bunyi [m] BB,BN bervariasi dengan [b] BM di tengah kata, dan bunyi [G]BB bervariasi dengan [ø] BN dan [h]BM di akhir kata.

9/ 17 baru BB : b a r u BB : b a r u BM: b a R u BM: b a Ru BN: awena Bentuk yang berkerabat terdapat pada BB dan BM. Semua bunyi yang hadir persis sama kecuali bunyi [r] BB yang muncul menjadi [R] pada BM. Dalam BM, bunyi getar [r] yang muncul akan selalu menjadi bunyi getar yang longgar, yaitu [R]. 10/ basah BN : a b a s | ø 18 BN : a b a s | ø BM: ø b a s a h BM: ø b a s a h BB: lEpEk Bentuk yang berkerabat adalah BN dan BM dengan kenyataan adanya bunyi-bunyi yang sama persis, yaitu [b], [a], dan [s] di tengah kata. BN diakhiri oleh [ø] karena memang tidak mengenal konsonan di akhir kata, sedangkan BM diawali oleh [ø] karena pada BN terdapat vokal [a] yang merupakan pemanjangan bentuk di awal kata. Perubahan bunyi yang terjadi adalah bunyi [|] BN yang muncul sebagai [a] pada BM dilanjutkan oleh bunyi [h] yang hanya hadir pada akhir BM, tetapi tidak terdapat di akhir BN.

11/ batu BB : b a t u 20 BB : b a t u BM: b a t u BM: b a t u BN: kara Kekerabatan terdapat pada BB dan BM. Semua bunyi yang muncul pada kedua bahasa persis sama. 12/ bekerja BB : k a r e j o 21 BB : k a r e j o BM: k | Røj | BM: k | R ø j | BN: mOhal|wa Hanya BB dan BM yang berkerabat dengan korespondensi bunyi [k] di awal dan [j] pada silabel akhir yang persis sama. Selain itu, bunyi [a]BB pada

Universitas Sumatera Utara silabe awal bervariasi dengan [|]BM, bunyi [r]BB dengan [R] BM, bunyi [e]BB dengan [ø] BN, dan [o]BB pada silabe akhir bervariasi dengan [|]BM.

13/ benar BB : b O t u l ø 23 BB : b O t u l ø BN : ø a t u l | BN : ø a t u l | BM: b | t U l ø BM: b | t U l ø Ketiga kata ini berkerabat dengan ketentuan bahwa BN agak berbeda dengan kemunculan vokal di akhir kata dan hilangnya konsonan di awal kata sehingga bunyi- bunyi yang hadir berjumlah sama. Variasi bunyi yang dapat dilihat adalah [b] di awal BB,BM muncul sebagai [ø] pada BN. Bunyi [O]BB muncul sebagai [a] BN dan [|]BM, [t] persis sama pada ketiga bahasa, [u] BB,BN muncul sebagai [U] pada BM (seperti yang telah dijelaskan di atas), [l] muncul sama persis pada ketiga bahasa, dan [ø] BB, BM muncul sebagai [|] pada BN.

14/ berburu BB : b u r u 27 BB : b u r u BM: b u r u BM: b u r u BN: malu Kata-kata yang berkerabat hanya BB dan BM. Semua bunyi yang muncul pada kedua bahasa persis sama. 15/ berenang BB : l a G E 29 BB : l a G E BN: l a G i BN: l a G i BM: (b|)R|naG Kekerabatan hanya terjadi pada BB dan BM dengan bunyi [l] dan [a] pada silabel pertama yang persis sama pada kedua bahasa dan [G] pada silabel kedua. Kemiripan bunyi yang muncul adalah bunyi [E] BB bervariasi sebagai [i] di akhir kata pada BM. 16/ berjalan BB: d a l a n 30 BB: d a l a n BM: j a l a n BM: j a l a n BN: mofan| Kedua kata yang berkerabat adalah BB dan BM. Bunyi- bunyi yang hadir persis sama, kecuali bunyi [d]BB di awal kata muncul sebagai [j] BM di awal kata. 17/ bermimpi BB : n i ø p I 32 BB : n i ø p i BN : G i ø f i BN : G i ø f i BM: m i m p i BM: m i m p i Ketiga bahasa yang dibandingkan berkerabat. Akan tetapi, BM muncul sebagai bentuk yang lebih panjang. Variasi bunyi yang dapat dilihat adalah bunyi [n] di awal BB muncul sebagai [G]BN, dan muncul sebagai [m]

Universitas Sumatera Utara BM. Bunyi [i] yang hadir pada suku pertama dan kedua persis sama, bunyi [m]BM muncul sebagai [ø] pada BB dan BN, bunyi [p]BB, BM muncul sebagai [f] pada BN. Ketiga kata ini diakhiri oleh bunyi yang sama, yaitu [i]. 18/ bernapas BB : h O s a 33 BB : h O s a BN : h a s u BN : h a s u BM: b|napas Kata-kata yang berkerabat hanya terdapat pada BB dan BN dengan kehadiran bunyi [h] pada suku awal dan [s] pada suku akhir yang sama persis dan variasi bunyi [O]BB muncul sebagai [a] BN, serta [a]BB muncul sebagai [u] BN di akhir. Kedua kata ini diakhiri suku terbuka. 19/ bertumbuh BM: t u m b U h 35 BB : t u ø b u ø BB : t u ø b u ø BM: t u m b U h BN: auri Kekerabatan hanya terjadi pada BB dan BM. BM muncul sebagai bentuk yang lebih panjang. Pemanjangan bentuk terjadi pada akhir silabel pertama dan kedua, yaitu bunyi [m]BM tidak muncul pada BB serta bunyi [h] di akhir kata juga tidak muncul pada BB. Selain itu, seperti biasa [u] akan muncul sebagai [U] BM jika diakhiri sebagai suku tertutup.

20/ bintang BB: b i t t a G 37 BB: b i t t a G BM: b i n t a G BM: b i n t a G BN: d|fi Kata-kata berkerabat hanya terdapat pada BB dan BM. Semua bunyi yang hadir sama persis, kecuali bunyi [t]BB yang bervariasi dengan [n] pada BM. Bunyi yang sama [tt]BB dicurigai sebagai proses asimilasi yang sering terjadi dalam BB, misalnya [daG kuboto] yang sering diucapkan [dakkuboto]. 21/ buah BB : b u e ø 38 BB : (par)b u e ø BN : b u a ø BN : b u a ø BM: b u a h BM: b u a h Ketiga kata ini berkerabat dengan kenyataan bahwa terjadi pemanjangan silabel suku pertama pada BB dan pemanjangan bunyi akhir pada BM. Bunyi-bunyi yang muncul persis adalah bunyi [b] dan [u] pada ketiga bahasa, sedangkan bunyi [e]BB muncul sebagai [a] pada BN dan BM. 22/ bulan BB : b u l a n 39 BB : b u l a n BM: b u l a n BN : b a w a ø

Universitas Sumatera Utara BM: b u l a n Hanya BB dan BM yang berkerabat, semua bunyi yang hadir persis sama. 23/ buluh BB : b u l u ø 40 BB : b u l u ø BN: b u l u ø BN: b u l u ø BM: b u lU h BM: b u lU h Ketiga kata yang hadir berkerabat dan bunyi-bunyi yang muncul persis sama kecuali adanya pemanjangan bentuk pada BM dengan hadirnya bunyi konsonan [h] di akhir kata yang tidak dimiliki oleh BB dan BN. Selain itu, karena BM muncul sebagai silabel akhir tertutup, bunyi [u]BB dan BN muncul sebagai [U] pada BM. 24/ bunga BB : b u G a 41 BB : b u G a BN : b u G a BN : b u G a BM: b u G | BM: b u G | Ketiga kata berkerabat dengan bunyi-bunyi yang persis sama bentuk dan jumlahnya kecuali bunyi [a] di akhir kata yang akan teratur berubah menjadi [|] pada BM.

25/ busuk BB : b u s u k 43 BB : b u s u k BM: b u s U ? BM: b u s U ? BN: obou Kekerabatan terjadi hanya pada BB dan BM. Bunyi [b] dan [u] pada silabe pertama persis sama, [s] pada silabe kedua juga sama, tetapi bunyi [u]BB muncul sebagai [U] BM pada suku akhir sebelum konsonan(terjadi pada semua kasus) dan bunyi [k] muncul sebagai [?] pada BM. 26/ danau BN: i d a n | 47 BN: idan| BM: ø d a n au (sinaun|) BM: ø d a n au Bunyi-bunyi berkerabat muncul pada BN dan BM. BB: tao Dapat dilihat bahwa terjadi pemanjangan bunyi awal pada BN. Bunyi-bunyi yang sama persis adalah [d], [a], dan [n], sedangkan bunyi [|]BB muncul sebagai [au] BM. 27/ darah BB : m u d a r ø 48 BB : m u d a r ø BN : ø ø d o ø ø BN : ø ø d o ø ø BM: ø ø d a R a h BM: ø ø d a Rah Ketiga kata berkerabat, dapat dilihat bahwa terjadi pemanjangan silabe di awal BB dan di akhir BM. Bunyi yang muncul sama persis adalah [d] pada ketiga bahasa. Sedangkan, bunyi [a]BB, BM muncul sebagai [o] BN. Bunyi [r]BB muncul sebagai [ø]BN dan [R] BM. Dalam hal ini juga diasumsikan adanya bunyi di akhir BN yang

Universitas Sumatera Utara luluh sehingga ketiga kata ini dianggap berkerabat.

28/ daun BB : b u l u G 50 BB : b u l u G BN : b u l u ø BN : b u l u ø BM: daUn Bentuk berkerabat hanya terdapat pada BB dan BN. Semua bunyi yang muncul persis sama kecuali kenyataan bahwa bentuk BN lebih pendek karena tidak munculnya konsonan [G] di akhir kata seperti yang terjadi pada BB. 29/ di BB : d i 52 BB : d i BN : s i BN : s i BM: d i BM: d i Ketiga kata berkerabat dengan variasi bunyi [d] BB, BM di awal muncul sebagai [s]BN, sedangkan bunyi [i] yang terletak di akhir kata sama persis pada ketiga bahasa. 30/ di bawah BB : t O r u 54 BB : t O r u BN : t O ø u BN : t O ø u BM: bawah Kekerabatan hanya terjadi pada BB dengan BN. Terjadi pemanjangan bentuk pada BB dengan hadirnya bunyi [r] di awal silabel kedua. Selain bunyi tersebut, semua bunyi yang muncul persis sama.

31/ di dalam BB : b a g a s (a n) 55 BB : bagas (a n) BN : b a ɤ a ø BN : baɤaø Bunyi-bunyi yang sama atau mirip hanya terdapat pada BM: dalam BB dan BN. BB muncul sebagai bentuk yang lebih panjang dengan penambahan silabel di akhir kata. Bunyi [b] dan [a] pada silabel pertama kedua bahasa sama persis, begitu juga dengan bunyi [a] pada akhir silabel kedua. Selain itu, bunyi [g]BB muncul sebagai [ɤ] dalam BN.

32/ dua BB : d ø ø u a 59 BB : d ø ø u a BN : d o b u a BN : d o b u a BM: d ø ø u | BM: d ø ø u | Ketiga bahasa berkerabat, terlihat dari kesamaan atau kemiripan bunyi-bunyi yang muncul. Dapat dilihat bahwa BN hadir dalam bentuk yang lebih panjang dengan bunyi vokal [o] dan konsonan [b] yang hadir di tengah kata. Selanjutnya kesamaan bunyi pada ketiga kata tersebut adalah bunyi [d] yang muncul di awal kata dan [u] yang muncul di tengah kata. Ketiga kata diakhiri

Universitas Sumatera Utara oleh bunyi vokal, yaitu [a] pada BB dan BN dan [|] pada BM. Kata-kata yang diakhiri suku terbuka pada BM (jika awalnya diasumsikan sebagai bunyi [a] seperti pada BB dan BN) akan muncul secara teratur sebagai bunyi [|]. 33/ duduk BB : ø ø j u g u k 60 BB : øø jug u k BM: ø ø d u d U ? BN : mudadao Hanya dua bahasa yang berkerabat dengan beberapa BM: øød ud U ? korespondensi dan variasi bunyi. Dapat dilihat bahwa bunyi [j]BB berkorespondensi dengan [d] BM lalu bunyi [u] terdapat dalam kedua bahasa, [g] BB bervariasi dengan [d] BM, dan [u] silabel kedua BB berkorespondensi dengan [U]BM. Kata ini diakhiri oleh konsonan [k]BB yang muncul sebagai[?] BM (teratur). 34/ ekor BB : i h u r 61 BB : i h u r BN : i ? o ø BN : i ? o ø BM: E k o R BM: E k o R Ketiga kata berkerabat pada ketiga bahasa yang dibandingkan dengan variasi bunyi [i]BB,BN dengan [E] BM di awal kata, [h]BB muncul sebagai [?]BN, muncul sebagai [k]BM. Kemudian, [u]BB muncul sebagai [o] pada BN dan BM pada silabe terakhir. Seperti biasanya, BN akan diakhiri oleh silabel terbuka sementara BB diakhiri oleh konsonan [r] yang selalu muncul sebagai [R] dalam BM. 35/ empat BB : O ø p a t 62 BB : O ø p a t BN : | ø f a ø BN : | ø f a ø BM: a m p a t BM: a m p a t Ketiga kata berkerabat dengan pemahaman bahwa BM muncul sebagai bentuk yang paling panjang dan BN muncul sebagai bentuk yang paling pendek. Bunyi [O] di awal BB muncul sebagai [|] BN dan [e] BM. Bunyi [m] di tengah kata. Selanjutnya, bunyi [p] BB,BM muncul sebagai [f]BN, bunyi [a] pada silabe terakhir persis sama pada ketiga bahasa dan BN berakhir sebagai suku terbuka, sedangkan BB dan BM sebagai suku tertutup dengan adanya konsonan [t] di akhir kata. 36/ engkau, kamu BB : ø ø ø ø h O 63 BB : ø ø ø ø h O BN : y a ? u g | BN : y a ? u g | BM: ø ø e G k o BM: ø ø e G k o Ketiga kata ini berkerabat dengan pemahaman bahwa BN muncul sebagai bentuk yang paling panjang diikuti oleh BM dan BB muncul sebagai bentuk yang paling

Universitas Sumatera Utara pendek. Variasi bunyi [h]BB, [g] BN, dan [k] BM merupakan variasi bunyi yang sangat umum dan banyak terjadi pada ketiga bahasa yang dibandingkan sehingga ketiga kata ini dianggap berkerabat. Selain variasi ketiga bunyi tersebut, juga dapat dilihat bunyi [O] BB yang muncul sebagai [|]BN dan [o] BM.

37/ gigi BB : i p O n 65 BB : i p O n BN : i f | ø BN : i f | ø BB : G i G i BB : G i G i BM: g i g i BM: g i g i Berdasarkan data yang diperoleh, BB memiliki dua bentuk untuk mengungkapkan glos [gigi]. Dalam kasus ini kedua bentuk itu digunakan mengingat salah satunya mirip dengan BN dan salah satunya mirip dengan BM sehingga dapat dicari jalan kekerabatannya yang membuat BB berkerabat dengan BN sekaligus berkerabat dengan BM tetapi tidak mengubah kenyataan bahwa BN tidak berkerabat dengan BM. Kekerabatan BB dengan BN dapat dilihat dari bunyi- bunyi yang muncul lewat kata [ipOn]BB dan [if|] BN. Bunyi [i] di awal hadir sama persis, bunyi [p]BB muncul sebagai [f]BN dan [O]BB muncul sebagai [|]BN yang muncul dalam banyak kasus. Jika BB diakhiri oleh konsonan [n], seperti biasa dalam BN tidak diakhiri konsonan. Kekerabatan BB dengan BM dapat dilihat dari bentuk [GiGi]BB dan [gigi]BM. Keempat bunyi yang muncul sama, kecuali bunyi [G]BB yang muncul sebagai [g] pada BM pada silabel pertama dan kedua.

38/ hari BB : ø a r i 67 BB : ø a r i BN : ø a r i BN : ø a r i BM: h a r i BM: h a r i Ketiga bahasa berkerabat dengan penjelasan bahwa BM hadir sebagai bentuk yang lebih panjang dengan diawali oleh konsonan [h], sedangkan BB dan BN tidak diawali konsonan. Bunyi yang muncul pada ketiga kata ini sama persis. 39/ hati BB : a t E (a t E) 68 BB : a t E (a t E) BN: a t E BN: a t E BM: a t i BM: a t i

Universitas Sumatera Utara Ketiga kata berkerabat dengan pemahaman bahwa bentuk yang hadir pada BB dan BN persis sama kecuali bahwa BB mengalami pengulangan sementara BN tidak. Selain itu, BM juga memiliki bentuk yang sama, kecuali munculnya bunyi [i] pada akhir kata sebagai pengganti [E] pada BB dan BN.

40/ hidung BB : i g u G 69 BB : i g u G BN : i ɤ u ø BN : i ɤ u ø BM: i d U G BM: i d U G Ketiga bahasa berkerabat dengan variasi bunyi [g]BB muncul sebagai [ɤ]BN dan [d]BM. Selain itu, bunyi [u]BB,BN di akhir kata suku tertutup akan muncul sebagai [U] pada BM dan seperti biasa, ketika BB dan BM diakhiri oleh konsonan, BN tidak.

41/ hitam BN : a i t | ø 72 BN : a i t | ø BM: ø i t a m BM: ø i t a m BB: birOG Kata-kata yang berkerabat hanya BN dan BM. Terjadi pemanjangan bentuk di awal BN, yaitu bunyi [a] dan di akhir BM, bunyi [m]. Bunyi [i] dan [t] muncul persis sama pada kedua kata ini, sedangkan bunyi [|]BN muncul sebagai [a]BM.

42/ hitung BB : E t O G 73 BB : E t O G BM: i t U G BM: i t U G BN: maGErai Bentuk yang berkerabat adalah BB dan BM. Dengan Erai kemiripan bunyi yang ada di awal kata. Bunyi [E] BB muncul sebagai [i] BM, dan bunyi [O] BB muncul sebagai [U] BM. Selain itu, bunyi lain yang muncul persis sama, yaitu [t] dan [G].

43/ hujan BB : u d a n 74 BB : u d a n BM: u j a n BM: u j a n BN: tE(w)u Kekerabatan yang muncul adalah BB dengan BM. Semua bunyi yang muncul sama pada kedua bahasa, kecuali bunyi [d]BB yang muncul sebagai [j]BM.

44/ ibu BB : i n a G 76 BB : i n a G BN : i n a ø BN : i n a ø BM: |ma? Bahasa yang berkerabat hanya BB dengan BN. Bunyi-

Universitas Sumatera Utara bunyi yang muncul pada kedua bahasa sama persis, kecuali kenyataan bahwa BB lebih panjang karena diakhiri oleh konsonan [G], sedangkan BN tidak karena selalu muncul sebagai suku akhir yang terbuka.

45/ ikan BN : i ? a ø 77 BN : i ? a ø BM: i k a n BM: i k a n BB: dEkke Bahasa yang berkerabat adalah BN dengan BM dengan perincian, [i] muncul sama persis, [?] BN muncul sebagai [k]BM, [a] pada suku terakhir sama persis, dan BM diakhiri oleh konsonan [n] sedangkan BN tidak. Bentuk BM lebih panjang karena adanya konsonan akhir ini.

46/ ini BB: O n 78 BB: O n BM: e n BM: e n BN: da?a Bentuk berkerabat hanya dijumpai pada BB dan BM dengan catatan, [O] di awal BB muncul sebagai [e] di awal BM. Selajutnya, bunyi [n] muncul persis sama di akhir kata.

47/ jahat BN : j a h a ø 81 BN : j a h a ø BM: j a h a t BM: j a h a t BB: takkaG Bahasa yang berkerabat adalah BN dengan BM dengan penjelasan bahwa bunyi-bunyi yang muncul semuanya sama, kecuali BN yang muncul sebagai suku terbuka di akhir kata dan BM yang muncul sebagai suku tertutup dengan adanya konsonan [t] di akhir BM.

48/ jalan BB : d a l a n 82 BB : d a l a n BM: j a l a n BM: j a l a n BN: mofan| Kata-kata yang berkerabat terdapat dalam BB dan BM. Semua bunyi yang muncul sama, kecuali bunyi [d] di awal BB yang muncul sebagai [j] di awal BM. 49/ jarum BB: j a r u m 83 BB: j a r u m BM: j a R U m BM: j a R U m BN: fal|l|wa Kekerabatan tampak pada BB dan BM. Semua bunyi yang muncul sama, kecuali bunyi [r] BB yang muncul sebagai [R]BM dan [u] BB pada suku akhir sebelum konsonan yang berkorespondensi dengan [U]BM karena merupakan bentuk yang muncul secara teratur.

Universitas Sumatera Utara 50/ jatuh BB : m a d a b u 84 BB : m a d a b u BN : ø a l a b u BN : ø a l a b u BM: jatUh Bahasa yang berkerabat adalah BB dengan BN dengan catatan BB muncul sebagai bentuk yang lebih panjang karena [m]BB di awal kata muncul sebagai [ø] pada BN. Selain bentuk tersebut, variasi bunyi yang terjadi adalah [d] muncul sebagai [l] pada silabe kedua. Selanjutnya, bunyi-bunyi yang muncul kemudian sama persis pada kedua bahasa yang dibandingkan. 51/ jauh BB : d a O 86 BB : d a O BM : j a U h BM : j a U h BN: ar|+u Kekerabatan muncul pada BB dengan BM. Bunyi [d]BB muncul sebagai [j]BM di awal kata dan [O]BB muncul sebagai [U] BM di silabe akhir. Jika BB diakhiri oleh suku terbuka, BM justeru diakhiri oleh silabe tertutup dengan bunyi konsonan [h]. 52/ kabut BB : s a m O n 88 BB : s a m O n BN : m o s a u BN : m o s a+ u BM: kabUt Kata-kata yang hadir dengan bunyi yang mirip adalah BB dan BN. Kedua bentuk yang ada dalam BB dan BM muncul sebagai metatesis. 53/ kaki BN : ø a ɤ e 89 BN : ø a ɤ e BM: k a k i BM: k a k i BB: pat Kata-kata yang berkerabat merupakan bagian dari BN dan BM. Bentuk BM hadir lebih panjang karena adanya konsonan [k] yang mengawali kata. Kemudian, [a] muncul pada kedua kata pada posisi yang sama dan bunyi [ɤ] BN muncul sebagai [k]BM pada silabel akhir yang ditutup oleh [e] BN yang muncul sebagai [i]BM di akhir kata. 54/ kayu BB : h a ø u 92 BB : h a ø u BN : g e + u BN : g e + u BM: k a y u BM: k a y u Ketiga kata dalam bahasa yang dibandingkan berkerabat dengan variasi bunyi [h]BB yang muncul sebagai [g]BN dan [k]BM di awal kata. Kemudian, bunyi [a] muncul sebagai [e]BN dan [a]BM. Selanjutnya, [ø]BB muncul sebagai bunyi pelancar [w] BN, dan muncul sebagai [y] pada BM. Ketiga kata berakhir dengan bunyi [u] yang sama persis. 55/ kering BN : O k | l i ø

Universitas Sumatera Utara 95 BN : O k | l i ø BM: ø k | R I G BM: ø k | R I G BB: marhiaG Kata-kata yang berkerabat adalah bagian dari BN dan BM dengan pemanjangan bentuk di awal BN dan di akhir BM. BN diawali oleh bunyi [O] yang bervariasi dengan[ø] pada BM. Selanjutnya bunyi [k] dan [|] hadir pada kedua kata, kemudian [l]BN muncul sebagai [R]BM dan diakhiri oleh bunyi [G]BM yang muncul sebagai [ø] pada BN. 56/ kiri BB : h a b b i r a G 97 BB : habb i r a BN : k a ø be r a ø G BN : kaøber a ø Kekerabatan terjadi pada BB dengan BN dengan variasi BM: kiRi bunyi [h]BB yang muncul sebagai [k]BN, bunyi [a] muncul pada kedua kata dalam posisi yang sama pada silabel awal kata, lalu bunyi [b] yang muncul dua kali (yang diasumsikan sebagai proses asimilasi dalam BB, yaitu [mb]—[bb]), hanya sekali dalam BN, bunyi [i]BB yang muncul sebagai [e] BN, disusul oleh bunyi [r] dan [a] yang berada pada posisi yang sama, akhirnya BB ditutup oleh konsonan [G] sementara BN tetap terbuka. 57/ kita, kami BB : ø ø h i t a 98 BB : ø ø h i t a BN : y a ? i t a BN : y a ? i t a BM: ø ø k i t | BM: ø ø k i t | Ketiga bahasa berkerabat. BN muncul sebagai bentuk yang lebih panjang daripada BB dan BM yang memiliki jumlah fonem yang sama.Variasi bunyi yang terjadi adalah, bunyi [h]BB dengan [?]BN dan [k]BM. Selain ketiga bunyi tersebut, bunyi-bunyi yang muncul pada ketiga bahasa yang dibandingkan persis sama, yaitu [i], dan [t], sedangkan [a] muncul sebagai [|] pada BM bersifat teratur. 58/ kotor BB : r O t a k 99 BB : r O t a k BM: k O t O R BM: k O t O R BN: tau?n| Kedua kata yang berkerabat adalah bagian dari BB dan BM dengan dua kata yang dianggap muncul sebagai metatesis. Selain itu, terjadi perbedaan pada vokal [a]BB yang bervariasi dengan [O] BM dan [r]BB yang selalu muncul sebagai [R] BM. 59/ kulit BB: h u l i k(kuliG) 100 BB: h u l ik BN: h u l i ø (kuliG) BM:k u l I t BN: h u l i ø BM:k u l I t Kekerabatan dilihat dengan pemahaman bahwa BB hadir

Universitas Sumatera Utara sebagai bentuk yang lebih panjang. Dengan menilai bentuk yang memiliki kemiripan dengan dua bahasa lainnya, dapat dilakukan analisis seperti: Ketiga bahasa berkerabat dengan hadirnya bunyi-bunyi yang bervariasi seperti [h]BB, BN yang muncul sebagai [k]BM, lalu perubahan [i]BB,BN yang muncul secara teratur sebagai [I] BM pada suku akhit tertutup. Selain itu, BB dan BM diakhiri konsonan, sedangkan BN hadir sebagai silabel terbuka tanpa konsonan. Konsonan akhir yang muncul adalah [k]BB bervariasi dengan [t]BM. 60/ kuning BB: h u n i k 102 BB: h u n i k BM:k u n I G BM:k u n I G BN: o?us| Bentuk yang berkerabat hanya BB dengan BM dengan bunyi-bunyi yang hadir seperti: bunyi [h]BB berkorespondensi dengan [k]BM, bunyi [u] dan [n] pada kedua bahasa muncul sebagai bunyi yang tetap, sedangkan [i]BB muncul sebagai [I] pada suku akhir tertutup BM dan konsonan penutup di akhir kata adalah [k]BB bervariasi dengan [G] BM 61/ kutu BB : h u t u 102 BB : h u t u BN : h u t u BN : h u t u BM: k u t u BM: k u t u Ketiga bahasa berkerabat dengan korespondensi bunyi [h]BB,BN yang muncul sebagai [k]BM di awal kata. Selain itu, ketiga bunyi yang muncul, yaitu [u],[t], dan [u] muncul pada bentuk dan posisi yang sama dalam ketiga bahasa. 62/ laba-laba BB : r a b b a G 103 BB : r a b b a G BN : l a ø v a ø BN : l a ø v a ø BM: l a ø b | ø BM: l a ø b | ø Ketiga bahasa berkerabat dengan melihat bunyi-bunyi yang muncul pada ketiga bahasa dan melihat ciri-ciri bentuk bahasanya yang sama-sama mengalami pengulangan. Analisis yang dapat dilakukan adalah, bunyi [r]BB bervariasi dengan [l] BN, BM di awal kata. Selanjutnya, BB mengulang bunyi [b] di tengah kata [bb] yang dianggap sebagai asimilasi dari bunyi [mb]. Bunyi [bb]BB, bervariasi dengan [v]BN, dan [b] BM di tengah kata. Bunyi [a] yang muncul pada suku pertama dan suku kedua tidak mengalami perubahan pada ketiga kata kecuali pada BM yang akan teratur muncul sebagai [|]. Akhirnya, BB diakhiri oleh bunyi [G] yang tidak muncul pada dua bahasa yang lain, BN dan BM.

Universitas Sumatera Utara 63/ langit BB : l a G i t 106 BB : l a G i t BM: l a G I t BM: l a G I t BN: banua Dua kata yang memiliki kemiripan bunyi adalah BB dengan BM sehingga disimpulkan BN tidak berkerabat dengan keduanya. Bunyi-bunyi yang hadir pada kedua kata dalam kedua bahasa itu persis sama. 64/ laut BB : l a u t 107 BB : l a u t BM: l a U t BM: l a U t BN: asi Bentuk berkerabat ditemui pada BB dan BM. Bunyi- bunyi yang muncul persis sama, kecuali [U]BB pada suku akhit tertutup muncul sebagai [U] pada BM yang muncul secara teratur.

65/ lidah BB : d i l a ø 111 BB : d i l a ø BN : l e l a ø BN : l e l a ø BM: l i d a h BM: l i d a h Ketiga kata ini berkerabat. Bentuk-bentuk kata ini muncul sebagai metatesis. 66/ makan BB : m a G a n 112 BB : m a G a n BN : m a G a ø BN : m a G a ø BM: m a k a n BM: m a k a n Ketiga kata yang muncul dalam bahasa-bahasa yang dibandingkan berkerabat, hal ini terlihat dari bunyi- bunyi yang sama atau mirip dalam ketiga kata tersebut. Bunyi [m] dan [a] pada silabel pertama sama persis, diikuti bunyi [G] BB,BN yang muncul sebagai [k]BM kemudian [a] hadir dalam ketiga bahasa. Jika BB daBM diakhiri konsonan [n], BN hadir sebagai suku terbuka. 67/ malam BB: b O r G i n 113 BB: b O r G i n BN: b O ø G i ø BN: b O ø G i ø BM: malam Kata-kata berkerabat terdapat pada BB dan BN. Bunyi [b] dan [O] muncul sama persis pada awal kata. Selanjutnya, bunyi [r]BB di tengah kata tidak muncul pada BN. Bunyi [G] dan [i] pada silabel terakhir juga sama persis. BB ditutup oleh konsonan [n] sedangkan BN tidak. 68/ malu BB: m a i l a 114 BB: m a i l a BN : ø a i l a BN : ø a i l a BM:m aø l u BM:m aø l u Ketiga kata berkerabat. Bunyi [m]BB, BM pada awal

Universitas Sumatera Utara kata ternyata tidak hadir pada BN. Selanjutnya, bunyi [a] hadir dalam ketiga bahasa, BB dan BN diikuti vokal [i], sedangkan BM tidak. Bunyi yang muncul pada silabel berikutnya yang merupakan silabel terakhir adalah [l] yang hadir dalam ketiga bahasa. Dua kata diakhhiri oleh vokal [a] BB,BN yang muncul sebagai [u] BM. 69/ mata BB : m a t a 115 BB : m a t a BM: m a t | BM: m a t | BN: h|r| Kekerabatan hanya terjadi pada BB dengan BM. Semua bunyi yang muncul sama, kecuali bunyi [a] BB di akhir kata suku terbuka muncul sebagai [|] pada BM yang terjadi secara teratur. 70/ mati BB : m a t E 116 BB : m a t E BN : m a t E BN : m a t E BM: m a t i BM: m a t i Ketiga kata berkerabat. Ketiga bunyi di awal, yaitu [m], [a], dan [t] sama persis. Bunyi [E]BB, BN di akhir kata muncul sebagai [i] pada BM. 71/ membakar BB : ø t u t u G 121 BB : ø t u t u G BN : i t u n u ø BN : i t u n u ø BM: Hanya BB dan BN yangn berkerabat. Kedua kata (m|m)bakaR muncul dengan jumlah bunyi yang sama, tetapi terdapat perbedaan karena BB muncul sebagai bentuk yang lebih panjang di akhir kata, sedangkan BN muncul sebagai bentuk yang panjang di awal kata. Diawali oleh bunyi [i]BN yang muncul di awal kata, tetapi tidak hadir pada BB, diikuti oleh bunyi [t] dan [u] yang sama persis. Bunyi [t]BB muncul sebagai [n]BN, kemudian [u] muncul pada kedua kata. BB diakhiri oleh bunyi [G] yang seperti biasanya tidak hadir pada BN karena BN selalu diakhiri suku terbuka. 72/ membelah BB : b O l a ø 122 BB : b O l a ø BM: b | l a h BM: b | l a h BN: manila Hanya dua kata yang berkerabat, yaitu BB dan BM. isila Diawali dengan bunyi [b] yang persis sama di awal kata, lalu [O]BB muncul sebagai [|] BM, bunyi selanjutnya adalah [l] dan [a] yang persis sama pada kedua kata. BM diakhiri oleh bunyi [h], sedangkan BB tidak. 73/ membeli BN : v | l i 123 BN : v | l i BM: b | l i BM: b | l i BB: tuhOr Bunyi-bunyi yang berkerabat terdapat dalam BN dan

Universitas Sumatera Utara BM. Di awal kata terdapat bunyi [v]BN yang muncul sebagai [b]BM seperti yang terjadi pada data no 1. Selanjutnya, bunyi-bunyi yang muncul adalah [|], [l], dan [i] yang hadir pada kedua bahasa. 74/ membuka BB : b u k a 124 BB : b u k a BN: b O ɤ ai BN: b O ɤ ai BM: b u k a ? BM: b u k a ? Ketiga kata berkerabat dengan bunyi [b] memulai kata. Bunyi yang muncul kemudian adalah [u]BB, BM yang muncul sebagai [O]BN, diikuti oleh bunyi [k] BB, BM yang muncul sebagai [ɤ]BN. Selanjutnya, bunyi [a]BB, BM muncul sebagai [ai]BN. BM muncul sebagai bentuk yang lebih panjang dengan adanya bunyi [?] di akhir kata yang tidak terdapat pada BB dan BN. 75/ membunuh BN: b u n u ø 125 BN: b u n u ø BM: b u n U h BM: b u n U h BB: matEhOn Dua kata yang berkerabat adalah BN dan BM. Bunyi- bunyi yang muncul di awal dan persis sama adalah [b], [u], dan [n]. dilanjutkan oleh bunyi [u]BN yang muncul sebagai [U] BM yang muncul teratur pada suku akhir tertutup. BM diakhiri dengan bunyi [h], sedangkan BN tidak. 76/ memeras BB : p O r O ø ø 127 BB : p O r O ø ø BN : f E r a ? | BN : f E r a ? | BM: p | R a s ø BM: p | R a sø Ketiga bahasa berkerabat dengan BN muncul sebagai bentuk yang lebih panjang daripada yang lain, diikuti oleh BM kemudian BB. Diawali oleh bunyi [p]BB, BM yang muncul teratur sebagai [f]BN. Selanjutnya, bunyi [O]BB muncul sebagai [E]BN, dan [|] BM, diikuti oleh bunyi [r] BB, BN yang muncul teratur sebagai [R]BM. Kemudian, [O]BB muncul sebagai [a] BN, BM. dilanjutkan bunyi [?]BN muncul sebagai [s] BM, tetapi tidak hadir dalam BB. Bunyi terakhir adalah [|] yang muncul di akhir BN, tetapi tidak hadir dalam BM. 77/ memilih BB : ø p i l l i t 128 BB : ø p i l l i t BN : | f i ø l i ø BN : | f i ø l i ø BM: ø p i ø l I h BM: ø p i ø l I h Ketiga bahasa berkerabat dengan persamaan jumlah bunyi yang hadir. Perbedaan terdapat pada kenyataan bahwa BN hadir dengan bentuk lebih panjang di awal kata, sedangkan BB dan BM hadir dengan bentuk yang

Universitas Sumatera Utara lebih panjang di akhir kata. Bunyi [|] BN di awal kata tidak terdapat pada BB dan BM. Bunyi yang muncul kemudian adalah [p]BB, BM muncul sebagai [f]BN diikuti oleh bunyi [i] yang hadir pada ketiga bahasa. Bunyi [l] muncul berulang pada BB, tetapi tidak pada BN dan BM. Kemudian, [i]BB, BN muncul sebagai [I]BM (yang selalu terjadi pada suku akhir tertutup). Selanjutnya, [t]BB muncul sebagai [h]BM dan tidak hadir pada BN karena berada berada pada akhir kata. 78/ memukul BB : p u k k u l 130 BB : p u k k u l BM: p u ø k U l BM: p u ø k U l BN: fab|zi b|zi Hanya dua bahasa yang berkerabat, yaitu BB dengan BM. Bunyi-bunyi yang muncul sama, kecuali adanya pengulangan [k] di tengah BB dan [u]BB yang muncul sebagai [U]BM pada suku akhir tertutup, muncul secara teratur. 79/ menanam BB : t a n O m 131 BB : t a n O m BN : t a n | ø BN : t a n | ø BM: t a n a m BM: t a n a m Ketiga kata berkerabat dengan perincian bunyi [t], [a] dan [n] yang berada di awal kata muncul sama persis. Perubahan terjadi pada bunyi [O]BB yang muncul sebagai [|]BN dan [a] BM. Selain itu, BB dan BM diakhiri konsoan [m] yang tidak hadir pada BN. 80/ menangis BB : t a G i s 132 BB : t a G i s BM: n a G I s BM: n a G I s BB: mE?E Dua bahasa yang berkerabat adalah BB dan BM. Bunyi [t]BB muncul sebagai [n]BM di awal kata diikuti oleh bunyi [a] dan [G] pada kedua kata. Perubahan juga terjadi pada bunyi berikutnya, yaitu [i]BB yang muncul sebagai [e]BM. Kedua kata diakhiri oleh bunyi [s]. 81/ mencium BB : ø ø u m m a 133 BB : øøu m m a BN : ø ø u m m a BN : øøu m m a BM: c iU m ø ø Dua kata yang terlihat persis sama adalah BB dan BN sehingga disimpulkan keduanya berkerabat.

82/ mencuri BB : t a k k O 134 BB : t a k k O BN : t a ø g | BN : t a ø g | BM: ncuRi Kekerabatan hanya terdapat pada BB dengan BN. Bunyi [t] dan [a] muncul persis sama di awal kata diikuti bunyi [k] yang muncul dua kali dalam BB, bervariasi dengan

Universitas Sumatera Utara [g]dalam BN (hanya muncul sekali). Bunyi terakhir adalah [O]BB muncul sebagai [|] dalam BN.

83/ mendengar BN: m O d O G O ø 135 BN: m OdO G O BM: ø ø d | G a R ø BM: ø ød | G a Kekerabatan hanya terjadi pada BN dengan BM. BN R muncul sebagai bunyi yang lebih panjang di awal kata, BB: mambege sedangkan BM justeru lebih panjang di akhir kata. bege Diawali dengan [m] dan [O]BN yang tidak hadir pada BM diikuti oleh bunyi [d] yang muncul pada keduanya. Selanjutnya, bunyi [O]BN muncul sebagi [|]BM kemudian muncul bunyi [G] yang ada pada keduanya juga dan diakhiri oleh bunyi [O]BN yang muncul sebagai [a]BM. Pemanjangan bentuk di akhir BM adalah munculnya konsonan [R] yang tidak hadir pada BN. 84/ menembak BB : t E m b a k 136 BB : t E m b a k BM: t E m b a ? BM: t E m b a ? Kata-kata yang berkerabat adalah bagian dari BB dan BN: mofana BM. Jumlah bunyi yang muncul sama, begitu juga bunyi-bunyinya. Sedikit perbedaan yang ada adalah di awal kata [t]BB muncul sebagai [n] BM dan di akhir kata terdapat konsonan [k]BB yang muncul sebagi [?]BM. munculnya [?] di akhir BM sebagai pengganti [k] di akhir BB juga berlangsung secara teratur. 85/ mengalir BB : i s s i r 137 BB : i s s i r BN : E ø l E ø BN : E ø l E ø BM: a ø l I R BM: a ø l I R Ketiga kata berkerabat dengan pengertian bahwa BB muncul sebagai bentuk yang paling panjang karena adanya pengulangan konsonan di tengah kata diikuti oleh BM dan BN muncul sebagai bentuk yang paling pendek karena tidak munculnya konsonan di akhir kata. Lebih jauh, hal itu dapat dijelaskan sebagai, bunyi [G] muncul di awal ketiga kata disusul oleh bunyi [i]BB yang muncul sebagai [E]BN dan [a]BM. bunyi yang muncul berikutnya adalah [s]BB (diulang) muncul sebagai [l] BN, BM. selanjutnya [i]BB muncul sebagai [E] BN dan [I]BM. Bunyi yang muncul di akhir adalah [r] BB yang secara teratur muncul sebagai [R]BM. BN muncul sebagai suku terbuka di akhir kata. 86/ mengetuk BB : t O k k O ? 138 BB : t O k k O ? BN : t O ø k O ø BN : t O ø k O ø BM: k | t U ?

Universitas Sumatera Utara BM: k | t U ? Ketiga bahasa berkerabat. Kekerabatan paling terlihat pada BB dan BN dengan perubahan pada pemanjangan bentuk di tengah BB dengan pengulangan bunyi [k] dan di akhir BB dengan ditutupnya kata dengan konsonan [?]. Kedua bahasa tersebut juga sebenarnya berkerabat dengan BM yang muncul sebagai metatesis.

87/ menggali BB : k u a r 139 BB : k u a r BN : ɤ a O ø BN : ɤ a O ø BM: g a l i Bahasa yang berkerabat adalah BB dengan BN dengan diawali oleh bunyi [k]BB yang muncul sebagai [ɤ]BN. Selain itu, bunyi [u]BB muncul sebagai [a]BN dan [a]BB muncul sebagai [O]. Selanjutnya, jika BB diakhiri oleh konsonan [r], BN tidak dan muncul sebagai suku terbuka. 88/ menggaruk BB : h a ø O ø 140 BB : h a ø O ø BN : k a ? a ø BN : k a ? a ø BM: g a R U ? BM: g a R U ? Ketiga bahasa berkerabat dengan bunyi awal [h]BB yang muncul sebagai [k]BN dan [g]BM diikuti [a] pada ketiga bahasa. Selanjutnya, bunyi [?]BB muncul sebagai [R]BM dan tidak muncul pada BN. Bunyi selanjutnya adalah [O]BB yang muncul sebagai [a]BN dan [U]BM pada silabel akhir tertutup. BM diakhiri oleh bunyi [?], bunyi ini tidak hadir pada BB dan BN. 89/ Menguap BB : h E h E a m O n 144 BB : h EhEamOn BN : m E h a BN : m E h a BM: (m|)Guap Hanya dua kata yang berkerabat. Kedua kata yang berkerabat adalah BB ( hadir sebagai bentuk yang lebih panjang) dengan BN yang hadir sebagai bentuk metatesis. Sekilas, kedua kata tersebut berbeda, tetapi dengan adanya kecenderungan BB yang melalukan pengulangan bunyi ([k] yang selalu diulang di tengah kata) pada kata-katanya atau pengulangan bentuk secara keseluruhan, yaitu at E at E ‘hati’ dan rata-rata ‘hijau’, dicurigai dalam hal ini telah terjadi pengulangan silabe [h E] dan pemanjangan bentuk di akhir BB. 90/ menikam BB : t i h a m 146 BB : t i h a m BM: t i k a m BM: t i k a m BN: mOfaha Dua kata yang berkerabat adalah bagian dari BB dan BM. Semua bunyi yang berjumlah sama juga hadir

Universitas Sumatera Utara sebagai bentuk yang sama kecuali bunyi [h]BB yang muncul sebagai [k] BM di tengah kata. 91/ meniup BB : O m b u s ø 147 BB : O m b u s ø BN : ø m b u s i BN : ø m b u s i BM: tiUp Dua kata yang berkerabat adalah bagian dari BB dan BN. Terjadi pemanjangan bentuk di awal BB dan di akhir BN. Bunyi [O] yang ada di awal BB muncul sebagai [ø] pada BN. Bunyi-bunyi yang muncul kemudian adalah [m], [b], [u], dan [s] yang ada pada kedua bahasa dan disusul oleh bunyi vokal [i] pada BN yang tidak hadir pada BB. Ternyata, alih-alih menghilangkan bunyi konsonan di akhir, kali ini BN lebih memilih untuk memilih menambah vokal di akhir kata karena konsistensinya sebagai bahasa yang diakhiri oleh suku terbuka. 92/ minum BB : m i n u m 151 BB : m i n u m BM: m i n U m BM: m i n U m BN: badu Kata-kata yang berkerabat terdapat dalam BB dan BM. Semua bunyi yang hadir sama, kecuali [u]BB yang muncul sebagai [U]BM karena berada pada suku akhir tertutup. 93/ mulut BB : b a b a 152 BB : b a b a BN : b a v a BN : b a v a BM: mulUt Kata-kata yang berkerabat terdapat dalam BB dan BN. Semua bunyi yang muncul sama, kecuali [b]BB pada suku kedua yang muncul sebagai [v]BN. Perubahan ini sering terjadi, misalnya pada data 1 dan data 73, tetapi tidak berlangsung secara tetap. 94/ muntah BB : m u ø t a ø 153 BB : m u ø t a ø BN : m u ø t a ø BN : m u ø t a ø BM: m u n t a h BM: m u n t a h Ketiga bahasa berkerabat dengan BB dan BN yang bentuknya sama persis serta BM yang muncul sebagai bentuk yang lebih panjang. Pemanjangan bentuk pada BM ditandai dengan hadirnya bunyi [n] di tengah kata dan bunyi [h] di akhir kata yang berada pada akhir setiap silabel, [n] penultima dan [h] pada posisi ultima. 95/ naik BN : n | ? i ø ø 154 BB : n a k k O k BM: n a I ? ø ø BN : n | ? i ø ø BM: n a I ? ø ø Kekerabatan hanya terjadi pada BN dan BM. Bunyi- bunyi yang sama persis pada kedua kata adalah [n]

Universitas Sumatera Utara sedangkan bunyi [|]BN bervariasi dengan [a]BM, lalu ada [i]BN yang berkorespondensi dengan[I] BM dan ada bunyi [?] pada kedua bahasa walaupun berada pada posisi yang tidak persis sama sehingga dicuriagai sebagai metatesis. 96/ panjang BB : g a j j a G 159 BB : g a j j a G BM: p a n j a G BM: p a n j a G BN: ena?u Dua kata yang berkerabat terdapat dalam BB dan BM dengan jumlah bunyi yang sama. Bunyi [g] BB di awal muncul sebagai [p]BM, diikuti oleh bunyi [a] yang sama pada kedua kata. Bunyi [jj]BB di tengah kata dianggap sebagai bentuk asimilasi dari [nj] yang muncul pada BM. Selanjutnya, bunyi yang hadir persis sama pada kedua bahasa, yaitu [a] dan [G]. 97/ Pendek BB : j E p p E k 162 BB : j E p p E k BM: p e n d e ? BM: p e n d e ? BN: otogo-togo Dua bahasa yang berkerabat adalah BB dengan BM dengan bunyi [j] di awal BB muncul sebagai [p] pada BM. Selanjutnya, bunyi [E]BB muncul sebagai [e]BM diikuti bunyi [pp] di tengah kata yang dianggap asimilasi [mp]dalam BB, hadir sebagai [nd] BM. berikutnya, bunyi [E]BB kembali muncul sebagi [e]BM dan diakhiri oleh [k]BB yang muncul sebagai [?]BM. Perubahan [k] BB yang muncul sebagai [?] BM di akhir kata terjadi secara teratur. 98/ perut BB : b u t u h a 164 BB : b u t u h a BN: b e t u ? a BN: b e t u ? a BM: p|rUt Kata-kata yang berkerabat merupakan bagian dari BB dan BN. Bunyi [b] di awal muncul pada kedua kata dilanjutkan oleh bunyi [u]BB yang muncul sebagai [e] BN, [t] dan [u] muncul berikutnya pada kedua kata, dan bunyi [h]BB muncul sebagai [?]BN pada suku akhir yang diikuti oleh bunyi [a] pada akhir kata pada kedua bahasa. 99/ putih BN : a f u s i ø 166 BN : a f u s i ø BM: ø p u t I h BM: ø p u t I h BB: bO(n)ttar Hanya dua bahasa yang berkerabat, yaitu BN dan BM dengan pemanjangan bentuk yang terjadi di awal BN dan di akhir BM. Bunyi [a] di awal BN tidak muncul pada BM dilanjutkan oleh bunyi [f]BN yang muncul teratur sebagai [p]BM. Selanjutnya, bunyi [u] hadir pada kedua kata dan diikuti oleh [s]BN yang muncul sebagai

Universitas Sumatera Utara [t]BM, bunyi [i] pada suku akhir secara teratur muncul sebagai [I] pada suku tertutup BM. Kemudian, BM diakhiri oleh konsonan [h] sedangkan BN tidak. 100/ rambut BM: R a m b U t 167 BB : ø O ø b u k BB : ø O ø b u k BN : ø ø ø b u ø BN : ø ø ø b u ø BM: R a m b U t Ketiga bahasa dianggap berkerabat dengan hadirnya bunyi [bu] yang sama pada ketiga bahasa. Masalahnya, BN hanya punya [b] dan [u] sehingga tidak memiliki bentuk lain yang dapat dibandingkan. Akan tetapi, kedua bunyi tersebut ternyata muncul pada ketiga bahasa sehingga dianggap cukup untuk membuktikan kekerabatannya walaupun dapat dilihat bahwa BM hadir sebagai bentuk yang paling panjang diikuti oleh BB dan BN. Perubahan bunyi-bunyi yang terjadi adalah [R] dan [m] pada penultima BM tidak muncul pada BB dan BN. Bunyi [a]BM bervariasi dengan [O] BB, diikuti [bu] pada BB dan BN, [bU]BM dan diakhiri oleh [t]BM yang bervariasi dengan [ø] BN (terjadi secara teratur) dan [k] BB di akhir kata. 101/ rumah BN: ø O m O ø 168 BN: ø O m O ø BM: R u m a h BM: R u m a h BB: jabu Sekilas kedua kata ini tidak berkerabat, tetapi perlu juga dikemukakan adanya kemungkinan bahwa kedua kata ini berkerabat. Dalam perjalanannya, jika dibandingkan dengan bahasa lain yang berkerabat, misalnya bahasa Jawa (BJ) (tidak dijadikan objek penelitian utama, hanya sebagai pembanding), terdapat konsep [Omah] sebagai padanan glos ini. Anggaplah kita berangkat dari BM yang lebih banyak memiliki bunyi sehingga [Rumah]BM—[ O mah]BJ—[ O m O]BN. Dapat dilihat peluluhan [R] dari BM—BJ, perubahan [u]BM—[ O]BJ — [ O]BN. Selanjutnya, [m] identik, lalu perubahan [a]BJ—[ O]BN. Seperti dijelaskan sejak awal, BN selalu berkahir dengan suku terbuka sehingga cenderung menghilangkan bunyi konsonan di akhir atau menambah vokal di akhir. Dari kenyataan tersebut, disimpulkan bahwa kedua kata ini berkerabat. 102/ rumput BN : r u ø ? u ø 169 BB : r a m b a BM: R u m p U t ? BN : r u ø ? u Hanya dua bahasa yang berkerabat. Bunyi yang hadir di ø awal kata adalah [r]BB, BN yang muncul teratur sebagai BM: R u m p U [R]BM diikuti oleh bunyi [u] yang persisi sama. Posisi

Universitas Sumatera Utara t penultima ini diakhiri oleh hadirnya konsonan [m] BM muncul sebagai [?]BN diikuti [p]BM muncul sebagai zero, dan dilanjutkan oleh bunyi [u]BN yang muncul secara teratur menjadi [U] BM. Seperti biasa BN tidak ditutup oleh konsonan, berbeda dengan BM yang diakhiri oleh bunyi [t]. 103/ sakit BB: s a h i t 170 BB: s a h i t BM: s a k I t BM: s a k I t Dua kata yang berkerabat terdapat pada BB dan BM. BN: mOf|kh| Diawali oleh bunyi [s] dan [a] yang sama-sama muncul pada kedua bahasa diikuti oleh bunyi [h]BB yang muncul sebagai [k]BM (muncul secara teratur) dan bunyi [i]BB muncul secara teratur sebagai [I] pada akhir tertutup pada BM. Kedua kata sama-sama diakhiri oleh konsonan [t]. 104/ satu BB: s a d a 171 BB: s a d a BN : s a r a BN : s a r a BM: s a t u BM: s a t u Ketiga kata berkerabat karena adanya penultima [sa] yang sama persis dan jumlah bunyi yang sama, mengingat kata-kata yang hadir cukup singkat. Bentuk yang paling mirip terlihat pada BB dan BN dengan perbedaan satu bunyi, yaitu [d]BB yang muncul sebagai [r]BN. Pada BM, bunyi tersebut muncul sebagai [t] dan bunyi akhir [a]BB,BN muncul sebagai [u]BM. 105/ sembunyi BB : t a ø b u n I 174 BB : t a ø b u n i BN : f a ø b i n i BN : f a ø b i n i BM: s | m b u ~n i BM: s | mbu ~n i Ketiga bahasa berkerabat, BB diawali oleh bunyi [t] yang muncul sebagai [f]BN dan [s]BM dilanjutkan oleh bunyi [a]BB, BN yang muncul sebagai [|]BM. Setelah itu, bunyi [m] muncul pada BM dan tidak muncul pada BB dan BN. Bunyi berikutnya adalah [b] yang muncul pada ketiga bahasa diikuti oleh bunyi [u]BB, BM muncul sebagai [i]BN lalu bunyi [n] BB, BN muncul sebagai [~n]BM kemudia diakhiri oleh bunyi [i] pada ketiga bahasa. 106/ sempit BB : s O m p i t 175 BB : s O m p i t BM : s | m p I t BM : s | m p I t Hanya dua bahasa yang berkerabat, yaitu BB dengan BN: tOlasi BM. Bunyi [s] hadir di awal kata pada kedua bahasa, diikuti oleh bunyi [O] BB yang muncul sebagai [|]BM dilanjutkan oleh bunyi [m] pada kedua bahasa. Posisi ultima diawali oleh bunyi [p] pada kedua bahasa

Universitas Sumatera Utara kemudian bunyi [i]BB yang selalu muncul sebagai [I]BM pada suku akhir tertutup. Kedua kata diakhiri oleh bunyi yang sama, yaitu [t]. 107/ tahun BB : t a O n 180 BB : t a O n BM: t a U n BM: t a U n BN: d|fi Bentuk yang berkerabat adalah BB dengan BM. Semua bunyi yang muncul sama, kecuali bunyi [O]BB yang muncul sebagai [U] pada BM. 108/ tajam BB : t a j O m 181 BB : t a j O m BM: t a j a m BM: t a j a m BN: atar| Bentuk yang berkerabat adalah BB dengan BM. Semua bunyi yang muncul sama, kecuali bunyi [O]BB yang muncul sebagai [a] pada BM. 109/ takut BN : a t a ? u ø 182 BN : a t a ? u ø BM: ø t a k U t BM: ø t a k U t BB: mabiar Kekerabatan terdapat pada BN dan BM. Terdapat pemanjangan bentuk di awal BN dan di akhir BM. Bunyi [a] hadir di awal BN, tetapi tidak hadir pada BM diikuti oleh bunyi [t] dan [a] yang ada pada kedua bahasa. Bunyi selanjutnya adalah [?]BN yang muncul sebagai [k]BM diikuti oleh bunyi [u]BN yang berkorespondensi dengan [U] BM, hingga akhirnya BM ditutup oleh konsonan [t] sedangkan BN tidak. 110/ tali BB : t a l i 183 BB : t a l i BN : t a l i BN : t a l i BM: t a l i BM: t a l i Ketiga kata pada bahasa yang dibandingkan sama persis. 111/ tanah BB : t a n o ø 184 BB : t a n o ø BN : t a n | ø BN : t a n | ø BM: t a n a h BM: t a n a h Ketiga bahasa berkerabat diawali oleh tiga bunyi yang sama, yaitu [t], [a], dan [n]. Variasi bunyi dimulai oleh [o]BB yang bervariasi dengan [|]BB dan [a]BM, selanjutnya diakhiri oleh bunyi [h] yang hanya muncul pada BM, tetapi tidak hadir pada BB dan BN. 112/ tangan BB : t a G a n 185 BB : t a G a n BN : t a G a ø BN : t a G a ø BM: t a G a n BM: t a G a n Semua kata berkerabat dan semua bunyi yang muncul sama persis kecuali kenyataan bahwa konsonan [n] tidak

Universitas Sumatera Utara muncul di akhir BN. 113/ Tebal BB : h a p a l 186 BB : h a p a l BM: t | b a l BM: t | b a l BN: ave we?e Kata-kata yang mirip terdapat pada BB dan BM. Variasi bunyi yang terjadi adalah bunyi [h] di awal BB muncul sebagai [t]BM diikuti oleh [a]BB muncul sebagai [|] lalu bunyi [p]BB pada posisi ultima muncul sebagai [b]BM. Bunyi yang sama, yaitu bunyi [a] dan [l] muncul di akhir kedua kata. 114/ terbang BB : h a ø b a G 189 BB : h a ø b a G BM: t | R b a G BM: t | R b a G BN: bohofo Kekerabatan terdapat pada BB dan BM. Persamaan bunyi persis terdapat pada silabe kedua. Pada silabe pertama terdapat bunyi [h]BB yang muncul sebagai [t]BM, [a]BB sebagai [|]BM dan [R] hanya muncul pada BM, tetapi tidak terdapat pada BB. 115/ tertawa BB : m E k k E l 190 BB : m E k k E l BN : m ai ø k i ø BN : m ai ø k i ø Kekerabatan terdapat pada BB dan BN. Bunyi [m] BM: g|la? muncul pada awal BB dan BN diikuti oleh bunyi [E]BB muncul sebagai [ai]BN dilanjutkan dengan bunyi [k] yang muncul dua kali pada BB dan hanya sekali pada BN, bunyi [E]BB muncul sebagai [i]BN dan BB diakhiri oleh konsonan [l] sedangkan BN tidak dan ini terjadi secara teratur karena BN selalu diakhiri oleh suku terbuka. 116/ tiga BB : t O l u 193 BB : t O l u BN : t | l u BN : t | l u BM: tig| Bentuk berkerabat adalah BB dengan BN. Semua bunyi sama, kecuali [O] pada suku pertama BB muncul sebagai [|] pada BN. 117/ tikus BN : t e ? u ø 194 BN : t e ? u ø BM: t i k U s BM: t i k U s BB: baguduG Hanya ada dua bahasa yang berkerabat, yaitu BN dan BM. Bunyi [t] berada di awal kedua kata diikuti oleh bunyi [e]BB yang bervariasi sebagai [i]BN. Kemudian, bunyi-bunyi yang hadir berikutnya merupakan korespondensi. Bunyi [?]BN di tengah kata muncul secara teratur sebagai [k]BM, bunyi [u]BB muncul sebagai [U] pada suku tertutup di akhir kata (muncul teratur). BM ditutup oleh bunyi [s] sedangkan BN tidak

Universitas Sumatera Utara (muncul teratur).

118/ tipis BB : ø n i p i s 195 BB : ø n i p i s BN : a n i f i ø BN : a n i f i ø BM: ø t i p I s BM: ø t i p I s Ketiga bahasa berkerabat. Pemanjangan bentuk di awal BN dan di akhir BB dan BM. Bunyi [a] di awal hanya terdapat pada BN, tidak terdapat pada BB dan BM. Selanjutnya, bunyi [n]BB, BN muncul sebagai [t]BM lalu bunyi [i] muncul pada ketiga bahasa. Posisi ultima diawali oleh bunyi [p]BB, BM yang muncul secara teratur sebagai [f]BN diikuti oleh bunyi [i]BB, BN muncul sebagai [I] pada suku akhir tertutup BM. Bunyi [s] mengakhiri BB dan BM, tetapi tidak pada BN. 119/ tua BB : m a t u a 196 BB : m a t u a BN : ø a t u a BN : ø a t u a BM : ø ø t u | BM : ø ø t u | Ketiga bahasa berkerabat, BB hadir sebagai bentuk yang paling panjang diikuti oleh BN dan BM. Bunyi [m] di awal hanya muncul pada BB, tidak ada pada BN dan BM. Bunyi yang hadir kemudian adalah [a] yang muncul pada BB dan BN, tidak pada BM. Selanjutnya, bunyi yang hadir pada ketiga bahasa adalah [t] dan [u]. Jika BB dan BN memiliki bunyi [a] di akhir, bunyi tersebut muncul secara teratur sebagai [|] pada suku akhir terbuka BM. 120/ tulang BN : t | l a ø 197 BN : t | l a ø BM: t u l a G BM: t u l a G BB: hOlihOli Dua kata yang berkerabat adalah bagian dari BN dan BM. Kedua kata dimulai oleh bunyi yng sama, yaitu [t] dilanjutkan oleh bunyi [|]BN muncul sebagai [u]BM. Bunyi yang hadir kemudian adalah [l] dan [a] pada kedua bahasa. Bunyi [G] hadir pada akhir BM, tetapi tidak ada pada BN. 121/ ular BB : u l O k 199 BB : u l O k BN : u l | ø BN : u l | ø BM: u l a R BM: u l a R Ketiga bahasa berkerabat diawali oleh bunyi [u] dan [l] yang sama persis. Bunyi [O]BB hadir sebagai [|]BN dan [a]BM. Konsonan [k]BB muncul sebagai [R]BM di akhir kata, tetapi tidak hadir pada BN.

Universitas Sumatera Utara 122/ usus BB : u s u s 200 BB : u s u s BM: u s U s BM: u s U s BN: sinalidalu Hanya dua bahasa yang berkerabat, yaitu BB dengan BM. Bentuk yang hadir sama persis, kecuali [u] BB pada suku akhir tertutup muncul sebagai [U] pada BM. hal ini muncul secara teratur.

Universitas Sumatera Utara BAB V

PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1. Kemiripan Fonetis

Kata-kata berkerabat yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya selanjutnya akan dilihat berdasarkan kemiripan fonetisnya. Perubahan-perubahan fonetis yang muncul ini nantinya dapat dikaidahkan sehingga dapat dilihat kecenderungan bunyi yang muncul pada ketiga bahasa yang diteliti. Langkah awal yang diambil adalah dengan mengelompokkan analisis bunyi-bunyi vokal dan analisis analisis bunyi-bunyi konsonan.

5.1.1 Analisis Vokal dan Konsonan

Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah penganalisisan bunyi-bunyi vokal yang dijumpai pada ketiga bahasa. Analisis dilakukan berdasarkan tabel yang memuat bunyi-bunyi vokal dan variasi kemunculannya pada ketiga bahasa yang menjadi objek penelitian. Setelah semua bunyi vokal yang dijumpai selesai dianalisis, bunyi konsonan dan variasi kemunculannya juga akan dianalisis sehingga dapat dilakukan pengaidahan yang sesuai berdasarkan contoh-contoh yang dimunculkan dalam tabel.

Tabel disebut “Tabel Korespondensi dan Variasi” dibuat berdasarkan letak bunyi yang akan dianalisis. Misalnya, bunyi yang dianalisis adalah vokal [a], akan dijabarkan kata-kata yang memiliki vokal [a] pada posisi awal, tengah, dan akhir. Hal itu juga dilakukan pada semua bunyi yang muncul pada ketiga bahasa. Bunyi-bunyi yang bervariasi atau muncul tidak tetap hanya akan dimunculkan satu kali dalam contoh. Akan tetapi, bunyi-bunyi yang berkorespondensi atau muncul secara tetap akan dimunculkan sebanyak mungkin dalam contoh untuk memperkuat bukti.

Contoh-contoh yang muncul akan dibuat berurut dimulai dari BB, BN, dan BM sehingga pengaidahan dapat dilakukan secara konsisten. Pengaidahan variasi dan korespondensi bunyi dibuat berdasarkan setiap contoh dari setiap kolom kecuali kata-kata yang dianggap memiliki hubungan korespondensi seperti yang telah dijelaskan di atas. Kolom-kolom yang dimaksud adalah kolom yang berkaitan dengan letak atau posisi bunyi yang dianalisis, yaitu, awal (pada pengaidahan ditandai dengan huruf a), tengah (pada pengaidahan ditandai dengan huruf b), dan akhir (pada pengaidahan ditandai dengan huruf c).

5.1.1.1 Analisis Vokal

Universitas Sumatera Utara Analisis kemiripan vokal yang dimaksud adalah analisis bunyi-bunyi vokal yang terdapat dalam tiga bahasa yang dibandingkan. Bunyi-bunyi vokal yang ditemui dalam ketiga bahasa adalah /a, i, I, u, U, |, e, dan E/. Berikut ini akan diuraikan kemunculan bunyi-bunyi vokal dalam BB, BN, dan BM pada posis awal kata, tengah kata dan posisi akhir kata yang dirinci pada silabel ultima, penultima, dan antepenultima. Uraian ini dimaksudkan untuk melihat bunyi-bunyi yang muncul sebagai korespondensi (bunyi yang muncul secara tetap atau teratur) atau variasi (bunyi yang muncul tidak tetap atau tidak teratur) pada bahasa yang diteliti.

(1) Vokal [a]

Vokal [a] dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir pada ketiga bahasa.

Pada posisi awal, [a] dapat konsisten dan dapat pula berubah, begitu pula pada posisi tengah dan akhir. Pada posisi tengah, terdapat pembagian berdasarkan urutan silabe(suku kata). Hal ini dilakukan agar pengklasifikasian untuk kata yang terdiri atas tiga silabe atau lebih dapat dilakukan dengan lebih jelas. Pada posisi akhir, yang merupakan suku terbuka, bentuk yang berakhir dengan vokal [a] tidak ditemui dalam BM. Bunyi yang muncul untuk menggantikan [a] pada BB dan BN adalah [|]. Contoh-contoh terlihat pada tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Korespondensi dan Variasi Vokal [a]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. abu mati dua BB: abu n BB : matE BB : d ø ø u a BN: avu ø BN : mate BN : d o b u a BM:abu ø BM: mati BM: d ø ø u |

2. anak sembunyi apa BB : ana ? BB : taøb un i BB : a h a ø ø ø BN : onoø BN : faøb in i BN : ø h a d i a BM: ana ? BM: s|mbu~ni BM : a p| ø ø ø

3. Basah kayu bunga BN : abas |ø BB : h a ø u BB : b u G a BM: øbas a h BN : g e + u BN : b u G a BM: k a y u BM: b u G | 4. malu kita, kami BB: m a i l a BB : ø ø h i t a BN : ø a i l a BN : y a ? i t a BM:m aø l u BM: ø ø k i t |

5. bernapas laba-laba BB : h O s a BB : r a b b a G BN : h a s u BN : l a ø v a ø BM: l a ø b | ø 6. kotor mata BB : r O t a k BB : m a t a BM: k o t o R BM: m a t | 7. tua BB : m a t u a BN : ø a t u a BM : ø ø t u | 8. malu BB : m a i l a BN : ø a i l a BM: maø l u 9. satu BB: s a d a BN : s a r a BM: s a t u

10. bernapas

Universitas Sumatera Utara BB : h O s a BN : h a s u 11. Buka BN: b O ɤ ai BB : b u k a BM: b u k a ?

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. a~a~a/ #-- (1a),#K(1b)

bunyi [a] muncul secara tetap pada ketiga bahasa di awal kata terlihat pada

kolom 1a dan di awal kata setelah konsonan terlihat pada kolom 1b.

2. a~a~|/ #-- (2b)

bunyi [a] pada BB bervariasi dengan [a] pada BN bervariasi dengan [|]

pada BM di tengah kata terlihat pada kolom 2b.

3. a~e~a/#--# (3b)

bunyi [a] pada BB bervariasi dengan [e] pada BN bervariasi dengan [a]

pada BM di tengah kata terlihat pada kolom 3b.

4. a ~̲ a ~̲ | / --# (1c—7c) Bunyi [a] pada BB berkorespondensi dengan[a] pada BN dan berkorespondensi dengan [|] pada BM di akhir kata terlihat pada kolom 1c—7c. 5. a~a ~ | /#K-- (2b) Bunyi [a] pada BB dan BN bervariasi dengan [|] pada BM di awal kata setelah konsonan terlihat pada kolom 2b. 6. a ~ o ~a / #--, --# (2a) Bunyi [a] pada BB bervariasi dengan [o] pada BN dan [a] pada BM di awal dan di akhir kata terlihat pada kolom 2a. 7. a (BN) ~ ø (BM) / #-- (3a)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [a] pada BN bervariasi dengan [ø] pada BM di awal kata terlihat pada kolom 3a. 8. a (BB) ~ o (BM)/ --K# (5b) Bunyi [a] pada BB bervariasi dengan [o] pada BM di akhir kata sebelum konsonan terlihat pada kolom 5b. 9. a ~a~ u/ --# (8c,9c) Bunyi [a] pada BB bervariasi dengan [a] BN dan bervariasi dengan [u] pada BM di akhir kata terlihat pada kolom 8c dan 9c. 10. a (BB) ~ u (BN)/ --# (10c) Bunyi [a] pada BB bervariasi dengan [u] pada BN di akhir kata terlihat pada kolom 10c. 11. a ~ ai~a / --# (11) Bunyi [a] pada BB bervariasi dengan [ai] pada BN dan bervariasi dengan [a] pada BM di akhir terlihat pada kolom 11c.

Vokal [a] dapat muncul sebagai [a] pada posisi awal dan tengah pada ketiga bahasa (no 1a dan 1b). Pada posisi akhir, a muncul sebagai [a] pada BB dan

BN, sedangkan pada BM, [a] berkorespondensi dengan [|] yang terlihat dari contoh-contoh yang terdapat dalam tabel (no 1—7). Kemudian, [a] (BB, BM) bervariasi dengan [o] (BN) pada posisi awal dan akhir kata (no 2). Selanjutnya,

[a] (BB, BN) juga bervariasi dengan [|] (BM) pada posisi awal kata setelah konsonan (no 2). Bunyi [a] (BN) bervariasi dengan [ø] (zero) (BM) pada posisi awal kata (no 3). Bunyi [a] BB muncul sebagai [e] pada BN dan sebagai [a] pada

(BM) di tengah (no 3b) Bunyi [a] BB muncul sebagai [o] (BM) pada akhir kata sebelum konsonan (no 5). Vokal [a] (BB,BN) bervariasi dengan [u] di akhir BM

(no 8 dan 9). Bunyi [a] (BB) bervariasi dengan [u] (BN) pada akhir kata (no 10) dan bunyi [a] (BB,BM) bervariasi dengan [ai] (BN) pada akhir kata (no 11).

(2) Vokal [i]

Universitas Sumatera Utara Vokal [i] dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir pada ketiga bahasa. Pada posisi awal, [i] selalu mengalami perubahan dari 3 data yang terdapat dalam penelitian. Pada suku awal, [i] dapat konsisten dan dapat berubah.

Akan tetapi, pada silabe akhir yang tertutup, bunyi [i] tidak ditemui pada BM.

Suku akhir tertutup yang pada BB dan BN berupa vokal [i], akan berkorespondensi sebagai [I] karena hal itu berlangsung secara konsisten. Pada posisi akhir, [i] dapat konsisten dan dapat pula berubah. Contoh-contoh terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Korespondensi dan Variasi Vokal [i]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. hidung tipis hari BB : i g u G BB :øn i p i s BB : ø a r i BN : i X u ø BN :an i f i ø BN : ø a r i BM: i d U G BM: øt i p I s BM: h a r i

2. danau kiri BN: i d a n | BB : habbiraG BM: ød a n au BN :kaøberaø 3. ekor tipis BB : i h u r BB :øn i p i s BN : i ? o ø BN :an i f i ø BM: e k o R BM: øt i p I s

4. mengalir angin BB : i s s i r BN : a G i ø BN : E ø l E ø BM: a G I n BM: a ø l I R 5. berpikir BB : p i k k i r BM: p i ø k I R 6. kering BN : O k | l i ø

Universitas Sumatera Utara BM: ø k | R I G 7. kulit BB: h u l ik (kuliG) BN: h u l i ø BM:k u l I t 8. kuning BB: h u n i k BM:k u n I G 9. mengalir BB : i s s i r BN : E ø l E ø BM: a ø l I R 10. langit BB : l a G i t BM: l a G I t 11. menangis BB : t a G i s BM: n a G I s 12. putih BN : a f u s i ø BM: ø p u t I h 13. sakit BB: s a h i t BM: s a k I t Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. i~i~i/#--, #--#, --# (1a,1b,1c)

Bunyi [i] pada BNmuncul sebagai [i] pada BN dan sebagai [i] juga pada

BM pada ketiga posisi terlihat pada contoh nomor 1 kolom a, b, dan c.

2. i (BN) ~ ø (BM) / #-- (2a) Bunyi [i] pada BN bervariasi dengan zero pada BM di awal kata terlihat pada kolom 2a. 3. i (BB) ~ e (BN) / #--# (2b) Bunyi [i] pada BB bervariasi dengan [e] pada BN di tengah kata terlihat pada kolom 2b. 4. i (BM) ~ e (BN) / --# (2c) Bunyi [i] pada BM bervariasi dengan [e] pada BN di akhir kata terlihat pada kolom 2c. 5. i ~i~e / #-- (3a)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [i] pada BB muncul sebagai [i] pada BN dan bervariasi dengan [e] pada BM di awal kata terlihat pada kolom 3a. 6. i~i ~̲ I / --K# (3b—13b) Bunyi [i] pada BB dan BN berkorespondensi dengan [I] pada BM di akhir kata sebelum konsonan terlihat pada kolom 3b—13b. 7. i~ E ~ a / #-- (4) Bunyi [i] pada BB bervariasi dengan [E] pada BN dan [a] pada BM di awal kata terlihat pada kolom 4a.

Vokal [i] dapat muncul sebagai [i] pada posisi awal, tengah dan akhir pada ketiga bahasa yang diteliti (no. 1a--c). Vokal [i] (BN) bevariasi dengan [ø] (BM) pada posisi awal kata (no. 2). Vokal [i] (BB) bervariasi dengan [e] (BN) di tengah kata (no. 2) . Kemudian, [i] (BM) bervariasi dengan [e] (BN) pada posisi akhir kata (no 2). Selanjutnya, [i] (BB, BN) juga bervariasi dengan [e] (BM) pada posisi awal kata (no. 3). Bunyi [i] (BB, BN) berkorespondensi dengan [I] (BM) pada posisi akhir kata sebelum konsonan, terlihat pada contoh 1—13. Bunyi [i] (BM) bervariasi sebagai [E] (BN) dan [a] (BM) pada awal kata (no. 4).

(3) Vokal u

Vokal [u] dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir pada ketiga bahasa. Pada posisi awal, [u] selalu konsisten, tidak mengalami perubahan dari 3 data yang terdapat dalam penelitian. Pada suku awal, [u] dapat konsisten dan dapat berubah, begitu juga pada silabe tengah dan akhir. Akan tetapi, pada silabe akhir yang tertutup, bunyi [u] tidak ditemui pada BM. Suku akhir tertutup yang pada BB dan BN yang berupa vokal [u], akan muncul sebagai [U], dan hal itu berlangsung secara konsisten. Pada posisi akhir, [u] dapat konsisten dan dapat pula berubah. Contoh-contoh terlihat pada tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3

Korespondensi dan Variasi Vokal [u]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. ular muntah kutu BB : u l O k BB : m u ø t a ø BB : h u t u BN : u l | ø BN : m u ø t a ø BN : h u t u BM: u l a R BM: m u n t a h BM: k u t u

2. ekor BB : i h u r BN : i ? o ø BM: E k o R 3. sembunyi BB : t a øbun i BM: s|mbu ~ni BN : f aøb i ni 4. Buka BB : b u k a BM: b u k a ? BN: b O ɤ ai 5. bengkak BB : bu r b a k BM: b| G k a ?

6. rumput BN : ruø ?u ø BM: RumpUt 7. memukul BB : p u k k u l BM: p u ø k U l 8. membunuh BN: b u n u ø BM: b u n U h 9. hidung BB : i g u G BN : i ɤ u ø BM: i d U G

10. minum BB : m i n u m BM: m i n U m

Universitas Sumatera Utara

11. rambut BB : ø O ø b u k BN : ø ø ø b u ø BM: R a m b U t 12. laut BB : l a u t BM: l a U t

13. takut BN : a t a ? u ø BM: ø t a k U t 14. tikus BN : t e ? u ø BM: t i k U s 15. usus BB : u s u s BM: u s U s Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. u~u~u/#--,#--#,--# (1a,1b,1c)

bunyi [u] pada BB muncul sebagai[u] pada BN dan sebagai [u] juga pada

BM pada ketiga posisi, yaitu awal, tengah, dan akhir terlihat pada contoh

1a—c.

2. u~o~o/--K# (2b)

Bunyi [u] pada BB bervariasi dengan [o] pada BN dan BM di akhir kata

sebelum konsonan terlihat pada kolom 2b.

3. u~i~u /#--# (3b)

Bunyi [u] pada BB bervariasi dengan [i] pada BN dan [u] pada BM di

tengah kata terlihat pada kolom 3b.

4. u~ O ~u /#K--(4b)

Bunyi [u] pada BB bervariasi dengan [O] pada BN dan [u] pada BM di

awal kata setelah konsonan terlihat pada kolom 4b.

Universitas Sumatera Utara 5. u (BB) ~ | (BM) #K-- (5)

Bunyi [u] pada BB bervariasi dengan [|] pada BM di awal kata setelah

konsonan terlihat pada kolom 5b.

6. u ~u ~̲ U /--K# (6—15)

Bunyi [u] pada BB dan BN berkorespondensi dengan [U] pada BM di

akhir kata sebelum konsonan terlihat pada kolom 6--15b.

Vokal [u] muncul sebagai [u] pada posisi awal, tengah, dan akhir pada ketiga bahasa (no.1). Vokal [u] BB muncul sebagai [o] pada akhir kata sebelum konsonan pada BN,BM (no. 2). Bunyi [u] pada tengah BB dan BN bervariasi dengan [i] pada BM, contoh no. 3) kemudian [u] BB, BM bervariasi dengan [O]

BN pada posisi awal kata setelah konsonan (no. 4). Bunyi [u] BB juga bervariasi dengan | BM pada posisi awal kata (no. 5). Terakhir adalah [u] BB,BN pada posisi akhir sebelum konsonan akan berkorespondensi dengan [U] BM karena muncul secara teratur (no 6—15).

(4) Vokal U

Tabel 5.4

Korespondensi dan Variasi Vokal [U]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. bertumbuh BB : t u ø b u ø BM: t u m b U h 2. buluh BB : b u l u ø

Universitas Sumatera Utara BN: b u l u ø BM: b u lU h

3. busuk BB : b u s u k BM: b u s U ? 4. duduk BB : øø j u g u k BM: øød ud U ? 5. hidung BB : i g u G BN : i ɤ u ø BM: i d U G 6. minum BB : m i n u m BM: m i n U m 7. rambut BB : ø O ø b u k BN : ø ø ø b u ø BM: R a m b U t

8. laut BB : l a u t BM: l a U t

9. takut BN : a t a ? u ø BM: ø t a k U t 10. tikus BN : t e ? u ø BM: t i k U s

11. usus BB : u s u s BM: u s U s

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. u~̲u~̲ U / --K#

Bunyi [U] pada BM berkorespondensi dengan [u] pada BB dan BN di

akhir kata sebelum konsonan, terlihat dari kolom 1—11 b.

Universitas Sumatera Utara Bunyi [U] hanya muncul pada BM dan hanya menenpati posisi akhir kata sebelum konsonan. Contoh-contoh yang terdapat dalam tabel 5.4 kolom b di atas persis sama dengan tabel 5.3 kolom b karena perubahan yang terjadi hanya terdapat pada contoh-contoh itu. Perubahan yang terjadi bersifat tetap, karenanya, hubungan yang terjadi adalah korespondensi bunyi.

(5). Vokal |

Vokal [|] dapat menempati posisi awal, tengah, akhir dan hanya terdapat dalam 2 dari ketiga bahasa yang dibandingkan, yaitu BN dan BM. Pada posisi awal, [|] hanya terdapat dalam BN, pada posisi tengah dan akhir, terdapat pada

BN dan BM (lihat juga analisis 1). Contoh-contoh terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.5 Korespondensi dan Variasi Vokal [|]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. memilih membeli basah BB : ø pi l l i t BN : v | l i BN : a bas| ø BN :| f i øl iø BM: b | l i BM: ø bas a h BM: ø pi øl Ih 2. engkau, kamu tulang hitam BB : øøøø hO BN :t | l a ø BN : a i t | ø BN : ya ?u g| BM: t u l a G BM: ø i t a m BM: øø |Gko 3. benar BB : bO t u lø BN : ø at u l| BM: b |t U lø 4. danau BN: i d an | BM: ø d anau 5. tua BB : m a t u a BN : ø a t u a

Universitas Sumatera Utara BM : ø ø t u |

Berikut pengkaidahan yang dapat dilakukan untuk vokal [|]:

1. |(BN) ~|(BM)/#--# (1b)

Bunyi [ ] pada BN juga muncul sebagai [ ] pada BM di tengah kata

seperti terlihat pada contoh 1b.

2. Ø~|~ Ø / #-- dan --#(1a dan 3c)

Bunyi [Ø] pada BB bervariasi dengan [|] pada BN dan muncul

kembali sebagai [Ø] pada BM di awal kata terlihat pada kolom 1a dan

di posisi akhir kata seperti pada contoh 3c..

3. ø ~ u~ | / #-- (2a)

Bunyi [Ø] pada BB bervariasi dengan[u] pada BN dan muncul sebagai

[|] pada BM di awal kata terlihat pada kolom 2a.

4. | (BN) ~ u (BM)/ #K—(2b)

Bunyi [|] pada BN bervariasi dengan [u] pada BM di awal kata setelah

konsonan terlihat pada kolom 2b.

5. | (BN) ~ a (BM)/ --K# (2c)

Bunyi [|] pada BN bervariasi dengan [a] pada BM di akhir kata

sebelum konsonan terlihat pada kolom 2c.

6. | (BN) ~ au (BM)/ --# (4c)

Bunyi [|] pada BN bervariasi dengan [au] pada BM di akhir kata

terlihat pada kolom 4c.

Universitas Sumatera Utara Vokal [|] muncul pada posisi awal, tengah, dan akhir pada BN dan BM

(no 1,2). Vokal [|] BN muncul sebagai [O] BB dan [a] BM pada akhir kata sebelum konsonan (no. 2,4). Bunyi [|] pada awal BM bervariasi dengan [ø] pada

BB dan [u] BN, contoh no. 2) kemudian [|]BM bervariasi dengan [a] BB, BN pada posisi akhir (no. 2). Bunyi [|] BN juga bervariasi sebagai [u] pada awal kata setelah konsonan BM (no.3). Bunyi [|] BN juga bervariasi dengan [a] BM pada posisi akhir kata sebelum konsonan (no. 3). Vokal [|] BM muncul sebagai [O]BB dan [a] BN pada awal kata setelah konsonan (no. 4). Bunyi [|] pada akhir BN bervariasi dengan [ø] pada BB, BM (contoh no.4), kemudian [|] BM bervariasi dengan [a] BB pada posisi awal setelah konsonan (no.5). Bunyi [|] BN juga bervariasi sebagai [au] pada akhir BM (no.5) dan bunyi [|] BN juga bervariasi dengan [o] BB dan [a] BM pada posisi akhir kata (no. 6).

(6)Vokal e

Vokal [e] terdapat dalam ketiga bahasa yang dibandingkan dan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir. Akan tetapi, keberadaannya berdasarkan ketiga posisi itu tidak terdapat pada semua bahasa. Data menunjukkan bahwa, vokal [e] pada posisi awal hanya dimiliki oleh BM, tidak pada BB dan BN. Vokal [e] memiliki variasi yang beragam, berikut contoh- contohnya:

Tabel 5.6 Tabel Korespondensi dan Variasi Vokal [e]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. tikus kaki BN : t e ? u ø BN : ø a X e

Universitas Sumatera Utara BM: t i kU s BM: k a k i

2. bekerja buah BB : ka r e jo BB : parbue ø BM: k| Røj | BN : øøøbuaø BM: øøøbua h

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. e (BN) ~ i (BM) /#K—dan --#(1b dan 1c)

Bunyi [e] pada BN bervariasi dengan [i] pada BM di awal kata

setelah konsonan terlihat pada kolom 1b dan di akhir kata terlihat

pada contoh 1c.

2. e (BB) ~ ø (BM)/ #—#(2b)

Bunyi [e] pada BB bervariasi dengan [ø] pada BM di tengah kata

terlihat pada kolom 2b.

3. e~ a~a/-- #(2c)

Bunyi [e] pada BB bervariasi dengan [a] pada BN dan BM di akhir

kata terlihat pada kolom 2c.

Vokal [e] muncul pada posisi awal dan tengah BM, tengah akhir BN dan akhir BB (no. 1). Vokal [e] pada BB muncul sebagai [i] tengah kata dan di akhir kata terlihat pada (no.1b dab 1c). Bunyi [e] pada BB muncul sebagai zero pada

BM di tengah kata terlihat pada no 2b. Selanjutnya bunyi [e] pada BB muncul sebagai [a] pada BN dan BM seperti pada contoh no 2c.

(7)Vokal E

Universitas Sumatera Utara Vokal [E] terdapat dalam BB dan BN, tidak terdapat dalam BM. Vokal [E] dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir. Seperti bunyi vokal yang lain, vokal [E] memiliki korespondensi yang beragam, berikut contoh-contohnya:

Tabel 5.7 Tabel Korespondensi dan Variasi Vokal [E]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. hitung belok berenang BB : E t O G BB : bEkk u k BB : l a G E BM: i t U G BM: be ø l O ? BN: l a G i 2. menembak siapa BB : tE m b ak BB : i s E BM: tem b a ? BM: s i a p | 3. air mati BB : a E k BB : m a t E BM: a&I R BN : m a t E BM: m a t i

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. E (BB) ~ i (BM)/ #--(1a)

Bunyi [E] pada BB bervariasi dengan [i] pada BM di awal kata terlihat

pada kolom 1a.

2. E (BB) ~ e (BM) /#K—(1-2b)

Bunyi [E] pada BB bervariasi dengan [e] pada BM di awal kata setelah

konsonan terlihat pada kolom 1b.

3. E (BB) ~ i (BN)/ --#(1c)

Bunyi [E] pada BB bervariasi dengan [i] pada BN di akhir kata terlihat

pada kolom 1c.

Universitas Sumatera Utara 4. E (BB) ~ I (BM) / --K#(3b)

Bunyi [E] pada BB bervariasi dengan [I] pada BM di akhir kata

sebelum konsonan terlihat pada kolom 3b.

5. E (BB,BN) ~ i (BM) / --#(3c)

Bunyi [E] pada BB dan BN bervariasi dengan [i] pada BM di akhir

kata terlihat pada kolom 3c.

Vokal [E] muncul pada posisi awal, tengah, dan akhir BB dan tengah BN

(no 1, 4). Vokal [E] BB bervariasi sebagai [i] di awal BM dan akhir BN (no 1).

Bunyi [E] BB bervariasi dengan [e] pada awal setelah konsonan BM (no.1, 2 ) kemudian [E]BB bervariasi dengan [I] BM pada posisi akhir (no.2). Bunyi [E] BB,

BN juga bervariasi sebagai [i] pada akhir kata BM (no.3).

(8) Vokal O

Vokal [O] paling banyak dijumpai pada BB dan paling sedikit dijumpai pada BM. Bunyi ini dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir pada BB dan

BN. Seperti bunyi vokal yang lain, vokal [O] memiliki variasi yang beragam, berikut contoh-contohnya:

Tabel 5.8 Korespondensi dan Variasi Vokal [O]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. empat betul engkau, kamu BB : O ø p a t BB : bO t u l ø BB :øøøø h O BN : | øf a ø BN :ø a t u l | BN :ya ?u g | BM: a mp a t BM: b |t U l ø BM: øøeG ko

Universitas Sumatera Utara

2. itu bernapas jauh BB : O n BB : h O s a BB : d a O BM: e n BN : h a s u BM : j a U h 3. kering gigi curi BN : Ok|l i ø BB : i p O n, BB : t a k k O BM: øk|RI G BN : i f | ø BN : t a ø g |

4. meniup peras mendengar BB :Ombus ø BB : pO rOøø BN: mOdOGOø BN :ømbus i BN : fE ra ?| BM: øød|Ga R BM: p| Rasø 5. rambut memeras ular BB :øOøbu k BB : p O r O ø ø BB : u l O k BN :øøøbu ø BN : f E r a ? | BN : u l | ø BM: Rambut BM: p| R a s ø BM: u l a R 6. rumah malam BN: øO m O ø BB: b O r G i n BM: Rum a h BN: b O ø G i ø 7. membelah BB : b O l a ø BM: b | l a h

Dari uraian di atas, dapat dilakukan pengaidahan:

1. O (BB) ~ | (BN), a (BM) / #-- (1a)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [|] pada BN dan [a] pada BM di

awal kata terlihat pada kolom 1a.

2. O (BB) ~ a (BN), | (BM) / #K—(1b)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [a] pada BN dan [|] pada BM di

awal kata setelah konsonan terlihat pada kolom 1b.

3. O (BB) ~ | (BN), o (BM) / --# (1c)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [|] pada BN dan [o] pada BM di

akhir kata terlihat pada kolom 1c.

4. O (BB) ~ e (BM) /#--(2a)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [e] pada BM di awal kata terlihat

pada kolom 2a.

5. O (BB) ~ U (BM) /--K#(2c)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [U] pada BM di akhir kata sebelum

konsonan terlihat pada kolom 2c.

6. O (BN) ~ ø (BM, BB)/ #--(3a)

Bunyi [O] pada BN bervariasi dengan [ø] pada BB dan BM di awal kata

terlihat pada kolom 3a.

7. O (BB) ~ E (BN), | (BM) /#K—(4b)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [E] pada BN dan [|]BM di awal

kata setelah konsonan terlihat pada kolom 4b.

8. O (BN) ~ a (BM)/ --#(4c)

Bunyi [O] pada BN bervariasi dengan [a] pada BM di akhir kata terlihat

pada kolom 4c.

9. O (BB) ~ ø (BN), a (BM)/ #K—(5a)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [ø] pada BN dan [a] BM di awal

kata setelah konsonan terlihat pada kolom 5a.

10. O (BB) ~ a (BN, BM)/ #--# (5b)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [a] pada BN dan BM di tengah kata

terlihat pada kolom 5b.

11. O (BB) ~ | (BN), a (BM)/ --K#(5c)

Bunyi [O] pada BB bervariasi dengan [|] pada BN dan [a] BM di akhir

kata sebelum konsonan terlihat pada kolom 5c.

Universitas Sumatera Utara 12. O (BN) ~ u (BM)/ #--(6a)

Bunyi [O] pada BN bervariasi dengan [u] pada BM di awal kata terlihat

pada kolom 6a.

13. O (BN) ~ | (BM) / #K—(7b)

Bunyi [O] pada BN bervariasi dengan [|] pada BM di awal kata setelah

konsonan terlihat pada kolom 7b.

Vokal [O] muncul pada posisi awal, tengah akhir BB dan BN, tetapi tidak terdapat pada BM. Vokal [O] BB bervariasi sebagai [|]BN dan [a]BM di awal kata (no.1). Bunyi [O] BB bervariasi dengan [a] BN dan [|] BM pada posisi awal setelah konsonan (no.1) kemudian [O]BB bervariasi sebagai [|]BN dan [o]BM di akhir kata (no.1). Bunyi [O] BB bervariasi dengan [e] BM pada posisi awal (no.2).

Bunyi [O] BB juga bervariasi sebagai [U] pada akhir kata sebelum konsonan BM

(no.2). Bunyi [O] BB juga bervariasi dengan [ø] BN, BM pada posisi awal kata

(no.3). Vokal [O] BB muncul sebagai [E] BN dan [|] BM pada awal kata setelah konsonan (no.3). Bunyi [O] BB bervariasi dengan [ø] pada BN dan [a] BM di awal kata setelah konsonan (contoh no.5), kemudian [O] BB bervariasi dengan [a]

BN, BM pada tengah kata(no. 5). Vokal [O] juga bervariasi dengan [|] BN dan [a]

BM pada akhir kata sebelum konsonan (no.5). Bunyi [O] BN bervariasi dengan

[u] BM di awal kata (no. 6). Bunyi [Bunyi [O] BB bervariasi dengan [ø] pada BN dan [a] BM di awal kata setelah konsonan (contoh no.5), kemudian [O] BB bervariasi dengan [a] BN, BM pada tengah kata(no. 5). Vokal [O] juga bervariasi dengan [|] BN dan [a] BM pada akhir kata sebelum konsonan (no.5).

Selanjutnya, [O] BN bervariasi dengan [u] BM pada awal kata(no. 6). Vokal [O]

Universitas Sumatera Utara BN juga bervariasi dengan [a] BM pada akhir kata (no.9) dan yang terakhir adalah

[O] BN muncul sebagai [|] BM pada posisi awal kata setelah konsonan (no 10)..

(9) Vokal o

Vokal [o] terdapat pada ketiga bahasa yag dibandingkan, meskipun kemunculannya tidak sesering [O]. berikut kemunculan vokal [o] besertavariasinya:

Tabel 5.9 Korespondensi dan Variasi Vokal [o]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. anak darah bekerja BB :ana ? BB :mudar ø BB :k a r e j o BN :onoø BN :øø doøø BM: k | Røj | BM:ana ? BM: øødaRa

2. ekor tanah BB : i h u r BB : t a n o ø BN : i ? o ø BN : t a n | ø BM: e k o R BM: t a n a h

Berdasarkan data di atas, dapat dilakukan pengaidahan:

1. o (BN) ~ a (BB, BM)/ #--, --# (1)

Bunyi [o] pada BN bervariasi dengan [a] pada BB dan BM di awal dan

di akhir kata terlihat pada kolom 1a.

2. o (BB) ~ | (BM) / --# (1)

Bunyi [o] pada BB bervariasi dengan [|]BM di akhir kata terlihat pada

kolom 1c.

3. o (BN, BM) ~ u (BB) / --K# (2)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [o] pada BN dan BM bervariasi dengan [u] pada BB di akhir

katasebelum konsonan terlihat pada kolom 2b.

4. o (BB) ~ | (BN), a (BM)/ --# (2)

5. Bunyi [o] pada BB bervariasi dengan [|] pada BN dan [a] padaBM di

akhir kata terlihat pada kolom 1c.

Vokal [o] muncul pada ketiga bahasa. Vokal [o] BN bervariasi sebagai

[a]BB BM di awal dan di akhir kata (no.1). Bunyi [o] BB bervariasi dengan [|] pada BM pada posisi akhir (no.1) kemudian [o]BN, BM bervariasi dengan [u] BB pada posisi akhir sebelum konsonan (no.2). Bunyi [o] BB juga bervariasi sebagai

[|] pada akhir kata pada BN dan BM (no.2).

(10) Vokal rangkap [ai] dan [au]

Selain vokal-vokal tunggal, juga terdapat beberapa vokal rangkap dalam data, yaitu [ai] dan [au]. Berikut vokal rangkap dan variasinya:

Tabel 5.10 Korespondensi dan Variasi Vokal Rangkap [ai] dan [au]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. hitam malu buka BN : a i t | ø BB: m a i l a BB : b u k a BM: ø i t a m BN : ø a i l a BN: b O X ai BM: m aø l u BM: b u k a ?

2. danau BN: i d a n | BM: ød a n au

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

Universitas Sumatera Utara 1. ai (BN) ~ i (BM) / #-- (1)

Bunyi [ai] pada BN bervariasi [i] pada BM di awal kata terlihat pada

kolom 1a.

2. ai (BB, BN) ~ a (BM) / #K—(1)

Bunyi [ai] pada BB dan BN bervariasi [a] pada BM di awal kata

setelah konsonan terlihat pada kolom 1b.

3. ai (BN) ~ a (BB, BM)/ --# (1)

Bunyi [ai] pada BN bervariasi [a] pada BB dan BM di akhir kata

terlihat pada kolom 1c.

4. au (BM) ~ | (BN) /--# (2)

Bunyi [au] pada BM bervariasi [|] pada BN di akhir kata terlihat pada

kolom 2c.

Vokal rangkap [ai] terdapat pada BN dan BB sedangkan [au] terdapat pada

BM. Diftong [ai] BN bervariasi sebagai [i] BM di awal kata (no.1). Bunyi [ai] BB

BN bervariasi dengan [a] pada BM pada posisiwal setelah konsonan (no. 1).

Kemudian, [ai]BN bervariasi dengan [a] BB,BM pada posisi akhir sebelum konsonan (no.1). Bunyi [au] BM bervariasi sebagai [|] pada akhir kata pada BN

(no.2).

5.1.1.2 Analisis Konsonan

Selain bunyi-bunyi vokal, juga terdapat bunyi-bunyi konsonan pada ketiga bahasa yang dibandingkan. Bunyi-bunyi konsonan yang muncul adalah /b, c, d, f, g, h, j, k, ?, kh, l, m, n, p, r, R, s, t, v, dan z/. Tidak semua bahasa

Universitas Sumatera Utara memiliki semua konsonan yang disebutkan, misalnya, /c/ hanya terdapat pada

BM dan /z/ hanya terdapat pada BN. Uraian berikut akan lebih memperjelas hal itu.

(1) Konsonan b Konsonan [b] terdapat dalam ketiga bahasa yang dibandingkan dan dapat menempati posis awal dan tengah kata. Konsonan ini tidak terdapat di akhir kata.

Contoh-contoh berikut akan menjelaskan posisi konsonan [b] beserta variasinya:

Tabel 5.11 Korespondensi dan Variasi Konsonan [b]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. buluh laba-laba BB : b u l u ø BB : rabb a G BN: b u l u ø BN : laøv a ø BM: b u lU h BM: laøb a ø 2. betul kiri BB : bOtu l ø BB :habbi raG BN : øatu l | BN :kaøberaø BM: b|tU l ø 3. sembunyi BB :taøbu ni BN :faøbi n i BM:s|mbu ~n i Dari uraian di atas, dapat dilakukan pengaidahan:

1. b (BM) ~ bb(BB) ~ v(BN) /#--# (1, 2)

Bunyi [b] pada BM bervariasi dengan [bb] pada BB dan [v] pada BN

di tengah kata terlihat pada kolom 1 dan 2b.

2. b (BB,BM) ~ ø (BN)/ #-- (2)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [b] pada BB dan BM bervariasi dengan zero BN di awal kata

terlihat pada kolom 2a.

Konsonan [b]BM bervariasi dengan [bb] BB dan [v]BN pada posisi tengah kata (no. 1). Konsonan [b] BB, BM bervariasi sebagai [ø] BN di awal kata (no.2).

Bunyi [b] BN bervariasi dengan [bb] pada BB pada posisi tengah kata (no 2).

Selebihnya, konsonan [b] tidak berubah bentuk.

(2) Konsonan c

Konsonan [c] hanya terdapat pada BM, tidak terdapat pada BN dan BB.

Tabel 5.12 Korespondensi dan Variasi Konsonan [c]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. cium cacing BM: ciUmøø BM: cacIG BB : øøumma BB : gEa? BN : øøumma BN: boyo

Tidak ada pengaidahan yang dapat dilakukan karena tidak adanya kata yang berkerabat.

(3) Konsonan d

Konsonan [d] terdapat pada ketiga bahasa yang dibandingkan, terletak pada posisi awal dan tengah kata, tidak terdapat di akhir kata. Berikut variasi konsonan [d]:

Tabel 5.13

Korespondensi dan Variasi Konsonan [d]

Universitas Sumatera Utara No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. dua darah BB : d ø ø u a BB :mudar ø BN : d o b u a BN :øø doøø BM: d ø ø u | BM:øø d aRa 2. berjalan jatuh BB: d a l a n BB :mad a b u BM: j a l a n BN :ø a l a b u

3. di satu BB : d i BB: s a d a BN : s i BN : s a r a BM: d i BM: s a t u

4. duduk hujan BB : jugu k BB : u d a n BM: dudU ? BM: u j a n

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. d (BB) ~ j (BM) / #--, #V-- (2a, 4.b)

Bunyi [d] pada BB bervariasi dengan [j] pada BM di awal kata (kolom

2.a) dan di awal kata setelah vokal terlihat pada kolom 4b.

2. d (BB) ~ l (BN)/ #--# (3)

Bunyi [d] pada BB bervariasi dengan [l] pada BN di tengah kata

terlihat pada kolom 3b.

3. d (BB, BM) ~ s (BN) / #-- (3)

Bunyi [d] pada BB dan BM bervariasi dengan [s] pada BN di awal

kata awal kata terlihat pada kolom 3a.

4. d (BB) ~ r (BN) ~ t (BM) / --V# (3)

Bunyi [d] pada BB bervariasi dengan [r] pada BM dan [t] pada BN di

akhir kata sebelumvokal terlihat pada kolom 3c.

Universitas Sumatera Utara Konsonan [d]BB bervariasi dengan [j] BM di awal kata (no 1) dan tengah kata (no. 4). Konsonan [d] BB bervariasi dengan [|]BN pada posisi tengah kata

(no. 1). Konsonan [d] BB, BM bervariasi sebagai [s] BN di awal kata (no.3).

Bunyi [d] BB bervariasi dengan [r]BN dan [t] BM pada akhir sebelum konsonan

(no 3).

(4) Konsonan f Konsonan [f] hanya terdapat pada BN, berikut datanya:

Tabel 5.14

Korespondensi dan Variasi Konsonan [f]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. bersembunyi putih BB : t a ø bu ni BN :a f u s i ø BN :f a ø bi n i BM:ø p u t I h BM: s| mbu ~ni 2. memilih empat BB : ø p i l l i t BB : O ø p a t BN : | f i ø l i ø BN : | øf a ø BM: ø p i ø l I h BM: a mpa t 3. tipis BB : ø n i p i s BN : a n i f i ø BM: ø t i p I s

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. f (BN) ~ t (BB), s (BM) / #-- (1) Bunyi [f] pada BN bervariasi dengan [[t] BB dan [s] BM di awal kata terlihat pada kolom 1a.

2. f (BN) ~ p (BB, BM) / #--# Bunyi [f] pada BN berkorespondensi dengan [p] pada BB dan BM di awal dan di tengah kata terlihat pada kolom 1b, 2a, 2b, dan 3b.

Universitas Sumatera Utara Konsonan [f] BN muncul sebagai [t]BB dan [s] pada posisi awal kata

(no.1). Konsonan [f] secara teratur muncul sebagai [p] pada posisi awal dan tengah BN dan BM (kaidah no 2) , hubungan ini dianggap sebagai korespondensi.

(5) Konsonan g Konsonan [g] terdapat pada ketiga bahasa yang dibandingkan dan hanya menenpati posisi awal dan tengah. Berikut data-datanya variasinya:

Tabel 5.15 Korespondensi danVariasi Konsonan g

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. panjang guntur BB :g a j j a G BB : rOGgurøø BM:p a n ja G BM:øøøgurUh

2. hidung BB : i g u G BN : i ɤ u ø BM: i d U G

3. di dalam BB : bagasan BN : baɤaøøø

4. duduk BB : jugu k BM: dudU ?

Kaidah perubahan yang terjadi adalah:

1. g (BB) ~ p (BM) /#-- (1) Bunyi [g] pada BB bervariasi dengan [p] pada BM di awal kata terlihat pada contoh 1a. 2. g (BB) ~ ɤ (BN), d (BM) / #V—(2)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [g] pada BB bervariasi dengan [ɤ] pada BN dan [d] pada BM di awal kata setelah vokal terlihat pada contoh 2b. 3. g (BB) ~ ɤ (BN) / #--# (3) Bunyi [g] pada BB bervariasi dengan [ɤ] pada BN di tengah kata terlihat pada contoh 3b. 4. g (BB) ~ d (BM) #--# (4) Bunyi [g] pada BB bervariasi dengan [d] BM di tengah kata terlihat pada contoh 4b.

Konsonan [g] BB muncul sebagai [p] di awal BM (no.1), juga bervariasi sebagai [ɤ] BN di tengah kata (no.1). Bunyi [g] BB bervariasi dengan [ɤ] BN dan

[d]BM di awal kata setelah konsonan (no. 2), hal yang sama juga terlihat pada data no.3 dan no. 4.

(6) Konsonan h

Konsonan [h] terdapat pada ketiga bahasa dan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir, kecuali pada BN yang selalu berakhir sebagai suku terbuka. Berikut penjabarannya:

Tabel 5.16 Korespondensi dan Variasi Konsonan [h]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. bernapas sakit rumah BB : h O s a BB: s a h i t BN: ø O m O ø BN : h a s u BM: s a k I t BM: R u m a h 2. terbang tikam basah BB : haø b a G BB : t i h a m BM: øb a s a h BM: t|R b a G BM: t i k a m BN : ab a s | ø

3. garuk ekor tanah BB : haøO ø BB : i h u r BB : t a n o ø BN : ka ?a ø BN : i ? o ø BN : t a n| ø BM: gaRU ? BM: Ek o R BM: t a n a h

4. kayu perut membelah

Universitas Sumatera Utara BB : h a ø u BB : butu h a BB : b O l a ø BM: k a y u BN: be tu ? a BM: b | l a h BN : g e + u

5. kita, kami jahat bapak BB : ø ø h i t a BN : j a h a ø BM: a b a h BM: ø ø k i t a BM: j a h a t BB : a m a G BN : y a ? i t a BN : a m a ø

6. engkau, kamu apa muntah BB : ø ø ø ø h O BB : ahaø ø ø BM: m u n t a h BM: ø ø e G k o BN : øhad i a BB : m u ø t a ø BN : y a ? u g BM :ap|ø ø ø BN : m u ø t a ø | 7. kuning bertumbuh BB: h u n i k BB : t u ø b u ø BM:k u n I G BM: t u m b u h

8. kulit jauh BB: h u l I k BB : d a O ø (kuliG) BM : j a U h BN: h u l i ø BM:k u l I t 9. kutu lidah BB : h u t u BN : l e l a ø BN : h u t u BB : d i l a ø BM: k u t u BM: l i d a h

10. hari BB : ø a r i BN : ø a r i BM: h a r i

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. h (BB) ~ k (BM) / #--, #--# (1—7)

Bunyi [h] pada BB berkorespondensi dengan [k] pada BM di awal dan

di tengah kata terlihat pada data 1ab sampai 7ab.

Universitas Sumatera Utara 2. h (BM) ~ ø (BN) /--# (1,2,7,8)

Bunyi [h] pada BM berkorespondensi dengan zero pada BN di akhir

kata terlihat pada data 1,2,7,dan 8 c.

3. h (BB) ~ t (BM) /#-- (2)

Bunyi [h] pada BB bervariasi dengan [t] pada BM di awal kata terlihat

pada data 2a.

4. h (BB) ~ k (BM) ~g (BM )# -- (3,4,6)

Bunyi [h] pada BB berkorespondensi dengan [k] pada BM dan [g]

pada BN di awal kata terlihat pada data 3, 4, dan 6a.

5. h (BB,BN) ~ p (BM) /#V—(6)

Bunyi [h] pada BB dan BN bervariasi dengan [p] pada BM di tengah

kata terlihat pada data 6b.

6. h (BM) ~ ø (BB,BN) /--# (3,6,9),/#-- (10)

Bunyi [h] pada BM bervariasi dengan zero pada BB dan BN di akhir

kata (data 3,6,dan 9 c) dan di awal kata terlihat pada data 10a.

7. h (BB) ~ k (BM) ~?(BN) /#V—(3,4, dan 5)

Bunyi [h] pada BB berkorespondensi dengan [k] pada BM dan [?]

pada BN di tengah kata terlihat pada data 3b, 4b, dan 5a.

8. h (BB,BN) ~ k (BM) /#-- (8,9)

Bunyi [h] pada BB dan BN bervariasi dengan [k] pada BM di awal

kata terlihat pada data 8 dan 9a.

Konsonan [h] BB berkorespondensi dengan [k] BM pada posisi awal dan tengah ketiga kata ( 1—7). Selain itu, [h]BM bervariasi dengan [ø]BN di akhir

Universitas Sumatera Utara kata (no1,2,7,8). Bunyi [h] BB juga muncul sebagai [t] pada posisi awal BM

(no.8). bunyi [h] BB bervariasi dengan [g] BN (no. 6). Konsonan [h] BB, BN bervariasi dengan [p] BM di awal kata setelah konsonan (no.6). Bunyi [h] BM bervariasi dengan [ø] BB, BN di akhir kata (no 3,6,9) dan pada awal kata (no.10).

Konsonan [h] BB bervaraiasi/ berkorespondensi dengan [k] BM di awal kata (no.

8,9)

(6) Konsonan j

Konsonan [j] terdapat dalam ketiga bahasa yang dibandingkan. Dapat menempati posisi awal dan tengah kata. Berikut uraian lengkapnya dalam tabel:

Tabel 5.16 Korespondensi Konsonan [j]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. pendek panjang BB : jEppE k BB : g a j ja G BM: pende ? BM: pa n ja G

2. jahat bekerja BN :jaha ø BB : k a re j o BM: jahat BM: k | Røj|

tajam BB : t a j O m BM: t a j a m Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. j (BB) ~ p (BM) /#-- ( 1)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [j] pada BB bervariasi dengan [p] pada BM di awal kata terlihat

pada data 1a.

2. j (BB) ~ n (BM) /# -# (1)

Bunyi [j] pada BB bervariasi dengan [n] pada BM di tengah kata terlihat

pada data 1b.

Konsonan [j] BB muncul sebagai [p] BM di awal kata (no.1) dan [j] BB bervariasi dengran [n] BM di tengah kata (no.1).

(7) Konsonan k Konsonan [k] terdapat dalam ketiga bahasa, dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata. Berikut uraian lengkapnya:

Tabel 5.17 Korespondensi dan Variasi Konsonan [k]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. bekerja belok air BB : k a r e jo BB : bE kkuk BB : a E k BM: k | Røj | BM: b e ø lo? BM: a&i R

2. menggali berpikir ayam BB : k u a r BB : p i kk i r BB : manu k BN : ɤ a O ø BM: p i øk IR BN : manu ø

3. buka belok BB : b u k a BB : bEkkuk BN: b O X ai BM: be øl o? BM: b u k a ? 4. mencuri kulit BB : t a k k O BB: h u l i k BN : t a ø g | BN: h u l i ø BM:k u l I t 5. kuning BB: h u n i k BM:k u n I G 6. ular

Universitas Sumatera Utara BB : u l O k BN : u l | ø BM: u l a R

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. k (BB) ~ l (BM) /# -- # (1)

Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan [l] pada BM di tengah kata terlihat

pada data 1b.

2. k (BB) ~ R (BM) /-- # (1)

Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan [R] pada BM di akhir kata terlihat

pada data 1c.

3. k (BB) ~ ɤ (BM) /# -- (2)

Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan [ɤ] pada BM di awal kata terlihat

pada data 2a.

4. k (BB) ~ ø (BN) /-- # (2)

Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan zero pada BN di akhir kata terlihat

pada data 2c.

5. k (BB, BM) ~ ɤ (BN) /# -- # (3)

Bunyi [k] pada BB dan BM bervariasi dengan [ɤ] pada BN di tengah kata

terlihat pada data 2b.

6. k (BB) ~ g (BM) / -- V# (4)

Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan [g] pada BM di akhir kata sebelum

vokal terlihat pada data 4b.

7. k (BB) ~ ø (BN) ~ t (BM)/-- # (4)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan zero pada BN dan [t] pada BM di

akhir kata terlihat pada data 4c.

8. k (BB) ~ G (BM) / -- # (5)

Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan [G] pada BM di akhir kata terlihat

pada data 5c.

9. k (BB) ~ ø (BN)~ R (BM)/- # (6)

Bunyi [k] pada BB bervariasi dengan zero pada BN dan [R] pada BM di

akhir kata terlihat pada data 6c.

Konsonan [k] BB muncul sebagai [l]BM di tengah kata (no.1). Bunyi [k]

BB bervariasi dengan [R] BM di akhir kata (no 1). Bunyi [k] BB muncul sebagai

[ɤ ] pada posisi awal BN (no.2). Selain itu, [k] BB juga muncul sebagai [ø ] pada akhir BN (no.2). Bunyi [k] BB, BM juga bervariasi dengan [ɤ ] di tengah kata

(no. 3). Konsonan [k] BB juga bervariasi dengan [g] BN di akhir sebelum vokal, sebagai [t] di akhir kata (no. 4), sebagai [G] BM di akhir kata (no.5) dan sebagai

[R] di akhir kata BM (no. 6).

(8) Konsonan l

Konsonan [l] terdapat dalam ketiga bahasa dan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir kecuali pada BN. Berikut korespondensi konsonan [l]:

Tabel 5.18 Korespondensi dan Variasi Konsonan [l]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. berenang benar memtong BB : l a G E BB : bOt u l ø BB : pO GG O l BN: l a G i BN : øat u l | BM: pO t O Gø

Universitas Sumatera Utara BM: b|t U l ø 2. Langit memilih memukul BB : l a G i t BB : ø p illi t BB : p u kk u l BM: l a G I t BN :| f iøliø BM: p u ø kUl BM: øp iølI h 3. kering tertawa BN : O k|l i ø BB : m EkkE l BM: ø k|RI G BN : m ai k i ø

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. l (BN) ~ R(BM) /#--# (3)

Bunyi [l] pada BN bervariasi dengan [R] pada BM di tengah kata terlihat

pada data 3b.

2. l (BB) ~ ø (BM, BN) /--# (1,3)

Bunyi [l] pada BB bervariasi dengan zero pada BM di akhir kata terlihat

pada data 1c dan 3c.

Konsonan [l]BN muncul sebagai [R]BM pada akhir kata sebelum konsonan (no. 3) dan [l] BB bervariasi sebagai [ø ] akhir BM (no. 1) dan di akhir

BN (no.3).

(9) Konsonan kh (ɤ)

Konsonan ini hanya terdapat pada BN dan dapat menempati posisi awal dan akhir. Berikut datanya dalam tabel:

Tabel 5.19 Korespondensi dan Variasi Konsonan [ɤ]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. menggali kaki BB : k u a r BN : ø a ɤ e BN : ɤ a O ø BM: k a k i

Universitas Sumatera Utara

Pengaidahannya:

1. ɤ (BN) ~ k(BB) /#-- (1)

Bunyi [ɤ] pada BN bervariasi dengan [k] pada BB di awal kata terlihat

pada data 1a.

2. ɤ (BN) ~ k(BM) /-- (V)# (1)

Bunyi [ɤ] pada BN bervariasi dengan [k] pada BM di akhir kata sebelum

vokal terlihat pada data 1b.

Konsonan [ɤ] BN muncul sebagai [k] pada posisi awal kata (no.1) dan bervariasi dengan [k] BM di akhir sebeum konsonan (no. 1).

(11)Konsonan ? Konsonan ? terdapat dalam ketiga bahasa yang dibandingkan, hanya dapat menempati posisi tengah dan akhir (kecuali pada BN). Berikut penjabarannya:

Tabel 5.11 Korespondensi dan Variasi Konsonan ?

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. ikan mengetuk BN : i ? a ø BB : tO k k O ? BM: i k a n BN : tO ø k O ø BM: k | t U ? 2. tikus anak BN : t e ? u ø BB : a n a ? BM: t i k U s BN :o n o ø BM: a n a ? 3. rumput BN : ru ø ? u ø BM: Ru mpU t Pengaidahan yang dapat dilakukan:

1. ? (BN) ~ k (BM) /#V— (1,2)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [?] pada BN bervariasi dengan [k] pada BM di awal kata setelah

vokal terlihat pada data 1 dan 2b.

2. ? (BB,BM) ~ ø (BN) /--# (1,2)

Bunyi [?] pada BB dan BM bervariasi dengan zero pada BN di akhir kata

terlihat pada data 1 dan 2c.

3. ? (BN) ~ p (BM) -#--(3)

Bunyi [?] pada BN bervariasi dengan [p] pada BM di tengah kata terlihat

pada data 3b.

Konsonan [?] BN muncul sebagai [k]BM di awal setelah vokal (no.1,2).

Konsonan [?] BB, BM muncul sebagai [ø] di akhir kata (no. 1,2). Bunyi [?] BN bervariasi dengan [p] BM di tengah kata (no. 3).

(12)Konsonan m

Konsonan [m] terdapat dalam ketiga bahasa yang dibandingkan. Konsonan ini dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir (kecuali akhir BN). Berikut penjabaran lengkapnya:

Tabel 5.12

Korespondensi dan Variasi Konsonan m

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. mati Rumah menjahit BB : m a t E BN: ø O mOø BB: j a r u m BN : m a t E BM: Ru ma h BM:j a R U m BM: m a t i 2. jatuh Bertumbuh hitam BB : ma d a b u BB : t uøbu ø BN : a i t | ø BN : ø a l a b u BM: tumbu h BM: ø i t a m

Universitas Sumatera Utara

3. bermimpi Empat BB : n i ø p i BB : O ø p a t BN : G i ø f i BN : | ø f a ø BM: m i m p i BM: e m p a t

4. Darah Rambut BB : mudar ø BB : øOø b u k BN : øød oø ø BN : øøøbu ø BM: øød aR a BM: Rambut

5. Malu rumput BB: m a i l a BN : ru ø ?uø BN : ø a i l a BM: RumpUt BM:m aø l u

6. bapak BB : a m a G BN : a m a ø BM: a b a h Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. m (BB) ~ ø (BN) /#-- (2)

Bunyi [m] pada BB bervariasi dengan zeropada BN di awal kata terlihat

pada data 2a.

2. m (BM) ~ ø (BN) /--# (2)

Bunyi [m] pada BM bervariasi dengan zero BN dan [G] BM di akhir kata

terlihat pada data 2c.

3. m (BM) ~ n (BN) ~ G (BB)/#- (3a)

Bunyi [m] pada BM bervariasi dengan [n] pada BN dan [G] BM di awal

kata terlihat pada data 3a.

4. m (BM)~ ø (BB,BN) #-- (2,3,4)

5. Bunyi [m] pada BM bervariasi dengan zero pada BB dan BN di awal kata

terlihat pada data 2, 3, dan 4a.

Universitas Sumatera Utara 6. m (BB, BM) ~ ø (BN)/#-- (5)

7. m (BB,BN) ~ b (BM) /#(V)-- (6)

Bunyi [m] pada BB dan BN bervariasi dengan [b] pada BM di awal kata

setelah vokal terlihat pada data 6b.

Konsonan [m]BM bervariasi dengan [n] BB dan [G] BN di awal kata

(no.1). Bunyi [m] BM, BB bervariasi dengan [ø] di akhir BN (no.1,2), [m] BM muncul sebagai [ø ]BB, BN di tengah kata (2,3,4). Bunyi [m] BB, BM bervariasi dengan [ø] di awal BN (no 5,7). Bunyi [m] BB, BN sebagai [b] BM di awal setelah vokal (no. 6).

(13) Konsonan n

Konsonan [n] terdapat dalam ketiga bahasa yang dibandingkan dan dapat menempati semua posisi kecuali akhir BN. Berikut penjabaran lengkapnya:

Tabel 5.13

Korespondensi dan Variasi Konsonan n

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. naik anak abu BB : nakkO k BB : a n a ? BB : abu n BN : n|? iø ø BN : o n o ø BN : avu ø BM: n a I ?ø ø BM: a n a ? BM: abu ø 2. bermimpi muntah berjalan BB : n i ø p i BB : muøta ø BB: d a l a n BN : G i ø f i BN : muøta ø BM: j a l a n BM: m i m p i BM: munta h

3. tipis bersembunyi bulan BB : ønip i s BB : taøbun i BB : b u l a n BN : anif i ø BN : faøbin i BM: b u l a n BM: øt ipI s BM: s|mbu~n i

Pengaidahan yang dapat dilakukan:

Universitas Sumatera Utara 1. n (BB) ~ G (BN,BM) /# -- (2)

Bunyi [n] pada BB bervariasi dengan [G] pada BN dan BM di awal kata

terlihat pada contoh 2a.

2. n (BM) ~ ø (BN,BB) / #--# (2)

Bunyi [n] pada BM bervariasi dengan zero pada BN dan BB di tengah kata

terlihat pada contoh 2b.

3. n (BB) ~ ø (BN,BM) / --# (2)

Bunyi [n] pada BB bervariasi dengan zero pada BN dan BM di akhir kata

terlihat pada contoh 2c.

4. n (BB,BN) ~ t (BM) /# -- (3)

Bunyi [n] pada BB dan BN bervariasi dengan [t] pada BM di awal kata

terlihat pada contoh 3a.

5. n (BB,BN) ~ ~n (BM) / --V# (3)

Bunyi [n] pada BB dan BN bervariasi dengan [~n] pada BM di akhir kata

sebelum vokal terlihat pada contoh 3b.

Konsonan [n] BB bervariasi dengan [G] BN,BM di awal kata (no.2).

Bunyi [n]BB muncul sebagai [ø] BN di akhir kata (2), BM di awal kata

(4). Konsonan [n] BB, BN bervariasi dengan [~n] di akhir BM (no 3).

Bunyi [n] BB, BN bervariasi dengan [t] di awal kata BM (no. 5).

(14) Konsonan G

Universitas Sumatera Utara Konsonan G terdapat dalam ketiga bahasa dan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir (kecuali akhir BN). Konsonan ini juga memiliki korespondensi yang beragam. Berikut penjabarannya:

Tabel 5.14

Korespondensi Variasi Konsonan G

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. mengalir angin bintang BB : G iss i r BN : a G i ø BB: b i t t a G BN : GEølE ø BM: a G I n BM: b i n t a G BM: Gaø l I R

2. gigi berenang bapak BB : G i G i BB : l a G E BB : a m a G BM: g i g i BN: l a G i BN : a m a ø BM: a b a h 3. bermimpi bunga hidung BB : n i ø p i BB : b u G a BB : i g u G BN : G i ø f i BN : b u G a BM: i d U G BM: m i m p i BM: b u G a BN : i ɤ u ø

4. engkau, kamu laba-laba BB : øøøø h O BB : rabba G BN : ya?u g | BN : laøva ø BM: øø eGko BM: laøba ø

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. G (BB) ~ g (BM) /# -- , --V#(2)

Bunyi [G] pada BB bervariasi dengan [g] pada BM di awal dan di akhir

kata sebelum vokal terlihat pada data 2a.

2. G (BB) ~ ø (BN) ~ h (BM) /--# (2)

Bunyi [G] pada BB bervariasi dengan zero pada BN dan [h] pada BM di

akhir kata terlihat pada data 2c.

Universitas Sumatera Utara 3. G (BN) ~ n (BB) ~ m (BM) /#-- (3)

Bunyi [G] pada BN bervariasi dengan [n] pada BB dan [m] pada BM di

awal kata terlihat pada data 3a.

4. G (BB,BM) ~ ø (BN) /--# (3)

Bunyi [G] pada BB dan BM bervariasi dengan zero pada BN di akhir kata

terlihat pada data 3c.

5. G (BM) ~ ø (BB, BN)/#--# (4)

Bunyi [G] pada BM bervariasi dengan zero pada BB dan BN di tengah

kata terlihat pada data 4b.

6. G (BB) ~ ø (BNBM) /--# (4)

Bunyi [G] pada BB bervariasi dengan zero pada BN dan BM di akhir kata

terlihat pada data 4c.

Konsonan [G]BB muncul sebagai [g] BM di awal kata (no. 2) dan di akhir kata. Bunyi [G]BB muncul sebagai [ø ] BN dan [h] BM di akhir kata (no.2).

Bunyi [G] pada BN bervariasi dengan [n] pada BB dan [m] pada BM di awal kata

(no. 3). Selebihnya, perubahan yang terjadi adalah bunyi [G] yang berubah menjadi zero.

(15) Konsonan p

Konsonan [p] terdapat dalam BB dan BM, tidak dalam BN. Dapat menduduki posis awal, tengah, dan akhir kata. Berikut penjabarannya:

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.15 Korespondensi Variasi Konsonan [p]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. Memeras api atap BB : pOrO ø ø BB : a p i BB : t a r u p BN :f Er a ? | BM: a p i BM: a t ø a p BM: p|Ras ø

2. Putih rumput BN : a f u s i ø BM: BN : r u ? uø ø p u t I h BM: RumpUt

3. memilih BB : ø pill i t BN : |f iøli ø BM: ø piølI h 4. tipis BB : ø n i p i s BN : a n i f i ø BM: ø t i p I s 5. gigi BB : i p O n BN : i f | ø 6. empat BB : O ø p a t BN : | ø f a ø BM: a m p a t Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. p (BB,BM) ̵᷈ f (BN) /#--,#--# (1—6)

Bunyi [p] pada BB dan BM berkorespondensi dengan [f] pada BN pada

posisi awal dan tengah kata terlihat dari data 1a sampai 6b.

2. p (BM) ~ ø (BN) /#--# (2)

Bunyi [p] pada BM bervariasi dengan zero di tengah kata pada BN terlihat

pada contoh 2b.

Universitas Sumatera Utara Konsonan [p]BB, BM berkorespondensi dengan [f] pada posisi awal dan tengah kata terlihat dari contoh-contoh yang terdapat dalam tabel. Selain itu, ternyata dapat juga bervariasi dengan zero di tengah kata BN.

(16) Konsonan R

Konsonan [R] hanya terdapat pada BM, tidak pada BN dan BB. Berikut penjabarannya:

Tabel 5.16 Korespondensi dan Variasi Konsonan [R]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. rumah terbang mendengar BN: øO m O ø BB :haø b a G BN: mO dOGO BM:Ru m a h BM:t |Rb a G ø BM: ø ød| GaR

2. rambut menggaruk ular BB : øOøbu k BB : h a ø O ø BB : u l O k BN :øøøb u ø BN : k a ? a ø BN : u l | ø BM: RambUt BM: g a R U ? BM: u l a R

3. kering BN : O k | l i ø BM: ø k | R I G

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. R (BM) ~ ø (BN) /#--,--# (1)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [R] pada BM bervariasi dengan [ø] pada BN di awal kata dan

berkorespondensi dengan [ø] pada BN di akhir kata terlihat pada tabel 1a

dan 1c.

2. R (BM) ~ ø (BB) /#--# (2)

Bunyi [R] pada BM bervariasi dengan [ø] pada BN di tengah kata terlihat

pada tabel 2b.

3. R (BM) ~ k (BB) ~ ø(BN) /--# (2)

Bunyi [R] pada BM bervariasi dengan [k] pada BB dan zero pada BN di

akhir kata terlihat pada tabel 2c.

4. R (BM) ~ l(BN) /#--# (3)

Bunyi [R] pada BM bervariasi dengan [l] pada BN di tengah kata terlihat

pada tabel 3b.

Konsonan [R]BM muncul sebagai [ø] pada BN di awal dan akhir kata (no

1,2) dan pada BB di tengah kata (2). Konsonan [R]BM bervariasi dengan [k]BB di akhir kata (2). Bunyi [R]BM juga bervariasi dengan [l] BN pada posisi tengah kata (no 3).

(17) Konsonan r

Konsonan [r] hanya terdapat dalam BB dan BN, tidak dalam BM. konsonan [r] dapat menempati posisi awal dan tengah BB dan BN, tetapi posisi akhir hanya pada BB. Berikut penjabaran lengkapnya:

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17 Korespondensi dan Variasi Konsonan [r]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. rumput Atap mengalir BN : r u ø ? u BB : t a r u p BB : i s s i r ø BM: a t ø a p BN : E ø l E ø BM: R u m p U BM: a ø l I R t 2. laba-laba memeras BB : rabba G BB : pOrO ø ø BN : laøva ø BN :f Er a ? | BM: laøba ø BM: p|Ras ø 3. jarum BB: j a r u m BM: j a R U m 4. bekerja BB : k a r e j o BM: k | R ø j | 5. di atas BB : t O r u BN : t O ø u 6. malam BB: bO r G i n BN: bOø G i ø 7. baru BB : b a r u BM: b a Ru Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. r (BN) ~ R (BM) /#--(1),#--# (2), --# (1)

Bunyi [r] pada BN berkorespondensi dengan [R] pada BM pada setiap

posisi terlihat pada tabel 1a, 2b, dan 1c.

2. r (BB) ~ l (BN,BM) /#-- (2)

Bunyi [r] pada BB bervariasi dengan [l] pada BN dan BM di awal kata

terlihat pada tabel 2a.

3. r (BB, BN) ~ R(BM) /#--# (2--8)

Universitas Sumatera Utara Bunyi [r] pada BB dan BN berkorespondensi dengan [R] pada BM di

tengah kata terlihat pada tabel 2 sampai 8b.

4. r (BB) ~ ø (BN) ~ R (BM) /--# (2)

Bunyi [r] pada BB berkorespondensi dengan zero pada BN dan dengan [R]

pada BM pada akhir kata terlihat pada tabel 2c.

Konsonan [r]BN, BB berkorespondensi dengan [R] pada posisi awal tengah, dan akhir BM(1—8). Bunyi [r]BB muncul sebagai [ø] di akhir BN (no.2) dan awak BM (1). Bunyi ini dalam BB juga bervariasi dengan [l] BN, BM pada awal kata dan tengah kata (no.2).

(18) Konsonan s

Konsonan [s] terdapat pada ketiga kata yang dibandingkan dan dapat menempati semua posisi, kecuali pada BN yang hadir sebagai suku terbuka.

Berikut penjabaran lengkapnya:

Tabel 5.18 Korespondensi dan Variasi Konsonan [s]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. satu bernapas di dalam BB: s a d a BB : h O s a BB : b a g a s BN : s a r a BN : h a s u BN : b aX a ø BM: s a t u 2. busuk menangis BB : b u s u k BB : t a G i s BM: b u s U ? BM: n a G I s

3. putih tipis BN :a f u s i ø BB : ø n i p i s BM:ø p u t I h BN : a n i f i ø BM: ø t i p I s 4. mengalir

Universitas Sumatera Utara BB : i s s i r BN : E ø l E ø BM: a ø l I R

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. s (BB,BM) ~ ø (BN) /--# (1,2,3)

Bunyi [s] pada BB dan BM berkorespondensi dengan zero pada BN di

akhir kata terlihat dari data 1, 2, dan 3c.

2. s (BN) ~ t (BM) /#--# (3)

Bunyi [s] pada BN bervariasi dengan [t] pada BM di tengah kata terlihat

dari data 3b.

3. s (BB) ~ l (BN,BM) /#--# (4)

Bunyi [s] pada BB bervariasi dengan [l] pada BN dan BM di tengah kata

terlihat dari data 4b.

Bunyi [s] BB, BM muncul sebagai [ø] di akhir BN (no.1-3). Konsonan [s]

BB bervariasi dengan [t] BM di tengah kata (no. 3) dan [s]BB muncul sebagai [l] di tengah BN dan BM (no.4).

(19) Konsonan t

Konsonan [t] terdapat pada ketiga bahasa yang dibandingkan dan dapat menempati semua posisi kecuali akhir BN. Berikut penjabaran lengkapnya:

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19

Korespondensi dan Variasi Konsonan [t]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. Mengetuk hati empat BB : t O k k O ? BB :a tE(a tE) BB : O ø p a t BN : t O ø k Oø BN: a t E BN : | ø f a ø BM: k | t U ? BM: a t i BM: a mp a t 2. di atas batu sempit BB : t O r u BB : b a t u BB : s Ompi t BN : t O ø u BM: b a t u BM : s|mpI t 3. Bertumbuh membakar BB : t u ø b u ø BB : ø t ut u G BM: t um b u h BN : i t un u ø

4. Bersembunyi benar BB : t a ø bu ni BB : bO t u lø BN :f a ø bi n i BN : øa t u l| BM: s| mbu ~ni BM: b| tU l ø

5. perut BB : butu h a BN: bet u ? a

6. bintang BB: b itt a G BM: b inta G

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. t (BB,BM) ~ ø (BN) /--# (1)

2. Bunyi [t] pada BB dan BM berkorespondensi dengan zero pada BM di

akhir kata terlihat pada contoh 1c.

3. t (BB) ~ n (BN) /#--# (3, 6)

Bunyi [t] pada BB bervariasi dengan [n] pada BN di tengah kata terlihat

pada contoh 3 dan 6b.

Universitas Sumatera Utara 4. t (BB) ~ f (BN) ~ s (BM) /#-- (4)

Bunyi [t] pada BB bervariasi dengan [f] pada BN dan [s] pada BM di awal

kata terlihat pada contoh 4a.

Konsonan [t]BB,BM muncul sebagai [ø] di akhir BN (no. 1). Bunyi [t]

BB bervariasi dengan [n] BN di tengah kata (no. 3 dan 6). Bunyi [t] BB muncul sebagai [f] BN dan [s] BM di awal kata (4).

(20) Konsonan v

Konsonan [v] hanya terdapat dalam BN pada posisi awal dan tengah.

Berikut penjabarannya:

Tabel 5.20 Korespondensi dan Variasi Konsonan v

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. membeli abu BN : v | l i BB : abu n BM: b | l i BN : avu ø BM: abu ø

2. laba-laba BN : l a ø v a ø BB : r a b b a G BM: l a ø b a ø

3. mulut BB : b a b a BN : b a v a

Pengaidahan yang dapat dilakukan adalah:

1. v (BN) ~ b (BM,BB) /#-- dan #--# (1,2,3)

Universitas Sumatera Utara Konsonan [v]BN muncul sebagai [b]BB, BM di awal dan di tengah kata

(no 1—3). Hubungan ini dapat dikatakan sebagai korespondensi karena kemunculannya yang teratur.

(21) Konsonan w Konsonan [w] hanya ditemukan dalam BN dan BM. Data keberadaan [w] pada BM diambil dari kata-kata yang tidak berkerabat karena ketiadaan data pada yang berkerabat. Berikut penjabaran lengkapnya:

Tabel 5.21

Korespondensi dan Variasi Konsonan [w]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. baru BB : b a r u BM: b a Ru BN: awena 2. awan BM: awan BN: sawu BB: Ombun 3. di bawah BB : t O r u BN : t O ø u BM: bawah 4. di atas BB: di ginjang BN: si yawa BM: di atas Tidak dapat dikaidahkan karena tidak ada yang berkerabat.

Akan tetapi, dapat disimpulkan bahwa posisi bunyi [w] selalu berada di tengah kata.

(22) Konsonan z

Universitas Sumatera Utara Konsonan [z] hanya terdapat dalam BN, tidak pada BB dan BM. Begitu pun, harus disebutkan bahwa data yang terjaring bukan merupakan kata yang berkerabat dari 200 kosa kata yang diambil sebagai data. Berikut penjabarannya:

Tabel 5.22

Korespondensi dan Variasi Konsonan [z]

No. Posisi Awal Tengah Akhir 1. berdiri BB : jOnjOG BN : mozazaO BM: t|ga?

Tidak dapat dikaidahkan karena tidak ada perbandingannya.

5.1.2 Bentuk-Bentuk Metatesis

Bentuk-bentuk metatesis yang terjaring dari data penelitian adalah:

No. Glos Bahasa Bentuk Metatesis 1. atap BB : t a r u p BB : t a r u p BM: a t ø a p BM: t a ø a p

2. kabut BB : s a m O n BB : s a m O n BN : m o s a u BN : s a m o u

3. lidah BB : d i l a ø BB : l i d a ø BN : l e l a ø BN :l e l a ø BM: l i d a h BM: l i d a h

4. memotong BB : p O G G O l BB : p O G G O l BM: p O t O G ø BM: p O ø G O t

5. mengetuk BB : t O k k O ? BB : t O k k O ? BN : t O ø k O ø BN : t O ø k O ø BM: k | t U ? BM: t | k U ?

6. menguap BB : h E h E a m(O BB : (hE) h E a m(O n) n)

Universitas Sumatera Utara BN : m E h a BN : h E a m

Perubahan bentuk yang berupa metatesis, yaitu perubahan letak fonem tetapi masih dalam lingkup makna yang sama dapat terjadi pada ketiga bahasa yang dibandingkan seperti yang terlihat pada tabel di atas. Kata-kata yang dianggap bermetatesis juga dimasukkan dalam kelompok kata yang berkerabat.

Jika dilihat bentuk pada kolom empat yang merupakan bentuk perkiraan, kemiripan pada kata-kata yang dibandingkan terlihat dengan jelas sehingga dianggap sebagai bahasa yang berkerabat.

5.1.3 Pemanjangan Bentuk

Selain bentuk metatesis, juga ditemui bentuk-bentuk yang hadir lebih panjang daripada yang lain. Pemanjangan bentuk ini juga dapat terjadi pada ketiga bahasa, yaitu BB, BN, dan BM.

No. Glos Pemanjangan Bentuk BB BN BM 1. Abu BB : s i r abu n BN : ø ø ø avu ø BM: ø ø ø abu ø 2. Anak BB : d a g a n a ? BN : ø ø ø o n o ø BM: ø ø ø a n a ? 3. Apa BB : a h a ø ø ø BN : ø h a d i a BM : a p| ø ø ø 4. benar BB : b O t u l ø BN : ø a t u l |

Universitas Sumatera Utara BM: b | t U l ø 5. Buah BB : p a r b u e ø BN : ø ø ø b u a ø BM: ø ø ø b u a h 6. danau BN: i d a n | BM: ø d a n au 7. di dalam BB : ba g a s(a n) BN : b aX a ø 8. Dua BB : d ø ø u a BN : d o b u a BM: d ø ø u | 9. duduk BB : ø ø j u g u k BN : m u d a d ao BM: ø ø d u d U ? 10. engkau, kamu BB : ø ø ø ø h O BN : y a ? u g | BM: ø ø e G k o 11. Hati BB : a t E (a t E) BN: a t E BM: a t i 12. kering BN : O k | l i ø BM: ø k | R I G 13. Kita, kami BB : ø ø h i t a BN : y a ? i t a BM: ø ø k i t a

14 Kulit BB: h u l i k (kuliG) BN: h u l i ø . BM:k u l I t

15. membakar BB : ø t u t u G BN : i t u n u ø

16. memeras BB : p O r O ø ø BN : f E r a ? | BM: p | R a s ø 17. memilih BB : ø p i l l i t

Universitas Sumatera Utara BN : | f i ø l i ø BM: ø p i ø l I h 18. mendengar BN: m O d O G O ø BM: ø ø d | G a R 19. menguap BB : h E h E a mOn BN : m E h a 20. putih BN : a f u s i ø BM: ø p u t I h 21. rambut BB : ø O ø b u k BN : ø ø ø b u ø BM: R a m b U t 23. takut BN : a t a ? u ø BM: ø t a k u t 24. Tipis BB : ø n i p i s BN : a n i f i ø BM: ø t i p I s Pemanjangan bentuk pada BB berjumlah 7 kata dengan perincian pemanjangan bunyi atau silabel di awal kata 4 (1, 2, 5, 19), di akhir kata juga 4 (7,

11, 14, dan 19. Pemanjangan bunyi pada data 19 terjadi di awal dan di akhir kata, bahkan pada data ini juga mengalami metatesis). Pemanjangan bentuk pada BN berjumlah 15 kata dengan perincian pemanjangan bunyi di awal 11 kata (6, 9, 10,

12, 13, 15, 17, 18, 20, 23, dan 24), pemanjangan di tengah 1 kata (8) dan pemanjangan bunyi di akhir 3 kata (3, 4, 16). Pemanjangan yang terjadi pada BN lebih banyak karena adanya asumsi BN sebagai bahasa yang diawali oleh suku terbuka sehingga cenderung menambahkan bunyi di awal atau di akhir kata.

Pemanjangan bentuk pada BM hanya berjumlah 1 kata, yaitu pemanjangan di awal kata yang terdapat pada data no 21.

5.2 Tingkat Kekerabatan, Waktu Pisah, dan Usia Bahasa

5.2.1 Tingkat Kekerabatan

Universitas Sumatera Utara a. Kekerabatan BB—BN

Dari dua ratus kosa kata yang diteliti, terdapat 65 kata yang berkerabat antara BB dengan BN. Dengan demikian, dapat dihitung tingkat kekerabatan antara keduanya dengan menggunakan perhitungan leksikostatistik:

Tingkat Kekerabatan :

C= cognates atau kata yang berkerabat K= jumlah kosa kata kerabat G= jumlah glos = = x 100 %

= 32,5% dibulatkan menjadi = 33%.

Dengan menggunakan acuan dari Crowley dan Keraf, kedua bahasa yaitu BB dan

BN berada dalam satu rumpun atau stock.

b. Kekerabatan BB--BM

Dari dua ratus kosa kata yang diteliti, terdapat 83 kata yang berkerabat antara BB dengan BM. Dengan demikian, dapat dihitung tingkat kekerabatan antara keduanya dengan menggunakan perhitungan leksikostatistik:

Tingkat Kekerabatan :

C= cognates atau kata yang berkerabat K= jumlah kosa kata kerabat G= jumlah glos

Universitas Sumatera Utara

= = x 100 %

= 41,5 dibulatkan menjadi = 42%.

Dengan menggunakan acuan dari Crowley dan Keraf, kedua bahasa yaitu BB dan

BM berada dalam satu keluarga atau family. c. Kekerabatan BN--BM

Dari dua ratus kosa kata yang diteliti, terdapat 62 kata yang berkerabat antara BN dengan BM. Dengan demikian, dapat dihitung tingkat kekerabatan antara keduanya dengan menggunakan perhitungan leksikostatistik:

Tingkat Kekerabatan :

C= cognates atau kata yang berkerabat K= jumlah kosa kata kerabat G= jumlah glos

= = x 100 %

= 31%

Dengan menggunakan acuan dari Crowley dan Keraf, kedua bahasa yaitu BN dan

BM berada dalam satu rumpun atau stock.

5.2.2 Waktu Pisah a. Waktu Pisah BB--BN

Universitas Sumatera Utara Untuk menghitung waktu pisah, digunakan rumus: t = t = waktu perpisahan dalam ribuan (melenium) tahun yang lalu r = retensi atau prosentase konstan dalam 1000, atau disebut juga indeks C = prosentase kerabat Log = logaritma dari

= =

= = 2,631 (dalam ribuan tahun) = 2.631

Perhitungan waktu pisah BB dan BN adalah 2,631 ribuan tahun yang lalu.

Atau, dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BB dan BN dapat dinyatakan:

1. BB dan BN diperhitungkan merupakan satu bahasa tunggal sekitar 2,6 ribuan tahun yang lalu,

2. BB dan BN diperkirakan mulai berpisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad

III Sebelum Masehi.

Karena mustahil bahwa perpisahan antara dua bahasa terjadi dalam satuan tahun tertentu yakni 2,600 ribuan tahun lalu, tetapi harus terjadi berangsur- angsur, maka harus ditetapkan suatu jangka waktu perpisahan itu terjadi. Untuk maksud tersebut harus diadakan perhitungan tertentu guna menghindari kesalahan. Oleh sebab itu, masih diperhitungkan teknik statistik berikut.

Menghitung jangka kesalahan

Universitas Sumatera Utara Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan dengan rumus berikut :

s =

S = kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat c = prosentase kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun nonkerabat)

s= =

s= 0,048 dibulatkan menjadi = 0,05

Setelah dilakukan penghitungan standar kesalahan, akan dihitung c (kekerabatan) yang baru, yaitu: c baru = 0,33 + 0,05 = 0,38 angka ini kemudian digunakan untuk menghitung t (waktu pisah) yang baru dengan rumus yang sama seperti di atas, yaitu:

T baru = = =

= 2,308 (dalam ribuan tahun) = 2.308

Universitas Sumatera Utara Dari perhitungan di atas dapat diketahui waktu pisah lama 2.631 dan waktu pisah yang baru yaitu 2308. Kedua angka ini nantinya akan digunakan untuk menghitung usia bahasa. b. Waktu Pisah BB—BM

Untuk menghitung waktu pisah, digunakan rumus: t = t = waktu perpisahan dalam ribuan (melenium) tahun yang lalu r = retensi atau prosentase konstan dalam 1000, atau disebut juga indeks C = prosentase kerabat Log = logaritma dari

= =

= = 2,060 (dalam ribuan tahun) = 2.060

Perhitungan waktu pisah BB dan BN adalah 2,060 ribuan tahun yang lalu.

Atau, dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BB dan BN dapat dinyatakan:

1. BB dan BN diperhitungkan merupakan satu bahasa tunggal sekitar 2,1 ribuan tahun yang lalu,

2. BB dan BN diperkirakan mulai berpisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad

III Sebelum Masehi.

Seperti langkah yang dilakukan di atas, akan dihitung jangka kesalahan guna menghindari kesalahan dalam perhitungan. Rumus yang digunakan:

s =

Universitas Sumatera Utara S = kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat c = prosentase kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun nonkerabat)

s= =

s= 0,049 dibulatkan menjadi = 0,05

Setelah dilakukan penghitungan standar kesalahan, akan dihitung c (kekerabatan) yang baru, yaitu: c baru = 0,42 + 0,05 = 0,47 angka ini kemudian digunakan untuk menghitung t (waktu pisah) yang baru dengan rumus yang sama seperti di atas, yaitu:

T baru = = =

= 1,792 (dalam ribuan tahun) = 1.792 c. Waktu Pisah BN—BM

Untuk menghitung waktu pisah, digunakan rumus: t = t = waktu perpisahan dalam ribuan (melenium) tahun yang lalu r = retensi atau prosentase konstan dalam 1000, atau disebut juga indeks C = prosentase kerabat Log = logaritma dari

= =

Universitas Sumatera Utara = = 2,776 (dalam ribuan tahun) = 2.776

Perhitungan waktu pisah BB dan BN adalah 2,776 ribuan tahun yang lalu.

Atau, dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BB dan BN dapat dinyatakan:

1. BB dan BN diperhitungkan merupakan satu bahasa tunggal sekitar 2,8 ribuan tahun yang lalu,

2. BB dan BN diperkirakan mulai berpisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad

III Sebelum Masehi.

Dari hasil tersebut dapat dihitung jangka kesalahan agar perhitungan yang dilakukan lebih akurat. Rumus yang digunakan:

s =

S = kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat c = prosentase kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun nonkerabat)

s= =

s= 0,048 dibulatkan menjadi = 0,05

Setelah dilakukan penghitungan standar kesalahan, akan dihitung c (kekerabatan) yang baru, yaitu: c baru = 0,31 + 0,05 = 0,36

Universitas Sumatera Utara angka ini kemudian digunakan untuk menghitung t (waktu pisah) yang baru dengan rumus yang sama seperti di atas, yaitu:

T baru = = =

= 2,426 (dalam ribuan tahun) = 2.426

Selisih antara t lama dengan t baru (2.776 – 2.426 = 350) dikurangkan dan ditambahkan pada t lama (2776 350) untuk memperoleh rentang waktu yakni

2426 sampai 3126. Dengan demikian, BB dan BN berpisah 3126 sampai 2426 tahun yang lalu atau dalam rentang waktu 1124 SM sampai 414 SM dihitung dari tahun 2012.

5.2.3 Usia Bahasa a. Usia BB—BM

Penghitungan usia bahasa dapat dilakukan dengan angka yang didapatkan dalam perhitungan waktu pisah dengan cara mencari selisih keduanya. Selisih ini nantinya akan digunakan mencari jangka waktu pisah sehingga didapatkan perkiraan usia bahasa yang dibandingkan.

Selisih antara t (waktu pisah) lama dengan t baru (2.631 – 2.308 = 323) dikurangkan dan ditambahkan pada t lama (2631 323) untuk memperoleh rentang waktu yakni 2308 sampai 2954. Dengan demikian, BB dan BN berpisah

2954 sampai 2308 tahun yang lalu atau dalam rentang waktu 942 SM sampai 296

SM dihitung dari tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara Dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan standar (0,7 dari keadaan sebenarnya), maka umur atau usia bahasa BB--BN dapat dinyatakan

:

1. BB dan BM merupakan bahasa tunggal pada 2.631 323 tahun yang lalu.

2. BB dan BM merupakan bahasa tunggal pada 2308 sampai 2.954 tahun

yang lalu dan termasuk dalam kategori bahasa dari satu keluarga.

3. BB dan BM mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 924

Sebelum Masehi -- 296 Sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2012). b. Usia BB—BM

Dengan menggunakan langkah yang sama dengan penghitungan usia

BB—BN, dapat dilihat usia BB—BM:

Selisih antara t lama dengan t baru (2.060 – 1.792 = 268) dikurangkan dan ditambahkan pada t lama (2060 268) untuk memperoleh rentang waktu yakni

1792 sampai 2328. Dengan demikian, BB dan BM berpisah 1792 sampai 2328 tahun yang lalu atau dalam rentang waktu 216 SM sampai 220 M dihitung dari tahun 2012.

Dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan standar (0,7 dari keadaan sebenarnya), maka umur atau usia bahasa BB--BN dapat dinyatakan

:

1. BB dan BM merupakan bahasa tunggal pada 2.060 268 tahun yang lalu.

Universitas Sumatera Utara 2. BB dan BM merupakan bahasa tunggal pada 1792 sampai 2.328 tahun

yang lalu dan termasuk dalam kategori bahasa dari satu keluarga.

3. BB dan BM mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 216

Sebelum Masehi -- 220 Masehi (dihitung dari tahun 2012). c.Usia BN—BM

Dengan menggunakan langkah yang sama dengan penghitungan usia

BB—BN, dapat dilihat usia BN—BM:

Selisih antara t lama dengan t baru (2.776 – 2.426 = 350) dikurangkan dan ditambahkan pada t lama (2776 350) untuk memperoleh rentang waktu yakni

2426 sampai 3126. Dengan demikian, BN dan BM berpisah 2426 sampai 3126 tahun yang lalu atau dalam rentang waktu 1114 SM sampai 414 SM dihitung dari tahun 2012.

Dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan standar (0,7 dari keadaan sebenarnya), maka umur atau usia bahasa BB--BN dapat dinyatakan

:

1. BB dan BM merupakan bahasa tunggal pada 2.776 350 tahun yang lalu.

2. BB dan BM merupakan bahasa tunggal pada 2.426 sampai 3.126 tahun

yang lalu dan termasuk dalam kategori keluarga bahasa dari satu rumpun.

3. BB dan BM mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 1114

Sebelum Masehi – 414 Sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2012).

Universitas Sumatera Utara

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari analisis di atas adalah:

1. Kekerabatan bahasa dapat dilihat berdasarkan kemiripan fonetis yang

dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dalam analisis kemiripan

fonetis, ditemui adanya bunyi-bunyi vokal dan konsonan pada ketiga

bahasa yang dibandingkan. Bunyi-bunyi vokal yang ditemui pada

ketiga bahasa yang dibandingkan adalah /a, i, I, u, U, |, e, dan E, o,

Universitas Sumatera Utara dan O/, sedangkan bunyi-bunyi konsonan yang ditemui adalah /b, c, d,

f, g, h, j, k, ?, ɤ, l, m, n, p, r, R, s, t, v, dan z/, tetapi bunyi /c/ hanya

ditemui pada BM, bunyi / ɤ / ditemui pada BN, bunyi /R/ hanya

ditemui pada BM, bunyi /v/ hanya ditemui pada BN, dan bunyi /z/

hanya ditemui pada BN. Semakin tinggi tingkat kemiripannya,

semakin erat kekerabatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah

tingkat kemiripannya, semakin rengganglah kekerabatannya.

2. Tingkat kekerabatan:

a. Perbandingan antara BB dengan BN menghasilkan jumlah kata

berkerabat adalah 65 kosa kata atau 33%. Kedua bahasa berada

pada tingkat rumpun atau stock.

b. Perbandingan antara BB dengan BM menghasilkan Jumlah kata

berkerabat adalah 83 kosa kata atau 42%. Kedua bahasa berada

pada tingkat keluarga atau family.

c. Perbandingan antara BN dengan BM menghasilkan jumlah kata

berkerabat adalah 62 kosa kata atau 31%. Kedua bahasa berada pada

tingkat satu rumpun atau stock.

3. Waktu Pisah

a. Waktu pisah BB dengan BN adalah pada 2.631 323 tahun yang

lalu atau mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 942

sampai 296 Sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2012).

Universitas Sumatera Utara b. Waktu pisah BB dengan BM adalah pada 2.060 268 tahun yang

lalu atau mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 216

Sebelum Masehi sampai 220 Masehi (dihitung dari tahun 2012).

c. Waktu pisah BN dengan BM adalah pada 2.77 350 tahun yang

lalu atau mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 1114 SM

sampai 414 SM (dihitung dari tahun 2012).

4. Usia Bahasa

a. Perkiraan usia BB-BN adalah antara 2308 sampai 2.954 tahun

sehingga masih berada dalam kategori keluarga dari satu

rumpun.

b. Perkiraan usia BB-BM adalah antara 1.792 sampai 2.328 tahun

sehingga termasuk dalam kategori bahasa dari satu keluarga.

c. Perkiraan usia BN-BM adalah antara 2426 sampai 3126 tahun

sehingga termasuk dalam kategori keluarga dari satu rumpun.

6.2 Saran

Beberapa saran yang berkaitan dengan permasalahan dan simpulan adalah:

1. Revisi tentang kosa kata dasar yang menjadi patokan sumber data

hendaknya dilakukan secara kontiniu sehingga ditemukan daftar kosa kata

dasar yang paling tepat untuk wilayah Indonesia.

2. Kekerabatan bahasa merupakan salah satu bukti adanya hubungan

persaudaraan antara pemilik bahasa yang satu dengan yang lainnya di

Universitas Sumatera Utara masa silam. Dengan kenyataan tersebut, wajarlah jika kajian tentang

kekerabatan harus ditingkatkan karena dapat meningkatkan persatuan dan

kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Perhitungan waktu pisah bahasa harus dilakukan pada semua bahasa yang

ada di Indonesia karena akan meningkatkan kesadaran tentang kesamaan

asal-usul.

4. Pemahaman tentang usia bahasa dapat dijadikan acuan tentang usia

masyarakat pemilik bahasa. Dengan demikian, penelitian kekerabatan

bahasa harus lebih ditingkatkan.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Ridwan. 1989. Sejarah Studi Bahasa di Indonesia. Medan: Fakultas Sastra

USU.

Blust dan Collins.1985. Telaah Komparatif Bahasa-Bahasa Nusantara

Barat.ILDEP. Jakarta: Djambatan.

Crowley, T. 1992. An Introduction to Historical Linguistics. Oxford: Oxford

University Press.

Emilia, Emi. 2009. Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Fernandes, Inyo Yos. 1994. Linguistik Historis Komparatif: Pengantar di Bidang

Teori. Yogyakarta: Buku Tidak Diterbitkan.

Fernandes, Inyo Yos. 2005. Linguistik Historis Komparatif I: Ke Arah

Pemahaman Teori dan Praktik Perbandingan Bahasa-Bahasa Austronesia

(Handout). Yogyakarta.

Halim, Amran. 1988.Politik Bahasa Nasional I. Jakarta: Balai Pustaka.

Indriani, Ika. 2007. Leksikostatistik Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Pakpak

Dairi. Tesis.

Keraf, Gorys. 1991. Linguistik Bandingan Tipologis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1963. “Perhitungan Leksikostatistik atas Delapan

Bahasa Nusantara Barat serta Penentuan Pusat Penyebaran Bahasa-Bahasa

Universitas Sumatera Utara itu Berdasarkan Teori Migrasi”. dalam Majalah Ilmu-Ilmu Sastra 1963-

1973. Jakarta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Masyuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan

Aplikatif. Malang: Refika Aditama.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mbete, Aron Meko. 2002. Metode Linguistik Diakronis. Bali: Universita

Udayana.

Panggabean, Himpun. 1994. Telaah Bahasa-Bahasa Batak dari Segi

Leksikostatistik. Bandung: Universitas Padjajaran. (Tesis)

Parera, Jos Daniel.1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif.

Jakarta:Erlangga. (Digitalkan tanggal 25 April 2008.)

Ridwan, T.Amin. 2005. Mendaulatkan Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Utama

Dunia. Medan: USU Press.

Robins, R. H.1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Robins, R.H. 1990. Sejarah Singkat Linguistik. Bandung: ITB Bandung.

SIL International. 2006. Bahasa-Bahasa di Indonesia. Jakarta: SIL Internasional

Cabang Indonesia.

Siregar, Bahren Umar, dkk. 2000. Reduplikasi dan Komposisi dalam Bahasa

Batak Toba. Dekdikbud. (Laporan Penelitian)

Universitas Sumatera Utara Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik 1: Ke Arah Memahami Metode Linguistik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik 2: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan

Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugono, Dendi (ed). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa, Departemen Pendidikan.

Suyata, Pujiati. 1998. Dari Leksiostatistik ke Glotokronologi: Analisis Sembilan

Bahasa di Indonesia.

Syarfina, Tengku. 2009. Ciri Akustik Bahasa Melayu Deli. Medan: USU Pres.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2009

Hardani, Kayato. “Metode dan Analisis bagi Gejala Kebahasaan dalam Prasasti

Berbahasa Jawa Kuna. Epigrafi : Antara Arkeologi, Linguistik dan Sejarah”

http://arkeologika.files.wordpress.com/2007/12/kayato_epigrafi.pdf.

diunduh 11/7/2011.

Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Nias. diunduh 5/5/2012 http://www.gotquestion.orang/indonesia/umur-bumi.html. diunduh 10/8/2012. http://planet-berita.blogspot.com/2011/10/umur-bahasa-di-dunia.html. diunduh

10/8/2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Batak_Toba. diunduh 5/5/2012

Universitas Sumatera Utara http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Nias diunduh 5/5/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Nias. diunduh 5/5/2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Toba. diunduh 5/5/2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Tapanuli Utara. diunduh 15/7/2012. http://medankota.bps.go.id/index.php?tab=sp2010,SP2010 Pustaka Sekolah. “Proto Melayu dan Deutro Melayu Indonesia”. http//Pustaka

Sekolah.Com/html.

Triani, Riris. “Korespondensi Fonemis Bahasa Bali dan Bahasa Sasak” http//Staff

Undip.Ac.id/sastra/riris/2010/10/12.

UGM. “Kajian Linguistik Historis Komparatif Terhadap Kekerabatan Bahasa-

Bahasa Di Sumba”

http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=903 diunduh

11//7/2011.

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I

Daftar Tanyaan

A. Keterangan Mengenai Informan Nama : Jenis Kelamin : Usia : Tempat, Tanggal Lahir : Suku : Bahasa yang Digunakan : Pendidikan Tertinggi : Pekerjaan : Alamat :

B. Daftar Kosa Kata Dasar Swadesh (Revisi Blust,1980)

No. Glos Bahasa Rujukan 1. abu 2. air 3. akar 4. anak 5. angin 6. anjing 7. apa 8. api 9. asap 10. atap 11. awan 12. ayam 13. bagaimana 14. bahu 15. baik 16. bapak 17. baru 18. basah 19. batang 20. batu 21. bekerja 22. belok 23. benar 24. bengkak 25. berat 26. berbaring 27. berburu 28. berdiri 29. berenang 30. berjalan

Universitas Sumatera Utara 31. berkata 32. bermimpi 33. bernapas 34. berpikir 35. bertumbuh 36. besar 37. bintang 38. buah 39. bulan 40. buluh 41. bunga 42. burung 43. busuk 44. cacing 45. daging 46. dan,dengan 47. danau 48. darah 49. datang 50. daun 51. debu 52. di 53. di atas 54. di bawah 55. di dalam 56. di mana 57. dia 58. dingin 59. dua 60. duduk 61. ekor 62. empat 63. engkau, kamu 64. garam 65. gigi 66. guntur 67. hari 68. hati 69. hidung 70. hidup 71. hijau 72. hitam 73. hitung 74. hujan 75. hutan 76. ibu 77. ikan 78. ini

Universitas Sumatera Utara 79. isteri 80. itu 81. jahat 82. jalan 83. jarum 84. jatuh 85. jatuh 86. jauh 87. jika 88. kabut 89. kaki 90. kanan 91. kapan 92. kayu 93. kecil 94. kepala 95. kering 96. kilat 97. kiri 98. kita, kami 99. kotor 100. kulit 101. kuning 102. kutu 103. laba-laba 104. lain 105. laki-laki 106. langit 107. laut 108. lebar 109. leher 110. lemak 111. lidah 112. makan 113. malam 114. malu 115. mata 116. mati 117. melempar 118. melihat 119. meludah 120. memasak 121. membakar 122. membelah 123. membeli 124. membuka 125. membunuh 126. memegang

Universitas Sumatera Utara 127. memeras 128. memilih 129. memotong 130. memukul 131. menanam 132. menangis 133. mencium 134. mencuri 135. mendengar 136. menembak 137. mengalir 138. mengetuk 139. menggali 140. menggaruk 141. menggigit 142. mengikat 143. mengisap 144. menguap 145. mengunyah 146. menikam 147. meniup 148. menjahit 149. merah 150. mereka 151. minum 152. mulut 153. muntah 154. naik 155. nama 156. nyamuk 157. orang 158. panas 159. panjang 160. pasir 161. payudara 162. pendek 163. perempuan 164. perut 165. punggung 166. putih 167. rambut 168. rumah 169. rumput 170. sakit 171. satu 172. saya 173. sayap 174. sembunyi

Universitas Sumatera Utara 175. sempit 176. semua 177. siapa 178. suami 179. tahu 180. tahun 181. tajam 182. takut 183. tali 184. tanah 185. tangan 186. tebal 187. telinga 188. telur 189. terbang 190. tertawa 191. tidak 192. tidur 193. tiga 194. tikus 195. tipis 196. tua 197. tulang 198. tumpul 199 ular 200 usus

Medan, April 2012

Peneliti Informan

Juliana

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN II

Daftar 200 Kosakata Dasar Swadesh (Revisi Blust, 1980)

Gabungan Tiga Bahasa

No. Glos Bahasa Batak Bahasa Nias Bahasa Melayu 1. abu sirabun gawu,avu abu 2. air aEk idan| a(y)iR 3. akar urat wa?a akaR 4. anak dagana? Ono ana? 5. angin alogo aGi, ani aGin 6. anjing biaG, asu Asu anjiG 7. apa aha,magua Hadia ap| 8. api api alit| api 9. asap timus Simbo asap 10. atap tarup sag|, jag| atap 11. awan Ombun Sawu awan 12. ayam manuk Manu ayam 13. bagaimana mahuwa,sOGOndia havisa, hEvisa macamnana 14. bahu sasap, abara, abara? Alisi punda? 15. baik burju s|khi, sakhi bae?, m|ndai 16. bapak amaG Ama abah 17. baru naimbaru, baru awena, savena baRu 18. basah lEpEk, litak, maraEk abas| basah 19. batang bOnana, bOna, t|la, tela bataG bOna? 20. batu batu Kara batu 21. bekerja karejo mOhal|wa k|rj| 22. belok nirpag, bEkkuk fade?i (ba kabera) belo? 23. benar sittOG, bOtul, tikkOs atul|, sina?uhu b|tol 24. bengkak maburbak abao, mamuco b|Gka? 25. berat dOkdOk abuwa, abu(y)a b|rat 26. berbaring majOrbiG Teludu gOle?, r|bah 27. berburu marburu malu, mi(y)alu b|buru 28. berdiri jOnjOG sumidO, mozazaO t|ga? 29. berenang marlaGE mOlaGi, mOlani b|R|naG 30. berjalan mardalan mofan|, ofan| jalan 31. berkata makkatai fahuhuo, motun| b|cakap 32. bermimpi marnipi MaGifi mimpi 33. bernapas marhOsa muhasu, monoso?o b|napas 34. berpikir marpikkir maGEra-GEra b|pikeR 35. bertumbuh tubu,magOdaG auri b|tumboh 36. besar balga ebua, ebu(y)a b|saR 37. bintang bittaG d|fi, nd|fi bintaG 38. buah dOnOn, parbue bua, bu(y)a buwah 39. bulan bulan bawa bulan 40. buluh bulu bulu buloh

Universitas Sumatera Utara 41. bunga buGa buGa, bovo buGa 42. burung pidoG fofo buRoG 43. busuk busuk obou, abo(w)u buso? 44. cacing goya, gEa? boyO, alewaji caceG 45. daging jagal,juhut nagole dageG 46. dan,dengan dOhOt foma/ avE sama 47. danau tao idan| sinaun|, danaw, tasi? amatEla 48. darah mudar do, ndo daRa 49. datang rO t(c)ohare tib| 50. daun buluG bulu daOn 51. debu ugan gawu gawu, awu d|bu 52. di i (di) si, |sO di 53. di atas i (di) ginjaG si yawa, |sO yawa di atas 54. di bawah i (di) tOru si tOu, |sO tO(w)u di bawah 55. di dalam i (di) bagasan bakha dalam 56. di mana i (di) dia hEjo man| 57. dia ibana ya?ia, ya?ug| di| 58. dingin Gali okafu s|jO? 59. dua dua dobua, dombu(y)a du| 60. duduk huddul, juguk mudadao dudo? 61. ekor ihur i?o ekoR 62. empat Opat |fa empat 63. engkau, kamu hO, hamu ya?ug| eGko, awa? 64. garam sira asi(y)o gaRam 65. gigi ipOn, GiGi if| gigi 66. guntur rOGgur ekhubanu(y)a guroh 67. hari ari Galuo, (h)ari hari 68. hati atE atE t|d|, atE ati 69. hidung iguG ikhu idoG 70. hidup maGOlu auri idop 71. hijau ratarata, narata owuge?e ijo 72. hitam birOG ait(c)| itam 73. hitung EtoG, bilaG maGErai/Erai itoG 74. hujan udan tE(w)u ujan 75. hutan haragan, tombak atua, gatu(y)a utan 76. ibu inaG ina |ma?, bund| 77. ikan dEkke i?a ikan 78. ini nion, on, dion da?a en 79. isteri parjabu doGa ira alave, bini ndona 80. itu indian ija, da?a nun, tu 81. jahat takkaG amu?i, jaha jahat 82. jalan dalan m(o)fan| jalan 83. jarum jarum fal|l|wa jarom 84. jatuh madabu (buah) alabu, at(c)oru jatoh 85. jatuh tiGgaG (orang) alawu, aekhu t|titi? 86. jauh daO ar|(w)u jawoh

Universitas Sumatera Utara 87. jika mOlO |b|isa kalaw 88. kabut samOn, Ombun sa?u, mosa(w)u kabot 89. kaki pat akhe, akE kaki 90. kanan siamun kab|l| kanan 91. kapan andigan abara, havara bil|, m|Gkal| 92. kayu hau eu, ge(w)u kayu 93. kecil mEtmEt, gEllEG de?ide, ide ide k|ci? 94. kepala ulu h|g| k|pal| 95. kering marhiaG Otufo, okeli k|re(i)G 96. kilat hillOG takile, p|tiR garimbanu(y)a 97. kiri habbiraG kabera, kabEra kiri 98. kita, kami hita, hami ya?ita kita, kami 99. kotor rOtak,dOruG taun|, ca?une kOtOR 100. kulit hulikkuliG huli, uli kule(i)t 101. kuning hunik o?us|, a?use kune(i)G 102. kutu hutu hutu, ut(c)u kutu 103. laba-laba rabbaGrabbaG la(w)va-la(w)va lab|-lab| 104. lain naasiG fab|?|, canebe?| laen 105. laki-laki baoa ramatua, laki-laki simat(c)u(y)a 106. langit laGit banua, laGi(e)t calumbanu(y)a 107. laut laut asi lawut, laot 108. lebar bidaG ebolo lebaR 109. leher rukkuG bagi leheR 110. lemak tabotabo marasE l|ma?, g|mu? 111. lidah dila lela lidah 112. makan maGan maGa makan 113. malam bOrGin bOGi malam 114. malu maila aila malu 115. mata mata, simalOlOG h|r| mat| 116. mati matE matE mati 117. melempar mandanGgur daGgur manebu m|lEmpaR 118. melihat maGida bErEG mamaiki faiki faigi m|nEGO? 119. meludah manijur tijur maGEtilo tilo m|ludah 120. memasak maGaloppa lOppa modino asoso masa? 121. membakar manutuG tutuG manunu itunu m|mbakaR 122. membelah mambOla bOla manila isila m|mb|lah 123. membeli manuhOr tuhOr mOw(v)|li w(v)|li memb|li 124. membuka mambuka buka mamOai bOkhai buka? 125. membunuh mamatEhon fabunu bunu bunoh matEhon 126. memegang maniOp tiOp igogohE goghE p|gaG 127. memeras mamOrO pOrO mamEra?| fEra?| p|ras 128. memilih mamillit pillit tafili/filia |fili pile(i)h 129. memotong mamOGgOl pOGgOl manaba taba potoG 130. memukul pukkul lotak fab|zi b|zi pukol

Universitas Sumatera Utara 131. menanam mananom tanom manan| tan| tanam 132. menangis taGis mE?E naGes 133. mencium mangumma umma maumma umma ciom 134. mencuri manakkO takko manag| tag| ncuri 135. mendengar mambege bege mamOdOGO d|GaR m(r)Od(r)OGO 136. menembak manEmbak tEmbak fafana fana nemba? 137. mengalir maGissir dalan maGElE GElE GaleR 138. mengetuk manOkkO? tOkkO? manokO tOkO k|to? 139. menggali makkuar kuar mukhaO khaO gali 140. menggaruk makkaO haO ikhaka?a ka?a garo? 141. menggigit makkarat harat fa?|khi |khi, mO|si giget 142. mengikat manambat tambat mam|b| f|b|, b|b| ikat 143. mengisap maGOccOp OccOp maGissi?| sisi?| isap 144. menguap hEhEamOn mEha m|Guap 145. mengunyah makkilhil hilhil GaGa kunyah 146. menikam maniham tiham mamah|, mOfaha tikam 147. meniup maGOmbus Ombus Mbusi tiop 148. menjahit manjarum jarum manakhu jahet 149. merah rara OyO meRah 150. mereka halaki, alahi ya?ira m|rEka, oRag tu 151. minum minum mamadu, badu minom 152. mulut baba bava mulot 153. muntah muta muta, mu?uta muntah 154. naik jaGkit, nakkOk man|?i, me(y)awa nae? 155. nama gOar d|?i, te(y) nama 156. nyamuk rOGit dri, dimboho nyamo? 157. orang jOlma, halak niha oRaG 158. panas mOhOp aukhu panas 159. panjang ga(n)jjaG ena?u, ana(w)u panjaG 160. pasir rihit gabu-gabu, gavu pasi, paseR 161. payudara bagOt, tarus, susu mEmE tete? 162. pendek jE(m)ppEk otogo-togo,adogo pende? 163. perempuan bOrubOru ira alave. Ira ulave mpuwan 164. perut butuha dalu, bet(c)u?a p|rut 165. punggung taGguruG t(c)|lahulu puGgoG 166. putih bO(n)ttar afusi puti(e)h 167. rambut Obuk bu Ramb(o)t 168. rumah jabu nOmO, OmO Rumah 169. rumput rambaramba, ru?u, ndu?u Rumpot rambak 170. sakit sahit mOf|kh| saket 171. satu sada sara satu 172. saya ahu ya?Od(c)O say| 173. sayap habOG gafi,afi k|pa? 174. sembunyi martabuni fabini s|mbunyi 175. sempit sOmpit,pOjjOt tOlasi, faleje s|mpit

Universitas Sumatera Utara 176. semua sude fefu s|mu| 177. siapa isE haniha?|, haniha siap| 178. suami namaGalap doGa ira matua, suwami, laki? fo?omo 179. tahu dibOtO u?ila, ila tawu 180. tahun taOn r|fi, d|fi taun 181. tajam tajOm atar| tajam 182. takut mabiar ata?u takot 183. tali tali tali, sinali tali 184. tanah tano tan| tanah 185. tangan taGan taGa, belekha taGan 186. tebal hapa:l ave we?e, ave?e t|bal ye?e 187. telinga piGgOl taliGa, fiso kupeG 188. telur pira adulo t|luR 189. terbang habaG bohofo, mohombo teRbaG 190. tertawa mEkkEl ma?igi, maiki g|la? 191. tidak daOG l|?| tida? 192. tidur mOdOm m|r| tidoR 193. tiga tOlu t|lu tig| 194. tikus baguduG te?u tikos 195. tipis raGraG, nipis khi|, anifi nifi tipe(i)s 196. tua matua atua tu| 197. tulang hOlihOli t|la tulaG 198. tumpul majOl, majal, balbal afuru tumpol 199 ular ulOk ul| ulaR 200 usus usus, butuha sinalidalu usos

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN III

Daftar informan

1. Nama : Hinsyarifah Gultom Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 67 tahun Suku : Batak Bahasa yang digunakan : Batak, Indonesia Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu rumah tangga/ bertani Alamat : Tarutung

2. Nama : Albert Panggabean Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 70 tahun Suku : Batak Bahasa yang digunakan : Batak, Indonesia Pendidikan : SD Pekerjaan : Bertani Alamat : Tarutung

3. Nama : Isman Gultom Jenis Kelamin : laki-laki Usia : 42 tahun Suku : Batak Bahasa yang digunakan : Batak, Indonesia Pendidikan : SMP Pekerjaan : Bertani Alamat : Pahae Julu

4. Nama : T. Syarfina Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 50 tahun Suku : Melayu Bahasa yang digunakan : Melayu, Indonesia, Inggris Pendidikan : S-3 Pekerjaan : Dosen, Kepala Balai Bahasa Medan Alamat : Medan

Universitas Sumatera Utara 5. Nama : T. Amalia Zulfina Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 47 tahun Suku : Melayu Bahasa yang digunakan : Melayu, Indonesia Pendidikan : SMK Pekerjaan : -- Alamat : Medan

6. Nama : Muhammad Muhar Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 38 tahun Suku : Melayu Bahasa yang digunakan : Melayu, Indonesia Pendidikan : S-1 Pekerjaan : Guru Alamat : Medan

7. Nama : Anoari Zamasi Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 23 tahun Suku :Nias Bahasa yang digunakan : Nias, Indonesia Pendidikan : SMP Pekerjaan : Percetakan Alamat : G. Sitoli

8. Nama : Darman Gulo Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 53 tahun Suku : Nias Bahasa yang digunakan : Nias, Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pegawai Alamat : G. Sitoli

9. Nama : Raye Jaluhu Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 27 tahun Suku : Nias

Universitas Sumatera Utara Bahasa yang digunakan : Nias, Indonesia Pendidikan : SMP Pekerjaan : Percetakan Alamat : G. Sitoli

Universitas Sumatera Utara