KERAJAAN ALLAH DALAM DUA WAJAH Datangnya Ratu Adil Dan Kerajaan Allah
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Vol. 03, No. 02, November 2014, hlm. 99-109 KERAJAAN ALLAH DALAM DUA WAJAH Datangnya Ratu Adil dan Kerajaan Allah Stepanus Istata Raharjo ABSTRACT: The javanese mysticism (Kejawen) reflects a kind of messianic idea of a just king (Ratu Adil) that can be compared to the notion of "God's reign" in Christianity. The concept of "Ratu Adil" had inevitably influenced javanese customs, language system as well as various ritual traditions. Considering that the Kejawen itself is a mixture of various elements from different religious systems (such as Hinduism, Buddhism, and Islam), it is neccessary to trace back sources or traditions, from which the notion of Ratu Adil had been developed. This article aims to discuss and to compare the understanding of "Ratu Adil" with the notion of "God's reign". Kata-Kata Kunci: Kerajaan Allah, Ratu Adil, kejawen, tradisi Kristiani. 1. PENGANTAR penalaran artikel ini disusun sebagai berikut. Pertama-tama akan dipaparkan konsep “kejawen” Kerajaan Allah telah hadir di tengah-tengah yang menjadi latar belakang bagi konsep “Ratu kita, tetapi kepenuhannya masih dinantikan. Ia Adil” yang dipahami oleh tradisi Jawa. Selan- sudah dan sekaligus belum. Ia hadir dalam diri jutnya menyusul konsep Kerajaan Allah dalam Yesus dengan pewartaan dan karya-karya-Nya tradisi Kristiani (Kitab Suci). Pada bagian akhir namun kepenuhannya tetap dinantikan hari dan ditampilkan analisis kritis terhadap konsep “Ratu saatnya. Itulah sebabnya Kerajaan Allah boleh Adil” dan “Kerajaan Allah”. Dengan kata lain, disebut tampil dalam “dua wajah”. Wajah yang artikel ini ditulis dengan menggunakan metode pertama hadir dalam diri Yesus, ketika Ia analisis kritis. berkata: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada 2. KONSEP DAN PANDANGAN HIDUP Injil!” (Mrk 1:15). Wajah yang kedua adalah Kerajaan Allah yang tampil secara definitif, yang KEJAWEN kepenuhan-Nya masih dinanti di masa Masyarakat asli Jawa, sebagaimana masyara- mendatang. kat tradisional lain di dunia, merupakan masyara- “Dua Wajah” juga dimaksudkan bahwa kat yang gemar sistem mistik. Sepanjang sejarah manusia Jawa, mistik telah mewarnai adat istia- Kerajaan Allah yang dinantikan oleh masyarakat 1 Jawa dengan konsep “Ratu Adil-nya” serta dat, bahasa, ilmu pengetahuan dan keagamaan. Kerajaan Allah yang dimengerti oleh tradisi Sistem mistik yang sudah menjadi ajaran selama kristiani terutama yang tersurat dalam Kitab Suci. ribuan tahun di pulau Jawa ini dikenal dengan konsep kejawen. Kejawen merupakan suatu kon- Artikel ini ingin mengeksplorasi bagaimana sep hidup yang melingkupi lahir batin-material konsep “Ratu Adil” dalam tradisi Jawa itu spiritual. Definisi kejawen dimengerti sebagai disandingkan dan dihadapkan dengan konsep suatu kepercayaan tentang pandangan hidup yang “Kerajaan Allah” dalam tradisi Kristiani. Alur diwariskan dari para leluhur. 99 Kerajaan Allah Dalam Dua Wajah (Stepanus Istata Raharjo) Kejawen adalah sebuah kepercayaan yang te- Ramalan Jayabaya itu menyatakan bahwa: rutama dianut oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Penanaman keja- Akan datang satu masa penuh bencana. wen bersifat umum, biasanya karena bahasa pen- Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan gantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. meluap. Ini akan menjadi masa penuh Dalam konteks umum, kejawen bukanlah aga- 2 penderitaan. Masa kesewenang-wenangan ma. Penganut ajaran kejawen biasanya tidak dan ketidakpedulian. Masa orang-orang menganggap ajarannya sebagai agama dalam licik berkuasa, dan orang-orang baik akan pengertian seperti agama monoteistik, seperti tertindas. Tetapi, setelah masa yang paling Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya seba- berat itu, akan datang jaman baru, jaman gai perangkat cara pandang dan nilai-nilai yang yang penuh kemegahan dan kemuliaan. dibarengi dengan sejumlah laku. Ajaran kejawen Zaman Keemasan Nusantara. Dan jaman tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan mene- baru itu akan datang setelah datangnya sang kankan konsep keselarasan dan keseimbangan Ratu Adil, atau Satria Piningit. lahir batin. Siapakah Ratu Adil dan Satria Piningit itu? Pandangan hidup orang Jawa atau filsafat Sebuah pertanyaan yang akan bergulir tiada hen- Jawa terbentuk dari gabungan alam pikir Jawa ti. Namun pokok yang mau disampaikan di sini tradisional, kepercayaan Hindu atau filsafat India, adalah bahwa sudah sejak zaman prabu Jaya dan ajaran tasawuf atau mistik Islam. Pandangan Baya, kerinduan seorang Ratu Adil itu sudah hidup tersebut banyak tertuang dalam karya- mengemuka. karya sastra yang berbentuk prosa dan puisi. 3.1.2. R. Ng. Ranggawarsita Di masa lampau, kejayaan Hindu-Budha be- gitu terasa dan menggema di Jawa, namun be- Sedangkan Raden Ngabehi Ranggawarsita rangsur-angsur menyusut setelah kekuasaan kera- hidup pada tahun 1802-1875 M. Ia adalah salah jaan Majapahit berakhir dan agama Islam yang satu pujangga istana Surakarta. Selama hidupnya berpaham tauhid menyebar. Para wali dan ulama ia mengabdi lima raja, Sinuwun Paku Buwana V mendominasi pembentukan kharakter religiusitas – IX. Loyalitas sang pujangga ini ditunjukkan orang Jawa. Selanjutnya muncul per-campuran dengan sejumlah karya-karyanya yang bermutu antara ajaran agama Islam dengan pemahaman- tinggi. R. Ng. Ranggawarsita termasuk seorang pemahaman kejawen sebelumnya yang sering penulis yang peka terhadap permasalahan sosial. dikenal dengan nama Islam Kejawen. Dalam tradisi kepustakaan Jawa, Ranggawar- sita dianggap sebagai pujangga penutup, atau 3. KONSEP “RATU ADIL” pujangga terakhir. Setelah kematian Ranggawar- sita, sudah tidak ada lagi, dan mungkin tidak lagi 3.1. Dalam Karya Sastra Jawa ada, seorang pujangga. Meskipun sekarang ini Konsep dan pandangan tentang “Ratu Adil” masih tetap ada orang-orang yang menulis berba- gai karya dalam bahasa Jawa, mereka hanya pe- tidak lepas dari dua tokoh dalam sejarah kejawen 4 yang melegenda. Tokoh pertama adalah Jayabaya nulis dan bukan pujangga. Untuk itulah, penulis dengan ramalannya yang dikenal dengan “Jangka memilih Ranggawarsita sebagai pokok pembaha- Jayabaya”. Tokoh kedua adalah Raden Ngabehi san dalam pemaparan ini, tentu tanpa mengabai- Ranggawarsita, seorang pujangga penutup atau kan dan meniadakan pujangga-pujang-ga sebe- pujangga terakhir dalam tradisi kepustakaan Ja- lumnya. wa. Kedua tokoh itu hidup pada jaman yang ber- Seorang pujangga, menurut tradisi ini, bukan beda namun memiliki tali benang merah yang sekadar penulis, melainkan memiliki kemampuan sama dalam kapasitasnya masing-masing. dan otoritas menangani persoalan-persoalan du- nia spiritual. Seorang pujangga memiliki ke- 3.1.1. Jayabaya mampuan menangkap dan memahami tanda- Prabu Jayabaya dikenal sebagai salah satu tanda alam dan tanda-tanda zaman. panutan penting orang Kejawen. Beliau adalah Dalam tradisi Jawa, begitu sangat familiar raja Kediri yang memerintah antara 1135-1157 M istilah-istilah ini: Ratu Adil, Satria Piningit, yang dikenal sebagai raja yang bijaksana dan Zaman Kalabendhu, Zaman Kalatidha. Bila telah memiliki pandangan futuristik. Ia terkenal den- datang Zaman Kalabendhu (zaman edan) gan ramalan tentang keadaan Nusantara di suatu hendaklah kita eling lan waspada (sadar dan 3 masa di masa datang. waspada). Itulah nasihat bijak yang tersurat 100 Vol. 03, No. 02, November 2014, hlm. 99-109 dalam “Serat Kalatidha” yang ditulis oleh menyebut zaman edan, dapat dilacak konsep Ratu pujangga Ronggowarsito IV.5 Adil. Secara tidak langsung, isilah-istilah itu Zaman edan atau zaman Kali (Kaliyuga) me- mengandung makna profetis yang menggam- rupakan sindiran pada kekacauan waktu itu. Ku- barkan suatu kondisi mengenai zaman yang akan tipan sinom dalam Serat Kalathida menunjukkan semakin merosot dan suatu harapan mengenai kekacauan yang sedang melanda masyarakat:6 datangnya penyelamat, pembebas yang akan Amenangi zaman edan (Mengalami jaman gila) tampil dan memerintah dengan keadilan dan kesejahteraan bagi bumi nusantara ini. Karenanya ewuh aya ing pambudi (serba sulit dalam pikiran) diperlukan sikap dan perilaku etis dalam menghadapi kehidupan yang keras dan penuh melu edan nora tahan (ikut gila tak tahan) dengan kejahatan agar manusia tidak tersesat. yen tan melu anglakoni (kalau tidak ikut) Dalam tradisi Kristiani, pemahaman dan pengha- rapan masyarakat Jawa ini boleh disetarakan boya keduman melik (tidak dapat bagian) dengan pengharapan mesianis yang selalu kaliren wekasanipun (akhirnya kelaparan) dinantikan. Benarkah ada kesetaraan konsep mengenai pengharapan akan masa depan dalam ndilalah karsa Allah (untungnya takdir Allah) kejawen dan tradisi Kristiani? Bagaimana menje- begja-begjane kang lali (seuntung-untungnya laskan konsep Ratu Adil dalam tradisi kejawen dan pengertian Kerajaan Allah dalam tradisi orang lupa) Kristiani? Berikut akan dipaparkan terlebih dahu- luwih begja kang eling lawan waspada (masih lu gagasan R. Ng. Ranggawarsita mengenai Ratu untung yang sadar dan Adil. waspada) Ada lima judul atau tema yang sangat mele- Ranggawarsita, melalui Serat Kalatidha ter- genda dalam hasil karya pujangga Ranggawarsi- sebut memberi peringatan kepada manusia agar ta. Pertama, “Zaman Cacat” (judul asli: Kalatid- dirinya selalu eling lan waspada, mau mengenda- ha), berisi uraian mengenai kerusakan masyara- likan diri, tidak terbawa arus sehingga suatu saat kat akibat kutukan zaman. Dalam karya ini terda- dirinya mendapat ketenteraman lahir dan batin. pat frase yang menjadi masyhur, dan akan men- Keadaan masyarakat yang penuh kekacau-an jadi pokok uraian dalam bagian ini. Kedua, “Ka- hendaknya