3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dan Arahan Penataan Ruang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang Dalam Rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, arahan pembangunan disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan yang telah diamanatkan, pemerintah Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan. Pada bagian ini akan dijelaskan arahan kebijakan pembangunan sesuai dengan amanat perencanaan pembangunan yang meliputi; arahan pembangunan bidang cipta karya, arahan penataan ruang, arahan wilayah pengembangan strategis dan arahan rencana pembangunan daerah. 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam arahan pembangunan Bidang Cipta Karya berlandaskan arahan pembangunan yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015- 2019 dan Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019. Dalam sub bab ini akan diuraikan arahan pembangunan bidang Cipta Karya berdasarkan amanat tersebut. 3 - 1 A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Gambar 3.1 Tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menegah 3 - 2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ketiga periode 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 yang mengamanatkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat serta terwujudnya kota tanpah permukiman kumuh. Untuk mendukung terwujudnya amanat RPJMN 2015-2019, beberapa arahan kebijakan pengembangan dan strategis nasional antara lain; ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan tata ruang, pengembangan jaringan transportasi, terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien, pemanfaatan teknologi nuklir sebagai pembangkit listrik, terwujudnya konservasi sumber daya air dan terpenuhinya air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan, pemenuhaan kebutuhan hunian yang didukung oleh sistem pembiayaan jangka panjang dan terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh. Dalam dokumen RPJMN tahap ketiga periode 2015-2019 juga menetapkan arahan RPJMN tahap ketiga (3) bidang cipta karya yang meliputi: 1. Pemenuhan penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yaitu 100% dapat mengakses air minum dan 100% mengakses sanitas yang layak, 2. Pemenuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien dan akuntabel sehingga terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh, dan 3. Pengembangan infrastruktur pedesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian. Demi terwujudnya arahan pembangunan bidang cipta karya yang termuat dalam arahan kebijakan RPJMN 2015-2019, maka sasaran atau target pekerjaan meliputi; 1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 Ha dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan, 3 - 3 2. Tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk indonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu; optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui; fasilitas SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100% PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan dan fasilitasi SPAM no-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM 100% pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui; pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR, pembangunan SPAM berbasis masyarakat untuk 9.665.920 SR, pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan SPAM Ibukota pemekaran dan perluasan perkotaan untuk 4.268.800 SR, pembangunan SPAM regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan. 4. Peningkatan efisien layanan air minum penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui; pelaksanaan rencana pengamanan air minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/kota, optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota, penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10% setiap tahunnya. 5. Pencapaian lingkungan yang mendukung dilakukan melalui; penyususnan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup rencana induk sistem penyediaan air minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum, peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota, fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/kota. 3 - 4 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar yaitu; untuk saran prasaran pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah siste terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serat peningkatan kualitas pengolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) di 409 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab, untuk sarana prasarana drainase permukiman dan pengurangan genangan seluas 22.500Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh, serta kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia. 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui; pembinaan dan pengawasab khususnya bangunan milik pemerintah di seluruh kabupaten/kota, penyususnan norma,standar, pedoman dan kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/kota, dan menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataan bangunan di seluruh kabupaten/kota. B. Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019 Penyediaan infrastruktur pelayanan dasar merupakan Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019, mengacu kepada agenda prioritas dan program pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN. Dalam dokumen Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019, menyebutkan bahwa penyediaan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia. Pembangunan infrastruktur dasar yang layak meliputi; 3 - 5 1. Pengembangan Kawasan Permukiman Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan, melalui pembangunan permukiman di kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan khusus. Upaya mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan saat ini masih menghadapi berbagai kendala terutama berkaitan dengan rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman. Pemerintah telah menetapkan target pembangunan jangka menengah yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 menuju terwujudnya permukiman layak huni dan berkelanjutan. Mengacu pada target pembangunan permukiman sesuai dengan RPJMN 2015 – 2019, sasaran pembangunan dan pengembangan permukiman terdiri dari sasaran pembangunan permukiman perkotaan, permukiman perdesaan dan permukiman khusus. Sasaran pembangunan permukiman perkotaan adalah: Penurunan kumuh perkotaan menjadi 0 %; Pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau, & Kota Cerdas di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan, 744 kota/kawasan perkotaan; dan Inkubasi 10 Kota Baru. Sasaran pembangunan permukiman perdesaan yang ditargetkan untuk dicapai sesuai agenda RPJM Nasional 2015 – 2019 adalah meningkatkan kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha. Mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka kewenangan Pemerintah Pusat dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman diarahkan pada dukungan terhadap pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan dengan konsep dan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan potensial yang dalam hal ini diarahkan pada desa berkembang (sesuai Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014). Sedangkan sasaran pembangunan permukiman khusus yakni meningkatnya kualitas permukiman khusus seluas 3.099 ha. Kawasan permukiman