3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

Dalam Rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, arahan pembangunan disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan yang telah diamanatkan, pemerintah Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan. Pada bagian ini akan dijelaskan arahan kebijakan pembangunan sesuai dengan amanat perencanaan pembangunan yang meliputi; arahan pembangunan bidang cipta karya, arahan penataan ruang, arahan wilayah pengembangan strategis dan arahan rencana pembangunan daerah.

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam arahan pembangunan Bidang Cipta Karya berlandaskan arahan pembangunan yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015- 2019 dan Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019. Dalam sub bab ini akan diuraikan arahan pembangunan bidang Cipta Karya berdasarkan amanat tersebut.

3 - 1

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Gambar 3.1 Tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menegah

3 - 2

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ketiga periode 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 yang mengamanatkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat serta terwujudnya kota tanpah permukiman kumuh. Untuk mendukung terwujudnya amanat RPJMN 2015-2019, beberapa arahan kebijakan pengembangan dan strategis nasional antara lain; ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan tata ruang, pengembangan jaringan transportasi, terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien, pemanfaatan teknologi nuklir sebagai pembangkit listrik, terwujudnya konservasi sumber daya air dan terpenuhinya air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur pedesaan, pemenuhaan kebutuhan hunian yang didukung oleh sistem pembiayaan jangka panjang dan terwujudnya kota tanpa pemukiman kumuh.

Dalam dokumen RPJMN tahap ketiga periode 2015-2019 juga menetapkan arahan RPJMN tahap ketiga (3) bidang cipta karya yang meliputi:

1. Pemenuhan penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yaitu 100% dapat mengakses air minum dan 100% mengakses sanitas yang layak, 2. Pemenuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien dan akuntabel sehingga terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh, dan 3. Pengembangan infrastruktur pedesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.

Demi terwujudnya arahan pembangunan bidang cipta karya yang termuat dalam arahan kebijakan RPJMN 2015-2019, maka sasaran atau target pekerjaan meliputi;

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 Ha dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan,

3 - 3

2. Tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk indonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu; optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui; fasilitas SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100% PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan dan fasilitasi SPAM no-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM 100% pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui; pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR, pembangunan SPAM berbasis masyarakat untuk 9.665.920 SR, pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan SPAM Ibukota pemekaran dan perluasan perkotaan untuk 4.268.800 SR, pembangunan SPAM regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan. 4. Peningkatan efisien layanan air minum penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui; pelaksanaan rencana pengamanan air minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/kota, optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota, penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10% setiap tahunnya. 5. Pencapaian lingkungan yang mendukung dilakukan melalui; penyususnan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup rencana induk sistem penyediaan air minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum, peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota, fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/kota.

3 - 4

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar yaitu; untuk saran prasaran pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah siste terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serat peningkatan kualitas pengolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) di 409 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab, untuk sarana prasarana drainase permukiman dan pengurangan genangan seluas 22.500Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh, serta kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui; pembinaan dan pengawasab khususnya bangunan milik pemerintah di seluruh kabupaten/kota, penyususnan norma,standar, pedoman dan kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/kota, dan menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataan bangunan di seluruh kabupaten/kota.

B. Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Penyediaan infrastruktur pelayanan dasar merupakan Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019, mengacu kepada agenda prioritas dan program pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN. Dalam dokumen Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya 2015-2019, menyebutkan bahwa penyediaan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusia. Pembangunan infrastruktur dasar yang layak meliputi;

3 - 5

1. Pengembangan Kawasan Permukiman

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan, melalui pembangunan permukiman di kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan khusus. Upaya mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan saat ini masih menghadapi berbagai kendala terutama berkaitan dengan rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman. Pemerintah telah menetapkan target pembangunan jangka menengah yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 menuju terwujudnya permukiman layak huni dan berkelanjutan. Mengacu pada target pembangunan permukiman sesuai dengan RPJMN 2015 – 2019, sasaran pembangunan dan pengembangan permukiman terdiri dari sasaran pembangunan permukiman perkotaan, permukiman perdesaan dan permukiman khusus. Sasaran pembangunan permukiman perkotaan adalah:

 Penurunan kumuh perkotaan menjadi 0 %;  Pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni, Kota Hijau, & Kota Cerdas di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan, 744 kota/kawasan perkotaan; dan

 Inkubasi 10 Kota Baru.

Sasaran pembangunan permukiman perdesaan yang ditargetkan untuk dicapai sesuai agenda RPJM Nasional 2015 – 2019 adalah meningkatkan kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha. Mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka kewenangan Pemerintah Pusat dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman diarahkan pada dukungan terhadap pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan dengan konsep dan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan potensial yang dalam hal ini diarahkan pada desa berkembang (sesuai Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014).

Sedangkan sasaran pembangunan permukiman khusus yakni meningkatnya kualitas permukiman khusus seluas 3.099 ha. Kawasan permukiman khusus meliputi permukiman perbatasan dan permukiman

3 - 6

rawan bencana. Kawasan permukiman perbatasan maupun permukiman yang berada di kawasan rawan bencana, dapat berupa permukiman perkotaan maupun perdesaan.

Perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan tersebut di atas. Dalam implementasinya dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman sebagai berikut:

1) Pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan membentuk sistem yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Oleh karena itu pembangunan permukiman didasarkan pada Rencana Kawasan Permukiman Daerah (Kabupaten/Kota) yang kemudian dirinci dalam rencana kawasan permukiman sesuai karakteristik dan permasalahan daerah, misalnya RKPKumuh Perkotaan; RKP-Permukiman Baru; RKP-Perdesaan; RKP-Perbatasan; dan RKPRawan Bencana. Rencana kawasan permukiman menjadi acuan bagi seluruh pihak dalam melaksanakan pembangunan permukiman, baik Pemerintah dan pemerintah daerah, swasta, maupun masyarakat.

2) Pemerintah pusat memberikan fasilitasi kepada Pemerintah kota/kabupaten agar mampu berperan sebagai nakhoda pembangunan dan pengembangan permukiman daerah, melalui advokasi, pelatihan, bimbingan teknis, bantuan teknis, pendampingan, dan pelaksanaan best practice untuk dapat direplikasi oleh daerah.

3) Pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan memastikan terjadinya peningkatan kapasitas masyarakat serta adanya keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.

Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan ketiga prinsip tersebut serta peran

3 - 7

Pemerintah dalam pembangunan permukiman. Adapun kebijakan pembangunan dan pengembangan permukiman serta strategi implementasinya adalah sebagai berikut:

 Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.

 Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman

 Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah

 Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.

 Kebijakan 5: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun nonfisik.

 Kebijakan 6: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan perwujudan Kota Berkelanjutan.

 Kebijakan 7: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman perdesaan.

 Kebijakan 8: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.

 Kebijakan 9: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.

 Kebijakan 10: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi SPM.

 Kebijakan 11: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki ketahanan terhadap bencana.

3 - 8

2. Bangunan dan Lingkungan

Dalam mendukung Gerakan 100-0-100 yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan memfokuskan kegiatan pada upaya revitalisasi kawasan tematik perkotaan. Dalam mewujudkan kegiatan revitalitasi kawasan tematik perkotaan, didukung oleh tiga komponen utama, yaitu: penyusunan dan impelementasi NSPK, fasilitasi pemerintah daerah, dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan revitalisasi kawasan tematik perkotaan sebagai agenda utama bidang penataan bangunan dan lingkungan memiliki tujuan untuk mencapai perwujudan sustainable city dan juga menggiatkan urban economic development.

Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah “Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanjutan”. Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi operasional sebagai berikut:

1) Kebijakan 1: Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan dan lingkungan dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan

 Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan

 Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan

 Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib, andal serta ramah lingkungan

2) Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, dan kemitraan termasuk pembinaan teknis

 Menyusun Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

3 - 9

 Memberikan pendampingan penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan  Melakukan pelembagaan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan  Melakukan pengawasan terhadap penerapan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Mengembangkan kapasitas aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Mengembangkan tata kelola Penataan Bangunan dan Lingkungan  Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan

3) Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat  Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi kawasan pusaka, permukiman tradisional, pengembangan destinasi wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, ruang terbuka hijau, kawasan tematik perkotaan dan kawasan khusus lainnya

 Mendorong kerjasama Penataan Bangunan dan Lingkungan kawasan pusaka, permukiman tradisional, kawasan wisata, dan kawasan rawan bencana dengan masyarakat serta pelaku peduli lingkungan Mendorong pembentukan jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional dan profesional Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi

 Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan bidang keciptakaryaan

 Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang keciptakaryaan

3 - 10

3. Sistem Penyediaan Air Minum

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

1) Kebijakan Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi.

 Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

 Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

 Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.

 Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku.

 Menurunkan tingkat kehilangan air.

 Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.

2) Kebijakan Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

 Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM.

 Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.

 Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

 Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman nonperbankan, dan obligasi perusahaan.

3 - 11

 Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam percepatan pengembangan SPAM.

3) Kebijakan Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

 Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM.

 Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.

 Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM.

 Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM.

 Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent.  Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan.

 Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

4) Kebijakan Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.

 Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

 Menerapkan NSPK yang telah tersedia.

 Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

5) Kebijakan Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.

 Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku.

 Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum.

3 - 12

 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

6) Kebijakan Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

 Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

 Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

7) Kebijakan Pengembangan inovasi teknologi SPAM

 Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum.

 Memasarkan hasil inovasi teknologi.

 Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.

 Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.

Pada periode tahun 2015-2019, sistem penyediaan air minum mendukung pencapaian 100% akses air minum nasional sesuai dengan amanat RPJM Nasional 2015-2019. Pengembangan SPAM memiliki tantangan untuk mencapai 100% akses air minum melalui program air minum aman dan berkelanjutan. Dalam mewujudkan hal tersebut, terdapat tantangan- tantangan yang perlu dihadapi diantaranya akses air minum aman nasional yang baru mencapai 67,73% pada tahun 2013, tingginya idle capacity yaitu mencapai 37.900 liter/detik, NRW nasional yang baru mencapai 33%, masih tingginya kebutuhan akan air baku untuk air minum, rendahnya komitmen Pemerintah Daerah dalam pendanaan di bidang air minum, kondisi sebagian PDAM eksisting yang kurang dan tidak sehat, serta rendahnya peningkatan akses air minum di lima tahun terakhir. Tantangan-tantangan tersebut perlu dihadapi melalui strategi pelaksanaan

3 - 13

program yang dilakukan untuk memenuhi akses air minum melalui 60% jaringan perpipaan dan 40% jaringan non-perpipaan. Guna memenuhi akses 100% terhadap air minum, target pembangunan sambungan rumah adalah mencapai 27.733.280 SR dan memberikan akses air minum non perpipaan untuk 1.920.361 rumah tangga. Strategi pelaksanaan yang dilakukan adalah melalui peningkatan akses aman air minum, melakukan strategi pendanaan dengan berbagai alternatif sumber pembiayaan, peningkatan kapasitas kelembagaan, penerapan NSPK, penyediaan air baku, kemitraan dan menerapkan inovasi teknologi dalam penyediaan air minum.

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP) yaitu:

1) Kebijakan Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat. Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui system on site dan off site secara bertahap baik pada skala perkotaan maupun perdesaan, dengan prioritas untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Strategi dalam peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah, antara lain:

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem setempat (on site) di perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal;

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat (off site) di kawasan perkotaan metropolitan dan besar.

2) Kebijakan Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.

3 - 14

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.

Strategi dalam peningkatan peran masyarakat dan swasta, antara lain:

 Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman;

 Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah permukiman.

1) Kebijakan Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

Strategi dalam Pengembangan Perangkat peraturan perundangan, antara lain:

 Menyusun perangkat peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman;

 Menyebarluaskan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman;

 Menerapkan peraturan perundangan.

2) Kebijakan Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

Strategi dalam peningkatan kinerja institusi, antara lain:

 Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat masyarakat;

 Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah;

3 - 15

 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga;  Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang lebih tinggi terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

3) Kebijakan Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman melalui sistem pembiayaan dengan melakukan subsidi secara proporsional antara pemerintah pusat dan daerah untuk sistem pengelolaan off site. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:

 Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman;

 Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah Perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman terbagi menjadi pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan pengembangan sistem pengelolaan persampahan. Pada pengembangan penyehatan lingkungan permukiman bidang sistem pengelolaan air limbah, target dan sasaran yang akan dicapai tahun 2015-2019 adalah akses 100% sanitasi. Pada pengelolaan air limbah, tantangan dalam pemenuhan akses terhadap layanan air limbah adalah baru mencapai 60,91% pada tahun 2013. Tantangan lainnya adalah masih rendahnya akses SPAL terpusat di perkotaan maupun akses SPAL setempat, masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap PHBS, masih rendahnya komitmen Pemerintah Daerah untuk pengelolaan air limbah dan belum adanya kelembagaan pengelola air limbah yang baik di daerah.

Untuk mencapai target 100% akses layanan air limbah, terdapat strategi- strategi pelaksanaan yang dilakukan untuk menjawab tantangan- tantangan dalam pemenuhan target. Strategi tersebut antara lain adalah

3 - 16

peningkatan kesadaran masyarakat, peningkatan kepedulian dan komitmen Pemerintah Daerah, peningkatan kelembagaan dan kompetensi SDM, peningkatan akses air limbah layak, melakukan kerjasama lintas sektor dan kemitraan, pengembangan skala penanganan dan peningkatan kualitas perencanaan air limbah.

Adapun program-program yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah program fisik yang meliputi pembangunan SPAL setempat dan SPAL terpusat serta program non fisik yang meliputi kampanye, edukasi dan promosi, advokasi Pemerintah Daerah, memberikan bantukan teknis kelembagaan, pendampingan dan pemutakhiran SSK, sinkronisasi lintas sektor dan peningkatan kapasitas SDM.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1. RTRW Nasional

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antarkawasan, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan,

3 - 17

pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumberdaya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna.Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan.

Penggunaan sumberdaya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.

RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumberdaya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatanwilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yakni : a. Ruang Wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota; d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3 - 18

e. Pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; f. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/Kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan danmpak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; h. Pertahanan dan Keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumberdaya air. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis nasional.

Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi. a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN); dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan Industri dan Jasa Skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi dan/atau.

3 - 19

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani provinsi. b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :  Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN.  Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten dan/atau.  Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN); dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :  Pusat Perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemerikasaan lintas batas dengan negara tetangga.  Pusat Perkoataan yang berfungsi sebagai pint gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga.  Pusat Perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya dan/atau.  Pusat Perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan sekitarnya. d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan Kepentingan :  Pertahanan dan Keamanan a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan kemanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional.

3 - 20

b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gedung amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan atau kawasan industri sistem pertahanan atau. c) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas.  Pertumbuhan Ekonomi a) Memiliki Potensi ekonomi cepat tumbuh. b) Memiliki Sektor Unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional. c) Memiliki Potensi Ekspor.

d) Didukung Jaringan Prasarana dan Fasilitas penunjang kegiatan ekonomi. e) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi. f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional.

g) Berfungsi untuk memperthankan tingkat produksi sumber enegi dalam rangka mewudujkan ketahanan energi nasional, atau h) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

 Sosial dan Budaya a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional. b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan bdaya serta jati diri bangsa. c) Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan. d) Merupakan tempat perlindungan peningkatan budaya nasional. e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya atau f) Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosila skala nasional.

3 - 21

 Pendayagunaan sumber daya alam dan ataau teknologi tinggi a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu. b) Pengetahuan dan Teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir. c) Memiliki Sumber daya Alam Strategis Nasional. d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa. e) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.  Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati. b) Merupakan aset nasional berupa kawasan Lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan atau dilestarikan. c) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara. d) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro. e) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup. f) Rawan bencana alam nasional. g) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Terkait dengan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka menengah (PI2JMD) Bidang Cipta Karya di Provinsi Kepulauan , RTRWN sangat tepat dijadikan salah satu dasar kebijkan karena secara substansial rencana atau program pengembangan infrastruktur yang mempunyai nilai strategis nasional disuatu pulau sangat berkaitan erat dengan RTRWN dan sebagian merupakan kewenangan pemerintah untuk mengoperasionalkannya. Gambar 3.2 hingga Gambar 3.3 adalah arahan dari RTRWN untuk Provinsi Kepulauan Riau yang menyangkut Struktur Ruang, Pola Ruang serta Kawasan Strategis Nasional.

3 - 22

3 - 23

3 - 24

a. Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Struktur Ruang Provinsi Kelupaluan Riau berdasarkan RTRWN dalam sistem perkotaan nasional terbagi menjadi PKN, PKW, dan PKSN. PKN terdapat di Kota Batam. PKW terdapat di Kota Tanjung Pinang, Terempa, Daik-Lingga, Dabo-Pulau Singkep dan Tanjung Balai Karimun, PKSN terdapat di Batam dan Ranai. Lebih jelas mengenai arahan Struktur Ruang Provinsi Kepri berdasarkan RTRWN dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. : Arahan Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Sistem Perkotaan Nasional Jaringan Transportasi Nasional Wilayah Provinsi Jalan Sungai PKN PKW PKSN Bebas Laut Udara Hambatan Pel. Internasio nal : Bandar  Batam Udara (I/1) Pusat  Tanjungpi Penyeb nang Pel. aran (I/C/1)  Bata Nasional : Primer : WS  Terempa m  Tanjung  Hang Strategis (II/B) (I/A/1 Balai Nadim Nasional  Daik ) Karimun (I/1) : Lingga  Sima (III/3)  Pulau Batam (II/B) nggar Kepulau  Tanjung Batam (I/C/3)  Dabo – is an Riau pinang Bandar – Pulau (I/A/2 (III/3) Udara Pulau Singkep )  Pulau Pusat Bintan (II/B)  Ranai Sambu Penyeb (I-  Tanjung (I/A/2 (III/3) aran IV/A/1) Balai )  Dabo – Tersier : Karimun Singkep  Ranai (I/C/1) (III/3) (I/5)

 Ranai  Kijang (I/3) (IV/5)  Moro Sulit (III/3) Sumber : RTRWN

3 - 25

b. Arahan Pola Ruang Kepulauan Riau berdasarkan RTRWN

Arahan Pola Ruang di Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan RTRWN diarahkan pengembangannya dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif wilayah, dengan sektor unggulan yang dikembangkan adalah Sektor Industri, Sektor Kelautan, Sektor Pariwisata, Sektor Perikanan dan Sektor Pertambangan. Sedangkan untuk kawasan lindung nasional terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas berupa Taman Nasional Laut Anambas dan Kota Batam berupa Taman Wisata Alam Muka Kuning. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan pola ruang di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2. : Arahan Pola Ruang di Wilayah Provinsi Kepulauan Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Kawasan Kawasan Andalan dan Sektor Kawasan Strategis Provinsi Lindung Unggulan Nasional Nasional Kawasan Zona Batam – Tanjungpinang dan Sekitarnya - industri - (II/G/2) - Kelautan  Kawasan Perbatasan Laut - (I/E/2) - pariwisata RI termasuk 20 pulau kecil - (I/D/2) - perikanan terluar (Pulau Sentut, - (II/F/2) Tokong Malang Biru, Kawasan Natuna Damar, Mangkai, Tokong  Taman dan Sekitarnya Nanas, Tokong Belayar, Nasional - pertambangan - (I/C/2) Tokong Boro, Semiun, Laut - perikanan laut - (II/G/2) Sebetul, Sekatung, Anambas - (III/E/2) Senua, Subi Kecil, Kepala, (II/B/4) Kawasan Batu Mandi, Iyu Kecil, Kepulauan  Taman Andalan Laut Karimun Kecil, Nipa, Riau Wisata Batam dan Pelampong, Batu Alam - Perikanan Sekitarnya Berhanti, dan Nongsa) Muka - Pertambangan - (II/F/2) dengan negara Kuning - Pariwisata - (II/C/2) Malaysia/Vietnam/Singapu (Batam) - (I/E/2) ra (Provinsi Riau dan (I/B/6) Kawasan Kepulauan Riau) Andalan Laut (I/D/2)Kawasan Natuna dan  Kawasan Batam, Bintan, Sekitarnya dan Karimun (Provinsi  Perikanan Laut Kepulauan Riau) (I/A/2) - (II/G/2)  Ppertambangan - (I/C/2)  Pariwisata - (II/E/2)

Sumber : RTRWN

3 - 26

c. Arahan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Arahan kawasan strategis nasional untuk Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan kriteria RTRWN terdapat dua yaitu Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 Pulau Kecil terluar dan Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun. Untuk lebih jelasnya mengenai Kawasan Strategis Nasioal Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3. : Arahan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepuauan Riau Berdasarkan RTRWN

Sudut Status No. Kawasan Strategis Nasional Kota/Kabupaten Kepentingan Hukum Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Kab. Bintan Masih Nanas, Tokong Berlayar, Penggunaan Kab. Natuna Dalam Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sumberdaya Alam Kab. Kep. 1. Proses Sekatung, Senua, Subi Kecil, dan Teknologi Anambas Penetapan Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Tinggi Kab. Karimun Raperpres Karimun Kecil, Nipa, Kota Batam Pelampongm Batu Berhanti dan Nongsa) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura Perpres No. 87 Tahun 2011 Kab. Bintan tentang Kab. Karimun Kawasan Batam, Bintan, dan Rencana 2. Ekonomi Kota Batam Karimun Tata Ruang Kota Tanjung Kawasan Pinang Batam, Bintan dan Karimun. Sumber : RTRWN

3 - 27

3.1.2.2. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sesuai dengan arahan pada peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang pentaan ruangnya di priritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan beberapa kepentingan yaitu : a. Pertahanan dan keamanan; b. Pertumbuhan ekonomi; c. Sosial dan budaya; d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Adapun Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.4. : Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan RTRWN

Sudut Status No Kawasan Strategis Nasional Kepentingan Kota/Kabupaten Hukum

1. Kawasan Perbatasan Laut RI Pertahanan dan Kab. Bintan Masih termasuk 20 pulau kecil terluar Keamanan Kab. Natuna Dalam (Pulau Bintan, Pulau Sentut, Kab. Kep. Proses Tokong Malang Biru, Damar, Anambas Penetapan Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Kab. Karimun Raperpres Berlayar, Tokong Boro, Semiun, Kota Batam Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampongm Batu Berhanti dan Nongsa) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura

3 - 28

Sudut Status No Kawasan Strategis Nasional Kepentingan Kota/Kabupaten Hukum

2. Kawasan Batam, Bintan, dan Ekonomi Kab. Bintan Perpres Karimun No. 87 Kab. Karimun Tahun Kota Batam 2011 Kota Tanjung tentang Pinang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan dan Karimun.

Sumber : RTRWN

3.1.2.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14 yaitu : a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional. b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi. c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kaawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di wilayah Provinsi Kepulauan Riau adalah Kota Batam.

3 - 29

3.1.2.4. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah atau PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penetapan PKW dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14 yaitu : a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN b. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten dan atau c. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten

Pusat Kegiatan Wilayah berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah Di Provinsi Kepulauan Riau meliputi Kota Tanjungpinang, Pulau Terempa Kabupaten Anambas, Kabupaten Lingga (Daik, Dabo – Pulau Singkep) dan Kabupaten Karimun.

3.1.2.5. RTR Provinsi Kepulauan Riau

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut RTRWP adalah rencana struktur tata ruang provinsi yang mengatur struktur dan pola tata ruang provinsi. Rencana struktur ruang dan Pola ruang RTRWP Kepulauan Riau akan diuraikan sebagai berikut.

1. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Provinsi merupakan kerangka tata ruang wilayah provinsi yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah provinsi merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kab./kota, yang terdiri atas:

3 - 30

a. PKN yang berada di wilayah Provinsi; b. PKW yang berada di wilayah Provinsi; c. PKL yang berada di wilayah Provinsi; d. PKSN yang berada di wilayah Provinsi; dan e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah provinsi yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah provinsi.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang terdiri atas gugusan- gugusan pulau yang letaknya saling berjauhan, sehingga perlu adanya keterkaitan antar pulau untuk menjadikan provinsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh. Perwujudan dari pengembangan keterpaduan pusat- pusat kegiatan tersebut antara lain melalui pemantapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) serta pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Selain itu kawasan-kawasan perkotaan di pulau-pulau kecil didorong pengembangannya sebagai kota pesisir dengan menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai leading sector dalam pengembangan ekonomi wilayahnya, serta menjadikan laut sebagai halaman depan dan orientasi pembangunan.

Tabel 3.5 : Pusat-Pusat Kegiatan di Provinsi Kepulauan Riau

No. Kota Fungsi Arahan

a. Pusat pemerintahan Kota Batam. b. Kawasan investasi internasional. c. “Pusat keunggulan” (center of excellent) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun. d. Pusat kawasan industri, perdagangan dan jasa Provinsi Kepulauan Riau. e. Simpul utama (main outlet) transportasi laut dan udara skala nasional dan internasional. 1. Batam PKN / PKSN f. Pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong perkembangan wilayah perbatasan. g. Pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional. h. Kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional. i. Kawasan alih muat kapal (transhipment point). j. Kawasan pariwisata.

3 - 31

No. Kota Fungsi Arahan

a. Pusat pemerintahan Kabupaten Natuna b. Pusat pertumbuhan kawasan perbatasan negara. c. Pintu gerbang Indonesia ke wilayah internasional. d. Kawasan untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional. e. Pusat pelayanan, ekspor serta akses ke 2. Ranai PKSN pasar global. f. Simpul transportasi laut nasional dan internasional. g. Simpul transportasi udara nasional. h. Pusat koleksi dan distribusi skala regional dan nasional. i. Kawasan pengembangan industri pendukung perikanan dan kelautan. j. Pusat perdagangan dan jasa skala regional. a. Pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. b. Pusat pemerintahan Kota Tanjungpinang. c. Pusat koleksi dan distribusi barang skala provinsi. d. Pusat kegiatan industri pendukung PKN Batam. 3. Tanjungpinang PKW e. Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam, Bintan dan Karimun. f. Simpul transportasi laut nasional dan simpul transportasi udara nasional. g. Pusat perdagangan dan jasa skala provinsi. h. Pendukung kegiatan pariwisata. i. Kawasan pendidikan. a. Pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas. b. Simpul transportasi laut skala nasional. c. Pusat koleksi dan distribusi skala regional. d. Pusat kegiatan perdagangan dengan lingkup 4. Tarempa PKW pelayanan lokal dan regional. e. Sentra produksi perikanan dan kelautan. f. Pengembangan industri pendukung dan pengolahan perikanan. g. Kawasan pariwisata. h. Kota transit lalu lintas pelayaran. a. Pusat pemerintahan Kabupaten Lingga. b. Pusat perdagangan dan jasa skala regional. c. Pusat koleksi dan distribusi skala regional. d. Pusat pengembangan industri hasil-hasil pertanian. 5. Daik PKW e. Sentra pengembangan kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, dan kehutanan f. Kawasan pariwisata. g. Pusat pelayanan transportasi laut skala regional dan lokal.

3 - 32

No. Kota Fungsi Arahan

a. Pusat pelayanan untuk Pulau Singkep dan sekitarnya. b. Pusat pertumbuhan perdagangan dan jasa skala regional. c. Pusat koleksi dan distribusi skala regional. 6. Dabo PKW d. Kegiatan pertanian/perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata. e. Pusat pelayanan transportasi udara skala regional. f. Simpul transportasi laut skala nasional. a. Pusat pemerintahan Kabupaten Karimun. b. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun. Tanjungbalai c. Kawasan perdagangan dan pelayanan jasa 7. Karimun PKW serta pariwisata. d. Pusat koleksi dan distribusi tingkat regional. e. Simpul transportasi laut nasional dan transportasi udara regional. f. Pengembangan industri pengolahan hasil pertambangan, perikanan dan kelautan. a. Pusat pemerintahan Kabupaten Bintan. b. Pusat kegiatan utama dengan skala pelayanan kabupaten. 8. Bandar Seri Bintan PKL c. Kawasan pariwisata. d. Pusat perdagangan dan jasa skala lokal. e. Simpul transportasi laut. a. Kawasan industri pendukung Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun. b. Pusat koleksi dan distribusi. 9. Tanjung Uban PKL c. Simpul pelayanan transportasi laut lokal. d. Simpul penghubung PKN Batam dengan wilayah Kabupaten Bintan. e. Kawasan pariwisata. f. Kawasan industri dan jasa. a. Kawasan perdagangan dan jasa lokal. b. Kawasan industri maritim. c. Kawasan pertanian dan perikanan. d. Pusat koleksi dan distribusi lokal. 10. Kijang PKL e. Simpul pelayanan transportasi skala nasional. f. Kawasan pertambangan. g. Pengembangan kawasan pariwisata. a. Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan. b. Kawasan perdagangan dengan lingkup pelayanan lokal. 11. Letung PKL c. Kawasan pertanian. d. Kawasan industri perikanan dan kelautan. e. Kawasan pariwisata. f. Simpul pelayanan transportasi laut regional.

3 - 33

No. Kota Fungsi Arahan

a. Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan dan kelautan. b. Pusat industri pengolahan perikanan dan kelautan . 12. Tebangladan PKL c. Kawasan perdagangan lokal. d. Kawasan pariwisata. e. Pusat pengolahan minyak dan gas. f. Simpul pelayanan transportasi laut lokal. g. Simpul transportasi udara skala regional. a. Pengembangan kegiatan pertanian. b. Kawasan perikanan dan kelautan. 13. Pancur PKL c. Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian. d. Simpul pelayanan transportasi laut lokal. a. Pusat koleksi dan distribusi hasil perikanan serta kelautan. b. Kawasan pertanian, perkebunan dan 14. Senayang PKL perikanan. c. Simpul pelayanan transportasi laut lokal. d. Kawasan pengembangan wisata bahari. a. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun. 15. Meral PKL b. Kawasan industri maritim. c. Kawasan perdagangan dan jasa lokal. d. Kawasan pertambangan. a. Simpul transit skala regional dan antar pulau. b. Pusat perdagangan dan jasa skala lokal. c. Kawasan pariwisata, pertanian, perkebunan dan perikanan. 16. Tanjung Batu PKL d. Pusat koleksi dan distribusi lokal. e. Kawasan pendukung pengembangan industri Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun. a. Pusat koleksi dan distribusi lokal. b. Pusat kegiatan perikanan. 17. Moro PKL c. Pengembangan kawasan pertambangan. d. Simpul transportasi laut nasional. a. Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. 18. Sedanau PKL b. Pusat perdagangan skala lokal. c. Simpul pelayanan transportasi skala regional. a. Pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian dan kelautan. 19. Serasan PKL b. Simpul pelayanan transportasi laut skala regional. Sumber : Draf RTRW Provinsi Kepulauan Riau

3 - 34

Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah provinsi. Upaya pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Provinsi Kepulauan Riau meliputi sistem transportasi darat (mencakup aspek-aspek pola dan sistem jaringan jalan yang berhirarki, serta terminal), sistem transportasi laut, serta sistem transportasi udara. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Provinsi Kepulauan Riau, terbagi atas :

a. Sistem Transportasi a. Sistem transportasi darat yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi darat dengan teknologi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan wilayah, meliputi pengembangan sistem jaringan jalan dan jembatan dan pengembangan jaringan pelayanan, Adapun arahan pengembangan jaringan transportasi jalan di Provinsi Kepulauan Riau dilakukan melalui program- program sebagai berikut:

. Meningkatkan kondisi jalan.

. Manajemen lalu lintas di daerah perkotaan.

. Membangun jaringan jalan baru yang dapat mencapai pelosok pulau.

. Menghubungkan ibu kota kabupaten dengan simpul-simpul transportasi utama.

. Tercipta sinergi dengan moda transportasi lainnya.

. Meningkatkan pelayanan angkutan umum Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP).

. Pengembangan terminal dan sub-terminal yang terintegrasi.

b. Sistem transportasi laut, yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi laut dengan teknologi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan wilayah, Sebagai akses utama arus keluar maupun masuk penumpang dan barang melalui transportasi laut, maka pelayanan angkutan dibagi menjadi:

3 - 35

1) Angkutan Laut Dalam Negeri Pada Provinsi Kepulauan Riau, rute pelayanan dan pelabuhan yang melayani angkutan laut dalam negeri ini meliputi :  Angkutan penumpang untuk domestik regional – nasional;  Angkutan penumpang untuk domestik antar pulau (regional);  Angkutan barang yang bertaraf domestik regional – nasional;  Angkutan barang yang bertaraf domestik antar pulau (regional). 2) Angkutan Laut Luar Negeri  Angkutan penumpang untuk internasional;  Angkutan barang yang bertaraf internasional. 3) Angkutan Laut Khusus. Angkutan laut khusus merupakan kegiatan pelayanan angkutan yang dilakukan oleh badan usaha untuk menunjang usaha pokok untuk kepentingan sendiri dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia. 4) Angkutan Laut Pelayaran Rakyat Angkutan laut pelayaran rakyat merupakan kegiatan pelayanan angkutan usaha masyarakat yang bersifat tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai peranan yang penting dan karakteristik tersendiri. c. Sistem jaringan transportasi udara, yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi udara dengan teknologi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan wilayah. Transportasi udara merupakan sarana transportasi yang efektif digunakan untuk angkutan jarak jauh. Hal ini dikarenakan transportasi udara memiliki kecepatan dan jangkuan yang cukup fleksibel, serta hampir disetiap wilayah atau daerah yang memiliki sarana lapangan terbang dapat disinggahi. Adapun sarana perhubungan udara yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau meliputi :

3 - 36

 Bandar Udara Hang Nadim di Kota Batam sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub) dengan skala pelayanan primer. Bandar udara ini memiliki status sebagai Bandar Udara Internasional / Embarkasi klasifikasi kelas utama.

 Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub) dengan skala pelayanan tersier. Bandara ini memiliki status sebagai bandar udara Internasional.

 Bandar Udara Ranai di Natuna sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub) dengan skala pelayanan tersier.

 Bandar udara Sei Bati di Tanjung Balai Karimun sebagai Bandar Udara Pengumpan (spoke) dengan skala penunjang pelayanan kegiatan lokal.

 Bandar Udara Dabo di Kabupaten Lingga sebagai Bandar Udara Pengumpan (spoke) dengan skala penunjang pelayanan Kegiatan Lokal.

 Bandar Udara Khusus Matak di Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai Bandar Udara Pengumpan (spoke) dengan skala penunjang pelayanan Kegiatan Lokal. b. Sistem Jaringan Energi

Rencana sistem jaringan energi di Provinsi kepulauan Riau,meliputi rencana penyediaan jaringan pipa minyak dan gas bumi, sistem jaringan energi listrik, dan sistim jarinagn sumber air.

a. Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi Berdasarkan data terakhir status 1 Januari 2012 diketahui potensi cadangan minyak di Provinsi Kepulauan Riau ini sebesar 108,84 MMSTB (Juta Standart Tank Barrel) dan gas bumi sebesar 50,27 TSCF (Trilion Standart Cubic Feet), cadangan minyak dan gas bumi tersebut terbukti dan potensial. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor : 0225 K/11/MEM/2010 tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional Tahun 2010- 2025 diketahui bahwa Gas Bumi yang masuk ke Provinsi

3 - 37

Kepulauan Riau melewati Pulau Pemping- Batam direncanakan melaui 3 (tiga) jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi yaitu :

 Jalur pipa gas bumi Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan tata ruang untuk jalur pipanisasi gas Grissik (sumsel) – Batam – Singapure sebagai operator PT. Transportasi Gas Indonesia (TGI) dengan total panjang pipa 477 KM, diameter pipa 28 inchi dan kapasitas gas 350 mmscf/hari (existing line).

 Jalur pipa gas WNTS (West Natuna Transportasion System) Laut Natuna – Singapura dengan total panjang 640 KM, diameter pipa 28 inchi dan kapasitas gas 700 mmscf/hari (existing line), selanjutnya akan direncanakan pembangunan dari pipa WNTS Tie in (Hot Tap) ke Pulau Pemping dengan jarak 5,5 km akan dibangun Premier Oil kemudian jaringan pipa gas dari Pulau Pemping ke PLTG Tanjung Uncang Batam sepanjang 13,7 km dibangun PT PLN Batam dan PT. UBE, yang dijadwalkan tahun 2015 beroperasi.

 Jalur pipa gas Natuna D Alpha - Batam – Duri yang sumber gas dari blok Natuna D Alpha dengan panjang pipa 740 KM (rencana). b. Sistem Kelistrikan

Adapun arahan pengembangan jaringan prasarana energi listrik di Provinsi Kepulauan Riau dilakukan melalui:

 Pengembangan kelistrikan yang mampu mendukung kegiatan industri, perdagangan, jasa, dan perumahan.

 Penyediaan kelistrikan ini lebih diprioritaskan untuk mendukung kegiatan perekonomian terutama kegiatan industri pada Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam Bintan Karimun serta pada Kawasan Strategis Provinsi selain di kabupaten/kota lainnya se-Provinsi Kepulauan Riau.

 Pemerataan penyediaan dan pengembangan jaringan prasarana listrik di Provinsi Kepulauan Riau untuk terpenuhinya akses listrik

3 - 38

terutama pada masyarakat desa tidak mampu, pulau-pulau terdepan, daerah terpencil serta daerah perbatasan.

 Peningkatan kapasitas produksi listrik di Provinsi Kepulauan Riau untuk meminimalisir masalah krisis listrik.

 Pengembangan jaringan distribusi listrik pada kawasan perkotaan di Provinsi Kepulauan Riau diarahkan menggunakan saluran kabel bawah tanah.

 Pengembangan untuk interkoneksi antar pulau diarahkan dengan menggunakan saluran kabel/pipa bawah laut, atau memanfaatkan rencana jembatan penghubung antar pulau.

 Guna memperluas jaringan transmisi listrik dilakukan melalui pengadaan gardu induk baru.

 Untuk pengembangan pembangkit tenaga listrik Provinsi Kepulauan Riau diarahkan melalui pembangunan PLTG, PLTU, PLTD dan energi alternatif lainnya dengan mengutamakan pemanfaatan potensi energi daerah setempat (tenaga surya, gas, angin, panas bumi dan air). Hal ini didukung dengan kondisi geografis yang potensial bagi pengembangan sumber daya energi alternatif, misalnya bersumber dari energi arus pasang surut air laut terutama di alur celah antar pulau yang mempunyai kecepatan arus yang cukup besar. Selain itu, sangat potensi untuk dikembangkan sumber energi alternatif dari sumber tenaga angin. Untuk pengembangan energi alternif di pulau-pulau atau desa yang sulit dijangkau direncanakan untuk menggunakan energi tenaga surya.

 Untuk memperpendek rentang kendali agar PLN dapat lebih fokus dalam menjalankan pengembangan permasalahan kelistrikan di Provinsi Kepulauan Riau, perlu dibentuk Kantor Wilayah kerja PLN di Kepulauan Riau.

 Perencanaan tata ruang untuk jalur interkoneksi telah direncanakan dalam bentuk peta yang merupakan bagian RTRW Provinsi Kepulauan Riau.

3 - 39

c. Sumber Daya Air

Pengembangan sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air dan mengendalikan daya rusak akibat air. Pengelolaan sistem sumber daya air di Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas sumber air dan prasarana sumber daya air. Pengelolaan sumber air terutama air baku di Provinsi Kepulauan Riau pada umumnya berasal dari sungai, waduk/dam, kolong, estuari, air tanah dan sumber mata air. Sementara itu prasarana pengelolaan sumber daya air terdiri atas infrastruktur penyediaan air baku, pengendalian banjir, irigasi, pengamanan pantai serta bangunan air lainnya yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air.

2. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang di wilayah Provinsi Kepulauan Riau terbagi atas 2 pemanfaatan utama, yaitu pemanfaatan untuk kawasan lindung dan pemanfaatan untuk kegiatan budidaya.

A. Rencana Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama menjaga kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya buatan yang merupakan modal dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan. Arahan kebijakan pemantapan kawasan lindung adalah:

 Bagian kawasan dengan fungsi sebagai suaka harus dilindungi.

 Di dalam kawasan tersebut tidak boleh ada kegiatan lain, kecuali kegiatan untuk menjaga fungsi kawasan tersebut.

 Kawasan lindung setempat meliputi sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan waduk/kolong, dan kawasan dengan faktor kawasan pembatas lereng/ketinggian dimanfaatkan dengan tanaman tahunan yang berfungsi untuk reboisasi.

3 - 40

3 - 41

3 - 42

B. Rencana Kawasan Budi Daya

Kawasan budidaya merupakan kawasan daratan yang berpotensi untuk dikembangkan baik untuk kepentingan usaha produksi maupun pemukiman penduduk, adapun kawasan budi daya yang terdapat di provinsi Kepulauan Riau dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu: Kawasan peruntukan hutan produksi, Kawasan peruntukan pertanian,Kawasan peruntuan perikanan, Kawasan peruntukan pertambangan, Kawasan peruntukan industry, Kawaswan peruntukan pariwisata, Kawasan peruntukan permukiman dan Kawasan budi daya lainnya, meliputi: Kawasan Militer, Kawasan Pembangkit listrik, Kawasan Pengolahan Limbah dan Kawasan Tempat Pembuangan Sampah Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur ruang wilayah Provinsi Kepulauan Riau, dapat dilihat pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 berikut ini.

3.1.2.6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungpinang

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya dan mengatur rencana struktur dan pola ruang wilayah kota.

1. Struktur Ruang Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat- pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi: 1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota; 2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat- pusat pelayanan kota; Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang meliputi: 1. Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional 2. Sub pusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota 3. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota

3 - 43

3 - 44

Rencana struktur ruang disusun bertujuan untuk mewujudkan efisiensi pemanfaatan ruang, keserasian pengembangan ruang, dan keefektifan sistem pelayanan. Struktur ruang yang direncanakan dengan mempertimbangkan potensi dan masalah pengembangan kota serta kebijakan pengembangan wilayah sekitarnya yang ditetapkan oleh tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi, baik tingkat Provinsi maupun tingkat Nasional. Rencana pengembangan pusat kegiatan di Kota Tanjungpinang juga mengacu pada kriteria sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Untuk Pusat Kegiatan Nasional yang dipromosikan oleh kota disebut PKNp, Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh kota disebut PKWp dan Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan disebut PKLp. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan Gambar 3.7 berikut ini.

Tabel 3.6 : Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Tanjungpinang Jangkauan No. Pusat Pelayanan Fungsi Pelayanan I. Pusat Kota :  Pusat Pemerintahan Kota  Pusat kegiatan perdagangan dan jasa internasional, nasional, dan regional Melayani Sub Pusat  Simpul transportasi Kota dan Pusat penumpang laut Senggarang Pelayanan internasional Lingkungan  Kawasan Pusat Bisnis

(CBD)  Perkantoran swasta  Pendidikan Tinggi  Permukiman  Pariwisata II. Sub Pusat Kota  Pusat Perdagangan dan Melayani Pusat Jasa Lingkungan :  Perkantoran Swasta  Tanjungpinang Kota Lama  Permukiman Barat  Wisata Belanja dan Budaya  Tanjungpinang  Pertahanan laut Kota dan Pulau

3 - 45

Jangkauan No. Pusat Pelayanan Fungsi Pelayanan Penyengat  Kampung Bulang dan Tanjung Unggat  Tanjung Ayun Sakti  Pusat kegiatan industri non polutan; Melayani Pusat  Perdagangan dan jasa; Lingkungan : Simpang KM 14 Air  Simpul transportasi;  Air Raja

Raja  Pertahanan militer;  Kota Piring  Kawasan lindung;  Pinang Kencana  Permukiman; dan  Kota Rebah  Pariwisata  Pusat Pemerintahan Provinsi;  Kawasan lindung; Melayani Pusat  Pusat kegiatanIndustri Lingkungan : berorientasi ekspor  Dompak Batu Sembilan  Simpul transportasi laut Seberang dan darat internasional,  Pulau Dompak nasional, dan regional.  Batu Sembilan  Pusat pendidikan tinggi;  Sungai Jang  Perdagangan dan jasa; dan  Permukiman. III. Pusat Lingkungan  Tanjungpinang Barat  Tanjungpinang Kota dan Pulau Penyengat  Kampung Bulang dan Tanjung Unggat  Tanjung Ayun Sakti  Air Raja Pusat permukiman skala  Kota Piring Antar kelurahan/desa lingkungan  Pinang Kencana  Kota Rebah  Dompak Seberang  Pulau Dompak  Batu Sembilan  Sungai Jang  Kampung Bugis  Tanjung Sebauk  Kampung Madong Sumber : RTRW Kota Tanjungpinang

3 - 46

3 - 47

Sistem jaringan prasarana wilayah Kota Tanjungpinang meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah Kota. Upaya pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Kota Tanjungpinang meliputi sistem transportasi darat (mencakup aspek-aspek pola dan sistem jaringan jalan yang berhirarki, serta terminal), sistem transportasi laut, serta sistem transportasi udara. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Kota Tanjungpinang, terbagi atas :

1. Sistem Jaringan Transportasi

Pengembangan sistem transportasi dilakukan secara terintegrasi yang meliputi rencana pengembangan transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. a. Transportasi Darat 1) Jaringan Jalan Berdasarkan karakteristik geografis Kota Tanjungpinang yang merupakan wilayah kepulauan dan sebagai bagian dari Provinsi Kepulauan Riau, maka pengembangan jaringan jalan di wilayah Kota Tanjungpinang diarahkan pada fungsi arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal. Secara keseluruhan rencana pengembangan jaringan jalan yang terdapat di Kota Tanjungpinang adalah:

a) Pembangunan jaringan jalan baru

Beberapa rencana pembangunan jaringan jalan baru yang meghubungkan simpul-simpul di Kota Tanjungpinang, antara lain:

. Pembangunan dan Peningkatan Ruas Jalan Sei Carang- Senggarang (ke lokasi pusat pemerintahan).

. Pembangunan Jalan Bandara-Terminal Bintan Center . Pembangunan Ruas Jalan R.H. Fisabilillah-Batas Kota Kijang (Wacopek).

3 - 48

. Pembangunan dan Peningkatan ruas jalan di dalam Kota Baru Senggarang

. Pembangunan Jalan lingkar di Pulau Dompak. . Pembangunan Jalan Lintas Utara yang menghubungkan Pelabuhan Tg Geliga Sebauk-Madong - KM 14 (daerah KPBPB).

. Pembangunan ruas jalan Batu 14 Arah Tg Uban-Bandara (Lintas Utara).

. Pembangunan jalan Bandara-Pelabuhan Tanjung Mocoh. b) Peningkatan jalan Peningkatan kondisi jalan di Kota Tanjungpinang merupakan perbaikan kondisi jalan yang sudah ada dan pelebaran jalan. Adanya peningkatan kondisi jalan ini akan meningkatkan aksesibilitas pada dua wilayah yang dihubungkan oleh ruas jalan tersebut. Kebutuhan peningkatan jalan meliputi:

. Peningkatan Jalan ruas jalan Kota Piring-Air Raja.

. Peningkatan jalan menuju bandara Raja Haji Fisibilillah. . Peningkatan Jalan DI Panjaitan Km 6-Kota Piring-KM 10- Batas Kota.

. Peningkatan Ruas Jl. Brigjen Katamso-Jl. MT Haryono, Jl. Gatot Subroto,Jl. R Ali Haji.

. Peningkatan Jl. RE Martadinata- Kijang Lama berlokasi di Kec. Tanjungpinang Timur (jalur angkutan barang dari pelabuhan Sri Payung Batu Enam).

. Peningkatan Ruas JL. Bakar Batu, Jl. Kemboja, Jl. Merdeka, Jl. Hang Tuah dan Jl. Senggarang-Sebauk di Kec. Tanjungpinang Kota.

. Peningkatan jalan Tugu Pahlawan, Jl. Dr. , Jl. Ir. Sutami, Jl. Hatta, Jl. Ir Juanda, Jl. Sunaryo, Jl. dan Jl. Engku Putri.

. Peningkatan kondisi dan fungsi jalan di lingkar Ganet.

3 - 49

. Peningkatan jalan menuju Pelabuhan Air Raja, Kampung Bugis, Tanjung Ayun Sakti, Dompak Seberang, Tanjung Unggat, Sri Payung BatuEnam dan Kampung Lama.

. Peningkatan jalan menuju terminal tipe C di Senggarang, Batas Kota Kijang, batas kota ke Tanjung Uban dan Dompak.

2) Pembangunan Jembatan

Dalam rangka menghubungkan kawasan yang dibatasi oleh sungai dengan pusat-pusat kegiatan lainnya, maka pembangunan jembatan mutlak dilakukan. Untuk itu, selain pengembangan jaringan jalan, juga dilakukan pembangunan jembatan yang berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas antar dua wilayah yang dipisahkan oleh sungai. Disamping itu pembangunan jembatan ini juga bertujuan untuk mendukung perkembangan kota di masa datang. Dengan adanya aksesibilitas yang lebih baik, diharapkan perkembangan kota akan menjalar ke kawasan-kawasan tersebut.

Adapun kebutuhan pembangunan jembatan yang direncanakan meliputi:

a) Jembatan Gugus berlokasi di Kecamatan Tanjungpinang Timur.

b) Jembatan Terusan berlokasi di perbatasan Kec. Tanjungpinang Timur dan Kec. Tanjungpinang Kota.

c) Jembatan Sei Ladi dan Jembatan Tanjung Lanjut di Kec. Tanjungpinang Kota.

d) Jembatan Sungai Timun atau Pinang Marina yang menghubungkan Kec. Tanjungpinang Kota dengan Tanjungpinang Barat dimana lokasi Kota Baru Senggarang yang direncanakan sebagai pusat pemerintahan yang baru berada.

e) Jembatan Tanjung Unggat – Kampung Bulang;

f) Jembatan Pulau Dompak – Kawasan Pantai Impian;

g) Jembatan Dompak Seberang – Kampung Lama Dompak; dan

h) Jembatan Madong – Sei Nyirih.

3 - 50

3) Prasarana Lalulintas dan angkutan Jalan

Pengembangan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi pengembangan terminal penumpang dan angkutan transportasi massal.

a) Pengembangan Terminal

Pembangunan terminal dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan lalu lintas yang lancar, aman, nyaman, tertib, selamat dan berwawasan lingkungan. Letak terminal ini disesuaikan dengan pola perjalanan angkutan orang, jaringan jalan serta pengembangan kota, terutama kawasan-kawasan yang terisolir, sehingga pemerataan pembangunan dapat terwujud. Terminal angkutan penumpang dibagi atas tiga tipe terminal seperti yang dimuat dalam KM No.31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan. Pengembangan terminal di wilayah Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini :

Tabel 3.7. : Arahan Pengembangan Sistem Terminal di Kota Tanjungpinang

No Tipe Lokasi Terminal Jenis Terminal

1 B Bintan Center Penumpang

2 C Kawasan Tanjung Mocoh Barang

3 C Kawasan Tanjung Geliga Barang

4 C Kawasan tanjung Batu Sawah Barang

5 C KM 14 (Batas Kota Kijang) Penumpang

Jalan Utama Tanjung Uban (Batas Kota 6 C Penumpang Tj.Pinang)

7 C Kawasan Kota Lama Penumpang

8 C Dompak seberang Penumpang Sumber : RTRW Kota Tanjungpinang

3 - 51

b) Pengembangan Jembatan Timbang Barang

Selain rencana pengembangan terminal, Kota Tanjungpinang juga merencanakan adanya pengembangan jembatan timbang barang sebagai salah satu fasilitas dari pengembangan terminal tipe C dengan peruntukan sebagai terminal barang. Rencananya pengembangan jembatan timbang ini akan dibangun pada kawasan terminal barang di Kawasan Tanjung Mocoh, Kawasan Tanjung Geliga dan Kawasan Tanjung Batu Sawah. c) Pengembangan Unit Pengujian Kendaraan Bermotor

Sebagai salah satu pengembangan transportasi darat, pengembangan unit pengujian kendaraan bermotor juga direncanakan di Kota Tanjungpinang. Pengembangan unit pengujian kendaraan bermotor direncanakan akan dikembangkan di Balai Pengujian kendaraan Bermotor Kota Tanjungpinang. d) Pengembangan Angkutan Massal

Rencana pengembangan jaringan pelayanan angkutan orang dengan BRT di Kota Tanjungpinang disesuaikan dengan rencana pengembangan terminal yang ada di Kota Tanjungpinang. Di Kota Tanjungpinang diusulkan 5 (lima) koridor BRT yang melayani perjalanan penduduk dengan angkutan umum. Lintasan masing-masing koridor adalah:

. Koridor 1 : Tanjungpinang Kota - Bintan Center - Batas Kota Tanjung Uban

. Koridor 2 : Tanjungpinang Kota - Bintan Center - Batas Kota Kijang

. Koridor 3 : Senggarang - Batas Kota Tanjung Uban

. Koridor 4 : Senggarang - Bintan Center - Batas Kota Kijang

. Koridor 5 : Batas Kota Tanjung Uban - Bintan Center - Dompak

3 - 52

b. Transportasi Laut

Sistem transportasi laut, yang didukung oleh prasarana dan sarana transportasi laut dengan teknologi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan wilayah, Sebagai akses utama arus keluar maupun masuk penumpang dan barang melalui transportasi laut, Pengembangan sistem transportasi laut sangat berkaitan erat dengan pergerakan barang dan penumpang terutama untuk menghubungkan setiapkota dengan wilayah lainnya guna melayani kegiatan produksi dan perdagangan, maka pelayanan angkutan dibagi menjadi :

a) Angkutan laut dalam negeri; di Kota Tanjungpinang, angkutan laut dalam negeri ini meliputi:

. Angkutan penumpang untuk domestik regional-nasional, guna menghubungkan dengan kota-kota lain yang ada di wilayah Indonesia akan dilayani oleh Pelabuhan Sri Bintan Pura dan Tanjung Geliga.

. Angkutan penumpang untuk domestik antar pulau (regional), guna menghubungkan pulau-pulau yang ada di wilayah Kepulauan Riau, dilayani oleh Pelabuhan Sri Bintan Pura.

. Angkutan barang yang bertaraf domestik regional-nasional, dilayani oleh Sri Payung, dan Tanjung Mocoh.

. Angkutan barang yang bertaraf domestik antar pulau (regional) dan lokal, guna menghubungkan pulau-pulau yang ada di wilayah Kepulauan Riau, dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Unggat, Pelantar II dan Sei Jang.

b) Angkutan laut luar negeri; Untuk angkutan laut luar negeri di Kota Tanjungpinang terdiri atas :

. Angkutan penumpang untuk internasional, guna menghubungkan dengan negara tetangga, yang dilayani oleh Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Mocoh, Dompak, dan Tanjung Geliga.

. Angkutan barang yang bertaraf internasional, dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Mocoh.

3 - 53

c) Angkutan laut khusus; Angkutan laut khusus merupakan kegiatan pelayanan angkutan yang dilakukan oleh badan usaha untuk menunjang usaha pokok untuk kepentingan sendiri dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan diawaki oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia. d) Angkutan laut pelayaran rakyat; merupakan kegiatan pelayanan angkutan usaha masyarakat yang bersifat tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai peranan yang penting dan karakteristik tersendiri. c. Transportasi Udara

Transportasi udara sangat efektif digunakan untuk melayani angkutan jarak jauh. Hal ini dikarenakan jangkauan kecepatan dan daya jangkauannya yang cukup fleksibel dan hampir di setiap wilayah/daerah yang memiliki sarana lapangan terbang, maka dapat disinggahi. Untuk melayani angkutan transportasi udara, saat ini di Kota Tanjungpinang terdapat satu buah bandara, yaitu Bandara Raja Haji Fisabilillah Kota Tanjungpinang telah memiliki fasilitas standar untuk pengoperasian pesawat terbang jenis Boeing 737-series secara optimal. Dengan demikian akan membuka akses jaringan penerbangan yang lebih luas yang pada akhirnya dapat menunjang kegiatan pemerintahan, perdagangan, industri dan pariwisata sesuai dengan Visi Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Industri, Pariwisata serta Pusat Budaya Melayu. Sesuai dengan arahan RTRWN, Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang ditetapkan sebagai Bandar Udara Pengumpul (hub) dengan skala pelayanan tersier.

2. Sistem Jaringan Energi

Rencana pengembangan jaringan prasarana energi terutama prasarana energi listrik di Kota Tanjungpinang diarahkan untuk terlaksananya penyediaan dan keseimbangan pemasokan kebutuhan listrik di seluruh wilayah Kota Tanjungpinang terutama bagi kegiatan sosial ekonomi dan kebutuhan rumah tangga.

3 - 54

Arahan pengembangan jaringan prasarana energi listrik di Kota Tanjungpinang berdasarkan RTRWP Kepulauan Riau dilakukan melalui:

1. Pengembangan kelistrikan yang mampu mendukung kegiatan industri, perdagangan, jasa, dan perumahan. 2. Penyediaan kelistrikan ini lebih diprioritaskan untuk mendukung kegiatan perekonomian terutama kegiatan industri pada Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam Bintan Karimun serta pada Kawasan Strategis Provinsi. 3. Pemerataan penyediaan dan pengembangan jaringan prasarana listrik di Provinsi Kepulauan Riau terutama pada pulau-pulau terluar. 4. Pengembangan jaringan distribusi listrik pada kawasan perkotaan di Provinsi Kepulauan Riau diarahkan menggunakan saluran kabel bawah tanah. 5. Pengembangan untuk interkoneksi antar pulau diarahkan dengan menggunakan saluran pipa bawah laut. 6. Guna memperluas jaringan transmisi listrik dilakukan melalui pengadaan gardu induk baru.

7. Untuk pengembangan pembangkit tenaga listrik Provinsi Kepulauan Riau diarahkan melalui pembangunan PLTG, PLTU, PLTD dan energi alternatif lainnya.

3. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pengembangan layanan telekomunikasi wilayah Provinsi Kepulauan Riau perlu diarahkan ke perkotaan-perkotaan yang telah menunjukkan prospek perkembangan yang baik tersebut dengan menambah kapasitas Satuan sambungan Telepon (SST) pada STO- STO yang sudah ada. Untuk STO- STO di perkotaan yang rate of occupancy-nya rendah, penambahan SST dilakukan secara bertahap dalam jangka menengah dan panjang setelah kapasitas SST terpasang terisi seluruhnya. Selanjutnya, dalam rangka menyeimbangkan perkembangan antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, dan sebagai bagian dari upaya mempercepat perkembangan kawasan-kawasan yang masih tertinggal, pengembangan layanan telekomunikasi perlu diarahkan ke

3 - 55

kawasan-kawasan dimaksud. Pengembangan layanan dilakukan dengan memperluas jaringan dan jangkauan sistem telekomunikasi yang sudah ada, khususnya melalui penyediaan STO-STO berkapasitas kecil sampai dengan sedang menggunakan transmisi UHF dan atau “rural radio”. Kota Tanjungpinang dalam sistem jaringan telekomunikasi yang ditetapkan di Pulau Bintan berfungsi sebagai lokasi sentral telekomunikasi, sedangkan lokasi lain yang ditetapkan adalah Bandar Seri Bintan.

4. Sistem Prasarana Sumberdaya Air a. Wilayah Sungai Wilayah sungai yang berada di Kota Tanjungpinang yaitu wilayah sungai Kep. Batam – Bintan yang merupakan wilayah sungai strategis nasional yang mencakup Daerah Aliran Sungai (DAS) Terusan, DAS Ladi, DAS Jang, dan DAS Dompak. b. Sistem Jaringan Air Bersih Pengembangan sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh penduduk untuk mendapatkan air dan mengendalikan daya rusak akibat air. Sumberdaya air yang terdapat di wilayah Kota Tanjungpinang meliputi air permukaan (sungai, danau/kolong, rawa). Sungai-sungai yang terdapat di Kota Tanjungpinang antara lain Sungai Gugus,Sungai Jang, Sungai Terusan, Sungai Papah, Sungai Mentoi, Sungai Sri Payung,Sungai Toucang, Sungai Dompak dan Sungai Nibung Angus. Walaupun sungai-sungai termasuk sungai kecil, namun dalam pemanfaatannya harus dikelola dengan cermat agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam kehidupannya. Pengelolaan sungai yang tidak baik dapat mengakibatkan bencana namun pengelolaan sungai yang baik dapat memberikan nilai tambah kepada manusia antara lain untuk air minum dan mengairi lahan pertanian. Arahan rencana pengembangan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Tanjungpinang, adalah a) Pembangunan dan pengembangan Kolong-kolong yang potensial sebagai reservoir air, seperti: Kolong Komplek Korem dan Kolong Sungai Nyirih sebagai alternatif sumber air bersih.

3 - 56

b) Sebelum disalurkan ke konsumen, air perlu diolah sehingga sesuai dengan standar kualitas air bersih yang ditangani oleh perusahaan tertentu, seperti: PAM atau PDAM. c) Menjaga dan melindungi sumber air bersih dengan memberi kawasan perlindungan pada setiap wilayah sumber air. Secara garis besar rencana pengembangan air bersih di Kota Tanjungpinang dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Rencana pengembangan jangka pendek – menengah. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air bersih jangka pendek – menengah dilakukan melalui :

. Mempertahankan pelayanan waduk Sei Pulai dengan diperkuat intake Sei gesek untuk pelayanan ± 80.000 jiwa (405 saat ini) dan interkoneksi dengan waduk Galang Batang.

. Pemanfaatan kolong-kolong tambang dan tampungan lainnya sebagai sumber air baku.

. Pemanfaatan air laut sebagai air baku diarahkan di Gudang Minyak dan Tanjung Ayun Sakti.

b) Rencana pengembangan jangka panjang. Rencana pengembangan sistem jaringan air berih di Kota Tanjungpinang jangka panjang dilakukan melalui pembangunan Estuari DAM muara Sungai Dompak sebagai sumber air baku untuk pelayanan seluruh Kota Tanjungpinang sampai dengan tahun 2030.

2. Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kota Tanjungpinang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

3 - 57

3 - 58

A. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Pengelolaan kawasan lindung secara baik dan benar, dapat mengurangi tingkat bahaya bencana alam yang ditimbulkan seperti banjir, longsor, pendangkalan waduk, kekeringan, dan sebagainya. Selain bencana alam kerusakan kawasan lindung juga menimbulkan bencana sosial akibat hilangnya aset hidup yang seharusnya diperoleh masyarakat.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) maka rencana kawasan lindung di Kota Tanjungpinang sebagai berikut: a. Kawasan Hutan Lindung; b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, meliputi : kawasan mangrove, dan kawasan resapan air; c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi : sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan terbuka hijau kota . d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang meliputi : kawasan suaka alam, suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka marga satwa dan suaka margasatwa laut, kawasan cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. e. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir. f. Kawasan lindung lainnya yang meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma nuftah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

3 - 59

B. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Rencana peruntukan kegiatan budidaya ini dilakukan di luar kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Pengembangan kawasan budidaya ini dilakukan untuk saling mendukung pengembangan kawasan lindung guna menjaga kelangsungan pengembangan kawasan budidaya.

Penetapan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan, dan pemantauan kegiatan termasuk penyediaan prasarana dan sarana maupun penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan budidaya. Penetapan kawasan budidaya di Kota Tanjungpinang terdiri dari: a. kawasan perumahan, b. perkantoran pemerintah dan swasta, c. perdagangan dan jasa, industri, d. pariwisata, e. kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan ruang evakuasi bencana, dan f. kawasan peruntukan lainnya, meliputi: pertanian, pertambangan, peruntukan pelayanan umum, dan peruntukan militer.

Tabel 3.8 : Rencana Pola Ruang Kota Tanjungpinang

Luas No. Rencana Peruntukan Hektar % A. Kawasan Lindung 4.411,54 33,54

1 Hutan Lindung 210,51 1,60 2 Sempadan Hutan Lindung (Buffer Zone) 34,36 0,26 3 Mangrove 982,53 7,47

4 Danau 32,36 0,25

3 - 60

Luas No. Rencana Peruntukan Hektar %

6 Sempadan Danau 10,06 0,08 7 Sempadan Sungai 549,93 4,18 8 Sempadan Pantai 890,49 6,77 9 Cagar Budaya 89,56 0,68 10 Ruang Terbuka Hijau (RTH) 1.611,74 12,25

B. Kawasan Budidaya 8.742,46 66,46 1 Perumahan Tinggi 719,27 5,47 2 Perumahan Sedang 3.639,16 27,67 3 Perumahan Rendah 1.372,00 10,43

4 Fasum dan Fasos 36,97 0,28 5 GOR 31,18 0,24 6 Perdagangan dan Jasa 1.140,70 8,47 7 Perkantoran 851,19 6,47 8 Industri 356,29 2,71

9 Pariwisata 34,57 0,26 10 Militer 52,00 0,40 11 Pertambangan 10,16 0,08 12 Bandara 106,72 0,81

14 Pelabuhan 43,64 0,33 15 Terminal 0,73 0,01 16 TPA 7,05 0,05 17 TPU 25,18 0,19 18 Jaringan Jalan 274,00 2,08

19 Lapangan Olah Raga 8,27 0,06 20 Pendidikan 59,08 0,45 Total 13.154,00 100,00

Sumber : RTRW Kota Tanjungpinang

3 - 61

3 - 62

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Kemajuan pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan rakyat tidak selalu sama dan merata. Perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan masih adanya kesenjangan antarwilayah di seluruh wilayah. Kemajuan pembangunan di Jawa-Bali dan Sumatera relatif lebih cepat dibanding wilayah lainnya. Masyarakat di wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan terutama masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan, perdesaan, daerah pedalaman, daerah tertinggal dan pulau terdepan masih menghadapi permasalahan dalam pemenuhan hak-hak dasar rakyat termasuk pangan dan gizi, layanan kesehatan dan pendidikan, pengurangan pengangguran dan kemiskinan, penyediaan air bersih dan sanitasi, pengelolaan tanah, sumber daya alam dan lingkungan, pembalakan hutan dan pencurian ikan, kerusakan lingkungan, percepatan pembangunan jaringan prasarana dan sarana, serta perluasan akses informasi dan partisipasi dalam pembangunan. Masalah lain yang dihadapi adalah belum memadainya jaringan prasarana penunjang keterkaitan ekonomi wilayah, terbatasnya investasi, terpusatnya penguasaan aset, dan kurang kuatnya kelembagaan ekonomi lokal.

Permasalahan tersebut menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, terutama pengelolaan sumber daya agraris dan maritim sebagai basis ekonomi wilayah dan dasar keunggulan daya saing nasional. Pemecahan berbagai masalah di daerah tersebut memerlukan suatu kebijakan, program dan kegiatan yang konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektor, dengan mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah, sistem hukum dan kelembagaan yang andal; serta koordinasi dan kerjasama yang solid antara kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.

Untuk pemecahan permasalahan yang terjadi, maka konsep pembangunan yang berbasis wilayah pengembangan strategis (WPS).

3 - 63

Secara umum konsep pembangunan berbasis wilayah pengembangan strategis (WPS) oleh Kementrian Pekerjaan Umum, selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional periode 2005-2025 dan NAWACITA merupakan suatu pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk: a. Memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven” b. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, c. Memfokuskan pengembangan infrastruktur menuju wilayah strategis, d. Mendukung percepatan pertumbuhan kawasan-kawasan pertumbuhan di wilayah pengembangan strategis, dan e. Mengurangi dispratasi antar kawasan di dalam wilayah pengembangan strategis yang relatif masih tinggi terutama antara kawasan barat indonesi (KBI) dan kawasan timur Indonesia (KTI).

Untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan yang berbasi wilayah pengembangan strategis maka diperlukan keterpaduan perencanaan antara infrastruktur dengan pengembangan kawasan strategis dalam wilayah pengembangan strategis (WPS) dan singkronisasi program- program infrastruktur. Dukungan infrastruktur sangat diperlukan untuk menghubungkan antar cluster untuk meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi disertasi,memperlancar arus keluar barang dan jasa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan keterkaitan antara wilayah. Dalam arahan pengembangan kawasan strategis, wilayah pengembangan strategis dibagi kedalam 35 wilayah pengembangan strategis yang secara umum terbagi kedalam beberapa kategori yaitu; Wilayah Pengembangan Strategis Pulau-Pulau Kecil Terluar, Wilayah Pengembangan Strategis Pusat Pertumbuhan Terpadu,Wilayah Pengembangan Strategis Pertumbuhan Sedang Berkembang, Wilayah Pengembangan Strategis Pertumbuhan Baru, dan Wilayah Strategis Perbatasan Darat Negara.

3 - 64

3 - 65

Berdasarkan arahan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), Kota Tanjungpinang masuk dalam rencana Wilayah Pengambanngan Strategis (WPS) Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman yang meliputi wilayah Batam- Bintan-Karimun. Pengembangan infrastruktur di WPS Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman wilayah Batam-Bintan-Karimun sesuai dengan arahan pengembangan wilayah Pulau Sumatra yang meliputi:

1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah

Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan yang dilakukan melalui:

a. Menyiapkan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api sebagai sentra pengolahan komoditas unggulan kelapa sawit dan karet menjadi produk bernilai tambah tinggi, serta pusat logistik;

b. Mengembangkan industri-industri pengolahan kelapa sawit, karet, serta perikanan dan sumberdaya laut menjadi produk bernilai tambah tinggi berorientasi ekspor;

c. Meningkatkan produktivitas komoditas unggulan kelapa sawit dan karet baik di dalam Kawasan Ekonomi Khusus maupun di sekitar wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (kebun rakyat);

d. Mengembangkan industri manufaktur unggulan kawasan berorientasi ekspor di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun, serta industri pariwisata di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang dengan memanfaatkan fasilitas perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; serta

e. Menyiapkan sarana dan prasarana perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

3 - 66

2. Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan kawasan-kawasan penyangga sekitarnya meliputi: a. Pengembangan dan pembangunan pelabuhan Pelabuhan Tanjung Api-Api sebagai Pelabuhan Internasional, dan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai Hub Internasional; b. Pengembangan dan pembangunan terminal peti kemas di Tanjung Api-Api, Belawan, terminal peti kemas di Kuala Tanjung; c. Pengembangan dan pembangunan pelabuhan Batu Ampar dan Pelabuhan Tanjung Sauh di Batam; d. Pembangunan jalur kereta api ruas Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, ruas Tanjung Enim-Tanjung Api-Api, ruas Spoor Simpang (Gunung Bayu)-Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei; e. Pengembangan Pelabuhan Malahayati; f. Peningkatan Bandara Sultan ; g. Peningkatan kapasitas jalan ruas Palembang-Tanjung Api-Api, Simpang Inalum-Kuala Tanjung; ruas Ujung Kubu-Kuala Tanjung, ruas Simpang Sei Balai-Ujung Kubu, ruas Tanjung Kubah-Kuala Indah, ruas Simpang Mayang-Sei Mangkei-Simpang Pasar BaruBoluk, ruas Simpang Pasar Baru-Pasar Baru-Dusun PengkolanTinjoan-Sei Mejangkar, ruas Bts Simalungun-Silimbat-Bts Taput, ruas Tanjung Morawa-Saribudolok-Tongging; h. Pembangunaan akses jalan ruas kawasan industri menuju pusatpusat distribusi logistik (pelabuhan) dan menuju pusat-pusat kegiatan terdekat; i. Pembangunan jalan tol Batu Ampar-Muka Kuning-Hang Nadim; j. Pembangunan ruas jalan jalan penghubung kawasan-kawasan strategis; k. Pengembangan jaringan jalur kereta api di pesisir timur; l. Pembangunan dan peningkatan bendung dan jaringan irigasi; m. Pembangunan Bendungan Lausimeme; serta n. Pembangunan PLTU di Sumsel dengan kapasitas 300 MW.

3 - 67

3. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kapasitas kelembagaan di tingkat pusat maupun di daerah, serta pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dilakukan dengan strategi: a. Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola kawasan di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b. Peningkatan kemampuan pengelolaan investasi di tiap-tiap kawasan;

c. Revitalisasi kelembagaan Badan Pengelola Kawasan dalam mendukung pengembangan bisnis yang berorientasi profit; d. Peningkatan koordinasi Badan Pengelola kawasan, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; e. Penyiapan tenaga kerja berkualitas di bidang industri pengolahan berteknologi tinggi; f. Peningkatan kualitas kelembagaan serikat pekerja; g. Pengembangan Science Park untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam bidang industri pengolahan dan manufaktur; serta

h. Pengembangan Techno Park di bidang agroindustri, bidang perikanan, bidang pariwisata, serta bidang distribusi dan pemasaran.

4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Dalam upaya pengembangan kawasan strategis di Wilayah Pulau Sumatera diperlukan sinergisasi dan sinkronisasi regulasi melalui strategi berikut:

a. Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal di semua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di dalam Kawasan; b. Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) bidang perijinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di dalam Kawasan;

3 - 68

c. Meningkatkan harmonisasi hubungan industrial antara tenaga kerja, serikat pekerja, dan perusahaan dalam Kawasan;

d. Promosi produk unggulan Kawasan kepada investor luar dan dalam negeri untuk menarik minat para investor;

3.1.4. Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Dalam sub bab arahan pembangunan daerah aspek-aspek yang akan dibahas meliputi arahan pembangunan daerah sesuai arahan dalam RPJMD Provinsi, RPJMD Kota Tanjungpinang dan Rencana Strategis Bidang Cipta Karya.

1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau

1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Kepulauan Riau

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Riau merupakan tahap RPJMD ketiga atas pelaksanaan RPJPD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2005-2021. Visi Pembangunan jangka panjang Provinsi Kepulauan Riau 2005-2025 yaitu: “Kepulauan Riau Berbudaya, Maju Dan Sejahtera”, dengan misi yang ditemput yaitu: 1. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Memiliki Kepribadian dan Berakhlak Mulia. 2. Menciptakan Sumber Daya Manusia Kepulauan Riau yang Berkualitas Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan Produktivitas yang Tinggi. 3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khususnya Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata.

4. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak. 5. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan Serta Pariwisata.

3 - 69

Tahap RPJMD ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan kepada peningkatan daya saing ekonomi yang berlandaskan kepada pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berkualitas baik, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara terus menerus.

Penyusunan visi dan misi RPJMD Provinsi Kepulauan Riau tahun 2016- 2021 juga perlu memperhatikan RPJMN dan juga memperhatikan Sembilan Agenda Prioritas (NAWACITA). Oleh karena itu dengan mempertimbangkan RJPD, RPJMN dan agenda Nawacita, maka perumusan visi, misi dan tujuan serta sararan dalam RJMD Provinsi Kepulauan Riau secara umum diuraikan sebagai berikut.

A. Visi Visi pembangunan jangka menengah daerah merupakan visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun sesuai misi yang diemban. Visi Provinsi Kepulauan Riau periode 2016-2021 adalah: ”Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim” . Kata kunci dari visi Provinsi Kepulauan Riau periode 2016-2021 meliputi sebagai berikut:

1. Sebagai Bunda Tanah Melayu

Mengandung arti bahwa Provinsi Kepulauan Riau diharapkan tetap menjadi wilayah yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan seni budaya melayu dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai adat dan budaya melayu tersebut dilestarikan agar tidak pudar terpengaruh oleh budaya luar. 2. Sejahtera Sejahtera menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam

3 - 70

gangguan, kesukaran, dsb). Masyarakat sejahtera dapat diartikan secara luas yaitu masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan dasarnya (pendidikan, kesehatan, pekerjaan, pangan, perumahan, dan jaminan sosial).

3. Berakhlak Mulia

Berakhlak mulia mengandung arti bahwa diharapkan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau telah dapat mempertahankan nilai-nilai moralitas masyarakat melayu dimana Agama Islam menjadi sumber utama referensinya dengan dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan bagi masyarakat selain Islam juga dapat melaksanakan ajaran agamanya, sehingga tercipta kerukunan antar umat beragama.

4. Ramah Lingkungan

Ramah lingkungan mengandung arti bahwa wilayah Provinsi Kepulauan Riau diharapkan menjadi wilayah dengan lingkungan yang bersih, sehat, asri, dan nyaman sehingga perlu didukung dengan sistem pengelolaan lingkungan dan sistem pengelolaan sampah yang baik, pemanfaatan ruang yang memenuhi aspek daya dukung lingkungan, dan dilengkapi ruang terbuka hijau yang memadai.

5. Unggul di Bidang Maritim

Unggul di bidang maritim diartikan bahwa Provinsi Kepulauan Riau dicita-citakan memiliki keuanggulan pada sektor kemaritiman, sehingga mampu mewujudkan tujuan pembangunan bidang maritim, yaitu: meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan, pembudidaya ikan, dan masyarakat pesisir Provinsi Kepri; menghasilkan produk dan jasa kelautan yang berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kepri, Indonesia, dan ekspor; meningkatkan kontribusi sektor kelautan bagi perekonomian Provinsi Kepri (PDRB, nilai ekspor, dan PAD) secara signifikan; Menciptakan lapangan kerja dalam jumlah cukup besar; meningkatkan kesehatan dan kecerdasan rakyat melalui peningkatan konsumsi ikan, seafood, dan produk perikanan; dan Memelihara daya dukung lingkungan dan kelestarian sumberdaya kelautan.

3 - 71

B. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi ”Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”, misi yang yang ditempuh sebanyak 9 (sembilan) misi, yaitu sebagai berikut. 1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu.

2. Meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur berkualitas dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar kabupaten/kota. 3. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan profesionalisme Sumber Daya Manusia sehingga memiliki daya saing tinggi.

4. Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender, penanganan kemiskinan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). 5. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata, pertanian untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan pangan 6. Meningkatkan iklim ekonomi kondusif bagi kegiatan penanaman modal (investasi) dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah. 7. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis industri dan perdagangan dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

8. Meningkatkan daya dukung, kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.

9. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, aparatur birokrasi yang profesional, disiplin dengan etos kerja tinggi serta penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas.

C. Tujuan dan Sasaran Tujuan adalah pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah. Sementara itu sasaran adalah hasil

3 - 72

yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat diimplementasikan.

Dalam mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah. Strategi menjadi rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Rumusan strategi tersebut berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Sementara itu arah kebijakan merupakan pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Rumusan strategi dan arah kebijakan jangka menengah Provinsi Kepulauan Riau bidang cipta karya secara rinci tercantum pada Tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3.9 : Arah Kebijakan

N Misi Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan o

1 Meningkatkan Meningkatka Terhubungny Meningkatkan sarana Peningkatan daya saing n a pusat-pusat dan prasarana kuantitas dan ekonomi ketersediaan kegiatan dan perhubungan darat, laut kualitas dan melalui infrastruktur pusat dan udara, dan prasarana pengembanga dan produksi pengembangan sistem perhubungan n infrastruktur keterhubunga (konektivitas) manajemen transportasi. darat, laut dan berkualitas n antar antar pulau udara dan merata wilayah dan dan antar serta antar pulau kabupaten/kot meningkatkan untuk a di wilayah keterhubungan mendukung provinsi antar pertumbuhan kabupaten/kot wilayah Meningkatkan Meningkatkan keandalan Peningkatan a. secara kuantitas dan sistem jaringan jalan kualitas dan merata kualitas jalan melalui pengembangan kuantitas jalan dan jembatan jaringan infrastruktur dan jembatan Provinsi transportasi jalan bagi dengan prioritas peningkatkan kelancaran pada mobilitas barang dan penanganan manusia serta jalan rusak. aksesibilitas wilayah Meningkatka Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan

3 - 73

N Misi Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan o n kuantitas dan ketersediaan air irigasi kinerja ketersediaan fungsi sarana bagi pertanian melalui pelayanan irigasi sarana prasarana pembangunan, dengan fokus prasarana pengairan rehabilitasi, dan pada pengairan (irigasi) pengelolaan sarana pembangunan untuk prasarana pengairan dan mendukung pengoperasian produktivitas jaringan irigasi pertanian Meningkatka Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan n penyediaan kapasitas dan ketersediaan sarana ketersediaan prasarana fungsi sanitasi drainase, sanitasi, air sarana drainase dan sarana dan air bersih, dan persampahan dengan prioritas dasar bersih/minum melalui pembangunan penanganan masyarakat dan rehabilitasi. pada titik-titik agar dapat rawan banjir, hidup secara peningkatan layak sarana air bersih pada wilayah kekurangan air, dan pengembangan sarana pengolahan air limbah. Meningkatkan Menurunkan kawasan Peningkatan kualitas kumuh perkotaan melalui penataan lingkungan perbaikan kualitas lingkungan permukiman lingkungan permukiman pemukiman dan dan penyedian perumahan fasilitas umum dikawasan pada kawasan- perkotaan kawasan kumuh dan perkotaan perdesaan Meningkatnya Mendorong masyarakat Peningkatan rasio untuk berinvestasi di pemanfaatan elektrifikasi bidang energi baru aneka energi terbarukan baru terbarukan untuk pembangkit listrik Meningkatka Meningkatnya Meningkatkan koordinasi Peningkatan n kegiatan dan kerjasama dalam Pengembangan keterpaduan pembanguna pembangunan wilayah wilayah

3 - 74

N Misi Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan o pembanguna n wilayah perbatasan perbatasan n wilayah perbatasan diprioritaskan perbatasan pada sektor ekonomi, infrastruktur dan wawasan kebangsaan 2 Meningkatkan Meningkatka Meningkatnya Meningkatkan upaya Akselerasi derajat n derajat status kesehatan, promosi dan Pemenuhan kesehatan, kesehatan kesehatan pemberdayaan Akses kesetaraan masyarakat dan gizi ibu masyarakat dalam Pelayanan gender, yang tinggi dan anak, perilaku hidup bersih dan Kesehatan Ibu, penanganan dengan pengendalian sehat, didukung Anak, Remaja, kemiskinan pelayanan penyakit pemeratan pelayanan dan Lanjut Usia dan yang menular dan kesehatan yang yang Penyandang terjangkau tidak menular, berkualitas. Berkualitas; Masalah dan dan akses Percepatan Kesejahteraan berkualitas. dan mutu Perbaikan Gizi Sosial pelayanan Masyarakat; (PMKS). kesehatan peningkatan rujukan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas, dan peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Menurunkan Menurunnya Memperbaiki program Peningkatan angka persantase perlindungan sosial, implementasi kemiskinan penduduk meningkatkan akses program- baik di miskin terhadap pelayanan program wilayah dasar, penanggulangan perdesaan Pemberdayaan kelompok kemiskinan maupun masyarakat miskin, serta secara terpadu perkotaan menciptakan pembangun dan an yang inklusif. berkelanjutan. Meningkatka Meningkatnya Menerapkan Peningkatan

3 - 75

N Misi Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan o n kesetaraan kesetaraan Perencanaan dan kapasitas dan keadilan dan keadilan Penganggaran yang kelembagaan gender dalam gender dalam Responsif Gender pengarusutamaa pembanguna pembanguna (PPRG), dan n gender, n n serta Memperkuat sistem peningkatan perlindungan perlindungan anak dan kualitas hidup terhadap perempuan dari berbagai dan peran perempuan tindak kekerasan, perempuan, dan anak. termasuk tindak pidana serta perdagangan orang Peningkatan (TPPO), dengan upaya melakukan berbagai pencegahan, upaya pencegahan dan penanganan, penindakan. dan rehabilitasi terhadap anak, perempuan, dan kelompok marjinal. Peningkatan Meningkatnya Meningkatkan Peningkatan penanganan penanganan pembudayaan perlindungan, penyandang terhadap kesetiakawanan sosial produktivitas masalah penyandang dalam penyelenggaraan dan pemenuhan kesejahteraa masalah perlindungan sosial. hak dasar bagi n sosial, kesejahteraan penduduk sosial kurang mampu

3 - 76

2. Arah Pengembangan Wilayah

Arah pengembangan wilayah Provinsi Kepulauan Riau disusun dengan mengacu pada tema pengembangan wilayah Sumatera dalam RPJMN tahun 2015-2019, yang sangat terkait dengan Provinsi Kepulauan Riau yaitu: Salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional, dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan, pariwisata bahari, industri perkebunan, dan industri pertambangan. Hal ini juga sejalan dengan misi RPJMD Provinsi Kepulauan Riau, yaitu meneruskan pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata, pertanian untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan pangan.

Arah pengembangan wilayah Provinsi Kepulauan Riau disusun dengan memperhatikan potensi, permasalahan dan isu strategis pada masing- masing wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah, maupun antar kelompok pendapatan. Semangat dan tekad kuat membangun daerah untuk meraih kemajuan, meningkatkan kemandirian, dan memperkuat daya saing daerah, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan berkeadilan. Arah pengembangan wilayah ini juga disusun dengan mendasarkan pada rencana tata ruang wilayah nasional dan rencana tata ruang wilayah Provinsi Kepulauan Riau, untuk menjamin kebijakan, program dan kegiatan yang konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektor, mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah, sistem hukum dan kelembagaan yang andal; serta memperkuat koordinasi dan kerjasama yang solid antar perangkat daerah dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.

Secara umum arahan pengembangan wilayah dalam RPJMD Provinsi untuk mempercepat pembangunan wilayah Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut:

3 - 77

a. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kepulauan Riau

Di Provinsi Kepulauan Riau ditetapkan 2 (dua) Kawasan Strategis Nasional, yaitu: Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 19 pulau kecil terdepan yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Iyu Kecil/Tokong Hiu Kecil, Karimun Kecil/Karimun Anak, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti/Batu Berantai, dan Nongsa/Putri) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura; dan Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Pengembangan Kawasan Perbatasan di Provinsi Kepulauan Riau diarahkan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kamboja. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan diarahkan pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Provinsi (PKSN) serta percepatan pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri). Pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya darat dan laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat, sehingga terwujud halaman depan negara dan wilayah perbatasan yang mencerminkan NKRI aman, sejahtera, dan antisipatif terhadap perubahan global. Pengembangan infrastruktur diarahkan pada peningkatan konektivitas dengan membangun sistem jaringan jalan lokal di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) dan antar Lokpri yang saling terhubung dengan pusat kegiatan ekonomi, serta pembangunan jalan non status pembuka akses menuju kampung, desa-desa di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri).

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan, Karimun diarahkan untuk mengembangkan kawasan strategis nasional agar menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional. Fokus pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan,

3 - 78

Karimun diarahkan pada pengembangan industri manufaktur unggulan kawasan berorientasi ekspor di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun, serta industri pariwisata dengan memanfaatkan fasilitas perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; serta menyiapkan sarana dan prasarana perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. b. Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi

Kawasan strategis Provinsi Kepulauan Riau meliputi: (1) Kawasan Strategis Provinsi di Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau Istana Kota Piring, Kota Tanjungpinang; (2) Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Kepulauan Anambas; (3) Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Lingga; dan (4) Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Natuna. Pengembangan kawasan strategis provinsi diarahkan pada pengembangan potensi sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan dan daya saing provinsi terutama pada sektor kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, pertambangan dan energi, didukung pengembangan industri maritim dan penyediaan infrastruktur yang menunjang konektivitas antar pulau dan antar kabupaten/kota. c. Pengembangan Kawasan Tertinggal

Pembangunan wilayah Provinsi Kepulauan Riau difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah dengan mendorong akselerasi pembangunan pada kabupaten yang tertinggal. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal difokuskan pada promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun kemitraan dengan banyak pihak. Promosi daerah tertinggal ini juga akan mendorong masyarakat semakin mengetahui potensi daerah tersebut dan akan aktif dalam membantu pembangunan, upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis energi dan hasil bumi yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah pinggiran, seperti daerah tertinggal dan kawasan perbatasan ke pusat pertumbuhan.

3 - 79

d. Pengembangan wilayah perkotaan

Pengembangan perkotaan diarahkan pada perwujudan kota layak huni yang aman dan nyaman, kota layak anak, kota hijau, serta kota cerdas yang berdaya saing didukung dengan penataan dan pemanfaatan ruang yang baik. Pengembangan wilayah perkotaan juga diarahkan sebagai pusat ekonomi daerah dengan fokus pada pengembangan sentra industri pengolahan berbasis potensi perikanan, pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Khusus di Kota Batam, Bintan dan Karimun, perkotaan diarahkan pada sebagai pusat perdagangan dan jasa.

Arahan kebijakan dan strategi pengembangan wilayah di Kota Tanjungpinang dalam Rencana Pengembangan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau dan menjadi salah satu kawasan strategis provinsi. Diharapkan dengan penetapan sebagai pusat pemerintahan provinsi dan sabagai salah satu kawasan strategis provinsi akan mendukung fungsi Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah Kota Tanjungpinang dalam RPJMD Provinsi diuraikan sebagai berikut: meliputi:

1) Mengembangkan Pulau Dompak sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan Rencana Induk (Masterplan) Istana Kota Piring yang dibagi menjadi beberapa zona antara lain: a. Zona Perkantoran Pemerintah; b. Zona Perdagangan (Bisnis) dan Jasa; c. Zona Pariwisata, Rekreasi dan Olahraga dan Budaya; d. Zona Pemukiman (Pendopo, Rumah Jabatan, Perumahan 1, 2 dan 3); e. Zona Pelayanan Umum (Mesjid, Medical Centre, Kampus, Terminal Ferry); f. Zona Revitalisasi Kawasan Penduduk Asli/Nelayan; g. Zona Pelestarian Lingkungan dan Ruang Terbuka (Ruang Terbuka Hijau Publik, Jalan, Plaza Utama).

3 - 80

2) Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana transportasi massal perkotaan secara terintegrasi dan terhubung dengan jaringan transportasi laut dan udara.

3) Menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa yang mampu mengakomodasi pasar tradisional, termasuk kegiatan koperasi dan Usaha mikro kecil Menengah (UMKM).

4) Mengembangkan sentra industri pengolahan dan kerajinan menjadi produk khas Kota Tanjungpinang.

5) Mewujudkan penyelenggaraan ruang yang efisien dan berkeadilan serta ramah lingkungan.

2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tanjungpinang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Tanjungpinang Tahun 2013 –2018 merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Tanjungpinang tahun 2006-2026. RPJMD ini selanjutnya menjadi pedoman bagi seluruh SKPD dalam menyusun Rencana Strategis Bidang Cipta Karya. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD ini akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) pada tahapan tahunannya.

1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kota Tanjungpinang serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Kota Tanjungpinang tahun 2013–2018 yang hendak dicapai dalam tahapan ketiga Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tanjungpinang adalah: “Tanjungpinang yang sejahtera, berakhlak mulia, dan berwawasan lingkungan dengan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel serta melayani”.

3 - 81

Sebagai penjabaran visi diatas maka disusunlah misi pembangunan Kota Tanjungpinang 2013– 2018 dalam rangka mewujudkan visi “Tanjungpinang yang sejahtera, berakhlak mulia, dan berwawasan lingkungan dengan pemerintahanan yang bersih, transparansi, akuntabel serta melayani”, dengan rincian sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat (modal sosial) dengan menjamin kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan yang berkualitas.

2. Meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan ekonomi lokal yang berbasis ekonomi kerakyatan. 3. Mewujudkan kehidupan yang agamis dan berbudaya, demokratis serta berkesetaraan gender dalam bingkai Pancasila.

4. Membangun pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntable yang berorientasi pada pelayanan publik. 5. Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha dengan mengutamakan keunggulan komparatif kota tanjungpinang. 6. Mengembangkan potensi pariwisata dan budaya daerah.

7. Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya pemuda dan olah raga.

8. Melaksanakan pembangunan yang ramah lingkungan dengan penataan ruang yang efektif dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Sedangkan tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan serta bisa digunakan sebagai evaluasi dan pengendalian terhadap misi yang telah disusun.Sementara sasaran merupakan tolok ukur keberhasilan misi yang dijalankan dalam mencapai tujuan. Berikut ini penjabaran secara umum beberapa tujuan setiap misi Pembangunan Kota Tanjungpinang Tahun 2013–2018:

 Misi I (Pertama): Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat (modal sosial) dengan menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang berkualitas serta kemudahan akses.

3 - 82

 Misi II (Kedua) : Meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan ekonomi lokal yang berbasis ekonomi kerakyatan.

 Misi III (Ketiga): Mewujudkan kehidupan yang agamis dan berbudaya, demokratis serta berkesetaraan gender dalam bingkai pancasila.

 Misi IV (Keempat): Membangun pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntable yang berorientasi pada pelayanan publik.

 Misi V (kelima): Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha dengan mengutamakan keunggulan komparatif kota Tanjungpinang

 Misi VI (enam): Mengembangkan potensi pariwisata dan budaya daerah

 Misi VII (tujuh): Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya pemudadan olahraga

 Misi VIII (delapan): Melaksanakan pembangunan yang ramah lingkungan dengan penataan ruang yang efektiv dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.10 mengenai visi, misi, tujuan serta sasaran yang akan dicapai dalam RPJMD Bidang Cipta Karya Kota Tanjungpinang tahun 2013-2018 berikut ini .

Tabel 3.10. : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Bidang Cipta Karya Kota Tanjungpinang

VISI : “Tanjungpinang yang sejahtera, berakhlak mulia, dan berwawasan lingkungan dengan pemerintahanan yang bersih, transparan, akuntable serta melayani” MISI TUJUAN SASARAN Misi VIII : Terlaksananya pembangunan Melaksanakan Menciptakan dengan memperhatikan mutu 1. pembangunan yang ramah kondisi kota lingkungan hidup yang sehat lingkungan dengan 1. yang ramah dan berkelanjutan penataan ruang lahan dalam lingkungan yang Terciptanya pembangun industri rangka mewujudkan berkelanjutan 2. dengan memperhatikan mutu pembangunan yang lingkungan hidup berkelanjutan berkelanjutan. 2. Meningkatkan 1. Terciptanya penataan ruang

3 - 83

VISI : “Tanjungpinang yang sejahtera, berakhlak mulia, dan berwawasan lingkungan dengan pemerintahanan yang bersih, transparan, akuntable serta melayani” MISI TUJUAN SASARAN peran serta yang efektif masyarakat Tersedianya infrastruktur dalam penataan sumber daya air yang handal ruang untuk mendukung upaya 2. konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar 3. pemukiman (mencakup air bersih, persampahan, dan air limbah) Terwujudnya keamanan dan 4. keserasian dalam pembangunan infrastruktur Terwujudnya kelancaran 5. pembangunan infrastruktur Sumber : RPJMD Kota Tanjungpinang

Berdasarkan rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran, selanjutnya disusun strategi dan arah kebijakan. Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif mengenai bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJM Daerah dengan efektif dan efisien.Selain melakukan perencanaan komprehensif, perencanaan strategik juga dapat digunakan untuk melakukan transformasi, reformasi dan perbaikan kinerja birokrasi.Perencanaan strategi tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memperbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi. Berikut merupakan arahan strategi dan kebijakan RPJMD Bidang Cipta Karya Kota Tanjungpinang yang dijabarkan dalam Tabel 3.11 berikut ini.

3 - 84

Tabel 3.11. : Strategi Pembangunan Bidang Cipta Karya Kota Tanjungpinang 2013-2018

VISI: Tanjungpinang yang sejahtera, berakhlak mulia, dan berwawasan lingkungan dengan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel serta melayani”

Melaksanakan pembangunan yang ramah lingkungan dengan penataan Misi VIII: ruang lahan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

Tujuan Sasaran Strategi

Menciptakan kondisi kota Terlaksananya Melaksanakan pembangunan yang ramah lingkungan pembangunan dengan berwawasan lingkungan melalui yang berkelanjutan memperhatikan mutu konservasi lingkungan dan lingkungan hidup yang sehat pengembangan kapasitas dan berkelanjutan pengelolaan lingkungan Pemanfaatan sumber energi baru terbarukan yang berpotensi sebagai pembangkit tenaga listrik Tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terhadap listrik Pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan Terciptanya pembangun Bimbingan teknis pengelolaan industri dengan lingkungan sektor usaha industri memperhatikan mutu lingkungan hidup berkelanjutan Meningkatkan peran serta Terciptanya penataan ruang Menyelenggarakan penataan masyarakat dalam yang efektif ruang yang komprehensif, penataan ruang konsisten dan terpadu Tersedianya infrastruktur Melaksanakan pembangunan, sumber daya air yang pengembangan dan pengelolaan handal untuk mendukung jaringan irawa dan jaringan upaya konservasi dan pengairan lainnya pendayagunaan sumber Mengembangkan pengelolaan

daya air, serta pengendalian dan konservasi sungai dan daya rusak air sumber daya air lainnya Meningkatkan pengendalian banjir dan pengamanan pantai dan alur sungai Sumber : RPJMD Kota Tanjungpinang

3 - 85

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan Infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki beberapa fungsi, yaitu : a. Sebagai Acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang cipta karya c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di berbagai dokumen dan e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembagunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

1) Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman

Visi dan misi pengembangan kawasan permukiman di Kota Tanjungpinang berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Tanjungpinang Tahun 2013-2018 sebagai berikut:

3 - 86

a. Visi Visi pengembangan kawasan permukiman di Kota Tanjungpinang yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah Kota Tanjungpinang adalah “Tanjungpinang yang sejahtera, berakhlak mulia, dan berwawasan lingkungan dengan pemerintahanan yang bersih, transparan, akuntable serta melayani” b. Misi

Demi mewujudkan visi pengembangan kawasan permukiman maka, misi pengembangan kawasan permukiman yang btertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah “Melaksanakan pembangunan yang ramah lingkungan dengan penataan ruang lahan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan”. c. Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Untuk mewujudkan visi dan misi pengembangan kawasan permukiman, maka ditetapkan tujuan kebijakan serta strategi pendukung pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan Tabel 3.12 sebagai berikut.

Tabel 3.12. : Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI INDIKATIF  Mewujudkan kawasan  Pembangunan permukiman  Penguatan regulasi permukiman yang senantiasa mengedepankan pendukung penciptaan berkualitas, layak huni, persyaratan kualitas kualitas permukiman. nyaman, teratur, terencana, permukiman.  Pengawasan dan terjangkau, berkelanjutan pengendalian yang didukung oleh pembangunan pelayanan prasarana dan permukiman yang lebih sarana permukiman yang efektif dan efisien. baik.  Pengurangan jumlah dan luasan kawasan permukiman  Penyediaan program kumuh. penataan lingkungan secara tepat sasaran dan tepat tempat.  Implementasi regulasi secara ketat.

3 - 87

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI INDIKATIF  Pembinaan dan sosialisasi  Penataan dan peningkatan lingkungan kawasan  Upgrading dan permukiman yang masih peningkatan lingkungan memperlihatkan degradasi permukiman lingkungan.  Pemindahan dan atau peremajaan kawasan  Penyediaan perumahan yang permukiman layak huni dan terjangkau  Konsolidasi lahan terutama bagi MBR dan perkotaan masyarakat miskin.  Perencanaan alokasi kawasan pengembangan perumahan  Penyediaana landed baru secara tebih terpadu dan housing dengan harga terintegrasi dengan penataan murah ruang wilayah.  Penyediaan rusunawa atau rusunami yang terjangkau bagi MBR  Mengarahkan penyebaran  Mendorong Pertumbuhan  Penyediaan Lahan untuk penduduk secara Kawasan Permukiman secara Pembangunan Kawasan proporsional ke seluruh lebih merata ke seluruh bagian Permukiman Baru yang bagian wilayah wilayah kota sesuai dengan bisa dengan mudah pembangunan kota sesuai pengaturan zoning pada diakses oleh MBR dan daya dukung dan arahan setiap WP. Masyarakat Miskin penataan ruang wilayah.  Menciptakan harmonisasi dan  Menghindarkan optimalisasi fungsi ruang pembangunan sosial melalui interaksi sosial permukiman yang yang konstruktif berpotensi mencipakan kesenjangan kelas-kelas sosial dalam masyarakat.  Meningkatkan pembinaan  Mendukung pembentukan  Pengembangan dan keluarga dalam karakteristik jati diri dan pembangunan pembentukan karakteristik budaya melalui penyediaan permukiman yang tidak religius agamis dan watak hunian yang layak. bertentangan atau sebagai pencerminan jati diri  Pembangunan permukiman mempertahankan local dan budaya lokal. menjamin kehidupan genious (kearifan lokal) masyarakat aman dan sejahtera.  Meningkatkan taraf hidup  Pembangunan Permukiman  Penyediaan fasilitas yang lebih baik dalam menjadi suatu upaya dalam pelayanan perkotaan kerengka kesejahteraan pemampuan dan pendukung kawasan sosial secara menyeluruh. pemberdayaan masyarakat permukiman secara secara sosial ekonomi efektif dan efisien  Menjaga keberlanjutan daya . Pemanfaatan ruang  Pengawasan dan dukung lingkungan dan permukiman yang harmonis pengendalian yang ketat daya tampung ruang dalam dengan lingkungannya dalam terhadap pemanfaatan pembangunan daerah yang satu kesatuan pembangunan. lingkungan kawasan berkelanjutan.

3 - 88

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI INDIKATIF  Menjamin ketersediaan dan  Pembangunan dan  Pembangunan ketercukupan infrastruktur Penyelenggaraan Infrastruktur infrastruktur secara perkotaan yang berkualitas Perkotaan memperhatikan berjenjang sesuai dalam penyelenggaraan standar pelayanan minimal dengan kebutuhan : pembangunan permukiman teknis dan aspek lokalitas atau peningkatan, perbaikan, dan perwujudan visi-misi karakter daerah. pembangunan baru pembangunan. sesuai dalam konteks pembangunan permukiman yang layak huni dan harmonis.  Mempertahankan eksistensi  Menjaga sustainibilitas dan  Menata kawasan permukiman atas air eksistensi permukiman atas permukiman tepi air. sebagai aset dan pencirian air. (land mark) yang dapat mendorong tumbuhnya sekotr pariwisata daerah dan pembelajaran akan sejarah Kota Tanjungpinang  Menguatkan upaya  Pemanfaatan lahan perkotaan  Pengawasan dan konservasi dengan yang sesuai arahan pengendalian peningkatan perlindungan perencanaan tata ruang. pembangunan kawasan lingkungann dan lahan  Pemanfaatan lahan perkotaan permukiman di sebagai penyedia sumber sebagai kawasan permukiman kelerengan 25%-40%. air baku menganut asas kesesuaian  Pemberian sanksi hukum peruntukan. yang tegas bagi bentuk pelanggaran yang terjadi.  Perlindungan kawasan tangkapan air dengan upaya sosialisasi ke masyarakat secara efektif dan efisien.  Mendukung keberpihakan  Pembangunan permukiman di  Peningkatan Peranan kepada MBR dan Kota Tanjungpinang menjamin pemerintah daerah masyarakat miskin perolehan dan kepemilikan sebagai fasilitator rumah layak huni yang penyediaan perumahan terjangkau pada MBR dan yang layak huni dan terjangkau yang masyarakat miskin. menjamin tersedianyan skema bantuan pembiayaan bagi MBR dan masyarakat miskin  Mempermudah mekanisme perijinan dalam penyediaan perumahan bagi MBR dan Masyarakat miskin.

3 - 89

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI INDIKATIF  Menciptakan lingkungan  Pembangunan permukiman di  Penguatan kapasitas permukiman yang didukung Kota Tanjungpinang harus aparatur pemerintah oleh manajemen dapat mendorong peningkatan daerah dalam pembangunan perkotaan kapasitas dan kapabilitas penyelengaraan yang baik kelembagaan daerah dalam pembangunan pelaksanaan manajemen permukiman. pembangunan perkotaan yang  Penyiapan regulasi efektif dan efisien pendukung secara tepat sasaran  Pelaksanaan Peraturan Daerah yang adil berdasar prinsip advokasi terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki kemampuan cukup untuk memiliki rumah layak huni

2) Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

Pembangunan permukiman perkotaan di Tanjungpinang akan dikembangkan secara menyeluruh di seluruh kawasan kota untuk menunjang masing-masing fungsi WP yang telah ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan permukiman tidak terlepas dari kebijakan kota yang telah ditetapkan sebelumnya. Skenario pembangunan permukiman perkotaan di Tanjungpinang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kawasan permukiman yang dikendalikan pertumbuhannya

Fungsi WP I yang ditetapkan menjadi pusat perdagangan jasa skala regional dan permukiman serta WP III sebagai pusat pendidikan tinggi, secara eksisting mempunyai penggunaan lahan yang sebagian besar sebagai kawasan hunian terbangun. Wilayah tersebut meliputi Kelurahan Tanjungpinang Kota, Penyengat, Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Timur, Kampung Baru, Bukit Cermin, Kemboja, Tanjung Unggat, Kampung Bulang, Melayu Kota Piring, Sei Jang dan Tanjung Ayun Sakti. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang sangat padat. Hal tersebut membutuhkan pengendalian agar kawasan permukiman yang ada tidak semakin bertambah intensitasnya sehingga kepadatan bangunan dapat diminimalisir dan ditekan perkembangannya untuk jangka waktu 20 tahun ke depan.

3 - 90

Pengendalian kawasan permukiman tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu pengembangan perumahan MBR dengan berbagai pilihan desain rumah termasuk rumah susun (rusun). Rencana alokasi ruang untuk pembangunan rumah vertikal (rusun) memang diarahkan pada wilayah-wilayah yang sudah padat dan pada wilayah-wilayah dengan kebutuhan rumah sewa tinggi atau sebagai alternatif revitalisasi kawasan kumuh dan padat perkotaan. Disamping itu dilakukan pula pengendalian kawasan dengan upgrading khususnya bagi kawasan permukiman pelantar agar dapat meminimalisir kekumuhan kawasan dan dapat pula dengan dilakukan pembatasan kawasan permukiman pelantar dengan membuat jalan lingkar pelantar.

MBR tidak punya sisi afordabilitas yang cukup baik sehingga tidak dapat terpenuhi oleh pola penyediaan tanpa intervensi kebijakan dari sektor publik. Ini berarti menyangkut subsidi dan fasilitasi. Di sisi MBR sendiri apalagi yang berada pada garis kemiskinan, rumah dipandang sebagai fasilitas yang harus disediakan oleh sektor publik dan timbul rasa ketidakperdulian terhadap kualitas hunian dan lingkungan, yang penting dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan dekat dengan tempat kerja. Hal berbeda dipandang oleh sektor privat dimana rumah adalaah komoditas. Jadi rumah adalah barang publik yang bisa disediakan oleh sektor privat maupun pemerintah dan masyarakat sendiri, tergantung pada kemampuan penetrasi dalam segmen penyediaan perumahan.

2. Kawasan permukiman yang didorong pertumbuhannya

Kawasan permukiman yang didorong pertumbuhannya terkonsentrasi di sebagian besar wilayah Tanjungpinang, karena masih banyak wilayah kosong yang belum termanfaatkan. WP II yang ditetapkan sebagai pusat industri maritime yaitu kawasan FTZ yang terdapat di Kelurahan Dompak, WP IV sebagai pusat perindustrian non polutan yaitu di Kelurahan Batu IX Air Raja dan Pinang Kencana, serta WP V sebagai pusat pemerintah baru yaitu di Kelurahan Senggarang, akan dikembangkan spot-spot kawasan permukiman baru yang dapat mendukung fungsi kawasan tersebut sehingga dapat mendorong berkembangnya fungsi kawasan.

3 - 91

Berdasarkan zonasi kawasan di Kota Tanjungpinang, pengembangan kawasan perumahan baru baik berupa rumah perorangan tunggal, deret, dan kopel serta dikembangkan pula rumah susun untuk MBR. Pengembangan kawasan permukiman baru dapat dilakukan dengan tidak mengabaikan sistem pusat pelayanannya sehingga kawasan permukiman yang akan berkembang nantinya dapat terfasilitasi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial dan masyarakat dapat mengaksesnya secara mudah.

Pembangunan permukiman perkotaan di Kota Tanjungpinang akan dikembangkan secara menyeluruh di seluruh kawasan Kota untuk menunjang fungsi WP. a) Untuk kawasan Pusat Kota Lama (PKL) sebagai pusat perdagangan regional, akan dikembangkan:

 High, Middle, Low Class Residential  Landed Housing (KDB/KLB), Vertical Housing b) Untuk kawasan Dompak sebagai pusat industri, perkantoran provinsi, pusat pelayanan primer akan dikembangkan:

 Middle & Low Class Residential (perkampungan lama)

 Landed Housing, Vertical Housing c) Untuk kawasan Batu IX sebagai pusat pendidikan tinggi dan pusat pelayanan sekunder, akan dikembangkan:

 High, Middle & Low Class Residential (perkampungan lama)

 Landed Housing, Vertical Housing (ruko, rusun) d) Untuk kawasan Air Raja sebagai pusat industri, bandara, militer, pusat pelayanan sekunder perdagangan dan jasa, perkantoran sekunder dan RS provinsi, akan dikembangkan :

 Middle & Low Class Residential

 Landed Housing, Vertical Housing (dormitory, ruko) e) Untuk kawasan Senggarang sebagai pusat pemerintahan dan perkantoran, perdagangan dan jasa, serta pendidikan tinggi, akan dikembangkan:

3 - 92

 High, Middle & Low Class Residential  Landed Housing (dominan), Vertical Housing (ruko, apartemen)

3) Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas

Prioritasi dipahami sebagai penetapan berdasar pengurutan dari yang memiliki tingkat urgenitas tertinggi ke bawah. Dalam prioritasi pemahaman perspektif terhadap konseptualisasi kawasan permukiman menjadi kondisional. Bila tidak maka prioritasi hanya akan membentuk konfigurasi urutan yang mismatch pada konteks. Pendekatan yang dipergunakan sebagai proximity prioritasi adalah top down approach dan bottom up approach atau development from below. Perpaduan pendekatan tersebut akan mendekatkan strategi kebijakan komprehensif pada lokalitas ruang. Prinsip deduktif planning dapat mengkerangkai pertumbuhan kawasan permukiman pada koridor strategi pengembangan kota. Secara induktif planning dinamika perubahan pada lokasional seperti yang termaktub dalam pemahaman dasar tentang perumahan dan permukiman (UU No 1 tahun 2011) seperti : penyelenggaraan dan pencegahan dari merosotnya kinerja kawasan- dapat terakomodasi dalam ruang permukiman. Untuk itulah dalam skala mikro kawasan permukiman urgenitas utamanya merujuk pada esensi dari sistem perumahan dan kawasan permukiman sesuai UU No.1 tahun 2011, yaitu : kualitas kawasan.

Kualitas kawasan dipindai dari sisi : (1) karakter pemukiman, berupa sisi sosial ekonomi dan budaya, (2) hunian, berupa bangunan dan bahannya, (3) PSU pada kuantitas dan kualitas (baik-cukup-kurang), (4) fasilitas pendukung kegiatan/aktivitas, (5) lahan, dan (6) interaksi dinamis antar variabel tersebut dan sinkronisasinya dengan tata ruang atau struktur ruang kota.

Indikasi dari kualitas kawasan adalah kekumuhan, kemiskinan, ketidakterjangkauan terhadap akses dan pelayanan, dan sejenisnya. Semakin berkualitas suatu kawasan akan meninggalkan hal-hal yang bersifat kumuh, miskin, tidakterjangkau, tidak berdaya, dst. Semakin banyak persoalan yang terjadi pada suatu kawasan permukiman yang diakibatkan oleh causa commulative dari pemindai kualitas kawasan di atas, maka label jenjang urgenitas tertinggi bisa disandangnya.

3 - 93

Sedangkan kawasan prioritas berdasrkan pemahaman brief dari prioritasi dan kualitas kawasan serta pencirian kawasan dan makna kawasan permukiman yang memuat hakekat dan fungsi non fisik dan fisik, maka stigmasasi pengerucutan terhadap kawasan prioritas sudah dapat terbentuk. Esensi kawasan prioritas berarti kawasan yang membutuhkan atau memerlukan perhatian oleh sebab kinerja kualitas kawasan yang buruk atau mengindikasikan kekumuhan, kemiskinan, ketidakterjangkauan, dan sejenisnya. Perhatian berarti kebutuhan intervensi pembangunan yang dapat mengubah dan meningkatkan kualitas kawasan. Gradasi kualitas permukiman bisa didekati dengaan kriteria dan tolok ukur dari officer guidelines seperti dari : PU CK, BPS, atau Bappenas. Sehingga ada yang disebut kumuh berat, sedang dst. Berdasar gradualitas kualitas kawasan akan dapat ditentukan tingkat intervensi pembangunannya, mulai dari: peningkatan kualitas/upgrading, rehabilitasi, relokasi, renewal, atau redevelopment.

Identifikasi terhadap kawasan prioritas secara praktis dinyatakan dalam kawasan yang dikendalikan pertumbuhannya (controlled area) dan kawasan yang didorong pertumbuhannya (growing area). Kedua kategori praktis kawasan tersebut mengandung potensi dan permasalahan yang berbeda. Sehingga dalam penetapan kawasan prioritas juga dikemukakan potensi-potensi yang dimiliki kawasan selain permasalahannya.

Penetapan kawasan prioritas permukiman didasarkan pada beberapa kriteria yaitu sebagai berikut:

 Memiliki urgenitas dalam pengembangan;  Memiliki keefektifan manfaat;  Memiliki kesesuaian dengan pengembangan kota;  Memiliki dominasi penanganan bidang keciptakaryaan;

 Memiliki dominasi persoalan bidang keciptakaryaan; dan  Memiliki jaminan keberlanjutan program

Kualitas kawasan atau kawasan “distressed” adalah kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan permukiman prioritas. Indikator untuk

3 - 94

penetapan adalah : (1) kesesuaian (kelerengan, peruntukan lahan); (2) lokasi strategis (jarak dengan pusat pelayanan, aksesibilitas, fasilitas pendukung, struktur ruang kawasan); (3) kondisi hunian (kepadatan bangunan, jenis/bahan bangunan); (4) kondisi infrastruktur (keberadaan sistem, kuantitas, kualitas); (5) kondisi sosial ekonomi (kepadatan penduduk, mata pencaharian, pendapatan rata-rata). Kemudian untuk delineasi kawasan prioritas permukiman didasarkan pada beberapa hal, yaitu di antaranya:

 Pola ruang secara fungsional;

 Kondisi hunian dan lingkungan;

 Sistem infrastruktur;

 Kondisi sosial ekonomi.

3.2.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

1) Rencana Sistem Pelayanan

Sistem penyediaan air minum di Kepulauan Riau ada 2 (dua) sistem, yaitu sistem non perpipaan dan sistem perpipaan. Sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat dan sistem perpipaan dikelola oleh suatu Badan Usaha, baik Badan Usaha milik pemerintah kabupaten, maupun oleh Badan usaha milik masyarakat. Badan Usaha milik pemerintah kabupaten, yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

3 - 95

Penyediaan air minum sistem perpipaan milik Pemerintah Provinsi Riau saat terdiri dari Sistem Perkotaan di Kota Tanjung Pinang, dengan 1 Cabang di Cabang Air Raja dan 2 Cabang di Kota Kecamatan Kabupaten Bintan, yaitu Cabang Kijang dan Cabang Tanjung Uban.

Sistem peyediaan air minum di Kota Tanjungpinang di kelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kepri, pelayanannya meliputi sebagian besar wilayah Kota Tanjungpinang. Sistem pelayanan PDAM Tirta Kepri untuk wilayah Kota Tanjungpinang dibagi atas dua (2) daerah pelayanan yaitu pelayanan sistem reservoir Bukit Cermin dan pipa transmisi wika dan PCM. Pelayanan melalui sistem Reservoir Bukit Cermin dilakukan secara gravitasi sehingga apabila ditinjau dari kaidah teknik sistem ini cukup memadai. Komponen wilayah pelayan Tirta Kepri meliputi: kawasan permukiman, perdagangan, gedung pemerintahan, pendidikan, indusri, pelabuhan dan kawasan khusus Bandara .

Tabel 3.13. : Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Kepri

No Instalasi Daerah Pelayanan 1 Res. Bukit Cermin 1. Kecamatan Tanjungpinang Kota  Kel. Tanjungpinang Kota 2. Kecamatan Tanjungpinang Barat  Kel. Tanjungpinang Barat  Kel. Kemboja  Kel. Bukit Cermin 3. Kecamatan Tanjungpinang Timur  Kel. Kampung Bulang 4. Kecamatan bukit Bestari  Kel. Tanjungpinang Timur  Kel. Tanjung Ayun Sakit  Kel. Sei Jang  Kel. Tanjung Unggat 2 Pipa Transmisi Wika 1. Kecamatan Tanjungpinang Timur  Kel. Pinang Kencana  Kel. Air Raja  Kel. Melayu Kota Piring  Kp. Bulang dan Bandara Kijang 3 Pipa Transmisi PCM 1. Kecamatan Tanjungpinang Timur  Kel. Batu Sembilan  Kel. Melayu Kota Piring  Kp Bulang Sumber: PDAM Tirta Kepri Tanjungpinang

3 - 96

Sedangkan untuk sebagian wilayah yang belum terjangkau pelayanannya oleh PDAM Tirta Kepri, maka pemenuhan kebutuhan akan air minum diperoleh dengan berbagai cara seperti menggunakan sumur galian, sumur bor, atau memanfaatkan jasa pelayanan air minum truk tangki. Secara umum para pengusaha jasa pelayanan air minum tersebut adalah Pengusaha dibidang jasa mengelola sumber air, Pengelolah dibidang jasa mengelola truk tangki air dan Pengusaha penjualan air minum mineral. Secara umum kondisi kualitas sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti sumur gali masih cukup baik namun kuantitanya cukup terbatas sehingga pada musim kemarau panjang di wilayah tertentu sumber air mengering.

2) Rencana Pengembangan SPAM

Daerah pelayanan akan dikembangkan ke seluruh wilayah kota dengan wilayah pengembangan bersadasarkan system pelayanan utama dari reservoir dan dipusatkan pada wilayah pelayanan eksisting dan wilayah pengembangan baru. Secara garis besar rencana wilayah pengembangan dikelompokan menjadi 2 (dua) bagian , yaitu: a) Rencana Pengembangan di Wilayah Pelayanan Eksisting

 Wilayah pengembangan eksiting meliputi pengembangan di Zona Pelayanan yang akan disuplai dari Reservoir Bukit Cermin sebagai zone pelayanan lama untuk kawasan strategis kota, Zona pelayanan Reservoir Seipulai di maksimalkan, Zona Pelayanan Res. Kampung Bulang, Res.Melayu Kt Pinang (semula dilayani oleh Res.Bukit Cermin), serta Zona Pelayanan IPA Raja yang saat ini melayani kawasan Perumnas Air Raja dan sekitarnya, Zona Pelayanan Walikota dan Kampung Bugis.

 Wilayah pengembangan eksiting yang tidak terjangkau oleh Zona pelay pipa Transmisi Wika/PSAB dan pipa Transmisi PCM sebagai kawasan strategis kota, seperti Zona Pelayanan Pengoptimalan dan penambahan seipulai Zona Pelayanan yaitu kawasan Bintan Centre, Tanjung Unggat, Kampung Bulang, Kawasan Pinang Kencana, Untuk pelayanan walikota di buat reservoar masing-masing di karenakan kontur yang tidak memungkinkan dibuat 1 reservoar

3 - 97

dengan pasokan air bersumber dari IPA Rencana dari sugai Gesek, untuk pelayanan Pulau dompak di pasok dari reservoar Cermin dengan mengingat jarak dan ketinggian lokasi di tambahkan pompa buster. b) Rencana Pengembangan di Wilayah Pelayanan Baru

 Pengembangan di kawasan pelayanan baru (domestic dan non domestic) akan dilakukan di kawasan Kelurahan Air Raja RSUD (saat ini dalam pembangunan), Kawasan Air Raja menuju Simpang UMRAH (Perumahan Griya Senggarang), Kawasan Air Raja menuju Pinang Kencana, Kawasan Kp. Bugis, Kawasan Senggarang sebagai kawasan strategis kota.

Rencana pengembangan SPAM di Kota Tanjungpinang di rencana kan untuk jangka waktu minimal 15 tahun yaitu mulai tahun 2011-2025, yang terbagi dalam tiga (3) tahap perencanaan antara lain:

 Tahap I (jangka Pendek 2 tahun) yaitu tahun 2011-2012  Tahap II (jangka menengah 5 tahun) yaitu tahun 2013-2015, dan

 Tahap II (jangka Panjang 15 tahun) yang dibagi menjadi dua fase perencanaan yaitu: fase -1 tahun 2016-2020 dan fase -2 tahun 2021- 2025.

Perencanaan pengembangan SPAM sudah memasuki tahap ketiga (3) yaitu perencanaan jangka panjang dengan periode 15 tahun yang terbagi menjadi dua fase perencanaan. Berikut ini merupakan penjabaran perencanaan SPAM di Kota Tanjungpinang untuk tahap tiga (3).

Program Tahap III (Jangka Panjang 2016-2025)

 Fase – 1 (2016-2020), perencanaan pengembangannya diarahkan untuk :

 Pembangunan IPA baru Waduk Galang Batang Tahap II (120 l/dt)  Pembangunan Reservoir Baru  Pengembangan Jaringan Pipa Transmisi  Pengembangan Jaringan Pipa Distribusi

3 - 98

 Fase – 2 (2021-2025), perencanaan pengembangan diarahkan untuk:  Pembangunan IPA baru Waduk Dompak (150 l/dt)

 Pembangunan Reservoir baru  Pemasangan Pipa Transmisis Air Bersih  Pengembangan Jaringan Pipa Distribusi

Rencana pengembangan SPAM Kota Tanjungpinang diharapkan dapat mencapai target tingkat pelayanan dan sesuai dengan program Milenium Development Goals, “Meciptakan kemudahan bagi separuh prosentase penduduk yang belum memperoleh kemudahan akses air minum ditambah prosentase penduduk yang telah memperolehnya pada saat ini”. Selain mempertimbangkan program MDGs tersebut, target pelayanan juga mempertimbangkan kondisi eksisting SPAM dan strategi daerah baik provinsi atau kota/kabupaten.

Tabel 3.14. : Rencana Pengembangan SPAM Kota Tanjungpinang Tahun 2011-2025

No Kelurahan/Permukiman/kawasan Kecamatan Reservoar Bukit Cermin 1 Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Kota 2 Tanjungpinang Barat Tanjungpinang Barat 3 Kamboja Tanjungpinang Barat 4 Bukit Cermin Tanjungpinang Barat 5 Penyengat Tanjungpinang Kota Reservoar Hutan Lindung 1 Tanjungpinang Timur Bukit Bestari 2 Pulau Dompak Bukit Bestari 3 Tanjung Unggat Bukit Bestari 4 Kampung Baru Tanjungpinang Barat Reservoar Kampung Bulang 1 Tanjung Ayun Sakti Bukit Bestari 2 Kampung Bulang Tanjungpinang Timur 3 Sei Jang (50%) Bukit Bestari Reservoar Kota Piring 1 Sei jang (50%) Bukit Bestari 2 Melayu Kota Piring Tanjungpinang Timur Reservoar Batu Sembilan 1 Air Raja (85%) Tanjungpinang Timur 2 Batu Sembilan (20%) Tanjungpinang Timur

3 - 99

No Kelurahan/Permukiman/kawasan Kecamatan Reservoar Sei Pulai 1 Batu Sembilan (80%) Tanjungpinang Timur 2 Pinang Kencana Tanjungpinang Timur 3 Air Raja (15%) Tanjungpinang Timur 4 Dompak (90%) Bukit Bestari Reservoar Walikota 1 Senggarang Tanjungpinang Kota Reservoar Kampung Bugis 1 Kampung Bugis Sumber: Rencana SPAM Kota Tanjungpinang

3) Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum

Kehilangan (water looses) merupakan permasalahn yang tidak bisa dihidari dan terus terjadi. Hal yang bisa dilakukan adalah bagaimana caranya tingkat kehilangan air dapat diturunkan sedemikian rupa sampai pada batas yang wajar (20 – 30 %). Penurunan kehilangan air tidak bisa mengharapkan keajaiban, namun seluruh pengelola air minum harus terus berjuang bagaimana menanggulangi kehilangan air tersebut.

Berdasarkan data Laporan Bulanan PDAM Tirta Kepri tahun 2010 yaitu jumlah efisiensi dan tingkat kebocoran sistem rata-rata sebesar 54,87%. Sehingga dalam proyeksi kebutuhan air di masa mendatang, tingkat kehilangan air tahun awal (2010) diperkirakan sebesar 54,87% dan berangsur angsur manurun hingga mencapai 34 % pada akhir perioda perencanaan 2025.

Dalam perencanaan ini akan dipertimbangkan rencana penurunan tingkat kebocoran air sebesar 30% yang dilakukan secara bertahap selama 15 tahun atau rata-rata penurunan kebocoran 2% per tahun dengan rincian sebagai berikut:

 Pada tahap tiga (3) fase – 1 periode 2016-2020, penurunan kebocoran air pada akhir tahun 2020 yaitu 40%, dan

 Pada tahap tiga (3) fase – 2 periode 2021-2025, penurunan kebocoran air pada akhir tahun perencanan mencapai 34 %.

Untuk mengurangi kebocoran beberapa upaya yang dilakukan baik sevara teknis maupun non teknis melalui :

3 - 100

Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut :

 Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letak, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang;

 Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik

 Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan;

 Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan;

 SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan; dan

 SOP untuk O&M perpipaan.

Penurunan Kebocoran Non Teknis

Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

 Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian airnya;

 Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan; dan

 Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

3 - 101

1) Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi a) Visi dan Misi

Penetapan visi misi sanitasi diperlukan sebagai koridor pembangunan jangka menengah infrastruktur sanitasi dan sistem pendukungnya yang mengacu ke visi misi kota. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di akhir periode perencanaan sedangkan Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Visi misi yang ditetapkan merupakan acuan untuk pembangunan sanitasi jangka menengah. Dari hasil pertemuan Pokja Sanitasi Kota Tanjungpinang dicapai suatu kesepakatan mengenai visi dan misi sanitasi kota Tanjungpinang yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Kota Tanjungpinang yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungpinang. Tabel 3.15 berikut dapat menjelaskan visi dan misi Kota Tanjungpinang serta visi dan misi sanitasi Kota Tanjungpinang.

Tabel 3.15.: Visi dan Misi Strategi Sanitasi Kota Tanjungpinang

Visi Sanitasi Kota Tanjungpinang Misi Sanitasi Kota Tanjungpinang

Terwujudnya Kota Tanjungpinang yang Misi Air Limbah bersih, sehat serta tertata rapi secara mandiri menuju masyarakat yang 1. Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih sejahtera melalui pembangunan dan melalui pengelolaan air limbah rumah tangga peningkatan layanan sanitasi yang yang berwawasan lingkungan ramah lingkungan 2. Meningkatkan akses dan pemanfaatan layanan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah kota Tanjungpinang melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan swasta serta koordinasi lintas SKPD terkait baik secara horisontal maupun vertikal. 3. Penguatan aspek kerangka hukum dan teknis sektor air limbah kota Tanjungpinang. Misi Persampahan

1. Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih melalui layanan pengelolaan persampahan dengan manajemen yang baik 2. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang

3 - 102

Visi Sanitasi Kota Tanjungpinang Misi Sanitasi Kota Tanjungpinang

pengelolaan persampahan berwawasan lingkungan 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pengelolaan persampahan 4. Meningkatkan pelayanan persampahan ke seluruh wilayah Kota Tanjungpinang 5. Mengurangi timbulan sampah yang berkelanjutan dengan memberdayakan program 3R di tingkat masyrakat 6. meningkatkan peran aktif masyrakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan 7. menyusun dan menetapkan regulasi persampahan 8. meningkatkan sistem pengelolaan sampah ke tahap pengolahan sampah Misi Drainase

1. Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih melalui pembangunan dan penataan drainase lingkungan permukiman 2. Meningkatkan infrastruktur pelayanan drainase yang berkualitas 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelola dan penyedia layanan drainase 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Drainase 5. Meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi pembangunan drainase Misi Perilaku Hidup Bersih Sehat

1. Meningkatkan pola hidup sehat di tengah masyarakat melalui aspek PHBS 2. Melakukan pendekatan pada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan STBM 3. Menerapkan PHBS di setiap lingkungan rumah tangga 4. Melaksanakan pendidikan sanitasi dan PHBS sejak dini 5. Meningkatkan kualitas lingkungan dan pemberdayaan masyarakat untuk PHBS Sumber : Pokja Sanitasi Kota Tanjungpinang

3 - 103

b) Tahapan Pengembangan Sanitasi Penetapan sistem dan zona sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi sistem sanitasi yang paling sesuai dan perumusan program dan kegiatan yang sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sistem yang diusulkan. Sistem sanitasi adalah proses multilangkah dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir. Setiap tahap ini disebut kelompok fungsional karena memiliki teknologi sendiri-sendiri dengan pengelolaan spesifik. Sistem sanitasi yang akan diusulkan ditentukan berdasarkan tahapan implementasi yakni jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun). Penetapan sistem sanitasi mempertimbangkan beberapa faktor, yakni: 1. Faktor pengelolaan (peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan O & M, dan kepemilikan asset); 2. Faktor fisik wilayah (kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, dan topografi); dan 3. Faktor keuangan dan pendanaan (kapasitas fiscal, dukungan, dan mekanisme pendanaan).

Pemilihan sistem pengembangan sanitasi dipilih berdasarkan sub-sektor yang digunakan, meliputi: 1. Sub-sektor air limbah domestik: sistem setempat (sistem on-site) dimana air limbah langsung diolah ditempat; dan sistem terpusat (sistem off-site) dengan mengalirkan air limbah domestik melalui perpipaan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL);

2. Sub-sektor persampahan: sistem pengangkutan tidak langsung (melalui tempat penampungan sementara/TPS); sistem pengangkutan langsung; dan sistem penanganan sampah di sumbernya; dan 3. Sub-sektor drainase: sistem gravitasi dan sistem pemompaan.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi untuk pengembangan sanitasi perkotaan, meliputi: 1. Lingkungan (risiko kesehatan, pemanfaatan air tanah, dan air permukaan);

3 - 104

2. Budaya – perilaku (tingkat kesadaran penduduk, keterampilan managemen masyarakat); dan

3. Biaya investasi dan berulang (keterjangkauan, ketepatan teknologi).

 Sub Sektor Air Limbah

Berdasarkan pembahasan dalam Buku Putih Sanitasi (BPS) sebelumnya, isu strategis dan permasalahan mendesak dalam bidang pengelolaan air limbah untuk segera dilakukan penanganan di Kota Tanjungpinang antara lain:

1. Pemerintah Kota Tanjungpinang belum memiliki masterplan sektor air limbah;

2. Pemerintah Kota Tanjungpinang belum memiliki perangkat pengaturan dan standar, pedoman dan manual bidang air limbah;

3. Peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola air limbah domestik belum maksimal. Hal ini dikarenakan penjelasan mengenai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing SKPD belum terurai secara jelas dan rinci disamping anggaran dalam investasi APBD yang tersedia belum diatur untuk dapat mendanai keseluruhan kegiatan dalam pengelolaan air limbah domestik;

4. Kota Tanjungpinang sampai saat ini belum memiliki bangunan IPAL atau IPLT, sedangkan kebutuhan akan pengolahan air limbah domestik sangat diperlukan untuk menjamin adanya situasi lingkungan yang lebih sehat dan aman. Untuk itu pembangunan IPAL atau IPLT serta saluran/koneksi penghubung dari sumber air limbah domestik hingga tempat pengolahan tersebut menjadi sangat mendesak untuk dilaksanakan terutama pada kawasan padat penduduk dan bangunan;

5. Pembangunan sanitasi skala komunitas di daerah yang padat penduduk, pendapatan rendah dan rawan sanitasi masih kurang;

6. Kesadaran masyarakat akan sanitasi yang baik dan lingkungan yang sehat masih kurang. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan secara menyeluruh mengenai pengelolaan air limbah domestik dan

3 - 105

lingkungan, disamping itu juga karena kurangnya sarana yang tersedia serta kondisi kemiskinan sehingga menyebabkan investasi/konsumsi rumah tangga miskin untuk kegiatan pengelolaan air limbah individu tidak menjadi prioritas bahkan terlupakan; dan

7. Peran dan partisipasi dunia usaha masih sangat minim, hal disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan kerjasama yang memadai dalam upaya pengelolaan air limbah domestik yang dapat difasilitasi oleh pemerintah Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi Air Limbah menggunakan instrumen yang ada, diketahui bahwa klasifikasi wilayah pada masing-masing lingkup kelurahan di Kota Tanjungpinang dikelompokkan dalam 2 (dua) klasifikasi wilayah, yaitu klasifikasi wilayah Peri Urban dan Rural. Jumlah kelurahan yang temasuk dalam klasifikasi Peri Urban adalah sebanyak 2 (tiga) kelurahan, meliputi kelurahan Tanjungpinang Kota dan Kelurahan Kemboja. Adapun jumlah kelurahan yang termasuk dalam klasifikasi Rural adalah sebanyak 17 (tujuh belas) kelurahan.

Dengan menggunakan instrumen yang ada dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka dapat ditetapkan sistem sanitasi air limbah yang memungkinkan di Kota Tanjungpinang meliputi 2 (dua) jenis sistem, yakni: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) MCK ++ pada 17 kelurahan, dan sistem OFF-SITE/TERPUSAT MEDIUM di Kelurahan Tanjungpinang Kota.

Akan tetapi, memperhatikan situasi pada kondisi lapangan maka telah dilakukan perubahan pilihan sistem sanitasi yang akan diaplikasi pada masing-masing kelurahan. Pada dasarnya di seluruh kelurahan tetap menggunakan sistem on site individual yang selama ini telah digunakan dengan mengoptimalkan pemanfaatannya untuk mencegah kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) yang saat ini masih sangat tinggi di Kota Tanjungpinang berdasarkan hasil survei EHRA Kota Tanjungpinang Tahun 2013. Pilihan teknologi on site communal dan STBM MCK++ akan dilaksanakan pada beberapa kelurahan tertentu sesuai dengan kondisi karakteristik kawasannya.

3 - 106

Untuk itu telah ditentukan bahwa wilayah yang menggunakan sistem STBM, MCK++ adalah sebanyak 17 (tujuh belas) kelurahan dengan opsi lainnya adalah pengembangan layanan dengan sistem ON- SITE/SETEMPAT KOMUNAL. Untuk sistem OFF-SITE/TERPUSAT MEDIUM terdapat pada 1 (satu) Kelurahan dan untuk ke depannya dikembangkan dengan sistem OFF-SITE/TERPUSAT JANGKA PANJANG. Disamping itu sistem on site individual akan dioptimalkan pada seluruh kelurahan di Kota Tanjungpinang.

Seperti dijelaskan sebelumnya, target cakupan pelayanan air limbah domestik di Kota Tanjungpinang akan dipenuhi melalui sistem On site baik Individual maupun Komunal. Secara detail, dijelaskan bahwa on site individual (tangki septik) yang pada saat ini masih meliputi cakupan layanan sebesar 65,5% akan lebih dioptimalkan pemanfaatan sehingga peningkatan target cakupan pelayanan tidak terlalu besar (hanya sebesar 69,12%) hingga jangka panjang. Sedangkan sistem OFF- SITE/TERPUSAT MEDIUM akan mengalami peningkatan cakupan targat layanan, yaitu menjadi 30,88% hingga jangka panjang. Tahapan pengembangan sektor air limbah di Kota Tanjungpinang, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut ini.

Tabel 3.16.: Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Tanjungpinang

Target cakupan layanan* (%) Cakupan layanan No Sistem Jangka Jangka Jangka eksisting* (%) pendek menengah panjang

A Sistem On-site

1 Individual (tangki septik) 65,5 66 68 69,12

2 Komunal (MCK, MCK++) 7,6 15 20 30,88

B Sistem Off-site

1 Skala Kota - - - -

2 Skala Wilayah - - - - Keterangan: Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

3 - 107

 Sub Sektor Persampahan Dari analisa yang dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kota Tanjungpinang yang telah dituangkan di dalam dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dapat dilihat beberapa permasalahan dan isu strategis pada sub sektor persampahan sebagai berikut ini : 1. Peremajaan/Penggantian Kendaraan Pengangkut Sampah. 2. Peremajaan/Penggantian Bak Sampah Kontainer Kapasitas 6 M3.

3. Perluasan/Pembebasan Lahan di sekitar TPA Ganet, sebagai lokasi penimbunan baru (sanitary landfill, zona penyangga, zona budidaya terbatas dan penyiapan lahan urug saniter/terkendali. 4. Pembuatan Landasan kontainer (diharapkan dilengkapi penutup/atap) 5. Pengangkutan Sampah Laut di Daerah Pesisir dan penyiapan tempat dan metode pemindahannya ke TPA kurang 6. Sebagian lokasi di wilayah kelurahan di pesisir yang penduduknya berada di kawasan pemukiman pelantar di pinggir pantai. Kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah di laut. sampah yang berada di laut pada akhirya selalu menumpuk di lokasi pemukiman pelantar, dan kurangnya sarana dan prasarana pembunangan sampah dikawasan pinggir pantai. Tahapan pengembangan sektor persampahan di Kota Tanjungpinang, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut ini.

Tabel 3.17. : Tahapan Pengembangan Sistem Persampahan Domestik Kota Tanjunpinang. Cakupan Cakupan layanan* (%) layanan No Sistem Jangka Jangka Jangka eksisting* pendek menengah panjang (%) (a) (b) (c) (d) (e) (f) A Penanganan langsung Oleh (c) (d) (e) petugas Persampahan 1 Kelurahan TPI Kota 70 85 90 100 2 Kelurahan Senggarang 75 85 90 100 B Penanganan tidak langsung (indirect) 1 Kelurahan Penyengat 30 50 80 100

3 - 108

Cakupan Cakupan layanan* (%) layanan No Sistem Jangka Jangka Jangka eksisting* pendek menengah panjang (%) 2 Kelurahan Kp. Bugis 40 60 80 100 3 Kelurahan TPI Barat 30 50 70 100 4 Kelurahan Kemboja 20 50 80 100 5 Kelurahan Bukit Cermin 20 40 70 100 6 Kelurahan Kp Baru 20 40 70 100 7 Kelurahan Dompak 20 40 70 100 8 Kelurahan Seijang 40 60 80 100 9 Kelurahan TAS 10 40 80 100 10 Kelurahan Tg. Unggat 20 50 80 100 11 Kelurahan TPI Timur 10 40 70 100 12 Kelurahan Air Raja 10 40 70 100 13 Kelurahan Batu IX 10 40 70 100 14 Kelurahan Pinang Kencana 10 40 70 100 15 Kelurahan Kp. Bulang 10 40 70 100 16 Kelurahan MKP 10 40 70 100 Keterangan: Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

 Sub Sektor Drainase

Tahapan pengembangan drainase Kota Tanjungpinang diarahkan untuk menjawab isu-isu strategis dan permasalahan mendesak yang sedang dihadapi pada sub sektor drainase khususnya. Adapun isu strategis dan permasalahan mendesak sub sektor drainase di Kota Tanjungpinang sebagaimana sudah diuraikan dalam dokumen Buku Putih Sanitasi adalah antara lain:

1. Sungai besar yang berfungsi sebagai saluran pembuangan akhir mengalami sedimentasi pada muara sungainya dan tidak mampu menampung debit air pada saat-saat tertentu;

2. Drainase yang sudah ada kurang dipelihara sehingga tidak berfungsi lagi;

3. Drainase yang sudah ada dibangun tidak berdasarkan pengukuran elevasi wilayah dan hanya mengacu pada tinggi permukaan tanah setempat, atau dengan kata lain saluran drainase yang dibangun tidak mengacu pada konsep jaringan drainase perkotaan yang komprehensif dan terpadu; 4. Penanganan drainase yang belum terpadu;

3 - 109

5. Saluran sekunder atau anak sungai mengalami pendangkalan dan penyumbatan akibat prilaku masyarakat yang membuang sampah di sungai dan kurangnya pemeliharaan. Proses pembuangan sampah di sungai dilakukan karena sarana dan prasarana kebersihan lingkungan belum tersedia dan dikelola secara baik; 6. Beberapa ruas jalan belum mempunyai saluran drainase di sisi kiri maupun kanannya, sehingga air hujan yang turun dijalan tersebut mengalir secara alamiah dan tidak terkendali mengikuti permukaan tanah yang menurun; 7. Terjadinya penggerusan dan terbawanya material saluran oleh aliran air, sehingga terjadi pendangkalan dan sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya penyempitan dimensi saluran drainase; 8. Perilaku masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase dan pembangunan fisik yang tidak memperhatikan garis sempadan saluran menyebabkan penyumbatan dan kerusakan saluran drainase; 9. Pengembangan wilayah kota yang mengubah tata guna lahan, mengakibatkan bertambahnya debit air di saluran. Luapan/genangan terjadi karena pertambahan debit tersebut tidak disertai dengan perencanaan ulang saluran drainase eksisting; 10. Akibat alih fungsi lahan mengakibatkan banyak kawasan yang lebih rendah sebagai tempat parkir air (retarding pond) , lahan basah (wet land) seperti rawa, situ dan embun yang ditimbun sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan sistem drainase nuntuk mengeringkan kawasan terbangun dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir; 11. Belum adanya ketegasan fungsi saluran sebagai sistem pematusan air hujan dengan saluran pembuangan air limbah dapur dan cucian. Karakterisktik drainase yang berbeda dengan sistem air limbah apabila disatukan akan berdampak pada muncul persoalan pada daerah hilir aliran; dan 12. Kelengkapan perangkat aturan dan kelembagaan yang masih terbatas yang menyangkut mekanisme penglibatan masyarakat, bentuk dan struktur organisasi pengelola, regulasi maupun proses penyusunan rencana.

3 - 110

Untuk penanganan permasalahan tersebut dilakukan pembagian wilayah menjadi 3 zonasi wilayah penanganan, yaitu: zona penanganan jangka pendek, zona penanganan jangka menengah, dan zona penanganan jangka panjang, yaitu : 1. Zona penanganan jangka pendek meliputi Kelurahan TPI Kota 2. Tidak ada cakupan untuk Zona penanganan jangka menengah 3. Zona penanganan jangka panjang meliputi:  Kelurahan TPI Barat  Kelurahan Kemboja  Kelurahan Kampung Baru  Kelurahan Bukit Cermin  Kelurahan Melayu Kota Piring  Kelurahan Kp. Bulang  Kelurahan Air Raja  Kelurahan Batu IX  Kelurahan Pinang Kencana  Kelurahan Kp. Bugis  Kelurahan Senggarang  Kelurahan Penyengat  Kelurahan TPI TImur  Kelurahan Dompak  Kelurahan Tanjung Ayun Sakti  Kelurahan Sei jang dan Tanjung Unggat

2) Tujuan, Sasaran dan Strategi Sanitasi Tujuan, sasaran dan strategi untuk mencapai visi dan misi sanitasi yang telah dirumuskan sebelumnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

 Sub Sektor Air Limbah Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan sub-sektor Air Limbah yang ingin dicapai di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut.

3 - 111

Tabel 3.18. : Tujuan, sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembagan Air Limbah Domestik Kota Tanjungpinang Sasaran Tujuan Pernyataan Indikator Strategi sasaran sasaran Meningkatkan akses dan Meningkatnya Terdapat Pembangunan sarana dan pemanfaatan layanan akses layanan prasarana air limbah sarana dan prasarana layanan sarana dan (IPAL/IPLT) komunal skala pengelolaan air limbah Kota sarana dan prasarana air pelayanan lingkungan Tanjungpinang melalui prasarana air limbah yang dengan berbasis pada peningkatan partisipasi aktif limbah dari aman partisipasi masyarakat masyarakat dan swasta 55,71% Penyadaran dan peningkatan serta koordinasi lintas menjadi 100% partisipasi masyarakat dalam SKPD terkait baik secara pada tahun penyediaan lahan untuk horisontal maupun vertikal. 2018 fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di lokasi pemukiman padat penduduk. Mengoptimalkan sumber pembiayaan lainnya untuk investasi dalam pengelolaan air limbah Mengoptimalkan peran koordinasi antar SKPD terkait pengelolaan air limbah Berkurangnya Tidak ada Meningkatkan peran serta praktek penduduk media dan kader kesehatan Buang Air yang lingkungan dalam promosi Besar melakukan dan penyuluhan tentang Sembarangan praktek BABS pengelolaan air limbah (BABS) dari di tahun 2018 domestik di tingkat rata-rata masyarakat. sebanyak Meningkatkan sosialisasi dan 80% dari komunikasi dan kepada pihak jumlah masyarakat, industry dan penduduk pengelola rumah menjadi 0% sakit/puskesmas tentang tahun 2017 pengelolaan air limbah rumah tangga, industry dan medis dengan memanfaatkan media yang ada serta peran kader posyandu; Penguatan aspek kerangka Tersedianya Tersedia Menyusun peraturan daerah hukum dan teknis sektor air kerangka peraturan mengenai pengelolaan air limbah Kota Tanjungpinang. hukum daerah pengelolaan mengenai limbah yang disesuaikan air limbah penanganan dengan peraturan di tingkat domestik kota air limbah atas;

3 - 112

Sasaran Tujuan Pernyataan Indikator Strategi sasaran sasaran Menyusun PERDA tentang jasa pengelolaan air limbah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan investasi pengelolaan air limbah. Tersedianya Tersusunnya Penyusunan master plan kerangka dokumen pengelolaan air limbah dan teknis teknis pemanfaatan air baku. pengelolaan pengelolaan Adanya persyaratan upaya air limbah air limbah kelola dan pantau lingkungan dalam pemberian ijin terhadap kegiatan industri rumah tangga, industry kecil dan besar. Menyusun standar operasional prosedur teknis pengelolaan air limbah Meningkatkan dan mengoptimalkan kompetensi pengelola air limbah (peningkatan jumlah tenaga kerja/staf dalam merencanakan, mengawasi, mememelihara sarana dan prasarana air limbah).

 Sub Sektor Persampahan Adapun perumusan tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan sub- sektor Persampahan yang ingin dicapai di Kota Tanjungpinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut ini.

Tabel 3.19. : Tujuan, sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembagan Persampahan Kota Tanjungpinang Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran Pelayanan Semua kelurahan terlayani Peningkatan Advokasi ke Kepala persampahan oleh kendaraan pelayanan Daerah dan DPRD di seluruh pengangkut sampah pada persampahan dari wilayah Tahun 2018 65 % menjadi 100 Meningktkan jumlah administrasi % di Tahun 2018 anggaran untuk dan penyediaan sarana dan terciptanya prasara persampahan Kota disesuaikan dengan

3 - 113

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran Tanjungpinan cakupan pelayanan g yang bersih Penambahan jumlah dan nyaman tenaga operasional pada Tahun pengangkut sampah 2018 Penutupan lokasi TPS liar Tidak ada lagi Penertiban TPS liar pada Tahun 2014 lokasi TPS liar dengan bekerja sama pada Tahun 2014 dengan pihak kelurahan dan SKPD terkait Penambahan Peningkatan jumlah Bertambahnya Memprioritaskan jumlah sarana sarana dan prasarana jumlah sarana dan pengadaan Truck dan prasarana persampahan prasarana sampah, Kendaraan roda persampahan persampahan tiga, Container,tempat pembuangan sampah Memaksimalkan pendanaan dari masyarakat dan swasta untuk pengadaan sarana persampahan Peningkatan Meningkatnya kepedulian Tersedianya Penyusunan regulasi peran masyarakat dan swasta tempat persampahan yang masyarakat dalam pengelolaan pembuangan memuat aturan dan dan swasta persampahan pada Tahun sampah di setiap sanksi dalam 2015 lokasi usaha pengelolaan Tahun 2015 persampahan Hilangnya Meningkatkan kegiatan kebiasaan penyuluhan dan masyrakat sosialisasi ditingkat membuang masyarakat, sekolah dan sampah lokasi – lokasi yang sering sembarangan dimanfaatkan oleh Tahun 2015 masyrakat sebagai tempat pembuangan sampah Daerah aliran Menyiapkan tong sampah sungai bebas dari bagi petugas penyapu sampah Tahun jalan 2015 Munculnya gerakan 3R Munculnya Memberikan pelatihan 3R ditingkat masyarakat dan kelompok kepada masyrakat dan lingkungan sekolah pada masyrakat dan lingkungan sekolah Tahun 2015 lingkungan Menjalin kemitraan sekolah yang dengan kelompok melaksankan penggiat 3R program 3R Peningkatan Penyusunan dan Ditetapkan dan Advokasi ke Kepala sistem penetapan masterplan, dilkasakannya Daerah dan DPRD untuk pengelolaan SOP dan regulasi tentang pengelolaan membuat Perwali atau ke sistem persampahan pada Tahun persampahan Perda tentang regulasi

3 - 114

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran pengolahan 2014 berdasarkan persampahan persampahan masterplan, SOP pada Tahun dan regulasi Penyusunan masterplan 2017 persampahan dan SOP oleh SKPD pada Tahun 2014 terkait Terbangunnya Membangun sistem sistem pengolahan pengolahan sampah persampahan organik dan sampah non yang lebih baik organik pada Tahun 2017 Peningkatan SDM Meningkatnya SDM Memberikan pelatihan aparatur pengelola aparatur pengelola kepada aparatur tentang persampahan persampahan sistem pengelolaan persamphan Terjalinnya koordinasi Adanya kerjasama Meningkatkan koordinasi antar SKPD yang antar SKPD dalam dari tahap perencanaan, berkaitan dengan pengelolaan pelaksanaan dan pengelolaan persampahan persampahan pengawasan Peningkatan sistem dari Terbangunya Membangun sistem pengelolaan ke sistem pengolahan pengolahan sampah pengolahan pada Tahun persampahan pada organik dan sampah non 2017 Tahun 2017 organik

 Sub Sektor Drainase

Adapun perumusan tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan Sub- sektor drainase yang ingin dicapai di Kota Tanjungpinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.20 berikut ini.

Tabel 3.20. : Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase Kota Tanjungpinang Sasaran Tujuan Pernyataan Indikator Strategi sasaran sasaran Menyediakan sarana Sarana dan 80% kawasan  Peningkatan dan prasarana prasarana permukiman di sarana dan pelayanan drainase pelayanan drainase Kota prasarana yang berkualitas yang berkualitas Tanjungpinang drainase sudah mampu bebas genangan lingkungan dan melayani 80% setinggi 30 cm pengendalian kawasan perkotaan atau lebih pada banjir di kawasan dengan baik dan tahun 2018. perkotaan efektif.  Penataan sistem aliran sungai besar sebagai saluran primer  Normalisasi sungai

3 - 115

Sasaran Tujuan Pernyataan Indikator Strategi sasaran sasaran dan pembangunan kolam resapan  Mengembangkan konsep eco drainage

- Meningkatkan kualitas Lembaga pengelola  Peraturan  Capacity building pengelolaan sistem layanan drainase Daerah tentang kelembagaan drainase didukung oleh Pengelolaan pengelola drainase regulasi yang tepat drainase Kota  Penyediaan dan perencanaan Tanjungpinang dokumen rencana yang komprehensif telah ditetapkan sistem drainase pada tahun 2014 secara bertahap  SKPD pengelola dan mendetail layanan  Penyediaan drainase regulasi yang didukung oleh spesifik lokal uraian tupoksi dalam hal yang mendetail pengelolaan dan dan aparatur pengembangan dan handal sisitem drainase

- Meningkatkan Masyarakat  Masyarakat tidak  Meningkatkan kesadaran masyarakat memiliki membuang kerjasama dari dalam pengelolaan pemahaman dan sampah pada parastakeholder drainase pengetahuan yang saluran drainase pembangunan cukup tentang  Saluran drainase drainase pentingnya sistem lingkungan (pemerintah, drainase lingkungan dalam kawasan masyarakat, NGO, yang baik dan permukiman swasta/dunia berpartisipasi aktif tidak mengalami usaha). dalam pengelolaan sedimentasi dan  Pemberdayaan drainase lingkungan penyumbatan masyarakat dalam hal pengelolaan drainase  Peningkatan kualitas dan kuantitas publikasi dan sosialisasi pengelolaan drainase lingkungan - Meningkatkan peran Terdapat sarana Saluran drainase  Meningkatkan serta dunia usaha dan dan prasarana pada kawasan kerjasama dari swasta serta saluran drainase perumahan (real para pemangku masyarakat dalam yang dibiayai oleh estate, BTN, dll) kepentingan dalam membiayai dunia usaha/swasta sediakan oleh pembangunan pembangunan drainase serta masyarakat pengembang Drainase perumahan (pemerintah, masyarakat, NGO, Swasta).

3 - 116

3.2.4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

1) Program Bangunan dan Lingkungan Program bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukkan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu, yang memuat jenis, jumlah, besaran/massa dan luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH), fasilitas umum dan fasilitas sosial, prasarana aksesibilitas sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru.

Penyusunan program bangunan dan lingkungan dilakukan melalui analisis kawasan dan wilayah perencanaan termasuk mengenai pengendalian dampak lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan.

Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari masing-masing elemen desain. Konsep ini bermanfaat untuk :

1. Mengarahkan penyusunan visi dan karakter perancancangan; 2. Mengendalikan suatu intervensi desain lingkungan sehingga berdampak baik, terarah dan terukur terhadap suatu kawasan yang direncanakan;

3 - 117

3. Mengintegrasikan desain elemen-elemen kota yang berpengaruh pada suatu perencanaan kawasan; dan

4. Mengarahkan indikasi program dan desain penataan yang tepat pada tiap sub bagian kawasan yang direncanakan. Adapun Komponen Dasar Perancangan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi; visi pembangunan, konsep perancangan struktur RTBL,konsep perancangan kawasan, dan blok pengembangan kawasan. a. Visi Pembangunan, yaitu gambaran spesifik karakter lingkungan di masa mendatang yang akan dicapai sebagai hasil akhir penataan suatu kawasan yang direncanakan, disesuaikan dengan seluruh kebijakan dan rencana tata ruang yang berlaku pada daerah tersebut. Dengan kriteria :

1. Spesifik mengacu pada Konteks setempat; 2. Memiliki Spirit untuk membentuk/memperkuat karakter dan Identitas Suatu Tempat; 3. Memperkuat/memperjelas struktur ruang lingkungan/kawasan dalam konteks makro; 4. Realistis dan Rasional : penetapan visi yang memungkinkan dicapai dapa kurun waktu penataan dan secara rasional memungkinkan untuk dicapai berdasarkan konteks dan potensi yang ada; 5. Kinerja dan Sasaran Terukur;

6. Mempertimbangkan berbagai sumber daya dukung lingkungan; dan

7. Memperhatikan kepentingan masyarakat pengguna/masyarakat lokal. b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan, yaitu suatu gagasan perancangan dasar pada skala makro, dari intervensi desain struktur tata bangunan dan lingkungan yang hendak dicapai pada kawasan perencanaan, terkait dengan struktur keruangan yang berintegrasi dengan kawasan sekitarnya secara luas, dan dengan mengintegrasikan seluruh komponen perancangan kawasan yang ada. Disusun dengan kriteria :

3 - 118

1. Merupakan perwujudan realistis dari Visi Pembangunan; 2. Merupakan sintesa dari identifikasi permasalahan, potensi dan prospek kawasan perencanaan yang dilakukan pada Tahapan Analisis; 3. Membentik/memperkuat karakter dan identitas suatu tempat; 4. Memperhatikan keterkaitan makro dengan struktur ruang kota, dan keterkaitan mikro dengan lingkungan eksisting sekitarnya;dan

5. Mengintegrasikan seluruh elemen rancang lingkungan. c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan, yiatu suatu gagasan perancangan dasar yang dapat merumuskan komponen-komponen perancangan kawasan (peruntukkan, intensitas, dll). Dengan kriteria : 1. Struktur Peruntukkan Lahan;

2. Intensitas Pemanfaatan Lahan; 3. Tata Bangunan; 4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung; 5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau;

6. Tata Kualitas Lingkungan; 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan;dan 8. Pelestarian bangunan dan lingkungan. d. Blok Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya, yaitu pembagian suatu kawasan perencanaan menjadi blok-blok pengembangan yang lebih kecil sehingga strategi dan program pengembangannya dapat lebih terarah dan rinci. Disusun dengan kriteria : 1. Secara Fungsional :  Kesaman Fungsi, karakter eksisting ataupun karakter yang ingin diciptakan  Kesamaan dan Potensi Pengembangan  Kebutuhan pemilahan dan Organisasi pekerjaan serta strategi Pengembangannya.

3 - 119

2. Secara Fisik :  Morfologi Blok ;  Pola/Pattern blok ;  Kemudahan Implementasi dan Prioritas Strategi 3. Dari sisi Lingkungan (daya dukung dan kelestarian ekologi lingkungan) dilakukan  Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan, dan perwujudan sistem ekologis yang berkelanjutan ;  Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik melalui peyediaan lingkungan yang aman, nyaman, sehat, dan menarik serta berwawasan ekologis. 4. Dari sisi pemangku Kepentingan melalui tercapainya keseimbangan berbagai kepentingan yang ada antar para pelaku.

2) Rencana Umum dan Panduan Rancangan

Rencana Umum dan Panduan Rancangan merupakan ketentuan- ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat rencana peruntukkan lahan makro dan mikro. Rencana perpetakan, Rencana Tapak, Rencana sistem pergerakan dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan dan Ruang Terbuka Hijau.

Materi rencana umum mempertimbangkan potensi mengakomodasi komponen-komponen rancangan suatu kawasan sebaai berikut :

1. Struktur Peruntukkan Lahan

Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.

2. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimun banguan terhadap lahan/tapak peruntukannya.

3 - 120

3. Tata Bangunan Tata bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen : blok, kaveling/petak lahan, bangunan serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik. Tata bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku RTRW kabupaten/kota dan rencana rincinya. 4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaku (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia) sistem dan sarana transit sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan dan sistem jaringan penghubung. 5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancangan kawasan, yang tidak sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancangan arsitektural diseleseikan melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas.

Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar- besarnya oleh publik.

3 - 121

6. Tata Kualitas Lingkungan

Penataan Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen- elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau sub area dengan sistem lingkungan yang informatif berkarakter khas dan memiliki orientasi tertentu.

7. Sistem Prasaran dan Utilitas Lingkungan

Sistem prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaaannya memungkinkan suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon, sistem jaringan pengamanan kebakaran dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi

Panduan rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk penjabaran materi utama melalu pengembangan komponen rancangan kawasan pada bangunan kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan kaveling dan blok termasuk panduan ketentuan detail visual kualitas minimal tata bangunan dan lingkungan. Panduan rancangan ini bermanfaat untuk :

1. Memberi arahan ringkas dan sistematis bagi implementasi ketentuan dasar serta letentuan detail dari perancangan tiap bangunan kaveling, subblok dan blok pengembangan dalam dimensi yang terukur

2. Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan (3 Dimensional) sebagai model penerapan seluruh rencana tata bangunan dan lingkungan dalan tiap kaveling subblok dan blok

3. Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak positif, terarah dan terukur pada suatu kawasan yang direncanakan

4. Mencapai integrasi elemen-elemen desain yang berpengaruh kawasan yang direncanakan

3 - 122

3) Rencana Investasi

Rencana Investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan lingkunga/kawasan. Rencana ini merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelakasanaan pembangunan. Rencana ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilyah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/pembiayaan.

A. Skenario Strategi Rencana Investasi 1. Aspek-Aspek Perencanaan a. Program bersifat jangka menengah minimal untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, serta mengindikasikan investasi untuk berbagai macam kegiatan, yang meliputi : tolak ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan kesepakatan sumber pendanaannya. b. Meliputi investasi pembangunan yang dibiayai oleh pemerintah daerah/pusat (dari berbagai sektor, dunia usaha/swasta, dan masyarakat. c. Menjelaskan pola-pola penggalangan pendanaan, kegiatan yang perlu dilakukan khususnya oleh Pemda setempat, sekaligus saran/alternatif waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. d. Menjelaskan Tata Cara penyiapan dari penyepakatan investasi dan pembiayaan, termasuk menjelaskan langkah, pelaku, dan perhitungan teknisnya. e. Menuntun para Pemangku kepentingan dalam memperoleh justifikasi kelayakan ekonomi dan usulan perencanaan lingkungan dengan memisahkan jenis paket berjenis cost recovery, noncost recovery, dan pelayanan publik.

3 - 123

2. Strategi perencanaan Investasi denga Skenario Sebagai Berikut : a. Penetapan paket Kegiatan pada Tiap Jangka Waktu Penatahapan dan Penyiapan rincian sumber pembiayaan. b. Perencanaan Pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket dan perhitungan investasi publik. c. Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan. d. Penyiapan Detail Investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan.

B. Pola Kerja Sama Operasional Investasi 1. Kesepakatan bentuk Kerja Sama Operasional (KSO) yang menyangkut pola investasi antara lain dapat berbentuk : Build Operate and Transfer (BOT), Build Own Operate and Transfer (BOOT), dan Build Own and Operate (BOO). 2. Pada Prinsipnya Pola Kerja Sama Operasional ini dapat dilakukan oleh 3 (tiga) pihak, yaitu pemerintah, swasta dan/atau masyarakat (penghuni kawasan) 3. Pemilihan alternatif pola KSO dengan mempertimbangkan beberapa aspek kesepakatan kontrak dengan pemangku kepentingan, sebagai berikut : a. Jangka Waktu Kontrak harus cukup untuk pengembalian hutang dan memberikan keuntungan yang disesuaikan dengan risiko kepada para investor b. Permintaan akan layanan dijamin oleh otoritas Pemerintah (badan yang mengontrak) c. Jaminan kerja sama berkaitan dengan minimalisasi risiko pembangunan, risiko pengembangan lingkungan, risiko kredit pembiayaan, risiko operasional, risiko politik, dan risiko keadaan pasar, serta pertimbangan dukungan pemerintah. d. Fasilitas akan ditransfer (diserahkan) kepada pemerintah dan sebagai milik pemerintah pada akhir periode kontrak, Kontrak harus menyebutkan secara jelas bagaimana proses pengalihan pemilikan dilakukan dan keharusan pihak swasta untuk menyiapkan fasilitas yang akan diserahterimakan.

3 - 124

3 - 125

3 - 126

3 - 127

3 - 128

3 - 129

3 - 130

3 - 131

3 - 132

3 - 133

3 - 134