Arsitektur Tradisional Nias Selatan Di Ambang Kepunahan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KALPATARU, Majalah Arkeologi Vo.27 No.2, November 2018 (105-116) OMO HADA: ARSITEKTUR TRADISIONAL NIAS SELATAN DI AMBANG KEPUNAHAN Traditional Architecture in South Nias on the Verge of Extinction Nasruddin1 dan Fadhlan S. Intan2 1Pusat Penelitian Arkeologi Nasional [email protected] 2Pusat Penelitian Arkeologi Nasional [email protected] Naskah diterima : 10 Agustus 2018 Naskah diperiksa : 14 Oktober 2018 Naskah disetujui : 5 November 2018 Abstract. The cultural heritage of South Nias is preserved in the form of both traditional and megalithic architectures. Those bring aesthetic values as well as a source of local wisdom for the people. This precious legacy must be preserved for the future. Nonetheless, people’s view towards their cultural heritage has changed as if those sacred values and local wisdom are no longer important for their lives. In order to find answer for the issue, this research used ethno- archeological approach to focus on architectural aspect of omo oada, including its megalithic remains. The research was conducted through field observation to cultural objects and social aspect so that it gave more lucid views of architectural components and ornaments related to the cultural context of South Nias in the past. Keywords: Traditional architecture, Megalithic, Cultural heritage Abstrak. Warisan budaya Nias Selatan yang dipresentasikan lewat peninggalan artefak, berupa bangunan berarsitektur tradisional maupun beragam bangunan batu megalit dengan segala rupa bentuknya, merupakan karya budaya leluhur yang tidak hanya mengandung nilai estetika, keunikan dan seni semata, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal masyarakat pendukungnya. Warisan yang penting dan sangat berharga ini wajib dipelihara dan dilestarikan. Namun, sikap dan pandangan masyarakat terhadap warisan budayanya sedang berubah, seakan tidak lagi memiliki nilai-nilai sakral, bahkan nilai kearifan lokal pun mulai luntur seiring perjalanan waktu. Dari berbagai masalah warisan budaya Nias Selatan yang sedang dihadapi itu, penelitian ini mencoba menyoroti aspek arsitektur tradisional omo hada, termasuk unsur megalitik yang menyertainya, sebagai subyek yang penting untuk didalami dan dikaji dengan pendekatan etnoarkeologi. Penekanan pada metode ini terletak pada observasi melalui pengamatan langsung terhadap obyek- obyek budaya material dan aspek sosial di lokasi penelitian. Cara ini memudahkan kita mengamati secara langsung dan detail bentuk-bentuk arsitektur dan komponennya, baik eksterior dan interior maupun ragam hias dalam konteks budaya masa lalu Nias Selatan. Kata kunci: Arsitektur tradisional, Megalitik, Warisan budaya 1. Pendahuluan Ruang lingkup arsitektur yang akan dibahas Fokus penulisan ini menyangkut tidak semata fisik dan bentuk, tetapi meliputi arsitektur tradisional masyarakat Nias yang ruang, tempat, dan makna karena bahasan sebagian masih kokoh berdiri, tetapi sebagian arsitektur tidak hanya terbatas pada bentuk dan lagi tidak lagi terpelihara, rusak, dan roboh. langgam serta susunan kolom bangunan, tetapi 105 Omo Hada: Arsitektur Tradisional Nias Selatan di Ambang Kepunahan, Nasruddin dan Fadhlan S. Intan sudah meluas tentang kualitas ruang dan kesan memahami karya budaya masyarakatnya. tempat yang dihasilkan dari penataan berbagai Penulisan ini bertujuan mengungkapkan unsur bangunan tersebut. kehidupan budaya masyarakat Nias Penghuni pulau ini menyebut dirinya Selatan, khususnya yang berkaitan dengan ono Niha (orang Nias). Sebagian antropolog pola pemukiman, bentuk rumah, dan ciri dan arkeolog meyakini bahwa keturunan arsitekturnya yang sangat unik dibanding Nias berasal dari puak Austronesia (leluhur dengan bentuk rumah tradisional lainnya di Nusantara) yang datang paling awal dari Nusantara. daratan Asia sekitar (abad 9-10). Tapi sebelum Kata “tradisi” dan “arsitektur tradisional” itu, diperoleh data penghunian masa prasejarah memiliki pengertian yang berbeda. "Tradisi sekitar 12000 tahun lalu di situs Gua Togi "merupakan sebuah kata sifat, sedangkan Ndrawa (Forestier, dkk 2005, 3). "arsitektur tradisional" merupakan sebuah Keunikan masyarakat Nias Selatan bukan objek. Tradisi dengan arsitektur vernakular semata-mata lingkungan alamnya, tetapi memiliki hubungan sebab-akibat. Tradisi lebih dari itu adalah warisan budaya yang membentuk sebuah arsitektur vernakular dimilikinya dalam bentuk rumah tradisional melalui kesinambungan tatanan sebuah yang membedakan dengan etnis-etnis lainnya arsitektur menggunakan sistem persepsi ruang di Nusantara. Sayangnya, potensi budaya yang tercipta, bahan, dan jenis konstruksinya. itu mengalami banyak perubahan yang Arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular dapat diartikan terjadinya degradasi atau merupakan objek, oleh karena itu kedua kata penurunan pemeliharaan dan pelestariannya. tersebut memiliki objek yang sama, tetapi dengan Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka tujuan yang berbeda (Gunawan 1998, 33). yang menjadi permasalahan adalah potensi Arsitektur vernakular memiliki konsistensi budaya yang demikian penting ternyata berupa aturan, bentuk, penggunaan bahan, belum difungsikan secara optimal untuk ornamen, dan dimensi. Konsistensi tersebut kepentingan kepariwisataan, bahkan banyak membutuhkan kesepakatan atau persetujuan rumah adat yang mengalami kerusakan dan dari masyarakat pendukungnya. Kesepakatan diubah bentuk aslinya menjadi lebih modern, atau persetujuan tentunya didapat melalui proses adanya bahan material lain pengganti kayu penerimaan, menjadikan sebuah peraturan dan rumbia mengindikasikan bahwa adanya tersendiri dalam kehidupan sehari-hari yang kesulitan biaya yang harus ditanggung dikenal dengan tradisi (Wuisman 2009, 11). masyarakat dalam rangka pemeliharaan Banyak batasan yang diberikan para rumah adat. Permasalahan lainnya adalah ahli tentang arsitektur tradisional ini, di melemahnya tingkat kesadaran masyarakat antaranya adalah suatu bangunan dari segi Nias Selatan terhadap kekayaan budaya dan bentuk, struktur, fungsi, ragam hias, dan tradisi yang dimilikinya sebagai identitas yang cara pembuatannya diwariskan secara turun membedakannya dengan suku bangsa lain. temurun, serta dapat dipakai untuk melakukan Bertolak dari permasalahan di atas, aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. dan mengingat sektor kebudayaan menjadi Pengertian lain arsitektur dapat dilihat sebagai tren baru dalam dunia pelestarian warisan suatu bangunan yang dipergunakan sebagai budaya, maka dokumentasi, penelitian, dan tempat berlindung yang memberi rasa aman inventarisasi data, terutama yang berkaitan terhadap pengaruh alam seperti hujan, panas, dengan rumah tradisional yang memiliki nilai dan serangan binatang pemangsa. Sebagai kearifan lokal, arsitektur tradisional dan ilmu suatu bangunan hasil karya manusia, arsitektur pengetahuan, perlu dilakukan untuk lebih dapat dibagi atas beberapa komponen, yakni 106 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vo.27 No.2, November 2018 (105-116) bentuk, struktur, fungsi, ragam hias serta cara Ciri khas dari metode penelitian etnografi pembuatannya yang diwariskan secara turun adalah sifatnya yang holistik-integratif, temurun. deskripsi yang dalam, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan pandangan- 2. Metode pandangan masyarakat yang diteliti. Ciri itu Metode penelitian merupakan cara ilmiah dibangun melalui teknik pengumpulan data yang digunakaan dalam mengumpulkan data dalam bentuk wawancara dan observasi- untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam partisipasi, yang dilakukan dalam jangka waktu tulisan ini penulis bermaksud membahas yang relatif lama–bukan kunjungan singkat pandangan masyarakat Nias dalam kaitannya dengan kuesioner seperti dalam penelitian dengan perkampungan tradisional dan rumah survei. tradisional melalui pendekatan etnoarkeologi. Teknik pengumpulan data dalam kajian Sebelum memahami pengertian etnoarkeologi ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, yang akan diterapkan dalam penelitian dan penelaahan dokumen. Metode pangamatan ini, perlu kita lihat kembali dua kata yang arkeologi dilakukan melalui pengamatan membentuk istilah itu, yakni etnografi dan langsung tehadap objek yang diteliti. arkeologi, lalu gabungan keduanya sebagai Pengamatan terdiri atas tiga unsur, yaitu tempat sebuah kajian. (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity). Etnografi berarti tulisan atau laporan Dalam kajian ini, tempat adalah situs yang tentang other cultures, yang ditulis oleh terdapat di kawasan Baumataluo. Di lokasi ini antropolog berdasarkan catatan lapangan. Etno akan diamati berbagai aktivitas dan interaksi juga sering diartikan sebagai etnis atau suku interaksi sosial yang terjadi antara anggota bangsa. Namun, perlu dicatat bahwa saat ini masyarakat dan antara kelompok suku dalam etnografi tidak hanya dibatasi pada studi tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga diamati other cultures atau tentang masyarakat kecil berbagai upacara, tradisi, dan aktivitas yang yang terisolasi dan hidup dengan teknologi berkaitan dengan adat istiadat maupun religi sederhana, melainkan telah menjadi alat yang dan upacara ritual. Sementara itu, actor adalah fundamental untuk memahami masyarakat kita masyarakatnya (Nias) itu sendiri. sendiri dan masyarakat multikultural di mana Sesuai dengan tema dan masalah pun. Karenanya, etnografi juga bisa diartikan penelitian, dalam penelitian ini dipakai beberapa sebagai sebuah metode penelitian. metode untuk mengumpulkan data yaitu: Penelitian etnografi melibatkan aktivitas a. Kepustakaan, yaitu cara yang dipakai belajar mengenai dunia masyarakat secara memperoleh dan mempelajari bahan-bahan timbal-balik: