HUMANIS Journal of Arts and Humanities
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
HUMANIS Journal of Arts and Humanities p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019 Vol 25.2 Mei 2021: 214-222 Pergulatan Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali I Nyoman Sukiada, Anak Agung Ayu Girindra Wardani, Ni Wayan Sri Rahayu Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia Email korespondensi: [email protected] , [email protected] , [email protected] Info Artikel Abstract Masuk: 4 Maret 2021 This study discusses the role of women in the Physical Revolution Revisi:18 April 2021 in Bali. The appearance of a woman in the history of politics in Diterima: 29 April 2021 Bali as a leader has been seen since ancient Balinese times. However, the rise of women seems to have only been seen when Keywords: Struggle, Women, the government established the Shanti Girls School. Armed with Physical Revolution knowledge and experience in the field of organization, Balinese women are aware of the importance and meaning of independence for a nation. When the Dutch colonial government and NICA troops returned to occupy Bali in March 1946, women played a very important role in defending the independence of the Republic of Indonesia. Women played various roles, such as in the logistics sector as a member of the soup kitchen in charge of providing various types of food to the fighters; in the health sector by helping fighters who were injured and also supplying various types of medicine to the fighters; as a liaison in charge of conveying information on the state of the fighters and the state of the enemy to the leader of the fighters. Abstrak Kata kunci: Pergulatan, Studi ini membahas mengenai peranan perempuan pada Perempuan, Revolusi Fisik Revolusi Fisik di Bali. Tampilan seorang perempuan dalam sejarah perpolitikan di Bali sebagai pemimpin sudah tampak Corresponding Author: sejak zaman Bali Kuno. Namun kebangkitan perempuan seolah- I Nyoman Sukiada olah baru terlihat ketika pemerintah mendirikan Sekolah Email: Perempuan Shanti. Berbekal pengetahuan dan pengalaman [email protected] dalam bidang organisasi para perempuan Bali menyadari DOI: betapa penting arti dan makna kemerdekaan bagi suatu bangsa. https://doi.org/10.24843/JH.2 Pada saat pemerintah kolonial Belanda dengan tentara NICA 021.v25.i02.p10 kembali menduduki Bali pada bulan Maret 1946, kaum perempuan sangat berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Berbagai peranan dilakukan oleh kaum perempuan seperti bidang logistik sebagai anggota dapur umum yang bertugas memberikan berbagai jenis makanan kepada para pejuang; dalam bidang kesehatan dengan membantu para pejuang yang mengalami luka-luka dan juga memasok berbagai jenis obat kepada para pejuang; sebagai penghubung yang bertugas menyampaikan informasi keadaaan para pejuang dan keadaan musuh kepada pimpinan pejuang. 214 215 | I Nyoman Sukiada, A. A. Ayu Girindra Wardani, Ni Wayan Sri Rahayu Vol 25.2 Mei 2021 PENDAHULUAN Maret 1946. Pendaratan kapal pasukan Kedatangan Mr. I Gusti Ketut Pudja Gajah Merah membawa Pemerintahan di Bali pada tanggal 23 Agustus 1945 Sipil Hindia Belanda (Nederlandsch membawa berita proklamasi disambut Indies Civil Administration), suatu antusias oleh masyarakat Bali. Di resimen di bawah pimpinan Kolonel samping menyampaikan berita Infanteri F.H. ter Meulen. Dalam waktu proklamasi Mr. Pudja juga membawa yang sangat singkat tentara NICA sudah mandat pengangkatannya sebagai bergerak ke berbagai daerah di Bali. Gubernur Sunda Kecil dan mandat Kelompok elite tradisional (raja-raja) pengangakatan Ida Bagus Putra Manuaba yang pada awalnya bersimpati kepada sebagai Ketua Komite Nasional (KNI) proklamasi kemerdekaan akhirnya Provinsi Sunda Kecil. Pengangkatan Mr. berbalik mendukung kekuasaan tentara Pudja sebagai gubernur dan Putra NICA di daerahnya masing-masing. Manuaba sebagai ketua KNI Terjadinya situasi pro-kontra menunjukkan bahwa pemerintahan terhadap proklamsi kemerdekaan Republik Indonesia sudah eksis di daerah akhirnya menimbulkan gejolak di seluruh Sunda Kecil. Lagu Sorak-Sorak daerah Bali yang dalam pembabakan Bergembira dikumandangkan khususnya sejarah dikenal dengan masa Revolusi oleh para pemuda yang telah Fisik. Gejolak yang terjadi melibatkan menghimpun diri dalam kelaskaran atau golongan elite pemuda pejuang yang kesantrian seperti Pemuda Rakyat tergabung dalam orgaanisasi kemeliteran Indonesia (PRI), Angkatan Pemuda dan organisasi sipil sosial politik dan juga Indonesia (API), Pemuda Sosialis melibatkan kaum perempuan. Kesadaran Indonesia (PSI), dan Pemuda-Pemudi kaum perempuan untuk terjun dalam Republik Indonesia (PPRI). Setelah kancah revolusi menarik untuk diteliti organisasi kelaskaran terbentuk akhirnya karena secara sosiokultural kaum pada tanggal 31 Agustus 1945 dibentuk perempuan Bali sering diberi lebel Badan Keamanan Rakyat (BKR) di sebagai mahluk yang lemah, pasif, bawah pimpinan Made Putu sebagai cengeng, emosional dan mahluk natural representasi kekuatan rakyat yang atau alamiah. Hal tersebut tidak bertugas menjaga keamanan masyarakat selamanya benar karena kaum perempuan dalam suasana revolusi. Pada tanggal 1 khususnya di Bali turut serta dalam November 1945 Badan Keamanan perjuangan revolusi fisik dan berperan Rakyat berubah menjadi Tentara dalam berbagai bidang memberi andil Keamanan Rakyat (TKR). Dalam waktu dalam mendukung perjuangan untuk singkat setelah TKR terbentuk maka mempertahankan kemerdekaan di Bali. dibentuk juga Palang Merah Indonesia Oleh karena itu lah, penelitian ini penting (PMI) di Singaraja di bawah pimpinan untuk di ungkap guna mengetahui lebih atau koordinator Nyonya Hadiwijoyo. dalam mengenai keterlibatan perempuan Pada bulan-bulan awal revolusi dalam mempertahnkan kemerdekaan di masyarakat Bali baik dari golongan elite Bali. Sehingga tidak ada lagi anggapan modern maupun dari kalangan aristokrasi bahwa perempuan adalah sosok yang penguasa tradisional memberi dukungan lemah dan selalu membutuhkan terhadap revolusi Indonesia (Kahin, perlindungan dari seorang laki-laki. 1980: 5). Kegembiraan masyarakat Bali Mengingat sejauh ini realitas mengenai dalam menyambut dan merayakan hari kehidupan perempuan Indonesia masih kemerdekaan terusik setelah mendaratnya banyak mengalami pengekangan, kapal yang mengangkut pasukan Gajah penindasan dan pembodohan terutama Merah di pantai Sanur pada tanggal 2 pengekangan yang terjadi terhadap Pergulatan Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali | 216 perempuan Indonesia akibat persepsi dari ilmu psikologi, sosiologi dan yang salah terhadap peran istri dalam antropologi. Dalam ketiga ilmu tersebut, kehidupan rumah tangga (Safitri, istilah “peran” diambil dari dunia teater. 2018:1). Di lihat dari perkembangan Dalam teater, seorang aktor harus suatu bangsa, masyarakat dan ideologi bermain sebagai seorang tokoh tertentu suatu negara peranan seorang perempuan dan dalam posisinya sebagai tokoh ia tentu menjadi suatu persoalan yang diharapkan untuk berperilaku secara sangat penting untuk dikaji dan dipahami tertentu. Bilton sebagaimana dikutip karena pada dasarnya perempuan dan dalam Edy Suhardono menyatakan laki-laki sama-sama memiliki peranan bahwa peran sosial mirip dengan peran penting untuk menciptakan masyarakat yang dimainkan seorang aktor, yang sosialis. maksudnya orang yang memiliki posisi- posisi atau status-status tertentu dalam METODE DAN TEORI masyarakat diharapkan untuk berperilaku Penelitian ini menggunakan metode dalam cara-cara tertentu yang bisa kualitatif yang merupakan tradisi yang diprediksikan, seolah-olah sejumlah dikembangkan oleh ilmu-ilmu sosial dan "naskah" (scripts) sudah disiapkan untuk budaya yang secara fundamental mereka. Namun harapan-harapan yang tergantung atas pengamatan manusia terkait dengan peran-peran ini tidak dalam kawasannya sendiri dan hanya bersifat satu-arah. Seseorang tidak berhubungan dengan orang-orang hanya diharapkan memainkan suatu tersebut dalam bahasa dan peran dengan cara-cara khas tertentu, peristilahannya. Medote kualitatif namun orang itu sendiri juga mengikuti prosedur penelitian yang mengharapkan orang lain untuk menghasilkan data deskriptif, yaitu berperilaku dengan cara-cara tertentu berupa kata-kata tertulis dari perilaku terhadap dirinya (Suhardono, 2016:8). yang diamati (Moleong, 2005: 3, 16). Teori ini digunakan sebagai landasan Teknik pengumpulan data dalam berfikir dalam mengkaji permasalahan penelitian ini menggunakan metode terkait dengan peranan perempuan pada wawancara dalam hal ini yakni saat Revolusi Fisik yakni perempuan Bali wawancara mendalam (in- ikut andil dalam berbagai bidang untuk depthinterview). Teknik penentuan mempertahankan kemerdekaan. informan dilakukan secara purposive sampling, yaitu mereka yang dipandang HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki pengetahuan sesuai dengan topik penelitian (Moleong, 2005:16). Kesadaran Perempuan Bali dalam Selanjutnya data akan di olah dengan Berorganisasi menggunakan teknik deskriptif analisis. Berbicara mengenai perempuan Pada tahap ini data-data primer yang maka pemikiran sebagian orang biasanya berupa hasil wawancara digabungkan langsung tertuju pada aktivitas yang dengan data-data sekunder yang berasal sering dilakukan oleh seorang perempuan dari dokumen pendukung. Melalui hasil seperti halnya memasak, mengurus anak, ini dimaksudkan agar pengukuran melayani suami dan berbagai pekerjaan terhadap fenomena sosial tertentu akan rumah lainnya. Seorang perempuan memunculkan deskripsi (gambaran) selalu diposisikan sebagai sosok yang secara sistematis mengenai Pergulatan lemah dalam hal ini yakni sosok yang Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali