HUMANIS Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019 Vol 25.2 Mei 2021: 214-222

Pergulatan Perempuan dalam Revolusi Fisik di

I Nyoman Sukiada, Anak Agung Ayu Girindra Wardani, Ni Wayan Sri Rahayu Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia Email korespondensi: [email protected] , [email protected] , [email protected]

Info Artikel Abstract Masuk: 4 Maret 2021 This study discusses the role of women in the Physical Revolution Revisi:18 April 2021 in Bali. The appearance of a woman in the history of politics in Diterima: 29 April 2021 Bali as a leader has been seen since ancient Balinese times. However, the rise of women seems to have only been seen when Keywords: Struggle, Women, the government established the Shanti Girls School. Armed with Physical Revolution knowledge and experience in the field of organization, Balinese women are aware of the importance and meaning of independence for a nation. When the Dutch colonial government and NICA troops returned to occupy Bali in March 1946, women played a very important role in defending the independence of the Republic of Indonesia. Women played various roles, such as in the logistics sector as a member of the soup kitchen in charge of providing various types of food to the fighters; in the health sector by helping fighters who were injured and also supplying various types of medicine to the fighters; as a liaison in charge of conveying information on the state of the fighters and the state of the enemy to the leader of the fighters. Abstrak Kata kunci: Pergulatan, Studi ini membahas mengenai peranan perempuan pada Perempuan, Revolusi Fisik Revolusi Fisik di Bali. Tampilan seorang perempuan dalam sejarah perpolitikan di Bali sebagai pemimpin sudah tampak Corresponding Author: sejak zaman Bali Kuno. Namun kebangkitan perempuan seolah- I Nyoman Sukiada olah baru terlihat ketika pemerintah mendirikan Sekolah Email: Perempuan Shanti. Berbekal pengetahuan dan pengalaman [email protected] dalam bidang organisasi para perempuan Bali menyadari DOI: betapa penting arti dan makna kemerdekaan bagi suatu bangsa. https://doi.org/10.24843/JH.2 Pada saat pemerintah kolonial Belanda dengan tentara NICA 021.v25.i02.p10 kembali menduduki Bali pada bulan Maret 1946, kaum perempuan sangat berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Berbagai peranan dilakukan oleh kaum perempuan seperti bidang logistik sebagai anggota dapur umum yang bertugas memberikan berbagai jenis makanan kepada para pejuang; dalam bidang kesehatan dengan membantu para pejuang yang mengalami luka-luka dan juga memasok berbagai jenis obat kepada para pejuang; sebagai penghubung yang bertugas menyampaikan informasi keadaaan para pejuang dan keadaan musuh kepada pimpinan pejuang.

214

215 | I Nyoman Sukiada, A. A. Ayu Girindra Wardani, Ni Wayan Sri Rahayu Vol 25.2 Mei 2021

PENDAHULUAN Maret 1946. Pendaratan kapal pasukan Kedatangan Mr. I Gusti Ketut Pudja Gajah Merah membawa Pemerintahan di Bali pada tanggal 23 Agustus 1945 Sipil Hindia Belanda (Nederlandsch membawa berita proklamasi disambut Indies Civil Administration), suatu antusias oleh masyarakat Bali. Di resimen di bawah pimpinan Kolonel samping menyampaikan berita Infanteri F.H. ter Meulen. Dalam waktu proklamasi Mr. Pudja juga membawa yang sangat singkat tentara NICA sudah mandat pengangkatannya sebagai bergerak ke berbagai daerah di Bali. Gubernur Sunda Kecil dan mandat Kelompok elite tradisional (raja-raja) pengangakatan Ida Bagus Putra Manuaba yang pada awalnya bersimpati kepada sebagai Ketua Komite Nasional (KNI) proklamasi kemerdekaan akhirnya Provinsi Sunda Kecil. Pengangkatan Mr. berbalik mendukung kekuasaan tentara Pudja sebagai gubernur dan Putra NICA di daerahnya masing-masing. Manuaba sebagai ketua KNI Terjadinya situasi pro-kontra menunjukkan bahwa pemerintahan terhadap proklamsi kemerdekaan Republik Indonesia sudah eksis di daerah akhirnya menimbulkan gejolak di seluruh Sunda Kecil. Lagu Sorak-Sorak daerah Bali yang dalam pembabakan Bergembira dikumandangkan khususnya sejarah dikenal dengan masa Revolusi oleh para pemuda yang telah Fisik. Gejolak yang terjadi melibatkan menghimpun diri dalam kelaskaran atau golongan elite pemuda pejuang yang kesantrian seperti Pemuda Rakyat tergabung dalam orgaanisasi kemeliteran Indonesia (PRI), Angkatan Pemuda dan organisasi sipil sosial politik dan juga Indonesia (API), Pemuda Sosialis melibatkan kaum perempuan. Kesadaran Indonesia (PSI), dan Pemuda-Pemudi kaum perempuan untuk terjun dalam Republik Indonesia (PPRI). Setelah kancah revolusi menarik untuk diteliti organisasi kelaskaran terbentuk akhirnya karena secara sosiokultural kaum pada tanggal 31 Agustus 1945 dibentuk perempuan Bali sering diberi lebel Badan Keamanan Rakyat (BKR) di sebagai mahluk yang lemah, pasif, bawah pimpinan Made Putu sebagai cengeng, emosional dan mahluk natural representasi kekuatan rakyat yang atau alamiah. Hal tersebut tidak bertugas menjaga keamanan masyarakat selamanya benar karena kaum perempuan dalam suasana revolusi. Pada tanggal 1 khususnya di Bali turut serta dalam November 1945 Badan Keamanan perjuangan revolusi fisik dan berperan Rakyat berubah menjadi Tentara dalam berbagai bidang memberi andil Keamanan Rakyat (TKR). Dalam waktu dalam mendukung perjuangan untuk singkat setelah TKR terbentuk maka mempertahankan kemerdekaan di Bali. dibentuk juga Palang Merah Indonesia Oleh karena itu lah, penelitian ini penting (PMI) di Singaraja di bawah pimpinan untuk di ungkap guna mengetahui lebih atau koordinator Nyonya Hadiwijoyo. dalam mengenai keterlibatan perempuan Pada bulan-bulan awal revolusi dalam mempertahnkan kemerdekaan di masyarakat Bali baik dari golongan elite Bali. Sehingga tidak ada lagi anggapan modern maupun dari kalangan aristokrasi bahwa perempuan adalah sosok yang penguasa tradisional memberi dukungan lemah dan selalu membutuhkan terhadap revolusi Indonesia (Kahin, perlindungan dari seorang laki-laki. 1980: 5). Kegembiraan masyarakat Bali Mengingat sejauh ini realitas mengenai dalam menyambut dan merayakan hari kehidupan perempuan Indonesia masih kemerdekaan terusik setelah mendaratnya banyak mengalami pengekangan, kapal yang mengangkut pasukan Gajah penindasan dan pembodohan terutama Merah di pantai Sanur pada tanggal 2 pengekangan yang terjadi terhadap Pergulatan Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali | 216

perempuan Indonesia akibat persepsi dari ilmu psikologi, sosiologi dan yang salah terhadap peran istri dalam antropologi. Dalam ketiga ilmu tersebut, kehidupan rumah tangga (Safitri, istilah “peran” diambil dari dunia teater. 2018:1). Di lihat dari perkembangan Dalam teater, seorang aktor harus suatu bangsa, masyarakat dan ideologi bermain sebagai seorang tokoh tertentu suatu negara peranan seorang perempuan dan dalam posisinya sebagai tokoh ia tentu menjadi suatu persoalan yang diharapkan untuk berperilaku secara sangat penting untuk dikaji dan dipahami tertentu. Bilton sebagaimana dikutip karena pada dasarnya perempuan dan dalam Edy Suhardono menyatakan laki-laki sama-sama memiliki peranan bahwa peran sosial mirip dengan peran penting untuk menciptakan masyarakat yang dimainkan seorang aktor, yang sosialis. maksudnya orang yang memiliki posisi- posisi atau status-status tertentu dalam METODE DAN TEORI masyarakat diharapkan untuk berperilaku Penelitian ini menggunakan metode dalam cara-cara tertentu yang bisa kualitatif yang merupakan tradisi yang diprediksikan, seolah-olah sejumlah dikembangkan oleh ilmu-ilmu sosial dan "naskah" (scripts) sudah disiapkan untuk budaya yang secara fundamental mereka. Namun harapan-harapan yang tergantung atas pengamatan manusia terkait dengan peran-peran ini tidak dalam kawasannya sendiri dan hanya bersifat satu-arah. Seseorang tidak berhubungan dengan orang-orang hanya diharapkan memainkan suatu tersebut dalam bahasa dan peran dengan cara-cara khas tertentu, peristilahannya. Medote kualitatif namun orang itu sendiri juga mengikuti prosedur penelitian yang mengharapkan orang lain untuk menghasilkan data deskriptif, yaitu berperilaku dengan cara-cara tertentu berupa kata-kata tertulis dari perilaku terhadap dirinya (Suhardono, 2016:8). yang diamati (Moleong, 2005: 3, 16). Teori ini digunakan sebagai landasan Teknik pengumpulan data dalam berfikir dalam mengkaji permasalahan penelitian ini menggunakan metode terkait dengan peranan perempuan pada wawancara dalam hal ini yakni saat Revolusi Fisik yakni perempuan Bali wawancara mendalam (in- ikut andil dalam berbagai bidang untuk depthinterview). Teknik penentuan mempertahankan kemerdekaan. informan dilakukan secara purposive sampling, yaitu mereka yang dipandang HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki pengetahuan sesuai dengan topik penelitian (Moleong, 2005:16). Kesadaran Perempuan Bali dalam Selanjutnya data akan di olah dengan Berorganisasi menggunakan teknik deskriptif analisis. Berbicara mengenai perempuan Pada tahap ini data-data primer yang maka pemikiran sebagian orang biasanya berupa hasil wawancara digabungkan langsung tertuju pada aktivitas yang dengan data-data sekunder yang berasal sering dilakukan oleh seorang perempuan dari dokumen pendukung. Melalui hasil seperti halnya memasak, mengurus anak, ini dimaksudkan agar pengukuran melayani suami dan berbagai pekerjaan terhadap fenomena sosial tertentu akan rumah lainnya. Seorang perempuan memunculkan deskripsi (gambaran) selalu diposisikan sebagai sosok yang secara sistematis mengenai Pergulatan lemah dalam hal ini yakni sosok yang Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali selalu membutuhkan perlindungan dari Penelitian ini menggunakan Teori seorang laki-laki. Sehingga seorang Peran. Teori peran (role theory) berawal perempuan kerap dipandang sangat tidak 217 | I Nyoman Sukiada, A. A. Ayu Girindra Wardani, Ni Wayan Sri Rahayu Vol 25.2 Mei 2021

mungkin dan bahkan sangat tidak dipengaruhi oleh pandangan masyarakat berpotensi ketika akan menunjukkan terutama dari golongan triwangsa yang eksistensinya di luar rumah, seperti masih mempertahankan adat istiadat halnya kiprah prempuan di bidang lama dan membatasi anak-anaknya politik. Bahkan hingga dengan saat ini bergaul dengan masyarakat kebanyakan. keterlibatan perempuan dalam suatu Salah satu paham kemajuan yang organisasi masih diragukan dan tergolong diupayakan oleh guru-guru yang sangat minim. mengajar di sekolah Perempuan Shanti Tahun 1900an dan sebelumnya adalah membaca lontar Bali yang berisi perempuan Indonesia harus menerima berbagai falsafah hidup masyarakat Bali. cara hidup yang terbatas dan diisi dengan Hal ini dilakukan untuk mendobrak berbagai kewajiban-kewajiban untuk tradisi dalam masyarkat Bali yang keluarga dan rumah tangga dengan hak melarang masyarakat apalagi anak-anak yang sangat minim. Banyak untuk membaca lontar dan berusaha ketidakadilan dalam adat istiadat yang untuk menanamkan kepercayaan kepada berlaku dalam perkawinan seperti kawin anak-anak dan masyarakat luas bahwa paksa dan sistem poligami (Abdullah, setiap orang mempunyai hak yang sama 2019:21). untuk mempelajari ajaran agamanya. Padahal tampilan seorang perempuan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam sejarah perpolitikan di Bali sekolah Perempuan Shanti merupakan sebagai pemimpin sudah tampak sejak suatu lembaga pendidikan yang dirintis zaman Bali Kuno. Hal ini dapat dilihat oleh golongan Bumi Putra dengan prinsip dari nama-nama tokoh perempuan yang swadaya untuk kemajuan Perempuan tercatat dalam sejarah Bali yakni Bali. Jenjang pendidikan ini adalah Subhadrika Dharmadewi, Cri Gunapriya persiapan untuk menempuh pendidikan Dharmapatni, Paramecwari Indujaketana, di sekolah-sekolah pemerintah (Santini, Mahadewi Cacangkajacihna, Cri 1986:31). Maharaja Cri Wijaya Mahadewi, Cri Berawal dari Pendirian Sekolah Sang Adnyadewi dan Cri Sakala Perempuan Shanti, kiprah perempuan Indukirana yang merupakan bukti bahwa mulai semakin meningkat. Hal ini dapat peranan perempuan dalam bidang politik dilihat dari terbentuknya organisasi di Bali sudah terjadi sejak lama (Mediani, Peroekoenan Istri (PI) yang dipelopori 1985: 75-81). Selain itu, nama-nama oleh seorang pemilik sekolah yang perempuan yang tampil sebagai bernama Tjokorda Ngoerah Pemajoen pemimpin sejak zaman Kerajaan Hindu (Madjalah Djatajoe, 1938: 357). yakni Dewi Suhita dan Tri Bhuwana Organisasi Peroekoenan Istri (PI) Tunggal Dewi (Parawansa, 2018:12). merupakan sebuah organisasi bagi para Namun kiprah seorang perempuan perempuan Bali yang memiliki suami dalam perpolitikan seakan terlupakan dan pegawai. nyaris tidak muncul dipermukaan. Pada Selanjutnya pada tahun 1938 tahun 1923 seolah menjadi tonggak awal Organisasi Peroekoenan Istri (PI) kebangkitan perempuan di Bali. Hal ini mengalami perkembangan hingga ditandai dengan didirikannya Sekolah mampu menyewa sebuah ruangan di Perempuan Shati. Pendirian Sekolah sekolah Kampung Tiga Denpasar untuk Perempuan Shanti bertujuan untuk dijadikan sekretariat dan sebagai tempat memajukan pendidikan kalangan untuk melaksanakan berbagai aktivitas. perempuan di Bali. Sebagian besar siswa Namun Organisasi Peroekoenan Istri (PI) sekolah Perempuan Shanti berasal dari ternyata belum mampu mengangkat taraf golongan jaba. Hal ini tampaknya hidup masyarakat Bali khususnya kaum Pergulatan Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali | 218

perempuan secara keseluruhan karena perempuan sesungguhnya sudah muncul lingkup kerja PI hanya terbatas di sejak zaman Bali Kuno. lingkungan pegawai negeri. Tokoh-tokoh perempuan Bali yang telah berhasil Perempuan Bali Dalam Menyambut menyelesaikan pendidikan di luar Bali Kemerdekaan memperhatikan bahwa aktivitas Proklamasi Kemerdekaan Indonesia organisasi Peroekoenan Istri sangat diproklamirkan atas nama bangsa In- terbatas. Muncul gagasan dari tokoh- donesia oleh IR. yang tokoh perempuan Bali pada waktu itu didampingi DRS. pada untuk membentuk sebuah organisasi tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan perempuan yang gerakannya mampu Pegangsaan Timur No.56 pada menjangkau seluruh lapisan masyarakat. pukul 10.00 WIB (Pidada, 2018:9). Pada tanggal 1 Oktober 1936 5 orang Dalam waktu singkat berita tentang guru perempuan yakni Goesti Aju Rapeg, proklamasi kemerdekaan Indonesia A.A. Rai, Ni Ktut Setiari, Ni Luh bergema ke seluruh penjuru tanah air Kenteng, dan Made Tjatri mengadakan termasuk ke Pulau Bali. Kedatangtan Mr. pertemuan di Puri Belaluan Denpasar I Gusti Ketut Pudja di Kota Singaraja (Santini, 1986: 99). Dalam pertemuan itu pada tanggal 23 Agustus 1945 setelah dibicarakan kemungkinan untuk diangkat menjadi Gubernur Sunda Kecil mendirikan organisasi perempuan. membawa dua keputusan dari pemerintah Kesepakatan yang berhasil diwujudkan pusat. Pertama, menyampaikan kepastian pada pertemuan itu akhirnya melahirkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia suatu organisasi perempuan yang pada tanggal 17 Agustus 1945. Kedua, bernama Putri Bali Sadar (PBS) menyampaikan mengenai pengangkatan (Pemajoen, 1937: 181). Sesuai dengan Ida Bagus Putera Manuaba menjadi nama organisasi Putri Bali Sadar, Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) organisasi ini bertujuan untuk untuk wilayah Sunda Kecil (Wirawan meningkatkan kesadaran kaum Dkk, 2017: 11). perempuan khususnya di Bali akan hak Masyarakat di Kota Singaraja dan kewajibannya sebagai perempuan sebagai salah satu pusat pemerintahan di dalam memperjuangkan kemerdekaan Bali segera bangkit bergerak menyambut dengan jalan meningkatkan pendidikan kemerdekaan, pekik merdeka bergema di untuk masa depan yang lebih cerah seluruh pelosok kota bahkan sampai ke (Njonja Merta, 1983: 103). desa-desa. Kantor-kantor pemerintah Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa secara serentak menaikkan bendera seorang perempuan Bali sesungguhnya merah putih sekalipun pada waktu itu memiliki potensi besar ketika ingin pemerintah Jepang masih tetap menunjukkan kiprahnya di luar. Namun memegang kendali pemerintahan di Bali. saat ini kadang ketika seorang perempuan Dalam suasana revolusi yang sangat akan menunjukkan kiprahnya di bidang bergejolak menjadi momentum bagi para politik sering kali tidak mendapatkan pemuda dan pemudi untuk ikut memberi kepercayaan dari seorang laki-laki sumbangsih kepada bangsa dan negara. maupun kepercayaan di masyarakat. Di Kota Singaraja muncul seorang Anggapan bahwa seorang perempuan perempuan yang umurnya masih sangat lemah maupun perempuan hanya muda bernama Analis yang berasal dari bertugas dalam urusan domestik masih Kota Bantaeng Sulawesi Selatan. Orang terbawa hingga dengan saat ini. Padahal tuanya telah lama bermukim di Kota jika dilihat dari sejarahnya kiprah Singaraja, hidup dari usaha warung nasi, sedangkan Analis sendiri bekerja di 219 | I Nyoman Sukiada, A. A. Ayu Girindra Wardani, Ni Wayan Sri Rahayu Vol 25.2 Mei 2021

Kantor Pos Singaraja. Sosok Analis yang lemah dan yang lainnya. Montagu merupakan figur perempuan yang dalam (Sadili, 1988:33) mengemukakan memberi semangat bagi kaum perempuan bahwa sifat-sifat psikologis wanita di Kota Singaraja untuk ikut membuktikan lebih unggul daripada laki- berpartisipasi dalam membantu laki. Selain itu terdapat fakta-fakta yang perjuangan para pemuda. Kaum membuktikan bahwa wanita adalah perempuan yang ikut dalam organisasi organisme yang secara biologis lebih perjuangan pada waktu itu diantaranya unggul, unggul dalam arti menikmati Wayan Gunung Sukarti (Djero Wiladja), nilai kelangsungan hidup yang lebih Luh Sudarmi, Gustu Ayu Sukesi, Luh tinggi daripada pria berkat sifat-sifat Parmi, Wirasni, Nariasih, Luh Taman biologisnya. dan banyak lagi yang lainnya. Kaum perempuan membantu para pemuda Peranan Perempuan Dalam Revolusi pejuang secara serentak bergerak, ada Fisik di Bali yang menuju arah timur ke Desa Sangsit, Tanggal 2 Maret 1946 di Pantai Bungkulan, Kubutambahan, Tejakula; Sanur pada pagi hari dalam suasana ada pula yang bergerak ke arah Barat pantai yang sangat tenang, tiba-tiba menuju desa Banjar, Bubunan, Seririt dan tampak iring-iringan kapal pasukan ke daerah lain. Tugas mereka adalah Gajah Merah mendarat dengan memberikan penerangan kepada angkuhnya. Pasukan Gajah Merah masyarakat dan menyadarkan masyarakat merupakan satu kesatuan alat pemerintah bahwa bangsa Indonesia sudah merdeka NICA (Netherlands Indies Civil dan mengajak masyarakat di desa-desa Administration), Pemerintah Civil Hindia yang didatangi untuk mempersiapkan diri Belanda. Kesatuan ini adalah satu dan ikut bersama-sama, bergotong Resimen di bawah komando Letnan royong mempertahankan kemerdekaan. Kolonel Infanteri F.H. ter Meulen Lagu Sorak-Sorak Bergembira (Pendit, 2008: 156). Dalam waktu yang dikumandangkan khususnya oleh para singkat tentara NICA sudah menguasai pemuda yang telah menghimpun diri hampir seluruh wilayah di Bali termasuk dalam organisasi kepemudaan seperti Kota Singaraja sebagai pusat Angkatan Muda Indonesia (AMI) di pemerintahan. Di Kota Singaraja perilaku bawah pimpinan Tjokorda Sudarsana. tertara NICA semakin mengganas, Ketika AMI dipimpin oleh Gde Puger demikian juga di pihak para pemuda AMI Singaraja diubah namanya menjadi pejuang juga semakin berani menantang Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). tentara NICA. Dalam situasi seperti itu Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan sering terjadi kontak senjata antara Pesindo secara bersama-sama tentara NICA dengan para pemuda mendukung proklamasi kemerdekaan pejuang yang menimbulkan banyak Republik Indonesia. Dalam waktu yang korban. Dalam kondisi seperti inilah singkat kedua organisasi ini dengan cepat peranan anggota Palang Merah Indonesia melebarkan sayapnya ke daerah-daerah sangat dibutuhkan terutama dalam lain seperti Gianyar, Tabanan, dan merawat dan member bantuan obat- Jembrana (Pendit, 1979: 70-71). obatan kepada para pemuda pejuang. Dari hal tersebut dapat diketahui Salah satu tokoh perempuan yang bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki peranan dalam bidang sama-sama memiliki peranan yang sangat kesehatan yakni Gunung Sukerti. Pada penting dalam kemerdekaan Indonesia. bulan Desember 1946 Gunung Sukerti Sehingga tidak terdapat ungkapan dilantik dan disumpah menjadi informan kembali bahwa perempuan adalah sosok dan membantu perjuangan oleh Pergulatan Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali | 220

Kompiang Sujana yang pada saat itu Selat Abiansemal Kabupaten Badung. menjabat sebagai pimpinan Markas Besar Dalam penyusunan dan persiapan siasat Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia penyerangan terhadap tangsi Baha, Ni Sunda Kecil Buleleng. Semua tugas yang Wayan Munak berperan dalam penyiapan dibebankan kepada Gunung Sukarti harus logistik dan konsumsi. Pada rapat-rapat dilaksanakan secara rahasia dan penuh persiapan penyerangan terhadap tangsi disiplin. Tugas lain yang diemban oleh Baha beliau bertugas sebagai konsumsi Gunung Sukarti adalah mendistribusikan dan beberapa kali bertugas sebagai mata- segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para mata. Dalam tugasnya sebagai mata-mata pejuang yang ada di pedalaman seperti para pejuang, Ni Wayan Munak halnya obat-obatan sesuai permintaan menyamar menjadi tukang nyapung para pejuang. Atas kegigihan dan (berburu capung) apabila tugas memata- keberhasilannya dalam mengemban matai musuh dilaksanakan di lingkungan tugas-tugas yang diberikan, selanjutnya desa Selat. Apabila bertugas memata- pada pertengahan tahun 1947 Gunung matai musuh di luar desa, maka Ni Sukarti dan Luh Sudarmi mendapat tugas Wayan Munak menyamar menjadi baru sebagai sekretaris dan pengurus PMI tukang munuh (tukang sabit) rumput di Markas Besar Daerah Buleleng di untuk makanan ternak. Selain itu, Di bawah pimpinan Wayan Nur Rai alias daerah Bangli seorang pejuang Pak Mangku. Rekannya Luh Sudarmi perempuan yang bernama AAB Made bertugas di bidang pendidikan Rai, merupakan sosok perempuan yang memberikan penerangan kepada konsisten membantu perjuangan masyarakat khususnya kaum perempuan khususnya membantu dalam bidang di daerah pedesaan dan menanamkan logistik. Dari hal tersebut dapat dilihat pengetahuan tentang arti penting bahwa para Perempuan Bali juga kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. memiliki keberanian serta semangat yang Tugas yang diemban oleh Luh Sudarmi kuat dalam mempertahnkan kemerdekaan sangat cocok karena profesi Luh Sudarmi di Bali. Sifat keberanian para perempuan sebagai guru sehingga tugas yang Bali dapat dilihat dari peranannya diembannya dapat berjalan dengan baik. sebagai mata-mata seperti yang Kedua sosok perempuan ini masuk ke dilakukan oleh Ni Wayan Munak yang pelosok-pelosok desa untuk memberikan menjadi penghubung dan memberikan pemahaman bahwa masyarakat informasi yang dapat membantu para hendaknya mulai menyadari arti penting pejuang dalam mengetahui keadaan pendidikan, kesehatan, dan kemerdekaan. musuh maupun keadaan perjuangan. Dengan pemahaman ini diharapkan Dalam masa pembangunan dan masyarakat di desa-desa tergerak hatinya perjuangan bangsa Indonesia terutama untuk mendukung perjuangan para pada masa-masa revolusi fisik, seluruh pejuang dalam mempertahankan lapisan masyarakat pada umumnya ikut kemerdekaan. serta bahu membahu bersama-sama para Selain berperan dalam bidang pemuda dan kaum perempuan turut serta kesehatan dan pengajaran, pada masa terjun dalam kancah perjuangan Revolusi Fisik para perempuan Bali juga mempertahankan kemerdekaan bersama memiliki peranan yang sangat penting para pejuang lainnya. Mereka dalam bidang logistik. Banyak mengabdikan seluruh hidupnya untuk perempuan yang tergabung dalam bidang kepentingan rakyat dan bangsa yang perjuangan khususnya dalam bidang dicintainya, dan sudah diakui tanpa konsumsi. Salah satunya adalah Ni keikutsertaan para perempuan di medan Wayan Munak yang berasal dari Desa laga tentu tidak akan dapat berhasil 221 | I Nyoman Sukiada, A. A. Ayu Girindra Wardani, Ni Wayan Sri Rahayu Vol 25.2 Mei 2021

dengan baik. Namun keikutsertaan kaum saat pemerintah kolonial Belanda dengan perempuan dalam kancah perjuangan tentara NICA kembali menduduki Bali tidak terekspos secara luas jika pada bulan Maret 1946, semangat dibandingkan dengan kaum pria. Dengan masyarakat Bali khususnya kaum demikian, perlu kaum perempuan yang perempuan saling bahu membahu terekpose dan tercatat dalam perjuangan berusaha mempertahankan kemerdekaan bangsa, gamblang dan mendalam. Maka Republik Indonesia yang telah jika membicarakan kaum hawa, kita tidak diproklamasikan pada tanggal 17 akan lepas dari peran mereka pada masa Agustus 1945. Berbagai peranan lampau dan masa kini. dilakukan oleh kaum perempuan seperti bidang logistik sebagai anggota dapur SIMPULAN umum yang bertugas memberikan Kemajuan pendidikan yang dialami berbagai jenis makanan kepada para oleh masyarakat Bali ternyata membawa pejuang; dalam bidang kesehatan dengan pengaruh besar terhadap kaum membantu para pejuang yang mengalami perempuan. Walaupun pada awalnya luka-luka dan juga memasok berbagai kebutuhan pendidikan kaum perempuan jenis obat kepada para pejuang; sebagai diperjuangkan oleh kaum laki-laki namun penghubung yang bertugas pada akhirnya menyadarkan kaum menyampaikan informasi keadaaan para perempuan untuk turut serta bersama- pejuang dan keadaan musuh kepada sama berjuang untuk membebaskan pimpinan pejuang. kaumnya dari keterbelakangan. Kaum perempuan Bali mempunyai hak dan DAFTAR PUSTAKA kewajiban yang sama untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman Abdullah, A. F. A. (2019). Perempuan penjajah. Dengan demikian kaum Indonesia sampai awal abad ke-20. perempuan giat menempuh pendidikan ENTITA: Jurnal Pendidikan Ilmu modern karena disadari bahwa Pengetahuan Sosial dan Ilmu-Ilmu pendidikan modern adalah salah satu Sosial, 1(1), 19-28. sarana untuk menyadarkan masyarakat terhadap hak dan kewajibannya. Meleong, Lexy J. (2005). Metodologi Setelah beberapa orang perempuan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Bali menyelesaikan pendidikan di luar Remaja Rosdakarya. Bali mereka merasa kaumnya jauh tertinggal dari perempuan-perempuan di Ni'mah, K. (2020). Diskriminasi Gender daerah lain. Disadari bahwa perjuangan dalam Novel Tarian Bumi Karya tidak akan mungkin berhasil jika Oka Rusmini (Doctoral dissertation, dilakukan secara individual maka universitas jambi). kebutuhan akan organisasi modern sangat mendesak. Kondisi inilah yang Parawansa, K. I. (2003). Pemberdayaan menyadarkan kaum perempuan Bali perempuan dalam pembangunan untuk terus berpartisipasi dalam upaya berkelanjutan. Bali, hlm, 1-15. mempertahankan kemerdekaan di Bali pada masa revolusi fisik. Pendit, S. (1979). Bali Berjuang. Jakarta: Berbekal pengetahuan dan Gunung Agung. pengalaman dalam bidang organisasi para perempuan Bali telah menyadari Pidada, I. B. A. (2018). Bentuk-Bentuk betapa penting arti dan makna Tindakan Belanda Terhadap Pejuang kemerdekaan bagi suatu bangsa. Pada Pada Masa Revolusi Fisik Di Bali. Pergulatan Perempuan dalam Revolusi Fisik di Bali | 222

Kulturistik: Jurnal Bahasa dan Budaya, 2(1), 9-18. Sumaryani, N. M., & Rahayu, N. W. S. (2020). Chāndogya Upaniṣad: Ratja, Ida Bagus. (2013). Revolusi Fisik Pengetahuan Esensial Dari Veda. di Bali 1946-1949. Denpasar: Vidya Darśan: Jurnal Filsafat Hindu, Pemerintah Provinsi Bali Biro 2(1), 36-43. Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Bali. Agung, A.A. Tirtayasa, I Gusti Bagus Meraku Dkk. Gde Putra Dkk. 1992/1993. Sejarah (2000). Sejarah Perjuangan Revolusi Kemerdekaan Daerah Bali. Kemerdekaan Rakyat Buleleng 1945- Jakarta: Departemen Pendidikan dan 1950. Bandung: Ganesa Exact. Kebudayaan. Tirtayasa, I Gusti Bagus Meraku. (1994). Sadiah, S. (2018). Peranan Ny. Sumarsih Bergerilya Bersama Ngurah Rai. Yati Arudji Kartawinata Dalam Denpasar: Bali Post. Laskar Wanita Indonesia (LASWI) Tahun 1945-1949 (Doctoral Wirawan, A. A. Bagus Dkk. (2017). dissertation, Universitas Islam Inventarisasi Peristiwa dan Tokoh Negeri" Sultan Maulana Sejarah. Denpasar: Dinas Hasanuddin" Banten). Kebudayaan Provinsi Bali.

Sadili, Saparinah. (1988). Pengembangan Diri Wanita dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial. Jakarta. Djambatan.

Sadili, Saparinah. (1995). “Pengantar Tentang Kajian Perempuan”, dalam T.O. Ibromi (Ed.), Kajian Perempuan Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Safitri, A. (2018). Pemikiran Soekarno Tentang Perempuan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri" Sultan Maulana Hasanuddin" Banten).

Sondarika, Wulan. (2017). Peran Wanita Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Masa Pendudukan Jepang. Jurnal Historia. Vol. 5 No. 2.Hlm 2337- 4712.

Suhardono, Edy. (2016). Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sukiada, I. N. Politik Gender Orde Baru Dan Keterpinggiran Perempuan Bali Dalam Kancah Politik.