KUSAMBA DALAM LINTASAN SEJARAH BAHARI DI BALI TIMUR I Gusti Bagus Arthanegara Prodi Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI Bali Igus

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

KUSAMBA DALAM LINTASAN SEJARAH BAHARI DI BALI TIMUR I Gusti Bagus Arthanegara Prodi Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI Bali Igus KUSAMBA DALAM LINTASAN SEJARAH BAHARI DI BALI TIMUR I Gusti Bagus Arthanegara Prodi Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PGRI Bali [email protected] ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang latar belakang Pelabuhan Kusamba dijadikan sebagai pelabuhan oleh kerajaan Klungkung, sejauh mana peranan Pelabuhan Kusamba dalam kaitannya sebagai pusat perdagangan di Bali Timur, dan bagaimana pengaruh keberadaan Pelabuhan Kusamba terhadap Kedudukan Kerajaan Klungkung. Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan di atas adalah teori kekuasaaan, teori hegemoni, dan teori resistensi. Untuk mengumpulkan data terkait dengan permasalahan tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain: heuristik, kritik sejarah, interpretasi sejarah, dan historiografi. Latarbelakang Kusamba dijadikan sebagai pelabuhan oleh Kerajaan Klungkung disebabkan karena letaknya sangat strategis dekat pantai dan memiliki Kuala yang tenang dan luas serta bersatu dengan laut, kemudian didukung oleh kemajuan perdagangan pantai sehingga hubungan dagang menjadi berkembang dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya di Bali.Disamping juga Kusamba dijadikan Ibukota kedua tempat kedudukan I Dewa Agung Putra Kusamba sebagai pembantu kerajaan yang berpusat di Klungkung. Pelabuhan Kusamba merupakan salah satu urat nadi perekonomian Kerajaan Klungkung, hal ini berdasarkan pendapatan pelabuhan berupa pajak dalam kegiatan masyarakat Klungkung dengan menjual dan membeli barang -barang rnelalui pelabuhan Kusamba, mengingat Bandar Kusamba adalah salah satu wilayah Kerajaan Klungkung yang terletak di tepi paling timur dan merupakan daerah tapal batas antara Kerajaan Klungkung dan Karangasem. Meski akhirnya pada 10 Juni 1849, Kusamba jatuh kembali ke tangan Belanda dalam serangan kedua yang dipimpin Lektol Van Swieten, Perang Kusamba merupakan prestasi yang tak layak diabaikan.Tak hanya kematian Jenderal Michels, Perang Kusamba juga menunjukkan kematangan strategi serta sikap hidup yang jelas pejuang Klungkung. Di Kusamba, pekik perjuangan dan tumpahan darah itu tidak menjadi sia-sia. Belanda sendiri mengakui keunggulan Klungkung. Puputan Klungkung yang meletus pada tanggal 28 April 1908 merupakan salah satu dampak dari jatuhnya Pelabuhan Kusamba dan selanjutnya menimbulkan beberapa perjanjian- perjanjian yang justru menguntungkan di pihak Belanda dan kerajaan klungkung otomatis berada dibawah hegemoni Belanda. 1 Kata Kunci ; Kusamba, Sejarah Bahari Pendahuluan Buleleng), juga dengan bandar-bandar di seberang seperti : Ampean (di Kusamba adalah salah satu Lombok), Jungut Batu, Toya Pakeh, wilayah Kerajaan Klungkung yang Metingi (di Pulau Nusa). terletak ditepi paling timur, dan Desa Kusamba terbilang merupakan daerah perbatasan antara sebagai salah satu desa penting juga kerajaan Klungkung dengan bersejarah di Klungkung.Betapa tidak, Karangasem. Kusamba merupakan desa yang berada di pesisir pantai ini bandar utama kerajaan Klungkung pernah menjadi ibukota kedua kerajaan yang berjarak lebih kurang 8 km dari Klungkung pada masa pemerintahan ibu kota Kerajaan Klungkung. Ida I Dewa Agung Putra Beberapa tahun sebelum pecahnya Kusamba.Kala itu, pusat pemerintahan Perang Kusamba melawan Belanda Klungkung sempat dipindahkan ke sekitar Kusamba terletak desa-desa Kusamba. Dewa Agung membangun yang berdekatan serperti : Desa sebuah istana dekat pantai yang diberi Gunaksa di sebelah barat, Desa Dawan nama Kusanegara. Kusamba tercatat disebelah utara, dan Desa Pesinggahan dalam sejarah dengan peristiwa heroik di Sebelah Timur. Penduduk desa-desa Perang Kusamba yang menjadi ini datang ke Bandar Kusamba kebanggaan masyarakat Klungkung menjual hasil-hasil bumi dan membeli bahkan Bali karena sempat berhasil barang-barang kebutuhan setiap hari. membunuh Jenderal AV Michiels, Hubungan dagang terjadi dengan pimpinan ekspedisi Belanda ke Bali. pelabuhan-pelabuhan lainnya di Bali Munculnya Kusamba sebagai seperti : Ujung, Amed, Padang kota pelabuhan sangat ditentukan oleh (Bandar-bandar Kerajaan tempat geografisnya yang berada dekat Karangasem), Kuta (Bandar Kerajaan pantai dan memiliki kuala yang tenang Badung), Pabean (Bandar Kerajaan dan luas serta bersatu dengan laut. 2 Sebagai kota Pelabuhan Kusamba Houtman yang sedang melanjutkan kemudian berkembang terus didukung perjalanan pulangnya ke Eropa dan oleh kemajuan perdagangan pantai. ketika melewati selat Bali, Cournelis Ketika Kusamba dijadikan ibu de Houtman memutuskan untuk kotakedua tempat I Dewa Agung Putra singgah sementara di pulau Bali yang Kasumba, maka faktor politik telah pada jaman dulu disebut dengan pulau ikut mendorong perkembangan Bandar Baelle, kunjungannya saat itu Kusamba, sehingga di Kusamba bertujuan untuk mendapatkan didirikan istana raja yang diberi nama persediaan air dan perbekalan lain Kusanegara. Fungsi kebandaraan dan yang diperlukan dalam perjalanan sebagai pusat pemerintahan panjang ke negeri Belanda (Agung, menyebabkan Kusamba dijadikan 2001 : 40). Kedatangan Belanda yang sasaran intervensi militer kedua di Bali dibawah pimpinan Belanda.Nampaknya, Belanda Laksmana Cournelis bermaksud menghukum kerajaan Heemkerck.Kunjungan Belanda ke Klungkung, baik secara politik Bali kali ini adalah untuk maupun ekonomi. Belanda telah mengenal Bali menyampaikan keinginan pihak pada akhir abad XVI yaitu dari Belanda untuk mengadakan seorang pelaut Belanda Aernoudt perdagangan dengan pulau Bali. Lintgens yang dalam laporannya Berbeda dengan kunjungan yang mengungkapkan banyak mengenai semula, kunjungan yang dilakukan pulau Bali dalam perjalanan mereka Laksmana Cournelis Heemkerck pertama kali mengujungi kawasan dilakukan secara resmi kepada Dewa Asia. Bali kedatangan bangsa Belanda Agung Dalem Bekung di Gelgel yang pertama kali adalah pada saat seorang raja Bali yang tradisional pemerintahan Dalem Segening 1597 tanggal pada paruh kedua abad ke-16, M, kedatangan Belanda yang pertama serta membawa surat Pangeran di Bali dipimpin oleh Courneis de Maurits Van Nassau dan menyerahkan 3 tanda mata sebagai tanda persahabatan data atau informasi atau sumber kepada Dewa Agung Bekung. Dewa sejarah, sehingga dapat dibentuk Agung Bekung menerima keinginan dalam karya sejarah atau Laksmana Cournelis Heemkerck Historiografi.Dalam penelitian ini dengan baik dan memberikan ijin pada dilakukan di perpustakaan (library Belanda untuk berdagang di Bali research) yakni mencari dan secara bebas (Agung, 1989 : 6). menemukan sumber-sumber dengan Kusamba sebagai pelabuhan jalan mengadakan pembacaan terhadap kerajaan yang strategis dalam bidang buku-buku diperpustakaan. Maka politik dan dijadikan perantara oleh sebagai tindak lanjut dalam penelitian Belanda sebagai basis terhadap niatnya ini dilakukan empat tahap yaitu : untuk menaklukan kerajaan heuristik, kritik sejarah, interpretasi, Klungkung.Dengan menduduki dan historografi. Kusamba berarti salah satu urat nadi komunikasi politik dan ekonomi hilang Hasil Penelitian dari tangan Raja Klungkung dan jatuh Faktor-faktor yang Menyebabkan ke tangan Belanda. Berdasarkan uraian Kusamba sebagai Pelabuhan yang di atas terlihat bahwa Pelabuhan penting bagi Kerajaan Klungkung. Kusamba memiliki peranan yang Desa yang penuh ilalang (kusa sangat penting pada masa = ilalang) itu baru tampil ke panggung Permerintahaan Kerajaan Klungkung sejarah perpolitikan Bali manakala di tahun 1908 dan hal ini sangat Raja I Dewa Agung Putra membangun menarik untuk dikaji. sebuah istana di desa yang terletak di Metode Penelitian pesisir pantai itu. Bahkan, I Dewa Sejarah sebagai disiplin ilmu, Agung Putra menjalankan maka dalam melaksanakan aktivitas pemerintahan dari istana yang ilmiah juga memerlukan metode atau kemudian diberi nama Kusanegara itu. langkah-langkah dalam mendapatkan Sampai di situ, praktis Kusamba 4 menjadi pusat pemerintahan kedua Kerajaan Klungkung. Kusamba merupakan salah satu Pemindahan pusat wilayah kerajaan Klungkung yang pemerintahan ini tak pelak turut terletak di tepi timur, sebagai daerah mendorong kemajuan Kusamba perbatasan dengan kerajaan sebagai pelabuhan yang kala itu setara Karangasem. Klungkung menganggap dengan pelabuhan kerajaan lainnya di Kusamba memegang peran yang Bali seperti Kuta.Pada masa kerajaan penting sebab : “Kusamba merupakan Klungkung, Kusamba menjadi bandar utama kerajaan Klungkung, pelabuhan sekaligus benteng dan juga Kusamba berperan sebagai terpenting kerajaan.Bahkan, Kusamba ibukota kedua (Sidemen, 1983 87). berstatus sebagai mancanegara yang Hubungan antara Kusamba berada di bawah raja. dengan Kerajaan Klungkung bersifat Faktor - faktor yang vertikal, karena dalam masyarakatnya menyebabkan Kusamba sebagai tradisionalnya menunjukkan bahwa pelabuhan yang penting bagi Kerajaan seorang raja memegang kekuasaan Klungkung, diantaranya: secara tunggal. Dengan demikian 1. Keberadaan pelabuhan pada masa segala apa yang menjadi kebijakan kerajaan yang ditentukan oleh berhungan di bidang politik faktor keamanan, perdagangan, pemerintahan ditentukan oleh raja itu dan kondisi geografi. sendiri. Hubungan Kusamba dengan 2. Kusamba sebagai Pelabuhan Klungkung menunjukkan adanya terpenting Pada Masa Kerajaan hubungan urat nadi perekonomian. Klungkung Sebagai bukti nyata daerah Kusamba menjadi bandar pelabuhan yang Peranan Pelabuhan KusambaPada strategis dalam mendukung kemajuan tahun 1908 dalam Kaitannya perdagangan pantai dengan bandar Sebagai Pusat Perdagangan Bagi kerajaan yang lain di Bali maupun Kerajaan Klungkung 5 bandar antar pulau seperti Batavia dan endehan (Laskar rakyat). Di Lombok sebelah selatan istana, sepanjang pantai dipertahankan oleh kesatuan Pengaruh Keberadaan
Recommended publications
  • Perkembangan Revitalisasi Kesenian Berbasis Budaya Panji Di Bali1) Oleh Prof
    1 Perkembangan Revitalisasi Kesenian Berbasis Budaya Panji di Bali1) Oleh Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. Program Studi Sastra Jawa Kuna, FIB, UNUD Pendahuluan Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun meliputi periode waktu yang panjang. Kekayaan budaya bangsa Indonesia yang terwarisi hingga hari ini ada yang berupa unsur budaya benda (tangible), seperti keris, wayang, gamelan, batik, candi, bangunan kuno, dan lain-lain; serta ada yang berupa unsur budaya tak benda (intangible), seperti sastra, bahasa, kesenian, pengetahuan, ritual, dan lain-lain. Kekayaan budaya bangsa tersebut merepresentasikan filosofi, nilai dasar, karakter, dan keragaman adab. Sastra Panji adalah salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Sastra Panji merupakan sastra asli Nusantara (Sedyawati, 2007:269). Sastra Panji diperkirakan diciptakan pada masa kejayaan Majapahit. Sastra Panji dapat dipandang sebagai revolusi kesusastraan terhadap tradisi sastra lama (tradisi sastra kakawin) (Poerbatjaraka,1988:237). Sebagaimana dikatakan Zoetmulder (1985:533) bahwa kisah-kisah Panji disajikan secara eksklusif dalam bentuk kidung dan menggunakan bahasa Jawa Pertengahan. Persebarannya ke pelosok Nusantara diresepsi ke dalam kesusastraan berbagai bahasa Nusantara. Sastra Panji telah banyak dibicarakan ataupun diteliti oleh para pakar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, antara lain Rassers (1922) menulis tentang kisah Panji dalam tulisan berjudul “De Pandji-roman”; Berg meneliti kidung Harsawijaya (1931) dan menerbitkan artikel
    [Show full text]
  • Monografi Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia I MONOGRAFI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
    Monografi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia i MONOGRAFI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Rights Reserved Editor: Dr. Kustini Desain Cover & Layout: Sugeng Pujakesuma Diterbitkan oleh: LITBANGDIKLAT PRESS Jl. M. H. Thamrin No.6 Lantai 17 Jakarta Pusat Telepon: 021-3920688 Fax: 021-3920688 Website: balitbangdiklat.kemenag.go.id Anggota IKAPI No. 545/Anggota Luar Biasa/DKI/2017 Cetakan: Pertama Oktober 2019 ISBN: 978-602-51270-6-9 ii Monografi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia PENGANTAR EDITOR Buku ini berisi deskripsi pengalaman-pengalaman baik (best practices) terkait kerukunan umat beragama di empat daerah yang kemudian disusun menjadi sebuah monografi. Mengacu kepada Surat Edaran Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Nomor 3 Tahun 2015 tentang Standarisasi Kegiatan Pengembangan Bidang Kelitbangan di lingkungan Badan Litbang dan Diklat menyatakan bahwa monografi adalah karya tulis ilmiah hasil penelitian dan pengembangan yang rinci pada sebuah topik tertentu dengan pembahasan yang mendalam dan ditulis dengan berbagai pendekatan keilmuan dalam bentuk format buku dan dipublikasikan secara khusus. Bagi Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, kajian atau penelitian terkait kerukunan, sebagaimana yang tertuang dalam naskah ini, bukanlah hal yang baru. Sejak lembaga Badan Litbang Kementerian Agama ini dibentuk tahun 1975 dan memiliki satu unit eselon II yang saat ini dikenal dengan nomenklatur Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, telah banyak dilakukan kegiatan terkait kerukunan dan toleransi. Kajian dimaksud dapat berupa penelitian, diskusi, seminar, lokakarya maupun dialog pengembangan wawasan multikultural. Kegiatan yang disebut terakhir ini, yaitu Dialog Pengembangan Wawasan Multikultural antara Pemuka Agama Pusat dan Daerah, telah dilakukan sejak tahun 2002 ke 34 provinsi.
    [Show full text]
  • MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan)
    MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S. Ag) Disusun Oleh: Muhammad Furqan Haqqy NIM: 11150321000026 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Furqan Haqqy NIM : 11150321000026 Fakultas : Ushuluddin Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama Alamat Rumah : Jl. Pancoran Timur II D No. 29, RT:012/002, Pancoran, Jakarta Selatan Telp/HP : 082298399178 Judul Skripsi : MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan) Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam Skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain. Maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. ii MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru Di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S. Ag) Oleh: Muhammad Furqan Haqqy NIM: 11150321000026 Pembimbing: Siti Nadroh, M.Ag NUPN 9920112687 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH Skripsi berjudul “MAKNA SIMBOLIK DEWA WISNU DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus: Pura Parahyangan Jagat Guru di Nusa Loka BSD, Tangerang Selatan)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Juli 2021.
    [Show full text]
  • DINAMIKA KEBUDAYAAN DI KOTA GIANYAR -.:: GEOCITIES.Ws
    DINAMIKA KEBUDAYAAN DI KOTA GIANYAR : Dari Kota Keraton sampai Kota Seni, 1771 – 1980-an A.A. Bagus Wirawan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Unud Denpasar Disampaikan pada Konferensi Nasional Sejarah VIII di Jakarta 14 – 17 Nopember 2006 1. Landasan Tipologi Kota. Dalam proses sejarah, sebagian besar kota berasal dari komonitas elite bangsawan atau berkat adanya pasar. Kebutuhan ekonomi dan kebutuhan politik daerah milik seorang bangsawan dapat mendorong orang untuk melakukan perdagangan guna memenuhi permintaan yang hanya dapat terlaksana dengan bekerja ataupun dengan menukar barang. Dalam kota yang berasal dari komunitas seperti itu, barang keperluan keraton, dan istana bangsawan (puri) itu seringkali merupakan sumber pendapatan, bahkan merupakan sumber pokok bagi penduduk daerah. Apabila kondisi demikian itu merupakan konfigurasi yang berlainan dengan desa, maka wajarlah bila kota itu menjadi tempat tinggal raja, para bangsawan, baudanda bhagawanta (keraton, puri) maupun tempat pasar, bencingah, alun-alun, dan lain-lainnya (Sartono Kartodirdjo, 1977). Landasan tipologi terbentuknya kota Gianyar dan untuk memahaminya mengikuti sejarah perkembangan kota, lokasi serta ekotipenya, fungsinya, dan unsur- unsur sosio-kultural adalah menggunakan konsep dan tipe-tipe kota seperti yang terdapat di pelbagai negeri (Sartono Kartodirdjo, 1977). Akan tetapi, untuk menyoroti kota Gianyar akan dipilih tipe kota yang relevan terutama kota-kota kuno di Asia (M. Irfan Mahmud, 2003 : Bab II). Di kota-kota Asia, apa yang disebut gilde belum sepenuhnya terlepas dari ikatan kerabat seperti ikatan klan; (kewangsaan) yang sebagai suatu komunitas ingin memegang monopoli dalam suatu pertukangan serta pemasaran hasil karyanya. Dalam kegiatan tukar menukar barang, muncul pula orang-orang asing misalnya Cina atau Arab. Mengenai lokasi kota-kota dapat dikatakan bahwa kota terletak di berbagai lokasi.
    [Show full text]
  • ACCEPTED PARTICIPANTS for ISODEL 2018 Updated : 21 November 2018
    ACCEPTED PARTICIPANTS FOR ISODEL 2018 Updated : 21 November 2018 1. ParIcipants who already sent Lecer of Assignment will get Registraon Confirmaon Lecer with a barcode inside. For those who haven't, kindly send your Lecer of Assignment immediately to [email protected] (Please ignore if you have already sent Note : it) 2. The organising commicee will cover symposium fee only; including 2 Imes coffee break, lunch and symposium kits for 3 days. 3. Transportaon and accomodaon during the event will be borne by personal account LETTER OF NO NAME INSTITUTION ASSIGNMENT (SURAT TUGAS) KINDERGARTEN TEACHERS (TK, PAUD) 1 Sri Rahayu S.Pd TK PKK 4 Argomulyo √ 2 Fadilatul Ummah TK DWP Kedungrejo Kec. Pujon √ 3 Maya Lindayani TK Dharma Wanita Persatuan 13 √ 4 Brotojoyo Retnowa, MPd PAUD Ibu Bangsa √ 5 Dwi Indrawa TK Al Muhajirin √ 6 Sri Handayani Kindergarten √ 7 Andriyani Akib BAN PAUD PNF Prop Sulsel √ 8 Ita RosIa Ichsan TK Aisyiyah Mamajang √ 9 Fahmia Nur Eka Safitri TK Pelangi Bulukumba √ 10 Mahdalina TK Ihad Dampang Bulukumba √ 11 HJ. Jihadi TK Baburrahman Galungberu Bulukumba √ 12 A. Ina Mumina TK Al Fauzan Bulukumba √ 13 Dyanthy Purnamasari BAN PAUD & PNF √ 14 Patmawa TK Khairul Ummah Bantaeng √ 15 Ermawa KB Pelangi √ 16 A. Ulfa AsIna Adnan KB Pelangi √ 17 Tri Ulfa Rosyda TK Ananda Kota Batu Jam √ 18 SuprapI TK Ahmad Yani Malang Jam 19 Novitri Kurniawa TK Aisyiyah 66 Surabaya 20 Ari SusanI TK Aisyiyah 22 Surabaya 21 Yulia RisanI PAUD 22 Ida Ayu CinIya Nurina TK Negeri Pembina Gianyar 23 I Made Oka PAUD Pom-Pom School LETTER OF NO
    [Show full text]
  • Bab Xi Kerajaan Karangasem Bali Di Pulau Lombok
    BROWSING Oleh: DR. IR. LALU MULYADI, MTA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG TAHUN 2014 PRAKATA Sejarah merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Banyak orang yang rela mengeluarkan biaya untuk mencari tahu tentang sejarah sesuatu seperti sejarah kota, desa, permukiman tradisional, maupun sejarah sebuah komunitas tertentu. Buku ini kami cari melalui internet dan kami beri judul: SEJARAH GUMI SASAK LOMBOK . Setelah kami baca dan kami cermati isi dari buku ini, maka kesimpulan kami perlu penyempurnaan oleh sebab itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan dari buku ini. Diucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas amal kebaikan kita semua. Malang, 18 Agustus 2014 PULAU LOMBOK GUMI SASAK DALAM SEJARAH DAFTAR ISI PRAKATA BAB I : PENDAHULUAN 1 BAB II : GUMI SASAK PADA MASA PRASEJARAH 2 A. Zaman Prasejarah dan Asal Muasal Penghuni Gumi Sasak 2 B. Kehidupan Zaman Prasejarah di Gumi Sasak 4 C. Sistem Kepercayaan 4 BAB III : ZAMAN KUNO GUMI SASAK 6 A. Pengaruh Hindu Budha 7 B. Kerajaan Tertua Gumi Sasak 8 BAB IV : ASAL USUL NAMA SASAK LOMBOK 9 A. Asal Nama Sasak dan Lombok 9 B. Sasak dan Lombok Sebuah Satu Kesatuan 10 BAB V : MASUKNYA AGAMA ISLAM 11 A. Gumi Sasak Sebagai Pusat Perdagangan 11 B. Masuk dan Berkembangnya Agama Islam 12 C. Sunan Prapen Kembali Ke Lombok 13 D. Penyebaran Agama Islam di Beberapa Tempat 14 E. Munculnya Islam Waktu Telu 15 F. Tokoh-Tokoh Islam Pada Masa Penjajahan 16 BAB VI : KERAJAAN SELAPARANG 21 A. Berdirinya Seleparang dan Mumbul 21 B.
    [Show full text]
  • Babad Gumi 13
    CANDRASANGKALA: THE BALINESE ART OF DATING EVENTS. HANS HÄGERDAL [email protected] Department of Humanities University of Växjö Sweden 2006 1 Introduction 2 Babad Gumi 13 Babad Bhumi 42 Korn 1 74 Korn 2 93 Korn 3 100 Korn 4 105 Korn 5 113 Babad Tusan 132 Tattwa Batur Kalawasan 140 Pangrincik Babad 147 Sara Samuscaya Pakenca 156 Anjang Nirartha 164 Pasasangkalan 167 Pawawatekan 182 Postscript: Pasangkalan 198 Genealogies 201 Unpublished sources 204 Literature 206 2 INTRODUCTION Elements of Balinese historiography. History has deep roots on Bali, however one defines the word. To be more exact, Bali has a wider scope of historiographical continuity than anywhere else in Southeast Asia except for Vietnam and perhaps Burma. Pending some previous scholarly statements regarding the Balinese perception of time and the historical past, that are found in the anthropological literature about the island, such a statement may seem rather rash. However, it remains an astonishing fact. On Balinese soil historical texts were preserved and cherished; they informed ever new generations about ancient kingdoms far back in time, to the Javanese dynasties of Airlangga and Ken Angrok up to a thousand years ago. Certainly, these dynasties were mainly non-Balinese, but this is irrelevant for the self- perception of the Balinese elite groups, who found inspiration and raison d’être from tales of ancient Javanese realms. As against this, the genuinely historical memory barely goes back before the 13th century in Thailand, the 14th century in Laos and Cambodia, and the 15th century in the Malay world. Historical traditions from Java, Aceh, South Sulawesi and Maluku cease to be merely legends and start to take on a somewhat more plausible shape in about the 15th or 16th century.
    [Show full text]
  • Polarisasi Geo Politik Kerajaan Di Bali Abad Xvi-Xx
    ISSN 1412 - 8683 168 POLARISASI GEO POLITIK KERAJAAN DI BALI ABAD XVI-XX Oleh Desak Made Oka Purnawati Jurusan S1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji dua masalah pokok, yaitu : pertama, mengapa terjadi polarisai geopolitik kerajaan di Bali pada periode abad XVI sampai XX, yang ditunjukkan oleh faktor internal dari kerajaan-kerajaan di Bali dan kedua, menunjukkan faktor campur tangan Belanda yang mempercepat proses polarisasi geopolitik di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan memakai metode penelitian sejarah yang meliputi : heuristic dalam pengumpulan data, kritik ekstern dan intern untuk menentukan keabsahan dan keakuratan data, interpretasi untuk menganalisis dan mensintesis data-data yang sudah di dapat dan selanjutnya, historiografi dengan menyusun suatu cerita sejarah dengan memperhatikan prinsip-prinsip kausalitas, kronologis, serialisasi dan koligasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polarisasi geopolitik Kerajaan Bali pada abad XVI-XX mengalami fragmentasi dalam sembilan kerajaan kecil yang sekarang menjadi warisan dari geopolitik kabupaten/kota di Bali. Fragmentasi ini lebih disebabkan oleh perebutan hegemoni politik diantara kerajaaan kerajaan kecil di Bali sehingga memudahkan campur tangan pemerintah colonial Belanda untuk menguasainya yang dimulai saat penyerangan terhadap Kerajaan Buleleng, dan mengakhirinya dengan Perang Puputan Badung (1906) dan Perang Puputan Klungkung (1908). Kata-kata kunci : Polarisasi, geopolitik, kerajaan ABSTRACT This research is aimed at examining two major problems; firstly, why kingdom geopolitical polarization occurred in Bali in the periode of 15th until 20th century, which was indicated from internal factors of Balinese kingdoms; and secondly, to argue the role of the Dutch colony in the exhilaration of the process of geopolitical polarization in Bali.
    [Show full text]
  • Katalog Pameran.Pdf
    DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWl ATA DIREKTORAT J NO RAL JARAH AN PURBAKALA lR KT RA Nl AI JARAH 2008 PENGANTAR Dalam rangka memperingati dan merayakan 100 Tahun Kebangkitan NasionaL 20 Mei 1908- 20 Mei 2008, Direktorat TIM PENYUSUN Nilai Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan da n Pariwisata menyelenggarakan Pengarah kegiatan Pameran Kesejarahan pada tanggalll - 13 Juli 2008 Drs. 5habri A di UPTD Museum Perjuangan Rakyat Bali, Jl. Puputan Niti I Mandala Denpasar Bali. Pameran Kesejarahan ini bertujuan Penyusun untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman nilai-nilai Drs. Hartono 5amrin, MM Hartono 55 sejarah yang berkaitan dengan Kebangkitan Nasional kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Pameran Kesejarahan lata Letak kali ini memilih tema: Melalui Puputan Mewujudkan Yusuf Nasionalisme. DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Dalam kegiatan ini bersinergi antara Direktorat Nilai Sejarah DIREKTORAT JENDERAL 5EJARAH DAN PURBAKALA Jakarta, BPSNT Denpasar, UPTD Museum Perjuangan Rakyat I DIREKTORAT NILAI SEJARAH Bali, dan Dinas Pendidikan Bali. Untuk itu dengan buku katalog Jl. Jend. Sudirman pameran sebagai panduan kegiatan ini, diharapkan dapat sebagai media informasi pendukung pelaksanaan pameran 1 kesejarahan dalam rangka peringatan dan perayaan 100 Tahun I DAFTAR. IS Kebangkitan Nasional terse but bagi seluruh kalangan Pengantar -- ; masyarakat. 5ambutan Direktur Nilai 5ejarah -- ii Berbagai aspek dan objek sejarah akan dipamerkan dalam Foto-foto 5ejarah -- l kegiatan pameran kesejarahan ini seperti: foto-foto dan I gambar-gambar bersejarah. benda-benda lukisan dan benda­ Kilas Balik laseda -- 37 benda peninggalan bersejarah, serta buku-buku sejarah lainnya. Akhirnya berbagai macam kegiatan ini diharapkan dapat Kilas Balik Lasenas - 56 merefleksikan kembali tonggak-tonggak perjuangan dalam kebangkitan bangsa Indonesia masa lampau hingga masa kini.
    [Show full text]
  • Kerajaan Majapahit Bali”: Dinamika Puri Dalam Pusaran Politik Identitas Kontemporer
    Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 4, No. 1, 2019, hlm. 3-14 WACANA “KERAJAAN MAJAPAHIT BALI”: DINAMIKA PURI DALAM PUSARAN POLITIK IDENTITAS KONTEMPORER I Putu Gede Suwitha Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Denpasar - Indonesia Alamat korespondensi: [email protected] Diterima/Received: 10 Agustus 2018; Direvisi/Revised: 17 Januari 2019; Disetujui/Accepted: 14 Maret 2019 Abstract This study discusses the transformation of the identity of the contemporary Balinese community and the dynamics of palaces (puri) in the political rotation based on discursive development of the “Bali Majapahit Kingdom”. The discourse can be observed from the local newspapers in Bali such as Bali Post, Tokoh, and so forth. The discourse of the “Bali Majapahit Kingdom” inspired by the Majapahit kingdom as the image. The historical method applied in this study. The data were analyzed descriptively-qualitatively using historical analysis. The result of the study shows that the discourse of the “Bali Majapahit Kingdom” has been thrown by a central figure named Aryawedakarna for his political interest. He has smartly used the Majapahit kingdom and the resurgence of Hinduism as the inspiration to establish the image as a royal figure. Actually, what he has done is the political identity and was successfully appointed a member of the Regional Representative Council [Dewan Perwakilan Daerah] with more or less 200,000 votes in the 2014 election. Keywords: Politic of Identity; Dynamic of Palaces; Politic of Image. Abstrak Kajian ini membahas perubahan identitas masyarakat Bali Kontemporer, khususnya perkembangan puri dalam pusaran politik dengan mengikuti perkembangan wacana “Kerajaan Majapahit Bali”. Wacana ini dapat diamati lewat media pers di Bali khususnya koran Bali Post, Tokoh, dan beberapa koran lainnya.
    [Show full text]
  • Buku Dinamika Hindu 2019.Pdf
    Editor I Ketut Ardhana Ni Made Frischa Aswarini Editor: I Ketut Ardhana PHDI UNHI BP Ni Made Frischa Aswarini PHDI BP Universitas Hindu Indonesia Pustaka Larasan 2019 DINAMIKA HINDU DI INDONESIA Editor I Ketut Ardhana Ni Made Frischa Aswarini Penulis I Ketut Ardhana I Wayan Tegel Eddy I Gusti Ketut Widana Ni Made Frischa Aswarini Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo Sulandjari Ni Putu Suwardani Arya Suharja I Dewa Ketut Budiana Made Adi Widyatmika I Putu Sastra Wibawa I Putu Gelgel I Gusti Agung Paramita I Putu Gede Suwitha I Wayan Sukayasa I Wayan Budi Utama Pracetak Slamat Trisila Penerbit Pustaka Larasan (Anggota IKAPI Bali) Jalan Tunggul Ametung IIIA/11B Denpasar, Bali 80116 Ponsel: 087353433 Email: [email protected] bekerja sama dengan Universitas Hindu Indonesia, Denpasar dan Badan Penerbit Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Cetakan I: 2019 ISBN 978-602-5401-54-1 ii DAFTAR ISI Sambutan Rektor UNHI Sambutan Ketua Harian PHDI Kata Pengantar Pengantar Editor Pendahuluan I Ketut Ardhana Dinamika Hindu di Provinsi Lampung I Ketut Ardhana Dinamika Komunitas Hindu di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan I Wayan Tegel Eddy, I Gusti Ketut Widana, Ni Made Frischa Aswarini Dinamika Hindu di Provinsi DKI Jakarta I Ketut Ardhana, Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo Dinamika Hindu di Provinsi Jawa Tengah Sulandjari Dinamika Pendidikan Hindu di Jawa Timur Ni Putu Suwardani, Arya Suharja, Sulandjari Dinamika Pendidikan Hindu di Provinsi Kalimantan Tengah I Dewa Ketut Budiana, Made Adi Widyatmika, I Putu Sastra Wibawa Hindu di Manado: Sejarah,
    [Show full text]
  • Religious Pluralism Education in Bali Indonesia: Study on Cultural and Religious Integration in Completing Contemporary Social Conflicts
    See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/348379186 RELIGIOUS PLURALISM EDUCATION IN BALI INDONESIA: STUDY ON CULTURAL AND RELIGIOUS INTEGRATION IN COMPLETING CONTEMPORARY SOCIAL CONFLICTS Article · January 2020 CITATIONS READS 0 4 2 authors, including: Saihu Saihu Institut PTIQ Jakarta, Indonesia 44 PUBLICATIONS 39 CITATIONS SEE PROFILE Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Arabi Linguistic and Literature View project All content following this page was uploaded by Saihu Saihu on 11 January 2021. The user has requested enhancement of the downloaded file. International Journal of Advanced Science and Technology Vol. 29, No. 7, (2020), pp. 3761-3770 RELIGIOUS PLURALISM EDUCATION IN BALI INDONESIA: STUDY ON CULTURAL AND RELIGIOUS INTEGRATION IN COMPLETING CONTEMPORARY SOCIAL CONFLICTS Saihu, Institut of PTIQ Jakarta, Indonesia Kidup Supriyadi, Tarbiyah Faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia Karmawan, Islamic University of Syekh Yusuf Tangerang, Indonesia Fatkhul Mubin, STAI Al-Hikmah Jakarta, Indonesia Abstract This paper argues that culture is a part of religion in the sense that the latter (religion) authentically aims to help bless people as well to perpetuate peace among them. This article uses the term “culture” to refer to this perpetuated value. This action is in tandem with pluralism education; that is, an education that directs its students to free themselves up from any type of prejudice, and to be capable of not only learning knowledge in their classes, but also other cultures and perspectives available in the multicultural societies. Therefore, this pluralism education expects the students to qualify themselves with empathy, tolerance and solidarity to diverse groups of people in this world.
    [Show full text]