“MONUMEN PERINGATAN IDA BHATARA MANTUK RING RANA” SEBAGAI MEDIA PEWARISAN NILAI –NILAI SEJARAH DI KALANGAN SISWA KELAS X DI SMA N 1 PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN, GIANYAR,

Oleh : I Gede Indra Pratama, (NIM 0914021033), (e-mail: [email protected]) I Ketut Margi *) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui latar belakang didirikanya Monumen Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana di Banjar Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, (2) mengetahui proses pembangunan Monumen Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana di Banjar Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, (3) mengetahui fungsi serta nilai- nilai sejarah yang terkandung pada Monumen Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap ; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) ada dua faktor yang melatar belakangi pembangunan Monumen Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana dilihat dari faktor historis dan faktor sosio-kultur, (2) proses pembangunan Monumen Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana diinisiatori oleh masyarakat Banjar Melinggih yang diarsiteki oleh anggota tutus paras Banjar Melinggih, (3)Fungsi dari pembangunan Monumen Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana adalah; (1) fungsi edukatif, (2) fungsi inspiratif, (3) fungsi rekreatif, (4) fungsi politik, dan (5) fungsi sosio-kultur. Nilai-nilai yang terkandung pada Monumen Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana di antaranya; (1) nilai pendidikan, (2) nilai patriotisme, (3) nilai religius, dan (4) nilai budi pekerti luhur.

ABSTRAC

This study is aimed at (1) finding out the background of construction of Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Memorial monument at Melinggih village, Payangan District, , (2) finding out the construction process of Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Memorial monument, and (3) the function of Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Memorial monument. This present study used qualitative methods stages on collecting the data. The stages were: (1) the technique of determining the location of the study, (2) the technique of determining informants, (3) techniques of data collection (observation, interviews, document review), (4) techniques of data authentication (data triangulation method), and (5) techniques of data analysis. This present study shows that: (1) there are two factors of the construction of Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Memorial monument. The factor are historical and socio cultural factor. (2) The construction of Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Memorial monument was initiated by the Melinggih villagers and it was designed by Melinggih tutus paras member, (3) The functions of the development Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Memorial monument are: (1) educational function, (2) inspirational function, (3) recreational function, (4) political function, and (5) socio-cultural functions. The values of the Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Memorial monument are: (1) educational value, (2) the value of patriotism, (3) religious value, and (4) the value of noble character.

Kata Kunci: monumen, pewarisan nilai sejarah.

*) Dosen Pembimbing Artikel

1

Monumen adalah bangunan atau Bandara Ngurah Rai. Patung Kapten Japa di tempat yang mempunyai nilai sejarah yang perempatan Jalan Gatot Subroto Timur dan penting dan karena itu dipelihara dan lain sebagainya. dilindungi oleh Negara. Monumen juga Tujuan dari pembangunan monumen diartikan dengan bangunan (berupa tugu) tersebut agar generasi selanjutnya bisa sebagai peringatan suatu peristiwa dalam mengenang dan menghormati jasa para sejarah (Marhijanto, 1995:414). Atau pahlawan serta mengaplikasikan nilai-nilai sesuatu benda yang sengaja dibuat untuk sejarah yang terkandung di dalam suatu peringatan kepada suatu peristiwa pembangunan monumen tersebut. Seperti, penting atau bersejarah (Poerwadarminta, nilai rela berkorban demi kepentingan orang 2003:774). Bangsa sebagai bangsa banyak, semangat pantang menyerah, yang besar selalu menghargai jasa semangat persatuan dan kesatuan hingga pendahulunya yang berjasa terhadap mencapai cita-cita merebut kemerdekaan, perkembangan bangsanya. Untuk cinta tanah air dan cita-cita membentuk mengenang peristiwa besar tersebut Negara kesatuan Republik Indonesia. dibuatkanlah monumen. Monumen- Berbeda dengan paparan di atas, di monumen tersebut ada yang berbentuk candi Desa Melinggih, Kecamatan Payangan dan manusia misalnya monumen berbentuk terdapat sebuah monumen yang dibangun candi dapat kita lihat pada Monumen bukan untuk mengenang serta memperingati Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana, peristiwa yang berhubungan dengan yang berlokasi di Desa Marga, Kecamatan perjuangan menentang penjajahan Belanda. Marga, Kabupaten Tabanan. Di tempat Melainkan untuk mengenang serta inilah terjadi peristiwa bersejarah yang menghormati jasa-jasa seseorang tokoh dikenal dengan Margarana. penguasa lokal yang dianggap oleh warga Monumen yang berbentuk manusia biasanya Payangan sebagai “hero” yang telah dibangun untuk mengenang tokoh-tokoh membela tanah kelahirannya berperang penting dalam sebuah perisiwa, misalnya melawan Kerajaan Klungkung. Monumen patung I Gusti Ngurah Rai di Jalan Bay Pas tersebut dikenal dengan nama Monumen Ngurah Rai dan di depan pintu masuk Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana.

2

Monumen peringatan ini dibangun oleh melawan Kerajaan Klungkung. Hal ini warga setempat untuk menghormati Raja menjadi masalah karena tidak sesuai antara Payangan yang bernama Ida Dewa Agung harapan dan kenyataan yang ada di Gde Agung Gede Oka, yang gugur saat masyarakat. Alasannya generasi muda Desa perang antara kerajaan Payangan melawan Melinggih, Kecamatan Payangan serta Kerajaan Klungkung. Peristiwa ini lebih siswa-siswi SMA Negeri 1 Payangan tidak dikenal dengan “Uwug Payangan” (Nindhia, tahu makna dari monumen yang ada di 1976: 1-99). Monumen tersebut terletak di perempatan desanya. Oleh karena itu, sangat persimpangan jalan Desa Melinggih, menarik untuk diteliti untuk mendapatkan Kecamatan Payangan. Uniknya monumen jawabannya. tersebut dibangun berbentuk Padmasana. Penelitian ini bertujuan untuk Seperti yang kita ketahui secara umum di mengetahui latar belakang serta proses Bali, Padmasana merupakan tempat untuk pembangunan, fungsi dan nilai-nilai yang memuja Ida Shanghyang Widhi Wasa. terkandung pada Monumen Peringatan Ida Mengapa monumen untuk Bhatara Mantuk Ring Rana di Banjar menghormati jasa Raja Payangan IV Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar. dibangun menyerupai bentuk Padmasana, Kajian teori yang digunakan dalam bagaimana sejarah serta apa fungsinya, tidak penelitian ini menyangkut latar belakang semua warga (generasi muda) pendirian sebuah monumen yang bertujuan mengetahuinya. Hal ini tercermin untuk mengabadikan jiwa pejuang para berdasarkan hasil wawancara dengan pahlawan dari masa ke masa, yang beberapa orang dikalangan generasi muda di nantinya mampu mewariskan semangat Desa Melinggih, Kecamatan Payangan serta patriotisme dalam wujud rela berkorban, siswa-siswi SMA Negeri 1 Payangan yang cinta tanah air, termasuk tetap menjaga sangat dekat dengan monumen tersebut. keutuhan kesatuan Republik Indonesia. Mereka tidak tahu bahwa monumen dalam Monumen juga memiliki beberapa fungsi bentuk Padmasana tersebut merupakan di antaranya (1) fungsi edukatif yakni monumen untuk memperingati atau memuja peran monumen tidak hanya sebagai Ida Dewa Gde Agung Gede Oka raja sebuah bangunan masa lalu tetapi juga Payangan IV yang gugur dalam perang dapat dijadikan sebagai media

3

pembelajaran, (2) fungsi inspiratif yakni Suanada dan Ketut Rata; (3) Teknik bagaimana monumen dapat dijadikan pengumpulan data (wawancara, observasi inspirasi (menyangkut prilaku tokoh yang dan studi dokumen); (4) Teknik penjamin diabadikan pada monumen) untuk keabsahan data (triangulasi data dan menciptakan kehidupan yang lebih baik, triangulasi metode); dan (5) Teknik analisis (3) fungsi rekreatif yang lebih merujuk data. kepada pemanfaatan monumen sebagai hiburan bagi masyarakat, dan (4) fungsi HASIL instruktif. Kemudian teori yang digunakan Hasil dari penelitian ini menujukan ialah teori mengenai pengertian nilai bahwa: (1) ada dua faktor yang melatar sejarah yang nantinya akan diwariskan belakangi pembangunan Monumen kepada siswa-siswi menggunakan teori Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana sosialisai. dilihat dari faktor historis dan faktor sosio- kultur, (2) proses pembangunan Monumen METODE PENELITIAN Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Metode penelitian yang digunakan diinisiatori oleh masyarakat Banjar dalam penelitian ini adalah metode Melinggih yang diarsiteki oleh anggota tutus penelitian kualitatif. Metode kualitatif di paras Banjar Melinggih, (3)Fungsi dari antaranya terdapat (1) teknik penentuan pembangunan Monumen Peringatan Ida lokasi penelitian. Lokasi yang dituju yaitu Bhatara Mantuk Ring Rana adalah; (1) Desa Melinggih sebagai lokasi berdirinya fungsi edukatif, (2) fungsi inspiratif, (3) Monumen Ida Bhatara Mantuk Ring Rana fungsi rekreatif, (4) fungsi politik, dan (5) serta sekolah SMA Negeri 1 Payangan fungsi sosio-kultur. Nilai-nilai yang sebagai lembaga pewarisan nilai-nilai terkandung pada Monumen Peringatan Ida sejarah yang terkandung pada monumen Bhatara Mantuk Ring Rana di antaranya; (1) tersebut; (2) Teknik penentuan informan. nilai pendidikan, (2) nilai patriotisme, (3) Informan yang dituju untuk memperoleh nilai religius, dan (4) nilai budi pekerti data yaitu Tjokorda Oka Nindya, Jero luhur. Mangku Patri, I Nyoman Darma, I Made Batan, Nyoman Surata, Kadek Raka

4

PEMBAHASAN yang dikenal dengan Uwug Payangan maka Latar Belakang Pembangunan Monumen ditempat tersebut dibangunlah monumen Ida Bhatara Mantuk Ring Rana peringatan yang dikenal dengan Monumen Latar belakang pembangunan Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Monumen Ida Bhatara Mantuk Ring Rana (Nindya, 1967 : 39-58). dilatarbelakangi dari dua faktor yakni faktor Pembangunan Monumen Peringatan historis dan faktor sosial-budaya. Faktor Ida Bhatara Mantuk Ring Rana tidak historis dari pembangunan monumen Ida terlepas dari faktor sosial-budaya yang Bhatara Mantuk Ring Rana adalah untuk melekat pada masyarakat Payangan memperingati gugurnya Raja Payangan IV khususnya warga Banjar Melinggih. Hal ini pada peristiwa Uwug Payangan melawan tidak bisa dilepaskan pula dengan budaya Kerajaan Klungkung yang dibantu oleh feodal masyarakat setempat yang masih Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Gianyar. amat kental. Contoh sederhana dapat dilihat Gugurnya Raja Payangan IV bukan karena pada pada hari-hari tertentu, masyarakat dibunuh atau dikalahkan musuh tetapi wajib ngayah ke Puri membantu keluarga dikarenakan menelan ujung keris pusakanya puri dalam hal mempersiapkan sarana dan sendiri. Hal ini dilakukan karena ingin prasarana upacara. Selain itu, budaya mengobarkan semangat puputan beserta agree/agraris yang berkembang di dengan para pengawal serta rakyat masyarakat Desa Melinggih mendorong Payangan yang gugur pada saat itu. jiwa seni dan budaya berkembang sangat Gugurnya Raja Payangan Ida Dewa Agung cepat. Budaya tersebut diimplementasikan Gde Agung Oka tepatnya pada hari Sukra dalam pembuatan bangunan-bangunan yang Kliwon Pandan, atau Jumat Kliwon Wuku diperuntukan kepada keluarga puri sebagai Toulu atau 40 hari sebelum hari raya bentuk rasa hormat rakyat terhadap raja Galungan pada tahun 1841 di Banjar (Sudrajat, 2012 : 4: Kuntowijoyo, 2004: 64; Melinggih, tepatnya di perempatan jalan Pageh, 2011: 44). raya Banjar Melinggih. Untuk mengenang Kondisi masyarakat tersebut serta menghormati jasa dari Raja Ida Dewa mengingatkan kita pada teori lama yang Agung Gde Agung Sebagai tokoh ”hero mengatakan bahwa suatu kerajaan yang lokal” yang gugur pada peristiwa besar bercorak agraris akan lebih banyak

5

menghasilkan kebudayaan monumental yang awalnya berbentuk turus lumbung atau dibandingkan dengan kerajaan yang asagan akhirnya direnovasi menjadi sebuah bercorak maritim. Keadaan tersebut bangunan yang menyerupai „padmasana’. menyebabkan masyarakat yang kehidupanya bercorak agraris akan memiliki banyak waktu untuk bergotong- royong, bergaul dengan masyarakat lainnya dan memiliki banyak waktu senggang.

Sehingga waktu itulah yang digunakan untuk membangun sebuah bangunan yang monumental (Lihat Purbatjaraka, 1968 ;

Muljana, 1980: 11; Kurnia, 1983: 88;

Suyasa, 2005: 233; Satyawati, tanpa Tahun: Gambar 1.1. Monumen Ida Bhatara 71; Koentjaraningrat, 1974: 59). Mantuk Ring Rana. Faktor-faktor di ataslah yang (Sumber : Hasil Pengamatan Sendiri) mendukung mengapa masyarakat di Desa Melinggih membangun sebuah monumen Renovasi bangunan tersebut yang diperuntukkan kepada Raja Payangan diinisiatori oleh Kelian Banjar I Made Darsa IV yang gugur pada peristiwa Uwug dan Bendesa I Wayan Gingsir yang telah Payangan. berkordinasi dengan tokoh Puri Payangan. Proses Pembangunan Monumen Bangunan tersebut diarsiteki oleh beberapa Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring orang yang tergabung ke dalam anggota Rana Pada awalnya bentuk Monumen tutus paras Banjar Melinggih, diantaranya I

Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Gosek, I Barak, I Mirib, dan I Cembeng. mengamil bentuk yang sangat sederhana Lama pengerjaan dari bangunan ini kira-kira yakni berupa asagan/ turus lumbung. 25 hari.

Namun antara tahun 1953-1955, bangunan

6

Fungsi Monumen Ida Bhatara Mantuk bangsa ini. Makna serta nilai-nilai yang Ring Rana terkandung pada monumen tersebut akan Berdasarkan hasil wawancara mampu melandasi setiap tindakan yang dengan informan yang bernama Kadek Raka bersifat positif bagi masyarakat Banjar Suanada, Monumen Ida Bhatara Mantuk Melinggih. Nilai-nilai luhur yang Ring Rana memiliki fungsi edukatif yakni terkandung dalam monumen tersebut pengingat peristiwa yang pernah terjadi di hendaknya diwariskan kepada generasi Desa Melinggih yakni peristiwa Uwug muda saat ini dengan cara memanfaatkan Payangan. Fungsi lainnya adalah fungsi pranata sekolah sebagai salah satu lembaga inspiratif yakni memberikan inspirasi bagi pewarisan nilai di masyarakat. Sekolah- masyarakat Payangan agar dapat meneladani sekolah yang ada di Kecamatan Payangan sikap patriotisme, satya wacana yang dapat menjadikan monumen tersebut sebagai dimiliki oleh Raja Payangan IV. Selain media untuk mewariskan nilai luhur Raja memiliki fungsi inspiratif, monument Ida Payangan IV yang diabadikan pada Bhatara Mantuk Ring Rana memiliki juga monumen tersebut. Nilai-nilai sejarah fungsi rekreatif dan fungsi sosio-kultural seperti patriotisme, cinta tanah kelahiran, dan politik. semangat jiwa berjuang, pantang menyerah hendaknya diteladani oleh generasi muda Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam saat ini. Ditambahkan pula oleh Tjokorda Monumen Ida Bhatara Mantuk Ring Oka Nindya (85 Tahun) (hasil wawancara Rana 28 November 2011) selain semangat Keberadaan Monumen Peringatan patriotisme, yang paling penting tercermin Ida Bhatara Mantuk Ring Rana secara dalam pembangunan Monumen Peringatan umum sangat penting bagi warga di Banjar Ida Bhatara Mantuk Ring Rana adalah sikap Melinggih Kecamatan, Payangan. Sebab beliau yang tidak terlena akan jabatan serta monumen tersebut mempunyai nilai-nilai keuntungan politik dan ekonomi. Nilai-nilai luhur yang harus diwariskan kepada tersebut hendaknya diteladani saat ini serta generasi selanjutnya. Serta dapat dijadikan dijadikan pedoman untuk melangkah ke refleksi dalam melangkah ke arah tindakan depan. Secara garis besar, nilai-nilai yang yang menyejarah bagi generasi penerus terkandung pada Monumen Peringatan Ida

7

Bhatara Mantuk Ring Rana adalah sebagai SIMPULAN berikut: (1) Nilai Pendidikan, (2) Nilai Pembangunan dari Monumen Patriotisme, (3) Nilai Religius, dan (4) Nilai Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Budi Pekerti Luhur. dilatarbelakangi oleh dua faktor yakni faktor historis dan faktor sosial-budaya. Monumen Strategi Yang Diterapkan Untuk Ida Bhatara Mantuk Ring Rana memiliki Memanfaatkan Monumen Peringatan Ida beberapa fungsi antara lain fungsi edukatif, Bhatara Mantuk Ring Rana Sebagai rekreatif, insipratif, politik dan fungsi sosio- Media Pewarisan Nilai Sejarah kultural. Monumen Ida Bhatara Mantuk Usaha untuk mewariskan nilai-nilai Ring Rana mengandung pula nilai-nilai, sejarah yang terkandung pada Monumen antara lain: (1) Nilai Pendidikan, (2) Nilai Peringatan Ida Bhatara Mantuk Ring Rana Patriotisme, (3) Nilai Religius, dan (4) Nilai nampaknya memerlukan strategi yang tepat Budi Pekerti Luhur. Nilai-nilai ini dalam pewarisannya. Pewarisan nilai sejarah hendaknya diwariskan kepada generasi tersebut dapat dilakukan melalui proses muda agar tetap ajeg dan dapat meneruskan sosialisasi. Salah satu lembaga sosialisai cita-cita perjuangan Raja Payangan IV, yang dipergunakan dalam mewariskan nilai yakni Ida I Dewa Agung Gde Oka. tersebut adalah pranata sekolah. Dalam Saran yang disampaikan, antara lain: pranata sekolah terdapat guru yang bertugas Pihak-pihak sebagai agent of change sebagai agen pewarisan nilai. Strategi yang baik dalam pendidikan formal, informal dan dipergunakan untuk mewariskan nilai non-formal yakni orang tua, guru, pihak puri sejarah yang terkandung pada monumen dan masyarakat setempat hendaknya tersebut adalah, memanfaatkan keberadaan mewariskan nilai-nilai sejarah yang monumen tersebut yang di selipkan ke terkandung pada Monumen Ida Bhatara dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Mantuk Ring Rana. Tidak hanya itu saja, Dasar dalam pemebelajaran di dalam kelas orang tua, guru sejarah dan pihak Puri dengan menggunakan strategi CTL serta Payangan serta tokoh masyarakat hendaknya menggunakan metode inquiri (Sudirman mensosialisasikan keberadaan monument dkk, 1987: 90 ; Rusman, 2010: 187 ; Ida Bhatara Mantuk Ring Rana secara lisan Tanredja, 2012: 49). maupun tertulis kepada generasi muda agar

8

mereka tahu sejarah lokal desa mereka artikel menjadi lancar dan dapat sendiri. terselesaikan dengan baik.

Ucapan terimakasih ditujukan kepada:  I Ketut Margi, selaku Pembimbing II

 Desak Made Oka Purnawati, selaku yang juga memberikan saran serta Pembimbing Akademik dan Pembimbing motivasi dan membimbing penulis dalam I yang telah meluangkan waktunya penyusunan artikel sehingga dapat kepada penulis dalam memberikan terselesaikan dengan baik. pengetahuannya, memotivasi dan membimbing dari awal penyusunan

DAFTAR RUJUKAN

Pageh, I Made. 2011. Revitalisasi Idiologi Koentjaraningrat.1974. Kebudayaan Desa Pakraman: Mengungkap Mentalitet dan Pembangunan. Perbedaan Idiologi untuk Jakarta: Gramedia. Merancang Model Rekayasa Kearifan Lokal Berbasis Tri Hita Kuntowijoyo. 2004. Raja Priyayi dan Karana di Era Global. Singaraja: Kawula. Jogjakarta: Ombak. Undiksha.

Kurnia, Nia. 1983. Kerajaan Sriwijaya. Porwadarminata, W.J.S. 2003. Kamus Jakarta: PT. Giri Mukti Pasaka. Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Marhijanto, Bambang. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Purbatjaraka. 1968. Sejarah Kebudayaan Populer. Surabaya: Bintang Timur Indonesia “Riwayat Indonesia”. Surabaya. Denpasar: Institut Hindu Dharna.

Muljana, Slamet. 1980. Dari Holotan ke Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Jayakarta. Jakarta: Yayasan Idayu. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Nindya, Tjokorda (terjemahan). 1975. Babad Dalem Pemayun Silsilah Sudarjat. 2012. Konsep Dewa Raja dalam Raja-raja Payangan. Volume 201 Negara Tradisional Asia Tenggara. (Hal 47-49). Terdapat pada http: // staff. uny.ac.id /sites /default /files /lain- lain /sudrajat – spd –mpd 9

/Sudrajat%20UNY.pdf diunduh Pada Abad X-XVI di Indonesia pada tanggal 14/11/2012. (Mataram Berpusat di Jawa Timur, Bali Dwipamandala, Sunda, Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. dan ). Bandung: CV. Remadja Karya. Singaraja: Undiksha.

Sulaiman, Satyawati. (TT). Sejarah Taniredja, dkk. 2012. Model-Model Indonesia jilid 1 B. Pembelajaran Inofatif. Bandung:

Suyasa, I Wayan. 2005. Perkembangan Alfabeta. Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha

10