2.TINJAUAN DATA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Asal Mula Asal usul mengenai wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa , juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni , Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari , yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur- makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain,

10 Universitas Kristen Petra 11

naskah sastra Kitab berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi India, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160). Kata `wayang' diduga berasal dari kata `wewayangan', yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan- gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada. Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah ceritacerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya

Universitas Kristen Petra 12

cerita Damarwulan. Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit. Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem. Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa. Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari dan Ramayana. Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula. Wayang melukisakan manusia, binatang, atau raksasa dan juga tokoh berbudi halus, kuat, dan lucu.setiap tokoh yang menonjol

Universitas Kristen Petra 13

memiliki ragam yang disebut wanda, yakni penggambaran watak untuk mengungkapkan perasaan dan keadaan tertentu. Setiap tokoh yang menonjol memiliki empat, lima atau bahkan duabelas wanda, yang masing-masing mewakili perasaan yang berbeda. Dilihat dari tundukan kepala, badan, lekukan mata dan mulut, jarak antara mata dan alis, jarak antara mata dan mulut, serta warna yang digunakan. Pementasan wayang merupakan sebuah kegiatan budaya setempat yang meliputi unsur kepercayaan, kebiasaan sosial. Serta tradisi, seni, dunia gaib, pendidikan, dan pandangan hidup. Semua ini terjadi diatas dan diluar panggung. Tuan rumah, dalang dan para pemusiknya, penonton, dan penyedia makan semua merupakan unsur kegiatan budaya yang khas ini. Tidak akan ada dua pementasan wayang yang sama persis, bahkan dengan dalang dan cerita yang sama. Tidak ada naskah baku: balungan lakon, atau cerita garis cerita, diisi oleh dalang jika ia meras perlu. Keahlian dalnag sangat menentukan. Ia harus mampu menemukan pemecahan persoalan- persoalan sambil tetap pada garis kebenaran dan kenyataan hidup, karena penonton tidak hanya akan membandingkan pemecahan- pemecahan yang diberikan dalang lain, tetapi mungkin juga membicarakan dengan teman-temannya. Kebebasan dalang mengisi cerita disebut sanggit. Beberapa bentuk wayang dijelaskan dalam halaman-halaman berikut, mulai dari wayang purwa jawa dan wayang purwa bali yang sangat kuno sampai yang lain, yang diciptakan pada masa kemerdekaan sebagai lat penerangan dalam perjuangan.

2.1.2. Perkembangan Wayang Meskipun asal-ussul wayang belum dapat ditentukan dengan pasti, namun orang Indonesia cenderung mengikuti teori Hazezu yang mrngatakan wayang berasal dari suatu upacara keagamaan untuk memuja para arwah nenek moyang yang disebut . Atas dasar ini kemudian menyusun suatu periodisasi perkembangan wayang di

Universitas Kristen Petra 14

Indonesia. Berdasarkan sumber karangan ( Mulyono 296-306) berikut ini diikthisarkan dari perkembangan wayang. 1. Zaman Prasejarah Mulyono mengikuti teori Hazeau bahwa pertunjukan wayang yang mula-mula berfungsi magis-mitos-religius, sebagai upacara pemujaan para arwah nenek moyang yang disebut “Hyang”. Kedatangan arwah nenek moyang ini diujudkan dalam bentuk bayangan, dan mereka dating oleh karena diminta memberikan resru atau pertolongan. Lakon wayang dalam zaman ini menceritakan kepahlawanan dan petualangan nenek moyang. Pertunjukan biasanya diadakan pada malam hari di rumah, halaman rumah atau tempat yang dianggap keramat. Dengan menggunakan bahasa jawa kuno murni. Kepustakaan wayang belum ada, cerita-cerita secara lisan diturunkan dari generasi satu kegenerasi berikutnya. 2. Zaman Mataram Dalam zaman ini wayang tidak hanya berfungsi sebagai magis-mitos-religius, tetapi juga berfungsi sebagai alat pendidikan dan komusnikasi. Cerita diambil dari ‘Ramayana’ dan ‘mahabarata’ yang sudah diberi sifat local dan bercampur mitos kuno tradisional.cerita pewayangan mulai ditulis secara teratur. Pertunjukan wayang sudah ada pada tahun 907 seperti dibuktikan oleh prasasti balitung….” 3. Zaman Jawa Timur Pertunjukan wayang kulit sekarang ini sudah mencapai bentuk yang sempurna, sehingga dapat mengharukan hati para penontonnya. Pertunjukan wayang pada zaman ini dilakukan di malam hari, dirumah atau tempat yang dianggap keramat oleh orang sakti, kepala keluarga, atau kadang-kadang oleh raja sendiri.

Universitas Kristen Petra 15

4. Zaman Kedatangan Islam Pada zaman ini wayang berfungsi sebagai alat dakwah, alat pendidikan dan komunikasi, sumber sastra dan budaya, dan sebagai hiburan. Cerita diambil dari cerita-cerita babad, yakni pencampuradukan antara epos Ramayana/mahabarata versi Indonesia dengan cerita-cerita arab/islam. Wayang berbentuk pipih menyerupai bentuk bayangan seperti yang kita lihat sekarang. Pertunjukan wayang dipimpin oleh dalang. Pertunjukan diadakan pada malam hari selama semalam penuh. Bahasa yang digunakan bahasa jawa tengahan.

2.1.3. Macam-Macam Wayang. 2.1.3.1. Wayang Kulit. Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia, yang terutama berkembang di Jawa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Universitas Kristen Petra 16

Gambar 2.1. Wayang Kulit Mahabarata. Sumber : (http://images.google.co.id/images?gbv=2&ndsp=20&hl=id&q=+sit e:blogger.com+wayang+kulit+mahabarata)

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji. Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

2.1.3.2. Mahabarata. Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.

Universitas Kristen Petra 17

Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari. Pengaruh dalam budaya selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sansekerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara. Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa , Wirataparwa , Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa. Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha ( Arjunawiw āha , perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa. Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini dipersembahkan untuk raja Airlangga dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa. Karya sastra lain yang juga terkenal adalah kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar

Universitas Kristen Petra 18

itu, mpu Panuluh juga menulis kakawin Hariwangsa di masa Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah Gatotkacasraya di masa raja Kertajaya (1194-1222 M) dari Kediri. Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di antaranya adalah krisnayana (karya mpu Triguna) dan Bhomantaka (pengarang tak dikenal) keduanya dari jaman kerajaan Kediri, dan Parthayajna (mpu Tanakung) di akhir jaman Majapahit. Salinan naskah-naskah kuno yang tertulis dalam lembar- lembar daun lontar tersebut juga diketahui tersimpan di Bali. Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada sekitar abad ke-18. Dalam dunia sastera popular Indonesia, cerita Mahabarata juga disajikan melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A. Kosasih. Mahabarata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahabarata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, ) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.

2.1.3.2.1. Latar belakang Mahabharata merupakan kisah kilas balik yang dituturkan oleh Resi Wesampayana untuk Maharaja Janamejaya yang gagal mengadakan upacara korban ular. Sesuai dengan permohonan Janamejaya, kisah

Universitas Kristen Petra 19

tersebut merupakan kisah raja-raja besar yang berada di garis keturunan Maharaja Yayati, Bharata, dan Kuru, yang tak lain merupakan kakek moyang Maharaja Janamejaya. Kemudian Kuru menurunkan raja-raja Hastinapura yang menjadi tokoh utama Mahabharata. Mereka adalah Santanu, Chitr ā ngada, Wicitrawirya, Dretarastra, Pandu, Yudistira, Parikesit dan Janamejaya. Mahabharata banyak memunculkan nama raja-raja besar pada zaman India Kuno seperti Bharata, Kuru, Parikesit (Parikshita ), dan Janamejaya. Mahabharata merupakan kisah besar keturunan Bharata, dan Bharata adalah salah satu raja yang menurunkan tokoh-tokoh utama dalam Mahabharata. Kisah Sang Bharata diawali dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata, raja legendaris. Sang Bharata lalu menaklukkan daratan India Kuno. Setelah ditaklukkan, wilayah kekuasaanya disebut Bharatawarsha yang berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata (konon meliputi Asia Selatan)[2]. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra (terletak di negara bagian Haryana, India Utara). Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Korawa. Kerabat Wangsa Kaurawa (Dinasti Kuru) adalah Wangsa Yadawa, karena kedua Wangsa tersebut berasal dari leluhur yang sama, yakni Maharaja Yayati, seorang kesatria dari Wangsa atau Dinasti Soma, keturunan Sang Pururawa. Dalam silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Prabu Basudewa, Raja di Kerajaan Surasena, yang kemudian berputera Sang Kresna, yang mendirikan Kerajaan Dwaraka.

Universitas Kristen Petra 20

Sang Kresna dari Wangsa Yadawa bersaudara sepupu dengan Pandawa dan Korawa dari Wangsa Kaurawa.

2.1.3.2.2.Prabu Santanu dan keturunannya Prabu Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga sempat membuahkan anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera Sang Citr ā nggada dan Wicitrawirya. Citr ā nggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, melahirkan masing-masing seorang putera, nama mereka Pandu (dari Ambalika) dan Dretarastra (dari Ambika). Dretarastra terlahir buta, maka tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandu, adiknya. Pandu menikahi Kunti dan memiliki tiga orang putera bernama Yudistira, Bima, dan Arjuna. Kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madri, dan memiliki putera kembar bernama Nakula dan Sadewa. Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta menikahi Gandari, dan memiliki seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Korawa. Pandu dan Dretarastra memiliki saudara bungsu bernama Widura. Widura memiliki seorang anak bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin agar mampu melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Keluarga Dretarastra, Pandu, dan Widura membangun jalan cerita Mahabharata

Universitas Kristen Petra 21

Pandawa dan Korawa merupakan dua kelompok dengan sifat yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Korawa (khususnya Duryodana) bersifat licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar ketika ditindas oleh sepupu mereka. Ayah para Korawa, yaitu Dretarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia sering dihasut oleh iparnya yaitu Sangkuni, beserta putera kesayangannya yaitu Duryodana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat menyingkirkan para Pandawa. Pada suatu ketika, Duryodana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryodana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa diselamatkan oleh Bima sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima bertemu dengan Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca. Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Panchala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Dropadi. Karna mengikuti sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana. Arjuna mewakili para Pandawa untuk memenangkan sayembara dan ia berhasil melakukannya. Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-

Universitas Kristen Petra 22

anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. Tak pelak lagi, Dropadi menikahi kelima Pandawa. Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Korawa. Korawa memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Dropadi. Hal tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa. Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira secara perlahan namun pasti, Duryodana mengundang Yudistira untuk main dadu dengan taruhan harta dan kerajaan. Yudistira yang gemar main dadu tidka menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke Hastinapura dengan harapan dapat merebut harta dan istana milik Duryodana. Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Satu persatu kekayaan Yudistira jatuh ke tangan Duryodana, termasuk saudara dan istrinya sendiri. Dalam peristiwa tersebut, pakaian Dropadi berusaha ditarik oleh Dursasana karena sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, namun usaha tersebut tidak berhasil berkat pertolongan gaib dari Sri Kresna. Karena istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan. Duryodana yang merasa kecewa karena Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah harus menyerahkan kerajaan dan mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa

Universitas Kristen Petra 23

penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun. Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun Duryodana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.

Gambar 2.2. Suasana menjelang perang di "Medan Kuru" atau daratan Kurukshetra di Haryana, India Utara. ( Sumber : http://yahooindo.com/vb/showthread.php?p=68698 )

Pandawa berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti misalnya Drupada, Satyaki, Drestadyumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain ikut memihak Pandawa. Sementara itu Duryodana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Korawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Korawa dibantu oleh Resi Drona dan putranya Aswatama,

Universitas Kristen Petra 24

kakak ipar para Korawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa, Kretawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawas, Bahlika, Sangkuni, Karna, dan masih banyak lagi. Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Drona, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sangkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kretawarma. Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Dropadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai surga. Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.

2.1.3.3. Ramayana Ramayana dari bahasa Sansekerta. R āmâyana yang berasal dari kata Rāma dan Ayana yang berarti "Perjalanan ", adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki () atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata. Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini.

Universitas Kristen Petra 25

Dalam bahasa Melayu didapati pula yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna. Di India dalam bahasa Sansekerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda sebagai berikut: 1. 2. Ayodhyakanda 3. Aranyakanda 4. Kiskindhakanda 5. Sundarakanda 6. Yuddhakanda 7. Uttarakanda

Gambar 2.3. Suasana Pertempuran Antara Rama Dengan Rawana. ( Sumber:http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wat_phra_keaw_r amayana_fresco) Wiracarita Ramayana menceritakan kisah Sang Rama yang memerintah di Kerajaan Kosala, di sebelah utara Sungai Gangga, ibukotanya . Sebelumnya diawali dengan kisah Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan . Dari Dewi Kosalya, lahirlah Sang Rama. Dari Dewi Kekayi, lahirlah Sang Bharata. Dari Dewi Sumitra, lahirlah putera kembar, bernama dan Satrugna. Keempat pangeran tersebut sangat gagah dan mahir bersenjata. Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra meminta bantuan Sang Rama untuk melindungi pertapaan di tengah hutan dari gangguan para rakshasa. Setelah berunding dengan Prabu Dasarata, Rsi Wiswamitra

Universitas Kristen Petra 26

dan Sang Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Sang Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana diberi ilmu kerohanian dari Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para rakshasa yang menggangu upacara para Rsi. Ketika mereka melewati , Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu . Ia berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi , puteri Prabu Janaka. Dengan membawa Dewi Sita, Rama dan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya. Prabu Dasarata yang sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata sedangkan Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Bharata menginginkan Rama sebagai penerus tahta, namun Rama menolak dan menginginkan hidup di hutan bersama istrinya dan Lakshmana. Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas nama Sang Rama. Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu dengan berbagai rakshasa, termasuk Surpanaka. Karena Surpanaka bernafsu dengan Rama dan Lakshmana, hidungnya terluka oleh pedang Lakshmana. Surpanaka mengadu kepada Rawana bahwa ia dianiyaya. Rawana menjadi marah dan berniat membalas dendam. Ia menuju ke tempat Rama dan Lakshmana kemudian dengan tipu muslihat, ia menculik Sita, istri Sang Rama. Dalam usaha penculikannya, berusaha menolong namun tidak berhasil sehingga ia gugur. Rama yang mengetahui istrinya diculik mencari Rawana ke Kerajaan Alengka atas petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, Sang Raja Kiskindha. Atas bantuan Sang Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan Sang Rama untuk menggempur Alengka. Dengan dibantu dan ribuan wanara, mereka menyeberangi lautan dan menggempur Alengka.

Universitas Kristen Petra 27

Rawana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk puteranya – – untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya) diabaikan dan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit melepas senjata nagapasa dan memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Ia gugur di tangan Lakshmana. Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu persatu, Rawana tampil ke muka dan pertarungan berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahm āstra yang sakti, Rawana gugur sebagai ksatria. Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan kepada Wibisana. Sita kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya diuji. Rama, Sita, dan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan selamat. Hanuman menyerahkan dirinya bulat-bulat untuk mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut mereka dengan takzim dan menyerahkan tahta kepada Rama.

Gambar 2.4. Rama mematahkan busur Dewa Siwa saat sayembara memperebutkan Dewi Sita ( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ravi_Varma-Rama-breaking- bow.jpg )

Universitas Kristen Petra 28

2.1.3.4. Wayang Orang Wayang Orang merupakan bentuk perwujudan dari wayang kulit yang diperagakan oleh manusia. Jadi kesenian wayang orang ini merupakan refleksi dari wayang kulit. Bedanya, wayang orang ini bisa bergerak dan berdialog sendiri. Fungsi dan pementasan Wayang Orang, disamping sebagai tontonan biasa kadang-kadang juga digunakan untuk memenuhi nadzar. Sebagaimana dalam wayang kulit, lakon yang biasa dibawakan dalam Wayang Orang juga bersumber dari Babad Purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana. Kesenian Wayang Orang yang hidup dewasa ini pada dasarnya terdiri dari dua aliran yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta. Perbedaan yang ada di antara dua aliran terdapat terutama pada intonasi dialog, tan, dan kostum. Dialog dalam Wayang Orang gaya Surakarta lebih bersifat realis sesuai dengan tingkatan emosi dan suasana yang terjadi, dan intonasinya agak bervariasi. Dalam Wayang Orang gaya Yogyakarta dialog distilisasinya sedemikian rupa dan mempunyai pola yang monoton. Hampir semua group Wayang Orang yang dijumpai menggunakan dialog gaya Surakarta. Jika toh ada perbedaan, perbedaan tersebut hanya terdapat pada tarian atau kadangkadang pada kostum. Untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang orang secara lengkap, biasanya dibutuhkan pendukung sebanyak 35 orang, yang terdiri dan: (1) 20 orang sebagai pemain (terdiri dari pria dan wanita); (2) 12 orang sebagai penabuh gamelan merangkap wiraswara; (3) 2 orang sebagai waranggana; (4) 1 orang sebagai dalang. Dalam pertunjukan Wayang Orang, fungsi dalang yang juga merupakan sutradara tidak seluas seperti pada wayang kulit. Dalang wayang orang bertindak sebagai pengatur perpindahan adegan, yang ditandai dengan suara suluk atau monolog. Dalam dialog yang diucapkan oleh pemain, sedikit sekali campur

Universitas Kristen Petra 29

tangan dalang. Dalang hanya memberikan petunjuk-petunjuk garis besar saja. Selanjutnya pemain sendiri yang harus berimprovisasi dengan dialognya sesuai dengan alur ceritera yang telah diberikan oleh sang dalang. Pola kostum dan make up Wayang Orang disesuaikan dengan bentuk (patron) wayang kulit, sehingga pola tersebut tidak pernah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Pertunjukan Wayang Orang menggunakan konsep pementasan panggung yang bersifat realistis. Setiap gerak dari pemain dilakukan dengan tarian, baik ketika masuk panggung, keluar panggung, perang ataupun yang lain-lain. Gamelan yang dipergunakan seperti juga dalam wayang kulit adalah pelog dan slendro dan bila tidak lengkap biasanya dipakai yang slendro saja. Lama pertunjukan wayang orang biasanya sekitar 7 atau 8 jam untuk satu lakon, biasanya dilakukan pada malam hari. Pertunjukan pada siang hari jarang sekali dilakukan. Sebelum pertunjukan di mulai sering ditampilkan pra-tontonan berupa atraksi tari-tarian yang disebut ekstra, yang tidak ada hubungannya dengan lakon utama.

Gambar 2.5. Pargelaran Wayang Orang. (Sumber : http://laetitiamozz.blogspot.com/2007_08_01_archive.html )

Universitas Kristen Petra 30

2.1.3.5. Wayang Golek Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan. Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab. Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an. Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi dll. Pembuatan wayang golek terbuat dari albasiah atau lame . Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

Universitas Kristen Petra 31

Nilai Budaya wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai- nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu : Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua : Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga : Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat : Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima : Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam : Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh : Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.

Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; a. Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; b. Babak unjal, paseban, dan bebegalan; c. Nagara sejen; d. Patepah; e. Perang gagal; f. Panakawan/goro-goro; g. Perang kembang;

Universitas Kristen Petra 32

h. Perang raket; dan i. Tutug.

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: Wunggal (anak tunggal)Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia) Suramba (empat orang putra)Surambi (empat orang putri)Pandawa (lima putra)Pandawi (lima putri)Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri)Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya. Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan- kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. Jenis-jenis Wayang Golek Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak , wayang golek purwa , dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970-- 1980.

Universitas Kristen Petra 33

Gambar 2.6. wayang Golek ( Sumber : http://weblog.xanga.com/prince_ballroom/680655627/wayang.html )

2.1.4. Teori Yang Berhubungan Dengan Desain 2.1.4.1 Tinjauan Mengenai Galeri Galeri adalah tempat untuk memamerkan benda-benda seni. Berbeda dengan museum, benda-benda yang dipamerkan di galeri bersifat komersil. Oleh karena itu, sirkulasi menjadi hal utama yang perlu diperhatikan agar benda-benda yang dipamerkan dapat terlihat dengan jelas dan menarik. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menentukan sirkulasi area galeri, yaitu: 1. Pengunjung diharapkan dapat bergerak terus tanpa harus berbalik kembali untuk melihat objek yang telah dia lihat sebelumnya. 2. Harus memenuhi syarat spasial bagi pengunjung untuk berjalan dengan kecepatan berbeda. Beberapa diantaranya akan berjalan terus sementara yang lain berhenti untuk melihat dengan teliti. 3. Pengunjung cenderung untuk memilih arah kanan setelah memasuki pintu masuk. Mengamati area galeri dalam satu bentangan atau alur membantu pengunjung untuk mengerti apa yang dipamerkan.

2.1.4.2. Pencahayaan Pencahayaan interior dapat dicapai dengan penerangan buatan maupun alami, atau keduanya secara langsung. Penerangan alam pada umumnya digunakan cahaya matahari. Sedangkan untuk penerangan buatan menggunakan konsumsi tenaga listrik melalui berbagai macam tipe lampu atau terkadang dengan menggunakan cahaya lilin atau dengan alat berbahan bakar gas maupun minyak.

Universitas Kristen Petra 34

Untuk memenuhi tujuan penerangan, ada beberepa metode penerangan yang dapat digunakan sendiri atau digabung :  General Lighting , menyediakan keseragaman, dan seringnya penerangan menyebar ke seluruh ruangan. Tipe penerangan ini berguna untuk menyajikan aktivitas sehari-hari dan untuk mengurangi penerangan disekitar pada saat penerangan lokal dinyalakan di area kerja. Sesuai digunaka untuk area lobi, ruang kelas, koridor.  Local or Functional Lighting , penerangan yang memiliki intensitas yang lebih besar pada area yang kecil yang digunakan untuk suatu aktivitas, misalnya membaca buku, menulis, atau menjalankan sebuah alat. Sesuai digunakan untuk area kelas.  Accent Lighting , ini adalah satu bentuk dari penerangan setempat, tapi memiliki tujuan untuk menciptakan suatu aksen bagi yang melihat, dan untuk memberikan penekanan pada suatu display. Sesuai digunakan untuk area galeri.  Decorative Lighting , memiliki warna dan pola pada lampu dan bayangan utnuk menarik perhatian, menimbulkan ketertarikan, menghasilkan kenikmatan visual atau suasana yang nyaman, atau untuk menciptakan sebuah efek estetis. Dapat digunakan pada semua ruang yang perlu atau membutuhkan suatu dekorasi.

Penerangan dapat diklasifikasikan menjadi :  Indirect Lighting , sekitar 90 sampai 100% cahaya diarahkan secara langsung pada araea plafon dan bagian dinding atas, dan hampir semua cahaya dihasilkan oleh pemantulan cahaya ini.  Semi indirect Lighting , sekitar 60 sampai 90% cahaya diarahkan secara langsung pada plafon dan dinding bagian atas, sisanya diarahkan ke bawah. Ketika ini digunakan diperlukan, komponen cahaya yanga mengarah ke bawah perlu diberi kaca yang menyebarkan cahaya untuk mengurangi penyilauan cahaya.  General Diffuse or direct-indirect lighting , didesain agar pembagian cahaya yang mengarah ke atas dan ke bawah memiliki prosentase yang sama.

Universitas Kristen Petra 35

Penerangan umum menyertakan sumber cahaya dalam material tembus cahaya untuk menyebarkan cahaya dan menghasilkan cahaya menyebar ke segala arah.  Semi indirect lighting , sekitar 60 sampai 90 % penerangan diarahkan secara langsung ke bawah dan sisanya ke atas. Penyebaran cahaya berbantung kepada material finishing dan pemantulannya.  Direct lighting , hampir keseluruhan cahaya diarahkan ke bawah.

2.1.4.2.1. Tata letak lampu Ketentuan-ketentuan yang harus dimiliki sebelum merancang tata letak lampu adalah sebagai berikut: a. Jenis ruangan, misalnya: ruang tamu, ruang kerja, pertokoan b. Denah, potongan ruangan skala 1:100, untuk detail 1:50 c. Bahan dan warna dari plafon, dan lantai d. Bahan, warna barang yang dikerjakan (misal:pabrik) e. Untuk ruangan pabrik harus diketahui tata letak mesin dan jalannya produksi f. Untuk ruangan kantor: - Harus diketahui apakah meja kerjanya sudah fleksibel atau sudah tetap, dan jenis pekerjaannya. - Ruang kerja masal atau perorangan h. Untuk ruangan penjualan: - Tata letak rak, vitrin, dan barang apa saja yang dijual. - Untuk etalase: keadaan sekeliling dan letak toko

2.1.4.2.2. Pemilihan Jenis Armature Lampu dan Aplikasinya Bagaimana kita memilih jenis lampu yang tepat untuk suatu ruangan tertentu, bergantung pada:  Jenis ruangan  Desain ruangan  Barang-barang yang ada di ruangan itu  Jenis pencahayaan yang diinginkan

Universitas Kristen Petra 36

2.1.4.2.3. Jenis Pencahayaan 1. Down Light Armatur lampu dipasang di dalam ceiling (terbenam), sebagian terbenam atau di permukaan dan menggunakan lampu jenis pijar, PL, SL, atau halogen. • Jenis penyinaran: ke arah bidang horizontal • Penggunaan: - Di ruangan yang memiliki plafon gantung - Untuk koridor kantor, hotel, foyer - Untuk etalase toko - Untuk ruangan koferensi - Untuk rumah makan (dapat dipasang di atas meja atau gang) - Untuk ruangan yang memakai plafon miring • Keuntungan: - Jika terjadi kerusakan, mudah diganti - Memberikan kesan mewah dalam ruangan - Penerangan yang dihasilkan bagus tanpa menimbulkan silau mata, dan dapat terlihat lebih menarik. • Pemasangan: - Fleksibel , dapat disesuaikan dengan interiornya - Dapat dipasang berkelompok atau berderet sesuai kebutuhan

2. Spot Light Armatur lampu dipasang dipermukaan, menempel ke plafon, dapat berdiri sendiri, atau memakai sliding spot rail . • Jenis penyinaran: ke arah bidang horizontal dan atau vertikal. • Penggunaan: - untuk etalase toko - untuk galeri (ruang pameran) - untuk menyinari lukisan atau benda tertentu yang hendak diekspos, agar telihat menarik.

Universitas Kristen Petra 37

• Keuntungan: - memberikan kesan lebih menarik daripada benda yang disinari - karena fleksibel , jadi arah penyinaran dapat dengan mudah diubah-ubah - dengan menggunakan sliding spot rail dapat dipindah-pindahkan letaknya ke arah yang diinginkan. Pemasangan: dipasang menempel di langit-langit

2.1.4.3. Organisasi Ruang

Ada beberapa organisasi ruang yang ditentukan berdasarkan tuntutan program bangunan dengan memperhatikan pengelompokan fungsi, hierarki ruang, kebutuhan pencapaian, pencahayaan, dan arah pandang. Pada dasarnya bangunan perkantoran menggunakan arus sirkulasi mengalir. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain: • Kejelasan dan kelancaran • Keamanan terutama dalam keadaan darurat • Besaran jalur sirkulasi dalam bagunan

Bentuk organisasi dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Organisasi Ruang Terpusat

• Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang-ruang disekitarnya. • Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran, dan fungsi sama dengan ruang lain. • Ruang sekitar berbeda satu dengan yang lain, baik bentuk, ukuran, dan fungsi.

1. Organisasi Ruang Linier

• Merupakan deretan ruang-ruang. • Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang.

Universitas Kristen Petra 38

• Masing-masing ruang berhubungan secara langsung. • Ruang mempunyai bentuk dan ukuran berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakan pada deretan ruang. 2. Organisasi Ruang secara Radikal

• Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan linier. • Organisasi terpusat mengarah ke dalam sedangkan organisasi radial mengarah keluar. • Lengan radial dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.

3. Organisasi Ruang Mengelompok

• Organisasi ini merupakan pengulangan bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukuran, bentuk, dan fungsi. • Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi.

4. Organisasi Ruang secara Grid

• Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid (3dimensi)

Universitas Kristen Petra 39

• Organisasi ruang membentuk hubungan antar ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.

2.1.4.4. Manusia, Ruang, dan Lingkungan Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia juga makhluk sosial, hidup dalam masyarakat dalam suatu kolektivitas. Fenomena ini menunjuk pada pola–pola perilaku pribadi, yang berkaitan dengan lingkungan fisik yang ada dalam hal ini di dalam suatu ruang budaya, terkait dengan perilaku interpersonal manusia atau perilaku sosial manusia. Di bawah ini ada beberapa hal tentang perilaku interpersonal manusia, yang meliputi : (Suptandar 63)  Ruang personal (personal space) berupa domain kecil sejauh jangkauan manusia yang dimiliki setiap orang.  Teritorialitas (teritorality), yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah yang lebih luas bagi penggunaan oleh seoarng atau sekelompok pemakai atau bagi fungsi tertentu.  Kesesakan dan kepadatan (crowding and density), yaitu keadaan apabila ruang fisik yang tersedia sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah penggunanya.  Privasi (privacy) sebagai usaha untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan sosial manusia.

a. Ruang Sosiofugal Cenderung untuk memisahkan masing-masing individu sehingga tercipta suasana yang lebih privat. Misalnya: perpustakaan ruang tunggu, terminal, kafetaria. Pada kondisi ruang seperti ini orang tidak mengharapkan untuk berhubungan dengan orang lain, karean pada umumnya orang-orang tersebut tidak saling mengenal. Ruang fisik dari sosiofugal dapat dibentuk dengan:  Membuat sekat/dinding sebatas pandangan mata.

Universitas Kristen Petra 40

 Pengaturan perabot (kursi, meja lemari). Tempat duduk diatur agak tidak saling berhadapan satu sama lain, dengan mngahadapkan ke dinding atau saling membelakangi, tetapi dapat juga saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh.

b. Ruang Sosisopetal  Cenderung untuk menyatukan individu-individu sehingga tercipta interaksi sosial.  Hal yang jeals terlihat pada ruang keluarga, ruang pertemuan, ruang sidang.  Ruang keluarga di mana orang memang mengharap adanya hubungan dengan anggota keluarga yang lain secara intim.

c. Jarak komunikasi Edward Hall berpendapat bahwa ruang personal adalah suatu jarak berkomunikasi, di mana jarak antarindividu ini adalah juga jarak berkomunikasi. Hall membagi jarak tersebut dalam empat jenis, yaitu : Jarak untuk saling merangkul kekasih, sahabat atau anggota keluarga, untuk melakukan hubungan seks atau olahraga kontak fisik, seperti gulat dan tinju. Pada jarak ini tidak diperlukan usaha keras seperti berteriak atau menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi, cukup dengan berbisik

2.1.4.5. Warna Warna punya peranan penting dalam kehidupan manusia. Adanya asosiasi yang kuat dengan emosi, warna bisa membangkitkan energi dan menimbulkan mood satau perasaan tertentu, bahkan mampu mengungkapkan kepribadian seorang manusia. Warna memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan menyeimbangkan emosi. Serta dapat menciptakan keselarasan pada ruang-ruang dalam rumah. Pemilihan warna yang tepat dapat membuat ruangan kecil menjadi berkesan luas, sebaliknya ruangan yang terlalu luas bisa terkesan lebih intim.

Universitas Kristen Petra 41

Warna juga bisa menciptakan kesan mengundang dan menghadirkan suasana ceria sehingga penghuni rumah dan orang yang datang menjadi betah. Sebelum memilih warna, ada 4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Memahami seluk beluk warna secara mendalam, sehingga anda dapat mengkombinasikan dan memilih warna dengan baik. 2. Mengetahui bagaimana mengkombinasikan warna denan tepat. 3. mengenali bermacam-macam karakter warna dan efek yang di tembulkannya Berikut ini adalah berbagai macam karakter warna, antara lain : a. Karakter Tenang [calm]

Terdiri dari warna-warna lembut yang elegan dan menjadikan ruangan menjadi terkesan luas, sejuk dan modern. Menciptakan suasana sejuk, dingin, menenangkan dan mengundang, membantu menyeimbangkan emosi dan menghilangkan stres, menimbulkan kesan efisien dalam ruangan. Warna tenang akan menimbulkan perasaan pasif, tenang, tenteram, damai, santai, dan nyaman. Nuansa warna ini sesuai dengan individu yang berkepribadian tenang, pendiam, serius dan introvert. Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain: - Biru muda: Menyejukkan dan menenangkan. - Biru pucat : Memberi kesan ringan, luas dan terbuka, tenang, dan tenteram - Biru laut : Membangkitkan imajinasi, meningkatkan sensitivitas, menimbulkan perasaan tenang dan damai. - Ungu : Menenteramkan, menciptakan suasana yang tenang dan meditatif. - Hijau daun : Memudahkan relaksasi, menyeimbangkan emosi, dan memberikan rasa nyaman. - Hijau muda : Merupakan warna yang penuh ketenangan, menghadirkan keseimbangan, dan menciptakan rasa penuh keyakinan. - Hijau pupus : Menciptakan suasana tenang, hening, dan elegan. b. Karakter Hangat [warm]

Universitas Kristen Petra 42

Terdiri dari warna-warna natural dan warna-warna hangat yang mampu menghadirkan suasana yang hidup, hangat, nyaman, dan mengundang, memberi sentuhan dramatis atau kesan etnik kontemporer. Menimbulkan perasaan akrab, hangat, tenteram, aman, dan nyaman. Nuansa warna ini cocok untuk individu yang berkepribadian hangat, simpel, bersahabat, bersemangat, dan antusias Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain: - Merah : Disosialisasikan dengan cinnta, kehidupan, kekuatan, bersifat panas, dan menyala. - Coklat : Menciptakan perasaan aman, nyaman, dan harmonis, menimbulkan suasana akrab. - Kuning : Mengundang dan membawa kehangatan ke dalam ruang - Oranye : Menciptakan kehangatan, mengundang, membangkitkan energi dan keceriaan, menimbulkan rasa aman, mendorong kreativitas dan meningkatkan selera makan. - Emas metalik : Menimbulkan kesan glamour dan mewah c. Karakter Segar [fresh] Terdiri dari warna-warna segar yang ceria dan berjiwa muda, banyak mengambil inspirasi dari alam. Membuat suasana ruang lebih hidup, cerah, menciptakan kesan mengundang, segar dan alami, dan membangkitkan semangat. Menimbulkan perasaan segar, nyaman, menyatu dengan alam, bersemangat, penuh vitalitas. Cocok untuk individu yang berkepribadian terbuka dan spontan, senang bersosialisasi, senang berinteraksi dengan alam, melakukan kegiatan di alam terbuka, dan senang mencoba hal-hal baru. Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain: - Putih kebiru-biruan : Menciptakan kesan segar dan bersih. - Kilning muda/pastel : Menimbulkan keceriaan dan berkesan lembut

Universitas Kristen Petra 43

- Kilning lemon/citrus : Menimbulkan keceriaan dan semangat untuk bersosialisasi, mengaktifkan emosi, membangkitkan energi - Hijau daun : Diasosiasikan dengan pertumbuhan

- Hijau limau, hijau apel : Menghadirkan kesegaran dan semangat

- Biru laut : Menimbulkan kesegaran, perasaan santai

- Merah cerah : Melambangkan semangat, vitalisasi, dan keberanian

- Pink muda : Menenangkan, memanjakan, terkait dengan kelembutan dan kesegaran d. Karakter berani (vibrant) Terdiri dari warna yang cerah dan kontras dan juga berani. Menimbulkan kesan modern, konteporer, ekspresif, menciptakan efek dramatis, dan menonjolkan keunikan ruang. Menimbulkan perasaan bebas, membangkitkan semangat, daya konsentrasi dan keyakinan diri. Cocok untuk pribadi yang berjiwa muda, semarak, dinamis, penuh semangat, berani mengespresikan diri, dan senang bergaul. Warna-warna yang termasuk golongan ini antara lain: - Kuning menyala : Aktif, menyegarkan, berjiwa muda - Hijau tua : Dramatis - Biru menyala : Membangkitkan semangat - Biru gelap pekat : Mendorong, menstimulir dan membangkitkan semangat - Merah cerah : Aktif, menggugah semangat, membangkitkan energi yang dinamis, dan memberi pengaruh yang kuat - Oranye menyala : Semakin memberi tenaga, membangkitkan energi dan keberanian - Pink tua : Membangkitkan energi, penuh gairah, menimnbulkan perasaan positif dan gembira - Hitam : memberikan pernyataan yang kuat, memberikan kesan modern dan cerdas

Universitas Kristen Petra 44

2.1.5. Elemen-elemen Interior 2.1.5.1. Lantai Lantai adalah bidang interior yang datar dan mempunyai dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga aktivitas interior perabot kita, lantai harus tertekstur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan aman, dan permukaannya harus cukup kuat untuk menahan penggunaan dan harus yang terus menerus. Berikut ini macam-macam lantai: - Keramik Ada 2 jenis permukaan ubin keramik, yaitu : a. Ubin yang permukaan mengkilap dan umumnya tidak bertekstur alias licin b. Ubin yang permukaannya doff yang umumnya bertekstur.

- Marmer

Jenis-jenis manner:

1. Marmer Lampung

 Warna dasar putih abu-abu mengkilap

 Urat berwama putih dan abu-abu kehitaman

 Tampilan halus, tanpa lubang

 Transparan dan keras  Merupakan marmer kristalin 2. Marmer Ujung Padang  Warna dasar krem agak putih  Urat berwama pink dan putih  Relatif cukup keras dan mengkilap 3. Marmer Tulung Agung  Wama dasar krem  Urat berwama merah atau bercak kecoklatan Relatif cukup keras dan mengkilap

Universitas Kristen Petra 45

4. Marmer Bandung  Warna dasar krem  Urat kekuningan atau biru  Relatif cukup keras dan mengkilap

b. Granit Ada 2 macam granit:  Granit alam

Granit siap pakai sebagai material lantai (dalam bentuk lembaran) telah mengalami beberapa tahapan proses, yakni pemotongan dan seleksi. Tekstur, warna, maupun motif granit tidak mengalami perubahan, semuanya terbentuk secara alami.

- Proses Produksi Proses produksi mencakup mulai dari penambangan, dan pemotongan bongkahan granit menjadi ukuran yang lebih kecil. Semakin sulit proses penambangan dan pemotongannnya, semakin mahal harga granitnya. Untuk memotong granit yang memiliki tingkat kekerasan cukup tinggi, memerlukan alat khusus. Sebagai perbandingan, granit memiliki tingkat kekerasan 6-7Mohs, berlian 10 Mohs, marmer 4-5 Mohs. - Karakter Granit alam memiliki tekstur, motif dan warna yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Bahkan takjarang granit yang berasal dari lokasi yang sama, mempunyai motif yang berbeda. Oleh karenanya tidak heran granit alam memiliki variasi karakter yang cukup beragam. Karakter yang alami dan spesifik ini pula yang menyebabkan harga granit dari negara tertentu berbeda dengan negara lain. - Finishing Ada beberapa . finishing yang umum dilakukan pada granit alam, yaitu polish, unpolish, dan burn. Polish dilakukan untuk menghasilkan granit yang permukaannya halus. Unpolish

Universitas Kristen Petra 46

menghasilkan granit dengan permukaan kasar/bertekstur. Sedangkan proses burn (bakar) dilakukan untuk mendapatkan granit dengan tekstur yang lebih menonjol, dan proses ini dilakukan pada granit unpolish. Granit dengan permukaan halus - digunakan sebagai lantai dalam ruangan (interior) lebih mahal dibanding permukaan kasar (unpolish). Sedangkan yang permukaan kasar banyak dipakai pada lantai eksterior, seperti teras dan koridor.  Granit buatan Granit buatan tampil dengan motif burn yang menarik sehingga lebih fleksibel untukditerapkan pada berbagai tema ruang. Kemajuan teknologi dalam pembuatan granit ternyata tidak hanya mampu membuat motif dan corak yang sama seperti granit alam, tapi sudah bisa menghasilkan motif dan corak baru yang lebih menarik. Motif polos dengan warna-warna natural, merupakan salah satu inovasi yang kini sedang digemari. - Membuat Granit

Untuk mendapatkan motif dan kekerasan menyerupai granit alam, granit buatan disusun dari tanah liat (memberikan efek plastis), pasir kuarsa/ silica sand (sebagai penguat konstruksi), dan feldspar (sebagai unsur pengikat). 6. Parket Jenis-jenis kayu berdasarkan berat dan identitasnya  Kayu Nanari  Kayu Damar  Kayu Cherry Ash  Kayu Sapele  Kayu Merbau

Universitas Kristen Petra 47

- Parket Kayu Solid Lantai parket kayu solid bisa dibilang "tak tertanding” dalam hal kualitas/daya tahan dan coraknya yang alami. Parket dari bahan kayu solid sudah ada sejak lama. Meskipun saat ini telah tersedia banyak parket alternatif, parket kayu solid yang berwujud potongan kayu utuh, tetap menjadi pilihan utama. Parket kayu solid yang ditawarkan oleh produsen/distributor di Indonesia amat beragam jenis, warna, dan motifnya. Keragaman ini terjadi karena ragam jenis dan umur kayu yang digunakan serta teknik pemotongannya. Saat ini lantai parket kayu solid yang terdapat di pasaran, sudah dilengkapi lidah (tongue) dan celah (groove) pada bagian tepinya (kiri-kanan dan atas-bawah). Sistem ini membuat proses pemasangan menjadi lebih mudah dan kuat serta dapat mencegah air yang jatuh ke permukaan masuk ke dalam celah sambungan.

2.1.5.2. Dinding Dinding berfungsi sebagai struktur pemikul lantai diatas permukaan tanah, langit-langit dan atap. Dinding adalah elemen utama yang dengannya kita membentuk ruang interior. Dinding juga dapat dilihat sebagai penghalang yang merupakan batas sirkulasi kita. Memisahkan satu ruang dengan ruang lain dan menyediakan privasi visual maupun akustik bagi pemakainya sebuah ruang. Pemilihan dinding dalam interior perlu pertimbangan yang cukup matang. Dinding yang fungsi utamanya adalah sebagai penyangga strukur memerlukan suatu pola koordinasi yang baik dengan bentangan struktur lantai dan atap yang dipikulnya. Penggunaan sistem kolom yang diatur sangat menguntungkan dalam membuat sebuah komersial, public space atau bangunan bertingkat. Hal tersebut dikarenakan kita dapat dengan lebih fleksibel mengatur dinding partisi,

Universitas Kristen Petra 48

bahan yang digunakan serta dinding partisi tidak harus penuh dari lantai sampai langit-langit. Dinding hampir selalu terbuat dari berbagai lapisan material. Dinding partisi, di bagian dalam bisa terbuat dari tiang kayu atau logam yang dipasang dengan plat dasar dan plat puncaknya. Material lembaran yang dipasang pada tiang kayu atau logam tersebut dapat berfungsi sebagai permukaan akhir dari dinding sebelah luar, tetapi biasanya digunakan sebagai penyangga dari berbagai lapisan penutup, sirap, stucco , atau veneer motif tembok Dinding beton dan tembok adalah bahan yang tahan api walaupun insulator panas yang kurang baik. Dinding ini biasanya digunakan pada situasi yang membutuhkan konstruksi tahan api atau bisa digunakan jika ingin menampilkan warna-warna alami, tekstur dan durabilitas dari bata dan batu. Penggunaaan dinding ini memerlukan perencanaan terlebih dahulu dimana rongga untuk insulasi dan lubang- lubang untuk jaringan mekanis, plumbing, atau elektrikal akan diletakkan. Dinding yang stabil, akurat, dan simetris akan memberikan kesan formal, yang oleh beberapa pihak dapat diperbaiki dengan menggunakan tekstur yang halus. Dinding berbentuk tak teratur sebaliknya, terlihat lebih dinamis. Apabila dikombinasi dengan tekstur yang kasar, dinding ini dapat memberi kesan internal terhadap suatu ruang. Jika warnanya halus dan netral, dinding dapat berfungsi sebagai latar pasif untuk elemen-elemen yang berada di depannya. Sebaliknya, dinding berwarna terang memantulakan cahaya secara efektif dan dapat dipakai sebagai latar belakang elemen elemen yang ada di depannya. Dinding berwarna gelap menyerap cahaya, membuat ruang lebih sulit diterangi dan menimbulkan kesan tertutup, intim.

Universitas Kristen Petra 49

2.1.5.3. Plafon Langit-langit atau plafon adalah elemen utama ketiga dari ruang interior. plafon menjadi naungan dalam desain interior dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang ada di bawahnya. plafon yang tinggi cenderung menjadikan ruang terasa terbuka, segar, dan luas. Dapat juga memberikan suasana agung dan resmi. Plafon yang rendah dapatmemberi kesan mempertegas kualitas naungannya dan cenderung menciptakan suasana intim dan ramah. Selain itu material yang digunakan adalah material yang mudah dibersihkan. Material-material yang digunakan adalah yang tidak mudah terbakar dan memiliki jangka waktu penggunaan minimal lima tahun.

2.1.5.4. Tinjauan Mengenai Teater Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Teater (Bahasa Inggris "theater" atau "theatre", Bahasa Perancis "théâtre " berasal dari Bahasa Yunani "theatron", yang berarti "tempat untuk menonton") adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama , mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain." Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play , improvisasi performance serta pantomim. Dan untuk teater perlu juga diperhatikan tentang akustik, agar tidak mengganggu ruangan di sekitarnya dan bisa membuat para

Universitas Kristen Petra 50

penonton merasa nyaman didalam teater. Dan agar tidak terganggu dengan suara gema yang ada didalamnya.

Universitas Kristen Petra