BISBUL CENDANA ALKESAH KECAPI KEPEL JAMBLANG

KATA PENGANTAR

enis buah-buahan tropis di Indonesia memiliki tingkat J keanekaragaman yang sangat tinggi baik dari segi rasa, bentuk, warna dan aroma, beberapa diantaranya sangatlah khas dan eksotik yang hanya ada di bumi Indonesia sehingga menjadi kekayaan keanekaragaman hayati tanaman buah Indonesia. Sayangnya kini beberapa buah-buahan tropis Indonesia tersebut mulai jarang ditemui atau langka. Buku ini disusun dalam upaya memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca akan keanekaragaman hayati tanaman buah- buahan lokal yang keberadaannya mulai mengkhawatirkan karena makin terpinggirkannya buah lokal dalam perdagangan buah-buahan bahkan dalam pasar lokal. Makin banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan hunian maupun kawasan industri juga menjadi alasan mengapa banyak buah-buahan lokal kita yang mulai langka. Upaya untuk melestarikan tanaman buah lokal yang beberapa diantaranya belum mempunyai nilai komersial, walaupun edible dan sudah dikonsumsi oleh masyarakat harus dilakukan agar tanaman buah-buah lokal ini tidak punah. Tanaman buah yang diangkat dalam buku ini hanya sebagian kecil dari banyak tanaman buah lokal yang ditemui pada waktu penulis melakukan inventarisasi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut lagi agar tanaman yang sudah mulai sulit dijumpai ini tidak punah dan justru dapat dilestarikan dan dikembangkan potensi manfaat yang dimilikinya. Dengan selesainya buku ini, penulis mengucapkan terima kasih disampaikan kepada :

1. Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Kemenristek dan Dikti Tahun 2017 - 2019 yang memberikan Hibah Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi kepada penulis. 2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nasional yang telah memfasiltasi dan memberikan dukungan penuh. 3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Nasional yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis. 4. Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah DKI Jakarta. 5. Dinas Lingkungan Hidup yang memberikan dukungan dan informasi yang sangat berguna bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga tak lupa kami sampaikan kepada Lutfi Amalia Apriliani, Dian Purwanto, Fajar Dapi Wijiseno, Dewi Ayu Anindita, Putu Mas Itha Pujiantari, Kamelia Putri, Ahmad Yusuf, SSi, Sharfinah, Euis Dahlia, Siti Khasanah, Nurul Hanifah, Dena Anggari dan Bagas Dwiyarto yang telah membantu dan mengumpulkan data di lapangan. Semoga buku ini dapat menambah kekayaan pustaka yang menggambarkan keanekaragaman hayati khususnya tanaman buah-buahan lokal.

Jakarta, September 2019

Penulis

ii DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ...... i DAFTAR ISI ...... iii DAFTAR GAMBAR ...... v PENDAHULUAN ...... 1 POTENSI DAN KARAKTERISTIK BUAH LOKAL SERTA UPAYA PENGEMBANGAN BUAH INDONESIA ...... 4

TANAMAN KOKOSAN ...... 9 TANAMAN BUNI ...... 16 TANAMAN NAMNAM ...... 25 TANAMAN MUNDU ...... 32 TANAMAN CENDANA ...... 38 TANAMAN MATOA ...... 47 TANAMAN KECAPI ...... 56 TANAMAN KAWISTA ...... 65 TANAMAN KEPEL ...... 72 TANAMAN GANDARIA ...... 86 TANAMAN BISBUL ...... 93 TANAMAN JAMBLANG ...... 111 TANAMAN MENTENG ...... 124 TANAMAN TAMPUI ...... 128 TANAMAN ALKESAH ...... 133

iii

TANAMAN GOWOK ...... 142 TANAMAN GAYAM ...... 148 TANAMAN KESEMEK ...... 156 TANAMAN KEMANG ...... 163 TANAMAN MAJA ...... 169 TANAMAN SAWO DUREN ...... 174 TANAMAN SALAK CONDET ...... 182 TANAMAN DUKU CONDET ...... 188 TANAMAN RUKAM ...... 195 TANAMAN BIDARA ...... 200 DAFTAR PUSTAKA ...... 207 BIODATA PENULIS ...... 211

iiii DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Buah Kokosan Di Pohon ...... 9 Gambar 2. Daging Buah Kokosan ...... 10 Gambar 3. Daun Kokosan ...... 12 Gambar 4. Buah Buni ...... 16 Gambar 5. Buah Buni Di Pohon ...... 17 Gambar 6. Bunga Buni ...... 18 Gambar 7. Buah Buni Yang Masih Muda & Masih Berada Di Pohon...... 21 Gambar 8. Buah Buni Yang Sudah Matang Di Pohon ...... 23 Gambar 9. Buah Namnam Di Pohon ...... 25 Gambar 10. Daun Namnam ...... 27 Gambar 11. Bunga Tanaman Namnam ...... 28 Gambar 12. Biji Namnam ...... 29 Gambar 13. Buah Namnam ...... 31 Gambar 14. Buah Mundu Yang Telah Masak Di Pohon...... 32 Gambar 15. Pohon Mundu ...... 34 Gambar 16. Buah Mundu Yang Telah Masak ...... 35 Gambar 17. Daun Tanaman Mundu ...... 37 Gambar 18. Buah Cendana ...... 38 Gambar 19. Pohon Cendana ...... 39 Gambar 20. Buah Cendana Yang Sudah Masak ...... 40 Gambar 21. Biji Cendana Kering Angin Sebagai Bahan Perbanyakan .... 42

v Gambar 22. Pertumbuhan Bibit Cendana Umur 20 MST

Pada Dosis Pemupukan Yang Berbeda...... 44

Gambar 23. Bibit Cendana Media Pasir ...... 45

Gambar 24. Buah Matoa Hijau ...... 47

Gambar 25. Buah Matoa Merah...... 48

Gambar 26. Pohon Matoa...... 52

Gambar 27. Akar Tanaman Matoa...... 53

Gambar 28.. Bunga Matoa...... 54

Gambar 29.. Biji Matoa...... 55

Gambar 30. Buah Kecapi ...... 56

Gambar 31. Pohon Kecapi ...... 57

Gambar 32. Daun Kecapi...... 58

Gambar 33. Buah Dan Biji Kecapi Kuning (kiri) dan Hijau (kanan)...... 61

Gambar 34. Bibit Kecapi Umur 50 HST...... 63

Gambar 35. Pohon Kawista...... 65

Gambar 36. Daun Tanaman Kawista...... 67

Gambar 37. Bunga Tanaman Kawista...... 68

Gambar 38. Buah Kawista Yang Telah Masak ...... 69

Gambar 39. Buah Kawista Yang Masih Di Pohon...... 70

Gambar 40. Buah Kepel Menempel Pada Pohonnya ...... 72

Gambar 41. Daun Kepel Dengan Bentuk Elips Lonjong Meruncing ...... 73

Gambar 42. Bunga Tanaman Kepel...... 74

vi Gambar 43. Buah Kepel Yang Menempel Sepanjang Batang Utama...... 76

Gambar 44. Buah Kepel Yang Telah Mature Berwarna Coklat ...... 78

Gambar 45. Daging Buah Kepel...... 79

Gambar 46. Daun, Tangkai Buah, Buah Dan Biji...... 80 Gambar 47. Buah Kepel Matang Dengan 4 Buah Biji

Yang Posisinya Melintang ...... 81

Gambar 48. Buah Kepel Yang Tumbuh Di Sepanjang Batang...... 82

Gambar 49. Bibit Kepel Berumur 2 Tahun ...... 83

Gambar 50. Tunas Daun Muda ...... 84

Gambar 51. Biji Gandaria Berwarna Ungu...... 86

Gambar 52 Daun Gandaria ...... 87

Gambar 53. Buah Gandaria ...... 88

Gambar 54. Biji Gandaria...... 92

Gambar 55. Buah Bisbul...... 93

Gambar 56. Pohon Bisbul...... 96

Gambar 57. Penampakan Bulu Pada Buah Bisbul...... 98

Gambar 58. Buah Bisbul Merah ...... 99

Gambar 59. Bunga Tanaman Bisbul...... 100

Gambar 60. Posisi Biji Bisbul Pada Buah...... 104 Gambar 61. Daun Bisbul, Bisbul Merah

Dan Bisbul Kuning...... 105

Gambar 62. Buah Jamblang Matang...... 111

vii Gambar 63. Pohon Jamblang ...... 112

Gambar 64. Pohon Jamblang Yang Sedang Berbuah ...... 114

Gambar 65. Daun Tanaman Jamblang ...... 115

Gambar 66. Bunga Tanaman Jamblang ...... 116 Gambar 67. Ukuran Buah Jamblang Merah Ungu

Berdasarkan Tingkat Kematangan ...... 117

Gambar 68. Buah Jamblang Putih ...... 120

Gambar 69. Bibit Jamblang Umur 50 HST ...... 121

Gambar 70. Bibit Yang Tidak Diiradiasi (kiri) ......

Dan Yang Diiradiasi (kanan) ...... 121

Gambar 71. Biji Jamblang ...... 122

Gambar 72. Buah Menteng Dengan Dagingnya ...... 124

Gambar 73. Pohon racemosa Umur 6 Tahun ...... 125

Gambar 74. Buah Tampui Yang Masih Di Pohon ...... 128

Gambar 75. Pohon Tampui ...... 129

Gambar 76. Daun Tanaman Tampui ...... 130

Gambar 77. Buah Tampui Yang Sudah Masak ...... 132

Gambar 78. Buah Alkesah ...... 133

Gambar 79. Alkesah Sebagai Buah Meja ...... 134

Gambar 80. Alkesah Yang Masih Hijau Di Pohon ...... 135 Gambar 81. Buah Alkesah Yang Dijajakan Di Pinggir Jalan Joe,

Jakarta Selatan ...... 136

viii Gambar 82. Buah Alkesah Matang Fisiologis ...... 137

Gambar 83. Bibit Alkesah Umur 60 Hst ...... 140

Gambar 84. Biji Alkesah Berbagai Ukuran...... 141

Gambar 86. Pohon Gowok ...... 142

Gambar 87. Buah Gowok Matang ...... 144

Gambar 88. Bunga Gowok ...... 145

Gambar 89. Buah Gayam Yang Masih Di Pohon ...... 147

Gambar 90. Daun Tanaman Gayam...... 149

Gambar 91. Bunga Tanaman Gayam ...... 151

Gambar 92. Buah Gayam ...... 152

Gambar 93. Pohon Gayam ...... 154

Gambar 94. Buah Kesemek Matang Yang Masih Di Pohon ...... 156

Gambar 95. Bunga Tanaman Kesemek ...... 158

Gambar 96. Pohon Kesemek ...... 159

Gambar 97.buah Kesemek Masak ...... 160

Gambar 98. Buah Kemang Yang Masih Di Pohon ...... 163

Gambar 99. Pohon Kemang ...... 164

Gambar 100. Pohon Kemang ...... 165

Gambar 101. Buah Kemang Yang Telah Masak...... 166

Gambar 102. Buah Maja Yang Masih Berada Di Pohon ...... 169

Gambar 103. Pohon Maja ...... 170

Gambar 105. Buah Kenitu Yang Masih Berada Di Pohon ...... 171

ix Gambar 106. Pohon Kenitu ...... 174 Gambar 107. Buah Kenitu Yang Telah Matang ...... 175 Gambar 108. Buah Sawo Duren ...... 176 Gambar 109. Pohon Salak Condet ...... 178 Gambar 110. Buah Salak Condet Di Pohon ...... 182 Gambar 111. Buah Salak Condet ...... 184 Gambar 112. Buah Duku Condet Yang Masih Di Pohon ...... 185 Gambar 113. Pohon Duku Condet ...... 188 Gambar 114. Hasil Panen Duku Condet ...... 189 Gambar 115. Buah Rukam Yang Masih Di Pohon ...... 194 Gambar 116. Pohon Rukam ...... 195 Gambar 117. Buah Rukam Yang Telah Matang ...... 197 Gambar 118. Buah Bidara Yang Masih Hijau ...... 199 Gambar 119. Pohon Bidara ...... 203 Gambar 120. Buah Bidara Yang Telah Matang ...... 205

x PENDAHULUAN

ndonesia mempunyai keanekaragaman kekayaan hayati yang I sangat besar dan sangat potensial untuk dikembangkan dalam skala besar atau skala industri. Namun banyak kekayaan hayati yang belum dieksplorasi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia tersebut adalah tanaman buah-buahan. Jenis buah-buahan tropis di Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi baik dari segi rasa, bentuk, warna dan aroma, beberapa diantaranya sangatlah khas dan eksotik yang hanya ada di bumi Indonesia sehingga menjadi kekayaan keanekaragaman hayati tanaman buah Indonesia. Sayangnya kini beberapa buah-buahan tropis Indonesia tersebut mulai jarang ditemui atau langka. Kelangkaan ini disebabkan oleh banyak hal antara lain karena sangat beragamnya kualitas buah-buahan tersebut sampai cenderung rendahnya kualitas buah sehingga konsumen lebih memilih buah-buahan yang kualitasnya lebih bagus, pengaruh musim karena banyak buah-buah tropis Indonesia bersifat musiman, alih fungsi lahan yang menyebabkan beberapa tanaman buah ditebang padahal masyarakat belum membudidayakan karena lamanya masa produksi. Belum adanya upaya konservasi dan upaya perbaikan kualitas melalui pemuliaan juga menjadi penyebab langkanya buah-buahan tersebut sehingga konsumen hanya menemui buah-buahan impor yang berasal dari wilayah subtropik di pasaran. Selain itu, sebagian besar pasar lokal di kota-kota besar juga telah didominasi oleh buah-buahan impor dari Cina, Thailand, dan Australia, akibatnya buah-buahan yang berasal dari negeri sendiri kurang diminati di pasar lokal. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan apabila tidak segera ditangani maka minat konsumen akan terus menurun sehingga buah-buahan lokal tidak akan kita temui lagi di

1 pasaran, tersingkirkan oleh buah-buahan impor. Dewasa ini sentra produksi buah-buahan tropis pada pasar internasional adalah negara Thailand dan China, padahal sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam memproduksi buah- buahan sehingga bisa bertarung dalam perdagangan buah di pasar internasional. Demikian pula dalam hal keragaman jenisnya, Indonesia mempunyai keragaman jenis buah-buahan yang tidak dimiliki negara lain. Saat ini ekspor buah-buahan dari Indonesia baru kurang lebih 1% dari total pasar ekspor buah di dunia. Terpinggirkannya buah-buah lokal ini pada pangsa pasar atau market share buah lokal di Indonesia selain dikarenakan serbuan komoditas serupa dari luar juga disebabkan masih rendahnya produksi buah dalam negeri walaupun sebenarnya produksi buah naik di kurun lima tahun terakhir (2014- 2018) dengan tren kenaikan 4,5% . Namun kenaikan produksi ini masih belum mencukupi kebutuhan buah masyarakat Indonesia karena hingga saat ini konsumsi buah-buahan masyarakat masih sangat rendah, yakni sekitar 32,67 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih jauh dari standar konsumsi buah yang ditetapkan Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO), yakni sebesar 65,75 kilogram per kapita per tahun. Selain itu, penampilan buah lokal yang kurang menarik, rasa yang kurang manis, harga yang sering lebih mahal serta kontinuitas yang tidak terjamin menyebabkan perilaku konsumen masyarakat lebih memilih buah-buahan impor daripada buah lokal. Kekayaan jenis buah-buahan lokal perlu dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya buah-buahan. Di samping itu besarnya keanekaragaman jenis suatu komoditas buah-buahan juga merupakan modal dasar untuk melakukan usaha pemuliaan tanaman. Keberadaan buah lokal yang beragam jenisnya menggambarkan keragaman produk Indonesia, sehingga sudah selayaknya dilestarikan. Pelestarian buah

2 lokal juga akan berpengaruh kepada pemberdayaan petani buah lokal yang pada umumnya adalah kaum lemah. Oleh karena itu pelestarian, pengembangan, dan peningkatan produksi buah- buahan lokal harus segera dilakukan. Banyak wilayah di Indonesia ini yang potensial menjadi pusat- pusat kawasan buah dan bahkan setiap wilayah mempunyai spesifik buah lokal tertentu. Ketersediaan buah lokal yang semakin rendah, langkanya beberapa buah spesifik lokasi semisal duku condet serta semakin terpinggirkannya buah lokal dalam perdagangan buah nasional merugikan tidak hanya dari segi finansial, tetapi juga dari segi hilangnya plasma nutfah. Dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian khususnya di bidang pengembangan hortikultura, maka kekayaan plasma nutfah buah-buahan yang beraneka ragam dan tersebar di wilayah Indonesia tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, karena memiliki nilai jual dan sering digemari oleh masyarakat .

3 POTENSI DAN KENDALA DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUAH INDONESIA

A. Potensi Buah Lokal Buah lokal, memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Buah lokal pada umumnya memiliki nilai gizi yang lebih tinggi karena lebih segar misalnya kandungan vitamin C buah mangga lebih tinggi 10 kali lipat dibanding apel impor, selain itu salak dari Sleman dinobatkan sebagai salak terbaik di dunia karena keunggulan citarasanya. Adanya dampak globalisasi pangan menimbulkan kekhawatiran hilangnya buah lokal karena desakan buah impor. Hasil Riset Unggulan Strategi Nasional menyusun peringkat jenis buah berdasarkan buah yang paling banyak dikenal dan dikomsumsi masyarakat lokal serta memiliki potensi di pasar International adalah pisang, manggis, nanas, pepaya, mangga dan salak. Indonesia sebagai negara tropis, banyak memiliki jenis-jenis buah- buahan, baik yang asli Indonesia maupun jenis-jenis introduksi. Menurut Sunarjono (2008), jenis buah-buahan tropis Indonesia yang dipasarkan di pasaran internasional hingga saat ini adalah pisang, nanas, mangga, alpukat, rambutan, markisa, sirsak, jambu biji, belimbing dan manggis. Bahkan di Indonesia, satu jenis/spesies dari tanaman buah tersebut mempunyai banyak varietas atau kultivar. Para ahli taksonomi memperkirakan terdapat setidaknya 1.000 kultivar pisang yang tersebar pantropically. Beberapa jenis diantaranya spesifik lokasi seperti pisang mas Lampung, Pisang ambon Sukabumi, Pisang barangan Medan, dan masih banyak lagi. Buah-buahan spesifik merupakan komoditas andalan suatu wilayah/daerah yang mempunyai peluang untuk dikembangkan. Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi oleh komoditas buah spesifik, yaitu aspek teknis, ekonomi, dan sosial budaya. Komoditas tersebut memiliki kemudahan secara teknis untuk

4 dibudidayakan, memiliki peluang pasar yang baik dan secara sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat setempat. Komoditas spesifik bukan merupakan komoditas yang secara alami hanya ada di daerah tertentu dan tidak ada di daerah lain, tetapi juga dapat memberi pengertian bahwa komoditas tersebut dapat berasal dari daerah lain apabila memenuhi persyaratan secara teknis, ekonomi, dan sosial budaya. Beberapa buah yang spesifik lokasi diantaranya adalah Anggur Probolinggo, Apel hijau Malang, Kepel Jogya, Buah Merah dan Matoa dari Papua. Bahkan Matoa telah dipergunakan sebagai identitas flora daerah tingkat satu Provinsi Papua. Di Jakarta sendiri terdapat Duku dan Salak Condet, Kecapi, Menteng, Kokosan, Nam-nam dan lainnya. Lebih jauh dilaporkan bahwa dahulunya wilayah DKI Jakarta tumbuh subur tanaman buah-buahan lokal unggul yang telah diperjual belikan seperti belimbing, mangga, jambu, pisang, rambutan, durian, salak, nangka, cempedak, duku, menteng, alpukat, sawo, kedondong, sukun, kelengkeng maupun yang hanya menjadi tanaman buah untuk kebutuhan sendiri seperti kecapi, jamblang, bisbul, nam-nam, kokosan, buni, pucung, matoa, kemang, srikaya. Namun demikian, saat ini tanaman buah yang masih banyak dijumpai di wilayah Jakarta hanyalah mangga, rambutan, belimbing, pisang, pepaya, jambu biji, jambu air, alpukat, sawo, nangka, dan durian; sedang beberapa jenis tanaman buah mulai langka yaitu kecapi, srikaya, kokosan, nam-nam, bisbul, jamblang, buni, menteng, matoa, salak, duku, kedondong, sukun, pucung/kluwek.

B. Kendala dan Upaya Pengembangan Buah Lokal Beberapa masalah yang menjadi kendala produksi buah lokal. Pertama adalah selera konsumen. Seiring dengan pertumbuhan pendapatan masyarakat, kebutuhan buah pun semakin meningkat. Namun, masyarakat semakin kritis terhadap kualitas maupun jenis buah yang ingin mereka

5 konsumsi. Pada buah pepaya misalnya, saat ini muncul fenomena kebutuhan pepaya yang berbentuk kecil karena pepaya biasa yang berbentuk besar tidak bisa dimakan habis dalam satu kali konsumsi. Mangga pun sama, mangga yang tersedia pada saat ini terlalu besar, basah dan manis sehingga rasa karakteristiknya kurang. Kedua adalah belum adanya kawasan untuk pelestarian buah-buahan khas daerah, buah-buahan khas setempat yang sebaiknya dikembangkan di wilayah tersebut termasuk buah-buahan yang mulai langka, bahkan sebagian lagi nyaris punah. Ketiga adalah branding buah lokal. Indonesia sangat kaya dengan buah namun tidak ada konsistensi yang jelas atas pemasaran brand buah itu. Padahal, 95% dari pepaya Bangkok dihasilkan di Indonesia. Pepaya Hawai juga 70% dihasikan di dalam negeri. Karena itu, perlu image positif atas buah-buahan yang diproduksi di Indonesia. Buah-buahan lokal sebenarnya sudah punya brand yang sangat popular, seperti Jeruk Brastagi, Jeruk Keprok Tawangmangu, Duku Palembang, Duku dan Salak Condet, Salak Sidempuan, Mangga Podang, Mangga Indramayu, Pisang Raja, Pisang Lampung, Pisang ambon Sukabumi, dan lainnya. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian, bagaimana semangat dan kosistensi yang jelas untuk memasarkan brand buah tersebut. Yang keempat adalah kualitas buah-buahan lokal di pasaran. Misalnya pisang raja Indonesia diakui dunia sebagai pisang terbaik. Namun, itu hanya terjadi beberapa saat setelah pemotongan. Hal ini disebabkan tidak adanya perlakuan pada penanganan pasca panen yang membuat bentuk dan kualitas pisang menjadi cepat rusak. Padahal, kualitas buah merupakan unsur utama yang diperhatikan konsumen. Berbagai upaya memperbaiki kualitas telah dilakukan antara lain buah belimbing yang pada umumnya mempunyai kualitas yang kurang bagus karena terserang lalat buah Bactrocera spp dikendalikan dengan antraktan. Kardinan, et all (2000) memerangi lalat buah tersebut dengan menggunakan antraktan nabati selasih (Ocimum sanctum) dan Melaleuka (Melaleuca bracteata). Masalah

6 yang juga menjadi sorotan adalah kebutuhan atas riset dan pengembangan penelitian buah secara berkelanjutan. Pendugaan kerusakan buah dari serangan lalat buah untuk menjaga kualitas buah mangga juga telah dilakukan dengan menggunakan aplikasi ultrasonik (Hasbulah, R., 2009). Selain keempat faktor di atas maka yang juga sangat berpengaruh adalah pola komsumsi buah. Pola konsumsi buah pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat. Pertama adalah konsumsi rumah tangga (table ) yang berarti buah tersebut dikonsumsi untuk pemenuhan kebutuhan sehari- hari. Konsumsi rumah tangga terbanyak adalah pisang, jeruk, apel, pepaya, salak dan pir yang jumlahnya sebesar 35% sampai 40% total permintaan buah di Indonesia. Tiga diantaranya adalah buah impor yaitu jeruk, apel dan pir. Sehingga meskipun jumlah produksi buah meningkat, di level konsumsi rumah tangga, popularitas buah lokal semakin tersaingi. Konsumsi terbesar kedua adalah konsumsi industri seperti kebutuhan produksi jus, minuman ringan dan lainnya. Produk tersebut adalah jeruk, mangga, jambu, apel dan tomat dengan jumlah 30% dari total permintaan buah Indonesia. Posisi ketiga adalah konsumsi hotel, restoran ataupun katering yang didominasi pepaya, semangka, melon, nanas dan alpukat. Pola konsumsi ini memegang 20% total permintaan buah. Pola keempat adalah konsumsi musiman/eksotik seperti durian, mangga, buah naga, sawo dan rambutan. Kebutuhan ini mencakup kurang dari 10%. Pola konsumsi buah ini menunjukkan bahwa pada bagian konsumsi rumah tangga permintaan buah impor semakin meningkat. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah, sehingga berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademisi dalam menggiatkan kembali kecintaan mengkonsumsi buah-buah lokal. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI mempunyai program “Gemar Buah Indonesia” untuk makin meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap buah lokal di pasar domestik, dimana buah lokal juga memiliki kualitas tidak kalah dengan buah impor.

7 Dalam menghadapi pasar global, seharusnya Indonesia menjadi pelopor persaingan pasar buah-buahan tropis yang sulit ditemukan di daerah subtropis. Namun, hal ini tampaknya sulit menjadi kenyataan karena beberapa sebab berikut : 1. Buah-buahan Indonesia masih dikelola dalam skala pekarangan dan kurang mendapat perawatan yang seimbang. 2. Areal buah-buahan masih sempit sehingga produksinya sulit memenuhi permintaan pasar. 3. Sentra produksi tersebar dengan areal pengelolaan yang sempit sehingga menyulitkan pengumpulan. 4. Pada umumnya mutu buah belum sesuai dengan selera konsumen.

Permasalahan lain yang dihadapi yakni menyangkut produksi buah dalam negeri yang masih rendah, pohon buah di Indonesia masih berasal dari hutan-hutan liar dan keterbatasan lahan karena bersaing dengan sektor lain. Seperti real estate yang selama ini lebih dinomorsatukan, serta sentra produksi buah yang masih menyebar dan tidak ada kesinambungan antara satu dengan lainnya.

8 TANAMAN KOKOSAN

Gambar 1. Buah Kokosan Di Pohon

A. Pendahuluan Kokosan memiliki nama latin Lansium domesticum var. aquaeum. Buah ini satu famili dengan buah langsep dan duku dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah, namun sukar dikupas. Kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali. Buah Kokosan ini biasanya dijual berikut tangkainya, karena buah yang matang masih kuat menempel di tangkai buah. Biji kokosan rasanya pahit.

9 Buah Kokosan sekerabat dengan buah duku dan buah Langsat. Disebut kokosan karena umumnya makannya dengan cara digigit kemudian disedot (dalam bahasa sunda kokos=hisap/sedot). Wilayah asal-usul duku/kokosan membentang dari sekitar semenanjung Siam di barat hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah- daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam. Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak sebesar di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.

Gambar 2. Daging Buah Kokosan

10 B. Manfaat Di dalam buah kokosan ini mengandung banyak nutrisi yang akan memberikan beberapa manfaat dan juga khasiat yang dapat kita peroleh. Buah kokosan ini mengandung banyak vitamin B1, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, fosfor, karbohidrat, protein, lemak dan juga kalori. Manfaat buah kokosan adalah memperlancar sistem pencernaan, mencegah kanker kolon dan membersihkan tubuh dari radikal bebas penyebab kanker. Selain daging buah yang segar menyehatkan, bagian kulit buah dan bijinya juga bermanfaat untuk bahan baku obat anti diare dan menurunkan demam.

C. Morfologi Taksonomi tumbuhan L. domesticum menurut USDA Natural Resources Conservation Service (2004), adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkerajaan : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Bangsa : Sapindales Suku : Meliaceae Marga : Lansium Jenis : Lansium domesticum

Beberapa nama daerah di Indonesia untuk tumbuhan L. domesticum ini diantaranya yaitu dukuh, dukem, langsat, langsep, langsa, celoring, kokosan, dan lain-lain. Hasskarl mengusulkan tiga kultivar untuk L. domesticum yang tumbuh di Jawa, yaitu: duku (L. domesticum Corr. cv duku Hasskl.), kokosan (L. domesticum Corr. cv kokossan Hasskl.)

11 Gambar 3. Daun Kokosan

Bentuk pohonnya hampir sama dengan pohon duku; namun bentuk daunnya lebih lanset, bulu daun lebih lebat dan kasar; malai bunga lebih panjang; buahnya lebih kecil. Kadang daging buahnya berwarna kuning kemerah-merahan dengan biji relatif besar dan berdaging tipis, dan berair. Kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali.

12 D. Pembibitan Tumbuhan L. domesticum tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut; pH tanah sedikit asam (5,5-6,6); curah hujan yang cukup sekitar 2.000-3.000 mm; suhu 25-35 oC. Tumbuhan ini tidak dapat menyesuaikan diri selama musim kering sehingga meranggas selama 3-4 minggu. Di Indonesia, L. domesticum sering ditanam di kebun rumah dengan tanaman lain seperti pohon mangga. Perbanyakan yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun. Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik. Embrio apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan induknya. Kokosan merupakan tanaman yang tergolong lama berbuah. Tanaman yang dikembangkan dari biji biasanya baru berbuah saat usia delapan tahun sampai 10 tahun. Supaya cepat berbuah, belakangan banyak petani melakukan perbanyakan bibit secara vegetatif dengan teknik okulasi, cangkok, dan sambung pucuk. Teknik okulasi, bibit berupa batang bawah yang berasal dari biji yang sudah berumur setahun. Kondisi bibit harus sehat dan ukurannya sebesar jari telunjuk. Sementara, batang atas yang akan ditempel dipilih dari cabang pohon induk yang besarnya seukuran bibit batang bawah. Cabang yang akan diokulasi kulitnya berwarna sudah hijau keabuan atau kecoklatan, dan mata tunasnya sudah menonjol atau terlihat pecah. Pada waktu dua minggu hingga satu bulan, proses okulasi ini sudah menghasilkan akar baru. Setelah itu, tali balutan dibuka. Sepuluh hari kemudian, batang di atas tempelan dipatahkan. Setelah mata tunas okulasi tumbuh setinggi 10-20 cm, batang atas yang telah dipatah dipotong habis. Selanjutnya, bibit bisa dipindahkan

13 ke dalam polybag yang lebih besar, lalu disemai selama tiga bulan hingga empat bulan, seperti halnya bibit cangkokan. Pada usia itu, bibit duku diperkirakan sudah memiliki ketinggian sekitar 40-50 cm. Metode sambung pucuk memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan okulasi. Proses sambung pucuk dimulai dengan pemilihan biji calon batang bawah. Selanjutnya, entres (batang atas) diambil dari tanaman duku dengan tingkat produktivitas tinggi, terutama dari pohon induk.

E. Pemeliharaan Proses pemeliharaan atau perawatan tanaman meliputi penyiangan pada gulma dan tanaman pengacau lainnya yang terdapat di sekeliling pohon supaya bisa berkembang secara baik serta tidak ada perebutan nutrisi yang ada dengan gulma. Pemupukan dikerjakan menggunakan pupuk organik, urea, SP36 serta juga ZA tentunya memakai dosis pas dengan keadaan serta ukuran tanaman. Penyiraman dengan kuat “ harus dilakukan” jika saat musim kemarau, tetapi jika tanaman sudah berkembang dengan kuat, penyiraman bisa dikerjakan ketika dibutuhkan.

F. Panen dan Pascapanen Tanaman kokosan berbunga dan juga berbuah sesudah berusia 12 tahun atau lebih. Tetapi kalau ditanaman dari bibit hasil proses cangkok/sambung akan berbuah sesudah berusia 8 tahun. Langkah panen dikerjakan dengan memanjat pohon serta memangkas tandan buah yang masak memakai pisau maupun gunting pangkas. Pemangkasan tandan perlu dikerjakan secara hati- hati supaya batang tak tergores sebab bunga selanjutnya bakal muncul di sekeliling tandan yang dipangkas tadi. Buah kokosan dapat dipanen setelah tua benar, yakni setelah berumur enam bulan sejak bunga mekar. Warna buah menjadi kekuningan dan getahnya sedikit serta agak lunak. Buah dipanen dengan memotong tangkai

14 tandan dan tidak boleh dijatuhkan ke tanah. Hasil panen dapat mencapai 100 – 600 Kg perpohon per tahun. Musim panen buah antara bulan Februari – April. Kokosan merupakan buah yang mudah rusak karena kulit buahnya akan berubah menjadi coklat dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen. Proses penyimpanan dalam kamar pendingin dengan suhu 15°C dan kelembaban nisbi 85-90 % dapat menghambat kerusakan buah kokosan.

15 TANAMAN KAWISTA

Gambar 35. Pohon Kawista

A. Pendahuluan Kawista merupakan tanaman berkayu dengan tinggi batang dapat mencapai 12 meter. Tanaman ini banyak dibudidayakan oleh warga maupun tumbuh liar. Buahnya berkulit tebal dan keras. Buah jika masih muda berwarna kekuningan, rasa buah “sepet” dan beraroma khas. Buah masak, daging buah berwarna coklat dan rasanya berubah menjadi manis. Kawista juga terdapat di Rembang Jawa Tengah. Di tempat tersebut buah kawista diolah menjadi sirup dan minuman penyegar.

65 Selama ini pohon kawista atau kawis kurang populer, walaupun rasa buahnya enak dan kulit batangnya bisa dijadikan obat untuk menyembuhkan haid yang berlebihan, luka, dan mual-mual. Tumbuhan yang mampu hidup di daerah bertanah kering ini berasal dari India bagian selatan. Selain di Jawa, pohon Kawista juga banyak ditemukan tumbuh di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Kota Bima.

B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kawista Secara taksonomi, kawista mempunyai urutan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Limoni Spesies : Limoni acidissima L

Pohon kawista dapat tumbuh hingga setinggi 9 meter. Pohon ini hidup di daerah kering dengan ketinggian tanah 450 mdpl. Pohon memiliki kulit batang kasar, berkayu berduri. Durinya pendek, lurus, panjang 2-5 cm. Daunnya berwarna hijau gelap, kasar, panjangnya 3-5 inchi. Bunga kecil banyak, kusam atau merah kehijauan. Buahnya bulat, besar dan diameter 2-5 inchi sedangkan kulit buah keras, berkayu dan berwarna putih keabu-abuan. Pulp kawista memiliki warna coklat, lengket, aromatik dan berbau harum.

C. Manfaat Kawista Semua bagian kawista dapat dimanfaatkan dalam pengobatan secara tradisional untuk mengobati atau menyembuhkan berbagai penyakit. Buah kawista digunakan untuk penambah stimulan, obat batuk, cegukan, obat

66 asma, obat tumor, opthalmia dan keputihan. Buah kecil atau biji digunakan untuk penyakit jantung. Duri dan kulit batang kawista dapat digunakan dalam pengobatan pada sakit menstruasi, gangguan hati, gigitan serangga, sengatan serangga, dan mabuk perjalanan. Kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah dan peralatan pertanian. Buah kawista dapat dikonsumsi murni atau dicampur ke dalam berbagai minuman dan makanan pencuci mulut, atau diolah menjadi selai. Buah kawista dapat dikonsumsi mentah dengan gula atau tanpa gula, dicampur dengan santan dan sirup gula aren dan dibekukan seperti es krim. Buah kawista di d Indonesia dapat dijadikan menjadi menu sarapan pagi dengan mencampurkan kawista dengan madu. Daun kawista dimakan seperti salad di Thailand.

Gambar 36. Daun Tanaman Kawista

67 Gambar 37. Bunga Tanaman Kawista

D. Kandungan Kawista Buahnya mengandung karbohidrat dan protein. Buah kawista mengandung vitamin B, vitamin C, thiamin dan riboflavin. Buah kawista juga mengandung senyawa kimia kumarin yang diperoleh dari akar kawista, zat anti tumor pektat polisakarida, sebagai anti mikroba yang berasal dari bagian kulit kayunya dan sebagai larvasida.

68 Kandungan kimia daging buah kawista tiap 100 gram Senyawa Satuan(g) Air 74 Protein 8 Lemak 1,5 Karbohidrat 7,5 Abu 5

E. Budidaya Tanaman Kawista 1. Pemilihan Bibit Pohon Kawista Bibit buah yang berkualitas adalah batang tanaman buahnya kokoh, daunnya rimbun, segar dan berwarna hijau cerah. Perakarannya banyak dan kuat. Kriteria bibit buah ideal bisa anda dapatkan di Tanamanmart. Kami Jual Bibit Kawista Berkualitas dan sehat. Harga Bibit Tanaman Kawista yang kami tawarkan bervariasi.

Gambar 38. Buah Kawista Yang Telah Masak

69 Gambar 39. Buah Kawista yang Masih di Pohon 2. Pemilihan Lahan Setelah Bibit buah tersedia, tahap berikutnya adalah pemilihan lokasi. Pilih lahan yang memiliki ukuran cukup luas supaya dapat digunakan untuk menanam beberapa bibit buah kawista. Jarak minimal antar pohon adalah 6×6 meter. Pastikan tidak ada naungan yang menghalangi sinar matahari. Lakukan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm. Setelah lubang tanam selesai dibuat selanjutnya isi lubang tanam dengan campuran tanah dan pupuk kompos atau pupuk kandang. Diamkan lubang tanam selama satu pekan. 3. Tahap Penanaman Bibit Kawista

70 Proses penanaman yang dilakukan untuk Kawista Dalam Pot atau Tabulampot Kawista maupun secara langsung di tanah, Sobek polybag secara perlahan dan buang polybag bekasnya. Hati-hati pada saat melakukannya dan usahakan jangan sampai merusak akar bibit. Selanjutnya masukkan ke dalam lubang tanam dan timbun serta padatkan secara perlahan. Setelah proses penanaman selesai, lakukan penyiraman dengan air secukupnya.

4. Melakukan perawatan Perawatan tanaman buah kawista adalah dengan melakukan penyiraman. Bibit buah kawista tidak membutuhkan penyiraman intensif. Penyiraman cukup dilakukan sehari sekali atau jika media kering. Tabulampot tanaman buah kawista sebaiknya diletakkan di tempat terkena matahari penuh. Pemberian pupuk bisa dilakukan setiap dua pekan sekali atau minimal sebulan sekali, menggunakan media campuran tanah dan pupuk kompos atau pupuk kandang kotoran kambing dengan komposisi 1:1. Penambahan pupuk kandang dilakukan jika media sudah menyusut. Pupuk organik hanya diberikan sesekali. Perawatan lainnya adalah dengan melakukan pemangkasan saat tajuk tanaman terlalu rindang. Pemangkasan yang dilakukan pada ujung-ujung cabang yang lebat berguna untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah.

71 TANAMAN KEPEL

Gambar 40. Buah Kepel Menempel Pada Pohonnya

A. Pendahuluan Kepel adalah nama pohon dan buah yang mempunyai nama ilmiah Stelechocarpus burahol. Tumbuhan penghasil buah yang menjadi kegemaran para putri keraton Jawa sejak jaman dulu ini kini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Pohon Kepel yang dipercaya mempunyai nilai filosofi adhiluhung ini kini dijadikan flora identitas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepel saat ini sudah sulit dijumpai dan menjadi pohon langka. Jenis ini termasuk salah satu jenis yang masuk dalam Daftar Tanaman Langka.

72 Pohon Kepel menjadi kegemaran para putri keraton di Jawa selain lantaran memiliki nilai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik. Buah Kepel yang buahnya seukuran kepalan tangan orang dewasa mempunyai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik karena seperti tangan yang terkepal. Buah kepel juga dipercaya mempunyai berbagai khasiat di bidang kecantikan. Buah Kepel sejak zaman dahulu telah dipergunakan oleh para putri keraton sebagai penghilang bau badan dan pewangi badan. Selain itu juga dipercaya sebagai salah satu sarana kontrasepsi sebagai sterilitas wanita (KB). Buah Kepel telah menjadi deodoran (penghilang bau badan) bagi para putri keraton. Sayang justru karena itu masyarakat jelata tidak berani menanam pohon ini sehingga menjadi langka. Sampai saat ini Kepel belum banyak dibudidayakan.

Gambar 41. Daun Kepel Dengan Bentuk Elips Lonjong Meruncing

73 Gambar 42. Bunga Tanaman Kepel

B. Manfaat Tanaman Kepel Secara tradisional buah Kepel telah digunakan sebagai bahan parfum, khususnya di kalangan keraton. Mengkonsumsi buahnya dapat membuat bau keringat menjadi wangi, bau nafas menjadi harum, bahkan dapat mengharumkan bau air seni. Kegunaan buah Kepel yang lain adalah untuk pencegahan kehamilan (alat kontrasepsi), peluruh kencing dan mencegah radang ginjal. Buah kepel juga mempunyai sifat diuretik yang mampu memperlancar air seni, mampu membersihkan dan mencegah peradangan ginjal, membersihkan darah dan paru-paru. Akar tanaman kepel digunakan untuk mengatasi penyakit gula dan stroke, sedangkan kulit batang kepel mengandung senyawa antimikrobial dan sitotoksik. Daun kepel digunakan untuk mengatasi asam urat, kolesterol dan darah tinggi. Asam urat merupakan sisa metabolisme protein makanan yang mengandung purin.

74 Metabolit purin diangkat ke hati, lalu mengalami oksidasi menjadi asam urat. Kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal dan usus. Kolesterol yang berlebihan diekskresikan dari hati ke dalam empedu sebagai kolesterol atau garam empedu. Beberapa kelompok masyarakat ada yang telah memanfaatkan kepel sebagai buah segar, misalnya di daerah Garut bagian selatan seperti Kecamatan Pameungpeuk, dan sebagian kecil masyarakat di Yogyakarta dan Banyumas. Kayu pohon Kepel dapat digunakan sebagai bahan industri atau bahan perabot rumah tangga dan bahan bangunan yang tahan lebih dari 50 tahun. Daun kepel bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat. Lalap daun kepel mampu menurunkan kadar kolesterol. Lebih jauh dilaporkan pemanfaatan tanaman kepel, aspek-aspek hortikultura, seleksi, dan analisis sifat-sifat aromatik buah kepel masih belum banyak dilakukan.Namun dengan mengungkapkan potensi atau manfaat kandungan kimiawi buah Kepel, diharapkan nilai ekonominya akan meningkat dan pada akhirnya akan mendorong masyarakat untuk membudidayakannya.

C. Morfologi Kepel Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol) merupakan jenis tanaman langka dimana keberadaannya mulai punah. Distribusi jenis tanaman ini tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari Malaysia, Indonesia hingga Kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia, terutama di Jawa, kepel mulai jarang dan langka. Kepel tumbuh baik pada tanah yang subur mengandung humus dan lembab. Umumnya pohon ini dijumpai pada ketinggian 150 - 300 m dpl.

75 Gambar 43. Buah Kepel Yang Menempel Sepanjang Batang Utama

76 Beberapa daerah terdapat pohon kepel cukup banyak seperti di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang; Matesih, Kabupaten Karanganyar; Taman Nasional Meru Betiri. Kepel termasuk keluarga Annonaceae, satu golongan dengan tanaman kenanga (Canangium odoratum), sirsak (Annona muricata), buah nona (Annona reticulata) dan serikaya (Annona squamosa).

Taksonomi kepel sebagai berikut: Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Sub divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Sub class : Magnoliidae Ordo : Magnoliales Family : Annonaceae Genus : Stelechocarpus Species : Stelechocarpus burahol (Blume)

Pada tahun 1825 tanaman ini diberi nama Uvaria burahol Blume oleh Blume, kemudian tahun 1855 diberi nama Stelechocarpus burahol oleh Hook f. & Thomson. Sekarang nama lengkapnya adalah Stelechocarpus burahol (Blume) Hook f. & Thomson. Pohon Kepel mempunyai tinggi hingga 25 m dengan diameter batang mencapai 40 cm. Pada kulit batangnya terdapat benjolan-benjolan. Benjolan- benjolan ini merupakan bekas tempat bunga dan buah karena bunga dan buah kepel memang muncul di batang pohon bukannya di pucuk ranting atau dahan.

77 Gambar 44. Buah Kepel Yang Telah Mature Berwarna Coklat

Tunas daun tumbuh setelah musim berbuah selesai, berwarna merah seperti daun kayu manis. Daun muda ini akan lebih mengkilat jika terkena sinar matahari. Kepel mempunyai daun tunggal dengan bentuk elips lonjong hingga bundar telur dengan panjang 12–27 cm dan lebarnya 5–9 cm. Daun yang telah tua berwarna hijau keputihan. Bunga berkelamin tunggal, harum. Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas atau cabang yang tua bergerombol antara sampai 16. Sedangkan bunga betina hanya terdapat pada batang bagian bawah. Buah kepel tumbuh di batang. Benjolan-benjolan tebal pada batang merupakan tempat bunga dan buah keluar. Bentuk buahnya bulat atau

78 Gambar 46. Daun, Tangkai Buah, Buah dan Biji

D. Pembibitan Kepel Tanaman Kepel merupakan tanaman tahunan dan merupakan tanaman buah musiman.Buah kepel tumbuh di batang. Musim buahnya dua kali dalam setahun, yaitu Desember – Februari dan Juni – Juli.Buah di musim hujan Desember – Februari paling banyak, tetapi rasanya kurang manis karena kebanyakan air. Sebaliknya, buah di musim kemarau Juni – Juli, tidak sebanyak pada musim sebelumnya, tetapi rasanya lebih manis. Kepel umumnya diperbanyak secara generatif menggunakan biji. Biji yang akan digunakan sebagai benih diambil dari buah matang dan disemaikan secepatnya. Perbanyakan vegetatif melalui penyetekan dan pencangkokan pernah dicoba, tetapi tidak berhasil.

80 lonjong dengan diameter 5–6 cm. Batang sering tidak tampak karena tertutup lebatnya buah. Jumlah buah bisa mencapai 2–8 untuk setiap tandan. Panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm, buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecokelat-cokelatan, diameternya 5-6 cm, dan berisi sari buah yang dapat dimakan. Bijinya berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, panjangnya sekitar 3 cm. Berat segar buah antara 62-105 g, dengan bagian yang dapat dimakan sebanyak 49% dan bijinya 27% dari berat buah segar. Daging buah berwarna agak kekuningan sampai kecokelatan membungkus biji yang berukuran cukup besar yang letaknya melintang .

Gambar 45. Daging Buah Kepel

79 Biji yang akan digunakan sebagai benih diperoleh dari buah yang benar- benar telah masak. Uji kemasakan buah dapat dilakukan dengan menggores kulit buah yang bersangkutan. Kalau bekas goresan berwana kuning atau coklat muda menandakan bahwa buah sudah masak betul. Biji kepel tersusun melintang dalam buah (Gambar 8) Sesudah dikupas dan dikeluarkan dari daging buahnya, biji-biji dicuci bersih agar bebas dari getah dan daging buah. Lalu dikering-anginkan di tempat teduh (tapi berangin), sampai biji kering. Sebelum disemai benih diskarifikasi dengan cara mengampelas di bagian struktur tumbuhnya(radikel) untuk mempercepat perkecambahan. Walau begitu, perkecambahan biji kepel masih memerlukan waktu beberapa bulan.

Gambar 47. Buah Kepel Matang Dengan 4 Buah Biji Yang Posisinya Melintang

81 Gambar 48. Buah Kepel Yang Tumbuh Di Sepanjang Batang

Mula-mula biji dikecambahkan dalam kotak kayu berisi pasir bersih yang sudah diayak halus, setebal 5 cm, dan ditutup pasir setebal 5 cm juga. Pesemaian ini harus disiram setiap hari. Tipe pecambahan biji kepel adalah hipogeal, akar tunggangnya membengkak dan tidak bercabang untuk beberapa waktu.Mula-mula semai kepel tumbuh lambat. Pada saat semai berdaun 3-5 helai, semai dipindahtanamkan ke dalam pot. Ketika tingginya mencapai 0,5-1,0 msemai/bibit dipindahtanamkan ke bedengan pesemaian di lapangan. Tanah bedengan ini dicampur pupuk kandang dulu dengan perbandingan 1 : 1. Lubang penanaman ini dibuat yang cukup dalam, yaitu 50 cm x 50 cm x 50 cm. Jarak tanam di kebun permanen ini

82 6 m karena kepel tidak lazim ditanam sebagai tanaman utama namun ditanam bersama rambutan atau mangga.Sesudah satu tahun berada di kebun, bibit itu diberi pupuk kandang. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan. Dua minggu sesudah dipupuk-kandang, bibit diberi pupuk kimia, campuran Urea 400 g, dobbel superfosfat 150 g, dan kalium sulfat 500 g. Setiap tahun selanjutnya, pemupukan semacam itu diulang lagi pada awal musim hujan. Fase juvenil kepel (vegetative phase, juvenile phase) berlangsung selama 6-9 tahun.

Gambar 49. Bibit Kepel Berumur 2 Tahun

83 Gamba 50. Tunas Daun Muda

Pemupukan yang teratur seperti ini, tanaman yang kini disebut pohon itu (karena batangnya jelas hanya satu, dan baru bercabang di bagian atas), akan berbuah pertama kali pada umur enam tahun. Batangnya baru bergaristengah 25 cm. Tetapi kalau sudah belasan tahun, dan tingginya sudah 20 m, garistengah batangnya bisa sampai 40 cm.Buahnya dapat dipetik kira-kira empat bulan sejak berbunga. Buah di musim kemarau Juni – Juli, tidak sebanyak pada musim sebelumnya, tetapi rasanya lebih manis.

84 E. Pemeliharaan Tanaman Kepel relatif tahan terhadap hama maupun penyakit yang sering menyerang tanaman budidaya. Namun pohonnya harus dijaga dari serangan kelelawar dan binatang pengerat. Pemeliharaan kepel di lahan pada umumnya adalah memperhatikan kecukupan air menambahkan kebutuhan hara dengan memberikan pupuk setahun sekali.

F. Panen dan Pascapanen Buah kepel berbentuk bulat dengan bagian pangkal buah yang sedikit meruncing. Ukuran buah dapat mencapai ukuran kepalan orang dewasa dengan warna buah coklat keabu-abuan tergantung umur buah. Daging buah berwarna kuning kecoklatan dan berasa manis. Terdapat sekitar 4-6 biji setiap buah.Tunas daun tumbuh setelah musim berbuah selesai, berwarna merah seperti daun kayu manis . Buah kepel dianggap matang bila digores kulitnya terlihat bagian bawahnya berwarna kuning atau coklat muda (jika berwarna hijau, buah masih belum matang). Untuk menjaga kualitas, buah kepel dibungkus 1-2 bulan sebelum dipanen, menggunakan anyaman bambu atau daun kelapa atau kantung plastik. Buah dikemas dalam keranjang atau karung dan hendaknya diperlakukan dengan hati-hati. Buah kepel dapat bertahan disimpan 2-3 minggu pada suhu ruang.

85 TANAMAN GANDARIA

Gambar 51. Biji Gandaria Berwarna Ungu

A. Pendahuluan Gandaria (Bouea macrophylla Griff.) termasuk divisi Spermatophyta, kelas dicotyledonae dalam suku Anacardiaceae. Beberapa jenis lainnya adalah jambu mete, mangga, bacang dan lain-lain. Gandaria mempunyai nama-nama daerah: remicu (Gayo), gandoriah (Mink), Borania (Day) ,jateke, gandaria, (Sd), gondariya (Jav), wates (Minatu), borania (Day.) kalawasa, rapo-rapo (Mak), gundangan (Melayu). (Heyne. 1987). Tanaman Gandaria adalah tanaman asli dari Sumatera Utara, Semenanjung Malaysia dan Jawa Barat. Pohon Gandaria telah ditanam sebagai pohon buah-buahan di Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan dan Ambon serta di Thailand. Tanaman ini merupakan tanaman buah khas Maluku yang dikenal dengan sebutan exotic . Di Maluku, umumnya

86 tanaman ini tersebar di pulau Ambon dan Saparua. Di pulau Ambon, tanaman gandaria tumbuh di daerah pesisir dan perbukitan. Pohon Gandaria sangat cocok tumbuh di daerah tropika basah dengan tanah yang subur. Secara alami Gandaria tumbuh di hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian 300 m dpl, tetapi pada tanaman yang telah dibudidayakan dapat tumbuh.

Gambar 52 Daun Gandaria

87 Gambar 53. Buah Gandaria Muda

B. Manfaat Tanaman Gandaria Gandaria adalah pohon buah-buahan yang populer, buahnya mirip buah mangga kecil. Walaupun rasanya agak asam, bahkan yang matang sekalipun, buah gandaria biasanya dikonsumsi dalam keadaan segar, atau diolah menjadi sirup atau dijadikan manisan (compote) yang lezat sekali. Akan tetapi, pemanfaatan buah mudanya lebih penting, yaitu merupakan bahan penyedap pada sambal gandaria yang khas, dan dalam asinan, serta

88 kulit bijinya yang berukuran besar dan berwarna lembayung cerah dapat meningkatkan daya tarik masakan. Seringkali daun mudanya yang berwarna ungu tua (warnanya putih sekali sewaktu mulai muncul) juga dikonsumsi segar, dimakan dengan sambal gandaria. Gandaria dianjurkan untuk ditanam di daerah transmigrasi di Sumatra karena hasil buahnya yang berlimpah dan perdaunannya yang rapat, sangat cocok sebagai pohon pelindung. Ekstrak jus buah gandaria memiliki nilai sebesar 36,3 mg/ml. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat dikatakan bahwa ekstrak jus buah gandaria pada konsentrasi 36,3 mg/ml dapat menangkal radikal bebas 50% dan ekstrak biji gandaria memiliki nilai 2,43 μg/ml, hal ini berarti bahwa butuh sekitar 2,43 μg/ml antioksidan biji gandaria Bouea macrophylla Griff untuk menangkal radikal bebas sebesar 50%, di mana aktivitas antioksidan ekstrak biji gandaria ini sebanding dengan akstivitas antioksi dan vitamin C yang memiliki nilai IC50 sebesar 2,25 μg/ml10.

C. Morfologi Gandaria Gandaria berbentuk pohon yang tingginya mencapai 27 m, dengan kulit kayunya yang retak-retak, berwarna cokelat muda, dan seringkali memiliki ranting yang menggantung, tak berbulu, bersegi empat atau pipih. Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk lanset atau jorong, menjangat, berkilat, berpinggiran rata, pangkalnya lancip sampai bentuk pasak, ujungnya lancip (acute) sampai luncip (acuminate), tangkainya 1-2,5 cm panjangnya. Perbungaannya malai, muncul di ketiak daun, panjangnya 4- 12 cm. Bagian-bagian bunganya sebagian besar berkelipatan empat, berukuran kecil, cuping kelopaknya bundar telur melebar, daun mahkotanya lonjong sampai bundar telur sungsang, berukuran (1,5-2,5) mm x 1 mm, berwarna kekuning-kuningan, kemudian secepatnya berubah menjadi cokelat.

89 Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak bulat, berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga, daging buahnya mengeluarkan cairan kental, buahnya tidak berbulu, rasanya asam sampai manis, dengan bau yang khas agak mendekati bau terpenting.

Klasifikasi Ilmiah Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Suver Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Spindles Famili : Anacardiaceae Genus : Bouea Spesies : Bouea macrophylla Griff.

D. Pembibitan Gandaria Gandaria (B. macrophylla) merupakan tanaman tropik basah dan dapat tumbuh pada tanah yang ringan dan subur. Dapat tumbuh liar di hutan dataran rendah di ketinggian 500 m (Heyne 1087). Gandaria merupakan tanaman daerah tropik yang tumbuh baik pada ketinggian 5 – 800 m dpl namun sangat baik dan produktif sampai pada ketinggian 500 m dpl. Tanaman gandaria memiliki adaptasi yang cukup tinggi terhadap iklim dan tanah, namun untuk dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi dibutuhkan kondisi iklim dan tanah tertentu. Suhu yang diinginkan sesuai dengan fluktuasi suhu harian rata-rata 24–28oC, dengan curah hujan yang diinginkan berkisar antara 2500-3000

90 mm/tahun, bulan kering 3-4 bulan, kelembaban nisbi 70 – 80%. Distribusi curah hujan merupakan faktor untuk pertumbuhan dan produksi tanaman gandaria. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan tunas muda dan produksi. Pengaruh temperatur sangat berkaitan dengan ketersediaan air, cahaya dan kelembaban Pada umumnya tanaman gandaria dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah baik daerah datar, berombak, berbukit sampai bergunung. Tipe tanah yang dikehendaki adalah berpasir dengan tingkat kesuburan tanah yang baik sampai sedang dan pH 4,5–7,0 (Zaibin, 1998 dalam Sukarman, 2002). Persyaratan fisik lainnya yang cocok untuk pertumbuhan dan produksinya adalah tanah gembur, ringan, drainase, dan aerasi baik. Faktor fisik tanah erat kaitannya dengan daya penentrasi dan kemampuan akar menyerap hara. Jenis-jenis tanah yang dapat dijumpai pada habitat tanaman gandaria khususnya di pulau Ambon antara lain regosol, kambisol, alluvial, litosol, dan burnizem.

E. Teknik Silvikultur Gandaria umumnya diperbanyak dengan biji, tetapi mudah juga diperbanyak dengan cangkokan dan tempelan. Semai atau tanaman yang diperbanyak melalui klon ditanam dalam barisan dengan jarak tanam 10 x 12 m, dan memerlukan naungan ringan selama beberapa bulan.

F. Pemeliharaan Gandaria Pemupukan Untuk memperpendek masa vegetatif dianjurkan pemupukan dengan pupuk kandang, urea, dan pupuk buatan lainnya, agar kecepatan tumbuhnya meningkat pada tahun-tahun pertama.

91 G. Panen dan Pascapanen 1. Panen Biasanya panen pertama untuk tanaman yang berasal dari semai adalah 8-10 tahun setelah tanam, atau kalau berasal dari perbanyakan vegetatif hanya 5-6 tahun. Pohon gandaria dewasa dapat menghasilkan 200-500 kg buah dalam satu musim. gandaria biasanya dipanen sekali dalam 4–5 bulan dari bulan Maret sampai Juli.

2. Pascapanen Penanganan pasca panen Buah Gandaria umumnya bukan untuk komersial adapun untuk komersial bisa dijadikan sirup dan ekstrak buah ataupun ekstrak biji untuk obat.

Gambar 54. Biji Gandaria

92 TANAMAN BISBUL

Gambar 55. Buah Bisbul

A. Pendahuluan Pohon dan Buah Bisbul (Diospyros discolor Willd.), kerap disebut buah mentega, (D. kaki Thunb.), buah dan pohon bisbul semakin langka dan sulit ditemukan. Dikenal dengan berbagai nama yang berbeda seperti buah lemak (Melayu) dan sembolo (Jawa), kamagong dan marit. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Mabolo atau Velvet Apple. Sedangkan nama ilmiah tumbuhan ini adalah Diospyros discolor dengan sinonim Diospyros blancoi A.DC., Diospyros durionoides Bakh., Diospyros malacapai A.DC., Diospyros merrillii Elmer, Diospyros utilis Hemsl., dan Cavanillea philippinensis Desr. Klasifikasi ilmiah.

93 Kingdom : Plantae. Divisi : Magnoliophyta. Kelas : Magnoliopsida. Ordo : Ericales. Famili : Ebenaceae. Genus : Diospyros. Spesies : Diospyros discolor. Bisbul merupakan buah yang awalnya hidup liar di hutan-hutan Filipina, namun kini telah menyebar di berbagai negeri tropis, termasuk Indonesia. Bentuknya bulat gepeng, dengan besar kira-kira 5-12 cm x 8-10 cm dan berbulu halus seperti beledru. Buah ini termasuk dalam keluarga eboni (suku Ebenaceae) dan berkerabat dengan buah kesemek dan kayu hitam. Tak heran jika di negeri asalnya ia dipanggil Buah Mabolo atau Buah Berbulu. Penyebutan sebagai buah mentega dan buah lemak merujuk pada bentuk dan bau daging buahnya ketika masak. Sedangkan nama bisbul sendiri konon terinspirasi dari bentuk bola baseball. Berdasarkan literatur yang ada, tanaman tersebut diintroduksi ke Jawa, Malaysia pada tahun 1881, dan juga ke Kebun Raya Singapura, ke Calcuta di India. Diduga, bisbul ini beredar di daerah Bogor karena imbas dari Kebun Raya yang didirikan sejak tahun 1817. Tanaman ini berbuah terus menerus sepanjang tahun. Dari bunga sampai berbuah sekitar empat bulan. Buah bisbul berwarna agak unik. Awalnya cokelat kemerahan lalu berubah menjadi merah terang dan terakhir menjadi agak kusam jika sudah matang. Sedangkan daging buahnya sendiri berwarna keputihan, kering, agak keras, dan padat. Rasanya manis agak sepat dan berbau keras, hampir menyerupai bau keju dan durian. Setiap butir buah mengandung hingga 10 biji butir yang berbentuk baji dan berukuran hingga 4 x 2.5 x 1.5 cm. Buah bisbul

94 umumnya dimakan dalam keadaan segar jika sudah matang. Daging buahnya juga dapat diris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak. Tanaman bisbul dapat tumbuh dari 0 – 800 m dpl, dan pada hampir segala jenis tipe tanah. Perbanyakan umumnya dari hasil grafting dan mulai berbuah 6 – 8 tahun. Musim panen raya antara Maret – Mei. Selain buah yang dimakan segar atau sebagai campuran minuman. Kayu pohon bisbul berkualitas baik, berwarna cokelat kemerahan hingga hitam, bertekstur halus, kuat dan keras, di Filipina dinamakan kamagong, merupakan bahan kerajinan yang berharga dan dilindungi oleh undang-undang. Bisbul sangat tahan terhadap angin topan.

B. Diskripsi Pohon dan Buah. Pohon bisbul tidak terlalu tinggi, umumnya sekitar 15 meter saja. Batangnya lurus dengan pepagan berwarna hitam dan diameter bagian pangkal sekitar 50 cm. Tajuk pohon mirip kerucut dengan cabang mendatar dan bertingkat dan daun yang lebat dan rapat. Bisbul berperawakan pohon, berkelamin dua dan selalu hijau, tingginya 7-15(-32) m, diameter pangkal batangnya 50(-80) cm, tajuknya berbentuk kerucut. Daunnya berselang-seling, berbentuk lonjong, berukuran (8-30) cm x (2,5-12) cm, pinggirannya rata, pangkalnya biasanya membundar, ujungnya melancip, menjangat, lembaran daun sebelah atas berwarna hijau tua, berkilap, tak berbulu, lembaran daun sebelah bawah berbulu perak, daun mudanya berwarna hijau pucat sampai merah jambu, berbulu perak, tangkai daunnya mencapai panjang 1,7 cm. Bunga-bunga jantannya tersusun dalam payung menggarpu, di ketiak daun, terdiri atas 3-7 kuntum, tangkai bunganya pendek, daun kelopaknya berbentuk tabung, bercuping 4 yang~dalam, panjangnya kira-kira 1 cm, daun mahkotanya sedikit lebih besar daripada daun kelopak, berbentuk tabung dan bercuping 4 juga, berwarna putih susu,

95 Gambar 56. Pohon Bisbul

96 benang sarinya 24-30 utas, menyatu di pangkalnya, membentuk pasangan- pasangan, bunga betina soliter, berada di ketiak daun, bertangkai pendek, ukurannya sedikit lebih besar daripada bunga jantan, memiliki 4-5(-8) staminodia. Buahnya bertipe buah buni yang berbentuk bulat atau bulat gepeng, berukuran (5-12) cm x (8-10) cm, berbulu beludru, berwarna coklat kemerahan, di pangkalnya ada topi dari kelopak yang kaku dan tidak rontok, kulit buahnya tipis, tertutup rapat oleh bulu-bulu pendek yang berwarna coklat keemasan, mengeluarkan bau keras yang mirip bau keju, daging buahnya berwarna keputih-putihan, keras, agak kering, rasanya manis, sepet, berbau harum. Bijinya 0-10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 cm x 2,5 cm x 1,5 cm. Pohon asal benih cenderung tumbuh tegak, kadang-kadang hanya memiliki satu batang tanpa cabang. Akan tetapi, pohon yang berasal dari sambungan perawakannya pendek dan mengeluarkan lebih banyak cabang lateral. Pohon yang berasal dari semai berbuah 6-7 tahun setelah ditanam, sedangkan yang berasal dari sambungan 3-4 tahun. Pohon bisbul bervariasi terutama dalam bentuk dan perbuluan daun serta bentuk dan rasa buah. Kandungan Nama daerah bisbul di Filipina ialah 'mabolo,' berarti buah berbulu, mengacu kepada buahnya yang berbulu. Buah bisbul memiliki 60-73% dari bagian yang dapat dimakan, yang setiap 100 g berisi: air 83,0-84,3 g, protein 2,8 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 11,8 g, serat 1,8 g, abu 0,4-0,6 g, kalsium 46 mg, fosfor 18 mg, besi 0,6 mg, vitamin A 35 SI, tiamina 0,02 mg, riboflavin dan niasina 0,03 mg, dan vitamin C 18 mg. Nilai energinya rata-rata 332 kJ/100 g. Daun tumbuhan bisbul (Diospyros discolor) tumbuh berseling dan berbentuk lonjong dengan tepi rata, pangkal membundar dan ujung meruncing. Sisi atas daun berwarna hijau tua mengkilat sedangkan bagian bawah keperakan dan berbulu halus. Bunganya muncul di ketiak daun.

97 Gambar 57. Penampakan Bulu Pada Buah Bisbul Buah bisbul buni bulat atau bulat gepeng berukuran 5-12 × 8-10 cm. Kulit buahnya berbulu halus dan berwarna coklat kemerahan, merah terang dan berubah agak kusam ketika masak. Daging buah bisbul berwarna keputihan, agak keras dan padat, agak kering, dan manis agak sepat. Buahnya berbau harum dan agak keras mirip bau keju dan durian (dari sini pula kemudian buah ini dikenal sebagai buah mentega). Dalam satu buah terdapat hingga 10 butir biji yang berwarna kecoklatan.

98 C. Budidaya Bisbul biasanya diperbanyak dengan benih yang memerlukan waktu 24 hari untuk berkecambah. Juga dapat diperbanyak secara vegetatif dengan cangkokan, sambungan mata, atau sambungan pucuk. Cara terakhir ini dipraktekkan secara komersial di Filipina. Pada sambungan celah digunakan batang bawah bibit yang berumur 1 tahun. Batang atasnya diperoleh dari cabang dewasa yang tumbuh pada musim terakhir, yang memiliki kuncup ujung yang tumbuh balk, dipotong sepanjang 10-12 cm. Anakan pohon yang berasal dari sambungan dapat ditanam di lapangan dengan jarak tanam 810 m, pada awal musim hujan. Pohon yang berasal dari semai ditanam di sepanjang jalan dengan jarak tanam 10-15 m.

Gambar 58. Buah Bisbul Merah

99 Gambar 59. Bunga Tanaman Bisbul

D. Pemeliharaan Setelah tanaman tumbuh dengan baik di lapangan, pohon bisbul hampir tidak memperoleh perawatan apa pun. Tunas-tunas liar dan cabang-cabang yang bertumpang-tindih seringkali dipangkas; begitu pula cabang- cabangnya yang menyentuh tanah Hama dan Penyakit Ada laporan mengenai beberapa jenis serangga yang memakan pucuk dan daun bisbul, seperti kumbang kecil penggulung daun, siput lunak dan ulat rumpun, cacing kantung, dan serangga bersisik merah. Akan tetapi dijumpai juga hamahama yang kurang berarti. Tidak diperoleh laporan mengenai penyakit yang berbahaya.

100 Untuk menanam tanaman bisbul ini, berikut cara menanam yang baik dan benar supaya tanaman tumbuh dengan optimal: 1. Memilih Bibit Bisbul yang Berkualitas Pertama-tama kita siapkan dulu bibit bisbul yang akan ditanam. Bibit bisa dihasilkan dari biji, namun dengan cara ini pertumbuhannya pasti lambat untuk sampai berbuah dibutuhkan waktu 7-10 tahun. Agar cepat berbuah bibit bisa dihasilkan dari okulasi atau dari cangkok. Bibit yang dipilih harus lah baik kualitasnya seperti memilih bibit yang sehat segar bebas dari hama penyakit tanaman, berdaun hijau segar tidak kuning dan layu, batang yang kokoh tidak kecil dan kering, mempunyai dahan rindang. 2. Memilih Lokasi Penanaman Tanaman bisbul menghendaki lokasi di dataran rendah sampai 800m dpl bersuhu panas berkisar 30-35c. Tidak hanya itu media tanam harus menghendaki kriteria seperti bersih dari rumput-rumput liar, area tidak sempit, tanah cukup gembur dan kaya dengan unsur hara, lokasi tanam jangan ternaungi, harus mendapatkan sinar matahari sepanjang hari. 3. Membuat lubang tanam Langkah yang ketiga kita membuat lubang penanaman bibit bisbul. Penggalian lubang dilakukan dengan menggunakan cangkul dengan ukuran 50x50x50cm. Disamping itu siapkan tanah+kompos+sekam diaduk sampai tercampur untuk menutup lubang tanam setelah bibit diletakan di lubang tanam, supaya media tanam kaya akan nutrisi bagi tanaman bisbul. 4. Mengistirahatkan Lahan Lubang tanam didiamkan selama 1 minggu, tujuan menghilangkan gas-gas beracun yang ada pada lubang tanam. Tak hanya itu campuran tanah+kompos+sekam yang sudah disiapkan

101 diistirahatkan juga dengan menjemurnya dibawah sinar matahari agar campuran media terhindar dari bakteri pembawa penyakit pada tanaman bisbul. 5. Mulai Menanam Jika bibit didapatkan dari toko bibit, biasanya telah tertanam dalam polybag. Sobeklah media plastik polybag dengan hati-hati jangan sampai perakaran putus, dan letakan pada lubang tanam yang telah disediakan. Posisi bibit harus tegak lurus jangan sampai posisi miring. 6. Menutup Lubang Tanam Selanjutnya bibit yang sudah diletakan di lubang tanam, segera tutup dengan campuran tanah+kompos+sekam yang sudah kita siapkan tadi. Agar bibit kokoh, media penutup kita padatkan sedikit bisa dengan menginjak-injak jangan terlalu keras dan terlalu padat, sebab akan menghambat akar tanaman untuk berkembang. 7. Penyiraman Apabila penanaman telah selesai, kita lakukan penyiraman pertama pada tanaman bisbul. Siram seluruh tanaman bisbul serta media tanamnya hingga benar-benar meresap, namun jangan terlalu banyak hingga becek. Penyiraman bisa dengan menggunakan embrat untuk hasil yang merata. 8. Memasang Ajir Memasang ajir memang dianjurkan, ajir berguna untuk menopang bibit yang baru ditanam agar terhindar dari posisi tanaman menjadi miring atau roboh yang bisa diakibatkan dari terpaan angin yang kencang atau gangguan hewan. Biasanya ajir terbuat dari bambu dengan ukuran 1,5 meter.

102 9. Pemupukan Rutin Pemupukan secara rutin merupakan kunci utama untuk menghasilkan tanaman tumbuh optimal. Asupan nutrisi yang tercukupi menjadikan tanaman tumbuh subur. Tak hanya tumbuh dengan subur, menjadikan tanaman menjadi kebal dari serangan penyakit. Beberapa cara pemupukan rutin yang dapat dilakukan ada 2 versi yaitu dengan cara organik atau kombinasi kimia. Ÿ Cara Kombinasi Kimia : 20 butir NPK buah + 1 kg kompos/pupuk kandang + 1 satu sendok teh pupuk organic cair. Ÿ Cara Organik : 1 satu sendok makan pupuk organic padat + 1 satu sendok teh pupuk organic cair, pemupukan rutin bisa dilakukan 1 bulan sekali. 10. Merangsang Tumbuhnya Bunga/Buah Secara umum tanaman bisbul dari hasil okulasi bisa kita petik buahnya ketika berumur 3 tahunan. Untuk mempercepat munculnya buah bisbul dan kualitas buah yang baik, aplikasikan juga hormon perangsang buah. 11.Perawatan Selain memberi pemupukan secara rutin, perawatan lainnya perlu dilakukan diantaranya penyiraman 1-2 kali sehari tetapi tergantung dengan kelembaban media tanamnya, jika ada rumput-rumput yang tumbuh disekitaran tanaman harus dibersihkan, untuk memendekan tanaman bisa dilakukan pemangkasan. Apabila terdapat hama penyakit penanggulangannya bisa dengan aplikasikan dengan insektisida hayati dengan cara disemprotkan. Begitupun dengan penyakit tanaman, bisa dengan mengaplikasikan fungisida hayati dengan cara disemprotkan.

103 E. Panen dan Pasca Panen Buah bisbul dianggap matang jika telah berubah dari coklat kehijau- hijauan menjadi merah kusam. Setelah dipanen buah bisbul dilap dengan secarik kain untuk menghilangkan bulu-bulunya agar penampilannya lebih menarik. Dalam 3-4 hari buah menjadi lunak dan harum baunya. Sampai sekarang belum diketahui varietas unggul yang dianjurkan. Tentu saja varietas yang buahnya tidak berbiji (seedless) partenokarpi bernilai tinggi dan harganya lebih mahal.. Setelah itu, baru dicuci dengan air bersih dan ditiriskan (diangin-anginkan).

Gambar 60. Posisi Biji Bisbul Pada Buah

104 Gambar 61. Daun Bisbul, Bisbul Merah dan Bisbul Kuning

F. Pemanfaatan Bisbul. Buah bisbul dapat dimakan langsung dalam keadaan segar atau digunakan sebagai campuran dalam rujak dan minuman. Kayu pohon bisbul

105 sebenarnya juga sangat bagus untuk dijadikan bahan kerajinan lantaran kayu yang berwarna coklat kemerahan hingga hitam ini memiliki tekstur yang halus, kuat, keras. Selain itu, dengan bentuk tajuknya yang kerucut, tumbuhan bisbul pun dapat menjadi pilihan untuk ditanam sebagai pohon hias. Sayangnya pohon ini seakan semakin dilupakan sehingga keberadaan tumbuhan dan buahnya semakin langka. Tidak sedikit bahkan yang tidak mengenal pohon ini. Padahal buah bisbul dengan bentuk dan warna kulit menarik serta dengan daging buah dan aromanya yang khas layak bersanding dengan berbagai buah lainnya, bahkan di display toko swalayan. Dengan semua kandungan baiknya mengonsumsi buah bisbul dapat mendatangkan banyak manfaat diantaranya: 1. Menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh. Rutinitas sehari-hari yang padat dan gaya hidup yang kurang sehat dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Untuk itu kita mesti menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh salah satunya dengan mengonsumsi buah bisbul yang mengandung vitamin C dan vitamin A serta mineral-mineral yang diperlukan tubuh. 2. Sebagai sumber energi Buah bisbul sangat cocok disantap sehari-hari untuk menambah energi apalagi bagi anda yang sibuk dengan berbagai aktivitas. Dengan kandungan protein, karbohidrat, serta lemak yang dimiliki buah bisbul tubuh kita dapat memperoleh tambahan kalori yang bermanfaat sebagai sumber energi bagi tubuh. 3. Baik bagi pencernaan Tidak diragukan lagi pentingnya serat bagi kesehatan dan kelancaran pencernaan kita. Untuk itu sangat disarankan mengonsumsi bahan makanan yang mengandung serat. Salah satunya buah bisbul. Dengan rajin mengonsumsi buah bisbul tubuh kita akan mendapat asupan serat

106 yang mencukupi sehingga pencernaan menjadi lancar dan tubuh dapat menyerap sari makanan dengan baik serta terhindar dari berbagai macam ganggun pencernaan. 4. Mencegah penyakit anemia Manfaat buah bisbul juga dapat menghindarkan kita dari penyakit anemia atau kekurangan darah merah. Karena zat besi yang terkandung di dalamnya merupakan nutrisi penting yang diperlukan dalam produksi sel darah merah. 5. Melancarkan peredaran darah Sebagai pembawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh maka peredaran darah harus dijaga kelancarannya. Jika terjadi penyumbatan sedikit saja yang dapat menghambat peredaran darah maka akan muncul gangguan-gangguan dalam tubuh. Untuk itu kita dianjurkan mengonsumsi makanan-makanan yang dapat melancarkan peredaran darah, salah satunya adalah buah bisbul. 6. Memelihara kesehatan mata Sebagai salah satu panca indra mata merupakan organ penting yang mesti dijaga kesehatannya. Berbagai kuman penyakit di sekitar kita dapat menyebabkan gangguan pada mata. Untuk menjaga kesehatan mata kita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan-makanan yang kaya vitamin A seperti buah bisbul sehingga mata sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. 7. Menjaga kesehatan dan pertumbuhan tulang Tulang yang menyangga tubuh kita mesti dijaga kesehatannya. Apalagi pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Agar tulang mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan-makanan yang kaya akan kasium dan fosfor seperti buah bisbul. Demikian juga pada orang tua yang kondisi kesehatan tulangnya semakin menurun, juga dianjurkan

107 untuk mengonsumsi buah bisbul yang mengandung fosfor dan kalsium sehingga tulang tidak mudah keropos dan terkena penyakit-penyakit seperti osteoporosis. 8. Baik untuk kesehatan kulit Kulit cantik, sehat, lembab, cerah, serta terhindar dari kerutan atau tanda-tanda penuaan merupakan dambaan semua orang. Untuk mendapatkan itu semua tidaklah sulit, dengan gaya hidup sehat dan mengonsumsi makanan-makaanan kaya vitamin maka kulit sehat dan awet muda akan menjadi milik anda. Salah satu makanan yang direkomendasikan untuk kesehatan kulit adalah buah bisbul yang mengandung vitamin A, C, tiamin, serta riboflavin. 9. Membantu regenerasi sel Sel-sel dalam tubuh kita mengalami siklus mulai dari kelahiran, pertumbuhan, hingga akhirnya mati. Sel-sel yang telah mati ini perlu digantikan tugasnya oleh sel-sel baru sehingga penting sekali yang namanya regenerasi sel. Untuk mendukung regenerasi sel kita membutuhkan asupan protein dari makanan yang kita makan salah satunya melalui manfaat buah bisbul ini. 10. Baik bagi kesehatan jantung Kesehatan jantung erat kaitannya dengan kesehatan dan kelancaran pembuluh darah. Jika peredaran darah di dalam pembuluh darah lancar tanpa hambatan maka jantung tidak perlu bekerja keras untuk memompa darah. Untuk mendapatkan manfaat tersebut kita dapat mengonsumsi buah bisbul yang mengandung kalium yang juga sangat baik untuk mengurangi stres pada sistem kardiovaskular sehingga kesehatan jantung tetap terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit jantung. 11. Menurunkan tekanan darah Tekanan darah merupakan salah satu indikator kondisi kesehatan

108 seseorang. Tekanan darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah menandakan kondisi kesehatan yang tidak baik. Tekanan darah yang tinggi bahkan bisa berpengaruh pada kondisi jantung sehingga harus diturunkan agar normal kembali. Salah satu caranya dengan mengonsumsi buah bisbul. 12. Menurunkan kolesterol Selain tekanan darah buah bisbul juga sangat baik dikonsumsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Meskipun kolesterol dibutuhkan agar tubuh tetap sehat namun kadarnya yang terlalu tinggi dalam darah juga tidak baik bagi kesehatan. 13. Mengurangi aterosklerosis Kolesterol atau zat lemak lain yang sudah terlanjur menumpuk di dalam pembuluh darah dapat mengendap dan mengeras sehingga menjadi plak yang menyebabkan pembuluh darah mengalami penyempitan yang berakibat tidak lancarnya peredaran darah. Ditambah lagi plak ini sangat rapuh dan mudah pecah yang jika pecah dapat melukai dinding pembuluh darah. Untuk mengurangi plak atau aterosklerosis ini kita dapat memanfaatkan buah bisbul. 14. Baik untuk kesehatan pernapasan Kandungan vitamin dan mineral pada buah bisbul juga banyak dimanfaatkan sebagai obat bagi berbagai macam penyakit pernapasan seperti asma, batuk, dan sesak di dada. Penggunaannya sebagai obat pernapasan terutama sekali di daerah Filipina. 15. Bahan baku kerajinan Jika di Indonesia jenis kayu yang kerap digunakan sebagai bahan kerajinan adalah kayu jati dan rotan maka di Filipina kayu tumbuhan bisbul lah yang kerap diolah menjadi berbagai kerajinan. Hal ini disebabkan kayu bisbul memiliki kualitas yang baik, keras, kuat, berwarna coklat kemerahan hinga hitam, sera bertekstur halus.

109 Penggunaannya bahkan dilindungi oleh undang-undang negara Filipina.

Tanaman Bisbul merupakan tanaman endemik daerah Jawa Barat dan saat ini mulai dibudi dayakan di daerah Bogor. Di Pusat Veteriner Bogor ditemukan 2 jenis Bisbul yaitu bisbul dengan warna kulit merah ketika buah matang dan Bisbul dengan kulit berwarna kuning.

110 TANAMAN JAMBLANG

Gambar 62. Buah Jamblang Matang

A. Pendahuluan Salah satu buah lokal yang memiliki prospek untuk dikembangkan adalah buah jamblang atau duwet. Tanaman jamblang (Syzygium cumini) di Indonesia saat ini menjadi salah satu buah yang potensinya sangat besar untuk dikembangkan. Menurut Mudiana (2007) tanaman jamblang termasuk

111 ke dalam keluarga suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Buah jamblang dalam bahasa Inggris disebut dengan nama java plum, black plum, jambolan, jambul.

Gambar 63. Pohon Jamblang

112 Tumbuhan jamblang mengandung senyawa kimia antara lain suatu alkaloid, flavonoid, resin, tannin, dan minyak atsiri (Arifin, 2006). Walaupun telah banyak diketahui kegunaannya, namun masih sedikit informasi mengenai perilaku pertumbuhan tanaman jamblang. Belum banyak sentra produksi jenis ini ataupun kawasan budidayanya. Pengetahuan tentang perilaku pertumbuhan dan perkembangan suatu jenis tanaman sangat diperlukan untuk mengetahui cara penanganan dan pemeliharaan ataupun pembudidayaan jenis Syzygium cumini. Salah satu perilaku pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari kecambah benih.

B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jamblang Masyarakat Indonesia mengenal jenis ini dengan berbagai nama, antara lain: Sumatera: jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Mink.). Jawa: jamblang (Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhalas, dhalas bato, dhuwak (Madura). Nusa Tenggara: juwet, jujutan (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima), jambulan (Flores). Sulawesi: raporapo jawa (Makasar), alicopeng (Bugis). Maluku: jambula (Ternate). Melayu: jamlang, jambelang, duwet (Mudiana, 2007).

Sistematika tanaman jamblang menurut klasifikasi botani adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium cumini

113 Gambar 64. Pohon Jamblang Putih Yang Sedang Berbuah

Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Pohon jamblang tumbuh dengan tinggi 10 -20 m, berbatang tebal, tumbuhnya bengkok dan bercabang banyak. Daun tanaman jamblang tebal, tangkai daun berukuran 1 - 3,5 cm. Helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 7-16 cm dengan lebar 5-9 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk dengan cabang yang berjauhan, bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan (Jadhav dan Kadam, 2007).

114 buah jamblang juga mengandung beberapa senyawa golongan polifenol lain seperti halnya tannin (Zhang dan Lin, 2009).Tumbuhan jamblang mengandung senyawa kimia antara lain suatu alkaloid, flavonoid, resin, tannin, dan minyak atsiri (Arifin, 2006). Menurut Mahmoud dkk (2001) bahwa secara umum genus Syzygium mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tannin, terpenoid, yang digunakan di dalam dunia pengobatan antara lain untuk antiradang, penahan rasa sakit, dan anti jamur. Jamblang dalam pengobatan tradisional mencerminkan pentingnya jamblang dalam farmakologinya. Jamblang mengandung asam malat, asam oksalat, asam galat, asam betulik, tanin, flavonoid dan minyak esensial. Seluruh bagian organ tumbuhan jamblang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional, namun daun dan kulit batang menjadi bagian yang paling banyak mengandung senyawa bioaktif (Sah dan Verma, 2011)

Gambar 65. Daun Tanaman Jamblang

115 Buah jamblang berbentuk lonjong, panjang 2-3 cm, ketika masih muda warna buah hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan dan adapula jenis yang berwarna putih. Setiap buah berbiji satu, bentuk lonjong, keras, warnanya putih (Dalimartha, 2003). Buah jamblang mempunyai rasa manis dan sedikit masam atau sepat.

Gambar 66. Bunga Tanaman Jamblang

C. Kandungan Kimia Tanaman Jamblang Buah jamblang memiliki antioksidan yang tinggi karena kandungan antosianin alaminya. Antosianin merupakan salah satu sub kelas flavonoid yang penting bagi tanaman. Kandungan flavonoid yang tinggi ini membuat buah jamblang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tidak hanya flavonoid,

116 Tabel Kandungan Kimia dalam Setiap 100g Buah Jamblang Komponen Kadar Air (g) 84-86 Protein (g) 0.2-0.7 Lemak (g) 0.3 Karbohidrat (g) 14-16 Serat (g) 0.3-0.9 Abu (g) 0.4-0.7 Fosfor (g) 8-15 Besi (mg) 1,2 Riboflavin (mg) 0,01 Niasin (mg) 0,3

Sumber: Yulistyarini dan Yulia (2000)

Gambar 67. Ukuran Buah Jamblang Merah Ungu Berdasarkan Tingkat Kematangan

117 D. Pemanfaatan Jamblang Daging buah jamblang (Syzygium cumini) yang rasanya asam manis berkhasiat melumas organ paru, menghentikan batuk, peluruh kencing (diuretik), peluruh kentut (karminatif), memperbaiki gangguan pencernaan, merangsang keluarnya air liur, dan menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Kulit kayu Jamblang (Juwet) berkhasiat untuk peluruh haid. Hasil penelitian menunjukkan biji, daun, dan kulit kayu jamblang mempunyai khasiat menurunkan kadar glukosa darah (efek hipoglikemik) pada penderita diabetes melitus tipe II. Penelitian di India mendapatkan hasil bahwa buah jamblang potensial sebagai obat kontrasepsi pada pria. Pada percobaan binatang, jamblang dapat mencegah timbulnya katarak akibat diabetes. Jamblang juga menurunkan risiko timbulnya atherosklerosis sampai 60–90% pada penderita diabetes. Hal ini terjadi karena kandungan oleanolic acid pada jamblang dapat menekan peran radikal bebas dalam pembentukan atherosklerosis. Lebih Jauh manfaat dari buah Jamblang dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Obat diabetes Buah jamblang digunakan sebagai obat diabetes oleh para ahli kesehatan alternatif. Secara ilmiah, buah jamblang memiliki indeks glikemik rendah. Hal itulah yang membuatnya menjadi pilihan tepat bagi para penderita diabetes. Sebuah studi yang diterbitkan dalam the Complement Ther Med tentang efek anti diabetes buah jamblang. Studi tersebut menunjukkan bahwa buah jamblang memiliki potensi yang signifikan sebagai bahan obat diabetes. Studi lain menunjukkan bahwa biji buah jamblang bisa menurunkan kadar gula darah sebesar 30%. Manfaat buah ini dikaitkan dengan menurunkan risiko komplikasi akibat diabetes.

118 2. Meningkatkan kekebalan tubuh dan kekuatan tulang. Buah jamblang mengandung sejumlah nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti kalsium, zat besi, kalium dan vitamin C. kandungan tersebut membuat buah jamblang baik untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan kekuatan tulang. 3. Mencegah penyakit jantung. Selain kandungan nutrisi di atas, buah jamblang juga sarat dengan kandungan asam ellagic (ellagitannins), anthocyanins, dan anthocyanidins yang berfungsi sebagai anti inflamasi. Senyawa tersebut juga berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mencegah oksidasi kolesterol dan formasi plak yang memicu penyakit jantung. Selain itu buah jamblang merupakan sumber kalium. Buah jamblang sebanyak 100gr mengandung 55mg kalium yang membantu mencegah hipertensi yang juga menjadi pemicu penyakit jantung. 4. Obat infeksi. Bagian lain dari buah jamblang seperti daun, kulit , batang dan biji secara tradisional digunakan sebagai obat infeksi karena bakteri. Tanaman jamblang menyimpan senyawa seperti asam malat, asam galat, asam oksalat dan tanin. Kandungan senyawa tersebut berfungsi sebagai antimalaria, sifat antibakteri dan gastroprotektif. 5. Melancarkan pencernaan dan kesehatan mulut. Daun pohon jamblang dalam dunia pengobatan tradisional telah digunakan untuk mengobati diare dan maag. Daun tersebut memiliki sifat antibakteri sehingga dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi gangguan kesehatan mulut. 6. Mencegah kanker Beberapa studi telah menyelidiki sifat chemoprotective dari buah

119 jamblang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah jamblang mampu menghambat radiasi yang disebabkan oleh generasi radikal bebas yang menjadi penyebab kanker.

Gambar 68. Buah Jamblang Putih

E. Perkecambahan Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada benih (Agustrina, 2008). Perkecambahan diawali dengan muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio serta menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal pada keadaan yang menguntungkan, jadi suatu kecambah dinilai sebagai kecambah normal adalah jika perkembangan struktur terpenting dari embrio benih tersebut dalam lingkungan yang

120 menguntungkan dan menunjukan kemampuan untuk terus berkembang menjadi tanaman normal. Perkecambahan adalah pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Pada embrio yang sangat muda, sel- selnya hampir sama bentuk dan ukurannya, dan belum terdapat diferensiasi organ seperti pada tumbuhan dewasa, akan terjadi pertumbuhan yang meliputi pertambahan jumlah sel, pembesaran ukuran sel, dan diferensiasi sel menjadi jaringan. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya akar (radicle) atau daun (plumule) yang menonjol keluar dari biji.

Gambar 69. Gambar 70. Bibit Jamblang Umur 50 HST Bibit Yang Tidak Diiradiasi (kiri) Dan Yang Diiradiasi (kanan)

Selama periode waktu tertentu sesudah panen, pada umumnya biji dari kebanyakan tanaman menghendaki beberapa syarat khusus untuk memulai

121 perkecambahan. Secara umum, terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu syarat dalam dan syarat luar. Pada faktor dalam beberapa faktor yang mempengaruhi adalah gen, tingkat kemasakan benih, hormon, ukuran dan kekerasan biji serta masa dormansi biji. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan untuk dapat aktifnya kembali pertumbuhan embryonic axis adalah tersedianya air yang cukup, suhu yang optimum, tersedianya oksigen dan cahaya. Pada umumnya biji jamblang berkecambah 14 HST (hari setelah tanam) dan dapat dipindahkan ke wadah pembibitan pertama pada umur sekitar 40 HST.

Gambar 71. Biji Jamblang

122 Berdasarkan letak kotiledon terhadap permukaan tanah sewaktu berkecambah, biji jamblang mempunyai tipe perkecambahan hipogeal karena kotiledon tidak naik ke atas permukaan tanah. Keadaan seperti ini merupakan perkecualian karena jamblang termasuk tanaman dikotil dimana pada umumnya mempunyai tipe perkecambahan epigeal. Pada gambar di bawah terlihat kotiledon terletak persis di atas akar seperti kebanyakan tanaman kelas monokotil sewaktu berkecambah. Hasil penelitian menunjukkan presentase perkecambahan tanaman jamblang masih rendah serta daya kecambah normalnya yang sangat kecil yaitu hanya sebesar 6.67 % (Mudiana, 2007). Upaya untuk meningkatkan presentasi perkecambahan dengan iradiasi menunjukkan peningkatan daya berkecambah dan memperlihatkan bibit yang bercabang sejak awal perkecambahan.

123 TANAMAN MENTENG

Gambar 72. Buah Menteng Dengan Dagingnya

A. Pendahuluan Menteng atau Kepundung merupakan pohon penghasil buah. Sepintas buah menteng atau kepundung menyerupai buah duku dengan rasa masam- masam (kecut), manis. Menteng berasal dari kawasan Malaysia bagian barat dan telah ditanam di Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa and Bali.

124 B. Manfaat Tanaman Menteng Selain buahnya dapat dimakan segar atau dapat pula dibuat asinan serta difermentasi untuk pembuatan anggur. Kayunya kuat dan tahan lama sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan rumah, mebel dan pembuatan perahu. Selain itu, kulit dan daun pohon yang disebut juga sebagai kepundung ini mempunyai khasiat sebagai tanaman obat. Salah satunya adalah sebagai obat mencret dan untuk pelancar haid.

Gambar 73. Pohon Baccaurea racemosa Umur 6 Tahun

125 C. Morfologi Menteng Tanaman Menteng memiliki pohon, tinggi antara 10-25 m, tegak berkayu bulat, kasar, percabangan simpodial, warna putih kecokelatan dengan daun tunggal, tersebar, bentuk lonjong, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, panjang panjang 7-20 cm, lebar 3-7,5 cm, tangkai silindris, hijau muda, panjang + 2 cm, hijau. Bunga runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, Majemuk, berkelamin satu, di batang atau di cabang, tangkai silindris, panjang ± 10. cm, kelopak bentuk mangkok, benang sari empat sampai enam, bunga betina lebih besar dari bunga jantan, mahkota terbagi lima, berwarna kuning. Buah berbentuk bulat, diameter ± 2 cm, sewaktu masih muda hijau setelah tua kuning. Biji berbentuk bulat, diameter ± 0,5 cm, berwarna putih kekuningan dan mempunyai akar tunggang.

Klasifikasi Ilmiah tamaman menteng: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Baccaurea Spesies : Baccaurea racemosa [Reinw.] Muell.Arg Sinonim : Baccaurea wallichii Hook. f.

126 D. Pembibitan Menteng Menteng tumbuh baik di dataran rendah tropika basah di bawah ketinggian 500 m dpl. Namun menteng yang tumbuh liar di hutan-hutan dapat tumbuh sampai pada ketinggian 1000 m dpl. Dapat tumbuh mulai dari tanah kering berbatu pasir sampai tanah gambut berpaya. Perbanyakan pada umumnya dilakukan dengan cara menyemaikan biji.

E. Pemeliharaan Menteng Pemeliharaan pohon menteng meliputi Pemupukan tanaman dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 1. Hama - Lalat Daun menyerang tanaman muda - Tikus memakan buah yang sudah matang - Kelelawar memakan buah yang sudah matang 2. Penyakit Penggerak Batang menyerang bagian batang dan ranting tanaman menteng.

127 TANAMAN TAMPUI

Gambar 74. Buah Tampui Yang Masih Di Pohon

A. Pendahuluan Kalimantan Barat memiliki berbagai sumber keanekaragaman hayati yang tinggi, salah satunya adalah tumbuhan tampui atau tampoi. Tampui atau tampoi (Baccaurea macrocarpa) adalah sejenis buah dan pohonnya, anggota suku (dulu: Euphorbiaceae). Buah ini masih sekerabat dengan menteng dan rambai, namun berukuran lebih besar dan berkulit lebih tebal. Juga dikenal dengan nama-nama lain seperti di Malaysia: merkeh (Kelantan), ngeke, lara, rambai, tampoi batang, tampoi, tampui. Di

128 Sumatra: tampui daun, tampui bulan, tampui benar, tampoi saya. Bangka: medang, tampui. Di Kalimantan: Pasin; pegak (Dayak Tunjung), puak, tampoi (Iban), setai (Kenyah), jentikan (Kutai), tampoi (Kedayan), buah setei, empak kapur, kapul, terai.

Gambar 75. Pohon Tampui Yang Sedang Berbuah

129 Gambar 76. Daun Tampui

B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Tampui Klasifikasi tanamana tapui adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

130 Ordo : Familia : Phyllanthaceae Genus : Baccaurea Spesies : Baccaurea macrocarpa (Miq.)

Pohon kecil berumah dua (dioesis), tinggi hingga 27 m dan gemang hingga 64 cm, batang tampui kerap beralur-alur dalam hingga setinggi 5 m. Kadang-kadang berbanir kecil dan rendah. Daun-daun tersebar, daun penumpu panjang hingga 9 mm. Helaian daun jorong hingga bundar telur atau bundar telur, bertangkai panjang hingga 14,5 cm. Perbungaan kebanyakan muncul pada cabang (ramiflory) atau pada batang (cauliflory), tandan bunga jantan panjang hingga 13 cm, yang betina hingga 18 cm, bercabang-cabang. Bunga-bunga berukuran kecil, yang jantan dengan diameter hingga 2 mm, hijau, kuning, atau putih yang betina sedikit lebih besar hingga 4,5 mm. Buah terangkai dalam tandan panjang hingga 15 cm, dengan tangkai setebal 4-6 mm. Berbentuk bulat atau hampir bulat, buah tampui merupakan buah kotak berdinding tebal mengayu, coklat hingga kelabu di bagian luar, berukuran 30–65 × 34–75 × 34–75 mm. Berbiji (2–) 3–6 butir, yang tertutup oleh salut biji berwarna putih hingga kuning, kadang- kadang jingga. Buahnya yang manis digemari orang dan dijual di pasar-pasar lokal. Kayunya kuat dan awet, sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

C. Kandungan Buah Tampui Kandungan nutrisi satu buah kapul terdiri dari serat 2,2%, lemak 1,1%, abu 0,9%, karbohidrat 34,6%, protein 1,5%, kadar air 61,9% dan Vitamin C 1,5%, serta mengandung senyawa kimia golongan saponin, alkaloid, dan flavanoid yang aktif. Selain itu, buah kapul ini juga memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, bahkan kulitnya mengandung golongan senyawa alkaloid, polifenol. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa melalui uji aktivitas

131 antibakteri kulit, buah kapul mengandung fraksi etil asetat yang bermanfaat untuk menghambat antibakteri paling tinggi terhadap pertumbuhan S. aureus dan E. coli.

Gambar 77. Buah Tampui Yang Sudah Masak

132 TANAMAN ALKESAH

Gambar 78. Buah Alkesah

A. Pendahuluan Alkesah dengan nama latin Pouteria campechiana adalah salah satu jenis buah yang keberadaannya sudah mulai langka. Buah asal Amerika Selatan ini acapkali digolongkan sejenis sawo (sawo mentega) oleh masyarakat perkotaan. Tanaman ini memang termasuk tanaman sawo- sawoan yang biasanya tumbuh di pekarangan rumah dengan ketinggian mencapai 10 meter. Pohon Alkesah berbuah setiap saat atau tidak mengenal musim. Buah Alkesah merupakan buah yang telah langka di pasaran. Orang lebih banyak menyebut buah berwarna kuning bersih ini sebagai Kesah, Kanistel, Sawo Walanda, Sawo Belanda, atau Sawo Ubi (Pouteria

133 campechiana). Warnanya yang kuning dan sering tersisa menempel di gigi membuat secara kelakar disebut sebagai buah Jigong. Buah ini berasal dari kota Campeche, Mexico. Nama latin spesies buah ini merujuk pada sebuah nama kota yaitu Campeche yang merupakan tempat asal tumbuhan buah ini. Dalam bahasa Inggris tanaman ini mendapat sebutan sebagai Canistel, Egg Fruit atau Yellow Sapote. Pohon Alkesah atau Sawo Mentega adalah tanaman buah berbentuk pohon. Dengan tinggi mencapai 30m walaupun rata-rata hanya 20m dengan batang berwarna kelabu tua dengan getah berwarna putih jika digores.

Gambar 79. Alkesah Sebagai Buah Meja

134 Gambar 80. Alkesah Yang Masih Hijau Di Pohon

Tanaman ini memiliki buah berbentuk bulat telur dengan kulit licin berminyak berwarna kuning jika sudah matang dengan bau harum dan rasanya yang manis seperti ubi-ubian sehingga ada juga yang menyebut dengan nama Sawo Ubi.Karena kelangkaan buah tersebut, banyak negara mulai membudidayakan buah alkesah ini antara lain Nikaragua, Panama dan Kuba. Sekitar medio 1915 buah ini mulai ditemukan di Filipina yang kemudian menyebar dengan cepat ke Kawasan Asia. Biasanya buah ini bisa ditemui sekitar bulan Juni-September di Daerah Bandung Barat, Cipatat, Cikalong Wetan, Cirawa, dan Rajamandala serta Padalarang yang banyak ditanam dipekarangan warga serta dijajakan buahnya dipenjual-penjual buah di pinggir jalan. Di Jakarta, Alkesah dijajakan pedagang buah di pinggir jalan Joe, Jakarta Selatan.

135 Gambar 81. Buah Alkesah Yang Dijajakan Di Pinggir Jalan Joe, Jakarta Selatan

Dengan kandungan kalori, karbohidrat/zat tepung, serat. kalsium, fosfor, karoten, thiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C. Kandungan ini membuat buah ini disebut-sebut sebagai alternatif pangan sehingga mulai banyak di budidaya.

B. Deskripsi Tanaman Alkesah Buah asal Amerika Selatan yang kaya akan kalori, zat tepung, vitamin dan mineral ini belum pernah dimanfaatkan maksimal. Padahal jika dilihat dari tekstur buahnya, alkesah sepertinya cocok dijadikan bahan baku selai, dodol maupun dikeringkan menjadi tepung sebagai bahan cookies atau kue kering. Alkesah termasuk tanaman sawo-sawoan yang dapat memiliki ketinggian batang mencapai 9 meter. Tampil dengan kulit buah berwarna

136 hijau saat masih muda dan akan berubah menjadi kuning saat buah sudah matang dan buahnya termasuk buah berdaging.

Gambar 82. Buah Alkesah Matang Fisiologis

Alkesah memiliki rasa buah yang unik yaitu merupakan campuran antara lembutnya alpukat dan manisnya ubi tetapi tidak berserat. Daunnya berbentuk lanset, pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun (daun majemuk), pangkal dan ujung daunnya berbentuk runcing (acutus), pertulangan daunnya menyirip (penninervis), tepi daunnya rata (integer), daging daunya tipis lunak (herbaceus), dan permukaan daunnya licin (laevis), dan batangnya berkayu dan berbentuk bulat, dan termasuk tumbuhan menahun atau tumbuhan keras. Alkesah mempunyai Common name: Canistel, Eggfruit, Botanical name: Pouteria campechiana, Family: Sapotaceae dan berasal dari Amerika Tengah.

137 C. Manfaat Alkesah Karena kandungan nutrisinya yang tinggi, dibeberapa tempat buah ini malah dijadikan sebagai obat. Seperti di Kuba, Kulit buah ini dipercaya sebagai penurun panas serta daging buahnya serta rebusan daunya dapat mengobati diare dan mencret dan bisa mengobati radang mulut dengan berkumur menggunakan air rebusan parutan buahnya. Berikut beberapa manfaat dari buah alkesah : 1. Dimakan sebagai Buah. Sama seperti buah lainnya, daging buah Alkesah bisa dimakan langsung. Cita rasa buahnya mirip ubi jalar kuning, manis dan agak kasat. Saat makan biasanya ditambah garam, lada, atau dicampur dengan sari jeruk dan mayones . 2. Campuran Sajian Makanan. Buah kaya gizi ini sering dipadukan untuk berbagai macam keperluan. Alkesah sering dijadikan bahan baku selai, dodol atau dibuat tepung untuk bahan campuran cake, brownies, kue talam, cookies atau kue kering. Bisa juga dicampurkan ke dalam puding, kue dadar (pancake), atau kue pai 'labu'. Buah ini bisa juga dipakai untuk campuran milkshakes, dan es cream. Di Amerika Tengah masyarakat menjadikan sebagai bahan permen karet. 3. Alkesah Sebagai Obat. Di Meksiko dan Kuba, kulit buah Alkesah bisa sebagai obat penurun panas. Daging buah dan rebusan daun Alkesah bisa untuk mengobati diare atau mencret. Cara memanfaatkannya, buah Alkesah yang masih muda muda diparut, diperas dan disaring. Campur dengan air hangat. Diminum, 2 kali sehari. 4. Mengatasi Radang Mulut. Daun Alkesah muda dicincang dan direbus dengan air bersih secukupnya. Tunggu sampai mendidih dan dinginkan. Pakailah air

138 hasil rebusan untuk berkumur. 5. Menjaga Kesehatan Mata. Alkesah memiliki vitamin A (karoten), sehingga jika mengonsumsi buah ini akan menyehatkan mata. 6. Mencegah Kanker Usus. Buah Alkesah memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat akan baik untuk pencernaan di dalam usus. Terhindar dari penyakit sembelit dan mencegah kanker usus. 7. Pencegahan Infeksi. Alkesah mempunyai vitamin C dan A yang cukup baik. Vitamin A membantu menjaga kesehatan mata dan kulit. Vitamin C perlindungan terhadap serangan radikal bebas yang berbahaya dan mencegah infeksi. 8. Minuman Juice. Buah ini juga enak dibuat juice setelah dicampur dengan susu, atau dibuat es/rujak. Buah ini bisa juga dibuat sirup atau bahan minuman Kanistel/Alkesah. 9. Makanan Bayi. Buah Alkesah untuk dijadikan bubur bagi anak yang alergi dengan susu sapi. Campuran susu dengan buah Alkesah juga mengandung gizi tinggi. Di Sabah, Alkesa ditambah susu dipakai sebagai bubur makanan bayi. 10. Kayu untuk Bahan Bangunan. Kayu pohon Alkesah termasuk kuat dan keras. Kayunya baik untuk dibuat sebagai papan atau balok. Kayunya digunakan sebagai bahan perabotan rumah tangga dan patung atau ukir-ukiran. Lateks yang dikeluarkan disadap untuk campuran getah.

139 Gambar 83. Bibit Alkesah Umur 60 Hst

D. Perkecambahan Alkesah Kulit biji yang keras (hard seed) pada buah alkesah menyebabkan biji alkesah membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah, namun ukuran biji yang relatif besar sehingga biji alkesah mempunyai endosperm yang besar menyebabkan bibit alkesah relatif kokoh /kuat dibanding bibit tanaman lain misalnya kecapi. Biji alkesah berukuran relatif besar, pada umumnya berisi 2 biji dalam satu buah alkesah. Kulitnya yang keras menyebabkan biji lambat berkecambah dan dibutuhkan waktu 30-40 hari untuk dapat berkecambah.

140 Biji yang telah berkecambah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan setelah berumur sekitar 60 hari. Bibit relatif mudah beradaptasi pada lingkungan yang baru karena bibit alkesah mempunyai perawakan kokoh diduga karena cadangan makanan pada endosperm yang cukup pada proses perkecambahannya.

Gambar 84. Biji Alkesah Berbagai Ukuran

141 TANAMAN GOWOK

Gambar 85. Buah Gowok Yang Masih Di Pohon

A. Pendahuluan Gowok atau Kupa yang dalam bahasa latin dinamai Syzygium polycephalum (Mig) Merr & Perry adalah pohon buah anggota suku jambu- jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Indonesia, khususnya Jawa dan Kalimantan. Gowok masih berkerabat dekat dengan jamblang (Syzygium cumini) dan jambu Semarang (Syzygium samarangense) (Heyne, 1987. Buah

142 Gowok memiliki berbagai nama dalam bahasa daerah antara lain: Gohok (Betawi), Kupa, Kupa beunyeur (Sunda), Gowok, Dompyong (Jawa). Tanaman gowok umumnya tumbuh liar di kawasan pinggiran hutan antara ketinggian 200-1.800 m dpl. Selain itu gowok juga ditanam di kebun campuran, pekarangan, dan lahan-lahan wanatani yang lain dengan pemeliharaan kurang memadai (Anon, 2014). Tanaman gowok banyak ditemukan di Bali Timur khsususnya di sentra penghasil salak yaitu diKecamatan Bebandem, Kecamatan Selat, dan Kecamatan Sidemen. Bentuk pohonnya yang rindang dan tidak menggugurkan daun menyebabkan pohon gowok cocok digunakan sebagai peneduh tanaman salak. Disamping itu, gowok saat ini masih dapat ditemukan di kebun-kebun pekarangan rumah dan lahan-lahan wanatani yang lain, dengan dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, gowok dapat dikatakan berfungsi ganda karena hasil buahnya dapat dijual. Namun demikian, gowok di Bali dapat digolongkan sebagai salah satu buah yang langka karena keberadaannya tidak sebanyak buah-buahan yang lainya.

B. Morfologi Tanaman Gowok Pohon gowok berukuran kecil sampai sedang, tingginya mencapai 8-20 m. Daun tunggal berhadapan, bentuk lonjong dengan panjang 17-25 cm dan lebar 6-7 cm. Buah bertipe buah buni berbentuk bulat agak lonjong dengan garis tengah 2-3 cm. Buahnya menempel pada tangkai persis sama dengan juwet, tersusun dalam rangkaian. Kulit buah kaku, warnanya saat muda merah tetapi setelah matang warnanya ungu tua hingga kehitaman mengkilap. Daging buah berwarna putih atau agak merah keunguan, banyak mengandung sari buah. Bij inya kecil dan gepeng dengan kulit putih atau merah ungu.

143 Gambar 86. Pohon Gowok

Berikut ini klasifikasi ilmiah Gowok (Syzygium polycephalum) : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : S. polycephalum

144 Gambar 87. Buah Gowok Matang C. Manfaat Gowok Pemanfaatan gowok yang paling umum adalah untuk diambil buahnya. Buah gowok dapat dimakan segar, sebagai bahan rujak, asinan, juice, atau bahan pembuatan sirup. Dahulu buah gowok masih sering dijumpai di pasar- pasar tradisional, namun seiring dengan membanjirnya buah impor dan meningkatnya kualitas buah lokal yang lebih bernilai ekonomis, kini buah ini sudah sulit ditemui di pasar. Pemanfaatan lainnya adalah kayunya yang berwarna kemerahan, baik digunakan sebagai bahan bangunan maupun perabot rumah tangga. Menurut, tanaman gowok mengandung saponin dan flafonoida (pada daun dan kulit buah) serta polifenol pada kulit batangnya.

145 Dengan kandungan tersebut, gowok bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk mengobati sakit maag, kudis, dan gatal-gatal, serta menetralkan pengaruh mabuk karena alkohol.

D. Budidaya Tanaman Gowok 1. Ekstraksi Benih Benih dikeluarkan dengan cara dipotong daging buahnya dengan pisau kemudian diambil bijinya. 2. Penyimpanan Benih Umumnya masyarakat menyimpan buah gowok atau kupa pada lemari es/ kulkas. Pada suhu sekitar 17°C bisanya gowok atau kupa dapat bertahan hingga 1 sampai 2 bulan. Sedangkan bila disimpan lebih dari waktu tersebut bisa mengakibatkan buah busuk. 3. Perkecambahan. Pada kenyataannya gowok atau kupa kurang dibudidaya oleh masyarakat. Tanaman yang ada biasanya berasal dari tanaman lama yang tumbuh secara alami yang perkecambahannya dibantu oleh binatang yang suka memakan buahnya misalnya Kampret, Bajing dan lainlain, sehingga disini masyarakat kurang mengetahui tehnik membudidayakan gowok/ kupa yang baik. 4. Perbanyakan. Tanaman kupa umumnya diperbanyak dengan menggunakan biji (generatif) atau juga melalui metode sambungan (vegetatif), namun hingga saat ini informasi lengkap mengenai budidaya jenis ini masih belum banyak. 5. Pencegahan Hama. Untuk hama dan penyakit tidak diketemukan sehingga pencegahannya tidak ada. 6. Persemaian. Saat ini persemaian untuk jenis gowok atau kupa kurang dijumpai

146 kerena jenis ini pembudidayaannya kurang dilakukan secara besar oleh masyarakat.

Gambar 88. Bunga Gowok

147 TANAMAN GAYAM

Gambar 89. Buah Gayam Yang Masih Di Pohon

A. Pendahuluan Tanaman gayam (Inocarpus fagiferus Fosb.) merupakan pohon peneduh dengan tinggi mencapai 10-20 m yang tersebar di berbagai Negara dengan iklim tropis. Tanaman gayam memiliki nama yang berbeda di berbagai Negara, contohnya di Papua New Guinea dikenal dengan nama Aila, di Prancis dengan

148 nama Chataigneir de Tahiti dan di Inggris disebut Tahitian chestnut. Tidak hanya itu, di berbagai daerah Indonesia tanaman gayam memiliki nama yang berbeda. Bagi masyarakat Manado, gayam dikenal dengan nama benyak, bosua dan pendaraan boheng sedangkan di Sulawesi Selatan disebut gayam dan gasep, di Sunda disebut gayam dan gatet serta di Bali disebut dengan gatep. Di Indonesia, secara tradisional biji gayam dikonsumsi terutama dalam bentuk biji rebus. Tanaman gayam dibudidayakan di dataran rendah (< 500 m dpl) Pulau Jawa dan Indonesia Timur (Sulawesi dan Maluku); biji gayam rebus bersifat kering (kesat), jika dikonsumsi bersifat mengenyangkan dan sangat digemari, tetapi sulit dicerna. Sampai saat ini, di daerah tertentu di Indonesia biji rebus dan kripik biji gayam dijual dipasar-pasar tradisional di daerah tersebut.

Gambar 90. Daun Tanaman Gayam

149 B. Morfologi Tanaman Gayam Pohon gayam berukuran sedang dengan tinggi antara 20-30 m. Diameter tajuk pohon dewasa antara 4-6 m. Diameter batang setinggi dada berkisar antara 7-90 cm, tapi pada umumnya rata-rata mencapai 30 cm. Bentuk batang pohonnya bervariasi, ada yang pendek, tegak, tidak lurus, beralur dalam dan berwarna coklat kelabu. Percabangannya tersusun bentuk spiral serta percabangan sekunder membentuk percabangan diantara kerapatan tajuk. Daun tunggal, berseling, bertangkai pendek, bentuk lanset, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, panjang berkisar antara 15-40 cm, lebar 6- 10 cm pertulangan menyirip, permukaan licin, berwarna hijau tua. Bunga majemuk dengan aroma harum, bentuk malai, dijumpai di ketiak daun, daun pelindung kecil, kelopak bentuk lonceng, tipis seperti selaput, benang sari berjumlah 8-12, bakal buah berambut, bakal biji satu, tangkai putik sangat pendek, bertajuk dua, ujung sedikit terlipat, bagian pangkal berlekatan dengan benang sari, mahkota 4-6 helai, bentuk lanset, warna bunga putih kekuning-kuningan. Pohon mulai berbunga pada umur antara 3-5 tahun. Bunga setiap tahunnya keluar mulai bulan November-Desember. Tipe buah batu, bulat agak pipih, keras dengan ukuran berat 50-110 g (dalam satu kilogram ada sekitar 10-20 buah), panjang 4,6-13,7 cm lebar 3,4- 12 cm dan tebal 4 cm. Kulitnya lembut dan bijinya ditutup oleh serat buah. Buah muda biasanya berwarna hijau dan ketika matang akan berubah warna menjadi coklat kekuningan, tetapi ada juga buahnya tetap berwarna hijau ketika matang. Berbuah setahun sekali. Di Kepulauan Solomon buah matang mulai bulan Januari-April, sedangkan di Papua New Guinea dan sekitarnya buah matang berlangsung dari bulan Nopember sampai Februari, Pauku (2006). Buah gayam dianggap tua, 3 bulan setelah pembungaan, satu bulan kemudian buah telah matang secara fisiologis di atas pohon kemudian jatuh atau dimangsa oleh predatornya. Buah-buah yang telah matang dan

150 berpenampilan baik saja yang dikumpulkan sebagai sumber benih atau untuk dikonsumsi bijinya. Ciri dari buah yang telah tua/matang adalah yang telah berwarna coklat kekuningan atau merah kekuningan. Buah gayam termasuk buah rekalsitran, yaitu buah yang mampu hidup dalam kadar air tinggi (36- 90%). Penurunan kadar air pada buah tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas benih hingga kematian, sehingga buah seperti ini tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah, oleh karena itu jika antara waktu pemungutan buah dan penyemaian masih agak lama, maka buah gayam dapat disimpan dalam beberapa minggu ditempat teduh atau pada suhu antara 19- 25°C dengan kelembaban rendah (<20%) dan harus terhindar dari serangan hama, seperti ketam dan binatang pengerat.

Gambar 91. Bunga Gayam

151 Gambar 92. Buah Gayam

C. Syarat Tumbuh Tanaman Gayam 1. Iklim Gayam dapat tumbuh baik mulai dari dataran rendah tropis lembab sampai ketinggian sedang (0-500 m dpl.) dengan pola penyebaran hujan merata setiap tahunnya (1.500-4.300 mm), temperatur minimal rata-rata tahunan pada kisaran 26,4-27,7°C dan maksimal pada kisasaran 29,4-34,5°C. 2. Tanah Gayam termasuk salah satu jenis pengisi formasi hutan pantai dan sering juga ditemui di tanah rawa, tanah becek dan tanah dengan kandungan garam tinggi sepanjang garis pantai. Gayam juga sering ditemui sepanjang tepi sungai, pinggir-pinggir hutan pedesaan maupun kebun rakyat. Jadi gayam dapat tumbuh pada kisaran jenis tanah yang luas, mulai dari tanah dengan kandungan kapur dan garam tinggi, drainase tanah jelek, seperti tanah becek dan rawa.

152 D. Kandungan Kimia Gayam Kandungan senyawa kimia menyebar pada seluruh bagian dari tanaman gayam yaitu akar, batang, daun, buah, biji, bunga dan kulit batang. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun gayam yaitu pati, gula pereduksi, karoten, tiamin, asam askorbat dan asam-asam amino. Pada biji gayam terdapat kandungan kimia yaitu asam lemak terutama asam linoleat sebagai komponen utama, fitosterol, diasilgliserol dan α-tokoferol. Santi (2000) melaporkan kulit batang gayam mengandung senyawa golongan triterpenoid dan flavonoid yang berpotensi sebagai antibakteri. Pada kulit batang gayam terdapat kandungan flavanoid yaitu isoflavon dan senyawa golongan steroid dengan aktivitas antioksidan terhadap DPPH. Daun gayam memiliki kandungan steroid yang dapat berperan sebagai antioksidan. Selain itu pada gayam juga memiliki kandungan saponin dan tanin. Kandungan saponin dalam gayam berfungsi untuk membersihkan kotoran dalam usus besar dan usus pencernaan, sedangkan tanin berfungsi untuk membantu mempercepat penyerapan sari-sari makanan oleh usus tanpa gangguan mikroba. Secara empiris, biji gayam dapat mencegah penyakit arterosklerosis yang disebabkan oleh stress oksidatif. Ekstrak etanol biji gayam mengandung antioksidan, dalam dosis 50-150 mg/kg dapat mencegah arterosklerosis dengan menurunkan malondialdehid (MDA) dan meningkatkan prekusor SOD- 3. Kulit batang gayam yang berasal dari Papua dapat berpotensi sebagai bahan baku obat herbal alami antidiabetes. Hal ini dibuktikan dalam ekstrak metanol kulit batang gayam mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid dan flavanoid yang memiliki aktivitas penghambatan αglukosidase pada fraksi metanol dengan persentase penghambatan sebesar 75,86% dengan nilai IC50 sebesar 0,814 ppm.

E. Manfaat Tanaman Gayam Tanaman gayam merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan

153 Gambar 93. Pohon Gayam sebagai obat tradisonal. Seluruh bagian dari tanaman gayam yaitu akar, daun, buah, biji dan kulit batang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kulit batang gayam dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk penyakit disentri, kencing manis dan infeksi saluran kencing oeleh masyarakat Bali sejak dahulu. Akar gayam dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kencing batu Tidak hanya itu, daun gayam secara tradisional dapat dimanfaatkan sebagai obat kencing batu dan diare.

154 Pemanfaatan daun gayam sebagai obat diare dapat dilakukan dengan cara sebanyak 25 gram daun gayam yang masih segar, dicuci terebih dahulu hingga bersih dan dipotong kecil kecil. Kemudian daun tersebut direbus ke dalam 2 gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Rebusan daun gayam disaring dan hasil saringan dapat diminum dua kali sehari pada pagi dan sore.

155 TANAMAN KESEMEK

Gambar 94. Buah Kesemek Matang Yang Masih Di Pohon

A. Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya genetik tanaman dan mempunyai keunggulan spesifik. Buah kesemek (Diospyros kaki L.) merupakan salah satu jenis tanaman buah-buahan subtropis yang tergolong langka di Indonesia dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Di Jawa Barat, penyebaran tanaman kesemek yang terluas dijumpai di Kabupaten Garut (Desa Giriawas, Cikajang). Pada wilayah ini sistem usahatani buah kesemek masih dikelola secara tradisional pada skala usaha yang kecil di lerenglereng perbukitan dan di sekitar pekarangan rumah penduduk. Hasil buah kesemek yang dipasarkan dari daerah ini merupakan

156 hasil pengumpulan (collected product), sebab hasil buah yang dipanen petani bukan berasal dari penanaman bibit yang dilakukan oleh petani itu sendiri, melainkan merupakan tanaman warisan yang sudah ada di daerah tersebut sejak tahun 1900-an. Karena hasil buah kesemek ini merupakan hasil pengumpulan, maka kuantitas dan kualitas buah kesemek di pasaran relatif beragam. Selain itu, ada kecenderungan penurunan populasi tanaman kesemek di daerah Garut, hal ini disebabkan banyak petani mengganti tanaman kesemek dengan tanaman sayuran, seperti kentang, kubis, dan buncis.

B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kesemek Berikut ini klasifikasi ilmiah kesemek Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Ebenales Suku : Ebenaceae Marga : Diospyros Jenis : Diospyros kaki L.

Kesemek adalah tanaman dengan tinggi 6-8 m, memiliki batang berbentuk tegak, bulat, berkayu, kasar, dan berwarna hijau kotor. Daun tumbuhan kesemek merupakan daun tunggal, berseling, berbentuk lonjong, tepi rata, ujung runcing, bertangkai pendek dan berwarna hijau. Bunga berbentuk tunggal, tumbuh di ketiak daun, kelopak bentuk bintang dan berwarna hijau, panjang benang sari ± 1 cm berwarna hijau pucat, kepala putik bulat, mahkota berbulu. Kesemek musim berbunga pada bulan oktober–desember yang ditandai dengan gugurnya daun. Buah kesemek dapat dipanen setelah 5 – 7 bulan 150 – 190 hari setelah berbunga (HSB)

157 Pada pangkal buah terdapat kelopak bunga yang terdiri dari 4. Pangkal buah agak cekung kedalam dan ditutupi dengan kelopak bunga berwarna hijau kecoklatan. Buah kesemek berbentuk bulat dengan diameter 6-8 cm, ketika masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna kuning dan berakar tunggang.

Gambar 95. Bunga Kesemek

158 Gambar 96. Pohon Kesemek

159 Gambar 97.Buah Kesemek Masak

C. Manfaat Kesemek Buah kesemek termasuk buah yang unik tetapi tidak begitu disukai banyak orang, sebenarnya buah kesemek memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia. Buah kesemek segar mengandung karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa, protein dan kalium. Kesemek juga kaya akan likopen yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah kanker, phytochemical lutein, betakaroten dan serat. Kandungan polifenol di dalam kesemek dapat menurunkan kolesterol jahat dan mencegah penyakit jantung. Sedangkan serat kesemek dapat mengikat zat karsinogen dan mengelurakannya dari saluran cerna, manfaatnya kanker saluran pencernaan bisa dicegah. Serat juga mencegah sembelit dan menjaga kesehatan sistem pencernaan. Buah kesemek dapat digunakan untuk mengatasi penyakit batuk, diare dan hipertensi. Kadar air yang terkandung dalam buah kesemek sebanyak 78 %. Kadar air mempengaruhi juicy dan kekerasan dari buah kesemek.

160 Tabel Komposisi Gizi Buah Kesemek Matang

D. Perbanyakan Tanaman Kesemek Sistem Perbanyakan Tanaman Perbanyakan (reproduksi) tanaman kesemek tipe astrinjen (astringent type) ini dilakukan dengan menggunakan tunas akar (root suckers) yang keluar dari bagian bawah tanaman induknya. Cara perbanyakan tanaman kesemek ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni : (1) langsung dan (2) tidak langsung. Adapun cara langsung dilakukan setelah tunas akar di potong dari induknya, maka segera ditanam kembali, sedangkan cara tidak langsung dilakukan setelah tunas akar dipotong, maka terlebih dahulu dipindahkan ke dalam kantong plastik berisi tanah (polybeg) dan setelah bibit agak besar baru ditanamkan. Sejak penanaman bibit tanaman kesemek yang berasal dari tunas akar sampai dengan mulai berbuah memerlukan waktu 8-12 tahun. Oleh sebab itu tanaman ini dikatakan tergolong ke dalam tanaman yang pertumbuhannya lambat.

161 E. Pemeliharaan Tanaman Kesemek Pemeliharaan pertanaman kesemek dilakukan secara intensif, seperti pemberian pupuk dan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit yang mengganggu, walaupun pada setiap tahunnya mereka memetik hasilnya. Namun demikian, pada saat tanaman menggugurkan daunnya, lakukan pemotongan percabangan lateral, sekaligus membersihkan percabangan yang terserang benalu. Serta melakukan pemupukan terhadap tanaman. Beberapa penyakit dan hama utama yang menyerang pertanaman kesemek, antara lain: Black leaf-spots; penyakit merah-jambu/pink disease (Corticium salmonicolor); ulat penggulung daun; kutu pemakan daun; Aphids (terutama pada musim kemarau); busuk akar (root rot); serangga (white flies); dan thrips yang menyerang pangkal buah.

F. Pemanenan Tanaman kesemek berbuah dan dapat dipanen hanya sekali dalam setahun, yakni pada umur 7-8 bulan sejak pembungaan dan pertunasan (pasca fase gugur daun). Panen buah pada tanaman kesemek dilakukan secara tradisional dengan cara memanjat pohon dan memetik buahnya. Buah yang dipanen adalah buah yang sudah cukup masak, dengan tingkat kemasakan 80%, yang dicirikan dengan warna buah telah berwarna kuning muda dan di sekitar pangkal buah berwarna kuning tua. Buah dipetik berikut tangkai buah dan seludangnya (calyx) yang masih tetap melekat kuat pada pangkal buah. Di beberapa negara subtropis, seperti Jepang, Selandia Baru, dan Amerika Serikat, pemanenan dilakukan dengan menggunakan alat pemetik (penjepit). Di Jepang, untuk menjaga agar buah yang di panen relatif seragam tingkat kemasakannya, maka pada saat pemanenan buah digunakan bagan warna buah.

162 TANAMAN KEMANG

Gambar 98. Buah Kemang Yang Masih Di Pohon

A. Pendahuluan Kemang termasuk famili anacardiaceae serta satu genus dengan mangga. Nama ilmiah kemang yaitu Mangifera kemanga yang bersinonim dengan Mangifera polycarpa dan Mangifera caesi. Flora identitas Kabupaten Bogor ini mempunyai nama Indonesia kemang sedangkan di Kalimantan Timur disebut palong. Pohon kemang tersebar secara alami di Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat. Kemang biasanya dibudidayakan di Jawa Barat khususnya di daerah Bogor. Pohon kemang umumnya tumbuh di dataran rendah di daerah tropika basah di bawah ketinggian 400 mdpl, walaupun dapat dijumpai juga hingga ketinggian 800 mdpl. Tanaman ini memerlukan sebaran

163 curah hujan yang merata sepanjang tahun dan tumbuh baik di pinggiran sungai yang secara berkala tergenang air. Pohon kemang tingginya dapat mencapai 30-45 m dengan garis tengah batang hingga 120 cm. Kulit batang kemang memiliki rekah dan mengandung getah yang dapat menyebabkan iritasi (Bompard, 1992).

Gambar 99. Pohon Kemang B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kemang Klasifikasi ilmiah tanaman kemang sebagai berikut: Kingdom : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : Mangifera kemanga

164 Gambar 100. Pohon Kemang

165 Pohon kemang merupakan pohon besar, tingginya dapat mencapai 45 meter dengan diameter batang sekitar 80-120 cm dan tidak berakar banir. daun kemang berselang-seling, bertangkai pendek, bentuknya lonjong atau lanset. Daun-daunnya seringkali mengumpul di ujung-ujung percabangan. Pangkal daunnya meruncing, menyempit pada tangkainya, tepinya rata, warna daunnya mengkilat pada permukaan atasnya. Karangan bunga pohon kemang terletak di ujung percabangan berbentuk malai dan berbunga banyak. Jenis bunga terdiri atas bunga jantan, betina dan hermaprodit. Bunga kemang berwarna merah muda pucat dan beraroma harum. Buah kemang berbentuk bulat telur terbalik sampai lonjong dengan kulit buah tipis yang berwarna coklat kuning kusam apabila masak. Daging buah kemang berwarna keputihan, lunak, berair dan berserat. Aroma buah kemang berbau sangat khas dan tajam dengan rasa buah bervariasi dari asam sampai manis.

Gambar 101. Buah Kemang Yang Telah Masak

166 C. Manfaat dan Kandungan Buah Kemang Kemang banyak dimanfaatkan buahnya yang dimakan segar ketika buah telah masak. Buah langka ini juga dijadikan campuran dalam es buah atau digunakan juga sebagai bahan pembuatan sirup (sari buah). Buah yang masih muda sering dimanfaatkan sebagai bahan rujak. Biji buah kemang juga sering dimakan dengan diiris-iris tipis dan setelah dibumbui dan ditambahi kecap. Sedangkan daun kemang yang masih muda sering dijumpai dipergunakan oleh masyarakat Sunda sebagai lalapan. Manfaat kemang untuk tubuh yaitu meningkatkan fungsi otak. Kandungan mineral dan vitamin dalam buah ini bisa membantu kinerja otak agar dapat bekerja dengan lebih baik dan juga tajam dalam merespon apa yang dirasakan. Buah Kemang mengandung energi sebesar 48 kilo kalori, protein 1 gram, karbohidrat 11,9 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 10 miligram, fosfor 24 miligram, dan zat besi 0 miligram. Selain itu di dalam Buah Kemang juga terkandung vitamin A sebanyak 6 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan vitamin C 58 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Buah Kemang, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 65 %.

D. Perbanyakan Tanaman Kemang Tanaman kemang umumnya diperbanyak dengan menggunakan biji. Tanaman ini dapat pula diperbanyak seara vegetatif yaitu dengan penyambungan di atas batang bawah yang berasal dari semai, terutama melalui pelengkungan batang bawah yang ditumbuhkan pada pot ke salah satu ranting pohon induk. Penyambungan pada M. indica L. telah dicoba tetapi gagal, barangkali karena jenis ini tidak berkerabat dekat dengannya. Tanaman yang dewasa memerlukan lahan yang luas, tiap jalur 12-16 m. Tanaman kemang tidak membutuhkan pemeliharaan khusus. Pohon kemang berbunga lebat dan pohonnya yang dewasa dapat menghasilkan ribuan butir buah. Buahnya matang tiga bulan setelah bunga

167 mekar. Di Kalimantan Timur, buah kemang matang bertepatan dengan musim hujan, dari bulan November sampai Maret; pembungaannya antara Oktober dan Desember. Pohon binjai di Sabah berbunga antara Februari dan April, buahnya matang dari bulan Agustus sampai Oktober. Buah yang matang hendaknya ditangani dengan hati-hati, karena lembek dan penuh dengan sari buah.

168 TANAMAN MAJA

Gambar 102. Buah Maja Yang Masih Berada Di Pohon

A. Pendahuluan Aegle marmelos (L.) Corr. merupakan tanaman yang biasa dikenal sebagai Maja memiliki sebutan beragam di tiap daerah, antara lain: Mojo atau Mojo legi (Jawa), Maos (Madura), Bilak (Melayu), dan Kabila (Alor, Nusa Tenggara). Buah maja merupakan tanaman dari suku jeruk-jerukan atau Rutaceae yang penyebarannya tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian ± 500 mdpl. Tumbuhan ini terdapat di negara Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Pohon maja mampu tumbuh di lahan basah seperti rawa-rawa maupun lahan kering dan ekstrim, pada suhu 49°C pada musim kemarau hingga -7°C pada musim dingin di Punjab (India), pada ketinggian tempat mencapai di atas 1.200 m.

169 B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Maja Klasifikasi tanaman maja adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Sapindales Suku : Rutaceae Marga : Aegle Jenis : Aegle marmelos (L.) Correa

Gambar 103. Pohon Maja

170 Gambar 104. Buah Maja

Maja merupakan tanaman perdu dengan kulit buah berwarna hijau dan mempunyai kulit tempurung yang sangat keras. Pohon maja dapat tumbuh sampai 20 meter menjulang ke atas dan kayunya sangat keras. Perbanyakan tanaman maja bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (cangkok). Batangnya berkayu, bulat, bercabang, berduri dan berwarna putih kekuningan (Badan POM RI, 2008). Dahan pohon maja memiliki banyak duri yang tumbuh di ranting daun dengan panjang 1-3 cm. Daunnya berseling dan beranak, daun bertangkai panjang dan beringgit mempunyai titik tembus cahaya. Bunga maja berbentuk tandan keluar dari ketiak daun, bergerombol dan kelopak bunga berbentuk segitiga, berwarna kehijau-hijauan hingga putih dan wangi. Buah berbentuk agak bulat dan berwarna hijau, diameter buah 5-12,5 cm, kulit buah mengayu dan keras, bijinya 6-10 buah berada di dalam daging buah yang jernih.

171 C. Manfaat Maja Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam maja di antaranya zat lemak dan minyak yang mengandung linonen. Daging buah maja mengandung substansi semacam minyak balsem, furocoumarinspsoralen, dan marmelosin (C13H12O3). Buah, akar, dan daun maja bersifat antibiotik. Daun disebutkan dapat menyebabkan aborsi dan steril bagi wanita. Sementara ranting digunakan sebagai racun ikan. Tanin yang digunakan dalam jangka waktu lama bersifat antinutrisi dan menyebabkan kanker. Maja berkhasiat sebagai obat disentri, diare, penyakit jantung, hipokondria (muram merasa sakit), melancholia (murung), sakit usus, koreng, kudis dan bisul (Agromedia, 2008). Efek farmakologis akar maja diantaranya mengobati demam. Kulit batang dan akar maja untuk obat nyeri jantung, stomakikum, dan sedatif. Daun maja untuk borok, kudis, eksim, bisul, abortif, demam, dan radang selaput lendir hidung. Buah maja untuk disentri dan diare sedangkan kulit buahnya untuk pewangi.

D. Perbanyakan Tanaman Maja Maja umumnya diperbanyak dengan benih; semainya ditanam di lapangan setelah berumur 1 tahun, dengan jarak tanam 6-9 m. Tanaman ini dapat juga diperbanyak secara vegetatif dengan tunas akar (root suckers), atau dengan pertunasan (budding), juga dienten pada semai jenis Aegle lain dan pada Swinglea glutinora (Blanco) Merr. Tanaman ini yang diperbanyak secara vegetatif akan berbuah setelah berumur 5 tahun, dan dapat berbuah lebat sampai berumur 15 tahun. Buahnya akan matang pada musim kering setelah sebagian besar daunnya rontok dalam mengantisipasi munculnya bunga pada musim berikutnya. Tanaman tidak membutuhkan pemeliharaan khusus dan tidak ada hama dan penyakit yang berbahaya dalam budidaya buah maja. Buah maja dipanen satu per satu. Hasil per pohon 200-400 butir

172 buah. Buah-buah tersebut dimasukkan ke dalam keranjang, kantung goni, atau kotak kayu. Bijinya yang pecah mudah terserang jamur.

173 TANAMAN SAWO DUREN

Gambar 105. Buah Kenitu Yang Masih Berada Di Pohon

A. Pendahuluan Buah sawo duren atau kenitu (Crhysophyllum cainito) merupakan salah satu buah yang relatif banyak ditemukan di kota Jember, buah tersebut hanya berbuah di musim tertentu, oleh sebab itu buah kenitu disebut buah musiman. Pada musim panen buah sawo duren, banyak ditemukan di sepanjang jalan Kali Bondoyudo antara Jatiroto kabupaten Lumajang hingga Batu Urip Kecamatan Sumber Baru, Jember. Buah ini, tidak bertahan terlalu lama jika sudah matang, dengan demikian pada saat musim panen tiba banyak buah sawo duren yang membusuk karena tidak dimanfaatkan sebagai bahan olahan makanan yang bervariasi, padahal buah ini mengandung antioksidan alami. Sebuah studi menunjukkan bahwa kenitu

174 memiliki kadar antioksidan yang cukup tinggi. Buah ini bermanfaat bagi pengobatan berbagai penyakit yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan radikal bebas.

Gambar 106. Pohon Kenitu

175 Gambar 107. Buah Kenitu Yang Telah Matang

B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sawo Duren Klasifikasi sawo duren menurut USDA (2004) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Ebenales Suku : Sapotaceae Marga : Chrysophyllum Jenis : Chrysophyllum cainito L

176 Tumbuhan daerah tropis yang berbentuk pohon, berumur menahun (perenial), tinggi 15-20 dapat mencapai ketinggian tidak melebihi 30 m yang selalu hijau dan tumbuh cepat, berakar tunggang. dengan batang berkayu, silindris, tegak, warna cokelat, abu-abu gelap sampai keputihan, permukaan kasar berdaun tunggal, warna permukaan atas hijau-bawah cokelat, panjang 9-14 cm, lebar 3-5 cm, helaian daun agak tebal, kaku, bentuk lonjong (elliptica), ujung runcing (acutus), pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), bulat, warna hijau keputih-putihan, dengan biji hitam, pipih, panjang sekitar 1 cm, berkeping dua Perbanyaan Generatif (biji) dengan banyak bagian pohon yang mengeluarkan lateks, getah putih yang pekat, apabila dilukai. Daun tunggal berwarna coklat-keemasan (chrysophyllum berarti daun yang berwarna keemasan), karena bulu-bulu halus yang tumbuh terutama di sisi bawah daun dan di rerantingan; permukaan atasnya lekas gundul dan berwarna hijau cerah. Duduk daun berseling, memencar, bentuk lonjong sampai bundar telur terbalik, 3-6 x 5-16 cm, seperti kulit, bertangkai 0,6-1,7 cm panjangnya. Perbungaan terletak di ketiak daun, berupa kelompok 5-35 kuntum bunga kecil-kecil bertangkai panjang, kekuningan sampai putih lembayung, harum manis. Kelopak 5 helai, bundar sampai bundar telur; mahkota bentuk tabung bercuping 5, bundar telur, panjang sampai 4 mm. Buah berbentuk bulat hingga bulat telur sungsang, berdiameter 5-10 cm, dengan kulit buah licin mengkilap, coklat keunguan atau hijau kekuningan sampai keputihan. Kulit agak tebal, liat, banyak mengandung lateks dan tak dapat dimakan. Daging buah putih atau keunguan, lembut dan banyak mengandung sari buah, manis, membungkus endokarp berwarna putih yang terdiri dari 4-11 ruang yang bentuknya mirip bintang jika dipotong melintang. Biji 3-10 butir, pipih agak bulat telur, coklat muda sampai hitam keunguan, keras berkilap.

177 C. Manfaat Sawo Duren Secara umum, sawo duren banyak digunakan untuk pengobatan tradisional berbagai macam penyakit. Daun sawo duren dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Infus daun yang kaya akan tanin dipercaya oleh masyarakat Kuba di Miami sebagai obat kanker (Morton, 1987). Infus daun juga digunakan untuk pengobatan diabetes dan rematik persendian. Dekok daun digunakan untuk mengobati nyeri dada. Buah sawo duren selain dikonsumsi secara langsung juga digunakan untuk pengobatan. Buah yang sudah masak digunakan sebagai anti inflamasi pada keadaan laringitis dan pneumonia serta pengobatan diabetes melitus. Buah yang masak ini juga digunakan untuk pengobatan diabetes (Das et al., 2010). Dekok buah digunakan sebagai obat kumur untuk pengobatan angina (nyeri otot jantung). Di Venezuela, buah yang belum masak digunakan untuk gangguan pencernaan.

Gambar 108. Buah Sawo Duren

178 Meski demikian, konsumsi buah secara berlebihan menyebabkan konstipasi. Dekok kulit buah digunakan untuk mengobati nyeri dada. Batang kenitu selain digunakan untuk perabot rumah juga digunakan untuk pengobatan tradisional. Dekok batang kenitu yang kaya senyawa tanin diminum untuk tonik dan stimulan. Dekok batang ini juga digunakan untuk mengobati diare, disentri dan hemoragi. Selain itu, dekok batang kenitu juga digunakan untuk mengobati gonorrhoe dan radang kandung kemih yang disertai nanah. Di Brazil, getah pohon digunakan untuk mengobati bisul bernanah. Getah pohon yang dikeringkan dan diserbuk digunakan sebagai obat cacing yang poten. Di tempat lain, serbuk getah pohon ini digunakan untuk diuretik, obat panas dan disentri.

D. Kandungan Kimia Sawo Duren Buah sawo duren diketahui mengandung berbagai polifenol antioksidan seperti: katekin, epikatekin, galokatekin, epigalokatekin, kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, mirisitrin, dan asam galat (Luo et al., 2002). Selain itu, buah sawo duren mengandung antosianin antioksidan sianidin-3-O--glukopiranosida (Einbondet al., 2004). Biji buah sawo duren mengandunglucumin 1,2% (glikosida sianogenik yang pahit), pouterin 0,0037%, minyak lemak 6,6%, saponin 0,19%, dekstrosa 2,4% dan abu 3,75%. Daun sawo duren mengandung alkaloid, resin, asam resinat dan senyawa pahit lainnya.

E. Budidaya Tanaman Sawo Duren Sawo duren tumbuh dengan subur pada hampir semua tipe tanah dan dalam kisaran iklim yang luas. Di seluruh Asia Tenggara tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah (sampai ketinggian 400 mdpl.) dan di daerah yang musim keringnya tegas. Tempat tumbuh yang lebih disenangi adalah tanah yang sedikit asam dan mudah dikeringkan.

179 Langkah-langkah dalam budidaya tanaman kenitu: 1. Sawo duren dapat diperbanyak dengan benih, cangkokan, sambungan sanding (inarching), sambungan biasa (grafting), dan tempelan (budding). 2. Benih yang berasal dari buah yang matang dikecambahkan sedalam 1 cm, dengan jarak 2-3 cm dalam kotak perkecambahan atau di persemaian yang disiram secara teratur. 3. Jika 3-5 daun dewasa telah berkembang, semai itu dipindah tanamkan ke dalam pot. 4. Tanaman yang disemai kemudian disiram dengan teratur, dan diberi naungan ringan. 5. Setelah berumur 6-8 bulan anakan ini dapat dijadikan batang bawah. 6. Perbanyakan aseksual dianjurkan untuk memperbanyak pohon kultivar unggul. Penyambungan belahan merupakan cara perbanyakan yang paling umum, dan mampu memberikan persentase keberhasilan yang tinggi. 7. Jika hendak ditanam dii lapangan atau kebun, jarak tanamnya ialah 10- 12 m. 8. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. 9. Penyiangan di sekeliling pohon Sawo Duren secara teratur dan penyiraman selama periode tanpa hujan yang berkepanjangan dapat menjamin pertumbuhan yang tak terganggu. 10. Pemupukan dilakukan dengan dosis 150-200 g/pohon amonium sulfat, dua kali setahun, untuk pohon yang sedang tidak berbuah. Pada saat- saat awal pembuahan, 500 g pupuk lengkap diberikan dua kali setahun.

180 11. Pohon yang pertumbuhannya maksimal mungkin memerlukan 3 kg atau lebih pupuk lengkap setahun. Pupuk itu diberikan pada awal dan menjelang akhir musim hujan, caranya ialah dibenamkan ke dalam galian yang dibuat mengelilingi pohon atau dimasukkan ke dalam lubang dangkal di bawah kanopi pohon. 12. Pohon sawo duren dipangkas menurut bentuk yang dikehendaki, dengan cara meninggalkan 2-3 cabang saja untuk dibiarkan berkembang, serta memotong cabang-cabang yang jelek dan yang saling menumpang, serta pucuk-pucuk air (water shoots). 13. Buah sawo duren hendaknya dipanen setelah matang benar, tandanya ialah kulit buahnya telah berwarna hijau muda berkilat atau coklat kekuning-kuningan untuk kultivar hijau, dan lembayung pucat sampai lembayung tua untuk kultivar lembayung. 14. Pemanenan hendaknya dilakukan selektif, sebab buah-buah yang berada di pohon tidak akan masak bersama-sama. Buah dipungut dengan cara memotong tangkainya dengan gunting atau dengan menggunakan galah bambu panjang yang ujungnya diberi jaring.

181 TANAMAN SALAK CONDET

Gambar 109. Pohon Salak Condet A. Pendahuluan Tanaman salak adalah tanaman asli Indonesia yang memiliki karakter yaitu mempunyai buah betina dan jantan, berakar serabut, berbatang keras tidak mudah rebah. Tanaman ini dapat tumbuh baik di ketinggian 0-700m diatas permukaan laut pada tanah yang subur dan gembur (Osche dkk,1961).

182 Buah salak memiliki kulit berwarna kuning kecoklatan dengan daging buah berwarna putih pucat sampai krem dan rasanya yang manis. Salak memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah salak condet. Salak condet adalah kultivar asli Jakarta. Ukuran buah salak condet kecil, sedang sampai besar. Warna kulit buahnya coklat hingga kehitaman. Memiliki daging buah yang tebal, rasa buahnya manis, agak kelat dan sedikit kesat.

B. Klasifikasi dan Deskripsi Salak Condet Klasifikasi tanaman salak adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Arecidae Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Salacca Spesies : Salacca zalacca

Jenis salak ini banyak tumbuh di kawasan Cagar Budaya Condet, Jakarta Timur. Buahnya agak sulit dibedakan dengan jenis salak lain. Bentuk buahnya bulat telur terbalik mengarah ke bulat. Kulit buahnya bersisik agak besar dan berwarna cokelat sampai kehitaman. Daging buahnya tebal, masir, kesat, dan tak berair serta berwarna putih kekuningan. Rasanya bervariasi, dari kurang manis sampai manis. Salah satu keistimewaan salak condet adalah aromanya yang wangi. Bahkan, harum salak ini sudah tercium dari

183 jarak sekitar 2 m. Ukuran buahnya bervariasi dari kecil, sedang, sampai besar. Produktivitasnya termasuk rendah.

C. Manfaat Salak Condet Salak diyakini bisa mengobati sakit diare. Juga bermanfaat untuk kesehatan kulit dan kuku. Dalam mengkonsumsi buah salak, sebaiknya tidak membuang kulit ari buah salak (kulit tipis yang menempel pada buah salak) karena kulit ari tersebut ternyata berkhasiat dalam memperlancar BAB. Salak juga ternyata bermanfaat untuk kesehatan mata.

Gambar 110. Buah Salak Condet Di Pohon

184 Gambar 111. Buah Salak Condet

Daun salak sangat berkhasiat menghilangkan penyakit ambeien yang belum parah. Caranya, 3 helai daun salak direbus dengan segelas air, kemudian air rebusan tersebut disaring dan diminum dengan gula merah. Minumlah dua kali sehari, pagi dan malam hari. Lakukan secara rutin, Insya Allah dalam waktu 15 hari penyakit tersebut akan hilang dan tidak akan kambuh lagi. Kulit buah salak ternyata sangat berkhasiat mengobati dan menurunkan penyakit diabetes kering, menstabilkan tekanan darah (tinggi maupun rendah).

D. Perbanyakan Tanaman Salak umumnya ditanam dari biji yang diambil dari pohon salak yang bermutu baik. Namun, tanaman dari biji tidak selalu sama dengan sifat

185 induknya (selalu berubah). Tanaman salak mulai berbuah setelah umur 3-4 tahun. Cara lain yang dikembangkan pada saat ini adalah melalui anakan atau biasa disebut "cangkokan". Bibit dibuat dengan membumbungkan (memasukkan) potongan bambu pada pangkal tunas anakan pohon salak unggul tersebut. Potongan botol plastik atau botol infusan juga dapat digunakan sebagai bumbungan. Media cangkok yang digunakan adalah campuran tanah dan kompos (perbandingan 2:1). Setelah tunas anakan berakar dalam bumbung, bibit vegetatif ini dapat disapih. Untuk mempercepat tumbuhnya akar, biasanya pada anakan diberi Rootone-F sebanyak 1%. Budi daya tanaman: Biji ditanam langsung dalam lubang, sebanyak 3-4 biji per lubang. Ukuran lubang dibuat 50 cm x 50 cm x 40 cm, jarak antar lubang 2 m x 4 m atau 3 m x 4 m. Setiap lubang diberi pupuk kandang sebanyak 10-20 kg. Sebulan kemudian, biji mulai tumbuh. Seleksi atau pembuangan tanaman yang tidak dipilih dilakukan setelah mulai berbunga, yakni setelah berumur tiga tahun. Dalam setiap lubang ditinggalkan satu pohon yang berbunga betina atau campuran. Tanaman jantan disisakan 10% dari populasi yang ditanam sebagai sumber pejantan. Pupuk buatan diberikan tiga bulan sekali sebanyak 25-500 g NPK (15-15-15) dan terus meningkat sesuai umur tanaman. Pada umur 1-3 tahun sebanyak 25-300 g per pohon, lalu umur 3-10 tahun sebanyak 300--500 g per pohon. Pada penanaman dengan cangkok, tiap lubang hanya ditanam satu bibit saja. Tanaman dijaga agar tetap lembap, cukup air, dan mendapat naungan. Leguminose dan Gliricidia (gamal) dapat digunakan sebagai naungan. Pelepah daun paling bawah dikurangi agar matahari masuk merata dan memudahkan pekerja pemeliharaan melewati jalan di antara barlsan tanaman.

E. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman salak condet yang penting adalah menjaga kebersihan kebun dan membuang tunas anakan yang muncul. Umumnya,

186 pembuangan tunas anakan dilakukan setelah dicangkok dan terus hidup. Jumlah daun yang disisakan maksimum sekitar 17 helai. Pelepah daun dipangkas dengan gergaji atau sabit tajam. Dengan cara ini, sinar matahari dapat masuk ke kebun salak dan pengambilan buah pun mudah dilakukan. Biasanya, bakal buah sebesar kelereng tumbuh rapat sekali pada tiap tandan. Bakal buah perlu dibuang (penjarangan) agar buah salak tumbuh besar dan merata.

F. Hama dan Penyakit Hama yang timbul pada tanaman salak condet adalah kutu wol (putih) atau Cerataphis sp. yang bersembunyi di sela-sela buah. Selain itu, kumbang (uret) atau omotemnus sp. sebagai penggerek tunas. Tupai dan tikus juga menjadi hama yang menjengkelkan. Hama ini dapat diatasi dengan Furadan 3 G dan semprotan insektisida Tamaron 0,3%. Penyakit yang sering tampak adalah noda hitam pada daun akibat cendawan Pestalotia sp. dan penyalat busuk merah (pink) pada buah dan batang oleh cendawan Corticium salmonicolor. Tanaman sakit dan daun yang terserang harus dipotong dan dibakar di tempat tertentu karena sulit dikendalikan.

G. Panen dan Pascapanen Buah salak condet dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur enam bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ini ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Pemanenan buah dengan cara memotong tangkai tandannya.

187 TANAMAN DUKU CONDET

Gambar 112. Buah Duku Condet Yang Masih Di Pohon

A. Pendahuluan Duku termasuk jenis buah tropis yang dikenal di Indonesia, sangat digemari karena rasanya yang manis dan aromanya yang enak. Saat ini duku memiliki pasar yang luas dari pasar tradisional sampai pasar modern dengan harga yang cukup bersaing dengan buah jenis lainnya, bahkan termasuk salah satu buah ekspor. Selain memiliki rasa yang khas, yaitu manis sedikit asam, buah duku juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Duku termasuk jenis tanaman musiman dan biasanya duku dapat berbunga pada awal musim penghujan. Sentra produksi duku yang penting adalah Palembang, Pasar Minggu (Condet), Karanganyar dan Kulonprogo (Nanggulan). Duku memiliki jenis yang beragam, salah satunya adalah duku

188 Condet. Duku Condet merupakan salah satu jenis duku unggul yang berasal dari daerah sekitar Condet, DKI Jakarta. Walaupun jenis duku Condet ini termasuk jenis duku unggul, namun kualitasnya masih kalah dengan duku Palembang/Komering.

Gambar 113. Pohon Duku Condet

189 B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Duku Condet Klasifikasi tanaman duku: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Lansium Spesies : Lansium dosmetikum

Duku Condet merupakan salah satu jenis duku unggul yang berasal dari daerah sekitar Condet, DKI Jakarta. Buah duku kebanggaan warga Jakarta ini berbentuk bulat agak lonjong. Salah satu keistimewaannya adalah kulitnya tipis dengan warna kuning agak kecokelatan. Daging buahnya berwarna putih jernih dan rasanya manis. Persentase daging buahnya berkisar antara 52- 64%. Ukuran bijinya relatif kecil. Termasuk jenis duku langka sehingga keberadaannya dilindungi. Sosok tanaman duku berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 40 m. Buahnya terdapat dalam dompolan. Pada waktu muda buah duku berwarna hijau dan bergetah. Setelah tua berubah menjadi kuning dan sedikit getahnya. Bentuk buahnya bulat atau bulat telur dengan diameter antara 2-4 cm. Daging buahnya tebal, berwarna putih bening, rasanya manis, dan tersusun dalam siungan-siungan. Bijinya kecil, berwarna hijau, rasanya pahit, dan terdapat di dalam daging buah.

C. Manfaat Duku Condet Buah duku Condet pada umumnya selalu dimakan dalam keadaan segar, tetapi buahnya yang tanpa biji dapat diolah menjadi sirup. Kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan lama, serta digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan, dan sebagainya. Kulit buahnya yang dikeringkan di

190 Filipina dibakar untuk rnengusir nyamuk. Kulit buah itu juga dimanfaatkan sebagai obat anti diare, karena kandungan oleoresinnya. Bagian tanaman lainnya yang digunakan sebagai obat adalah bijinya yang ditumbuk digunakan oleh penduduk setempat di Malaysia untuk menyembuhkan demam, dan kulit kayunya yang rasanya sepet digunakan untuk mengobati disentri dan malaria, tepung kulit kayu juga digunakan sebagai tapal untuk menyembuhkan bekas gigitan kalajengking.

D. Perbanyakan Tanaman Tanaman diperbanyak dengan biji. Biji ini dibersihkan dari daging yang melekat pada biji (arilus), kemudian disemaikan langsung karena biji duku tidak dapat disimpan lama. Biji duku bersifat poliembrioni sebesar l0-50%. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan sambung pucuk. Batang bawah berasal dari semai biji duku berumur setahun lebih. Perbanyakan dengan penyusuan berhasil baik, tetapi dapat dipisahkan dari pohon induknya setelah 4-5 bulan kemudian. Sementara, cara okulasi jarang dilakukan karena kesulitan mengambil mata tempelnya. Cara cangkok juga jarang dilakukan karena pertumbuhan bibitnya lemah meskipun dapat berakar. Bibit dari biji mempunyai masa remaja (juvenil) panjang, antara 8-17 tahun. Umur mulai berbuah untuk bibit vegetatif belum jelas, tetapi di Thailand bibit sambungan mulai berbuah pada umur 5-6 tahun. Cabang entres diambil dari varietas unggul yang daunnya masih muda, tetapi sudah mulai menua, biasanya menjelang musim hujan. Untuk memperoleh hasil sambungan tinggi sebaiknya daun cabang entres dirompes dua minggu sebelum cabang dipotong. Di Filipina, sebagai batang bawah yang kompatibel digunakan semai Dysoxylum altisimum Merr. dan Dysoxlum floribundum Merr. Duku ditanam pada jarak tanam 6-8 m dalam lubang berukuran 6o cm x 6o cm x 50 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 20 kg/lubang. Bibit ditanam pada umur 1-2 tahun atau

191 setelah mencapai tinggi 75 cm lebih. Pupuk buatan berupa campuran 100 g urea, 50 g P2O5, dan 50 g KCl per tanaman diberikan empat kali dengan selang tiga bulan sekali. Setelah ditanam, bibit harus diberi naungan dengan atap daun kelapa atau jerami kering. Kondisi lahan di sekitar bibit harus dijaga agar tetap lembap.

E. Pemeliharaan Pohon muda hendaknya dinaungi dengan baik dan disirami selama beberapa tahun pertama. Pucuk utama langsat yang bertipe tegak harus dipenggal, dan cabang-cabang lateral yang tumbuh diikat supaya tumbuh mendatar, agar perawakannya lebih memencar. Pada pohon yang lebih tua, hanya pucuk pucuk air dan cabang-cabang yang kena penyakit yang perlu dipangkas. Pemberian mulsa yang banyak dianjurkan. Persyaratan kebutuhan haranya barangkali rendah, berkat pertumbuhannya yang lambat dan hasilnya yang rendah, tetapi pemupukan yang ringan di awal musim hujan dan setelah panen mungkin bermanfaat, terutama jika ingin diproduksi hasil yang besar. Pengairan dapat digunakan untuk mempercepat pembungaan satu atau dua bulan, asalkan calon bunga telah muncul selama periode kering sebelumnya. Perbungaan mulai tumbuh 7-10 hari setelah penyiraman. Suatu masa kering yang pendek, yang terjadi ketika buah masih menempel di pohonnya akan menimbulkan bahaya turunnya panen secara serius, disebabkan oleh pecahnya buah jika kekurangan air itu tiba-tiba dipulihkan.

F. Hama dan Penyakit Penyakit busuk akar dan antraknosa merupakan 2 macam penyakit yang berbahaya, yang masing-masing menyerang pohon dan buah duku. Belum jelas betul patogen mana yang menyebabkan busuk akar, sebab belum ada bukti bahwa Phytophthora spp. terlibat dalam hal ini. Antraknosa

192 (Colletotrichum gloeosporioides) tampak berupa bintik kecoklatan yang berukuran kecil sampai besar pada rangkaian buah; serangan ini menyebabkan buah berguguran lebih awal, dan juga menyebabkan kerugian pasca-panen. Penggerek kulit kayu, merupakan hama yang umum, terutama pada langsat yang bertipe tegak, yang seringkali menyebabkan penampilan ranting-rantingnya yang mati oleh ulat-ulat ngengat 'carpenter' (Cossus sp.) dan ngengat hijau (Prassinoxema sp.). Ulat menjadi pupa di dalam lorong. Hama-hama ini aktif sepanjang musim hujan, sebagian kerusakan disebabkan oleh rusaknya kuncup bunga. Penggerek-penggerek lain menyerang batang, ranting, dan buah. Di Indonesia, larva kumbang 'weevil' dijumpai di dalam buah duku. Kutu perisai dan kutu kecil (mites) dapat pula menimbulkan kerusakan yang hebat. Kelelawar, burung, dan tikus suka sekali memakan buah duku; pemberantasannya yang efektif adalah menyinari dengan baterai pada rnalam hari dan membungkus tandan-tandan buah dengan kantung-kantung nilon. Daunnya dirusak oleh binatang pengebor daun, penggulung daun, kumbang, dan kutu.

G. Panen dan Pascapanen Buah duku dipanen dengan dipanjat pohonnya dan dipotongi tandan- tandan buahnya yang telah masak dengan pisau atau gunting pangkas. Hendaklah hati-hati agar tidak melukai bagian batang tempat menempelnya gagang tandan, sebab perbungaan berikutnya akan muncul dari situ juga. Umumnya buah yang berada dalam satu tandan akan matang hampir bersamaan, tetapi jika pematangan tidak bersamaan, akan sangat menqulirkan pemanenan. Buah duku harus dipanen dalam kondisi kering, sebab buah yang basah akan berjamur jika dikemas. Penanganan pasca panen duku merupakan buah yang sangat mudah rusak, kulit buahnya berubah menjadi coklat dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen. Buah dapat dibiarkan di pohonnya selama beberapa hari menunggu

193 sampai tandan-tandan lainnya juga matang, tetapi walau masih berada di pohonnya buah-buah itu tetap akan berubah menjadi coklat, dan dalam waktu yang pendek tidak akan laku dijual di pasar. Penyimpanan dalam kamar pendingin dengan suhu 15° C dan kelembapan nisbi 85-90% dapat memungkinkan buah bertahan sampai 2 minggu, jika buah-buah itu direndam dahulu dalam larutan benomil (4 g/1). Buah duku dipasarkan dalam keranjang-keranjang bambu yang dialasi koran bekas atau daun pisang kering. Seringkali buah-buah itu dipilah-pilah dahulu sebelum dijual.

Gambar 114.Hasil Panen Duku Condet

194 TANAMAN RUKAM

Gambar 115. Buah Rukam Yang Masih Di Pohon A. Pendahuluan Rukam atau Rukem adalah nama pohon penghasil buah yang diduga merupakan tanaman asli Indonesia. Pohon Rukam yang dalam bahasa latin disebut Flacourtia rukam ini mulai langka di Indonesia punya cara unik jika ingin makan buahnya. Buah Rukam harus dipijit-pijit dulu sebelum dimakan untuk menghilangkan rasa sepat. Tanaman Rukam sudah jarang ditemukan serta menjadi tanaman langka baik di pedalaman maupun di Indonesia secara umumnya. Di beberapa daerah di Indonesia disebut juga sebagai Rukem, Ganda Rukem, Gerendang (Jawa), klang tatah kutang (Kalimantan). Dalam bahasa Inggris buah Rukan atau Rukem ini disebut Indian Prune. Di beberapa negara lain,

195 beberapa nama diberikan seperti; Rukam (Filipina) Ta Khop Thai (Thailand), Rukam Manis, Rukam Gajah, Rukem (Malaysia), Jawa Rukamu (Jepang).

B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Rukam Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Violales Famili : Flacourtiaceae Genus : Flacourtia Spesies : Flacourtia rukam Zoll.& Mor

Tinggi pohon rukam atau Rukem mencapai 20 m dengan batang dan cabang-cabang biasanya berlekuk (bengkok-bengkok) dan beralur. Pada batang Rukam terdapat duri-duri yang panjangnya bisa mencapai 10 cm. Daun Rukam atau Rukem berbentuk bundar telur lonjong atau lonjong melanset dengan panjang antara 10-18 cm dan lebar antara 4-9 cm. Pinggiran daun bergerigi kasar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat. Saat masih muda daun pohon Rukan berwarna merah kecoklatan. Perbungaan Rukam berbentuk tandan dengan sedikit bunga, berukuran pendek, berada di ketiak daun, berbulu halus; gagang bunga panjangnya 3-4 mm. Bunga Rukam atau Rukem berwarna kuning kehijau-hijauan, umumnya berkelamin tunggal. Buah Rukam bertipe buah buni yang bentuknya bulat, bulat gepeng sampai bulat telur sungsang dengan diameter 2-2,5 cm. Buah berwarna hijau muda sampai merah jambu atau hijau-lembayung sampai merah tua. Buah

196 Rukem memiliki daging buah berwarna keputih-putihan. Pada ujung buah masih ada bekas tangkai putik kecil-kecil sebanyak 4-8, mirip paruh, dalam bentuk lingkaran. Buah Rukem berbiji pipih, sebanyak 4-7 butir. Buah langka ini banyak mengandung air yang asam rasanya.

Gambar 116. Pohon Rukam

197 C. Manfaat Rukam Buah rukam yang matang bisa dimakan dalam keadaan segar; sebelum dimakan sebaiknya dipijit-pijit dahulu dengan jari, sebab dengan cara ini rasa sepet daging buahnya akan hilang. Selain itu, buah rukam bisa dibuat rujak dan asinan, atau dicampur gula dijadikan selai atau permen. Daun mudanya bisa dimakan mentah sebagai lalap. Buah mudanya digunakan dalam ramuan obat tradisional untuk mengobati diare dan disentri. Air perasan daunnya digunakan untuk mengobati kelopak mata yang bengkak. Di Filipina, seduhan akar rukem atau rukam diminum oleh wanita yang baru saja melahirkan. Kayu rukam keras dan kuat, bisa digunakan untuk membuat perabot rumah tangga, seperti alu dan mebel.

D. Perbanyakan Tanaman Rukam Tanaman rukam dapat diperbanyakan secara vegetatif maupun secara generatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok, stek dan sambung sedangkan perbanyakan secara generatif melalui biji. Perbanyakan tanaman dengan cara stek adalah dengan menanam bagian batang, cabang, ranting dan pucuk. Perbanyakan tanaman dengan cara menyambung adalah menempatkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga tercapai persenyawaan yang membentuk tanaman baru (Marjanin dan Hadmadi, 1983). Tujuan menyambung tanaman antara lain adalah untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah. Metode ini memerlukan kajian lebih lanjut untuk kelayakkan penerapannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan produksi berskala besar. Pengembangbiakan secara generatif tanaman ini ditujukan untuk kebutuhan riset cabang ilmu eksakta yang lain karena untuk mengembangkan tanaman ini dibutuhkan hasil kajian secara botanis, anatomis dan fisiologis. Sedangkan untuk kebutuhan produksi masal pengembangbiakan secara vegetatif adalah pilihan yang relatif baik. Pohon rukam ditanam dengan jarak tanam 8-12 m.

198 Gambar 117. Buah Rukam Yang Telah Matang

199 TANAMAN BIDARA

Gambar 118. Buah Bidara Yang Masih Hijau

A. Pendahuluan Pohon Bidara merupakan jenis tanaman perdu, biasanya bengkok, dan tingginya bisa mencapai 15m, sementara besar batangnya mencapai 40 cm.Bidara (Ziziphus sp.) di Indonesia sering disebut tanaman Bidara, Widara, atau Dara (Sunda), Widoro, Doro (Jawa), bukol (Madura) dan Bekul (Bali). Di Sumbawa Besar, buah bidara disebut buah Goal. Bidara termasuk ke dalam famili Rhamnaceae, tersebar pada cuaca yang panas dan wilayah sub tropis diseluruh duniaPohon ini memiliki daun yang lebat dan berwarna hijau. Daunnya berbentuk pasangan dimorfis, yang kedua melengkung dan lebih pendek, terkadang tanpa duri. Daunnya juga tidak berseling. Helai daunnya berbentuk bundar telur menjorong atau jorong lonjong.

200 Bidara merupakan salah satu jenis tanaman obat yang sangat potensial dan perlu untuk dikembangkan, memiliki kandungan nutrien 17 gram karbohidrat, 5.4-10.5 gram gula, 0.07 gram lemak, 0.8ram protein dan 81.6- 83.0 gram airper 100 g bahan. Ziziphus jujuba kaya akan vitamin C, dalam 100 gram mengandung 188-544 mg vitamin C pada daging buahnya, Vitamin B1 (thiamine), vitamin B2 (riboflavin). Pohon Bidara termasuk jenis tanaman tahan iklim kering dan penggenangan, pohon bidara juga mudah beradaptasi dan kerap tumbuh meliar di lahan-lahan yang kurang terurus dan di tepi jalan. Tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti laterit, tanah hitam yang berdrainase baik, tanah berpasir, tanah liat, tanah aluvial di sepanjang aliran sungai. Keberadaan manfaat dan khasiat daun bidara sudah diketahui dan dipergunakan Rasulullah SAW untuk membersihkan tubuh dari kotoran yang sulit dihilangkan.Seperti memandikan jenazah atau membersihkan darah sisa haid untuk kalangan hawa.

B. Klasifikasi Dan Morfologi Tanaman Bidara Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rosales Famili : Rhamnaceae Genus : Ziziphus Spesies : Ziziphus mauritiana Lam.

Tanaman bidara memiliki akar tunggang yang cepat berkembang, berupa semak dengan tinggi 1,2–1,8 m, atau pohon dengan tinggi 3–12 m. Batang mempunyai daun dan duri pada setiap nodes. Panjang daun 2,5–6,25 cm dan

201 lebar 2–4 cm, letaknya berselang seling, dengan bentuk lonjong (berbentuk bulat panjang), pinggirnya sedikit bergerigi. Bagian atas daun berwarna hijau mengkilap, dan bagian bawahnya tertutup oleh rambut yang berwarna keputihan sampai kecokelatan (warna karat). Pada ketiak daun terdapat dua atau tiga bunga. Bunga berwarna putih dengan ukuran 1–2 mm. Kelopak bunga berjumlah lima dan berwarna kuning. Bunga bersifat protandrous di mana benangsari masak lebih dulu dibandingkan putiknya sehingga pembentukan buah tergantung pada penyerbukan silang yang dilakukan oleh serangga. Pada beberapa kultivar, terjadi ketidaksesuaian dalam persilangan sehingga untuk menghasilkan produksi yang baik perlu adanya kesesuaian di antara kultivar tersebut. Pada kultivar lain, buah dihasilkan secara partenokarpi (Orwa et al. 2009). Buah dari tanaman liar panjangnya 1,25–2,5 cm. Bentuk buah oval, bulat telur atau lonjong dengan kulit buah halus atau kasar, mengkilap, dan tipis tapi keras. Warna buah berubah dari hijau muda ke kuning, kemudian sebagian atau seluruhnya menjadi oranye atau merah-cokelat atau berwarna merah keseluruhan ketika masak. Ketika mendekati masak, daging buah berwarna putih, renyah, berair, rasa asam hingga manis. Buah yang masak kurang renyah dan agak bertepung. Buah yang terlalu masak kisut, daging buah berwarna kekuningan, lembut, kenyal, dan berbau tajam. Aroma buah seperti apel. Buah bidara mempunyai biji besar berbentuk bulat.

C. Manfaat Bidara Tanaman Z. mauritiana banyak memiliki kegunaan. Secara tradisional tanaman ini digunakan sebagai tonik. Biji dari bidara dilaporkan memiliki efek sedatif dan direkomendasikan sebagai obat tidur. Selain itu juga digunakan untuk menghentikan mual, muntah dan untuk meredakan nyeri dalam kehamilan dan untuk penyembuhan luka. Daun tanaman bidara digunakan untuk mengobati diare, penurun panas dan sebagai antiobesitas, dalam

202 ayurveda, dekoksi dari akar bidara digunakan untuk mengobati demam, dan serbuknya digunakan untuk mengobati luka dan tukak. Kulit batang digunakan untuk pengobatan diare dan bisul. Buah bidara memiliki efek laksatif ringan (Sharma and Gaur, 2013).

Gambar 119. Pohon Bidara

203 D. Kandungan Kimia Tanaman Bidara Tanaman Bidara mengandung berbagai senyawa seperti pektin A, glikosida, alkaloid, asam triterpenoat dan lipid. bidara mengandung asam triterpenoat seperti asam kolubrinat, asam alpitolat, asam 3-O-cis- pkumaroilapitolat, asam 3-O-trans-p-kumaroilapitolat, 3-O-cis-p- kumaroilmaslinat, 3-O-trans-p-kumaroilmaslinat, asam oleanolat, asam betulonat, asam oleanonat, asam zizyberenalat dan asam betulinat. Saponin diisolasi dari biji bidara termasuk jujubosida A, B, A1, B1, C dan asetiljujubosida B. Protojujubosida A, B, B1 dan ziziphin terdapat dalam daun bidara. Perikarp dan biji bidara mengandung fosfatidikolin, fosfatidilgliserol dan asam lemak seperti asam linoleat, oleat dan stearat.

E. Perbanyakan Tanaman Bidara Umumnya tanaman bidara ditanam dari biji, di mana biji tetap viable sampai 2,5 tahun tetapi angka perkecambahan menurun sesuai lama penyimpanan. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan melalui penyambungan atau okulasi pada batang bawah jenis liar. Penyambungan menghasilkan tanaman yang sedikit durinya dibandingkan dari biji. Untuk batang bawah, biji diambil dari buah yang masak di pohon. Selanjutnya biji diletakkan pada larutan garam dan yang mengapung lalu dibuang. Biji yang tenggelam direndam ke dalam 500 ppm thiourea selama 4 jam, selanjutnya akan pecah dan biji yang terpisah akan berkecambah dalam 7 hari. Biji yang tidak pecah memerlukan waktu 21–28 hari untuk berkecambah.

F. Budidaya Tanaman Bidara Jarak tanam untuk tanaman yang tidak dipangkas adalah 11–12 m, sedangkan untuk tanaman yang dipangkas adalah 7–8 m. Pemangkasan dilakukan pada tahun pertama untuk menjaga kesehatan tunas. Cabang yang lebih rendah dari 75 cm harus dibuang. Pada akhir tahun, ujung tanaman

204 dipangkas. Tanaman dibentuk secara hati-hati pada tahun ke-2 dan ke3. Tanaman harus dipangkas sesegera mungkin setelah panen pada awal dormansi dan 25–50% dari pertumbuhan tahun sebelumnya harus dipangkas. Seringkali pemangkasan ringan kedua dilakukan sebelum pembungaan. Dengan demikian, akan meningkatkan ukuran, kualitas, dan jumlah buah pada musim berikutnya. Di India, masing-masing tanaman diberikan 10 kg pupuk kandang dengan 0,5 kg ammonium sulphate untuk setiap tahun sampai berumur 5 tahun. Untuk petani yang lebih maju hanya menggunakan pupuk komersial (NPK) dalam jumlah yang lebih banyak, dua kali setiap tahunnya, yang pertama dengan dosis sekitar 110 kg/ha dan yang kedua sekitar 172 kg/ha.

Gambar 120. Buah Bidara Yang Telah Matang

205 Zat pengatur tumbuh digunakan agar dapat berbunga lebih cepat dan lebat sehingga meningkatkan fruitset, mencegah buah gugur, meningkatkan ukuran buah, dan memajukan pemasakan secara seragam. Aplikasi seperti ini pada tanaman dapat meningkatkan pendapatan 2–3 kali dari yang diperoleh pada penerapan secara konvensional.

G. Hama dan Penyakit Musuh utama bidara adalah lalat buah, Carpomyia vesuviana dan C. incompleta. Lalat buah lebih menyukai kultivar dengan buah yang besar dan manis dan dapat menyerang sampai 100%, sementara tanaman lain yang buahnya kecil dan kurang manis hanya terserang 2%. Pengendalian dilakukan secara teratur dengan insektisida. Ulat Porthmologa paraclina dan Thosea sp., menyerang daun. Tungau Larvacarus transitans, membentuk sisik seperti luka lecet pada ranting sehingga menghambat pertumbuhan dan mengurangi buah. Embun tepung (Oidium sp.) menyebabkan daun dan buah gugur. Cladosporium zizyphi menyebabkan daun-daun gugur. Buah diserang oleh Alternaria chartarum, Aspergillus nanus, A. parasiticus, Helminthosporium atroolivaceum, Phoma hessarensis, dan Stemphyliomma valparadisiacum. Ranting dan cabang diinfeksi oleh Entypella zizyphi, Hypoxylon hypomiltum, dan Patellaria atrata. Di penyimpanan, buah diinfeksi oleh jamur A. brassicicola, Phoma spp., Curvularia lunata, dan Cladosporium herbarum. Busuk akar disebabkan oleh Fusarium spp., Nigrospora oryzae, Epicoccum nigrum, dan Glomerella cingulata.

206 DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Ahmad, E., dan Sudaryanto. 2001. Silvikultur Cendana: Mencari luasan Budidaya Yang Layak Ekologis Dan Ekonomis. Edisi Khusus Masalah Cendana NTT Berita Biologi 5(5):539-551

Aprilianti, P dan Putri, W.U. 2009. Study Sifat Fisik Biji Kecapi (Sandoricum Koetjape Burm.f.Merr) dan Penyimpanannya dalam Suhu Kamar. Buletin Kebun Raya Indonesia 12 (2)

Badrunasar, A dan Nurahmah, Y. 2012. Pertelaan Jenis Pohon Koleksi Arboretum. Balai Penelitian Teknologi Agrofestry: Ciamis

Baswarsiati, Suhardi dan Rahmawati. 2006. Potensi dan wilayah pengembangan kesemek junggo. Buletin Pasma Nutfah Vol.12 No.2. Halaman 56-61.

Benu, D., et al. 2016. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Semai Cendana (Santalum Album Linn). Konservasi Sumber Daya Hutan. Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan 1(1):13-16

Bompard, J.M. 1992. Mangifera caesia Jack, p. 207-209. In: E. W. M. Verheij and R.E. Coronel (Eds.). Resources of South-East Asia. PROSEA (2): Edible fruits and nuts. Prosea. Bogor.

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta

BPTH Sulawesi. 2013. Informasi Singkat Benih Sandoricum koetjape Merr. Website : www.bpthsulawesi.net [2 Oktober 2018]

Damayanti,R.U. dan R. Kurniaty. 2008 Pengaruh usia sapih terhadap pertumbuhan bibit cendana (Santalum album Linn). Info Benih 12(1):41-49.

207 Das, A., Badaruddin, B.N., Bhaumik, A., 2010. A Brief Review on Chrysophyllum cainito. Journal of Pharmacognosy and Herbal Formulations. 1, 1, 1-7.

Dephut. 2002. Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Direktorat Perbenihan Semai Hutan. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik-Fisiologis Benih. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Febriyan D.G dan Eny W. 2015. Pengaruh Teknik Skarifikasi Fisik dan Media Perkecambahan terhadap Daya Berkecambah Benih Pala (Myristica fragrans). Bul. Agrohorti 3(1): 71-78

Garuda, S.R dan Kadir S. 2014. Buku Seri Matoa. BPTP Papua

Gunckel J.E dan A.H Sparrow. 2001. Ionizing radiation: Biochemical, physiological and morphological aspects of their effects on . In: External factors affecting growth and development, Georg, M.Ed. Springer-Verlag Berlin

Hanifa, Dini, Susilawati dan Yasmiwar. Review Artikel: Potensi Tanaman Gandaria (Bouea Macrophylla Griff) Sebagai Obat Herbal Yang Beraktivitas Antioksidan. Farmaka 15 (3) 134-142

Haryjanto, L. 2012. Konservasi kepel (Stelechocarpus Burahol [Blume] Hook.F &Thomson): jenis yang telah langka. Mitra Hutan Tanaman 7(1):11-17

Hatmi, R U., S. Widyayanti dan Sudarmaji . 2015. Potensi Kepel (Stelechocarpus Burahol [Blume] Hook.F & Th.) Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Yogyakarta : BPTP

Hutapea, J.R. 1994. Inventarisasi Obat Indonesia. Puslitbang. Depkes Republik Indonesia

208 Hesthiati, E. 2017. Dasar-Dasar Teknologi Benih. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Universitas Nasional. ISBN: 978-979-16519-5-0.

Heyne, K. 1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya : Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Lim TK. 2012. Edible Medicinal And NonMedicinal Plants. Volume ke-4. Kuala Lumpur (MLY): Springer Science+Business Media BV. P: 884–889.

Marjanin, M dan Hadmadi, M.Ed, 1983. Ilmu Hayat Dalam Pertanian Jilid I BOTANI. Jakarta : CV Yasaguna.Morton, J. 1987. Fruits of warm climates. Miami: FL, pp.281-286.

Musakabe, H. 2000. Peluang dan kendala cendana dalam perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kumpulan makalah Seminar Nasional Kajian terhadap Tanaman Cendana (Santalum album L.) sebagai Komoditi Utama Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Menuju Otonomisasi. Pemda NTT dan LIPI, Jakarta.

Ochse, J.J., M.J. Soule., M.J. Dijkmn., C. Wehlburg. 1961. Tropical and Subtropical Agriculture. Volume II. New York. p. 1089-1093. The Mac Millan Company

Orwa et al. 2009. Trema orientalis (L.) Blume. Agroforestry data base 4.0.http://www.worldagroforestry.org/treedb2/AFTPDFS/Trema_orie ntalis.pd f.

Rupiah, et al. 2018. Morphological Diversity of Lansiumdomesticum Corr in South Sumatra. Science and Technology Indonesia 3. 41-44

Sharma, S.; Saxena, R.; Gaur, G.: Study of Removal Techniques for Azo Dyes by Biosorption: A Review. 2014, 7 (10), 6–21.

Solikin. 2012. Eksplorasi Tanaman Buah-Buahan di Kabupaten Pacitan. Seminar Nasional: Kedaulatan Pangan Dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

209 Sunardi. 2003. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Sitoksik Kulit Batang Burahol (Stelechocarpus Burahol (Blume) Hook f. ) & Thomson. Desertasi Doktor Program PascaSarjana, Bandung: ITB

Tanasale, Vilma L. 2011. Kajian Agronomi dan Pemanfaatan Buah Gandaria (Bouea Macrophylla.Griff ). Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 4 Edisi 2

Uji T. 2007. Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas 2(8).

U S D A , N R C S . 2 0 0 4 . T h e P l a n t s D a t a b a s e , V e r s i o n 3 . 5 (http://plants.usda.gov). National Plant Data Center, Baton Rouge, LA 70874-4490 USA.

Verheij, E.W.M. dan R.E Coronel, 1997. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Vijayvargia, Pratima & Rekha Vijayvergia. 2014. A Review on Limonia acidissima L.: Multipotential Medicinal Plant. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, Vol.36, p.191-195.

Warningsih. 1995. Uji Fitokimia dan efek antiimplantasi ekstrak etanol bunga Hibiscus rosa sinensis, buah Piper nigrum, dan buah Stelechocarpus burahol.

Zakkiya, et al. Potensi Daun Namnam dalam Pengobatan Penyakit Rongga Mulut. Prosiding The 5th Dentistry Scientific Meeting Of Jember. 58- 65

Bhatt, S., and Suresh Dhyani, 2013. Quantification Of Secondary Metabolites From Ziziphus mauritiana Lam. Bark. J. Bio-Technology and Research (IJBTR) 3(2): 1-6.ISSN. 2249-6858.

Kuliev, A.A. and Guseinova. The Content of vitamin C, B1, B2 an E in some fruits. Referativnyi Zhurnal 2:69-73.

210 Etty Hesthiati Dosen pada Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nasional sejak tahun 1987. Menyelesaikan pendidikan program S1 Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret tahun 1985 dan pada tahun 1996 menamatkan pendidikan S2 pada Jurusan Teknologi Pascapanen, Institut Pertanian Bogor. Lahir di Solo, Surakarta, ibu dari 3anak ini sangat mencintai buah-buahan lokal karena di rumahnya yang asri di Solo tumbuh berbagai tanaman buah lokal yang kini sudah jarang dijumpai seperti Buni dan Dhuwet. Saat ini selain aktif meneliti tanaman buah-buah tropis lokal yang mulai endangered juga aktif sebagai peneliti dan penggiat pertanian organik dan aktivis lingkungan. Beberapa kali mengikuti training pertanian organik di Thailand dan Okinawa serta training lingkungan di Nagasaki dan Kumamoto, Jepang untuk pengembangan lingkungan (Environmental Sustainable Development) yang diselenggarakan JICA (Japan International Cooperation Agency). Kecintaannya pada buah-buah lokal serta kekhawatiran akan hilangnya keanekaragaman hayati tanaman buah lokal menyebabkan ia lebih berkonsentrasi meneliti buah-buah lokal endemik. Penelitian Ekplorasi dan Perbaikan Teknologi Budidaya Berbagai Tanaman Buah Lokal terus dilakukan sebagai upaya untuk mengkonservasi dan mengembangkan tanaman buah-buahan. Selain itu ia juga berperan aktif menyelenggarakan International Conference dan diskusi pada forum Environmental and Food Safety for Human Welfare. Penulis saat ini aktif sebagai Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat Universitas Nasional (PPM-UNAS) / Community Empowerment Center, Universitas Nasional yang dijabatnya sejak tahun 2012. Hingga kini juga aktif sebagai narasumber pada berbagai kegiatan Daur Ulang Sampah Organik dan Pembinaan Bank Sampah pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

211 Danang Priatmodjo Doktor Antropologi yang seorang Arsitek ini lahir di kota budaya, Solo pada tanggal 8 Juli 1956. Pendidikan S1 diselesaikan tahun 1983 dari Fakultas Arsitektur, Institut Teknologi Bandung. Pendidikan Master pada jurusan yang sama diselesaikan tahun 1993 dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia dan program doktoral dari jurusan Antropologi Universitas Indonesia diselesaikan tahun 2004. Dosen di Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara ini aktif di berbagai organisasi keprofesian dan sebagai pakar arsitektur perkotaan banyak tulisan yang sudah dipublikasikan antara lain Studi Pola Tata Ruang terkait dengan Kebutuhan Fasilitas Pendukung Pariwisata di Kota Bersejarah Lasem, Jawa Tengah (2015), Pengembangan Kota Baru: Mencari kemungkinan pemindahan Ibukota RI (2013), Sosialisasi Program Penataan Ruang dan Pelestarian Kota Pusaka (2012), Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah bidang Tata Bangunan dan Lingkungan (2014). Sebagai pakar tata kota ia juga telah menuliskan ide pembenahan transportasi di Jakarta dengan menulis “Menyongsong Era MRT di Jakarta” yang telah dimuat di Harian Kompas, Rabu, 31 Agustus 1994 dan setelah menunggu 25 tahun akhirnya MRT telah menjadi moda transportasi di DKI Jakarta. Saat ini ia juga bergabung dalam Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan Tim Sidang Pemugaran (TSP) Provinsi DKI Jakarta serta menjadi anggota Dewan Juri Sayembara Gagasan Desain Kawasan Ibukota Negara (2019).

212 Gautama Wisnubudi Dosen di Fakultas Biologi Universitas Nasional ini menyelesaiakan pendidikan program S1 dari Fakultas Biologi, Universitas Pajajaran tahun 1985 dan program S2 dari Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dari Institut Pertanian Bogor tahun 2005. Pengajar mata kuliah Evolusi, Ornitologi, Palaentologi dan Ilmu lingkungan ini selain aktif melakukan penelitian keanekaragaman burung dan satwa liar juga banyak melakukan penelitian keanekaragaman organisme perairan khususnya teripang ((Holothuroidea). Sebagai aktivis lingkungan beberapa kegiatan yang diterjuni antara lain Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Penghijauan di Lingkungan Kampus PTN (2011 bekerjasam dengan Direktorat Kelembagaan Dirjen Dikti Kemdiknas RI) dan Kajian Gangguan Lingkungan Terhadap Pelayanan Operasional Penerbangan (Birdstrike, layang- layang dll) pada Beberapa Lokasi Bandar Udara di Indonesia (2011 bekerja sama dengan Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Perhubungan Kemenhub RI)

213 Inkorena Gern Suzwaina Sukartono Lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 22 April 1962 merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pendidikan program sarjana (S1) diselesaikan dari Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor tahun 1986 dan program master dari Laboratory of Horticulture dari University of Ryukyus, Okinawa, Jepang tahun 1995. Dosen di Fakultas Pertanian Universitas Nasional ini aktif sebagai penggiat lingkungan dan permasalahan urban farming. Ia beberapa kali mengikuti training lingkungan di Kota Nagasaki dan Kumamoto, Jepang yang diselenggarakan oleh JICA untuk pengembangan pertanian berkelanjutan (ESD). Disela-sela kesibukannya sebagai Dekan pada Fakultas Pertanian Universitas Nasional, sebagai pakar ilmu tanah sampai saat ini masih aktif sebagai peneliti. Beberapa Penelitian yang telah dipublikasikan adalah “Potensi Tanah-Tanah di Kepulauan Seribu untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan” (2016) dan “Evaluasi Status Kesuburan Tanah Untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Pulau Tunda, Kabupaten Serang, Banten” (2019)

214