Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Dr. Ellyn Normelani, M. Pd, M. S

KOTA TUA 2019 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata Copyright ©, 2019

Pertama kali diterbitkan di dalam Bahasa Indonesia oleh Kota Tua. Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperban- yak baik sebagian ataupun keseluruhan isi buku dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Ukuran: 15,5 cm X 23 cm ; Hal: i - x ; 1 - 123

Penulis: Dr. Ellyn Normelani, M. Pd, M. S

ISBN: 978-602-5699-72-6

Editor: Irham Thoriq Tata letak: Yudo Asmoro Sampul: Yudo Asmoro

Penerbit: Kota Tua Penerbit Kota Tua Jalan Sanan 27 B, Purwantoro, Blimbing, Kota Malang Email: [email protected]. Tlp.( 0341) 4352440 Anggota IKAPI No. 223/JTI/2019

ii Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

KATA PENGANTAR

uji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, Psehingga buku yang berjudul KEARIFAN LOKAL PASAR TERAPUNG DALAM PERSPEKTIF PENGEMBANGAN PARIWISATA bisa diselesaikan. Semoga buku ini bisa menambah wawasan dan memberikan gambaran terkait karakteristik, tipologi, dan jenis produk yang dijual di pasar terapung, secara umum semoga buku ini bermanfaat untuk pengembangan pariwisata khususnya pasar terapung sebagai salah satu kearifan lokal di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan konstribusi dalam memberikan data, informasi dan bahan terkait proses penyusunan buku ini. Semoga bantuan yang telah diberikan memberikan manfaat positif dan menjadi ladang amal ibadah bagi semuanya. Sangat disadari bahwa buku ini masih mengandung banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Besar harapan buku ini bisa memberikan manfaat bagi pemerintah daerah, wisatawan, pelaku usaha yang bergerak di bidang pariwisata, dosen, mahasiswa dan seluruh pihak yang membutuhkan informasi terkait pasar terapung.

Banjarmasin, Agustus 2019 Penulis,

Dr. Ellyn Normelani, M.Pd., M.S.

iii Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

1. PENDAHULUAN 1

2. PASAR TERAPUNG SEBAGAI IKON WISATA KALIMANTAN SELATAN 7

3. KARAKTERISTIK PELAKU WISATA PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN 23 3.1. Karakteristik Wisatawan 23 3.2. Karakteristik pengunjung 23

4. TIPOLOGI WISATA KAWASAN PASAR TERAPUNG 47 4.1. Kawasan wisata pasar terapung Lok Baintan 48 4.2. Kawasan Wisata Pemukiman/Perkampungan Desa Lok Baintan 50 4.3. Kawasan Wisata Sungai 52 4.4. Kawasan Wisata Perkebunan 53

5. INVENTARISASI PRODUK PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN 57 5.1. Inventaris Tanaman yang dijual di Pasar terapung Lok Baintan 5.2. Inventarisasi Ikan yang Dijual di Pasar Terapung Lok Baintan 76 5.3. Wisata kuliner masakan khas daerah 80

DAFTAR PUSTAKA 105

BIODATA PENULIS 123

iv Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

DAFTAR ISI

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Banjar 10 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kecamatan Sungai Tabuk 10 Gambar 2.3 Peta Administrasi Desa Lok Baintan 11 Gambar 2.4 suasana pasar terapung Lok Baintan pada pagi hari 11 Gambar 2.6 Pasar terapung siring di Banjarmasin 12 Gambar 2.7 Rumah pondasi tinggi dan jembatan kayu penghubung 13 Gambar 2.8 Transportasi air atau kelotok untuk menuju pasar terapung Lok Baintan 13 Gambar 2.9 Akses jalan darat untuk menuju pasar terapung Lok Baintan 14 Gambar 2.10 Rumah – rumah diatas sungai Martapura 14 Gambar 2.11 Rumah diatas sungai secara lengkap 15 Gambar 2.12 Pola pemukiman sepanjang sungai dan sepanjang jalan 16 Gambar 2.13 Pedagang pasar terapung berkumpul dalam satu tempat dihulu atau hilir sungai tergantung arus sungai 17 Gambar 2.14 Peta Administrasi Desa Lok Baintan 18 Gambar 2.15 pedagang menyiapkan dagangan untuk dibawa ke pasar terapung 19 Gambar 2.16 Blek dan Tanggui 20 Gambar 2.17 Pedagang pasar terapung Lok Baintan mayoritas perempuan 21 Gambar 2.18 buah-buahan local 22 Tabel 3.2 Jumlah wisatawan Menurut Kelompok Umur 25 Tabel 3.3 Jumlah wisatawan Berdasarkan Jenjang Pendidikan 26 Tabel 3.4 Jumlah wisatawan Berdasarkan Jumlah anggota keluarga 26 Tabel 3.6 Jumlah wisatawan Berdasarkan Daerah Asal 28 Tabel 3.7 Jumlah wisatawan Berdasarkan Lokasi tempat tinggal 28 Tabel 3.8 Jumlah wisatawan Berdasarkan Teman perjalanan 28 Tabel 3.9 Jumlah wisatawan Berdasarkan Pengorganisasian perjalanan 29 Tabel 3.10 Jumlah wisatawan Berdasarkan Lama Waktu Perjalanan 29 Tabel 3.11 Jumlah wisatawan Berdasarkan Waktu melakukan perjalanan 30 Tabel 3.12 Jumlah wisatawan Berdasarkan akomodasi yang digunakan 30 Tabel 3.13 Jumlah wisatawan Berdasarkan Moda transportasi yang digunakan dari tempat asal 31 Tabel 3.14 Jumlah wisatawan Berdasarkan Alasan Setiap Kelompok Mengunjungi Objek Wisata 31

v Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.15 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Transportasi dari tempat asal kekota Banjarmasin 32 Tabel 3.16 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Transportasi menuju pasar terapung Lok Baintan 32 Tabel 3.17 Jumlah wisatawan Berdasarkan Pengeluaran Penginapan selama di Banjarmasin 33 Tabel 3.18 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Konsumsi 33 Tabel 3.19 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Konsumsi selama dipasar terapung Lok Baintan 34 Tabel 3.20 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Cenderamata Selama di Kalimantan selatan 34 Tabel 3.21 Jumlah wisatawan Berdasarkan mengetahui informasi pasar terapung dari berbagai bentuk iklan produk wisata 35 Tabel 3.22 Jumlah Pedagang Menurut Jenis Kelamin 35 Tabel 3.23 Jumlah Pedagang Menurut Status Perkawinan 35 Tabel 3.24 Jumlah Pedagang Menurut Kelompok Umur 36 Tabel 3.25 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenjang Pendidikan 36 Tabel 3.26 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jumlah anggota keluarga yang ikut berjualan dipasar terapung 37 Tabel 3.27 Jumlah Pedagang Berdasarkan Tipe keluarga 37 Tabel 3.28 Pekerjaan Selain Berdagang di Pasar Terapung 38 Tabel 3.29 Jumlah Pedagang Berdasarkan Daerah Asal 39 Tabel 3.30 Jumlah Pedagang Berdasarkan Alamat 39 Tabel 3.31 Lama Berdagang di Pasar Terapung 40 Tabel 3.32 Intensitas Berdagang di Pasar Terapung 40 Tabel 3.33 Waktu berdagang dipasar Terapung 41 Tabel 3.34 Tipe pedagang 41 Tabel 3.35 Jenis jualan 42 Tabel 3.37 Alasan Berdagang di Pasar Terapung 43 Tabel 3.38 Masalah yang dihadapi dalam berdagang 44 Tabel 3.40 Harapan dari Pedagang Pasar Terapung 46 Tabel 4.1 Pasar terapung Lok Baintan 48 Gambar 4.1 Pemandangan yang dapat dinikmati di kawasan pasar terapung Lok Baintan 49 Tabel 4.2 Perkampungan di Lok Baintan 50 Gambar 4.2 Interaksi dengan masyarakat sekitar sebagai daya tarik pengembangan kawasan wisata pemukiman 51 Tabel 4.3 Anak sungai di sekitar pasar terapung Lok Baintan 52 Gambar 4.3 Mendayung salah satu atraksi yang dapat ditawarkan dalam

vi Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

pengembangan wisata susur sungai 53 Tabel 4.4 Perkebunan di sekitar pasar terapung Lok Baintan 53 Gambar 4.4 Perjalanan menuju perkebunan warga yang terletak di sepanjang anak sungai Martapura 54 Gambar 4.5 Memetik buah rambutan merupakan atraksi yang dapat dikemas dalam pengembangan wisata perkebunan 54 Gambar 4.6 Wisata memetik jeruk, kelapa dan bercocok tanam di sawah pasang surut 55 Gambar 5.1 Pepaya (Carica pepaya) 59 Gambar 5.2 Kapul ( macrocarpa) 59 Gambar 5.3 Kelapa (Cocos nucifera L.) 60 Gambar 5.4 ( Murr) 61 Gambar 5.5 Mangga (Magnifera indica) 62 Gambar 5.6 Gandaria (Bouea mcrophylla) 62 Gambar 5.7 Sukun (Artocarpus communis) 63 Gambar 5.8 Pisang (Musa paradisiaca) 64 Gambar 5.9 Srikaya (Annona squamosa) 64 Gambar 5.10 Salak (Salacca edulis) 65 Gambar 5.11 Sawo ( kauki) 65 Gambar 5.12 Enau (Arenga pinnata) 66 Gambar 5.13 Kweni ( odorata) 66 Gambar 5.14 Belimbing (Averrhoa carambola) 67 Gambar 5.15 Cempedak (Arthocarpus champeden) 67 Gambar 5.16 Nanas (Ananas comocus) 68 Gambar 5.17 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 68 Gambar 5.18 Jeruk Keprok (Citrus reticulata) 69 Gambar 5.19 Manggis (Garcinia mangostana) 69 Gambar 5.20 Rambutan (Nephellium lappacium) 70 Gambar 5.21 Kedondong (Spondias dulcis) 70 Gambar 5.22 Jambu batu (Psidium guajava) 71 Gambar 5.23 Nangka (Artocarpus heterophyllus) 71 Gambar 5.24 Binjai (Mangifera caesia ) 72 Gambar 5.25 Kasturi (Mangifera casturi) 72 Gambar 5.26 Rambai (Baccaurea motleyana) 73 Gambar 5.27 Pampakin (Durio kutejensis) 73 Gambar 5.28 Kalangkala (Litsea Sebifera) 74 Gambar 5.29 Nangka Belanda (Annona muricataL.) 74 Gambar 5.30 Ketapi (Sandoricum koetjape) 75 Gambar 5.31 Hambawang (Mangifera foetida Lour) 75

vii Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.32 Mentega (Diospyros blancoi A.DC) 75 Gambar 5.33 Betok (Anabas testudineus) 76 Gambar 5.34 Haruan (Channa Striata) 76 Gambar 5.35 Sapat (Trichogaster) 77 Gambar 5.36 Saluang (Rabora argyrotaenia) 77 Gambar 5.37 Walut (Monopterus indicus) 78 Gambar 5.38 Undang (Caridea Dana) 78 Gambar 5.39 Sapat Siam (Trichogaster pectoralis) 78 Gambar 5.40 Patin (Pangasius) 79 Gambar 5.41 Toman (Channa micropeltes) 79 Gambar 5.42 Biawan (Helostoma Temminckii) 79 Gambar 5.43 Gangan Haliling 80 Gambar 5.44 Gangan humbut 80 Gambar 5.45 Gangan Karu 81 Gambar 5.46 Gangan Katuyung 81 Gambar 5.47 Gangan Keladi 81 Gambar 5.48 Gangan Nangka 82 Gambar 5.49 Gangan Rabung 82 Gambar 5.50 Gangan Waluh 82 Gambar 5.51 Kembang Tigaron 83 Gambar 5.52 Using-Using Kangkung 83 Gambar 5.53 Sayur Bening 84 Gambar 5.54 84 Gambar 5.55 Tarung Betanak 85 Gambar 5.56 Mandai dan Kalangkala 86 Gambar 5.57 Bistik 87 Gambar 5.58 Masak Habang 87 Gambar 5.59 Haruan Baumbar 88 Gambar 5.60 Masak kecap 88 Gambar 5.61 Paisan iwak 89 Gambar 5.62 Karih 89

viii Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.63 kuning 90 Gambar 5.64 Opor putih 91 Gambar 5.65 Pakasam 91 Gambar 5.66 Iwak Besanga 92 Gambar 5.67 Amparan Tatak 92 Gambar 5.68 Sarimuka 93 Gambar 5.69 Wadai belapis 93 Gambar 5.70 Lakatan Sarikaya 94 Gambar 5.71 Kararaban 94 Gambar 5.72 Putri salat 94 Gambar 5.73 Wadai Pais 95 Gambar 5.74 Bingka berandam 95 Gambar 5.75 Bingka 96 Gambar 5.76 Apam 96 Gambar 5.77 Cincin 97 Gambar 5.78 Cucur 97 Gambar 5.79 Gagatas 97 Gambar 5.80 Ipau 98 Gambar 5.81 Cingkaruk batu 98 Gambar 5.82 99 Gambar 5.83 Gaguduh 99 Gambar 5.84 Kalalapon 100 Gambar 5.85 Kikicak 100 Gambar 5.86 100 Gambar 5.87 Untuk-untuk 101 Gambar 5.88 -agar habang 101 Gambar 5.89 Lamang 101 Gambar 5.90 102 Gambar 5.91 Patah 102 Gambar 5.92 Pundut 102 Gambar 5.93 Undi-undi 103

ix

Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata 1

PENDAHULUAN

ariwisata adalah perjalanan yang dilakukan perorangan atau sekelompok orang untuk sementara waktu menuju tempat tujuan wisata dengan berbagai alasan baik untuk kesehatan, rekreasi dan lain sebagainya, mencakupP segala sesuatu mulai dari perencanaan perjalanan itu sendiri, perjalanan ke tempat tertentu, tinggal di tempat itu, kembali, dan kenangan yang di dapat sesudahnya, semua kegiatan yang memerlukan segala fasilitas selama mereka tinggal ditempat tujuan wisata sehingga pariwisata merupakan jenis industri yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan seperti: kerajinan tangan dan cenderamata,penginapan (Mill, 2000; Fandeli, 2001; Marpaung, 2002; Pendit, 2003). Pariwisata adalah merupakan industri yang komplek yang menawarkan produk dan jasa yang diperlukan wisatawan selama melakukan kegiatan wisata baik selama periode liburan yang dipengaruhi oleh minat, motif, ekspetasi, karakteristis sosial, ekonomi dan budaya, perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara (Yoeti, 1979; Spillane, 1994; Steck, dkk,1999; Heher, 2003; Damanik dan Weber 2006; Holloway, 2009) Berdasarkan UU RI No 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, pariwisata (masal) seringkali dituding sebagai memberikan dampak negatif. Hal ini dikarenakan dalam pariwisata masal, interaksi dengan lingkungan cenderung bersifat destruktif karena pariwisata mengeksploitasi sumber daya alam dan kebudayaan lokal. Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995).

1 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan setiap generasi tanpa mengorbankan generasi selanjutnya. Dalam RPJMN 2009-2014 pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan. Dalam aspek ekonomi,sosial dan lingkungan.Dalam aspek ekonomi sektor pariwisata mengkontribusikan dengan visa dari kunjungan wisatawan manca Negara (wisman) dan produk domestic bruto (PDB) beserta komponen-komponenya. Dalam aspek sosial pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja,apresiasi seni,tradisi dan budaya bangsa,dan peningkatan jati diri bangsa.Dalam aspek lingkungan,pariwisata khususnya ekowisata dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional (Nugroho, 2011). Aktifitas industri kepariwisataan di Indonesia sebagian besar memanfaatkan keindahan alam Indonesia dengan keaneka ragaman flora dan fauna yang ada di dalamnya atau dengan kata lain perkembangan wisata alam di Indonesia lebih menonjol di banding dengan jenis wisata yang lainnya mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang indah yang tersebar di 13.677 pulau besar maupun kecil. Industri pariwisata merupakan bagian integral dari rencana pembangunan ekonomi nasional, dengan memberi perhatian pada sektor wisata diharapkan akan memberikan nilai tambah pada sektor perekonomian masyarakat. Berdasarkan piagam pariwisata berkelanjutan tahun 1995 kriteria keberlanjutan artinya pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi,adil secara etika dan social terhadap masyarakat,pendekatannya antara lain (1). mereduksi dampak pariwisata pada lingkungan dengan jenis pariwisata yaitu: pariwisata ramah lingkungan,ekowisata dan pariwisata yang bertanggung jawab (2). Mereduksi dampak pariwisata pada sosial budaya dengan jenis pariwisata yaitu:pariwisata berbasis masyarakat atau pariwisata inti rakyat,pariwisata sukarelawan dan pariwisata solidaritas. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pariwisata harus diperhatikan agar tercipta pembangunan berkelanjutan dalam pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses perubahan struktur yang harus muncul dari masyarakat, dilakukan oleh masyarakat dan hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat (Hardiwijoyo, 2012) Ekowisata adalah industri pariwisata berbasis pada pelestarian alam dan budaya yang memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat, perjalanan ini dapat dirancang dengan memasukan aspek pendidikan terhadap lingkungan maupun budaya sehingga nilai-nilai pelestarian tersampaikan melalui konservasi, edukasi dan masyarakat setempat dimana memiliki lima prinsip dasar pengembangan antara lain: kelestarian, pendidikan, pariwisata, keberlanjutan dan partisipasi masyarakat (Lascurain, 1996; Eplerwood, 1999; Black, 1999; Fadeli, 2000; Zalukhu, 2009).

2 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Pemberdayaan masyarakat melalui ekowisata berbasis masyarakat (community- based ecotourism) diharapkan sebagai langkah tepat untuk konservasi dan partisipasi aktif masyarakat mulai dari perencanaan,pelaksanaan sampai pengelolaan ekowisata. Mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata pada kawasan yang mereka miliki secara adat.keterlibatan masyarakat dikarenakan masyarakat sebagai pelaku wisata lebih mengetahuai pengetahuan tentang alam dan budaya setempat sebagai potensi dan nilai jual baik dari jasa-jasa wisata antara lain: fee pemandu, ongkos transportasi, homestay dan cenderamata (Hardiwijoyo, 2012). Salah satu pelestarian seni budaya tradisional yang perlu diperhatikan keberlanjutannya adalah keberlanjutan wisata pasar terapung, salah satu bentuk adaptasi manusia terhadap keunikan lingkungan geografis yang menonjol di Kalimantan Selatan. Banyak perkampungan dan pemukiman dibangun di sepanjang sungai oleh penduduk asli suku Banjar di Kalimantan Selatan. Keadaan ini membuat kehidupan sungai menjadi salah satu ciri yang menonjol dari masyarakat Banjar (Sugiyanto, 2004 dalam Noor, 2006). Pasar ini merupakan refleksi budaya sungai orang Banjar. Di pasar yang unik ini pedagang dan pembeli melakukan transaksi di atas air dengan menggunakan perahu besar maupun kecil yang berdatangan dari berbagai pelosok. Pasar terapung merupakan sebuah pasar tradisional yang seluruh aktivitas jual beli dilakukan di atas sungai menggunakan perahu atau jukung. Pasar terapung sudah ada sejak dahulu, sejak masa perdagangan masih menggunakan sistem barter hingga sekarang. Pasar terapung tidak hanya tempat dimana produk-produk pedesaan diperjualbelikan tapi juga merupakan pemandangan unik dari kehidupan yang ditemukan di kapal-kapal (Huynh, 2011). Untuk keberlangsungan budaya pasar terapung maka harus memperhatikan point penting yaitu memperhatikan pengembangan pasar terapung tanpa menyampingkan keinginan masyarakat sebagai pelaku wisata, merupakan proses perubahan struktur yang harus muncul dari masyarakat,dilakukan oleh masyarakat dan hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Pariwisata yang berkelanjutan membuat penggunaan optimal dari sumberdaya lingkungan dimana menjadi elemen kunci dalam pembangunan pariwisata, menjadi proses ekologi yang penting dan menolong untuk konservasi peninggalan dunia dan biodiversitas. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan juga menjadi penting bagi social budaya dari masyarakat tuan rumah, konservasi tempat tinggal dan kehidupan budaya peninggalan dunia dan nilai tradisional, dan berkontribusi untuk antar budaya untuk saling mengerti dan tolerasi. Pariwisata yang berkelanjutan juga dipastikan layak secara ekonomi untuk jangka panjang, menyediakan keuntungan untuk semua pelaku yang secara nyata berkontribusi untuk stabilnya pekerjaan dan kesempatan untuk memperoleh

3 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

pendapatan,pelayanan social untuk masyarakat tuan rumah, dan berkontribusi dalam pengurangan kemiskinan. Pariwisata berkelanjutan juga memberikan kepuasan yang tinggi dan memberikan pengalaman yang berarti untuk turis, meningkatkan kesadaran tentang isu keberlanjutan dan mempromosikan pelaksanaan keberlanjutan diantara mereka (UNWTO, 2005). Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mendukung ekowisata dengan menyatakan bahwa ”mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipoatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan”. Pemberdayaan masyarakat adalah point yang harus diperhatikan dalam konservasi sumber daya alam, kalau masyarakat berdaya secara ekonomi dan kebutuhan dapat terpenuhi perusakan terhadap pemanfaatan SDA tentunya dapat diminimalisir dimana konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-based development) semua asfek diperuntukan untuk kesejahteraan masyarakat (Soemarmo, 2005). Sosial budaya berpengaruh terhadap pembangunan ekoturisme, dimana mempunyai integrasi dengan budaya, konservasi lingkungan dan pembangunan sosial.Penduduk asli mempunyai pola perkembangan dari penggunaan sumberdaya dan manajemen praktis yang menggambarkan pengetahuan geografi lokal dan ekosistem yang mempunyai kontribusi dalam konservasi lingkungan.Pengetahuan asli dan budaya menjadi dasar dalam pengembangan ekoturisme.(Yi dan Fong, 2010). Pada abad ke 21 terjadi perubahan dalam pariwisata, dimana berkembang kedalam bentuk lain dari pariwisata tersebut. Pariwisata dengan fokus terbesar pada adat lokal, sejarah, etnis, dan budaya sebagai tujuan dari wisata tersebut. Community based tourism (CBT) adalah tipe baru dari pariwisata dimana turis langsung kontak dengan komuntas lokal dan bereksperimen untuk merasakan sensasi yang baru serta memberi kesempatan kepada masyarakat setempat dalam upaya mengontrol serta terlibat dalam kegiatan manajemen dan pengembangan pariwisata.(Hausler, 2005; López-Guzmán dkk, 2011). CBT merupakan pendekatan yang menekankan pada masyarakat lokal (langsung ataupun tidak langsung dalam industri pariwisata), yang memberikan kesempatan dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, dimana politik membolehkan melalui kehidupan demokrasi yang saling berbagi pada kegiatan pariwisata tersebut (Nurhidayati, 2011). Menurut Hausler (2005) ada tiga unsur penting dalam CBT yakni adanya keterlibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata, terjadinya pemerataan akses ekonomi bagi seluruh masyarakat serta

4 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata upaya pemberdayaan politik (capacity building) masyarakat setempat dalam bentuk tindakan meletakkan masyarakat lokal sebagai pengambil keputusan. Subtansi partisipasi dalam bekerja suatu sistem pemerintahan,tidak ada kebijakan yang diambil tanpa adanya persetujuan dari masyarakat sedangkan arah yang dikembangkan adalah proses pemberdayaan, tujuan pengembangan partisipasi adalah (1) partisipasi akan memungkinkan rakyat secara mandiri (otonom) mengorganisasi diri dan dengan demikian akan memudahkan masyarakat menghadapi situasi yang sulit serta mampu menolak berbagai kecenderungan yang merugikan.(2) partisipasi tidak hanya menjadi cermin kongkrit peluang ekspresi aspirasi dan jalan memperjuangkannya tetapi yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi semacam garansi bagi tidak diabaikannya kepentingan masyarakat. (3) bahwa persoalan-persoalan dalam dinamika pembangunan akan dapat diatasi dengan adanya partisipasi masyarakat (Juliantar, 2008). Salah satu prinsip dari Community Based Tourism yang harus dilakukan menurut Suansri (2003) yaitu mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam pariwisata. Keunikan potensi suatu wilayah yang mengedepankan keunggulan lokal ketika dapat diidentifikasi dan dikelola dengan pelibatan masyarakat setempat, bukan saja akan menambah nilai ekonomis tetapi juga memperkuat konstruksi sosial budaya masyarakat. Menurut Goodwin dan Santilli (2009), CBT berarti pembangunan dimana sosial, lingkungan dan ekonomi memerlukan komunitas lokal untuk menghasilkan produk pariwisata.Banyak proyek mengenai kegiatan ini telah sukses tetapi tidak dipantau sehingga keuntungan untuk komunitas lokal menjadi tidak jelas.Sangat sedikit studi mengenai kontribusi nyata dari ekopariwisata atau CBT untuk konservasi dan untuk mata pencaharian.Sangat sedikit laporan mengenai keuntungan untuk konservasi dan masyarakat lokal.Studi ini tidak menekankan pada kegagalan dari CBT tetapi membahas mengenai kesuksesan dari CBT dan bagaimana hasilnya. Lonise Twining –Ward, A toolkit for monitoring and managing community based tourism menyatakan:Pengurangan kemiskinan dan keberlanjutan lingkungan merupakan kunci yang perlu diperhatikan. Monitoring secara berhati-hati dalam memilih dan menentukan indikator, mengumpulkan dan mengevaluasi data, dan menyajikan dan melaksanakan hasil. Pembangunan kerangka monitoring dapat mengambil beberapa waktu, yang akan menghasilkan responsive dan kesusksesan dalam pelakasanaan CBT.

5 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

6 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata 2

PASAR TERAPUNG SEBAGAI IKON WISATA KALIMANTAN SELATAN

asar Terapung Lok Baintan adalah suatu pasar tradisional yang terbentuk dan berlangsung sejak dulu hingga saat ini dan merupakan refleksi dari budaya sungai masyarakat Banjar.Pasar berada di atas SungaiP Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar Terapung Lok Baintan seperti layaknya pasar yang ada di darat, dimana terdapat sejumlah pedagang dan pembeli yang berada di lokasi pasar tersebut dan terjadi interaksi antara pedagang dan pembeli, hanya saja interaksi pedagang dan pembeli dilakukan di sungai pasang surut. Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah para pedagang yang mencari atau datang menghampiri pembeli untuk menawarkan barang dagangan mereka dan tidak terpaku di suatu tempat, tetapi terus bergerak mengikuti arus sungai. Pasar Terapung Lok Bainta berada di Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Deskripsi daerah di uraikan sebagai berikut: • Letak astronomis Kabupaten Banjar adalah 02° 49’ 55” LS sampai dengan 03° 43’ 38” LS dan 114° 30’ 20” BT sampai dengan 115° 35’ 37” BT. • Letak astronomis Kecamatan Sungai Tabuk terletak antara 03° 14’ 06” LS sampai dengan 03° 22’ 35” LS dan 114° 37’ 09” BT sampai dengan 114° 46’ 01” BT. • Letak astronomis Pasar terapung Lok Baintan yang berada di Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, berdasarkan data dari pengukuran dengan Global Position System (GPS) letak astronomis pasar terapung Lok Baintan adalah 03° 17’ 31” LS dan 114° 39’ 52” BT.

7 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Pasar terapung Lok Baintan terletak di Desa Lokbaintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Berdasarkan profil wilayah Desa Lok Baintan dengan luas 390 ha/m2 merupakan induk dari pemekaran desa-desa yang berada di pinggiran Sungai Martapura pada tahun 1970.Desa-desa tersebut yaitu Desa Paku Alam, Desa Lok Baintan Dalam, Desa Sungai Bakung dan Desa Sungai Tandipah. Kecamatan Sungai Tabuk berbatasan dengan kecamatan-kecamatan lain, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala,sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Martapura Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kertak Hanyar.Sedangkan Lokasi penelitian Pasar Terapung Lok Baintan terletak di Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar berbatasan dengan desa-desa lain, yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paku Alam, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai Pinang Lama, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gudang Hirang, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Bakung. Kabupaten Banjar (Gambar 2.1) memiliki wilayah seluas 4.668,50 km² yang terbagi atas 19 kecamatan antara lain: 1).Kecamatan Aluh-aluh 2). Kecamatan Beruntung Baru 3).Kecamatan Gambut 4).Kecamatan Kertak Hanyar 5). Kecamatan Tatah Makmur 6). Kecamatan Sungai Tabuk 7).Kecamatan Martapura 8). Kecamatan Martapura Timur 9). Kecamatan Martapura Barat 10). Kecamatan Astambul 11). Kecamatan Karang Intan 12).Kecamatan Aranio 13).Kecamatan Sungai Pinang 14). Kecamatan Paramasan 15). Kecamatan Pengaron 16). Kecamatan Sambung Makmur 17). Kecamatan Mataraman 18). Kecamatan Simpang Empat 19).Kecamatan Telaga Bauntung. Kecamatan paling luas di Kabupaten Banjar adalah Kecamatan Aranio dengan luas 1.166,35 km² atau 24,98 % dari luas keseluruhan Kabupaten Banjar. Kecamatan paling sempit adalah Kecamatan Martapura Timur dengan luas 29,99 km² atau 0,64% dari luas keseluruhan Kabupaten Banjar. Kecamatan Sungai Tabuk (Gambar 2.2) memiliki wilayah seluas 147,30 km² terbagi atas 21 Desa/kelurahan antara lain : 1). Desa Gudang hirang 2). Desa Pematang Panjang 3). Desa Gudang Tengah 4). Desa Sungai Tabuk Kota 5). Desa Pemakuan 6). Desa Sungai Tabuk Keramat 7). Desa Pejambuan 8). Desa Tajau Landung 9). Desa Keliling Benteng Ilir 10). Desa Sungai Bangkal 11). Desa Lok Buntar 12). Desa Pembatanan 13). Desa Sungai Pinang Lama 14).kelurahan Sungai Lulut 15). Desa Sungai Bakung 16). Desa Sungai Tandipah 17). Desa Paku Alam 18). Desa Lok Baintan 19) Desa Sungai Pinang Baru 20). Desa Sungai Lok Baintan Dalam 21). Desa Abumbun Jaya. Desa yang paling luas di Kecamatan Sungai Tabuk adalah Desa Keliling Benteng Ilir dengan luas 17 km² atau 11,54% dari luas keseluruhan Kecamatan Sungai

8 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabuk. Desa yang paling sempit adalah Desa Gudang Tengah dengan luas 2,85 km² atau 1,93% dari luas keseluruhan Kecamatan Sungai Tabuk. Desa Lok Baintan (Gambar 2.3) dengan luas 390 ha/m2 terbagi atas 4 Rukun Tetangga (RT), 1765 penduduk dan 535 Kepala Keluarga (KK) ,dengan komposisi memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 856 jiwa dan penduduk penduduk perempuan sebanyak 891 jiwa dengan kepadatan penduduk 448 jiwa per km². Kebanyakan penduduk Desa Lok Baintan mata pencahariannya adalah sebagai petani.Hal ini cukup beralasan karena sebagian besar wilayah desa adalah lahan pertanian (± 299 ha lahan produktif).Selain itu ada juga ada juga yang mata pencahariannya sebagai pedagang, PNS, karyawan swasta, buruh, jasa, tukang kayu, dan wiraswasta. Sarana dan prasarana merupakan penunjang aktivitas dan merupakan gambaran terciptanya kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Desa Lok terdapat fasilitas wisata pasar terapung, yaitu berupa dermaga, warung makan dan jembatan titian yang biasa digunakan para wisatawan yang ingin singgah, juga memiliki fasilitas pendidikan antara lain PAUD, TK,TPA,Mts S Putri, Madrasah Diniyah Wusta, Madrasah Diniyah Ulya, Paket C masing – masing atas Swadaya Masyarakat dan satu Sekolah Dasar yang dibangun Pemerintah. Fasilitas tempat ibadah yang dimiliki satu buah Mesjid, enam buah Langgar dan memiliki fasilitas lembaga perekonomian antara lain : Koperasi, LKMA,Huller Gabah 6 buah,Warung kelontong 23 Buah dan Warung Kopi 5 buah. Pasar terapung Lok Baintan (Gambar 2.4) terletak di desa lokbaintan Kabupaten.Banjar. Pasar terapung ini setiap hari melakukan aktifitasnya mulai pukul 06.00 WITA kurang lebih sampai dengan pukul 10.00 WITA. Tidak ada hari libur dalam aktifitas transaksi di pasar terapung Lok Baintan, setiap hari para pedagang menjual aneka sayuran, buah-buahan, ikan, beras, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

9 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Banjar

Gambar 2.2 Peta Administrasi Kecamatan Sungai Tabuk

10 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 2.3 Peta Administrasi Desa Lok Baintan

Gambar 2.4 suasana pasar terapung Lok Baintan pada pagi hari

Sebenarnya dalam lingkup wilayah kalimantan selatan kita bisa menjumpai beberapa tempat pasar terapung, antara lain pasar terapung kuin (Gambar 2.5) yang terletak di sungai barito, dahulu pasar ini menjadi primadona pariwisata Kalimantan selatan namun seiring berjalannya waktu pasar terapung kuin semakin kehilangan pedagangnya. Kemudian ada juga pasar terapung siring sungai martapura (Gambar 2.6), pasar terapung ini terletak di jantung kota Banjarmasin, pasar ini sengaja dibuat oleh pemerintah guna memberikan sarana rekreasi bagi masyarakat kota pasar ini diadakan setiap hari minggu atau hari

11 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

libur dimana masyarakat kota Banjarmasin memanfaatkan siring sungai martapura untuk aktifitas olahraga dan bersantai di pagi hari.

Gambar 2.5 Pasar terapung Muara Kuin

Gambar 2.6 Pasar terapung siring di Banjarmasin

Diantara pasar terapung tertebut yang masih bersifat tradisional dan alami adalah pasar terapung lok baintan, masih dalam satu aliran sungai dengan pasar terapung siring yaitu aliran sungai martapura pasar ini memberikan nuansa khas kehidupan sungai. Dimana rumah-rumah disekitar pasar tersebut terbuat dari kayu dengan tiang tiang pondasi yang menjulang diatas sungai, pemukiman dalam sebuah komunitas pemukiman antara rumah satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan jembatan-jembatan kayu yang bisa dilalui oleh pejalan kaki dan pesepeda motor (Gambar 2.7).

12 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 2.7 Rumah pondasi tinggi dan jembatan kayu penghubung

Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan ada dua cara yaitu melalui jalur sungai maupun jalur darat. Untuk jalur sungai ada beberapa titik keberangkatan bisa melalui depan mesium Wasaka,di dermaga depan Kodim dan Kantor Gubernur dengan menyewa angkutan air atau kelotok (Gambar 2.8) dengan kapasitar kurang lebih 10 orang - 15 orang dengan kisaran harga 200 ribu sampai 250 ribu rupiah tergantung nego dengan pemilik kelotok, dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit.

Gambar 2.8 Transportasi air atau kelotok untuk menuju pasar terapung Lok Baintan

Cara kedua yaitu jalur darat dengan beberapa titik jalur keberangkatan yaitu: perjalanan darat dari jalan Veteran kemudian menuju sungai Tabukselanjutnya menuju desa Lok Baintan (Gambar 2.9).

13 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Bentuk rumah umumnya rumah panggung (Gambar 2.11) dengan tiang dari kayu ulin, lantai rumah kebanyakan dari berbagai jenis seperti kayu Jinggah (Rengas = Melanorrhoa Spec), kayu Damar (Meranti = Shorea Spec), kayu Bungur (Legestroemia Speciosa Pers), kayu Angsana (Linggua = Pterocarpus Indicus) dan pohon enau (Aren = Arenga Pinatta (Wurmb) Merr), dinding rumah (tawing) kebanyakan terbuat dari papan yang sama dengan lantai, atapnya terbuat dari sirap terbuat dari kayu ulin, atap rumbia dan juga yang menggunakan atap seng, ada hal yang unik dari fungsi jendela (lalungkang) bagi rumah panggung yang posisinya berada di atas sungai, selain berfungsi sebagai sirkulasi udara Gambar 2.9 Akses jalan darat untuk menuju pasar terapung Lok Baintan kadang menjadi tempat memancing ikan bagi masyarakat tanpa harus meninggalkan rumah. Perjalanan menuju pasar terapung lokbaintan diawali dari museum wasaka di kota Banjarmasin dengan menaiki perahu menyusuri sungai martapura, selain rumah-rumah diatas sungai (Gambar 2.10), disetiap rumah memiliki batang yaitu sejenis rakit yang dibuat kayu terapung atau bambo sebagai tempat MCK juga berfungsi sebagai turun dan naiknya penumpang angkutan sungai/ kelotok.kita juga bisa melihat betapa masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sangat menyatu dengan sungai, perahu-perahu terparkir di samping rumah seolah-olah kendaraan mobil atau motor di darat. Kemudian masyarakat juga memanfaatkan sungai untuk memelihara ikan dengan system keramba.Rumah- rumah penduduk didirikan berjejer di sepanjang sungai Martapura menghadap ke sungai sehingga membentuk pola pemukiman sepanjang sungai. Gambar 2.11 Rumah diatas sungai secara lengkap

Dikawasan pasar terapung Lok Baintan ada dua tipe pola pemukiman yaitu pemukiman yang dibangun menghadap sungai dan membelakangi jalan (Gambar 2.12). Rumah-rumah ini memiliki teras menghadap sungai, karena dahulu sungai sebagai akses jalan yang utama, yang kedua pemukiman yang dibangun menghadap ke jalan dan membelakangi sungai hal ini dikarenakan akses jalan darat yang sudah ada dan relative mudah sehingga banyak rumah penduduk memiliki teras ganda yang menghadap sungai dan menghadap jalan perkampungan. untuk hubungan antarkampung dilakukan dengan menggunakan perahu melalui jalur sungai dan kendaraan melalui jalur darat. Perjalanan dengan perahu ditempuh kurang lebih satu jam, kemudian sampailah kita di lokasi pasar terapung lokbaintan, pasar terapung ini mengikuti arus sungai, jadi misalkan kita datang disana pukul 07.00 maka lokasinya tidak akan sama jika kita datang pada pukul 07.30, karena kerumunan pedagang yang menggunakan perahu ini selalu terbawa arus sungai sehingga pasar ini disebut juga “pasar belarut”. Gambar 2.10 Rumah – rumah diatas sungai Martapura Para pedagang biasanya berkumpul pada satu titik di hulu atau di hilir

14 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Bentuk rumah umumnya rumah panggung (Gambar 2.11) dengan tiang dari kayu ulin, lantai rumah kebanyakan dari berbagai jenis seperti kayu Jinggah (Rengas = Melanorrhoa Spec), kayu Damar (Meranti = Shorea Spec), kayu Bungur (Legestroemia Speciosa Pers), kayu Angsana (Linggua = Pterocarpus Indicus) dan pohon enau (Aren = Arenga Pinatta (Wurmb) Merr), dinding rumah (tawing) kebanyakan terbuat dari papan yang sama dengan lantai, atapnya terbuat dari sirap terbuat dari kayu ulin, atap rumbia dan juga yang menggunakan atap seng, ada hal yang unik dari fungsi jendela (lalungkang) bagi rumah panggung yang posisinya berada di atas sungai, selain berfungsi sebagai sirkulasi udara Gambar 2.9 Akses jalan darat untuk menuju pasar terapung Lok Baintan kadang menjadi tempat memancing ikan bagi masyarakat tanpa harus meninggalkan rumah. Perjalanan menuju pasar terapung lokbaintan diawali dari museum wasaka di kota Banjarmasin dengan menaiki perahu menyusuri sungai martapura, selain rumah-rumah diatas sungai (Gambar 2.10), disetiap rumah memiliki batang yaitu sejenis rakit yang dibuat kayu terapung atau bambo sebagai tempat MCK juga berfungsi sebagai turun dan naiknya penumpang angkutan sungai/ kelotok.kita juga bisa melihat betapa masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sangat menyatu dengan sungai, perahu-perahu terparkir di samping rumah seolah-olah kendaraan mobil atau motor di darat. Kemudian masyarakat juga memanfaatkan sungai untuk memelihara ikan dengan system keramba.Rumah- rumah penduduk didirikan berjejer di sepanjang sungai Martapura menghadap ke sungai sehingga membentuk pola pemukiman sepanjang sungai. Gambar 2.11 Rumah diatas sungai secara lengkap

Dikawasan pasar terapung Lok Baintan ada dua tipe pola pemukiman yaitu pemukiman yang dibangun menghadap sungai dan membelakangi jalan (Gambar 2.12). Rumah-rumah ini memiliki teras menghadap sungai, karena dahulu sungai sebagai akses jalan yang utama, yang kedua pemukiman yang dibangun menghadap ke jalan dan membelakangi sungai hal ini dikarenakan akses jalan darat yang sudah ada dan relative mudah sehingga banyak rumah penduduk memiliki teras ganda yang menghadap sungai dan menghadap jalan perkampungan. untuk hubungan antarkampung dilakukan dengan menggunakan perahu melalui jalur sungai dan kendaraan melalui jalur darat. Perjalanan dengan perahu ditempuh kurang lebih satu jam, kemudian sampailah kita di lokasi pasar terapung lokbaintan, pasar terapung ini mengikuti arus sungai, jadi misalkan kita datang disana pukul 07.00 maka lokasinya tidak akan sama jika kita datang pada pukul 07.30, karena kerumunan pedagang yang menggunakan perahu ini selalu terbawa arus sungai sehingga pasar ini disebut juga “pasar belarut”. Gambar 2.10 Rumah – rumah diatas sungai Martapura Para pedagang biasanya berkumpul pada satu titik di hulu atau di hilir

15 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

tergantung arus air sungai (Gambar 2.13). Pertemuan pedagang pada titik pertemuan di hulu sungai terjadi pada musim kemarau sekitar bulan April sampai bulan Oktober, dan titik pertemuan pedagang terjadi didaerah hilir sungai terjadi pada musim penghujan sekitar bulan oktober sampai bulan april. Pedagang pasar terapung berasal dari tujuh sungai yang merupakan anak sungai martapura, seperti sungai Lokbaintan, sungai Madang, sungai Saka bunut, sungai Lenge, sungai Paku alam, sungai Bakung dan sungai Tanifah.

Gambar 2.12 Pola pemukiman sepanjang sungai dan sepanjang jalan

Sungai Martapura banyak memiliki kanal berfungsi untuk kepentingan pertanian, sebagai prasarana transportasi, sebagai penampung dan penyalur air pada saat pasang, sehingga dapat mengurangi luapan air serta menghindari banjir. Disepanjang sungai juga terdapat fasilitas yang dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Gambar 2.15) Kanal sendiri banyak mempunyai istilah oleh masyarakat banjar ada yang menyebut anjir, handil dan saka. Untuk penyebutan anjir, handil dan saka masyarakat banjar sesuai dengan sifat saluran primer, sekunder, tersier, fungsi dan kepentingan antara lain: anjir merupakan saluran primer yang menghubungkan dua anak sungai berfungsi sebagai sarana transportasi dan pertanian untuk

16 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata kepentingan bersama masyarakat, handil merupakan saluran sekunder yang bermuara dari sungai atau dari anjir yang berfungsi sebagai menyalurkan air kelahan pertanian kedaerah daratan untuk kepentingan kelompok masyarakat, saka merupakan saluran tersier berfungsi sebagai menyalur lahan pertanian untuk kepentingan keluarga atau perorangan.

Gambar 2.13 Pedagang pasar terapung berkumpul dalam satu tempat dihulu atau hilir sungai tergantung arus sungai

Masyarakat dalam satu komunitas perkampungan biasanya disebut berdasarkan tempat dimana mereka tinggal yang umumnya menempati pemukiman/ perkampungan yang ada ditepian sungai, orang yang tinggal diwilayah sungai lenge maka biasanya disebut orang sungai lenge, orang yang tinggal diwilayah sungai tanifah disebut orang sungai tanifah, begitu juga orang yang berasal dari sungai lokbaintan, sungai madang, sungai saka bunut, sungai paku alam, sungai bakung akan disebut orang sesuai dengan disungai mana mereka tinggal. Adanya anjir, handil dan saka layaknya jalan raya sedangkan perahu bermotor atau perahu tidak bermotor “jukung” merupakan moda transportasi masyarakat untuk untuk menuju areal pertanian dan perkebunan. Di kawasan wisata pasar terapung Lok Biantan, anjir, handil dan saka masih berfungsi alami sebagai

17 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

sarana transportasi sungai dan sebagai pemasok air kelahan pertanian sedangkan didaerah lain sudah terjadi pergeseran fungsi karena perkembangan pusat permukiman penduduk sehingga banyak areal untuk pertanian hilang sehingga anjir, handil dan saka menjelma menjadi gang atau lorong pada sistem transportasi darat yang lebih berfungsi sebagai sarana kegiatan MCK masyarakat sekitar. Pedagang pasar terapung Lok baintan rata-rata mempersiapkan dagangannya sejak jam 03.00 WITA sehingga disaat terdengar azan subuh (Gambar 2.14), setelah mereka melaksanakan sholat subuh mereka mulai mengayuh perahu tanpa motor “jukung” menuju pasar terapung Lokbaintan, kecuali pedagang yang dekat dengan titik pertemuan pasar terapung sehingga mereka berangkat sekitar jam 06.00 WITA.

Gambar 2.14 Peta Administrasi Desa Lok Baintan

18 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata sarana transportasi sungai dan sebagai pemasok air kelahan pertanian sedangkan didaerah lain sudah terjadi pergeseran fungsi karena perkembangan pusat permukiman penduduk sehingga banyak areal untuk pertanian hilang sehingga anjir, handil dan saka menjelma menjadi gang atau lorong pada sistem transportasi darat yang lebih berfungsi sebagai sarana kegiatan MCK masyarakat sekitar. Pedagang pasar terapung Lok baintan rata-rata mempersiapkan dagangannya sejak jam 03.00 WITA sehingga disaat terdengar azan subuh (Gambar 2.14), setelah mereka melaksanakan sholat subuh mereka mulai mengayuh perahu tanpa motor “jukung” menuju pasar terapung Lokbaintan, kecuali pedagang yang dekat dengan titik pertemuan pasar terapung sehingga mereka berangkat sekitar jam 06.00 WITA.

Gambar 2.15 pedagang menyiapkan dagangan untuk dibawa ke pasar terapung

Para pedagang yang telah berkumpul dalam titik pertemuan akan melakukan transaksi jual beli antara yang satu dengan yang lain dengan membiarkan “jukung-jukung” mereka terbawa arus, dengan sekali-sekali mendayung untuk menghampiri pedagang atau pembeli yang lain, ada juga yang menggunakan perahu yang lebih besar hal ini disesuaikan dengan barang dagangan apa yang mereka bawa, jika membawa beras beberapa karung tentunya perahu akan lebih besar daripada hanya membawa sayur dan buah. Masyarakat banjar yang ada di Pasar terapung Lok Baintan memiliki istilah/ Gambar 2.14 Peta Administrasi Desa Lok Baintan hitungan sendiri dalam proses menjual beras yang dijual penakarannya tidak menggunakan timbangan, melainkan dengan memakai kaleng besar (blek) (Gambar 2.15). Blek adalah sebutan kaleng tempat penyimpanan gabah volume blek yang menjadi acuan dalam jual beli gabah atau beras. Satu blek gabah setara 20 liter atau sekitar 10 kg. Beras yang dijual hanya terbatas pada beras yang ditanam masyarakat sekitar, tidak menjual beras Dolog dari pemerintah, sedangkan untuk membeli buah-buahan tidak mengunakan timbangan atau perkilogram akan tetapi harus satu keranjang atau disebut “sebungkalang”.

19 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 2.16 Blek dan Tanggui

Para pedagang pada umumnya adalah para ibu-ibu yang mengunakan tutup kepala besar dari ayaman bambu disebut “tanggui” (Gambar 2.15), memakai pakaian sarung “tapih” dan memakai selendang dikepala “ serudung” tidak ada keterangan yang akurat kenapa atau bagaimana sejarahnya kenapa pasar ini di dominasi oleh pedagang ibu-ibu (Gambar 2.16) namun jika diamati pasar terapung ini selain sebagai sarana transaksi perdagangan juga sebagai sarana sosial berkomunikasi antar warga, jadi selain mencari kebutuhan dapur juga terjadi tukar menukar informasi, sarana arisan, sehingga banyak didominasi oleh pedagang ibu-ibu. Kegiatan pedagang membawa dagangan dengan kelihaian mendayung jukung hilir mudik mengikuti arus atau melawan arus sungai,kegiatan transaksi jual beli dengan ijab Kabul (jualahl dan Tukarlah) dimana penjual mengatakan juallah kepada pembeli setelah penerimaan pembayaran dan pembeli mengatakan tukarlah setelah melakukan pembayaran. Ada beberapa tipe pedagang yang ada di pasar terapung Lok baintan yaitu: 1. Tipe pertama yaitu pedagang yang menjual barang dagangannya berasal dari hasil kebun, pertanian atau perikanan secara langsung untuk dijual ke pasar terapung, 2. Tipe kedua yaitu pedagang yang membeli barang dagangan dari tipe pertama dalam partai besar (tengkulak) untuk dijual kepedagang lainnya yang ada dipasar darat, 3. Tipe ketiga yaitu pedagang yang membeli barang daganannya dari tipe pertama untuk dijual kepedagang lainnya yang ada di pasar terapung dan Tipe keempat yaitu pedagang yang membeli barang dagangannya dari pedagang lain yang ada di pasar terapung untuk dijual kembali secara eceran dengan cara ditawarkan dari rumah kerumah tetap megunakan jukung menyisiri sungai-sungai kecil menuju perkampungan warga.

20 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 2.16 Blek dan Tanggui

Para pedagang pada umumnya adalah para ibu-ibu yang mengunakan tutup kepala besar dari ayaman bambu disebut “tanggui” (Gambar 2.15), memakai pakaian sarung “tapih” dan memakai selendang dikepala “ serudung” tidak ada keterangan yang akurat kenapa atau bagaimana sejarahnya kenapa pasar ini di dominasi oleh pedagang ibu-ibu (Gambar 2.16) namun jika diamati pasar terapung ini selain sebagai sarana transaksi perdagangan juga sebagai sarana sosial berkomunikasi antar warga, jadi selain mencari kebutuhan dapur juga terjadi tukar menukar informasi, sarana arisan, sehingga banyak didominasi oleh pedagang ibu-ibu. Kegiatan pedagang membawa dagangan dengan kelihaian mendayung jukung hilir mudik mengikuti arus atau melawan arus sungai,kegiatan transaksi jual beli dengan ijab Kabul (jualahl dan Tukarlah) dimana penjual mengatakan juallah kepada pembeli setelah penerimaan pembayaran dan pembeli mengatakan tukarlah setelah melakukan pembayaran. Ada beberapa tipe pedagang yang ada di pasar terapung Lok baintan yaitu: 1. Tipe pertama yaitu pedagang yang menjual barang dagangannya berasal dari hasil kebun, pertanian atau perikanan secara langsung untuk dijual ke pasar terapung, 2. Tipe kedua yaitu pedagang yang membeli barang dagangan dari tipe Gambar 2.17 Pedagang pasar terapung Lok Baintan mayoritas perempuan pertama dalam partai besar (tengkulak) untuk dijual kepedagang lainnya yang ada dipasar darat, Selayaknya pasar di darat pasar ini menjual aneka kebutuhan masyarakat 3. Tipe ketiga yaitu pedagang yang membeli barang daganannya dari tipe sekitarnya, minyak, beras, sayur, buah, sampai baju, atau bahkan warung pertama untuk dijual kepedagang lainnya yang ada di pasar terapung terapung pun ada yang menyediakan aneka panganan khas banjar misalkan dan aneka atau yang biasa disebut wadai, makanan berat misalnya banjar, Tipe keempat yaitu pedagang yang membeli barang dagangannya dari sayur, dan lain-lain, uniknya semua aktifitas mulai dari menyiapkan pedagang lain yang ada di pasar terapung untuk dijual kembali secara eceran hidangan sampai disajikan kepada para konsumen dilakukan di atas perahu, dengan cara ditawarkan dari rumah kerumah tetap megunakan jukung menyisiri bahkan ada yang membuat kue terang bulan pun diatas perahu. sungai-sungai kecil menuju perkampungan warga.

21 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Pembeli/konsumen ada yang menggunakan perahu untuk membeli keperluan sehari-hari menuju pasar terapungdipasar inilah tempat mereka mendapatkan berbagai keperluan sehari-hari, terutama bahan baku untuk memasak, ada juga yang menunggu di teras rumah masing-masing yang menghadap sungai. Contoh buah-buahan yang dijual di daerah lokbaintan.

Gambar 2.18 buah-buahan local

22 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata 3

KARAKTERISTIK PELAKU WISATA PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN

3.1. Karakteristik Wisatawan

arakteristik wisatawan dan karakteristik pedagang yang disurvey sebanyak 150 wisatawan dan sebanyak 92 orang pedagang pasar teraoung untuk mengetahui karakteristik yang dilihat berdasarkan macam-macamK karakteristik berdasarkan teori Suwena & Widyatmaja (2006). Karakteristiksosio-demografis antara lain : 1. Jenis kelamin, 2. umur, 3. status perkawinan, 4. tingkat pendidikan, 5. pekerjaan, 6. kelas sosial, 7. jumlah anggota keluarga 8. tipe keluarga. Karakteristikgeografis antara lain: lokasi tempat tinggal,di desa atau kota,provensi maupun negara lain Karakteristik psikografis antara lain: 1. keinginan dan kebutuhan produk wisata, 2. alasan mengunjungi obyek wisata, 3. pengeluaran wisatawan,dan 4. respon wisatawan terhadap iklan produk wisata.

3.2. Karakteristik pengunjung

Jumlah wisatawan jenis kelamin terdapat pada Tabel 3.1. Wisatawan menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 107

23 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

orang atau sebesar 71.33%. Sebenarnya minat dan kebutuhan wisatawan laki- laki dan perempuan sama akan tetapi ada beberapa yang membedakannya antara lain: wisatawan perempuan lebih tertarik dengan pusat perbelanjaan,berperan dalam kebudayaan pada daerah tujuan, lebih memperhatikan fasilitas dan layanan terutama dalam hal makanan dan lebih teliti dalam hal membelanjakan uang walaupun mereka lebih cendrung mudah lelah dan cepat kehilangan rasa ketertarikan terhadap atraksi-atraksi wisata tersebut Marpaung (2002:48).

Tabel 3.1 Jumlah wisatawan Pengunjung Menurut Jenis Kelamin No JenisKelamin Frekuensi Persentase (%)

1 43 28.67 Laki-laki 2 Perempuan 107 71.33

Jumlah 150 100

Beberapa fakta umum tentang perempuan dalam pariwisata diuraikan oleh UNWTO (2011), sebagai berikut: Wanita memenuhi sebagian besar proporsi tenaga kerja pariwisata yang formal. Perempuan terwakili dalam pekerjaan pelayanan dan tingkat administrasi, tetapi kurang terwakili pada tingkat profesional. Perempuan di bidang pariwisata biasanya mendapatkan 10% sampai 15% lebih sedikit dari pada tenaga kerja laki-laki. Sektor pariwisata manjadikan perempuan sebagai pemilik usaha/majikan yaitu hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Satu dari lima menteri pariwisata di seluruh dunia adalah perempuan. Perempuan yang bekerja di sektor pariwisata menjadi pekerja sendiri/ mandiri dengan proporsi yang jauh lebih tinggi dari pada sektor lain. Sejumlah besar pekerjaan tidak berbayar sedang dilakukan oleh perempuan dalam bisnis pariwisata keluarga

Tabel 3.2 memperlihatkan jumlah wisatawan menurut kelompok umur. Wisatawan menurut kelompok umur yang paling banyak adalah berumur antara 26-35 tahun sebanyak 67 orang atau sebesar 44,67% dan yang paling sedikit umur kurang dari 21 tahun sebanyak 11 orang atau 7,33 %. Nikasius (2010), karakter wisatawan dari kelompok usia 26-35 tahun merupakan jenis wisatawan yang memiliki tingkat belanja yang tinggi.

24 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.2 Jumlah wisatawan Menurut Kelompok Umur No Umur Frekuensi (f) Persentase (%)

1 <21 11 7.33

2 21-25 55 36.67 3 67 44.67 26-35 4 36-45 23 15.33

5 >45 17 11.33

Jumlah 150 100

Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet, 1996).Setiap wisatawan mempunyai karakteristik tersendiri terutama dalam hal kebiasaan dan kebutuhan mereka pada saat melakukan perjalanan Pengelompokkan wisatawan berdasarkan umurnya menurut Marpaung (2002:48) dibagi menjadi tiga yaitu wisatawan remaja, wisatawan usia menengah dan wisatawan usia lanjut. Pada setiap wisatawan dengan umur yang berbeda akan memiliki minat yang berbeda juga dalam melakukan perjalanan wisata. Untuk wisatawan remaja biasanya lebih suka melakukan perjalanan sendiri, mengatur perjalanannya sendiri dan memiliki waktu yang relatif panjang dalam menggunakan waktu liburnya. Minat mereka cenderung bebas dalam memilih jenis wisata, baik itu rekreasi, pemandangan alam dan juga wisata budaya dengan mempelajari kesenian, tarian dan musik lokal. Sedangkan wisatawan untuk usia menengah biasanya tidak ada kebutuhan yang khusus. Tetapi wisatawan ini selalu memiliki keinginan yang besar untuk melakukan kegiatan wisata. Selanjutnya pada wisatawan usia lanjut ketika akan melakukan kegiatan wisata harus diiringi perencanaan yang matang seperti apakah tempat yang dituju cocok dan sesuai dengan kemampuan fisik wisatawan atau tidak dalam melaksanakannya. Biasanya wisatawan dengan usia lanjut menginginkan tempat wisata dengan fasilitas dan pelayanan yang nyaman, harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Lansia atau lanjut usia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang sudah berumur atau tua yaitu 65 tahun keatas (Singgih, 1985:62). Pengunjung menurut jenjang pendidikan yang paling banyak adalah pendidikan jenjang S1 sebanyak 61 orang atau sebesar 40.67% dan yang paling sedikit pendidikan jenjang S3 sebanyak 9 orang atau 6 % (Tabel 3.3).

25 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.3 Jumlah wisatawan Berdasarkan Jenjang Pendidikan No JenjangPendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 SMA 46 30.67

2 D III 11 7.33

3 S I 61 40.67

4 S2 23 15.33

5 S3 9 6

Jumlah 150 100

Pengunjung menurut Jumlah anggota keluarga yang paling banyak adalah memiliki anggota keluarga 3 orang sebanyak 48 orang atau sebesar 32.00% dan yang paling sedikit memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang sebanyak 8 orang atau 5.33% (Tabel 3.4)

Tabel 3.4 Jumlah wisatawan Berdasarkan Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota No Frekuensi (f) Persentase (%) keluarga

1 1 orang 9 6.00

2 2 orang 24 16.00

3 3orang 48 32.00

4 4orang 23 15.33

5 5orang 38 25.33 6 8 5.33 > 5 orang Jumlah 150 100

Tabel 3.5 memperlihatkan data jumlah wisatawan berdasarkan tipe keluarga. Wisatawan menurut Tipe keluarga yang paling banyak adalah Keluarga Tradisional keluarga besar sebanyak 86 orang atau sebesar 57.33% dan yang paling sedikit Keluarga non Tradisional keluarga bentukan kembali orang sebanyak 5 orang atau 3.33%. Murwani (2008), tipe keluarga Keluarga Tradisional keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek, paman dan bibi, yang artinya keluarga

26 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata ini melakukan wisata dengan seluruh keluarganya. Wisatawan menurut Daerah Asal yang paling banyak adalah Luar kota (satu provinsi) sebanyak 52 orang atau sebesar 34.67% dan yang paling sedikit luar negeri sebanyak 13 orang atau 8,67% (Tabel 3.6). Pengertian daerah asal wisatawan adalah dimana mereka melakukan aktivitas kesehariannya seperti bekerja,belanja,tidur dan kebutuhan dasar lainnya sehingga rutinitas tersebut merupakan motivasi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dimana mereka mencari informasi dan daya tarik tempat yang akan mereka kunjungi sebelum memutuskan pergi mengunjunginya,Leiper dalam Cooper et.al (1998:5). Pengunjung wisata pasar terapung banyak yang berasal dari dalam negeri sebanyak 137 orang atau 91,34.% yang dapat disebut wisatawan domestik atau wisatawan nusantara. Menurut G.A. Schmoll wisatawan domestik melakukan perjalanan kewilayah yang lain di negaranya untuk mengetahui keadaan atau sesuatu yang berbeda dari wilayah tempat tinggalnya, baik karena didorong rasa penasaran atau ingin menikmati tempat yang menakjubkan dan menyenangkan agar terlepas dari kepenatan rutinitas sehari-hari.

Tabel 3.5 Jumlah wisatawan Berdasarkan Tipe keluarga No Tipe keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)

Keluarga Tradisional 53 35.33 1 keluarga inti Keluarga Tradisional 2 86 57.33 keluarga besar Keluarga non Tradisional 3 keluarga bentukan 5 3.33 kembali Keluarga non Tradisional 4 6 4 orang tua tunggal Keluarga non Tradisional 5 keluarga tanpa 0 0 pernikahan Keluarga non Tradisional 0 0 6 keluarga hidup bersama 7 Keluarga non Tradisional keluarga 0 0 sejenis Jumlah 150 100

27 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.6 Jumlah wisatawan Berdasarkan Daerah Asal No Daerah Asal Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Dalam kota (lokal) 34 22.67

2 Luar kota (satuprovinsi) 52 34. 67

3 Luarkota (lain provinsi) 51 34

4 Luar negeri 13 8.67

Jumlah 150 100

Wisatawan menurut Lokasi tempat tinggal yang paling banyak adalah provinsi sebanyak 51 orang atau sebesar 34.00% dan yang paling sedikit tinggal di desa di Provinsi kalsel sebanyak 11 orang atau 7.33% (Tabel 3.7).

Tabel 3.7 Jumlah wisatawan Berdasarkan Lokasi tempat tinggal No Lokasi tempat tinggal Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Desa di Kal-Sel 11 7.33

2 Kecamatan di Kal-Sel 16 10.67

3 Kota Kabupaten di Kal-Sel 42 28.00

4 Provinsi Kal-sel 17 11.33 5 51 34.00 Provinsi lain 6 Negara lain 13 8.67

Jumlah 150 100.00

Wisatawan berdasarkan teman perjalananyang paling banyak adalah teman kantor sebanyak 59 orang atau sebesar 39,33 % dan yang paling sedikit teman sekolahl sebanyak 18 orang atau 12 % (Tabel 3.8).

Tabel 3.8 Jumlah wisatawan Berdasarkan Teman perjalanan No Teman perjalanan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Sendiri 31 20.67

28 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

2 Keluarga 42 28.00

3 Teman sekolah 18 12.00

4 Teman kantor 59 39.33

Jumlah 150 100

Wisatawan berdasarkan pengorganisasian perjalananyang paling banyak adalah kantor sebanyak 47 orang atau sebesar 31,33 % dan yang paling sedikit sekolah sebanyak 18 orang atau 12 % (Tabel 3.9) Wisatawan berdasarkan lama waktu perjalananyang paling banyak adalah selama 1-3 hari sebanyak 78 orang atau sebesar 52 % dan yang paling sedikit 8-11 hari sebanyak 9 orang atau 6 % (Tabel 3.10)

Tabel 3.9 Jumlah wisatawan Berdasarkan Pengorganisasian perjalanan No Pengorganisasian perjalanan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Sendiri 19 12.67

2 Keluarga 42 28.00

3 Sekolah 18 12.00

4 Kantor 47 31.33 5 24 16.00 Biro perjalanan wisata Jumlah 150 100

Tabel 3.10 Jumlah wisatawan Berdasarkan Lama Waktu Perjalanan No Lama waktu perjalanan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 1-3 hari 78 52

2 4-7 hari 63 42

3 8-11 hari 9 6

4 12-15 hari 0 0

5 >15 hari 0 0

Jumlah 150 100

29 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Wisatawan berdasarkan waktu melakukan perjalananyang paling banyak adalah hari biasa sebanyak 57 orang atau sebesar 38 % dan yang paling sedikit akhir pekan sebanyak 44 orang atau 29,33 % (Tabel 3.11).

Tabel 3.11 Jumlah wisatawan Berdasarkan Waktu melakukan perjalanan Persentase No Waktu melakukan perjalanan Frekuensi (f) (%)

1 Hari biasa 57 38.00

2 Akhir pekan/Minggu 44 29.33

3 Hari libur/Raya 0 0

4 Libur sekolah 49 32.67

Jumlah 150 100

Wisatawan berdasarkan akomodasi yang digunakan yang paling banyak adalah Non komersial rumah teman sebanyak 43 orang atau sebesar 28,67 % dan yang paling sedikit Komersial hotel bintang sebanyak 11 orang atau 7,33 % (Tabel 3.12).

Tabel 3.12 Jumlah wisatawan Berdasarkan akomodasi yang digunakan Persentase No Akomodasi yang digunakan Frekuensi (f) (%)

1 Komersial hotel bintang 11 7.33

2 Komersial hotel non bintang 33 22.00

3 Non komersial rumah 30 20.00

4 Non komersial rumah teman 43 28.67 5 14 9.33 Non komersial rumah saudara 6 Non komersial rumah keluarga 19 12.67

Jumlah 150 100

Wisatawan berdasarkan moda transportasi yang digunakan dari tempat asal menuju kota banjarmasin yang paling banyak transportasi darat menggunakan kendaraan pribadi sebanyak 41 orang atau sebesar 27,33 % dan yang paling

30 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata sedikit lautsebanyak 19 orang atau 12,67% (Tabel 3.13)

Tabel 3.13 Jumlah wisatawan Berdasarkan Moda transportasi yang digunakan dari tempat asal

No Modatransportasi Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Udara 25 16.67

2 Darat kendaraan pribadi 41 27.33

3 Darat kendaraan umum 27 18.00

4 Darat kendaraan carter 38 25.33

5 Laut 19 12.67

Jumlah 150 100 Alasan Setiap Kelompok Mengunjungi Objek Wisatayang paling banyak alasan ingin tau sebanyak 67 orang atau sebesar 44,67 % dan yang paling sedikit alasan penelitiansebanyak 2 orang atau 12,33 % (Tabel 3.14).

Tabel 3.14 Jumlah wisatawan Berdasarkan Alasan Setiap Kelompok Mengunjungi Objek Wisata No Alasan Setiap Kelompok Mengunjungi Objek Wisata Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Ingin tahu tempat wisata ikon 67 44.67 wisata Kalsel 2 Senang datang kembali 52 34.67

3 Jamuan teman/kolega 24 16.00

4 Menulis berita/tugas 5 3.33

5 Penelitian 2 1.33

Jumlah 150 100

Wisatawan berdasarkan pengeluaran Transportasi dari tempat asal kekota Banjarmasinpaling banyakmengeluarkan dana 1 jt-2 jt sebanyak 52 orang atau sebesar 34,67 % dan yang paling sedikit mengeluarkan dana 2 jt-3 jt sebanyak 5 orang atau 3,33 % (Tabel 3.15).

31 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.15 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Transportasi dari tempat asal kekota Banjarmasin Pengeluaran No Transportasi Frekuensi (f) Persentase (%) 1 < 500 37 24.67 2 500-1 jt 45 30 3 1 jt-2 jt 52 34.67 4 2 jt-3 jt 5 3.33 5 3 jt-4 jt 11 7.33 6 >4 jt 0 0 Jumlah 150 100

Wisatawan berdasarkan pengeluaran Transportasi menuju pasar terapung Lok Baintanyang paling banyak mengeluarkan dana > 250 ribusebanyak 87orang atau sebesar 58% dan yang paling sedikit mengeluarkan dana 250 - 500 ribu sebanyak 63 orang atau 42% (Tabel 3.16).

Tabel 3.16 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Transportasi menuju pasar terapung Lok Baintan Persentase No PengeluaranTransportasi Frekuensi (f) (%) 1 < 250 rb 87 58 2 250 rb-500 rb 63 42 3 500 rb- 1 jt 0 0 4 1 jt-1,5 jt 0 0 5 >1,5 jt 0 0 Jumlah 150 100

Wisatawan berdasarkan Pengeluaran Penginapan selama di Banjarmasinyang paling banyakmengeluarkan dana < 500 ribu sebanyak 33orang atau sebesar 75 % dan yang paling sedikit mengeluarkan dana 500 ribu – 1 juta sebanyak 11 orang atau 25% (Tabel 3.17).

32 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.17 Jumlah wisatawan Berdasarkan Pengeluaran Penginapan selama di Banjarmasin Pengeluaran Persentase No Penginapan Frekuensi (f) (%) 1 < 500 33 75 2 500-1 jt 11 25 3 1 jt-2 jt 0 0 4 2 jt-3 jt 0 0 5 3 jt-4 jt 0 0 6 >4 jt 0 0 Jumlah 44 100

Wisatawan berdasarkan pengeluaran konsumsi selama dikota banjarmasin yang paling banyak mengeluarkan dana 500-1 jutasebanyak 97 orang atau sebesar 44,67 % dan yang paling sedikit mengeluarkan dana <500 ribu sebanyak 10 orang atau 6,67% (Tabel 3.18).

Tabel 3.18 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Konsumsi Pengeluaran No Konsumsi Frekuensi (f) Persentase (%) 1 < 500 10 6.67 2 500-1 jt 97 64.67 3 1 jt-2 jt 43 28.67 4 2 jt-3 jt - 0 5 3 jt-4 jt - 0 6 >4 jt - 0 Jumlah 150 100

Berdasarkan pengeluaran wisatawan Konsumsi selama dipasar terapung Lok Baintan paling banyakmengeluarkan dana kurang dari 250 ribu sebanyak 143orang atau sebesar 95,33% dan yang paling sedikit mengeluarkan dana 250 ribu sampai 500 ribu sebanyak 7 orang atau 4,67% (Tabel 3.19).

33 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.19 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Konsumsi selama dipasar terapung Lok Baintan Persentase No Pengeluaran Konsumsi Frekuensi (f) (%) 1 < 250 143 95.33 2 250-500 7 4.67 3 500- 1 jt 0 0 4 1 jt-1,5 jt 0 0 5 >1,5 jt 0 0 Jumlah 150 100

Berdasarkan pengeluaran Cenderamata Selama berada di Kalimantan Selatanpaling mengeluarkan dana antara 1-2 juta sebanyak 83orang atau sebesar 53,33% dan yang paling sedikit mengeluarkan dana kurang dari 500 ribu sebanyak 9 orang atau 6% (Tabel 3.20).

Tabel 3.20 Jumlah wisatawan Berdasarkan pengeluaran Cenderamata Selama di Kalimantan selatan Persentase No PengeluaranCenderamata Frekuensi (f) (%) 1 < 500 9 6 2 500-1 jt 25 16.67 3 1 jt-2 jt 83 55.33 4 2 jt-3 jt 33 22 5 3 jt-4 jt 0 0 6 0 0 >4 jt Jumlah 150 100

Wisatawan berdasarkan mengetahui informasi berdasarkan sumber iklan paling banyakmengetahui dari informasi teman sebanyak 77 orang atau sebesar 53,33% dan yang paling sedikit mengetahui informasi dari internet sebanyak 34 orang atau 22,67% (Tabel 3.21).

34 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tabel 3.21 Jumlah wisatawan Berdasarkan mengetahui informasi pasar terapung dari berbagai bentuk iklan produk wisata Respon kelompok terhadap berbagai Persentase No Frekuensi (f) bentuk iklan produk wisata (%) 1 Mengetahui dari internet 34 22.67

2 Mengetahui dari teman 77 51.33

3 Mengetahui dari tayangan acara televisi 39 26

4 Mengetahui dari iklan telivisi 0 0

5 Mengetahui dari iklan koran/majalah 0 0

Jumlah 150 100

Karakteristik Pedagang Pedagang berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 89 orang atau 96.74% (Tabel 3.22).

Tabel 3.22 Jumlah Pedagang Menurut Jenis Kelamin Persentase No JenisKelamin Frekuensi (%) 1 Laki-laki 3 3.26 2 Perempuan 89 96.74 Jumlah 92 100

Pedagang berdasarkan status perkawinan yang belum kawin sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35% dan yang kawin sebanyak 88 orang atau 95.65% (Tabel 3.23).

Tabel 3.23 Jumlah Pedagang Menurut Status Perkawinan No JenisKelamin Frekuensi Persentase (%) 1 Belum kawin 4 4.35 2 Kawin 88 95.65 Jumlah 92 100

35 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Pedagang berdasarkan kelompok umur <21 tahun sebanyak 0 orang, 21- 25 tahun sebanyak 0 orang, ≤35 tahun sebanyak 0 orang, 36-40 tahun sebanyak 8 0rang atau sebesar 8.70%, 41-45 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 11.96%, 46-50 tahun sebanyak 48 orang atau sebesar 52.17%, 51-55 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar 13.04%, 56-60 tahun sebanyak 8 orang atau sebesar 8.70%, dan umur >60 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 5.43% (Tabel 3.24).

Tabel 3.24 Jumlah Pedagang Menurut Kelompok Umur No Umur Frekuensi (f) Persentase (%) 1 <21 0 0 2 21-25 0 0 3 0 0 ≤ 35 tahun 4 36-40 tahun 8 8.70

5 41-45 tahun 11 11.96

6 46-50 tahun 48 52.17

7 51-55 tahun 12 13.04

8 56-60 tahun 8 8.70

9 > 60 tahun 5 5.43

Jumlah 92 100

Pedagang berdasarkan jenjang pendidikan yang tidak tamat SD sebanyak 32 orang atau sebesar 34.78%, SD/sederajat sebanyak 47 orang atau sebesar 51.09%, SMP/sederajat sebanyak 13 orang atau sebesar 14.13%, SMA/sederajat sebanyak 0 orang, dan diploma/sarjana sebanyak 0 orang (Tabel 3.25).

Tabel 3.25 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenjang Pendidikan No JenjangPendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 tidak tamat SD 32 34.78

2 SD/sederajat 47 51.09

3 SMP/sederajat 13 14.13

36 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

4 SMA/sederajat 0 0

5 diploma/sarjana 0 0

Jumlah 92 100

Pedagang berdasarkan jumlah anggota keluarga yang ikut berjualan dipasar terapung yaitu 1 orang sebanyak 17 orang atau sebesar 18.48%, 2 orang sebanyak 29 orang atau sebesar 31.52%, 3 orang sebanyak 37 orang atau sebesar 40.22%, 4 orang sebanyak 9 orang atau sebesar 9.78%, 5 orang sebanyak 0 orang dan >5 orang sebanyak 0 orang (Tabel 3.26).

Tabel 3.26 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jumlah anggota keluarga yang ikut berjualan dipasar terapung Jumlah anggota No Frekuensi (f) Persentase (%) keluarga

1 1 orang 17 18.48

2 2 orang 29 31.52

3 3orang 37 40.22

4 4orang 9 9.78

5 5orang 0 0 6 0 0 > 5 orang Jumlah 92 100

Pedagang berdasarkan Tipe keluarga keluarga tradisional keluarga inti sebanyak 38 orang atau sebesar 41.30%, keluarga tradisional keluarga besar sebanyak 54 orang atau sebesar 58.70%, keluarga non tradisional keluarga bentukan kembali sebanyak 0 orang, Keluarga non Tradisional orang tua tunggal sebanyak 0 orang, Keluarga non Tradisional keluarga tanpa pernikahan sebanyak 0 orang, keluarga non tradisional keluarga hidup bersama sebanyak 0 orang dan Keluarga non Tradisional keluarga sejenis sebanyak 0 orang (Tabel 3.27).

Tabel 3.27 Jumlah Pedagang Berdasarkan Tipe keluarga Frekuensi Persentase No Tipe keluarga (f) (%)

37 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

1 Keluarga Tradisional keluarga inti 38 41.30

2 Keluarga Tradisional keluarga besar 54 58.70 Keluarga non Tradisional keluarga 3 0 0 bentukan kembali Keluarga non Tradisional orang tua 4 0 0 tunggal Keluarga non Tradisional keluarga 5 0 0 tanpa pernikahan Keluarga non Tradisional keluarga 6 0 0 hidup bersama 7 0 0 Keluarga non Tradisional keluarga sejenis Jumlah 92 100

Pedagang berdasarkan Pekerjaan Selain Berdagang di Pasar Terapung yaitu ibu rumah tangga sebanyak 39 orang atau sebesar 42.39%, Pembantu rumah tangga sebanyak 2 orang atau sebesar 2.17%, Buruh tani sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35%, Petani/pekebun sebanyak 37 orang atau 40.22%, Berdagang di warung sebanyak 2 orang atau sebesar 2.17%, buruh harian sebanyak 7 orang atau sebesar 7.61%, tukang jahit sebanyak 1 orang atau sebesar 1.09% dan Tidak bekerja sebanyak 0 orang (Tabel 3.28).

Tabel 3.28 Pekerjaan Selain Berdagang di Pasar Terapung No Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

1 ibu rumah tangga 39 42.39

2 Pembantu rumah tangga 2 2.17

3 Buruh tani 4 4.35

4 Petani/pekebun 37 40.22

5 Berdagang di warung 2 2.17

6 buruh harian 7 7.61

7 tukang jahit 1 1.09 8 0 0 Tidak bekerja

38 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Jumlah 92 100

Jumlah pedagang berdasarkan daerah asal dalam kota (lokal) sebanyak 92 orang atau sebesar 100%, Luar kota (satu provinsi) sebanyak 0 orang , Luar kota (lain provinsi) sebanyak 0 orang, Luar negeri sebanyak 0 orang (Tabel 3.29).

Tabel 3.29 Jumlah Pedagang Berdasarkan Daerah Asal

No Daerah Asal Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Dalam kota (lokal) 92 100

2 Luar kota (satuprovinsi) 0 0

3 Luarkota (lain provinsi) 0 0

4 Luar negeri 0 0

Jumlah 92 100

Jumlah Pedagang Berdasarkan Alamat Lok Baintan sebanyak 41 orang atau sebesar 44.57%, Lok Baintan Dalam sebanyak 28 orang atau sebesar 30.43%, Paku Alam sebanyak 11 orang atau sebesar 11.96%, Sungai Pinang sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35%, Sungai Bakung sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, dan Sungai Lenge sebanyak 5 orang atau sebesar 5.43% (Tabel 3.30).

Tabel 3.30 Jumlah Pedagang Berdasarkan Alamat No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Lok Baintan 41 44.57

2 Lok Baintan Dalam 28 30.43

3 Paku Alam 11 11.96

4 Sungai Pinang 4 4.35 5 3 3.26 Sungai Bakung 6 Sungai Lenge 5 5.43

Jumlah 92 100

39 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Jumlah lama berdagang di pasar terapung 1-4 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar 1.09%, 5-9 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, 10-14 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 28.26%, 15-19 tahun sebanyak 37 orang atau sebesar 40.22%, dan ≥ 20 tahun sebanyak 25 orang atau sebesar 27.17% (Tabel 3.31).

Tabel 3.31 Lama Berdagang di Pasar Terapung No Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)

1 1-4 tahun 1 1.09

2 5-9 tahun 3 3.26

3 10-14 tahun 26 28.26

4 15-19 tahun 37 40.22

5 ≥ 20 tahun 25 27.17

Jumlah 92 100

Intensitas berdagang di pasar terapung setiap hari sebanyak 76 orang atau sebesar 82.61%, dan yang tidak setiap hari sebanyak 16 orang atau sebesar 17.39% (Tabel 3.32).

Tabel 3.32 Intensitas Berdagang di Pasar Terapung No Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)

1 Setiap hari 76 82.61

2 Tidak setiap hari 16 17.39

Jumlah 92 100

Waktu berdagang dipasar terapung dari jam 04.00-06.00 sebanyak 5 orang atau sebesar 5.43%, Jam 04.00-08.00 sebanyak 8 orang atau sebesar 8.70%, Jam 04.00-10.00 sebanyak 21 orang atau sebesar 22.83%, Jam 04.00-12.00 sebanyak 0 orang, Jam 05.00-07.00 sebanyak 7 orang atau sebesar 7.61%, Jam 05.00-09.00 sebanyak 13 orang atau sebesar 14.13%, Jam 05.00-11.00 sebanyak 12 orang atau sebesar 13.04%, Jam 05.00-13.00 sebanyak 0 orang, Jam 06.00- 08.00 sebanyak 11 orang atau sebesar 11.96%, Jam 06.00-10.00 sebanyak 15 orang atau sebesar 16.30%, dan Jam 06.00-12.00 sebanyak 0 orang (Tabel 3.33).

40 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Jumlah lama berdagang di pasar terapung 1-4 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar 1.09%, 5-9 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, 10-14 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 28.26%, 15-19 tahun sebanyak 37 orang atau sebesar 40.22%, dan ≥ 20 tahun sebanyak 25 orang atau sebesar 27.17% (Tabel 3.34).

Tabel 3.33 Waktu berdagang dipasar Terapung No Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Jam 04.00-06.00 5 5.43

2 Jam 04.00-08.00 8 8.70 3 21 22.83 Jam 04.00-10.00 4 Jam 04.00-12.00 0 0

5 Jam 05.00-07.00 7 7.61

6 Jam 05.00-09.00 13 14.13

7 Jam 05.00-11.00 12 13.04

8 Jam 05.00-13.00 0 0

9 Jam 06.00-08.00 11 11.96

10 Jam 06.00-10.00 15 16.30

11 Jam 06.00-12.00 0 0

Jumlah 92 100

Tabel 3.34 Tipe pedagang No Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Penyambangan tipe 1 42 45.65

2 Penyambangan tipe 2 21 22.83 3 Penyambangan tipe 3 19 20.65 4 Penyambangan tipe 4 10 10.87 5 Penyambangan tipe 5 0 0 Jumlah 92 100

41 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Jenis jualan seperti sayur-mayur sebanyak 27 orang atau sebesar 29.35%, ikan sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35%, ayam sebanyak 1 orang atau sebesar 1.09%, buah-buahan sebanyak 23 orang atau sebesar 25%, pencerekenan sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, kue dan masakan tradisional sebanyak 5 orang atau sebesar 5.43%, dan baju,sarung dll sebanyak 1 orang atau sebesar 1.09% (Tabel 3.35). Pendapatan bersih pedagang di pasar terapung per hari yang < Rp 50,000,- sebanyak 27 orang atau sebesar 29.35%, Rp 50,000,- s/d Rp 100,000,-sebanyak 39 orang atau sebesar 42.39%, Rp 100,000,- s/d Rp 150,000,-sebanyak 7 orang atau sebesar 7.61%, 36-40 tahun sebanyak 8 0rang atau sebesar 8.70%, Rp 150,000,- s/d Rp 200,000,- sebanyak 17 orang atau sebesar 18.48%, dan > Rp 200,000,- sebanyak 2 orang atau sebesar 2.17% (Tabel 3.36).

Tabel 3.35 Jenis jualan No Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Sayur mayur 27 29.35

2 Ikan 4 4.35

3 Ayam 1 1.09

4 Buah buahan 23 25

5 Pencerekenan 3 3.26 4 5 5.43 Kue dan masakan tradisional 5 Baju,sarung dll 1 1.09 Campuran sayur dan 6 28 30.43 buah Jumlah 92 100

Tabel 3.36 Pendapatan Bersih Pedagang di Pasar Terapung per Hari No Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)

1 < Rp 50,000,- 27 29.35

2 Rp 50,000,- s/d Rp 100,000,- 39 42.39

3 Rp 100,000,- s/d Rp 150,000,- 7 7.61

42 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

4 Rp 150,000,- s/d Rp 200,000,- 17 18.48

5 > Rp 200,000,- 2 2.17

Jumlah 92 100

Alasan berdagang di pasar terapung untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sebanyak 12 orang atau sebesar 13.04%, untuk menambah pemasukan keluarga sebanyak 31 orang atau sebesar 33.70%, tidak ada pekerjaan lain sebanyak 1 orang atau sebesar 1.09%, Menjual hasil kebun yang berlebih sebanyak 26 orang atau sebesar 28.26%, dan hasilnya lebih menjanjikan sebanyak 1 orang atau sebesar 1.09% (Tabel 3.37).

Tabel 3.37 Alasan Berdagang di Pasar Terapung No Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

Untuk mencukupi kebutuhan 1 12 13.04 hidup sehari-hari Untuk menambah 2 31 33.70 pemasukan keluarga 3 Tidak ada pekerjaan lain 1 1.09 Menjual hasil kebun yang 4 26 28.26 berlebih 5 Hasilnya lebih menjanjikan 1 1.09 4 8 8.70 Bertemu teman 5 Mengikuti arisan 4 4.35

6 Mengisi kesibukan 2 2.17

7 Bayar kreditan 7 7.61

Jumlah 92 100

Masalah yang dihadapi dalam berdagang seperti jumlah pembeli yang tidak pasti sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, saat hujan tidak ada pembeli sebanyak 11 orang atau sebesar 11.96%, harga awal barang yang diperdagangkan tiba-tiba melonjak sebanyak 9 orang atau sebesar 9.78%, barang dagangan tidak habis terjual sebanyak 19 orang atau sebesar 20.65%, pembeli menawar terlalu rendah sebanyak 17 orang atau sebesar 9.78%, usaha tidak sesuai dengan

43 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

hasil sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35%, tidak memiliki modal yang cukup sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, kondisi rumah yang tidak dapat ditinggalkan untuk berjualan sebanyak 11 orang atau sebesar 11.96%, dan tidak memiliki perahu atau jukung sendiri sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35% (Tabel 3.38).

Tabel 3.38 Masalah yang dihadapi dalam berdagang Persentase No Jawaban Frekuensi (f) (%)

1 Jumlah pembeli yang tidak pasti 3 3.26

2 Saat hujan tidak ada pembeli 11 11.96 Harga awal barang yang 9.78 3 9 diperdagangkan tiba-tiba melonjak 4 Barang dagangan tidak habis terjual 19 20.65

5 Pembeli menawar terlalu rendah 17 18.48 Sulit mendapatkan barang yang 9.78 6 9 akan dijual 7 Usaha tidak sesuai dengan hasil 4 4.35

8 Tidak memiliki modal yang cukup 3 3.26 Kondisi rumah yang tidak dapat 2.17 9 2 ditinggalkan untuk berjualan 10 Keadaan fisik yang tidak mendukung untuk 11 11.96 berjualan setiap hari Tidak memiliki perahu atau jukung 4.35 11 4 sendiri Jumlah 92 100

Pedagang yang tidak ingin anaknya meneruskan berdagang di pasar terapung seperti pendapatan minim sebanyak 9 orang atau sebesar 9.78%, tidak akan bisa jadi kaya sebanyak 5 orang atau sebesar 5.43%, tidak menguntungkan sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35%, melelahkan sebanyak 5 orang atau sebesar 5.43%, kehidupan anak harus lebih baik daripada orang tua sebanyak 9 orang atau sebesar 9.78%, usaha tidak sesuai dengan hasil sebanyak 14 orang atau sebesar 15.22%, supaya anak tidak malu sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, supaya anak dapat bersekolah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sebanyak 17 orang atau sebesar 18.48%, nasib anak jangan sama dengan orang

44 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata tua sebanyak 21 orang atau sebesar 22.83%, ada saja orang lain yang akan berdagang di pasar terapung sebanyak 2 orang atau sebesar 2.17%, dan bukan pekerjaan yang membanggakan sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26% (Tabel 3.39).

Tabel 3.39 Pedagang yang tidak ingin Anaknya Meneruskan Berdagang di Pasar Terapung No Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Pendapatan minim 9 9.78

2 Tidak akan bisa jadi kaya 5 5.43

3 Tidak menguntungkan 4 4.35

4 Melelahkan 5 5.43 Kehidupan anak harus lebih baik 5 9 9.78 daripada orang tua 6 Usaha tidak sesuai dengan hasil 14 15.22

7 Supaya anak tidak malu 3 3.26 Supaya anak dapat bersekolah dan 8 mendapatkan pekerjaan yang lebih 17 18.48 baik Nasib anak jangan sama dengan 9 21 22.83 orang tua Ada saja orang lain yang akan 10 2 2.17 berdagang di pasar terapung Bukan pekerjaan yang 11 3 3.26 membanggakan Jumlah 92 100

Harapan dari Pedagang Pasar Terapung seperti dikelola dengan baik sehingga dapat terus berlangsung (lestari) sebanyak 4 orang atau sebesar 4.35%, lebih dilibatkan dalam kegiatan pariwisata sebanyak 34 orang atau sebesar 36.96%, mendapatkan bantuan modal dari pemerintah sebanyak 12 orang atau sebesar 13.04%, sarana dan prasarana umum diperbaiki sebanyak 13 orang atau sebesar 13.14%, Mendapatkan pelatihan peningkatan kemampuan seperti membuat kue dan kerajinan tangan sebanyak 11 orang atau sebesar 11.96%, bantuan jukung/perahu dari pemerintah sebanyak 6 orang atau sebesar 6.52%, supaya

45 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

anak tidak malu sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26%, pelatihan keterampilan untuk generasi muda sebanyak 17 orang atau sebesar 18.48%, nasib anak jangan sama dengan orang tua sebanyak 9 orang atau sebesar 9.78%, dan Bantuan membangun WC dirumah – rumah penduduk sebanyak 3 orang atau sebesar 3.26% (Tabel 3.40).

Tabel 3.40 Harapan dari Pedagang Pasar Terapung No Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

Dikelola dengan baik sehingga 1 dapat terus berlangsung 4 4.35 (lestari) Lebih dilibatkan dalam kegiatan 2 34 36.96 pariwisata Mendapatkan bantuan modal 3 12 13.04 dari pemerintah Sarana dan prasarana umum 4 13 14.13 diperbaiki Mendapatkan pelatihan peningkatan kemampuan 5 11 11.96 seperti membuat kue dan kerajinan tangan Bantuan jukung/perahu dari 6 6 6.52 pemerintah Pelatihan keterampilan untuk 7 9 9.78 generasi muda Bantuan membangun WC 8 3 3.26 dirumah –rumah penduduk Jumlah 92 100

46 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata 4

TIPOLOGI WISATA KAWASAN PASAR TERAPUNG

ipologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu typos (pengelompokan) dan logos (ilmu).Tipologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memilah sebuah kelompok objek berdasarkan kesamaan sifat- sifatT dasar, atau dapat diartikan pula bahwa tipologi adalah tindakan berfikir dalam rangka pengelompokkan (Moneo dalam Ramadanta 2010:132).Tipologi adalah studi tentang tipe untuk membuat klasifikasi-klasifikasi yang didasarkan pada kesamaan karakter obyek. Menurut Sulistijowati pengenalan tipologi akan mengarah pada upaya untuk mengkelaskan, mengelompokkan atau mengklasifikasikan berdasar aspek atau kaidah tertentu. Aspek tersebut antara lain: 1. Fungsi (meliputi penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-lain); 2. Geometrik (meliputi bentuk, prinsip tatanan, dan lain-lain); dan 3. Langgam (meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan, etnik dan budaya, dan lain-lain Dalam perkembangan tipologi tidak hanya dapat dibentuk dari objek atau elemen fisik tetapi juga kondisi sosial, ekonomi dan budaya mempengaruhi terbentuknya tipologi sebagai contoh komponen teknologi berperan penting. Pengelompokkan wisata dikawasan pasar terapung Lok Baintan berdasarkan potensi fisik, sosial dan budaya masyarakat yang dapat dikemas menjadi atraksi wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan dengan melibatkan masyarakat dan wisatawan yang dapat berinteraksi secara langsung dalam kemasan paket atraksi yang ditawarkan. Berikut deskripsi potensi wisata pasar terapung Lok Baintan yang dibagi dalam tipologi obyek wisata antara lain:

47 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

4.1. Kawasan wisata pasar terapung Lok Baintan dipasar terapung antara lain:kegiatan pedagang membawa dagangan dengan kelihaian mendayung jukung hilir mudik mengikuti arus atau melawan arus sungai,kegiatan transaksi jual beli dengan ijab Kabul (jualah dan Tukarlah) Potensi wisata yang ada dikawasan pasar terapung Lok Baintan ProvinsiKalimantan dimana penjual mengatakan jualah kepada pembeli setelah penerimaan pembayaran selatan terdapat beberapa jenis potensi wisata antara lain potensi wisata budaya, dan pembeli mengatakan tukarlah setelah melakukan pembayaran,kegiatan wisata alam, wisata sejarah, wisata buatan dan wisata kuliner. Lokasi, titik jual beli antar pedagang pasar terapung dengan melaksanakan barter barang koordinat, potensi, dan atraksi yang ada di kawasan tersebut dirangkum pada dagangan yang diperlukan masing-masing pedagang. Tabel 4.1. Wisatawan dapat menikmati sensasi menjadi pedagang dengan menaiki Aktivitas di pasar terapung lok baintan dimulai pagi hari sekitar jam 5 jukung pedagang ikut berjualan mendampingi pedagang pasar terapung, subuh sampai jam 12 siang, jumlah pedagang di Pasar terapung tidak menentu merasakan sensasi makan diatas kelotok, pola menikmati pola pemukiman tergantung ada tidaknya barang yang dijual,karena barang yang dijual kebanyakan sepanjang sungai, menikmati dermaga dengan segala aktivitasnya karena dermaga merupakan hasil kebun mereka sendiri sehingga tidak setiap hari berjualan merupakan tempat berkumpul anak muda dan masyarakat setempat, menikmati dipasar terapung. jembatan gantung dan merasakan sensasi menyeberangi jembatan yang bergoyang bila dilewati serta ikut menikmati dan merasakan semua aktivitas masyarakat Tabel 4.1 Pasar terapung Lok Baintan dengan budaya sungai seperti dibatang atau berenang, mencuci, memancing Potensi Kategori Atraksi yang dapat Lokasi Titik koordinat ikan disungai dan aktivitas lainnya (Gambar 4. 19). wisata wisata dikemas Atraksi alam yang dapat dinikmati dikawasan pasar terapung antara lain:pemandangan Pasar 3°17’24.66”LS Potensi fisik Wisata Menikmati sungai besar yang masih alami, suhu udara yang panas antara 17ºC-35ºC (musim terapung lok 114°39’41.72”BT alam,wisata pemandangan alam hujan dan musim panas), flora yang khas seperti pemandangan pohon nipah di Baintan budaya dan menikmati aktivitas jual wisata beli,aktivitas masyarakat tepian sungai,jenis tanaman dan jenis hewan lokal yang khas seperti antara lain: kuliner sepanjang sungai, betok atau papuyu, gabus atau haruan, sapat, seluang, dan lain-lain. berenang, memancing dan menikmati masakan daerah setempat.

Banyak hal yang bisa dinikmati dipasar terapung selain aktivitas jual beli antar pedagang pasar terapung, pengunjung, sensasi makan diatas klotok, pengunjung juga bisa naik keperahu pedagang/jukung untuk merasakan sensasi mendayung perahu seperti pedagang pasar terapung. Pemandangan yang dapat dinikmati selain sungai besar yang masih alami, pemukiman sepanjang sungai yang mengambarkan kehidupan masyarakat dengan budaya sungai yang khas antara lain mandi, mencuci, masak, menangkap ikan, dan aktivitas lainnya. Pengunjung juga dapat menikmati beragam kuliner khas yang dijual pedagang baik berupa , mie habang,lontong maupun bermacam– macam kue/wadai khas banjar,juga hasil kebun pedagang antara lain buah lokal yang bisa dinikmati langsung,sayur mayur dan ikan lokal yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Mengambarkan potensi yang terdapat pada kawasan pasar terapung yang terdiri dari wisata alam,dan wisata budaya.Atraksi budaya yang dapat dinikmati Gambar 4.1 Pemandangan yang dapat dinikmati di kawasan pasar terapung Lok Baintan 48 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata dipasar terapung antara lain:kegiatan pedagang membawa dagangan dengan kelihaian mendayung jukung hilir mudik mengikuti arus atau melawan arus sungai,kegiatan transaksi jual beli dengan ijab Kabul (jualah dan Tukarlah) dimana penjual mengatakan jualah kepada pembeli setelah penerimaan pembayaran dan pembeli mengatakan tukarlah setelah melakukan pembayaran,kegiatan jual beli antar pedagang pasar terapung dengan melaksanakan barter barang dagangan yang diperlukan masing-masing pedagang. Wisatawan dapat menikmati sensasi menjadi pedagang dengan menaiki jukung pedagang ikut berjualan mendampingi pedagang pasar terapung, merasakan sensasi makan diatas kelotok, pola menikmati pola pemukiman sepanjang sungai, menikmati dermaga dengan segala aktivitasnya karena dermaga merupakan tempat berkumpul anak muda dan masyarakat setempat, menikmati jembatan gantung dan merasakan sensasi menyeberangi jembatan yang bergoyang bila dilewati serta ikut menikmati dan merasakan semua aktivitas masyarakat dengan budaya sungai seperti mandi dibatang atau berenang, mencuci, memancing ikan disungai dan aktivitas lainnya (Gambar 4. 19). Atraksi alam yang dapat dinikmati dikawasan pasar terapung antara lain:pemandangan sungai besar yang masih alami, suhu udara yang panas antara 17ºC-35ºC (musim hujan dan musim panas), flora yang khas seperti pemandangan pohon nipah di tepian sungai,jenis tanaman dan jenis hewan lokal yang khas seperti antara lain: betok atau papuyu, gabus atau haruan, sapat, seluang, dan lain-lain.

Gambar 4.1 Pemandangan yang dapat dinikmati di kawasan pasar terapung Lok Baintan 49 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Wisata kuliner yang dapat dinikmati dikawasan pasar terapung antara lain: lain aktivitas budaya dan atraksi alam. atraksi budaya dengan aktivitas masyarakat masakan khas banjar seperti lontong banjar,nasi kuning,mie merah,soto banjar,nasi sehari–hari antara lain aktivitas masyarakat berkumpul diteras-teras rumah sop,dan masak habang.kue/wadai khas banjar seperti,bobongko,gaguduh,apa dipinggir sungai sebagai ajang pertemuan sosial, aktivitas mendayung dari m,kukuleh dan lain-lain. Buah buahan lokal yang khas yang dapat dinikmati rumah kerumah untuk bertamu, aktivitas memasak bersama, menikmati dan di pasar terapung tergantung musim buah yang ada antara lain: seperti Kapul mengikuti aktivitas latihan music tradisional, ikut terlibat dalam membuat kue (Baccaurea macrocarpa), Gandaria (Boueamacrophylla Griffith), Kuweni atau tradisional dirumah penduduk, ikut terlibat dalam membantu penduduk dalam kuwini (Mangifera×odorata Griffith), Cempedak (Arthocarpus champeden), mempersiapkan barang dagangan, belajar berinteraksi dengan mengunakan Jeruk keprok (Citrus reticulata), Rambutan (Nephellium lappacium), Binjai bahasa banjar dan menikmati rumah panggung/rumah banjar yang unik (Mangifera caesia ), Mangga kasturi (Mangifera casturi), Rambai (Baccaurea (Gambar 4.20). motleyana), Pampakin (Durio kutejensis), Kalangkala (Litsea sebifera), dan Atraksi alam yang dapat dinikmati di kawasan pemukiman penduduk Gitaan (Willughbeia firma BL). antara lain:pemandangan perkampungan sepanjang sungai,pemandangan perkampungan sepanjang jalan,pemandangan sawah sepanjang jalan 4.2. Kawasan Wisata Pemukiman/Perkampungan perkampungan,sungai-sungai kecil yang membelah perkampungan. Desa Lok Baintan

Menikmati perkampungan warga yang terletak mengikuti sepanjang sungai dan sepanjang jalan desa merupakan pemandangan yang khas dengan desain rumah panggung adaptasi masyarakat dengan alam sekitar. Selain itu juga dapat berinteraksi langsung dengan kehidupan masyarakat banjar antara lain mendengar bahasa dan logat daerah setempat, melihat tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat banjar, menikmati hidangan kuliner khas daerah. Rumah warga bisa sebagai home stay wisatawan yang ingin menginap merasakan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Lokasi, koordinat, potensi wisata dan atraksi yang dapat dikemas di perkampungan dirangkum pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perkampungan di Lok Baintan Ttitik Potensi Atraksi yang dapat Lokasi Kategori wisata koordinat wisata dikemas

Perkampungan warga Potensi Wisata budaya Menikmati 3°17’24.46”LS Sosial Wisata kuliner perkampungan 114°40’11.37”BT s/d disepanjang sungai, 3°18›2.85»LS rumah panggung 114°39’34.22”BT dan menikmati kehidupan masyah Gambar 4.2 Interaksi dengan masyarakat sekitar sebagai daya tarik setarakat banjar dan menikmati masakan pengembangan kawasan wisata pemukiman daerah setempat.

Mengambarkan atraksi yang dapat dinikmati dikawasan pemukiman antara

50 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata lain aktivitas budaya dan atraksi alam. atraksi budaya dengan aktivitas masyarakat sehari–hari antara lain aktivitas masyarakat berkumpul diteras-teras rumah dipinggir sungai sebagai ajang pertemuan sosial, aktivitas mendayung dari rumah kerumah untuk bertamu, aktivitas memasak bersama, menikmati dan mengikuti aktivitas latihan music tradisional, ikut terlibat dalam membuat kue tradisional dirumah penduduk, ikut terlibat dalam membantu penduduk dalam mempersiapkan barang dagangan, belajar berinteraksi dengan mengunakan bahasa banjar dan menikmati rumah panggung/rumah banjar yang unik (Gambar 4.20). Atraksi alam yang dapat dinikmati di kawasan pemukiman penduduk antara lain:pemandangan perkampungan sepanjang sungai,pemandangan perkampungan sepanjang jalan,pemandangan sawah sepanjang jalan perkampungan,sungai-sungai kecil yang membelah perkampungan.

Gambar 4.2 Interaksi dengan masyarakat sekitar sebagai daya tarik pengembangan kawasan wisata pemukiman

51 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

4.3. Kawasan Wisata Sungai

Ada tujuh anak sungai utama yang ada disekitar kawasan pasar terapung Lok Baintan dimana pedagang berasal dari sungai-sungai tersebut antara lain: sungai lenge,sungai bunut, sungai paku alam, sungai saka bunut, sungai tanifah, sungai madang, dan sungai lok baintan (Tabel 4.3). Potensi sungai sebagai wisata sungai selain bisa menikmati pemandangan sepanjang anak sungai dan perkampungan sepanjang sungai dengan mengunakan kelotok atau jukung,juga bisa mampir di perkebunan warga yang terletak dikiri dan kanan sungai dengan tanaman buah khas daerah antara lain: rambutan, jeruk, duku/langsat, pisang, dan buah khas lainnya. Gambar 4.3 Mendayung salah satu atraksi yang dapat ditawarkan dalam pengembangan wisata susur sungai Tabel 4.3 Anak sungai di sekitar pasar terapung Lok Baintan Potensi Kategori Atraksi yang 4.4. Kawasan Wisata Perkebunan Lokasi Ttitik koordinat wisata wisata dapat dikemas Sungai 03º16´57,3”LS Dengan wisata diperkebunan, warga dapat menikmati sensasi memetik lenge 114º39´03,8”BT Menikmati dan menikmati buah langsung dari pohonnya, membantu memanen buah, Sungai 03º18´05,1”LS pemandangan dan belajar cara bercocok tanam dengan warga setempat. Pengalaman langsung Bakung 114º39´34,1”BT sungai,sensasi yang didapat wisatawan merupakan sebuah pembelajaran tentang tanaman Sungai Paku 03º17´52,9”LS menyusuri khas lokal bahwa ada yang merupakan tanaman yang hanya ada didaerah sungai alam 114º39´58,9”BT Wisata tersebut. Tabel 4.4 mengambarkan potensi yang terdapat pada kawasan perkebunan mengunakan Sungai Saka 03º18´57,3”LS Potensi alam jukung atau yang terdiri dari wisata alam, dan wisata budaya. Perjalanan menuju lokasi Bunut 114º37´54,7”BT Fisik Wisata kelotok dan perkebunan terlihat pada Gambar 4.22 kuliner Sungai 03º17´35,16”LS menikmati Madang 114º39´18,51”BT aktivitas Tabel 4.4 Perkebunan di sekitar pasar terapung Lok Baintan Sungai 03º17´37,4”LS masyarakat Potensi Kategori Atraksi yang Lokasi Ttitik koordinat Tanifah 114º29´31,8”BT disepanjang wisata wisata dapat dikemas sungai. Sungai Lok 03º17´10,72”LS Perkebunan 03º17´24,4”LS Menikmati Baintan 114º39´56,41”BT 1 114º40´11,1”BT pemandangan Perkebunan 03º17´39,1”LS dan hasil kebun Mengambarkan atraksi yang dapat dinikmati dikawasan sungai antara lain 2 114º39´23,8”BT penduduk dengan Wisata memetik sendiri, aktivitas budaya dan atraksi alam. Atraksi budaya yang dapat dinikmati antara Potensi Perkebunan 03º17´22,6”LS alam dan belajar cara lain mendayung menyusuri sungai (Gambar 4.21), belajar mendayung, belajar Fisik 3 114º40´07,1”BT buatan bercocok berenang disungai, aktivitas menangkap ikan disungai dengan mengunakan tanamnya jala, pancing, atau belukah. Perkebunan 03º17´28,4”LS berinteraksi Atraksi alam yang dapat dinikmati dikawasan sungai antara lain: pemandangan 4 114º39´31,2”BT dengan sungai yang masih alami,flora dan fauna yang terdapat disungai dan sepanjang penduduk. pinggiran sungai,pemandangan pemukiman yang unik disepanjang sungai,pemandangan perkebunan disepanjang sungai.

52 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 4.3 Mendayung salah satu atraksi yang dapat ditawarkan dalam pengembangan wisata susur sungai

4.4. Kawasan Wisata Perkebunan

Dengan wisata diperkebunan, warga dapat menikmati sensasi memetik dan menikmati buah langsung dari pohonnya, membantu memanen buah, dan belajar cara bercocok tanam dengan warga setempat. Pengalaman langsung yang didapat wisatawan merupakan sebuah pembelajaran tentang tanaman khas lokal bahwa ada yang merupakan tanaman yang hanya ada didaerah tersebut. Tabel 4.4 mengambarkan potensi yang terdapat pada kawasan perkebunan yang terdiri dari wisata alam, dan wisata budaya. Perjalanan menuju lokasi perkebunan terlihat pada Gambar 4.22

Tabel 4.4 Perkebunan di sekitar pasar terapung Lok Baintan Potensi Kategori Atraksi yang Lokasi Ttitik koordinat wisata wisata dapat dikemas Perkebunan 03º17´24,4”LS Menikmati 1 114º40´11,1”BT pemandangan Perkebunan 03º17´39,1”LS dan hasil kebun 2 114º39´23,8”BT penduduk dengan Wisata memetik sendiri, Potensi Perkebunan 03º17´22,6”LS alam dan belajar cara Fisik 3 114º40´07,1”BT buatan bercocok tanamnya Perkebunan 03º17´28,4”LS berinteraksi 4 114º39´31,2”BT dengan penduduk.

53 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Atraksi alam yang dapat dinikmati dikawasan perkebunan antara lain: menikmati pemandangan perkebunan yang khas, menikmati dan mengenal flora dan fauna yang khas. Gambar 4.24 mengambarkan wisata kuliner yang dapat dinikmati di kawasan sungai dan perkebunan antara lain: Buah-buahan lokal yang khas yang dapat dinikmati hasil kebun penduduk baik hasil bercocok tanam maupun tanaman hutan atau liar tergantung musim buah yang ada antara lain: seperti Kapul (Baccaurea macrocarpa), Gandaria (Boueamacrophylla Griffith), Kuweni atau kuwini (Mangifera × odorata Griffith), Cempedak (Arthocarpus champeden), Jeruk keprok (Citrus reticulata), Rambutan (Nephellium lappacium), Binjai (Mangifera caesia), Mangga kasturi (Mangifera casturi), Gambar 4.4 Perjalanan menuju perkebunan warga yang terletak di sepanjang Rambai (Baccaurea motleyana), Pampakin (Durio kutejensis), Kalangkala (Litsea anak sungai Martapura sebifera), Gitaan (Willughbeia firma BL.), Sirsak/nangka belanda, Kecapisentul, Hambawang, Kelapa, Durian, Mangga (Magnifera indica), Mangga (Magnifera Gambar 4.5 memperlihatkan atraksi budaya yang dapat dinikmati di perkebunan indica), Pisang (Musa paradisiaca), Srikaya (Annona squamosa), Duku (lansium antara lain: belajar bercocok tanam diperkebunan penduduk, belajar tentang domesticum), Salak (Salacca edulis), Sawo (Manilkara kauki), Belimbing sawah pasang surut, aktivitas memetik dan menikmati hasil kebun penduduk (Averrhoa carambola), Nanas (Ananas comocus), Jeruk nipis (Citrus aurantifolia). contohnya memetik rambutan, kelapa, jeruk, pisang, dan hasil kebun lainnya, belajar tentang tanaman lokal mulai dari nama, bibit, dan khasiatnya.

Gambar 4.5 Memetik buah rambutan merupakan atraksi yang dapat dikemas Gambar 4.6 Wisata memetik jeruk, kelapa dan bercocok tanam di sawah dalam pengembangan wisata perkebunan pasang surut

54 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Atraksi alam yang dapat dinikmati dikawasan perkebunan antara lain: menikmati pemandangan perkebunan yang khas, menikmati dan mengenal flora dan fauna yang khas. Gambar 4.24 mengambarkan wisata kuliner yang dapat dinikmati di kawasan sungai dan perkebunan antara lain: Buah-buahan lokal yang khas yang dapat dinikmati hasil kebun penduduk baik hasil bercocok tanam maupun tanaman hutan atau liar tergantung musim buah yang ada antara lain: seperti Kapul (Baccaurea macrocarpa), Gandaria (Boueamacrophylla Griffith), Kuweni atau kuwini (Mangifera × odorata Griffith), Cempedak (Arthocarpus champeden), Jeruk keprok (Citrus reticulata), Rambutan (Nephellium lappacium), Binjai (Mangifera caesia), Mangga kasturi (Mangifera casturi), Gambar 4.4 Perjalanan menuju perkebunan warga yang terletak di sepanjang Rambai (Baccaurea motleyana), Pampakin (Durio kutejensis), Kalangkala (Litsea anak sungai Martapura sebifera), Gitaan (Willughbeia firma BL.), Sirsak/nangka belanda, Kecapisentul, Hambawang, Kelapa, Durian, Mangga (Magnifera indica), Mangga (Magnifera Gambar 4.5 memperlihatkan atraksi budaya yang dapat dinikmati di perkebunan indica), Pisang (Musa paradisiaca), Srikaya (Annona squamosa), Duku (lansium antara lain: belajar bercocok tanam diperkebunan penduduk, belajar tentang domesticum), Salak (Salacca edulis), Sawo (Manilkara kauki), Belimbing sawah pasang surut, aktivitas memetik dan menikmati hasil kebun penduduk (Averrhoa carambola), Nanas (Ananas comocus), Jeruk nipis (Citrus aurantifolia). contohnya memetik rambutan, kelapa, jeruk, pisang, dan hasil kebun lainnya, belajar tentang tanaman lokal mulai dari nama, bibit, dan khasiatnya.

Gambar 4.5 Memetik buah rambutan merupakan atraksi yang dapat dikemas Gambar 4.6 Wisata memetik jeruk, kelapa dan bercocok tanam di sawah dalam pengembangan wisata perkebunan pasang surut

55

Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata 5

INVENTARISASI PRODUK PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN

5.1. Inventarisasi Tanaman yang dijual di Pasar terapung Lok Baintan

Inventarisasi merupakan suatu usaha mengumpulkan, mencatat, mendata serta menyusun semua potensi sumber daya alam yang pedagang jual di pasar terapung Lok baintan agar dapat dikelola, direncanakan dan dikemas menjadi produk unggulan berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Layaknya pasar didarat pedagang di pasar terapung menjual bermacam- macam barang dagangan antara lain: sayur dan mayur, buah-buhan lokal, ikan lokal, ayam, kuliner khas daerah seperti kue dan masakan lainnya, kelontong atau bahasa daerahnya pencerekenan, sedangkan yang menjual baju, sarung dan lain-lain hanya satu orang. Produk yang dijual dipasar terapung Lok baintan yang kebanyakan merupakan hasil bumi setempat dimana wisatawan seringkali menikmati langsung apa yang mereka beli seperti buah-buhan sangat sedikit yang mereka beli melalui olahan terlebih dahulu seperti kuliner daerah, padahal sangat banyak potensi kuliner yang terdapat didaerah ini yang dapat menjadi daya tarik tersendiri wujud dari wisata kuliner antara lain: Beragam masakan khas banjar yang berpotensi sebagai daya tarik wisata kuliner terdiri masakan sayur atau biasa disebut ganggan ada bermacam – macam antara lain : ganggan gadang pisang, ganggan haliling, ganggan humbut, ganggan karuh, ganggan katuyung, Gangan keladi, ganggan nangka, gangan rabung, gangan waluh, kembang tigaron, using-using kangkung, sayur bening, urap, tarung bebanam, tarung betanak, mandai, jaruk tarap, jaruk kalangkala. Untuk masakan ikan atau di sebut iwak dalam bahasa banjar ada bermacam- macam antara lain: Bistik,masak habang, haruan baubar, haruan masak kecap, Iwak bapais, karih, opor kuning, opor putih, pakasam, Iwak besanga.

57 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Kuliner kue khas banjar atau yang biasanya disebut wadai ada bermacam – macam olahan kuliner ini antara lain : amparan tatak, sarimuka, wadai balapis, lakatan sarikaya, kararaban, putri salat, wadai Pais, bingka berandam, bingka, apam, cincin, cucur, gagatas, Ipau, cingkarok batu, dadar gulung, gaguduh, kelalapon, kikicak, serabi, untuk-untuk, agar-agar habang, katupat balamak, lamang, lupis, patah, pundut, undi-undi. Perkembangan wisata kuliner merupakan wisata yang menjanjikan pada saat ini dimana banyak wisatawan akan memburu masakan –masakan daerah yang memiliki citra rasa sendiri, hal ini dapat dikemas menjadi salah satu atraksi tersendiri untuk menjadi daya tarik suatu tepat tujuan wisata, apalagi klo dikemas menjadi satu atraksi yang dapat melibatkan langsung wisatawan melalui kegiatan wisata antara lain: merasakan sensasi langsung mengenal bahan –bahan dan cara memasak kuliner tersebut, cara menyajikan dan merasakan kuliner tersebut. Hal ini dikarenakan disetiap daerah pasti memiliki perbedaan dan keunikan tersendiri dari komposisi bahan masakan maupun cara pengolahan bahkan cara penyajian dari kuliner tersebut. Mengemas potensi sumber daya alam menjadi suatu atraksi, selain dapat melibatkan peran serta aktif dari masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga dapat sebagai salah satu cara pelestarian kebudayaan masyarakat setempat.

Pepaya (Carica pepaya) Tanaman pepaya (Carica pepaya) merupakan jenis tanaman yang diklasifikasikan kedalam famili Caricaceae, bahasa banjar disebut kastela. Tanaman ini banyak ditanam penduduk setempat sehingga banyak ditemui pedagang membawa daun dan buah pepaya untuk dijual di pasar terapung Lok Baintan. Pepaya atau kastela (Gambar 5.1) dapat dikonsumsi langsung setelah buah masak, tetapi bisa juga dibuat sayur mayur dari buah yang mentah maupun daun pepaya. Dalam sistematika tumbuhan, tanaman pepaya diklasifikasikan ke dalam : Divisio : Magnoliopyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Violales Familia : Caricaceae Genus : Carica Spesies : Carica papaya L

58 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.1 Pepaya (Carica pepaya)

Kapul (Baccaurea macrocarpa) Kapul (Baccaurea macrocarpa) (Gambar 5.2) adalah sejenis buah dan pohonnya, anggota suku . Buah kapul jarang dijual pedagang, hal ini dikarenakan buah kapul hanya buah musiman. Buah kapul biasanya dijual per ikat, satu ikat berisi sepuluh buah dengan harga bervariasi. Dalam sistematika tanaman buah kapul Klasifikasi Ilmiah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Famili : Phyllanthaceae Genus : Baccaurea Spesies : B. macrocarpa

Gambar 5.2 Kapul (Baccaurea macrocarpa)

Kelapa (Cocos nucifera L.) Kelapa (Gambar 5.3) adalah salah satu jenis tanaman yang termasuk ke

59 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

dalam suku pinang-pinangan (arecaceae). Hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan, pedagang banyak menjual buah kelapa baik buah kelapa muda maupun kelapa tua yang diambil untuk santan, ada juga pedagang yang membawa dagangan berupa sapu lidi maupun daun kelapa untuk membuat . Dalam sistematika tumbuhan, tanaman kelapa diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Subkelas : Arecidae Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Cocos Spesies : Cocos nucifera L.

Gambar 5.3 Kelapa (Cocos nucifera L.)

Durian (Durio zibethinus Murr) Durian (Gambar 5.4) atau sering juga disebut duren termasuk buah musiman, tidak setiap hari pedagang menjual buah durian tergantung dari musim buah ini. Buah durian termasuk buah yang relative mahal dibandingkan buah lainnya yang dijual pedagang kerena tidak semua masyarakat menanam buah ini.Dalam sistematika tumbuhan, tanaman kelapa diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

60 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Famili : Bombacaceae Genus : Durio Spesies : Durio zibethinus Murr

Gambar 5.4 Durian (Durio zibethinus Murr)

Mangga (Magnifera indica) Mangga (Gambar 5.5) merupakan jenis buah-buahan yang termasuk ke dalam genus Mangifera dan family .Buah manga juga termasuk buah musiman yang dijual pedagang, pada umumnya buah manga dijual dalam keadaan buah masih mentah untuk dirujak atau buah matang untuk dikonsumsi langsung.Dalam sistematika tumbuhan, tanaman durian diklasifikasikan ke dalam : Kingdom : Plantae Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Famili : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : L.

61 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.5 Mangga (Magnifera indica)

Gandaria (Bouea mcrophylla) Gandaria (BoueamacrophyllaGriffith) (Gambar 5.6) adalah satu spesies dari suku Anacardiaceae dalam bahasa banjar masyarakat menyebutnya ramania. Gandaria atau ramania biasanya dijual dalam keadaan buah masih mentah untuk dibuat rujak atau dicampur dalam membuat sambel masakan dan juga dijual dalam keadaan buah masak untuk dikonsumsi secara langsung. Dalam sistematika tumbuhan, tanaman gandaria diklasifikasikan ke dalam : Kingdom : Plantae () Subkingdom : Tracheobionta (Vascular plants) Superdivision : Spermatophyta (Seed plants) Division : Magnoliophyta (Flowering plants) Class : Magnoliopsida (Dicotyledons) Subclass : Rosidae Order : Sapindales Family : Anacardiaceae Genus : Bouea Meisn.

Gambar 5.6 Gandaria (Bouea mcrophylla)

62 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Sukun (Artocarpus communis) Pohon Sukun dalam istilah latinnya Artocarpus Communis. Buah sukun (Gambar 5.7) biasanya dijual pedagang dalam keadaan buah masih mentah dan dalam keadaan masak. Buah sukun diolah menjadi dan gorengan apabila buah sukun sudah masak. Dalam sistematika tumbuhan, tanaman sukun diklasifikasikan ke dalam : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus communis forst

Gambar 5.7 Sukun (Artocarpus communis)

Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan tanaman terna yang tidak mengenal musim. Famili Musaceae, hampir setiap hari pedagang menjual pisang baik bagian buah, daun maupun jantung pisang yang sering disebut tongkol pisang..Banyak olahan dari buah pisang yang dapat dinikmati antara lain: pisang goring, pisang, kripik pisang dll. Dalam sistematika tumbuhan, tanaman pisang diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Plantae Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/Monokotil) Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisiaca

63 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.8 Pisang (Musa paradisiaca)

Srikaya (Annona squamosa) Srikaya atau buah nona (Annona squamosa) (Gambar 5.9) adalah tanaman yang tergolong ke dalam genusAnnona yang berasal dari daerah tropis.Dalam sistematika tumbuhan, tanaman srikaya diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan : Plantae(tidak termasuk) Magnoliids Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : A. squamosal

Gambar 5.9 Srikaya (Annona squamosa)

Salak (Salacca edulis) Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan termasuk dalam family Arecaceae. Dalam sistematika tumbuhan, tanaman salak diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta

64 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Salacca Spesies : S. zalacca

Gambar 5.10 Salak (Salacca edulis)

Sawo (Manilkara kauki) Sawo Kecik (Manilkara kauki) (Gambar 5.11) sering disebut juga Sawo Jawa merupakan famili .Dalam sistematika tumbuhan, tanaman sawo diklasifikasikan ke dalam : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Ebenales Famili : Sapotaceae Genus : Manilkara; Spesies : Manilkara kauki Sinonim : Mimusops kauki, Manilkara kaukii

Gambar 5.11 Sawo (Manilkara kauki)

65 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Enau (Arenga pinnata) Enau atau aren (Arenga pinnata, sukuArecaceae) (Gambar 5.12) dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Arenga Spesies : A. pinnata

Gambar 5.12 Enau (Arenga pinnata)

Kweni (mangifera odorata) Kuweni atau kuwini (Mangifera odorata ) adalah sejenis mangga-manggaan yang masih berkerabat dekat dengan bacang. Dalam sistematika tumbuhan, tanaman kweni diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : M. × odorata (M. indica ×M. foetida)

Gambar 5.13 Kweni (mangifera odorata)

66 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Belimbing (Averrhoa carambola) Belimbing (Gambar 5.14) Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Oxalidales Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa Spesies : A. carambola

Gambar 5.14 Belimbing (Averrhoa carambola)

Cempedak (Arthocarpus champeden) Cempedak (Gambar 5.15) adalah tanaman buah-buahan dari famili Moraceae. Bentuk buah, rasa dan keharumannya seperti nangka, meski aromanya kerap kali menusuk kuat mirip buah durian disebut tiwadak (Banjar). Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : A. integer

Gambar 5.15 Cempedak (Arthocarpus champeden)

67 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Nanas (Ananas comocus) Nanas, nenas, atau ananas (Ananas comosus (L.) Merr) (Gambar 5.16) ini termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Kerajaan : Plantae (tidak termasuk) Monocots (tidak termasuk) Commelinids Ordo : Poales Famili : Bromeliaceae Genus : Ananas Spesies : A. comosus

Gambar 5.16 Nanas (Ananas comocus)

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) Jeruk Nipis atau Limau Nipis (Gambar 5.17) termasuk famili rutaceae Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : C. aurantifolia

Gambar 5.17 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

68 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Jeruk Keprok (Citrus reticulata) Jeruk atau limau (Gambar 5.18) anggota margaCitrus dari sukuRutaceae (suku jeruk-jerukan). Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Upakelas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Upafamili : Aurantioideae Bangsa : Citreae Genus :CitrusL.

Gambar 5.18 Jeruk Keprok (Citrus reticulata)

Manggis (Garcinia mangostana) Manggis (Garcinia mangostanaL.) (Gambar 5.19) termasuk famili clusiaceae. Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Clusiaceae Genus : Garcinia Spesies : G. mangostana

Gambar 5.19 Manggis (Garcinia mangostana)

69 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Rambutan (Nephellium lappacium) Rambutan (Gambar 5.20) adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau Sapindaceae, Kerajaan : Plantae(tidak termasuk) (tidak termasuk) Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus :Nephelium Spesies : N. lappaceum

Gambar 5.20 Rambutan (Nephellium lappacium)

Kedondong (Spondias dulcis) Kedondong (Gambar 5.21) adalah tanaman buah yang tergolong ke dalam suku mangga-manggaan (Anacardiaceae). Kerajaan : Plantae (tidak termasuk) Eudicots (tidak termasuk) Rosids Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Spondias Spesies : S. dulcis

Gambar 5.21 Kedondong (Spondias dulcis)

70 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Jambu batu (Psidium guajava) Jambu batu (Psidium guajava) (Gambar 5.22) atau sering juga disebut jambu biji, jambu siki dan jambu klutuk Kerajaan : Plantae (tidak termasuk) Eudicots (tidak termasuk) Rosids Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Upafamili : Myrtoideae Bangsa : Myrteae Genus : Psidium Spesies : P. guajava

Gambar 5.22 Jambu batu (Psidium guajava)

Nangka (Artocarpus heterophyllus) Nangka (Gambar 5.23) adalah nama sejenis pohon, sekaligus buahnya. Pohon nangka termasuk ke dalam suku Moraceae; nama ilmiahnya adalah Artocarpus heterophyllus. Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rosales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : A. heterophyllus

Gambar 5.23 Nangka (Artocarpus heterophyllus)

71 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Binjai (Mangifera caesia ) Binjai (Mangifera caesia ) (Gambar 5.24) adalah pohonbuah sejenis mangga dengan bau yang harum menusuk dan rasa yang masam manis termasu. Famili Anacardiaceae. Kerajaan : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : M. caesia

Gambar 5.24 Binjai (Mangifera caesia )

Kasturi (Mangifera casturi) Mangga kasturi (Mangifera casturi) (Gambar 5.25) merupakan buah mangga spesifik Kalimantan Selatan termasuk famili Anacardiaceae. Kerajaan : Plantae Filum : Tracheophyta Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : M. casturi

Gambar 5.25 Kasturi (Mangifera casturi)

72 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Rambai (Baccaurea motleyana) Rambai (Baccaurea motleyana) (Gambar 5.26) adalah sejenis buah-buahan dan tumbuhan yang tumbuh liar atau setengah liar bentuknya menyerupai duku termasuk famili Phyllanthaceae. Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Phyllanthaceae Genus : Baccaurea Spesies : B. motleyan

Gambar 5.26 Rambai (Baccaurea motleyana)

Pampakin (Durio kutejensis) Pampakin (Durio kutejensis) (Gambar 5.27) adalah nama buah sejenis durian daging buah berwarna orange termasuk famili . Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Malvaceae(Bombacaceae) Genus : Durio Spesies : D. kutejensis

Gambar 5.27 Pampakin (Durio kutejensis)

73 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Kalangkala (Litsea sebifera) Kalangkala (Litsea sebifera) (Gambar 5.28) tergolong ke dalam famili Lauraceae. Kerajaan : Plantae Filum : Angiosperma Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Litsea Spesies : L. sebifera

Gambar 5.28 Kalangkala (Litsea Sebifera)

Nangka Belanda (Annona muricataL.) Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricataL.) (Gambar 5.29) termasuk Famili: Annonaceae. Kerajaan : Plantae (tidak termasuk) Magnoliids Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : A. muricata

Gambar 5.29 Nangka Belanda (Annona muricataL.)

74 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Ketapi (Sandoricum koetjape) Ketapi (Sandoricum koetjape) (Burm.f.) (Gambar 5.30).

Gambar 5.30 Ketapi (Sandoricum koetjape)

Hambawang (Mangifera foetida Lour) Bacang atau asam hambawang (Gambar 5.31) orang banjar menyebutnya nama ilmiahnya adalah Mangifera foetida Lour termasuk famili Anacardiaceae.

Gambar 5.31 Hambawang (Mangifera foetida Lour)

Mentega (Diospyros blancoi A. DC) Bisbul adalah nama sejenis buah sekaligus tumbuhan penghasil buah Mentega (Gambar 5.32). Tumbuhan ini berkerabat dengan kesemek dan kayu hitam termasuk Famili: Ebenaceae.

Gambar 5.32 Mentega (Diospyros blancoi A.DC)

75 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

5.2. Inventarisasi Ikan yang Dijual di Pasar Terapung Lok Baintan

Betok(Anabas testudineus) Betok (Gambar 5.33) adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.) atau pepuyu (bahasa Banjar) termasuk Famili Anabantidae.

Gambar 5.33 Betok (Anabas testudineus)

Haruan (Channa Striata) Gabus (Gambar 5.34) dan kerabatnya termasuk hewan Dunia Lama, yakni dari Asia (genusChanna) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut termasuk Famili: Channidae.

Gambar 5.34 Haruan (Channa Striata)

Sapat (Trichogaster) Sepat (Gambar 5.35) adalah nama segolongan ikan air tawar yang termasuk ke dalam margaTrichogaster, anggota sukugurami (Osphronemidae). Di Indonesia, ikan ini lebih dikenal sebagai ikan konsumsi, meskipun

76 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata beberapa jenisnya diperdagangkan sebagai ikan hias.ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain.

Gambar 5.35 Sapat (Trichogaster)

Saluang (Rabora argyrotaenia) Pada mulanya ikan ini diberi nama Leuciscus argyrotaenia oleh P. Bleeker pada tahun 1850. Delapan tahun kemudian dipindahkan olehnya sendiri ke dalam marga yang lain, Opsarius. Dan akhirnya pada 1860, dipindahkan lagi oleh Bleeker ke dalam marga yang baru, Rasbora. Ikan ini menyebar di pulau- pulau Sunda Besar (Sumatra, Malaya, Jawa, Kalimantan) Ikan Saluang (Gambar 5.36) (nama lain lunjar padi) juga memakan ikan- ikan kecil, udang-udang kecil, serangga, dan segala binatang kecil lainnya termasuk famili Cypriniformes.

Gambar 5.36 Saluang (Rabora argyrotaenia)

Walut (Monopterus indicus) Walut (Gambar 5.37) adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan

77 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

total 20 jenis. hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil.

Gambar 5.37 Walut (Monopterus indicus)

Undang (CarideaDana) Udang (Gambar 5.38) adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut, atau danau kelas malacostraca.

Gambar 5.38 Undang (Caridea Dana)

Sapat Siam (Trichogaster pectoralis) Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) (Gambar 5.39) adalah sejenis ikanair tawar anggota sukugurami (Osphronemidae). ikan sepat tak mampu bertahan lama di luar air. Ikan ini justru dikenal amat mudah mabuk dan lekas mati jika ditangkap.

Gambar 5.39 Sapat Siam (Trichogaster pectoralis) 78 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata total 20 jenis. hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil. Patin (Pangasius) Ikan Patin (Gambar 5.40) adalah sekelompok ikan berkumis (Siluriformes) yang termasuk dalam genusPangasius, familiaPangasiidae.Nama “patin” juga disematkan pada salah satu anggotanya, P. nasutus.

Gambar 5.37 Walut (Monopterus indicus)

Undang (CarideaDana) Gambar 5.40 Patin (Pangasius) Udang (Gambar 5.38) adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut, atau danau kelas malacostraca. Toman (Channa micropeltes) Toman (Gambar 5.41) adalah nama sejenis ikan buas dari suku ikan gabus (Channidae). Ikan ini diperkirakan masuk ke India oleh manusia sebelum abad ke-19.

Gambar 5.38 Undang (Caridea Dana) Gambar 5.41 Toman (Channa micropeltes) Sapat Siam (Trichogaster pectoralis) Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) (Gambar 5.39) adalah sejenis ikanair Biawan (Helostoma temminckii) tawar anggota sukugurami (Osphronemidae). ikan sepat tak mampu bertahan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) (Gambar 5.42) adalah salah satu lama di luar air. Ikan ini justru dikenal amat mudah mabuk dan lekas mati jika jenis ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis, Di Indonesia sendiri, ikan ditangkap. ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga FamiliHelostomatidae.

Gambar 5.39 Sapat Siam (Trichogaster pectoralis) Gambar 5.42 Biawan (Helostoma Temminckii)

79 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

5.3. Wisata kuliner masakan khas daerah

a. Kuliner masakan sayur ( gangan)

Gangan Haliling Gangan Haliling (Gambar 5.43) adalah kuliner tradisional khas Banjar. Selain masakannya enak cara membuatnya pun juga sangat mudah. Haliling dapat ditemukan di persawahan apabila musim hujan sudah tiba. Sedang di musim kemarau haliling sulit untuk didapatkan.

Gambar 5.43 Gangan Haliling Gangan Humbut Gangan Humbut (Gambar 5.44) adalah makanan yang sering disajikan sebagai menu wajib jika ada hajatan/acara perkawinan. Gangan humbut merupakan sayur tradisional kalimantan yang memiliki cita rasa yang manis.

Gambar 5.44 Gangan humbut Gangan karuh Gangan Karuh (Gambar 5.45) merupakan pauk berkuah yang di dalamnya ada: Pisang Manggala &Tongkol (Bahasa Banjar Jantung Pisang), Kaladi (Ubi Talas), Batang Tanding (Batang air dari bunga teratai), Susupan ( putri malu), Kangkung air Lalu untuk penambah kelezatannya, selain , dalam gangan ini biasanya juga di masukkan Ikan Papuyu atau Haruan (Gabus).

80 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.45 Gangan Karu Gangan Katuyung Gangan (sayur) katuyung (Gambar 5.46) merupakan sayur keong air tawar.

Gambar 5.46 Gangan Katuyung Gangan Keladi Gangan Keladi (Gambar 5.47) merupakan sayuran yang terbuat dari umbi keladi dan kangkung. Makanan yang berbumbu serai, laos, dan air asam jawa ini memiliki citarasa dan sensasi rasa tersendiri.

Gambar 5.47 Gangan Keladi Gangan Nangka Cara membuat Gangan Nangka (Gambar 5.48) yaitu rebus nangka muda sampai setengah matang. Angkat dan tiriskan. Rebus kembali

81 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

nangka, santan, bumbu halus, serai, lengkuas, dan kepala ikan sampai mendidih. Masukkan kacang panjang,garam dan gula pasir. Masak sampai matang.

Gambar 5.48 Gangan Nangka Gangan Rabung Gangan (sayur) Rebung (Gambar 5.49) terbuat dari rebung yang di rajang tipis kemudian direbus hingga empuk kemudian dimasak dengan bumbu- bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah keriting, kemiri, ketumbar, jahe, kunyit, lengkuas, dan santan.

Gambar 5.49 Gangan Rabung Gangan Waluh Masakan Gangan Waluh (Gambar 5.50) yang bersantan khas dari Kalimantan ini wajib di coba, dengan bahan utama Waluh atau Labu kuning ini tentunya akan sangat gurih jika di padukan dengan santan kelapa.

Gambar 5.50 Gangan Waluh

82 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Kembang Tigaron Tigaron (Gambar 5.51) sudah sejak dulu menjadi teman makan bagi urang Banjar yang menyukai asin-. Selain Mandai (jarukan dari kulit tiwadak dan nangka), Jaruk Tigaron tak kalah nikmatnya. Resep membuat Tigaron sebagai berikut: cuci bersih kembang Tigaron lalu tuangkan air mendidik ke dalam mangkok yang berisi kembang Tigaron yang sudah dibersihkan, selama 20 menit-30 menit. Makin lama direndam Jaruk Tigaron makin menjadi. Tambahkan bumbu garam dan sedikit bumbu penyedap. Buatlah ulekan sambel terasi. Jaruk Tigaron dimakan dengan ‘cacapan’ sambel terasi. Kombinasi nasi panas, sambil terasi dan Jaruk Tigaron merupakan paduan yang luar biasa. Beberapa orang menambahkan irisan telur asin ke dalam mangkok Jaruk Tigaron.

Gambar 5.51 Kembang Tigaron Using-using kangkung Cara membuat masakan Using-Using Kangkung (Gambar 5.52) ini yaitu panaskan minyak goreng atau mentega dengan api kecil, tumis bawang putih dan bawang merah hingga wangi baunya. Masukkan pula cabe merah iris aduk-aduk lanjutkan dengan memasukkan kangkung yang sudah disiangi. Aduk sebentar, tambahkan air. Tambahkan gula, garam dan kecap manis, aduk hingga rata jangan lupa cicipi. Masak hingga bumbu meresap. Angkat.

Gambar 5.52 Using-Using Kangkung

83 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Sayur Bening/Manis Sayur Bening Bayam Jagung Manis (Gambar 5.53) ini segar sehat dan cocok buat anak-anak serta seluruh anggota keluarga. yang satu ini termasuk dalam kategori sayur cepat saji karena penyajian sayur bening ini sangat mudah selain itu juga bumbu masak sayur bening bayam ini hanyalah temu kunci, bawang merah dengan tambahan garam serta gula secukupnya. Segar, nikmat, bergizi dan enak.

Gambar 5.53 Sayur Bening Urap Urap (Gambar 5.54) merupakan hidangan masakan sayuran yang direbus dan dicampur dengan kelapa parut yang telah dibumbui. Sayuran yang biasa dipakai umumnya berupa bayam, kacang panjang, kol, daun singkong, kangkung, wortel, teuge, dan daun pepaya muda. Masakan urap ini bisa dimakan begitu saja ataupun disajikan sebagai hidangan pelengkap dalam berbagai masakan. Cara membuatnya yaitu dengan mencampurkan bumbu-bumbu urap sayur yang telah dihaluskan dengan kelapa yang telah diparut dan daun jeruk kemudian aduk hingga rata. Sangrai hingga matang lalu angkat. Cuci semua sayuran sampai bersih kemudian rebus hingga matang, tiriskan. Letakkan dan tata sayuran rebus dan kelapa berbumbu sesuai selera (semuanya diaduk hingga tercampur rata atau terpisah). Tambahi dengan air jeruk limau. Sajikan.

Gambar 5.54 Urap

84 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Tarung bebanam dan tarung betanak Tarung atau terong dalam bahasa banjar dan babanam atau dibakar merupakan salah satu makanan khas Kalsel. Tarung babanam (Gambar 5.55) ini lebih nikmat lagi jika ditambah dengan terasi dan dimakan dengan nasi yang panas. Tarung atau yang disebut juga terong merupakan salah satu sayur favorit masyarakat Banjar. Di Banjar terdapat makanan khas yang terbuat dari tarung atau terong yang dimasak dengan kuah santan, masyarakat Banjar biasa menyebutnya tarung batanak. Makanan ini sangat pas jika dihidangkan pada saat makan siang dan akan lebih nikmat lagi jika ditambah lauk berupa iwak bakar atau iwak basanga.

Gambar 5.55 Tarung Betanak

Mandai, Jaruk Tarap dan Jaruk Kalangkala Mandai (Gambar 5.56) bisa digolongkan ke dalam kelompok lauk pelengkap sajian makanan, bisa digoreng langsung maupun disayur dengan jenis sayuran lain (biasanya dioseng). Pembuatan mandai adalah dengan proses garamisasi (bahasa saya) disimpan dalam wadah beberapa hari dengan air garam, mirip dengan cara membuat “jaruk kedondong” dan beberapa jenis manisan yang dibuat dengan merendamkan kepada jenis-jenis cairan tertentu. Mandai terbuat dari kulit cempedak. Kulit cempedak yang telah dikupas bagian luarnya (gambar kanan) direndam dengan air garam dan disimpan dalam wadah beberapa hari (2-3 hari) sehingga menjadi lunak dan mengeluarkan bau khas mandai. Cara Mengolah Mandai Mandai dapat dimakan langsung (bagi yang suka dan tahan asem), digoreng langsung, maupun di sayur oseng bersama jenis sayuran lain. Menggoreng Mandai, dipotong dengan ukuran sesuai selera. Kemudian digoreng hingga

85 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

warna kuning kecoklatan. Enak dimakan bersama nasi hangat, rasa mandai agak asam dan asin, serta ada rasa unik yang membuat orang yang makan ketagihan. Pada saat pertama kali memakannya mungkin akan merasa aneh. Selain kulit cempedak, mandai juga bisa diolah dari kulit nangka. Jaruk tarap adalah makanan awetan yang terbuat dari buah Tarap yang di redam dalam air garam. Jaruk Tarap ini adalah salah satu sajian khas dari daerah Barabai, Hulu Sungai Tengah. Membuat Jaruk Tarap tidak sulit, hanya sedikit bersabar dengan getahnya yang ada di rambut- rambutnya itu. Cara membuatnya yaitu Buah Tarap direbus dengan kulitnya hingga matang, cirinya bila ditusuk bisa tembus dengan mudah. Angkat , dinginkan. Kupas kulit buah tarap yang sudah matang. Potong melintang atau membujur jadi beberapa bagian, sesuia selera Masukkan dalam toples bersih. Sisihkan. Siapkan air panas, beri garam secukupnya, aduk hingga garam larut. Tuang air garam ke dalam toples, tutup . Simpan disuhu ruang, boleh juga dalam kulkas. Kalangkala atau kangkala (Gambar 5.56) adalah buah yang sekarang mulai susah dan jarang ditemui. buah kalangkala biasanya disantap untuk pendamping lauk. buah ini cukup direndam di air panas yang ditambah sedikit garam. tidak semua orang suka dengan jaruk kalangkala karna rasanya yang agak asam dan belenyek. tapi bagi yang suku 10 biji jaruk kalangkala rasanya tak cukup dan juga jaruk kalangkala bisa menjadi penambah semangat makan.

Gambar 5.56 Mandai dan Kalangkala

86 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata warna kuning kecoklatan. b. Kuliner Masakan Ikan (Iwak) Enak dimakan bersama nasi hangat, rasa mandai agak asam dan asin, serta ada rasa unik yang membuat orang yang makan ketagihan. Pada saat pertama Bistik kali memakannya mungkin akan merasa aneh. Selain kulit cempedak, mandai Bistik (Gambar 5.57) merupakan salah satu masakan tradisional unggulan juga bisa diolah dari kulit nangka. Indonesia, tidak kalah di Kalsel juga terdapat bistik. Daging untuk membuat Jaruk tarap adalah makanan awetan yang terbuat dari buah Tarap yang di bistik ini bervariasi tergantung selera. Makanan ini biasa dihidangkan untuk redam dalam air garam. Jaruk Tarap ini adalah salah satu sajian khas dari daerah acara-acara besar. Barabai, Hulu Sungai Tengah. Membuat Jaruk Tarap tidak sulit, hanya sedikit bersabar dengan getahnya yang ada di rambut- rambutnya itu. Cara membuatnya yaitu Buah Tarap direbus dengan kulitnya hingga matang, cirinya bila ditusuk bisa tembus dengan mudah. Angkat , dinginkan. Kupas kulit buah tarap yang sudah matang. Potong melintang atau membujur jadi beberapa bagian, sesuia selera Masukkan dalam toples bersih. Sisihkan. Siapkan air panas, beri garam secukupnya, aduk hingga garam larut. Tuang air garam ke dalam toples, tutup . Simpan disuhu ruang, boleh juga dalam kulkas. Kalangkala atau kangkala (Gambar 5.56) adalah buah yang sekarang mulai Gambar 5.57 Bistik susah dan jarang ditemui. buah kalangkala biasanya disantap untuk pendamping Masak habang lauk. buah ini cukup direndam di air panas yang ditambah sedikit garam. tidak Masak Habang (Gambar 5.58) adalah masakan khas dari Banjarmasin, semua orang suka dengan jaruk kalangkala karna rasanya yang agak asam dan Kalimantan Selatan. Habang berarti merah, jadi dari namanya kita sudah bisa belenyek. tapi bagi yang suku 10 biji jaruk kalangkala rasanya tak cukup dan menebak bahwa masakan ini didominasi oleh warna merah yang dihasilkan juga jaruk kalangkala bisa menjadi penambah semangat makan. dari cabe merah. Lebih jauh lagi masakan ini punya rekan pendamping yaitu Masak Hijau dan Masak Kuning. Cara membuatnya yaitu iris daging sesuai selera, cuci bersih, sisihkan. Cincang kasar semua bahan bumbu halus kemudian diblender sampai halus. Jika perlu tambahkan sedikit minyak goreng ke dalam blender untuk mempermudah proses penghancuran. Tumis bumbu halus sampai berbau harum dan matang. Masukkan daging, masak sampai daging berubah warna dan kaku. Aduk sekali- kali. Tambahkan 300 ml air, kecilkan api ke posisi sedang dan masak sampai daging benar-benar matang. Tambahkan 2 sdm air asam, gula merah dan garam sesuai selera. Terakhir tambahkan irisan tomat dan masak sampai tomat hancur dan kuah menjadi kental.

Gambar 5.56 Mandai dan Kalangkala

Gambar 5.58 Masak Habang

87 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Haruan Baubar Orang banjar bilang maubar berarti tanpa bumbu, cuma dilumuri larutan garam bersama asam jawa atau jeruk asam. Ikan haruan adalah sejenis ikan gabus yang berukuran besar. Sajian ini (Gambar 5.59) paling nikmat disantab bersama cocolan khas banjar, “cacapan asam”. Dominasi rasa asin dan masam sangat mendominasi, dengan aroma khas ikan gabus segar yang sedikit berbau gosong. Menimbulkan rasa unik yang dalam, memaksa lidah untuk terus bergerak dan gigi tak berhenti mengunyah, cita rasa yang luar biasa. Cita rasa yang mampu membangkitkan gairah nafsu makan.

Gambar 5.59 Haruan Baumbar Haruan Masak Kecap Cara membuat masakan Haruan Masak Kecap ini (Gambar 5.60) yaitu ikan gabus disiangi dan cuci bersih lalu dipotong-potong, dilumuri garam dan perasan jeruk nipis. Panaskan minyak untuk menggoreng. Masukkan satu persatu ikan gabus dan goreng hingga kuning kecoklatan. Angkat, sisihkan. Haluskan semua bumbu, kecuali cengkeh, dan kayu manis. Tumis bumbu hingga masak, masukkan ikan gabus, cengkeh, kayu manis, dan kecap manis. Tambahkan garam dan gula. Masak hingga bunbu meresap. Masukkan soun, angkat. Sajikan di piring dan taburi dengan .

Gambar 5.60 Masak kecap

88 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Iwak bapais Iwak Bapais (Gambar 5.61) atau merupakan suatu cara mengolah bahan makanan (biasanya untuk ikan) dengan bantuan daun pisang untuk membungkus ikan beserta bumbunya. Cara membuatnya adalah bumbu dan rempah dihaluskan dan ditambah daun kemangi, tomat, dan cabai dibalur/ dibalut bersama ikan mas yang sudah dibersihkan. Semua lalu dibungkus dengan daun pisang dan disemat dengan 2 buah bambu kecil di setiap ujungnya. Bungkusan ini lalu dibakar (dipepes) di atas api atau bara api dari arang sampai mengering.

Gambar 5.61 Paisan iwak Karih Bahan yang diperlukan untuk memasak Karih ini (Gambar 5.62) yaitu ayam/daging, minyak goreng, kayu manis, serai, santan encer, garam, santan kental, bawang merah, bawang putih, cabai merah, jahe, kemiri, kunyit, ketumbar, dan jintan. Cara membuat nya yaitu potong ayam menjadi/daging, Panaskan minyak di atas api sedang, tumis bumbu cabai, kayu manis, dan serai sampai harum (3-4 menit). Bubuhkan bumbu rempah, aduk rata selama 3 menit. Masukkan potongkan ayam, aduk sampai ayam kaku dan bumbu rata. Tambahkan santan encer dan garam. Didihkan sambil aduk sesekali (wajan jangan ditutup). Masak sampai ayam empuk dan bumbu mengental (30 menit). Jika belum empuk tambahkan sedikit air, masak terus sampai empuk. Tuangkan santan kental, masak sambil aduk sesekali selama 2-3 menit sampai mendidih.

Gambar 5.62 Karih

89 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Opor Kuning Opor Kuning (Gambar 5.63) ini berkuah banyak, sangat cocok disajikan bersama lontong atau ketupat, sebagi sajian khas lebaran dan hari raya lainnya. Cara membuatnya lumuri ayam dengan air jeruk nipis, sisihkan. Rebus air hingga mendidih, masukkan ayam, biarkan air mendidih lagi dan ayam matang, masukkan semua rempah daun. Sementara itu, panaskan minyak goreng. Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan kedalam panci berisi ayam rebus, aduk rata. Tuang santan kental, aduk, didihkan. Cicipi rasa asinnya, bila garam sudah pas, angkat. Sajikan dengan taburan bawang merah goreng.

Gambar 5.63 Opor kuning Opor Putih Cara membuat Opor Putih (Gambar 5.64) ini yaitu pertama-tama, siapkan ayam segar utuh dan potong-potong sesuai bagiannya. Ayam kampung akan menghasilkan opor dengan cita rasa yang lebih istimewa. Haluskan bumbu- bumbu seperti bawang merah, bawang putih, pala, kemiri, ketumbar, jinten, dan lain-lain hingga menjadi pasta bumbu berwarna putih. Siapkan santan segar. Jika tidak sempat membuat santan segar sendiri, Anda dapat menggunakan santan cair kemasan maupun santan bubuk. Jika menggunakan santan cair kemasan, anda dapat langsung menggunakannya tanpa perlu tambahan air jika ingin hasil yang lebih kental dan gurih. Jika menggunakan santan bubuk, larutkan dengan air dan atur kadar kekentalan santan sesuai selera anda. Tumis bumbu halus hingga harum, lalu tambahkan air ke dalam kuali. Masukkan ayam dan masak hingga mendidih. Setelah mendidih, masukkan santan perlahan-lahan. Lalu aduk-aduk hingga santan dan air tercampur. Masak hingga ayam matang dan kuah opor mengental. Agar lebih nikmat, masukkan batang serai, daun jeruk, dan daun salam pada saat proses perebusan. Tambahkan juga bumbu penyedap rasa ayam agar makin nikmat.

90 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.64 Opor putih Pakasam Pakasam (Gambar 5.65) adalah menu masakan khas dari Suku Banjar, provinsi Kalimantan Selatan. Makanan ini adalah produk bahan makanan yang berasal dari fermentasi ikan air tawar yang rasanya masam. Pakasam terutama dikenal di Kalimantan Selatan. Bahan makanan ini biasanya dibumbui lagi dengan cabai dan gula, sebelum disajikan sebagai lauk-pauk Di beberapa daerah ada yang menyebutnya atau Iwak Samu. Pakasam berbahan dasar ikan yang diasinkan melalui proses permentasi dengan garam. Ikan yang diperam, dicampur dengan taburanberas ketan yang telah digoreng. Ikan yang akan dijadikan Pakasam bisa jenis apa saja. Namun yang paling diminati adalah Pakasam anakan ikan dan Pakasam Papuyu. Salah satu jenis ikan yang biasa dibuat pakasam adalah ikan sepat rawa.

Gambar 5.65 Pakasam Iwak Besanga Orang banjar mengatakan dengan sebutan Iwak Besanga (Gambar 5.66). Ikan yang dapat digoreng ini sangat bervariasi dan tergantung selera. Salah satu ikan favorit di Banjarmasin yaitu haruan.

91 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.66 Iwak Besanga

c. Kuliner masakan Kue (Wadai)

Amparan tatak Kue tradisional Amparan tantak (Gambar 5.67) yang terbuat dari tepung beras dengan lapisan pisang tanduk ini adalah kue dari Kalimantan. Kue ini berbahan dasar tepung beras dicampur dengan santan beserta daun pandan dan dan dipadukan dengan pisang tanduk hingga menghasilkan kue dengan rasa enak dan manis.

Gambar 5.67 Amparan Tatak Sarimuka Kuih Sarimuka (Gambar 5.68) biasanya dibuat di dalam talam yang besar yang berbentuk bulat ataupun segiempat sama atau segiempat tepat. Selepas kuih telah masak, barulah ia dipotong menurut saiz hidangan dalam bentuk yang dikehendaki. Kuih Seri Muka biasanya dihasilkan dalam dua lapisan dan secara tradisi berwarna hijau (lapisan atas) dan putih (lapisan bawah). Ini kerana pada masa dahulu, daun pandan digunakan sebagai pewarna dan lebih mudah didapati. Pada masa kini terdapat beberapa warna makanan yang digunakan bagi menarik minat pembeli.

92 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.68 Sarimuka Wadai balapis Kue ini biasanya terdiri dari dua warna yang berlapis-lapis, ini yang memberi nama kue ini. Kue ini dibuat dari tepung beras, tepung kanji, santan, gula pasir, garam dan pewarna. Kue ini dikukus setiap lapisannya sebelum kemudian lapisan di atasnya ditambahkan. Kue ini banyak ditemui di daerah-daerah di Indonesia. Pewarna yang digunakan untuk bisa terdiri dari pewarna makanan buatan atau pewarna alami. Pewarna yang sering digunakan adalah pandan (hijau) dan sirup bunga mawar (merah).

Gambar 5.69 Wadai belapis Lakatan sarikaya Lakatan Sarikaya (Gambar 5.70) merupakan salah satu jenis kue basah yang digemari oleh banyak orang, ciri khas kue ini adalah adanya nasi ketan (pulut) tepat dibawah kue. Kue ini menjadi kegemaran karena memiliki cita rasa yang manis dan legit, ditambah pula rasa ketan yang pulen dan mengenyangkan membuat kue ini menjadi pilihan istimewa para ibu-ibu dalam memilih menu untuk sarapan pagi bersama keluarga.

93 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.70 Lakatan Sarikaya Kararaban Wadai Kararaban (Gambar 5.71) merupakan salah satu wadai khas banjar yang biasanya turut mewarnai pasar wadai di saat ramadhan. Wadai ini rasanya manis dan legit, sehingga cocok untuk dimakan saat berbuka puasa.

Gambar 5.71 Kararaban Putri salat Wadai putri salat (Gambar 5.72) ini terdiri dari 3 lapisan, dimana lapisan yang paling bawah merupakan parutan kelapa. Rasa wadai ini manis dan legit.

Gambar 5.72 Putri salat

94 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Wadai Pais Kue Pais Pisang (Gambar 5.73) juga dikenal dengan nama atau Nogosari di jawa. Resepnya ada yang pakai tepung sagu dan tepung beras, ada juga yang pakai tepung beras saja. Di Banjarmasin Pais terdiri dari 4 varian rasa, mulai dari Pais Pisang, Pais Waluh (Labu), Pais Nangka dan Pais Tiwadak (Cimpedak).

Gambar 5.73 Wadai Pais Ingka berandam Secara harfiah arti dari Bingka Barandam adalah Bingka yang direndam (Gambar 5.74). Karena penyajiannya direndam dalam air gula, Bingka Barandam adalah salah satu jenis Kuliner Kalimantan Selatan, terbuat dari bahan utama tepung & telur serta dinikmati dengan menggunakan air gula.

Gambar 5.74 Bingka berandam Bingka Di Banjarmasin terdapat kuliner yang sangat khas yaitu kue Bingka (Gambar 5.75), kue basah tradisional khas Banjar. Kue unik ini biasanya berbentuk bunga dengan berkelopak 6 memiliki rasa manis yang dominan dan juga sangat legit, sementara untuk teksturnya sangat lembut. Jenis topping yang dipakai pada kue seperti nangka, pisang, coklat dan keju.

95 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.75 Bingka Apam Sajian khas Banjarmasin yang bernama Apam Habang (Gambar 5.76) ini terbuat dari beras yang telah direndam dalam air selama satu malam, lalu ditumbuk di lesung menggunakan alu. Setelah menjadi tepung beras, kemudian diberi air secukupnya, kapur, ragi dan bahan lainnya, lalu diulet dan difermentasikan selama satu malam. Setelah difermentasikan, barulah adonan dikukus dalam panci besar. Kue apam tersebut berwarna merah dan disebut Apam Habang karena diberi gula merah.

Gambar 5.76 Apam Cincin Wadai Cincin (Gambar 5.77) ini didonimasi bahan tepung beras, kelapa dan gula merah. Pembuatan adonannya pun memakan waktu cukup lama sekitar 8 jam dan setelah itu baru adonan dibentuk menyerupai cincin-cincin lalu digoreng. Wadai cincin ini termasuk dalam jenis wadai basah, memiliki tekstur keras dari luar tapi kalau sudah digigit dalamnya lembut. Rasanya manis, agak asin dan renyah. dinamakan kue cincin karena bentuknya yang banyak lubang- lubang kecil yang dibuat dengan memasukkan jari kedalamnya sehingga sangat mirip dengan memasukkan cincin kedalam jari. campuran didalamnya ada gula jawa (gula merah,gula habang atau gula aren).

96 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.77 Cincin Cucur (Gambar 5.78) adalah jenis kue basah yang memiliki rasa manis dan gurih , kue ini biasanya banyak dijajakan di pasar-pasar,toko kue basah ataupun di warung-warung makan .Kue cucur ini banyak juga diminat oleh berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Bahan dasar pembuatan kue ini adalah tepung terigu, tepung beras dan gula merah.

Gambar 5.78 Cucur Gagatas Wadai atau kue Gegatas ini (Gambar 5.79) terbuat dari bahan dasar tepung ketan, sehingga rasa kue nya kenyal kemudian dibagian luarnya dilumuri oleh gula halus yang berwarna putih.

Gambar 5.79 Gagatas

97 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Ipau Wadai atau kue ipau (Gambar 5.80) ini semacam pizza dari kulit yang berlapis- lapis, dan tiap lapisannya ada isinya. Isinya adalah campuran dari kentang, wortel, dan daging.

Gambar 5.80 Ipau Cingkarok batu Cingkaruk (Gambar 5.81) adalah salah satu kue tradisional dari Kalimantan Selatan. Bahan dasar untuk membuat kue ini yaitu ketan.

Gambar 5.81 Cingkaruk batu Dadar gulung Kue dadar gulung (Gambar 5.82) merupakan makanan khas Indonesia yang dapat digolongkan sebagai pancake yang diisi dengan parutan kelapa yang dicampur dengan gula jawa cair. Isi ini disebut inti.

98 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.82 Dadar gulung Gaguduh Gagodoh atau Gaguduh (nama lain : Sanggar atau Cakodok) (Gambar 5.83) adalah sejenis kue khas Indonesia, terutama di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Bentuknya semacam . Gagodoh terbuat dari tepung terigu, gula, garam, kapur, dan air. Untuk isi dari Gagodoh tersebut, biasanya menggunakan pisang (namanya menjadi Gaguduh Pisang atau Perkedel Pisang) dan Cempedak (namanya Gaguduh Tiwadak).

Gambar 5.83 Gaguduh Kelalapon Terkenal dengan semboyan Pacah di ilat yang artinya pecah di lidah tanpa perlu digigit Kelelepon adalah salah satu makanan khas Banjar, Bahan utama pembuatan kalalapon ini adalah dari tepung ketan dan daun pandan sebagai pewarna hijaunya dan gula merah sebagai isinya, kemudian dibagian luar dilumuri dengan parutan kelapa.

99 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Gambar 5.84 Kalalapon Kikicak Kikicak (Gambar 5.85) adalah kue khas dari Kalimantan selatan yang berisi inti kelapa manis , Bahan dasar kue ini adalah tepung kanji sehingga tekstur kue ini kenyal.

Gambar 5.85 Kikicak Serabi Serabi (Gambar 5.86) khas Banjarmasin ini berbahan dasar tepung beras, dan santan serta gula merah sebagai kuahnya. Karena bahan dasar itu, maka serabi ini rasanya gurih dan manis. Wadai ini cocok dihidangkan dipagi hari sebagai teman minum teh.

Gambar 5.86 Serabi

100 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Untuk-untuk Wadai Untuk-untuk (Gambar 5.87) atau roti goreng isi, isiannya biasanya berupa hinti ( kelapa parut yg di masak dengan gula merah) , kacang ijo (tanpa kupas), kacang tanah, dan pisang.

Gambar 5.87 Untuk-untuk Agar-agar habang Kue ini diberi nama agar-agar habang (Gambar 5.88) karena warnanya yang merah bahan dasarnya yaitu gula merah dan satan.

Gambar 5.88 Agar-agar habang Lamang Lamang (Gambar 5.89) terbuat dari beras ketan, dan dimasak di dalam bamboo yang diasapi, dan berbungkus daun pisang.

Gambar 5.89 Lamang

101 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Lupis Lupis (Gambar 5.90) terbuat dari tepung ketan dan dimakan dengan taburan parutan kelapa dan lelehan gula merah.

Gambar 5.90 Lupis Patah Wadai Patah (Gambar 5.91) disebut juga dengan petah Asia. Warnanya yang hijau bahan dasar seperti tepung beras, air pandan dan daun suji, kapur sirih, serta garam, disiram sausnya. Sausnya disebut ‘tahi lala’ atau santan kental.

Gambar 5.91 Patah Pundut Nasi pundut (Gambar 5.92) adalah nasi bersantan yang dibungkus daun pisang , dengan lauk udang goreng, tahu isi, ikan saluang goreng, orak-arik kol, dan sambel. Nasi pundut cocok dijadikan hidangan sarapan.

Gambar 5.92 Pundut

102 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Undi-undi Undi-undi (Gambar 5.93) merupakan salah satu wadai khas Banjar yang terbuat dar tepung ketan, berbentuk bulat dan berisi adonan kacang hijau didalamnya dengan baluran biji wijen di bagian luarnya.

Gambar 5.93 Undi-undi

103

Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

DAFTAR PUSTAKA

A Azwar, S., 2001, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Adam I. Indra Wijaya., (2002),Perilaku Organisasi,Bandung: Sinar Baru Al- gesindo Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. A. Shimp, Terence.(2003).Periklanan dan Promosi Edisi ke-2. Jakarta: Erlang- ga.

Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung : Refika Aditama

Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.

Arifin, Mulyati. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam.Bandung: PT Grafindo Ardika, I Wayan.2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka Larasan. AliHasan. 2008. Marketing.Media Utama, Yogyakarta. Asmie Poniwati. (2008). “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta”.Jurnal Neo-Bis. 2, (2),197-210. Arismayanti, Ni Ketut. 2009. “Majalah Analisis Pariwisata”. Fakultas Pari- wisata

105 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Universitas Udayana. Asker, dkk. 2010. Effective Community Based Tourism: A Best Practice Manual. Gold Coast: Sustainable Tourism Cooperative Research Centre. A.J. Mulyadi. 2010 Kepariwisataan dan Perjalanan.. Rajawali Pers. Jakarta Ali, Ogwuche Jonathan. (2011). ‘Optimizing the concept of sustainable live- lihoods approach (SLA) to Poverty reduction in african urban areas’. Journal of Social Science and Public Policy Vol. 3, 87-98 Ardana, I.K., N.W. Mujiati, dan I.W.M. Utama. 2012. Manajemen Sumber Saya Manusia. Cetakan ke-1, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Ade Lestari dkk (2012). Motivasi Ibu Bekerja dalam memberikan ASI Eksklu- sif di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia.Bandung : Universitas Padjadjaran A. Dunia, Firdaus. Pengantar Akuntansi. Edisi Ketiga.Jakarta: FE UI Anderson, D.J., P. Greic-Smith, and F.A.Pitelka (eds.) Studies in Ecology, Vol 8. University of California Press, California Afri, 2012, “Lestarikan Mangrove, Antisipasi Abrasi Pesisir”, Harian Sema- rang Raya, 10 Nopember, hal. 12.

Armawi, A., “Kajian Filosofis terhadap Pemikiran Human-Ekologi dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 20 (1), hal. 57.

Adarsh Batra. 2014. Floating Markets: Balancing The Needs Of Visitors As A Tourist Attraction and Locals Way Of Life. A Case Study Of Talingchan Floating Market, Bangkok dalam jurnal International Journal of Hospitality and Tourism System edisi Desember 2014, Volume 7 Issue 2.

B Black,James,Champion,Dean,1999,Metode dan Masalah Penelitian Sosial,, Jakarta:Refika Aditama Bungi, Burhan.(2001).Imaji Media Massa Konstruksi dan Makna Realitas Sos-

106 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

ial Iklan Televisi.Yogyakarta: Jendela. Baiquni, M. dan Susilawardani. 2002. Pembangunan yang Tidak Berkelanju- tan: Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Transmedia Global Wacana. Brannan, Tom.(2004).Integrated Marketing Communication. Jakarta:PPM. Baiquni, M. 2004. Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran: Otonomi di Negara Kepulauan.Yogyakarta: Penerbit ideAs dan PKPEK. Beeton, Sue. 2006. Community Development through Tourism. : Landlinks Press. Baiquni, M. 2007. Strategi Penghidupan di Masa Krisis. Yogyakarta: Ideas Me- dia. Bungin,Burhan, 2008,Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Eko- nomi danKebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya,Bandung: pustaka pelajar BPS. 2010. Statistic Indonesia. Jakarta Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: C.V Andi Offset. Baiquni, M. 2011. “Pariwisata Alternatif di Wilayah Yogyakarta dan Seki- tarnya”. Jurnal Kepariwisataan Indonesia.Volume 6.Nomor 2.Hal.133- 145. Borges, M.A., Carbone, G., Bushell, R. and Jaeger, T. (2011) Sustainable Tourism and natural World Heritage –Priorities for action. Gland, Switzerland: IUCN. 29pp

C Choi & Sirakaya, (2005).“Measuring Residents` Attitude toward Sustainable Tourism: Development of Sustainable Tourism Attitude Scale”.Journal of Travel Research.

107 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Christopher Lovelock, Jochen Wirtz, Jacky Mussry. 2012. Pemasaran Jasa Manusia, Teknologi, Strategi : Perspektif Indonesia. Jakarta : Erlangga

Chris Rowley dan Keith Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Chen Yi-fong. 2012. The Indigenous Ecotourism and Social Development In Taroko National Park Area and San-Chan Tribe, Taiwan dalam jurnal GeoJournal edisi December 2012, Volume 77, Issue 6, pp 805-815. First online: 24 August 2010.

D Davidoff.(1991). Psikologi suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Damanik, Janianton. 2005. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta: Kepel Press. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2006. Penyusunan Pola Kemitraan Lintas Sektor dan Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Destinasi Wisata. Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi.Yogyakarta: Penerbit ANDI. Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka. Demartoto, Argyo, dkk. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Surakarta: UNS Press. Damanik, Janianton dan Frans Teguh. 2012. Manajemen Destinasi Pariwisata: Sebuah Pengantar Ringkas. Yogyakarta: Kepel Press.

Damanik, Janianton. 2013. Pariwisata Indonesia: Antara Peluang dan Tantan- gan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

E

108 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Eplerwood, M., 1999, Succesfull Ecotourism Bussiness, The Right Approach, Kota Kinibalu Sabah : World Ecotourism and Conference.

Ensiklopedia Berbahasa Indonesia. . ’Unsur keindahan’ Sapta Pesona, Keputu- san Menteri Pariwisata,Pos dan Telekomunikasi (PedomanPenyeleng- garaan Sapta Pesona, Nomor: KM.5/UM.209/MPPT-89) Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/sapta pesona . Edwin Norjami. 2008. Kearifan Lokal Masyarakat Banjar, (Online), (https:// edwinorja.wordpress.com/) Etsuko Okazaki. 2008. A Community-Based Tourism Model: Its Conception and Use dalam Journal Of Sustainable Tourism edisi 2008 Vol. 16, No. 5. Eben N. Broadbent, Angélica M. Almeyda Zambrano, dan Rodolfo Dirzo. 2012. The effect of land use change and ecotourism on biodiversity: a case study of Manuel Antonio, Costa Rica, from 1985 to 2008 dalam jurnal- Landscape Ecology edisi May 2012, Volume 27, Issue 5, pp 731-744. First online: 21 February 2012. Ermiliansa, D., Samekto, A., Purnaweni, H., 2014, “Peran Prenjak Dalam Mewujudkan Daerah Konservasi Berbasis Eco Edu Wisata Mangrove di Dusun Tapak Tugurejo Kota Semarang”, Ekosains, 6 (1), hal.62-68.

F Fahrudi,Adi,Pemberdayaan dan Partisipasi penguatan kapasitas Masyarakat, Bandung: Humaniora Fandeli, C. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Fandeli, C. 1996. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fandeli, C., 1999. Pengembangan Ekowisata dengan Paradigma baru Penge- lolaan Fandeli, C. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.Yogyakarta: Liberty. Fandeli, C., 2004, Peran dan Kedudukan Konservasi Hutan dalam Pengemban- gan Ekowisata, Yogyakarta : FKT UGM.

109 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Areal Konservasi.Makalah dalam lokakarnya Paradigma Baru Manajemen Konservasi.Yogyakarta.

Frost, W. and Laing, J., The Future of Nature-Based Tourism in the Asia- Pacific Region, on Journal of Travel Research, November 2014 53: 721-732

FAO. 2005. Community-based tourism: a case study from Buhoma, Uganda, (Online), (http://www.fao.org/forestry/10056-095d12f8e2927014f- 69ba8de5468299e8.pdf).

G George Pipinos dan Persa Fokiali. 2009. An Assessment of The Attitudes of The Inhabitants of Northern Karpathos, Greece: Towards A Framework For Ecotourism Development In Environmentally Sensitive Areas. An Ecotour- ism Framework In Environmentally Sensitive Areas dalam jurnal Envi- ronment, Development and Sustainability edisi June 2009, Volume 11, Issue 3, pp 655-675.

Garry Groth-Marnat. 2010. Handbook Psychological Assessment. Edisi Kelima, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

H Hill, Hall, (1992), “Survey of Recent Development”, Bulletin of Economic Studies, Vol. 28 No. 2, Agustus, Canberra, ANU.

Handoko TH,. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE

Hudiyanto. (2001). Ekonomi Indonesia: Sistem dan Kebijakan. Yogyakarta: PPE UMY. Hausler, N dan Strasdas W. 2002.Training Manual for Community Based Tourism.Inwen. Germany.

110 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Hermantoro, Henky. 2011. Creative-Based Tourism: Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif.Depok: Penerbit Aditri. Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu.

I Iskandar,Johan, 2009,Ekologi manusia dan pembangunan berkelanjutan,Bandung I Nyoman Sumaryadi.(2010). Efektifitas Implementasi Otonomi Daerah. Ja- karta: Citra Utama I Gde Pitana & I Ketut Surya Diarta.2009 Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogja:Andi Publishing. Iwan Nugroho. 2011 Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan... Pustaka Pelajar Yogyakarta

J James Mak & Kenneth White. 1992. Comparative Tourism Development in Asia and the Pacific. Journal of Travel Research, July 1992; vol. 31, 1:pp. 14-23.

Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Jennings, G., 2007, Water-Based Tourism, Sport, Leisure, and Recreation Expe- riences, Elsevier Inc, All rights Reserves. J.W. Ajawaila, “Orang Ambon dan Perubahan Kebudayaan”, dalam Antrop- ologi Indonesia, No. 61, Th.XXIV, 2000, h. 17.

K Kotler, Philip.(1987).Manajemen Pemasaran Jilid 1 dan 2 (terjemahan) Edisi

111 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Kelima.Jakarta:Erlangga. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Depdikbud Kusudianto Hadinoto. 1996 .Perencanaan Pengembangan Destinasi Pari- wisata. Jakarta Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kusmiati R, Artini. Pudjiastuti, Sri. Suptandar, Pamudji. (1999). Teori Dasar Desain Komunikasi Visual.Jakarta: Djambatan. Kusmayadi dan Sugiarto, E., 2000, Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kandampully&Suhartanto,2000,D,Customer Loyalty in the HotelIndustry : the Role ofCustomer Satisfaction and Image InternationalJournal of Contemporary Hostpitality Management, 12 Kasali, Rhenald.(2001).Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targeting dan Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kasmir, 2001, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Cetakan keempat, Jakarta: PT Raja Grafinda Persada. Kusmayadi. 2004. Statistika Pariwisata Deskriptif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Nasir. 2004. Konstruksi Kearifan Tradisional dalam Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan. Makalah, Pengantar ke Filsafat Sains Sekolah Pasca Sar- jana/S3.Institut Pertanian Bogor.Publikasi. Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Cetakan kedua puluh. Jakarta: Djambatan. Kartajaya, Hermawan & Yuswohadi. 2005. Attracting Tourists, Traders, In- vestors: Strategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi.Jakarta: PT- Gramedia Pustaka Utama.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Perilaku Organisasi, buku 1 dan 2, Jakarta : Salemba Empat.

112 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Kotler,Philip& Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Indeks

Krisanty, Paula. dkk.(2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta. Trans info Media. Koens, J.F., Dieperink, C., dan Miranda, M. 2009.Open Access Ecotourism As A Development Strategy: Experiences From Costa Rica dalam jurnal En- vironment, Development and Sustainability December 2009, Volume 11, Issue 6, pp 1225-1237. First online: 08 October 2009. Karsudi, R. Soekmadi dan Kartodiharjo, H. 2010.Strategi Pengemban- ganEkowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. JMHT- Vol.XVI, (3): 148-154

L Leiper, Neil 1990, Tourism System: An Interdisiplinary Perspective. Departe- men of Management System business Studies Faculty, Massey University, Palmerston North, New Zealand L.Tubbs, Stewart – Moss, Sylvia.(1996).Human Communication Prinsip-Prin- sip Dasar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Londa, Robin.(1996). Graphic Design Solutions. Delmar Publisher.

M Mill, Robert Christie, Alastair M Morrison, 1985, The Tourism System anIn- troductory Text, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Yersey. Medik.S., (1993), Dictionary Of Travel Tourism and Hospitality, Heine- mand. Ltd Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan.Jakarta: Obor Indonesia. Mihalic, 2000, “Environmental Management of a Tourist Destination : a Fac- tor of Tourist Competitiveness”, Tour, Manage, 21 (1), hal. 65-78.

113 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Mubyarto. (2000). Reformasi Sistem Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media. Mubyarto. (2004). Teori Ekonomi dan Kemiskinan. Yogyakarta: Aditya Me- dia. Mulyana, Deddy.(2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rema- ja Rosda Karya.

Marpaung Happy, 2002, Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung: Penerbit: Alfabeta

Marpaung, H dan Herman, B. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung: Al- fabeta Mudiyono. 2005. Dimensi-Dimensi Masalah Sosial dan Pemberdayaan Ma- syarakat.Yogyakarta: ADMD Press. Morissan. (2007). Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Ram- dina Prakarsa. Maria McAlpin. 2008. Conservation And Community-Based Development Through Ecotourism In The Temperate Rainforest Of Southern Chile dalam jurnal Policy Sciences edisi March 2008, Volume 41, Issue 1, pp 51-69. First online: 11 December 2007. Muljadi, A.J. 2009.Kepariwisataaan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafin- do Persada. Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Mulyanti, Sri. 2013.PerkembanganPsikologiAnak. Laras Media Prima N Nyoman S. Pendit. 1999..Wisata Konvensi. Gramedia Pustaka Utama. Ja- karta Noviani, Ratna.(2002). Jalan tengah Memahami Iklan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Nugroho, I dan R. Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah- Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Pustaka LP3ES. Jakarta. Najiyati, S., Muslihat, L., dan Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan la- han gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change,

114 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia. Nugroho, I., 2011, Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nagy, Katalin (2012) Heritage Tourism, Thematic Routes and Possibilities for Innovation . ‘Club of Economics in Miskolc’ TMP Vol. 8., Nr. 1., pp. 46-53. 2012.

O

P Parsons, R.J.1994. Emporwerment Oriented Social Work Practice with the El- delry.Pasific Grove. CA: Brooks/Cole. Payaman J. Simanjuntak. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia Edisi 2001.Jakarta: FEUI Phillips A. 2002. Indigenous and Local Communities and Protected Areas: Rethinking the Relationship (in Local Communities Protected Area). Gland-Switzerland : IUCN-The World Conservation Union, Nature Bureau, UK Publication Ltd. Pendit, N.S. 2003. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pener- bit Pradnya Paramita. Pitana, I Gde dan Putu G.Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata: Kajian Sosi- ologis Terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-Dampak Pariwisata.Yogyakarta: Andi Offset Pitana.I.G. 2005.Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Pitana,I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009.Pengantar Ilmu Pariwisata.Yog- yakarta: Andi Offset. Philip Kotler & Kevin Lane Keller,2009, Manajemenpemasaran,Edisi 13 Jilid 1. Jakarta

115 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Prawesthi, Ashri (2013), Planning Model of Religious Cultural Heritage Buildings as a Concept to Intensify the Image of the Region. Interna- tional Transaction Journal of Engineering, Management, & Applied Sciences & Technologies.a Department of Architecture, Faculty of En- gineering, Pancasila University, INDONESIA 251

Q

R Ritzer, George and Barry Smart (eds),2001. Hanbook of Social Theory, Lon- don ; SAGE Publication, Ltd. Robbins, Stephen. P. 2006.Perilaku Organisasi (alih bahasa Drs. BenjaminMolan),Edisi Bahasa Indonesia,Klaten: PT INT AN SEJATI.

Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat

Riduwan dan Sunarto,. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

Roxana, D.M. International Journal of Academic Research in Economics and Management Sciences. September 2012, Vol. 1, No. 5. ISSN: 2226-36 Richard Sharpley, Tourism and Sustainable Development Exploring the theoreti- cal divice.“ Journal Of Sustainable Tourism”. VIII(1). 2000:1-19

S Spillane, James.J. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Ke- budayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sumodiningrat, Gunawan. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Edisi kedua. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.

116 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Seaton, A.V. & Bennet.1996. The Marketing of Tourism Products: Concepts, Issues, and Cases.London: International Thomson Business Press. Spradley, James, (1997) Metode Etnografi, Penerjemah Misbah Zulfa Eliza- beth, Yogyakarta: Tiara Wacana. Suparmoko, 1998. “Pengantar Ekonomi Makro”. BPFE-UGM Yogyakarta. Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS, Grame- dia Pustaka Utama, Jakarta. Suyitno. 2001 Perencanaan Wisata, Tour Planning. Kanisius Spillane, James.J. 2002, ekonomi pariwisata sejarah dan prosfeknya. Jakarta:Kanisius. Suparlan.P. (2001).“Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti dalam Ma- syarakat MajemukIndonesia”.Jurnal Antropologi Indonesia 66, 2001. Suparlan, Parsudi, (2002) “Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikutur- al”, Jurnal Antropogi Indonesia, tahun XXVI, No.69, UI dan Yayasan Obor Indonesia Suparlan, Parsudi (2003). “Bhineka Tunggal Ika: Keanekaragaman Suku- bangsa atau Kebudayaan”, Jurnal Antropologi Indonesia, Tahun XX- VII, No.72, Jakarta: Universitas Indonesia-Yayasan Obor Indonesia. Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism Handbook. Bangkok: Re- sponsible Ecological Social Tour (REST) Project. Sutisna,SE. ME.(2003). Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosda Karya. Bandung. Sugiyono. 2003. Cet-5. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sulistiyani, Ambar Teguh & Rosidah.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia,Konsep, Teori dan pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik,Yogyakarta: Graha Ilmu. Subejo. 2004. PerananSocial CapitalDalam Pembangunan Ekonomi: Suatu\ PengantarStudiSocial Capitaldi Pedesaan Indonesia.MajalahAgro Eko- nomi11 (1):32-41.

117 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Sarwono, Jonathan.(2004).Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Edisi Kedua.Bandung:LPPM UNIKOM.

Suwantoro,Gamal, 2004,Dasar-Dasar Pariwisata,Yogyakarta: Andi

Siregar, D.D. (2004), Manajemen Aset, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Uta- ma, Jakarta. Sedarmayanti. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PR.Refika Aditama, Bandung.

Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kerja. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.Suyanto, M.(2005).Strategi Perancangan Iklan Televisi. Yogyakarta : Andi.

Suharto, Ph.D. Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT.Refika Aditama

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Storey, John.(2007).Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta & Bandung : Jalasutra.

Sri Endah Nurhidayati. 2007. Community Based Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dalam Journal Uni- versitas Airlangga edisi Juli 2007, volume 20, nomor 3. Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Bandung; rafika ADIT-

118 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

AMA

Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rinerka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta

Sarbini, 2010, Paradigma Baru Ilmu Pariwisata, Rekreasi, Yogyakarta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif dan R&D. Band- ung: Alfabeta. Suwena, I Ketut dan I Gusti Widyatmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana University Press. Sugiama, A. Gima (2013), Manajemen Aset Pariwiasata : Pelayanan Berkuali- tas agar Wisatawan Puas dan Loyal, Guardaya Intimarta, Bandung. T The Internasional Ecotourism Society, 2002. Tentang Prinsip-prinsip Ekow- isata dalam buku panduan Dasar pelaksanaan ekowisata (2009). Tasos Hovardas dan Kostas Poirazidis. 2006. Evaluation of the Environmental- ist Dimension of Ecotourism at the Dadia Forest Reserve (Greece) dalam jurnalEnvironmental Management edisi November 2006, Volume 38, Issue 5, pp 810-822. First online: 23 August 2006. Tomás López-Guzmán, Sandra Sánchez-Cañizares, dan Víctor Pavón. 2011. Community based tourism in developing countries: a case study dalam jur- nal Tourismos: An International Multidisciplinary Journal Of Tourism edisi Spring 2011, Volume 6, Number 1, pp 69-84.

U United Nations (2001). Managing Sustainable Tourism Development: ES- CAP Tourism Review.No. 22. New York: United Nations.

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.

119 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

UNEP dan UNWTO. 2005. Making Tourism More Sustainable - A Guide for Policy Makers (pp. 11-12). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepari- wisataan Utari Dwi, Dkk. (2012) Strategi Peningkatan Vitalitas Pasar Terapung Muara Kuin Kota Banjarmasin, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

V

W World Tourism Organisation (1993) Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. WTO, MadridJurnal Wahab, S., 1996, Manajemen Kepariwisataan, Jakarta : Pradnya Paramita. Wrihatnolo, Randy. R. and Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2007. Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pem- berdayaan Masyarakat.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Kelom- pok Gramedia.

Wardiyanto dan Baiquni, M. 2011.Perencanaan dan Pengembangan Pariwisa- ta. Bandung: Penerbit LUBUK AGUNG. Wicaksono, (2011), “Penerapan Structural Equation Modelling Untuk Men- gevaluasi Minat Shipper Dalam Menggunakan Layanan Internet Dari Shipping Line”, Tesis Master, MMT-ITS, Surabaya.

X

Y Yoeti, Oka. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya Param- ita. Yoeti, Oka. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT.

120 Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

Pradnya Paramita. Yoeti, Oka. A. dkk. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Yoeti, Oka. A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Yoeti OA. 2008. Ekonomi pariwisata: Introduksi, informasi, dan implemen- tasi. Jakarta [ID]: Kompas.

Z Zubaedi. 2007. Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

121

Kearifan Lokal PASAR TERAPUNG Dalam Perspektif Pengembangan Pariwisata

BIODATA PENULIS

ELLYN NORMELANI, lahir di Banjarmasin, 11 Desember 1980. Pendidikan SD diselesaikan di Kota Banjarmasin. Pendidikan SLTP sampai SLTA diselesaikan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Pendidikan S1 diperoleh dari program studi pendidikan geografi, Fakultas MIPA, UM, Malang (2003). Pendidikan S2 diselesaikan di Program Studi magister Manajemen pendidikan dan Program Studi magister pengelolaan sumberdaya alam & lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin (2009 & 2016). Pendidik studi S3 ditempuh di Program doktor ilmu pertanian, minat lingkungan, Universitas Brawijaya, Malang (2016) Penulis adalah Lektor Kepala Bidang ilmu lingkungan sosial budaya dan pariwisata Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Dengan pengalaman mengajar mata kuliah antara lain, Geografi pariwisata, geografi budaya dan wisata, geografi sosial, geografi politik, geografi lingkungan dan sumberdaya, geografi ekonomi dan industri yang diawali sejak menjadi dosen tahun 2003 sampai sekarang.

123