Kiprah Mpok Nori Dalam Mengembangkan Kesenian Betawi (1968-1995)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kiprah Mpok Nori Dalam Mengembangkan Kesenian Betawi (1968-1995) Kiprah Mpok Nori dalam Mengembangkan Kesenian Betawi (1968-1995) Imas Yosita, Siswantari Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universtas Indonesia Kampus UI Depok Jawa Barat 16424 Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas kiprah Mpok Nori dalam mengembangkan kesenian Betawi tahun 1968—1995. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian sejarah dengan mengambil peran sentral pada aktivitas Mpok Nori terhadap usahanya untuk mengembangkan kesenian Betawi yang dilakukannya melalui tari topeng Betawi, teater lenong, sanggar, layar kaca dan layar perak. Ia berhasil membawa kesenian Betawi bertahan di tengah modernisasi Jakarta yang berkembang cepat dengan seni budaya lain yang berasal dari berbagai daerah. Sanggar yang didirikannya telah menghasilkan anak didik yang berprestasi dalam mengembangkan kesenian Betawi. Penelitian ini membuktikan bahwa Mpok Nori berhasil membawa kesenian Betawi bertahan di tengah modernisasi Jakarta yang berkembang cepat. Kata kunci: Betawi, kesenian, Mpok Nori Abstract This thesis discusses about Mpok Nori’s role in developing Betawinese art in 1968—1995. The research done is a historical study which takes a central role on Mpok Nori’s activities in trying to develop Betawinese art through Betawi mask dance, lenong theater, atelier, television and cinema. She has succeeded in bringing Betawineses art to survive in the middle modernization which grows fast together with the other cultural arts from various districts in Indonesia. The atelier which was built has produced successful students in evolving Betawinese art. This research proved that Mpok Nori has succeeded to bring Betawinese art keep in the fast-developed Jakarta modernization. Keywords: art, Betawi, Mpok Nori Pendahuluan tempat berinteraksinya dari berbagai aspek budaya masyarakat. Situasi tersebut bagi seni Jakarta adalah ibu kota Negara budaya Betawi merupakan ”tantangan” agar Republik Indonesia yang mengalami kebudayaan Betawi dapat bertahan di tengah perubahan fisik dan sosial dengan cepat dari modernisasi Jakarta yang berkembang cepat waktu ke waktu. Kota Jakarta merupakan dengan seni budaya yang lain yang berasal pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, sosial, dari berbagai daerah. dan budaya. Jakarta juga merupakan pintu Pada tahun 1960-an masyarakat gerbang keluar masuknya nilai budaya dari Jakarta semakin lama semakin tidak berminat berbagai penjuru dunia yang merupakan suatu menyaksikan kesenian Betawi, seperti wayang 1 Kiprah Mpok..., Imas Yosita, FIB UI, 2014 golek, wayang kulit, teater lenong, atau tari Profil Mpok Nori sebelumnya pernah topeng Betawi yang acaranya dipentaskan ditulis oleh Sylviana Murni. Tulisannya semalam suntuk karena dianggap banyak merupakan suatu rangkaian pembahasan menyita waktu. Tontonan seperti itu menjadi tentang kehidupan Mpok Nori yaitu buku hidangan masa lampau. Generasi baru lebih Database Orang Betawi (2012) yang mengenal hiburan serba gemerlap, termasuk menjelaskan biografi orang-orang Betawi, bioskop yang mayoritas produksi Hollywood salah satunya Mpok Nori. Di dalam buku dengan pemain yang cantik dan tampan. tersebut menjelaskan secara garis besar Lapangan atau ruang terbuka yang dibutuhkan tentang peranan Mpok Nori dalam pertunjukkan teater lenong dan topeng untuk mengembangkan dan melestarikan budaya ngamen pun semakin menyempit seiring Betawi dan secara singkat perjalanan dengan bertambahnya pembangunan rumah kariernya. untuk penduduk yang datang dari luar Jakarta. Berdasarkan literatur yang ada namun Pada tahun 1960-an teater lenong telah berada terbatas pembahasannya, penulis membahas di pinggir jurang. Ngamen juga tak berlanjut lebih detail dan lengkap tentang biografi Mpok hingga pagi, dan sudah berhenti sekitar jam Nori dan kiprahnya dalam mengembangkan sebelas malam karena hasil saweran sedikit. dan melestarikan kesenian Betawi tahun 1968- Pada tahun 1966, Gubernur Jakarta 1995. Ali Sadikin memandang perlu melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Betawi sebagai budaya yang menjadi ”ikon” Kota Tujuan Penelitian Jakarta. Beliau mendirikan Pusat Kesenian Jakarta yang diberi nama Taman Ismail Tujuan penelitian penelitian ini adalah Marzuki diresmikan pada tanggal 10 untuk mengungkap perjalanan hidup Mpok November 1968. Maksud didirikannya TIM Nori dalam mengembangkan kesenian Betawi (Taman Ismail Marzuki) ialah sebagai tempat hingga memperoleh kepopuleran dalam menyalurkan kreasi para seniman kepada masyarakat dan untuk melihat aspek masyarakat dan supaya masyarakat luas bisa perkembangan budaya Betawi, khususnya menikmatinya. kesenian Betawi. Melalui Mpok Nori, Orang Betawi yang selama ini seakan- kesenian Betawi khususnya teater lenong akan terlupakan dalam program pemerintahan menjadi seni populer. mulai tersentuh. Tersentuhnya orang Betawi Metode Penelitian dalam program pemerintahan dimulai dengan tampilnya teater lenong di Taman Ismail Metode yang digunakan oleh penulis Marzuki. Hal ini membuat teater lenong adalah metode sejarah yang terdiri dari empat diterima dan diakui sebagai kesenian Betawi. tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan Inilah awal bangkitnya teater lenong dengan historiografi. Pada tahap heuristik, penulis wajah baru. Tampilnya teater lenong di mencari dan mengumpulkan sumber-sumber gedung kesenian menunjukan kesenian rakyat yang berkaitan dengan tema penelitian yang dapat bersaing dengan kesenian modern. sudah ditetapkan. Sumber-sumber yang Kebijakan melestarikan dan didapat berupa artikel dan buku. Sumber mengembangkan kebudayaan Betawi bagi artikel didapat dari surat kabar, seperti Mpok Nori, membuka peluang untuk Kompas, yang banyak tersimpan di mengembangkan daya seninya melalui seni Perpustakaan Nasional Republik Indonesia teater lenong dan tari topeng Betawi. Dengan (PNRI), di Salemba, Jakarta Pusat. Kemudian kemampuannya bermain teater lenong dan tari ada juga sumber artikel Majalah Kesenian dari topeng, secara perlahan tetapi pasti Mpok Nori PNRI. Buku-buku yang digunakan adalah berhasil mengangkat ke permukaan seni teater buku yang membahas tentang budaya Betawi lenong dan tari topeng Betawi sehingga dan kesenian Betawi. Buku-buku tersebut namanya menjadi legenda bagi seniman penulis peroleh dari Perpustakaan Pusat UI, budaya Betawi. Perpustakaan Nasional, Lembaga Kebudayaan Betawi dan Perpustakaan DKI Jakarta. Tinjauan Literatur 2 Kiprah Mpok..., Imas Yosita, FIB UI, 2014 Tahap berikutnya penulis melakukan Sekitar tahun 1960-an, karier seninya kritik terhadap sumber-sumber yang didapat. dimulai ketika ia ikut bergabung ke dalam Kritik dilakukan dalam dua tahap, yaitu kritik sanggar Setia Warga milik H. Bokir. Ketika ekstern dan kritik intern. Berdasarkan kritik itu ia sering berkeliling dan mementaskan ekstern, sumber primer yang diperoleh adalah teater lenong dari kampung ke kampung. hasil wawancara. Selebihnya adalah sumber Kariernya di dunia teater lenong terus sekunder berupa buku. Melalui kritik intern menanjak. Namanya mulai bersinar di era penulis menemukan beberapa perbedaan tahun 1970-an hingga 1990-an. Saat itu teater antara sumber satu dengan sumber lainnya. lenong memasuki masa keemasan sebagai Selain itu penulis juga memperhatikan acara primadona televisi. Bersama H. Bokir, objektivitas dari sumber-sumber tersebut. Nasir, dan H. Bodong, ia kerap menampilkan Tahap selanjutnya adalah interpretasi humor khas Betawi. Mpok Nori pernah atau penafsiran data-data yang diperoleh untuk membintangi sinetron “Pepesan Kosong”, mendapatkan fakta-fakta. Berdasarkan analisa bersama Malih, Bolot, dan H. Bodong yang dan perbandingan semua data yang diperoleh, melambungkan namanya. Selain itu, ia juga sehingga penulis mendapatkan fakta yang membintangi berbagai layar lebar. akurat. Tahap terakhir adalah historiografi. Mpok Nori memulai karirnya sebagai Pada tahap ini penulis menguraikan fakta- pemain tari topeng Betawi yang bergabung fakta yang sudah didapat ke dalam bentuk dengan Grup Topeng Setia Warga pimpinan tulisan sejarah dan kemudian menarik H. Bokir bin Jiun yang berdiri sejak tahun kesimpulan dari keseluruhan pembahasan. 1969 yang sering tampil di Taman Ismail Marzuki dan TVRI (Televisi Republik Pembahasan Indonesia). Bermula dari tari topeng dan teater Indonesia adalah bangsa multietnis lenong, Mpok Nori merambah ke dunia akting. dan multibudaya. Salah satu etnis yang Mpok Nori membintangi sinetronnya yang mengalami sejarah panjang akulturasi pertama berjudul Pepesan Kosong. Setelah kebudayaan dan kini berada pada lingkungan sukses di sinetron, bakatnya dalam seni peran perkotaan dengan segala dinamikanya adalah membuat sutradara terus mengajaknya etnis Betawi. Jakarta sebagai ibukota negara bermain film dan layar lebar. mempunyai penduduk yang beraneka ragam. Dalam mengembangkan dan Banyaknya para pendatang membuat melestarikan budaya Betawi serta melakukan penduduk asli Jakarta terpinggirkan. pengkaderan, Mpok Nori membangun sanggar Terpinggirnya masyarakat Betawi disebabkan khas Betawi bernama Lenong Betawi pada oleh pembangunan kota Jakarta sekitar tahun tahun 1993 yang kemudian berubah menjadi 1960-an serta adanya arus urbanisasi. Sanggar Sinorai. Sanggar yang didirikannya Terbentuknya masyarakat Betawi dari selalu mendapat panggilan untuk pentas hasil percampuran berbagai etnis mengisi acara-acara. Dalam sanggarnya Mpok menyebabkan mereka mempunyai kesenian Nori melibatkan anak, keponakan, cucu dan sendiri yang merupakan perpaduan dari cicitnya. Sanggar tersebut terbuka untuk berbagai macam unsur, seperti seni drama, umum. Berkat keahliannya di kesenian tari seni silat, seni rupa
Recommended publications
  • Masyarakat Kesenian Di Indonesia
    MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial.
    [Show full text]
  • M. Cohen on the Origin of the Komedie Stamboelpopular Culture, Colonial Society, and the Parsi Theatre Movement
    M. Cohen On the origin of the Komedie StamboelPopular culture, colonial society, and the Parsi theatre movement In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 157 (2001), no: 2, Leiden, 313-357 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/10/2021 12:19:15AM via free access MATTHEW ISAAC COHEN On the Origin of the Komedie Stamboel Popular Culture, Colonial Society, and the Parsi Theatre Movement Introduction . The Komedie Stamboel, also known as the Malay Opera, occupies a prom- inent place in Indonesia's cultural history.1 lts emergence in 1891 has been characterized as a 'landmark' in the development of modern popular theatre (Teeuw 1979:207). The theatre later contributed greatly to the birth of Indo- nesian contemporary theatre and film2 and played a formative role in mod- ern political discourse and representation (see Anderson 1996:36-7). The Komedie Stamboel has been celebrated as one of the most significant 'artistic achievements' of the Eurasian population of colonial Java (see Van der Veur 1968a), but also damned for its deleterious influence on Java's classical and 1 This article was written while a postdoctoral research fellow at the International Institute for Asian Studies (DAS). It was presented in part as lectures at KAS and the Fifth International Humanities Symposium, Gadjah Mada University, in 1998.1 would like to thank all the particip- ants in the research seminar, 'Popular theatres of Indonesia', Department of Southeast Asian and Oceanic Languages and Cultures, Leiden University, where I developed some of the ideas pre- sented here, as well as Kathryn Hansen, Rakesh Solomon, Catherine Diamond, Surapone Virulrak, Hanne de Bruin, and two anonymous BKI reviewers for their comments.
    [Show full text]
  • DALAM MELESTARIKAN KESENIAN LENONG BETAWI Asriyani Sa
    PAGELARAN SEBAGAI SALAH SATU BAURAN HUMAS LKB (LEMBAGA KEBUDAYAAN BETAWI) DALAM MELESTARIKAN KESENIAN LENONG BETAWI Asriyani Sagiyanto Staf Pengajar Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jl. Kayu Jati 5, No.2, Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur Email: [email protected] Abstract Along with the times and the modernization of the capital Jakarta, influence on the existence of Betawi art and culture. The influence evident from the many people who are less supportive Betawi culture itself, among others, they prefer to watch the show and art of modern culture such as films or bands compared with the traditional arts such as lenong, gambang kromong , masks and others. Lenong a Betawi arts, theater or one of the Betawi people taking the stories of heroism and criminal as its theme. With Thus LKB which is an institution engaged in the preservation and Betawi arts development, should pay more attention to the art of Betawi culture lenong particular art, by holding performances. It aims to introduce and promote the cultural arts Betawi people in Jakarta and at the same time to develop and preserve Betawi arts, especially the arts lenong high value, which is now in the midst of modern art and culture. The purpose of this study was to find out that the show is a mix of public relations or media LKB, LKB to preserve the arts lenong Betawi . In addition , this study also aims to determine the mix of other Public relations conducted by the LKB preserve Betawi arts culture, particularly lenong Betawi arts. The method used in this study is a research method descriptive qualitative approach.
    [Show full text]
  • Materi+DRAMA+JAWA 0.Pdf
    BAB I SELUK BELUK DRAMA A. Antara Drama, Sandiwara, dan Teater Banyak orang berasumsi, drama itu sekedar tontonan. Memang tidak keliru anggapan ini. Hampir semua drama dipentaskan memang untuk ditonton. Apalagi kalau dirunut dari aspek etimologi, akar tunjang dari istilah "drama" dari bahasa Greek (Yu- nani kuna) drau yang berarti melakukan (action) atau berbuat sesuatu (Muhsin, 1995). Berbuat berarti memang layak dilihat. Wiyanto (2002:1) sedikit berbeda, katanya drama dari bahasa Yunani dram, artinya bergerak. Kiranya, gerak dan aksi adalah mirip. Kalau begitu, tindakan dan gerak yang menjadi ciri drama. Tiap drama mesti ada gerak dan aksi, yang menuntun lakon. Aristoteles (Brahim, 1968:52) menyatakan bahwa drama adalah “a representation of an action”. Action, adalah tindakan yang kelak menjadi akting. Drama pasti ada akting. Dalam drama itu terjadi “a play”, artinya permainan atau lakon. Jadi ciri drama harus ada akting dan lakon. Permainan penuh dengan sandi dan simbol, ayng menyimpan kisah dari awal hingga akhir. Daya simpan kisah ini yang menjadi daya tarik drama. Drama yang terlalu mudah ditebak, justru kurang menarik. Dalam bahasa Jawa, drama sering disebut sandiwara. Kata sandi artinya rahasia, wara (h) menjadi warah berarti ajaran. Sandiwara berarti drama yang memuat ajaran tersamar tentang hidup. Sandiwara dan drama sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Keduanya memuat kisah, yang bercirikan dialog. Baik drama maupun sandiwara sama- sama menjadi guru kehidupan ini. Drama itu suguhan seni yang hidup, penuh fantasi. Drama menjadi tafsir kehidupan, yang kadang-kadang melebihi dunia aslinya. Siapapun sesungguhnya dapat bergulat dengan drama. Muhsin (1995) juga banyak mengetengahkan berbagai kelebihan drama. Biarpun bagi seseorang kadang-kadang enggan tampil dan malu-malu menjadi pemain, drama tetap genre sastra yang menarik.
    [Show full text]
  • Bali 1928: Gamelan Gong Kebyar Music from Belaluan, Pangkung
    Bali 1928: Gamelan Gong Kebyar Music from Belaluan, Pangkung, Busungbiu 2 Introduction 6 A Sketch of the Time Period of these Recordings 11 Emergence of Kebyar 29 The Balinese Gamelan Recordings from Bali, 1928: a track–by–track discussion: 33 Gamelan Gong Kebyar of Belaluan, Denpasar 46 Gamelan Gong Kebyar of Pangkung, Tabanan 50 Gamelan Gong Kebyar of Busungbiu, Northwest Bali 57 List of Silent Archival Films 58 Acknowledgments 61 References Cited and Further Readings * Glossary on Separate PDF File1 1 The spellings in this article follow modernized Balinese orthography of dictionaries such as Kamus Bali Indonesia, by I Nengah Medera et.al. (1990). Although this system was proposed as early as 1972 it has been applied irregularly in writings on the arts, but we have chosen to adhere to it so as to reflect a closer relationship to actual Balinese aksara ‘letters of the alphabet, language’. For instance, many words with prefixes frequently spelled pe or peng are spelled here with the prefixes pa and pang. 1 Introduction These historic recordings were made in 1928 as part of a collection of the first and only commercially–released recordings of music made in Bali prior to World War II. This diverse sampling of new and older Balinese styles appeared on 78 rpm discs in 1929 with subsequent releases for international distribution. The records were sold worldwide (or not sold, as it happened) and quickly went out of print. It was a crucial time in the island’s musical history as Bali was in the midst of an artistic revolution with kebyar as the new dominant style of music.
    [Show full text]
  • PTS Ganjil 1 Tematik Jumlah Soal : Durasi
    K o d e S o a l PTS Ganjil 1 Tematik Jumlah Soal : Durasi : Kelas 4 40 Butir 1 jam 30 menit RTO-TTGICBJ 1. Keberagaman budaya di Indonesia harus disyukuri karena ... a. merupakan suatu kelemahan bangsa b. menjadikan Indonesia negara adikuasa c. merupakan anugerah dari Tuhan d. membuat bangsa Indonesia ditakuti 2. Dalam menjaga keberagaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia maka kita harus menerapkan sikap .... a. saling menghargai budaya daerah lain b. mencari budaya yang terbaik c. menonjolkan budaya sendiri d. menghina budaya daerah lain 3. Contoh sikap tidak mau menghargai keberagaman yang ada seperti .... a. menonton pertunjukan budaya derah lain b. mau berteman hanya dengan satu suku c. mencintai berbagai budaya daerah d. menghargai budaya lain walau berbeda 4. Walau memiliki banyak keberagaman dan perbedaan, namun bangsa Indonesia tetap bersatu seperti dalam semboyan .... a. Tut Wuri Handayani b. Ing Ngarsa Sung Tuladha c. Bhineka Tunggal Ika d. Negara Kertagama 5. Berikut ini contoh keberagaman alat musik dari Indonesia, kecuali .... a. Kendang b. Kecapi c. Pianika d. Sasando 6. Suci berasal dari daerah yang mempunyai tarian daerah yaitu Gambyong dan memiliki rumah adat Joglo. Daerah asal Suci adalah .... a. Jawa Timur b. Jawa Tengah Kunci dan pembahasan dapat dilihat dari aplikasi Ruangguru dengan scan QR Code dan input Kode Soal di pojok kanan atas soal. Follow dan cek instagram Ruangguru di @ruangguru untuk mendapatkan Copyright © 2019 Ruangguru hal. 1 berbagai informasi terbaru K o d e S o a l PTS Ganjil 1 Tematik Jumlah Soal : Durasi : Kelas 4 40 Butir 1 jam 30 menit RTO-TTGICBJ c.
    [Show full text]
  • Implementation of the Indonesian Culture Diplomacy Toward Australia Through Indofest Period 2012-2016 (Case Study: Adelaide and Canberra)
    IMPLEMENTATION OF THE INDONESIAN CULTURE DIPLOMACY TOWARD AUSTRALIA THROUGH INDOFEST PERIOD 2012-2016 (CASE STUDY: ADELAIDE AND CANBERRA) Ulyantraja Kelamor International Relations, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta [email protected] Abstract This journal discusses IndoFest activities which are conducted by Indonesia to Australia in 2012 to 2016 in Adelaide and Canberra. IndoFest was born in 2008, aims to introduce Indonesian culture in the international world. With the presence of IndoFest, it is also seen that cultural diplomacy continues to be done by Indonesia not only for improving good relations in both countries but also to introduce Indonesian art, culture, and exceptional food for more to the Australian people, in order to visit Indonesia. This journal also discusses Indonesia's cultural diplomacy towards Australia through IndoFest, as well as various activities in IndoFest to attract Australian tourists to come to Indonesia. As the research method, the qualitative method is used in this journal by library study, which is collecting the data from the literature related to the issue discussed. The results of the study stated that Indonesia successfully carried out its cultural diplomacy to Australia through IndoFest. Keywords: Cultural Diplomacy, IndoFest, Indonesia, Australia, Culture DOI: 10.33541/sp.v19i1.1642 Sociae Polites : Majalah Ilmiah Sosial Politik Faculty of Social and Political Science, Universitas Kristen Indonesia ISSN 1410-3745 print/ ISSN 2620-4975 online Volume 19, Number 1 (January – June 2018) Pages 33-52 33 1. Introduction The existence of a country on the international stage is now pressing for it a bond of cooperative relations that support each other for the achievement of interdependent needs each country involved.
    [Show full text]
  • Heritage Media and Local Wisdom of Indonesian Society
    Volume 13 Issue 6 Version 1.0 Year 2013 Type: Double Blind Peer Reviewed International Research Journal Publisher: Global Journals Inc. (USA) Online ISSN: & Print ISSN: Abstract- In rural communities, the communication between humans mostly done by using symbols such as sounds, gestures, visual and performing arts of the people. Heritage media is a communication tool used by people from outside in an attempt to convey some messages that contain various elements values, norms, rules, also include development message from the kingdom, therefore this heritage media purposes beside in addition to entertainment is also used as a tool to solve community problems in their own way, in this context local wisdom, especially issues related to community efforts to meet their needs for information. Keywords: heritage media, local wisdom, and indonesian society. GJHSS-A Classification : FOR Code: 200212, 750899 Heritage Media and Local Wisdom of Indonesian Society Strictly as per the compliance and regulations of: © 2013. Muslimin Machmud. This is a research/review paper, distributed under the terms of the Creative Commons Attribution- Noncommercial 3.0 Unported License http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0/), permitting all non-commercial use, distribution, and reproduction inany medium, provided the original work is properly cited. Heritage Media and Local Wisdom of Indonesian Society Muslimin Machmud Abstract- In rural communities, the communication between the existing culture. Basically, in heritage media have a humans mostly done by using
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 519 Proceedings of the 3rd International Conference on Arts and Design Education (ICADE 2020) Art Perform in Saung Angklung Udjo as Memorable Tourism Experience Laras Ramadhania Putri*, Trianti Nugraheni, Juju Masunah Program Studi Pendidikan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Indonesia *[email protected] Abstract—This research was conducted to find out how the Angklung Udjo is one of the tourist destinations that has a Performing Arts at Saung Angklung Udjo became an Art cultural tourist attraction. Tourism in Bandung. The aim is to examine how the art performance presented at Saung Angklung Udjo and how the art According to the Law of the Republic of Indonesia Number performance becomes an attractive tour for local and foreign 10 of 2009 concerning tourism, a tourist attraction is anything tourists. This study uses a qualitative research design and that is unique, beautiful and valuable in the form of a diversity descriptive analysis method, researchers obtain data and examine of natural, cultural and man-made wealth, that is the target or it further for analysis. Data obtained from research instruments purpose of tourists visit. The condition of nature, flora and namely observation, interview, literature review and study fauna, as a gift from God Almighty, as well as historical documentation. After the data is obtained, its validity will be ancient, artistic and cultural heritage owned by the Indonesian processed by triangulation. Findings of this research show that people are the resources and capital for tourism development to Saung Angklung Udjo not only displays angklung performances, increase the prosperity and welfare of the people as contained but also presents other art performances such as dance and in Pancasila and the Preamble of Laws.
    [Show full text]
  • Vocal Music in Dance Dramas: Jangér, Arja, Topéng & Cepung
    Bali 1928 – Volume V Vocal Music in Dance Dramas: Jangér, Arja, Topéng & Cepung Ensembles of Kedaton, Abian Timbul, Sésétan, Belaluan Kaliungu & Lombok ❁ EDWARD HERBST Arbiter of Cultural Traditions New York www.arbiterrecords.org Edward Herbst 2015 Bali 1928 Vocal Music in Dance Dramas: Jangér, Arja, Topéng & Cepung Contents 3 List of Photographs 4 List of Archival Films Online 5 Introduction 10 A Sketch of the Time Period of these Recordings 12 The Balinese Gamelan 15 A Very Brief Perspective on the Historical Span of these Recordings 18 A Brief Perspective on Arja 21 Tembang Arja & Kidung with the Gamelan Geguntangan of Belaluan, Denpasar CD Track #1: Ginada Sampik-Ingtai 23 CD Track #2 Dangdang Silandri 24 CD Track #3 Sinom Salya 26 CD Track #4 Kidung Jayendriya sung by I Renteg CD Track #5 Kidung Wilet Mayura sung by I Gejor Kelambu 27 Tembang Arja with the Gamelan Geguntangan of Sésétan, Denpasar CD Track #6 Ginada Sampik-Ingtai 30 CD Track #7 Ginada Arjuna Wijaya 32 CD Track #8 Ginada Déwabrata 34 Some Perspectives on the Evolution of Jangér 41 Jangér of Kedaton, Denpasar with lead singer Ni Wayan Pempen CD Track #9 Mula Tubuh di Kaléran 43 CD Track #10 Ngoréng Jaja 46 CD Track #11: Lagu Rajapala 47 CD Track #12: Mula Kutuh 50 CD Track #13: Lagu Sang Jaya Warsa 54 CD Track #14 Nguyeg Kacang I 55 CD Track #15: Nguyeg Kacang II 58 Jangér of Abian Timbul, Denpasar CD Track #16: Ganda Pura 60 CD Track #17: Kladi Nguda CD Track #18: Kembang Rampé 65 CD Track #19: Pusuh Biu sung by Ni Lemon 66 CD Track #20: Durma Sudarsana sung by Ni
    [Show full text]
  • INDONESIAN POSTCOLONIAL THEATRE Spectral Genealogies and Absent Faces
    Studies in International Performance Published in association with the International Federation of Theatre Research General Editors: Janelle Reinelt and Brian Singleton Culture and performance cross borders constantly, and not just the borders that define nations. In this new series, scholars of performance produce interactions between and among nations and cultures as well as genres, identities and imaginations. Inter-national in the largest sense, the books collected in the Studies in International Performance series display a range of historical, theoretical and critical approaches to the panoply of performances that make up the global surround. The series embraces ‘Culture’ which is institutional as well as improvised, underground or alternate, and treats ‘Performance’ as either intercultural or transnational as well as intracultural within nations. Titles include: Patrick Anderson and Jisha Menon (editors) VIOLENCE PERFORMED Local Roots and Global Routes of Conflict Elaine Aston and Sue-Ellen Case STAGING INTERNATIONAL FEMINISMS Christopher Balme PACIFIC PERFORMANCES Theatricality and Cross-Cultural Encounter in the South Seas Susan Leigh Foster WORLDING DANCE Helen Gilbert and Jacqueline Lo PERFORMANCE AND COSMOPOLITICS Cross-Cultural Transactions in Australasia Helena Grehan PERFORMANCE, ETHICS AND SPECTATORSHIP IN A GLOBAL AGE Judith Hamera DANCING COMMUNITIES Performance, Difference, and Connection in the Global City Silvija Jestrovic and Yana Meerzon (editors) PERFORMANCE, EXILE AND ‘AMERICA’ Sonja Arsham Kuftinec THEATRE, FACILITATION, AND NATION FORMATION IN THE BALKANS AND MIDDLE EAST Carol Martin (editor) DRAMATURGY OF THE REAL ON THE WORLD STAGE Alan Read THEATRE, INTIMACY & ENGAGEMENT The Last Human Venue Shannon Steen RACIAL GEOMETRIES OF THE BLACK ATLANTIC, ASIAN PACIFIC AND AMERICAN THEATRE Joanne Tompkins UNSETTLING SPACE Contestations in Contemporary Australian Theatre S.
    [Show full text]
  • Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014
    PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI KESENIAN DAN BUDAYA TRADISIONAL Oleh Andi Sopandi Dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi Abstract In the context of cultural development in the area of Bekasi today indicate a growing phenomenon of marginalization and getting away from the life of its people. Therefore, the key is to make changes and the identification of potential database Bekasi Traditional Arts and Culture should be done soon, so that will impact on the implementation and regulation conducive to the development of lo- cal arts and culture and tourism. But also very berpengaruhi tripatriet role for the development of cultural arts: the role of government, non-governmental organiza- tions Non-government Organization (NGO) / College / Community arts and cul- ture Industrial World (DU / DI). Keywords: Database Culture and art Traditional PENDAHULUAN Seni dan budaya daerah menunjukkan adanya fenomena mempunyai peranan penting dalam semakin terpinggirnya dan semakin pembangunan daerah. Sebagai salah menjauh dari kehidupan satu contoh, Di Bali, seni dan budaya masyarakatnya. daerah telah mengangkat daerahnya Selain itu, permasalahan menjadi salah satu daerah tujuan kebudayaan di Kabupaten Bekasi wisata berskala internasional. semakin rumit dengan hadirnya Kemudian di Jepang, seni dan budaya industri di tengah-tengah telah mengangkat negaranya menjadi masyarakatnya, sehingga muncullah salah satu macan Asia dalam permasalahan sebagai berikut : perekonomian dunia. (1) Belum lengkapnya
    [Show full text]