Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI KESENIAN DAN BUDAYA TRADISIONAL Oleh Andi Sopandi Dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi Abstract In the context of cultural development in the area of Bekasi today indicate a growing phenomenon of marginalization and getting away from the life of its people. Therefore, the key is to make changes and the identification of potential database Bekasi Traditional Arts and Culture should be done soon, so that will impact on the implementation and regulation conducive to the development of lo- cal arts and culture and tourism. But also very berpengaruhi tripatriet role for the development of cultural arts: the role of government, non-governmental organiza- tions Non-government Organization (NGO) / College / Community arts and cul- ture Industrial World (DU / DI). Keywords: Database Culture and art Traditional PENDAHULUAN Seni dan budaya daerah menunjukkan adanya fenomena mempunyai peranan penting dalam semakin terpinggirnya dan semakin pembangunan daerah. Sebagai salah menjauh dari kehidupan satu contoh, Di Bali, seni dan budaya masyarakatnya. daerah telah mengangkat daerahnya Selain itu, permasalahan menjadi salah satu daerah tujuan kebudayaan di Kabupaten Bekasi wisata berskala internasional. semakin rumit dengan hadirnya Kemudian di Jepang, seni dan budaya industri di tengah-tengah telah mengangkat negaranya menjadi masyarakatnya, sehingga muncullah salah satu macan Asia dalam permasalahan sebagai berikut : perekonomian dunia. (1) Belum lengkapnya informasi Kesadaran akan pentingnya tentang komponen yang peran seni dan budaya daerah dalam merupakan bagian seni dan budaya pembangunan juga mulai muncul di daerah, baik dari sisi kuantitas kalangan masyarakat, stakeholders dan maupun kualitas, Pemerintah Kabupaten Bekasi. Dalam (2) Belum optimalnya kemampuan konteks pengembangan budaya daerah pengelolaan atraksi seni dan di Kabupaten Bekasi dewasa ini Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014 budaya daerah sehingga kurang kebesaran sejarah daerahnya dan mendapat perhatian pengunjung, budaya yang ada bagi pembangunan di (3) Belum efektifnya networking daerahnya. Akibatnya, roh (jaringan kerja) diantara para pengembangan dan pembangunan pengelola atraksi seni dan budaya seringkali tidak mengakar pada budaya daerah sehingga seluruh potensi yang dimilikinya. Nuansa pem- seni dan budaya daerah yang ada di bangunan lebih didominasi pada Kabupaten Bekasi belum dapat budaya kapitalisme dan modernisasi optimal ditampilkan secara barat, akibat pemahaman akar sejarah berkelanjutan, dan budaya yang sangat minim (4) Belum adanya kebijakan yang sehingga sejarah dan budaya mendasar tentang pelestarian, seringkali dianggap sebagai pemberdayaan, pengembangan dan penghambat proses pembangunan. pemanfaatan seni dan budaya Bahkan, seringkali budaya hanya daerah yang diunggulkan, dianggap sebagai liptiks atau pemanis (5) Belum mempunyai model untuk prosesi serimonial dari kegiatan pem- mengoptimalkan pengembangan bangunan yang ada. potensi seni dan budaya di daerah. Pemahaman modernisasi klasik Kabupaten Bekasi merupakan seringkali mengesampingkan faktor daerah yang kini menjadi daerah cepat budaya karena dianggap sebagai tumbuh. Hal ini tidak terlepas dari penghambat pembangunan. Akan keberadaan kondisi geografis yang tetapi, kini konsep dan definisi pem- berdekatan dengan Ibukota Republik bangunan dan modernisasi baru justru Indonesi, DKI Jakarta, yang sebaliknya sejarah dan budaya memberikan warna pluralistik bagi dianggap sebagai pendorong dan mod- daerah ini. Akibatnya, tingkat al dasar pembangunan suatu bangsa heterogenitas wilayah ini semakin atau pun daerah. Berbagai pengalaman tinggi dengan nilai-nilai budaya menunjukkan akar sejarah dan budaya semakin kompleks. menjadi modal sosial (Social Capital) Realitas di atas merupakan untuk investasi diperlihatkan oleh fenomena yang dihadapi saat ini di Cina, Jepang, Korea, Malaysia, Thai- masyarakat Kabupaten Bekasi. Banyak land, yang mengusung karakteristik kalangan yang mengetahui sejarah dan sejarah dan budaya sebagai modal budayanya tetapi tidak memberikan market investasi sehingga mereka warna bagi lingkungan dan pem- mampu mengatasi krisis ekonomi bangunan sekitarnya. Bahkan yang dengan cepat. lebih ironis, justru banyak pula Paradigma berpikir di atas kini sebagian masyarakat yang tidak menjadi inspirasi beberapa daerah di mengetahui budayanya di mana Indonesia, dalam membangun mereka tinggal, kontribusinya pun karakteristik pembangunan di tidak jelas mau dibawa kemana arah wilayahnya, di antaranya Bali, Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014 Denpasar mengembangkan “Konsep budaya lokal, hingga Sosialisasi Desa Budaya” dalam rangka kepada masyarakat umum. pelestarian sejarah, Banjar, pertanian Secara historis, Kabupaten dan wisata Kabupaten”, Riau Bekasi memiliki keterkaitan erat diperjelaskan visi sebagai wilayah dengan perkembangan wilayah Kota pengembangan Budaya Melayu di Asia Bekasi, dan DKI Jakarta dimulai dari Tenggara dan beberapa daerah lainnya. masa Kerajaan Tarumanegara, Ada beberapa tahapan menuju Regentschap Meester Cornelis, pembentukan karakteristik Budaya Jatinegara Ken, Kabupaten Jatinegara, sebagai bentuk kearifan lokal dalam hingga terbentuknya Kabupaten pembangunan, yaitu: Bekasi, serta perintisan Kabupaten (1) Memperkaya identifikasi berbagai Administratif Bekasi sebagai cikal kajian dan analisa Budaya daerah bakal terbentuknya Kabupaten Bekasi, hingga detail sehingga layak dan pada tahun 1997 terbentuknya Ko- sebagai prototype ideal ta Bekasi pada tanggal 10 Maret. wilayahnya. Namun, pencatatan dan deskripsi (2) Menyusun dan merekonstruksi perkembangan Kabupaten Bekasi modal sejarah dan budaya daerah masih sangat minim sehingga perlu sebagai character building pem- dilakukan penelusuran secara bangunan daerah sebagai Rencana mendalam. Umum Pembangunan Sosial Secara Kultural, Kabupaten Budaya (RUPSB) Daerah yang Bekasi memiliki karakteristik yang menjadi dasar penyusunan Rencana khas. Sebagian masyarakat awam Umum Pembangunan Ekonomi menyatakan bahwa Masyarakat (RUPE) Daerah. Kabupaten Bekasi memiliki kultur (3) Implementasi RUPSB dan RUPE Sunda-Betawi-Banten. Namun, realitas daerah dalam setiap kebijakan dan menunjukkan bahwa daerah ini dilihat sebaran Anggaran Pendapatan dan dari sebaran unsur budaya baik dilihat Belanja Daerah (APBD). dari Ideas (Mentifact, Sistem Budaya), Permasalahan yang terjadi pada Activity (Sistem Sosial), dan Artifact tahap awal, wahana memperkaya (hasil kebudayaan), memiliki budaya identifikasi budaya belum dilakukan yang cukup prural, artinya, terdapat secara maksimal, sehingga upaya yang beberapa unsur budaya yang khas, dilakukan setahap demi setahap meliputi: Betawi-Sunda, Jawa-Banten. adalah: membangun upaya penggalian Kekhasan yang menarik di Kabupaten budaya secara detail dalam rangka Bekasi adalah karakteristik Sunda- membuat acuan utama budaya di Banten-Betawi yang berbeda dengan Kabupaten Bekasi, khususnya. Jakarta, dilihat dari segi bahasa, dan Implementasi tersebut dapat dijadikan adat istiadat yang berbeda. Hal ini dasar penyusunan mata pelajaran lokal tidak terlepas dari kenyataan secara di tingkat sekolah berkaitan dengan Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014 akibat dari Persitiwa Penyerbuan Sul- tan Agung ke Mataram, sehingga berpengaruh terhadap masuknya berbagai unsur Budaya Jawa METODE PENELITIAN dan Bali. Fenomena ini sangat terasa Analisa Data apabila kita melihat wilayah cagar Berdasarkan hasil identifikasi budaya sekitar wilayah Jatirangga, potensi dan Peluang Seni-Budaya di pada masyarakat Kranggan, dilihat dari Kabupaten Bekasi, selanjutnya model adat istidat, norma, dan hasil analisis data khususnya berkaitan kebudayaannya. Di sisi lain, dalam dengan dalam perumusan strategi dan buku profil budaya Bekasi, yang ditulis kebijakan pengembangan budaya di oleh Andi Sopandi, M.Si, merupakan Kabupaten Bekasi dilakukan melalui buku pertama secara komprehensif dan pendekatan berbagai analisis seperti sebuah pengantar yang berharga untuk tercantum dalam Gambar dan tabel di membuat rumusan baru penyusunan bawah ini. Kajian potensi budaya di Kabupaten Bekasi. Gambar 1. Model Analisa Kajian Potensi dan Peluang Pengembangan Seni-Budaya Tradisional di Kabupaten Bekasi Berdasarkan gambar di atas (b) Pemetaan Sosial-Budaya (Social- menunjukkan bahwa alur metode Culture Mapping), yang terdiri atas kajian potensi dan Peluang Seni- 3 (tiga) aspek, yaitu: (a) melakukan Budaya Tradisional di Kabupaten identifikasi potensi budaya dan Bekasi, secara bertahap, meliputi: kebijakan yang berlaku; (b) (a) Identifikasi kondisi eksisting melakukan klasifikasi data budaya; Budaya di Kabupaten Bekasi (Data dan (c) melakukan pemetaan primer dan Sekunder) budaya. Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014 (c) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan lingkungan internal dan eksternal potensi budaya di Kabupaten Bekasi (d) Merumuskan Strategi Analisis SWOT pengembangan budaya dengan Dalam menentukan strategi memperhatikan aspek kepentingan pengembangan potensi budaya yang dan kebutuhan stakeholder budaya terbaik, dilakukan pemberian bobot dan pemerintah Kabupaten Bekasi, (nilai) terhadap tiap unsur SWOT dengan mengkaji: (a) perumusan berdasarkan tingkat kepentingan dan akar permasalahan; dan (b) kondisi wilayah. Setelah masing- merumuskan matrik strategi masing unsur SWOT diberi pengembangan budaya di bobot/nilai, unsur-unsur tersebut Kabupaten Bekasi sebagai bagian dihubungkan keterkaitannya