PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI KESENIAN DAN BUDAYA TRADISIONAL

Oleh Andi Sopandi Dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi

Abstract In the context of cultural development in the area of Bekasi today indicate a growing phenomenon of marginalization and getting away from the life of its people. Therefore, the key is to make changes and the identification of potential database Bekasi Traditional Arts and Culture should be done soon, so that will impact on the implementation and regulation conducive to the development of lo- cal arts and culture and tourism. But also very berpengaruhi tripatriet role for the development of cultural arts: the role of government, non-governmental organiza- tions Non-government Organization (NGO) / College / Community arts and cul- ture Industrial World (DU / DI).

Keywords: Database Culture and art Traditional

PENDAHULUAN

Seni dan budaya daerah menunjukkan adanya fenomena mempunyai peranan penting dalam semakin terpinggirnya dan semakin pembangunan daerah. Sebagai salah menjauh dari kehidupan satu contoh, Di Bali, seni dan budaya masyarakatnya. daerah telah mengangkat daerahnya Selain itu, permasalahan menjadi salah satu daerah tujuan kebudayaan di Kabupaten Bekasi wisata berskala internasional. semakin rumit dengan hadirnya Kemudian di Jepang, seni dan budaya industri di tengah-tengah telah mengangkat negaranya menjadi masyarakatnya, sehingga muncullah salah satu macan Asia dalam permasalahan sebagai berikut : perekonomian dunia. (1) Belum lengkapnya informasi Kesadaran akan pentingnya tentang komponen yang peran seni dan budaya daerah dalam merupakan bagian seni dan budaya pembangunan juga mulai muncul di daerah, baik dari sisi kuantitas kalangan masyarakat, stakeholders dan maupun kualitas, Pemerintah Kabupaten Bekasi. Dalam (2) Belum optimalnya kemampuan konteks pengembangan budaya daerah pengelolaan atraksi seni dan di Kabupaten Bekasi dewasa ini

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

budaya daerah sehingga kurang kebesaran sejarah daerahnya dan mendapat perhatian pengunjung, budaya yang ada bagi pembangunan di (3) Belum efektifnya networking daerahnya. Akibatnya, roh (jaringan kerja) diantara para pengembangan dan pembangunan pengelola atraksi seni dan budaya seringkali tidak mengakar pada budaya daerah sehingga seluruh potensi yang dimilikinya. Nuansa pem- seni dan budaya daerah yang ada di bangunan lebih didominasi pada Kabupaten Bekasi belum dapat budaya kapitalisme dan modernisasi optimal ditampilkan secara barat, akibat pemahaman akar sejarah berkelanjutan, dan budaya yang sangat minim (4) Belum adanya kebijakan yang sehingga sejarah dan budaya mendasar tentang pelestarian, seringkali dianggap sebagai pemberdayaan, pengembangan dan penghambat proses pembangunan. pemanfaatan seni dan budaya Bahkan, seringkali budaya hanya daerah yang diunggulkan, dianggap sebagai liptiks atau pemanis (5) Belum mempunyai model untuk prosesi serimonial dari kegiatan pem- mengoptimalkan pengembangan bangunan yang ada. potensi seni dan budaya di daerah. Pemahaman modernisasi klasik Kabupaten Bekasi merupakan seringkali mengesampingkan faktor daerah yang kini menjadi daerah cepat budaya karena dianggap sebagai tumbuh. Hal ini tidak terlepas dari penghambat pembangunan. Akan keberadaan kondisi geografis yang tetapi, kini konsep dan definisi pem- berdekatan dengan Ibukota Republik bangunan dan modernisasi baru justru Indonesi, DKI , yang sebaliknya sejarah dan budaya memberikan warna pluralistik bagi dianggap sebagai pendorong dan mod- daerah ini. Akibatnya, tingkat al dasar pembangunan suatu bangsa heterogenitas wilayah ini semakin atau pun daerah. Berbagai pengalaman tinggi dengan nilai-nilai budaya menunjukkan akar sejarah dan budaya semakin kompleks. menjadi modal sosial (Social Capital) Realitas di atas merupakan untuk investasi diperlihatkan oleh fenomena yang dihadapi saat ini di Cina, Jepang, Korea, Malaysia, Thai- masyarakat Kabupaten Bekasi. Banyak land, yang mengusung karakteristik kalangan yang mengetahui sejarah dan sejarah dan budaya sebagai modal budayanya tetapi tidak memberikan market investasi sehingga mereka warna bagi lingkungan dan pem- mampu mengatasi krisis ekonomi bangunan sekitarnya. Bahkan yang dengan cepat. lebih ironis, justru banyak pula Paradigma berpikir di atas kini sebagian masyarakat yang tidak menjadi inspirasi beberapa daerah di mengetahui budayanya di mana , dalam membangun mereka tinggal, kontribusinya pun karakteristik pembangunan di tidak jelas mau dibawa kemana arah wilayahnya, di antaranya Bali,

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Denpasar mengembangkan “Konsep budaya lokal, hingga Sosialisasi Desa Budaya” dalam rangka kepada masyarakat umum. pelestarian sejarah, Banjar, pertanian Secara historis, Kabupaten dan wisata Kabupaten”, Riau Bekasi memiliki keterkaitan erat diperjelaskan visi sebagai wilayah dengan perkembangan wilayah Kota pengembangan Budaya Melayu di Asia Bekasi, dan DKI Jakarta dimulai dari Tenggara dan beberapa daerah lainnya. masa Kerajaan Tarumanegara, Ada beberapa tahapan menuju Regentschap Meester Cornelis, pembentukan karakteristik Budaya Jatinegara Ken, Kabupaten Jatinegara, sebagai bentuk kearifan lokal dalam hingga terbentuknya Kabupaten pembangunan, yaitu: Bekasi, serta perintisan Kabupaten (1) Memperkaya identifikasi berbagai Administratif Bekasi sebagai cikal kajian dan analisa Budaya daerah bakal terbentuknya Kabupaten Bekasi, hingga detail sehingga layak dan pada tahun 1997 terbentuknya Ko- sebagai prototype ideal ta Bekasi pada tanggal 10 Maret. wilayahnya. Namun, pencatatan dan deskripsi (2) Menyusun dan merekonstruksi perkembangan Kabupaten Bekasi modal sejarah dan budaya daerah masih sangat minim sehingga perlu sebagai character building pem- dilakukan penelusuran secara bangunan daerah sebagai Rencana mendalam. Umum Pembangunan Sosial Secara Kultural, Kabupaten Budaya (RUPSB) Daerah yang Bekasi memiliki karakteristik yang menjadi dasar penyusunan Rencana khas. Sebagian masyarakat awam Umum Pembangunan Ekonomi menyatakan bahwa Masyarakat (RUPE) Daerah. Kabupaten Bekasi memiliki kultur (3) Implementasi RUPSB dan RUPE Sunda-Betawi-Banten. Namun, realitas daerah dalam setiap kebijakan dan menunjukkan bahwa daerah ini dilihat sebaran Anggaran Pendapatan dan dari sebaran unsur budaya baik dilihat Belanja Daerah (APBD). dari Ideas (Mentifact, Sistem Budaya), Permasalahan yang terjadi pada Activity (Sistem Sosial), dan Artifact tahap awal, wahana memperkaya (hasil kebudayaan), memiliki budaya identifikasi budaya belum dilakukan yang cukup prural, artinya, terdapat secara maksimal, sehingga upaya yang beberapa unsur budaya yang khas, dilakukan setahap demi setahap meliputi: Betawi-Sunda, Jawa-Banten. adalah: membangun upaya penggalian Kekhasan yang menarik di Kabupaten budaya secara detail dalam rangka Bekasi adalah karakteristik Sunda- membuat acuan utama budaya di Banten-Betawi yang berbeda dengan Kabupaten Bekasi, khususnya. Jakarta, dilihat dari segi bahasa, dan Implementasi tersebut dapat dijadikan adat istiadat yang berbeda. Hal ini dasar penyusunan mata pelajaran lokal tidak terlepas dari kenyataan secara di tingkat sekolah berkaitan dengan

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

akibat dari Persitiwa Penyerbuan Sul- tan Agung ke Mataram, sehingga berpengaruh terhadap masuknya berbagai unsur Budaya Jawa METODE PENELITIAN dan Bali. Fenomena ini sangat terasa Analisa Data apabila kita melihat wilayah cagar Berdasarkan hasil identifikasi budaya sekitar wilayah Jatirangga, potensi dan Peluang Seni-Budaya di pada masyarakat Kranggan, dilihat dari Kabupaten Bekasi, selanjutnya model adat istidat, norma, dan hasil analisis data khususnya berkaitan kebudayaannya. Di sisi lain, dalam dengan dalam perumusan strategi dan buku profil budaya Bekasi, yang ditulis kebijakan pengembangan budaya di oleh Andi Sopandi, M.Si, merupakan Kabupaten Bekasi dilakukan melalui buku pertama secara komprehensif dan pendekatan berbagai analisis seperti sebuah pengantar yang berharga untuk tercantum dalam Gambar dan tabel di membuat rumusan baru penyusunan bawah ini. Kajian potensi budaya di Kabupaten Bekasi.

Gambar 1. Model Analisa Kajian Potensi dan Peluang Pengembangan Seni-Budaya Tradisional di Kabupaten Bekasi

Berdasarkan gambar di atas (b) Pemetaan Sosial-Budaya (Social- menunjukkan bahwa alur metode Culture Mapping), yang terdiri atas kajian potensi dan Peluang Seni- 3 (tiga) aspek, yaitu: (a) melakukan Budaya Tradisional di Kabupaten identifikasi potensi budaya dan Bekasi, secara bertahap, meliputi: kebijakan yang berlaku; (b) (a) Identifikasi kondisi eksisting melakukan klasifikasi data budaya; Budaya di Kabupaten Bekasi (Data dan (c) melakukan pemetaan primer dan Sekunder) budaya. Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

(c) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan lingkungan internal dan eksternal potensi budaya di Kabupaten Bekasi (d) Merumuskan Strategi Analisis SWOT pengembangan budaya dengan Dalam menentukan strategi memperhatikan aspek kepentingan pengembangan potensi budaya yang dan kebutuhan stakeholder budaya terbaik, dilakukan pemberian bobot dan pemerintah Kabupaten Bekasi, (nilai) terhadap tiap unsur SWOT dengan mengkaji: (a) perumusan berdasarkan tingkat kepentingan dan akar permasalahan; dan (b) kondisi wilayah. Setelah masing- merumuskan matrik strategi masing unsur SWOT diberi pengembangan budaya di bobot/nilai, unsur-unsur tersebut Kabupaten Bekasi sebagai bagian dihubungkan keterkaitannya untuk metodik untuk merumuskan memperoleh beberapa alternatif kebijakan yang akan ditetapkan. strategi (SO, ST, WO, WT) (Tabel 2.). Kemudian alternatif-alternatif strategi Model Analisa Kebijakan tersebut dijumlahkan bobot/nilainya Dalam meneliti dan mengkaji da- untuk menghasilkan rangking dari tiap- ta untuk dijadikan model potensi dan tiap strategi alternatif. Strategi dengan Peluang Seni-Budaya Tradisional di rangking tertinggi merupakan alternatif Kabupaten Bekasi, sebagai berikut: strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan.

Tabel 1.Pembobotan Tiap Unsur SWOT

Kekuat Bobot Peluan Bobo Kelem Bobot Ancam Bobo an g t ahan an t S1 O1 W1 T1 S2 O2 W2 T2 S3 O3 W3 T3 S4 O4 W4 T4 S5 O5 W5 T5 .Sn .On .Wn Tn

Keterangan Bobot: Nilai 5 = Sangat Penting Nilai 2 = Kurang Penting Nilai 4 = Penting Nilai 1 = Tidak Penting Nilai 3 = Cukup Penting

Alternatif Strategi Hasil Analisis Alternatif strategi pada matriks hasil SWOT analisis SWOT (Tabel 3) dihasilkan

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

dari penggunaan unsur-unsur kekuatan kelemahan kawasan yang ada dengan kawasan untuk mendapatkan peluang memanfaatkan peluang yang ada (WO) yang ada (SO), penggunaan kekuatan dan pengurangan kelemahan yang ada yang ada untuk menghadapi ancaman untuk menghadapi ancaman yang akan yang akan datang (ST), pengurangan datang (WT).

Tabel 2. Matriks Hasil Analisis SWOT Peluang Ancaman SO1 SO1 Kekuatan SO2 SO2 SO3 SO3 Son SOn WO1 WT1 Kelemahan WO2 WT2 WO3 WT3 Won WTn

Strategi yang dihasilkan terdiri dari yang terdapat dalam suatu alternatif beberapa alternatif strategi. Untuk strategi. Jumlah bobot tadi kemudian menentukan prioritas strategi yang akan menentukan rangking prioritas harus dilakukan, maka dilakukan alternatif strategi pembangunan penjumlahan bobot yang berasal dari kelautan dan perikanan (Tabel 4). keterkaitan antara unsur-unsur SWOT

Tabel 3. Ranking Alternatif Strategi

N Jumlah Rangkin Unsur SWOT Keterkaitan o Bobot g Strategi SO 1. SO1 S1, S2, S., Sn , O1, O2, O., On 2. SO2 S1,S2,Sn, O1, O2, On 3. SO3 S1, S2, S4, Sn, O1, O2, On Strategi ST 4. ST1 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn Strategi WO

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

N Jumlah Rangkin Unsur SWOT Keterkaitan o Bobot g 5. WO1 W1, W2, Wn, O1, O2, On 6. WO2 W1, W2, Wn, O1, O2, On 7. WO3 W1, W2, Wn, O1, O2, On Strategi WT 8. WT1 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn 9. WT2 W1, W2, Wn, T1, T2, Tn 10 WT3 W1, W2, Wn, T1 , T2, Tn .

PEMBAHASAN unsur kebudayaan Jawa dan Kondisi Kesenian dan Budaya Di sebagainya. Wilayah Kabupaten Bekasi Realitas inil pulalah yang Berdasarkan kajian dan sumber menyebabkan banyak kalangan data mengenai wilayah Bekasi, maka bertanya-tanya bagaimanakah profil didapatkan keterangan bahwa masyarakat Bekasi?. Pertanyaan ini masyarakat Bekasi merupakan sangatlah lumrah bagi generasi saat ini. masyarakat transisi (prural) yang Oleh sebab itu, ketika kita berbicara berada dalam pergulatan pembangunan tentang masyarakat Bekasi, maka juga yang sangat pesat. Oleh sebab itu, harus dikemukakan sejarah dan proses migrasi penduduk di daerah ini karakteristik daerah tersebut. Kajian cukup tinggi yang berdampak terhadap profil budaya Bekasi ini pun unsur-unsur budaya luar yang membutuhkan berbagai kajian multi- berkembang di daerah Bekasi. Hal dimensional sehingga secara inilah yang kemudian menyebabkan komprehensif akan didapatkan Bekasi mengalami kesulitan deskripsi tentang masyarakat tersebut. menentukan identitas budaya aslinya Untuk mendapatkan deskripsi dalam sebuah reflika budaya lokal. kebudayaan dan masyarakat daerah Sebagian masyarakatnya menganut Bekasi dapat dilakukan dengan unsur kebudayaan Betawi (Pinggiran melakukan kajian berdasarkan: atau Betawi Ora), sebagian lain 1. Wilayah administratif, yaitu mengaku mendapat pengaruh unsur analisis yang didasarkan pada Kebudayaan Sunda, bahkan ada di dengan memperhatikan antaranya mendapat pengaruh unsur perkembangan sejarah wilayah kebudayaan Sunda-Banten (terutama di Bekasi tempo dulu (Regentschap daerah pesisir pantai Laut Jawa). Meester Cornelis, Jatinegara Ken, Sebagian juga mendapat pengaruh dan Kabupaten Jatinegara) hingga sekarang (Kabupaten dan Kota

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Bekasi). Hal ini dengan prediksi  Daerah Bekasi ada kelompok bahwa melalui pemilahan tersebut kecil penduduk lain di kita akan dibawa dan dibantu untuk Cikarang, yaitu Onderdistrict mendeskripsi budaya Bekasi Cibangbungin dan berdasarkan literatur-literatur Onderdistrict Cikarang ataupun Memorie van Overgave merupakan keturunan emigran (memori serah jabatan) yang dari Banten Utara. Di daerah umumnya memuat kilasan budaya tersebut mereka berbaur dengan Bekasi dan klasifikasi Bekasi tem- penduduk asli karena hubungan po dulu. Bahkan pula kita dapat perkawinan. Meskipun bahasa mempergunakan monografi Bekasi, melayu yang berlaku di tempat yang umumnya terbit setiap tahun. tinggal mereka berpengaruh. Salah satu di antara isi monografi Akan tetapi, masih tampak jelas Bekasi tersebut memuat deskripsi bahasa asli mereka, yaitu sosial-ekonomi dan budaya Bekasi. bahasa Jawa-Banten yang Dengan demikian, sedikit banyak umum berlaku di Banten Utara. kita akan mendapatkan gambaran  Sementara di desa Jatinegara, yang jelas tentang kultur Bekasi. Onderdistrict Pulogadung, 2. Pemilahan Daerah Kebudayaan District Bekasi, ada (Culture Area) Bekasi baik secara sekelompok kecil penduduk antropologis maupun sosiologis, tampak berbeda dengan di antaranya mengkaji berdasarkan penduduk lainnya. Menurut stratifikasi Penduduk Bekasi itu cerita, kelompok kecil ini sendiri tanpa mengindahkan wila- berasal dari anak keturunan yah administrasi terdahulu. Namun keluarga bupati-bupati Sunda demikian, kadangkala beberapa pada masa lalu. Asal-usul peneliti amatir (bukan dari keluarga bupati Sunda ini tidak akademisi atau bukan peneliti jelas. Menurut De Haan profesional) ataupun masyarakat (“Priangan”) dan Faes awam seringkali mengkultuskan (“Geschiedenis van atau mengatakan bahwa budaya Buitenzorg” dalam bahasa In- masyarakat Bekasi adalah budaya donesia: “Sejarah Bogor”) Betawi. Padahal, Betawisme yang sebagian kelompok itu mereka kultus tentu berbeda mengaku anak keturunan dengan Betawi-nya Jakarta. Bupati Cianjur dan keluarga Bahkan, kita jangan melupakan Bupati Jatinegara yang pernah bahwa di Bekasi pun mendapat ada pada masa lalu. Sebagian pengaruh budaya Sunda dan lagi mengaku keturunan sultan- budaya lainnya sebagaimana sultan Banten. Faes keterangan dari sumber-sumber menambahkan bahwa Resolusi sebagai berikut: tanggal 2 Maret 1752 Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

(berdasarkan sumber Memorie kebudayaan Bekasi, maka Residen Batavia , P.H. keberagaman dan pengaruh unsur Willemse, tanggal 26 Oktober kebudayaan yang ada baik berupa 1931) tanah Jatinegara di dekat bahasa, adat istiadat, jenis kesenian Meester Cornelis dijual dengan dan pola kehidupannya pun memiliki harga 1.000 ringgit kepada kekhasan tersendiri yang berbeda seorang Bupati Jawa yang dengan daerah di sekitarnya. Hal inilah bernama Mas Akhmad. Karena yang menyebabkan perlunya itulah lahir Kabupaten persamaan persepsi bagi seluruh Jatinegara (sekarang Wilayah masyarakat Bekasi akan wilayah Kabupaten Bekasi; Cikarang- budaya dan identitas kebudayaannya Bekasi) yang pernah ada itu. sendiri. Kelompok keturunan Apabila dilihat dari ini tampak berbeda perkembangan wilayah administratif dengan penduduk lainnya pada pada masa hindia Belanda, penduduk adat kelakuan dan budayanya Bekasi dapat dipetakan secara (Memoire van Overgave (1930- sederhana meliputi wilayah District 1940)). Bekasi dan District Cikarang (wilayah 3. Unsur Artifact (hasil kebudayaan Regentschap Meester Cornelis). Masyarakat Bekasi), sebagaimana Karateristik wilayah Bekasi dahulu diuraikan dalam deskripsi kesenian merupakan sebuah wilayah pertanian Bekasi seperti: Ujungan, Topeng, yang luas dan daerah partikelir. Golek, , Kondisi ini diperkuat berdasarkan data , bentuk rumah dan disebutkan bahwa pada masa itu dae- sebagainya banyak unsur-unsur rah Bekasi hampir seluruhnya terdiri kebudayaan yang mempengaruhi atas tanah-tanah persawahan yang kebudayaan di Bekasi. luasnya kurang lebih 65.000 ha. Di daerah Setu, Lemahabang, selain Berdasarkan realita historis di terdiri atas tanah persawahan juga atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tanah-tanah perkebunan jenis secara kewilayahan kebudayaan Bekasi tanaman buah-buahan, dengan luas meliputi: wilayah District Bekasi dan sekitar 17.500 ha. Di daerah Cakung District Cikarang (pada masa (Bojongrangkong), Pondokgede, dan Regentschap Meester Cornelis). Tambun terdapat perkebunan- Sementara, unsur-unsur kebudayaan perkebunan karet. Bagian Utara Distrik yang ada memiliki karakteristik yang Bekasi merupakan rawa-rawa (ranca, berbeda dengan masyarakat Betawi meras) (Kamaly, 1970: 6). yang ada di DKI Jakarta, yakni unsur Pada masa Hindia Belanda, budaya Betawi, Sunda, Sunda-Banten, Distrik Bekasi dikenal sebagai daerah Jawa, dan unsur lainnya. Oleh sebab agraris, dengan mata pencaharian itu, apabila diarahkan pada wilayah utama adalah bercocok tanam (padi

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

dan palawija). Penanaman padi di aktivitas perdagangan, yang tampil Distrik Bekasi ternyata lebih baik lebih menonjol di bidang dibandingkan dengan distrik-distrik perekonomian (Tideman, 1983: 84-85; lain di Batavia. Hasil padi rata-rata di Suparman, 1985: 193). Bekasi mencapai 30-40 pikul setiap Terdapatnya etnis-etnis lain ini bau, sedangkan distrik lainnya rata-rata menunjukkan adanya mobilitas hanya 15-30 pikul setiap bau penduduk yang tinggi. Perubahan (Tideman, 1983: 68; Indonesia, 1980: tersebut terlihat dari jumlah penduduk 299).Oleh sebab itu, umumnya banyak Bekasi antara tahun 1927 hingga tahun penduduk di Bekasi yang memiliki ma- 1940. Tahun 1927, jumlah penduduk ta pencaharian bertani dan berkebun. Bekasi adalah 162.00 jiwa, terdiri atas Sementara itu, di wilayah utara Bekasi 30 penduduk Eropa, 7500 penduduk karena letaknya berbatasan dengan Timur Asing, dan 154.470 jiwa Laut Jawa, maka sebagian di antaranya penduduk pribumi (“Bekasi”, ENI, bekerja sebagai nelayan dan tambak. 1927: 237-238). Sementara itu, pada Karakteristik wilayah pesisir laut tahun 1940 jumlah penduduk di daerah dan daerah pertanian inilah yang ini mencapai 200.000 jiwa, kemudian memberikan warna budaya berdasarkan data hasil laporan serah yang khas di daerah Bekasi. Di sisi lain terima jabatan (Memoir van Overgave) keberadaannya pun sangat dipengaruhi Residen Batavia L.G.C.A. van der oleh perkembangan pusat Hoek (Indonesia, 1980: 268). pemerintahan negara “Jakarta” (dahulu Apabila dilihat dari beberapa Batavia). Menurut Ridwan Saidi data, ternyata keragaman budaya justru (2000), daerah Bekasi, Depok, lebih banyak terjadi di wilayah Bekasi, Tangerang merupakan sebuah daerah (terutama unsur budaya Betawi luas dari Regentschap Meester Pinggiran atau Betawi Ora). Namun, Cornelis, yang umumnya memiliki dalam perkembangannya justru seiring karakteristik penduduk etnis Sunda- dengan pertumbuhan pembangunan Betawi. Namun, kenyataan yang ada dan migrasi penduduk Kota Bekasi justru kebudayaan masyarakat di dae- bergeser ke daerah Kabupaten Bekasi rah tersebut juga mendapat unsur- berikut unsur budaya yang dianutnya, unsur kebudayaan lainnya. maka di sinilah letak permasalahan Sebagaimana daerah lainnya, sehingga yang terjadi bias budaya penduduk daerah Bekasi terdapat dua atau identitas budaya masyarakat etnis yang menonjol, yaitu: Bekasi. 1. Suku Bangsa Sunda Selain itu, pengalokasian wila- 2. Suku Bangsa Melayu-Betawi yah budaya Betawi Jakarta (Kota) Selain itu, terdapat pula etnis-etnis lain dengan wilayah budaya Bekasi (Betawi di antaranya adalah Padang, Ambon, Ora) sehingga ada semacam arogansi Batak Cina dan Arab. Etnis Cina dan budaya di wilayah DKI Jakarta bahwa Arab biasanya terdapat di daerah Pusat Budaya Betawi adalah DKI Ja-

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

karta. Padahal, masing-masing wilayah VOC mulai meluaskan kekuasaannya memiliki karakteristik budaya yang sampai ke Bekasi, Tangerang, berbeda, walaupun di sisi lain tidak Buitenzorg, Krawang dan Priyangan dapat menampikan diri ada unsur yang berimbas pada kondisi Betawi Kota yang juga dimiliki Betawi masyarakat di Bekasi. Keberadaan Pinggiran di daerah Bekasi. pasukan Mataram tersebut terungkap Apabila kita berbicara tentang berdasarkan fakta sejarah sebagai asal mula nama Bekasi, ada satu studi berikut: yang dapat dijadikan sebagai rujukan 1. Nama “Pekopen” berasal dari kata yaitu buku yang ditulis oleh Pe-kopi-an, artinya tempat ngopi. Poerbatjaraka _____ seorang ahli bahasa Maksudnya adalah suatu dae- Sansekerta dan Jawa Kuno _____ yang rah/tempat istirahat dan minum ko- berjudul “Riwayat Indonesia I”. pi para tentara Mataram. Berdasarkan penelusuran 2. Nama “Kampung Jawa” berawal Poerbatjaraka, kata “Bekasi “ secara dari realitas bahwa kampung filologis, berasal dari kata tersebut pertama kali dibuka oleh Candrabhaga; Candra berarti para tentara Mataram (Jawa), yang “bulan” (sama dengan kata Sasi, dalam hidup secara turun temurun hingga bahasa Jawa Kuno) dan Bhaga berarti sekarang. bagian. Jadi, secara etimologis kata 3. Saung Ranggon merupakan pondok Candrabhaga berarti bagian dari bulan. tempat bala tentara Mataram Pelafalan kata Candrabhaga berubah mengadakan perundingan- menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi. perundingan dan mengatur siasat Pengucapan kedua kata tersebut sering dalam penyerangan ke Batavia. disingkat menjadi Bhagasi. kata Saung Ranggon ini didirikan oleh Bhagasi berubah menjadi Bekasi Pangeran Rangga (keturunan sampai sekarang ini (Jakarta, 1988: Jayakarta) pada Abad ke-16 38). Keberadaan Bekasi berdasarkan sebagai tempat peristirahatan, yang asal mula kata mengisyaratkan bahwa terletak di Desa Cikedokan Bekasi dahulu merupakan salah satu Kecamatan Setu Bekasi area ibukota Kerajaan Tarumanegara, (Suparman, 1985: 211-212; Data yang sarat dengan dinamika Sejarah Saung Ranggon). perdagangan dan migrasi penduduk Tentara Mataram yang datang yang cukup besar ketika itu. ke Bekasi, tak hanya berasal dari Jawa Keberagaman budaya di Bekasi Tengah saja, tapi juga dari Jawa pun semakin kental terlihat pada masa Timur, bahkan ada yang datang dari penyerangan Kerajaan Mataram oleh Jawa Barat (terutama daerah Galuh dan Sultan Agung ke Batavia (1628-1629) Sumedang). Oleh karena itu, di Bekasi dan Mundurnya pasukan Mataram ke terdapat daerah-daerah yang berbahasa sekitar daerah Batavia (terutama Sunda, Jawa atau campuran dari Bekasi, Tangerang, Banten) membuat keduanya. Kedatangan tentara

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Mataram selain berpengaruh terhadap dan melinjo; berbagai jenis bunga, di penamaan tempat, bahasa dan antaranya anggrek dan tanaman hias. karakteristik, juga ikut memperkaya Selain bertani, ada juga yang seni budaya di Bekasi, seperti Wayang bermatapencaharian sebagai pedagang. Wong, Wayang Kulit, Calung, Topeng Mereka membuka warung-warung atau dan lain-lain. Selain itu ada juga berkeliling menjajakan makanan khas, kesenian “ujungan” yang merupakan seperti: Asinan, tape uli, kerak telor, kesenian rakyat yang menampilkan lepet (makanan ketan dan kacang keberanian dan keterampilan, dengan dibungkus daun kelapa dan daun instrumetalis yang dinamik dan pandan), nasi uduk, laksa, dodol harmonis, yang menggambarkan jiwa Bekasi, gado-gado, sayur asem dan dan semangat masyarakat Bekasi yang lain-lain. patriotik. Sebagian masyarakat Bekasi Selain itu, di Bekasi pun (Sunda-Betawi) umumnya sekarang terdapat komunitas Tiongkhoa yang hidup mapan dan berkecukupan, berpusat di sekitar Bekasi yang telah terutama di daerah pusat kota. berbaur dengan masyarakat sekitarnya. Beberapa di antaranya bahkan sudah Keberadaannya ditandai dengan pusat- mengenyam pendidikan tinggi pusat perekonomiaan yang ada di sehingga mampu meningkatkan taraf Bekasi. Berdasarkan uraian di atas, hidupnya dengan bekerja sebagai maka dapat disimpulkan bahwa Dis- pegawai, pedagang besar, pengusaha, trict Bekasi dan Cikarang sejak dahulu bahkan sebagai guru, dosen dan tokoh merupakan sebuah wilayah ‘Sub- politik nasional. Urban’, hal ini ditandai oleh realitas Sebagaimana dikemukakan di sejarah dan budaya serta kondisi atas dalam wilayah kebudayaan (cul- penduduknya. Kondisi tersebut ture area) Bekasi, maka dari segi semakin diperkuat sikap masyarakat perkembangan bahasa di daerah Bekasi asli dengan kultur Betawi-Sunda pun beragam. Kamus Dialek Bekasi (hampir sama dengan DKI Jakarta) yang dibuat beberapa tahun lalu yang memiliki tolerasi yang tinggi, hendaknya dikritisi kembali bersahaja dan menghindari konflik peruntukannya, karena secara merupakan dasar terwujudnya metodologis masih sangat lemah dan kerukunan masyarakat di Bekasi. hanya mengutip Kamus Dialek Tempo dulu, masyarakat Betawi-Jakarta. Akibatnya, secara Sunda-Betawi kebanyakan mencari mutlak dialek yang tertulis merupakan nafkah dengan bertani dan berkebun. kesalahan dalam menentukan identitas Hasil tani atau kebun kemudian bahasa di daerah Bekasi. Padahal mereka jual untuk memenuhi secara realitas, daerah ini banyak kebutuhan sehari-hari. Jenis tanaman mendapatkan pengaruh dari unsur- di antaranya adalah buah-buahan, unsur lain di antaranya Sunda, Jawa, mislanya salak, duku, durian, nangka Bali, dan sebagainya, selain

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

kebudayaan Betawi. Oleh sebab itu, Lenong (tanpa kata penjelas lain) pada bentuk dialek Bekasi pun khas dan umumnya menceritakan cerita-cerita sangat berbeda dengan dialek Jakarta. asli Betawi (seperti cerita Nyai Dasima Walaupun kenyataannya, menurut dan Si Pitung), sedangkan lenong Muhajir (2000: 35) secara geografis denes memainkan cerita-cerita Panji, bahasa Betawi berada di wilayah cerita yang berasal dari sastra Jawa. berbahasa Sunda, terutama di daerah Wayang kulit dan lenong denes pinggiran Jakarta (di antaranya daerah menunjukkan unsur Jawa, cerita-cerita Bekasi). lisan yang menjadi pengisi cerita Dalam catatan sejarah, dalam topeng umumnya menunjukkan Gubernur VOC J.P. Coen pernah cerita Sunda. (Wawancara dengan membuat kebijakan menutup Kota Ja- Bapak Kores dan Engkong Am (pemain karta dari penduduk pribumi dalam lenong), 14 Desember 2004; Muhajir, sebuah zona penyangga untuk menjaga 2000: 52-53). keamanan pusat pemerintah dalam Selain pengaruh bahasa Sunda- bentuk “Residentie Ommelanden van Jawa-Bali, bahasa di daerah Bekasi Batavia”, banyak penduduk pribumi, pun banyak mendapat pengaruh unsur- Sunda hijrah ke daerah pinggiran Ba- unsur bahasa Cina, terutama dalam tavia (Jakarta) diikuti penduduk asal bahasa sehari-hari masyarakat Bekasi Jawa yang mewarnai kosa kata bahasa dalam menghitung biasanya daerah pinggiran, seperti ora ‘tidak’, menggunakan hitungan-hitungan lanang ‘laki-laki’ dan bocah ‘anak- bahasa Cina, seperti cepek, gopek, dan anak’. Hal inilah yang kemudian sebagainya. Menurut Stephen Wallace membedakan dialek bahasa Jakarta dalam Muhajir (2000: 70), secara dengan ciri ucapnya banyak umum dialek jakarta dan pinggiran menggunakan vokal e pada kosa dikelompokkan dalam dua dialektal, katanya seperti ape, ade, aye, gue dan yaitu: dialek Betawi Tengahan (DKI sebagainya dengan dialek bahasa Jakarta) dan dialek Betawi pinggiran pinggiran (Bekasi) yang tidak (Bekasi, Bogor dan Tangerang) sejajar menggunakan vokal e (pepet) tetapi dengan sejarah kependudukannya. vokal a seperti apa, saya, ada, gua. Suku Betawi yang tinggal di Bahkan, Kesenian daerah pertengahan kota sedangkan di wilayah pinggiran seperti topeng dan musiknya pinggiran terdapat penduduk bercirikan menunjukkan ciri Jawa dan Sunda, di Jawa dan Sunda, Bali, Sunda-Banten. samping warna Bali. Berkembangnya wayang kulit di bagian pinggiran juga Kondisi Potensi Seni Budaya, bersumber pada komponen-komponen Sejarah dan Pariwisata dalam Data asal Jawa. Jenis Kesenian lenong, Potensi di Provinsi Jawa Barat berdasarkan kostum, gaya bahasa dan 1. Aspek Nilai Tradisional isi ceritanya dapat dibagi dua Secara umum, Provinsi Jawa Bar- kelompok: lenong dan lenong denes. at memiliki keberagaman seni-budaya,

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

sejarah dan sejumlah potensi kembali prasyarat tokoh yang tercatat pariwisata dari 26 wilayah Ko- sebagai tokoh sejarah). Sementara itu, ta/Kabupaten yang berada di wilayah peristiwa bersejarah di Kabupaten Provinsi Jawa Barat. Apabila dilihat Bekasi hanya tercatat 4 peristiwa dari identifikasi data potensi Aspek penting dalam sejarah Kabupaten Nilai Tradisional Provinsi Jawa Barat, Bekasi. meliputi: Naskah kuno, Cerita rakyat, Ungkapan tradisional, Permainan 3. Data Museum rakyat, Upacara tradisional, Sistem Sementara itu, hal yang menarik kemasyarakatan, Sistem religi dan adalah data museum di Kabupaten pengetahuan, Sistem ekonomi, Sistem Bekasi secara fisik memang tidak teknologi tradisional, Pola lingkungan terdaftar di data museum di Provinsi budaya, Perubahan lingkungan budaya, Jawa Barat. Hal ini karena Kabupaten Hubungan antar budaya, Perubahan Bekasi belum memiliki Gedung Muse- lingkungan budaya, Hubungan antar um Bersejarah. Padahal Kabupaten budaya. Bekasi memiliki tempat yang Dengan demikian, maka potensial, khususnya bangunan- Kabupaten Bekasi yang terdata hanya bangunan bersejarah dapat digungsikan Cerita Rakyat (11 buah), Sistem sebagai museum, perpustakaan daerah Kemasyarakatan (3), Sistem religi dan dan koleksi diorama sejarah Kabupaten Pengetahuan (5), pola lingkungan Bekasi di antaranya adalah Gedung budaya sebayak 3 (tiga), perubahan Tinggi Tambun. Untuk mengisi muse- lingkungan budaya (6) dan hubungan um Kabupaten Bekasi, pada prinsipnya antar-budaya (3). Akan tetapi dari data memiliki potensi yang cukup besar, di tersebut menunjukkan bahwa antaranya adalah: Kabupaten Bekasi masih minim dalam (1) Potensi peristiwa bersejarah di melakukan identifikasi data secara de- Kabupaten Bekasi Belum diekspos tail dibandingkan dengan daerah Jawa dan sosialisasikan serta Barat lainnya. dimanfaatkan sebagai bukti keunggulan daerah 2. Data Peristiwa Bersejarah (2) Modal utama sudah ada kajian- Sementara itu apabila dilihat dari kajian utama sejarah Kabupaten Peristiwa Bersejarah di Kabupaten Bekasi Bekasi berdasarkan data cukup banyak, (3) Benda bersejarah Kabupaten akan tetapi kenyataannya dalam Bekasi, cukup banyak tersebar baik pendataan di tingkat Provinsi Jawa di tingkat Provinsi Jawa Barat Barat tidak tercatat satu pun peritiwa maupun di Museum Nasional Jakar- yang terjadi di Kabupaten Bekasi. Di ta ada sekitar hampir batu prasasti sisi lain, hasil data berkaitan dengan dan masa batu tua ada sekitar 45% tokoh sejarah hanya terdata 13 orang terdapat di Museum Nasional. tokoh (sehingga perlu pendefinisian

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

(4) Pengembangan Diorama Sejarah dan terperinci elemen data yang Kabupate Bekasi dan Kerajaan berkaitan dengan pendataan Obyek Taruma Negara serta prototype Wisata, yang nantinya akan berimbas Benda Cagar Budaya di Kabupaten terhadap pengembangan, pembiayaan, Bekasi program daerah dan kebijakan pengembangan wisata di Kabupaten Sementara itu, Ada satu hal yang Bekasi. menarik dalam sistem pendataan di Provinsi Jawa Barat adalah Data Benda 5. Data Hotel Cagar Budaya dikalsifikasikan kembali Berdasarkan data jumlah hotel di secara detail, misalnya jenis benda Provinsi Jawa Barat menunjukkan bergerak atau tidak bergerak. Oleh bahwa Kabupaten Bekasi memiliki 3 sebab itu, sistem pendataan di Hotel berbintang, dengan jumlah Kabupaten Bekasi pun setidaknya kamar sebanyak 280 Kamar dan 350 harus merujuk pula pada kepenting tempat tidur. nilai promotif baik di tingkat promosi maupun bagi wisatwan Jawa Barat. Potensi Kebudayaan Kabupaten Bekasi 4. Potensi Obyek Wisata Kabupaten Bekasi memiliki Berdasarkan data potensi obyek potensi seni-budaya dan pariwisata wisata Provinsi Jawa Barat, Kabupaten yang sangat potensial. Hal ini terlihat Bekasi , memiliki 10 (sepuluh) daerah dari data Seni-Budaya, Cagar Budaya obyek wisata, meliputi:: dan Pariwisata di Kabupaten Bekasi. (a) 4 (Empat) Buah Obyek Wisata Secara umum, jumlah cagar budaya di Alam Kabupaten Bekasi berjumlah 107 buah (b) 3 (tiga) Wisata Budaya yang masih perlu mendapatkan (c) 3 (tiga) Obyek Wisata Minat perhatian yang cukup besar bagi Khusus pelestarian benda bersejarah di Kabupaten Bekasi. Sementara itu, Dengan didukung luas wilayah jumlah seni budaya di Kabupaten wisata 1.423 Ha, sedangkan jumlah Bekasi yang terdata ada sekitar 329 tenaga kerja yang belum memadai buah, sedangkan data pariwisata di hanya 10 tenaga kerja. Data ini masih kabupaten Bekasi, meliputi: menjadi pertanyaan dari sejumlah 1) Kawasan Wisata Alam, di obyek wisata dengan system Kecamatan Cibarusah, manajerial pelayanan tidak sesuai Bojongmaggu, Setu, Tambun Se- dengan obyek yang ada. Akan tetapi, latan, Cikarang Barat dan Cikarang dibandingkan dengan data obyek Selatan. wisata Kota/Kabupaten lainnya 2) Kawasan Wisata Budaya, diperlukan keseriusan dalam Peninggalan sejarah Saung identifikasi pendataan secara spesifik

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Ranggon, Gedung Tinggi di perjalanan, hotel dan restouran, rumah Kecamatan Tambun Selatan makan, dan sarana prasarana 3) Kawasan Wisata Olah Raga di pendukung lainnya. Data jumlah jasa Kecamatan Cikarang utara, usaha perjalanan wisata ada sekitar 23 Cikarang Selatan, Cikarang Barat perusahaan, Hotel yang termasuk dan Tambun Selatan kategori Hotel berbintang sekitar 3 4) Kawasan Wisata Bahari di Pantai buah, kategori Hotel Melati sekitar 11 Utara Kecamatan Tarumajaya, hotel, apatemen/villa/bungalow/wisma Babelan dan Muaragembong. Luas 2 buah. Gambaran umum potensi kawasan pariwisata diatas adalah kebudayaan dan pariwisata Kabupaten 45,98 Ha. Bekasi, dapat terlihat di bawah ini. Potensi wisata di atas selanjutnya didukung oleh jasa usaha

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Tabel 4. Data Profil Seni Budaya, Cagar Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bekasi NO. KATEGORI JENIS JUMLAH I. Data Kebudayaan Kabupaten Bekasi 1 Benda Cagar Budaya Makam 61 Buah Situs 4 Buah Bangunan 21 Buah Prasasti 1 buah Petilasan 1 buah Monumen 1 Buah Benda 6 Buah Sumur 3 Buah Pohon 2 Buah Total 107 2 Seni Budaya Topeng 76 Group Dangdut 146 Group Jaipong 30 Group Wayang Kulit 10 Group 6 Group Odong-Odong 14 Group Degung 4 Group Tanjidor 7 Group Gambang 2 Group Marawis 3 Group Qasidah 27 Group Total 329 II. Data Pariwisata Kabupaten Bekasi 3 Jasa Usaha Perjalanan 23 Perusahaan Wisata 4 Hotel Hotel Berbintang 3 Hotel Hotel Melati 11 Hotel Apartemen/Villa/ Bun- 2 Buah galow/Wisma 5 Rumah Makan Restouran 70 Rumah Makan 34 Cafetaria/ Pujasera 3 Catering 21

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Potensi Cagar Budaya dan Sejarah perhatian (baik dari segi perlestarian, Berdasarkan data di Dinas Pemuda, kebijakan maupun anggaran daerah). Olahraga, Kebudayaan dan Apabila dilihat dari data cagar budaya, Kepariwisataan Kabupaten Bekasi, ada maka dapat dikaji beberapa kategori sekitar 107 benda cagar budaya yang cagar budaya berdasarkan data yang perlu dilestarikan dan mendapatkan ada, yaitu:

Tabel 5. Potensi Benda Cagar Budaya

No JENIS JUMLAH 1 Makam 61 Buah 2 Situs 4 Buah 3 Bangunan 21 Buah 4 Prasasti 1 buah 5 Petilasan 1 buah 6 Monumen 1 Buah 7 Benda 6 Buah 8 Sumur 3 Buah 9 Pohon 2 Buah Total 107 Sumber: Disporbudpar Kabupaten Bekasi, 2010

Dari hasil analisis dan telaahan Selanjutnya ke 3 BCB ini menjadi di lapangan antara lain melalui paket dalam SKW Muaragembong wawancara dengan masyarakat 2. Dari 61 BCB Makam, yang setempat, diperoleh kesimpulan berfungsi BCB aktif hanya 5 ben- bahwa: da yaitu Makam Kong Aplus 1. Dari 7 BCB Mesjid, yang masih dalam SKW Cikarang Utara ; berfungsi sebagai BCB aktif Makam Raden Uyut Sain dan (dipelihara dan banyak Makam Mbah Bidui dan Bidam dikunjungi) hanya 3 benda yaitu masuk SKW Bojong Manggu ; Mesjid Tua Blacan dan Mesjid Makam Mbah Wardi dan Makam Alum di Desa Pantai Harapan ja- Mbah Ibung masuk SKW Serang ya, dan Mesjid Alam di Desa Baru. Pantai Sederhana, keseluruhannya 3. Dari 4 BCB Situs, yang berfungsi di Kecamatan Muara Gembong. BCB aktif hanya satu benda yaitu

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Situs Cijambe di SKW Serang Baru 4. Dari 14 BCB Bangunan yang Dari hasil survey di lokasi-lokasi berfungsi BCB aktif hanya 4 peninggalan sejarah, memperlihatkan (empat) bagunan yaitu Gedung adanya ikatan-ikatan emosi Tinggi di Desa Mekarsari masuk (psikologis) dan ekonomis antara SKW Cikarang Barat ; Bangunan penduduk sekitar dengan lokasi-lokasi Pendopo Pebayuran di Desa “cagar budaya” tersebut. Ikatan emosi Kertasari masuk SKW Cikarang terlihat dari adanya kebiasaan utara dan 2 bangunan Vihara yaitu penduduk yang mayoritas petani, di desa Karang Asih masuk SKW melakukan jarah ke lokasi peninggalan Cikarang utara dan Vihara di desa sejarah (makam) sebelum melakukan Cibarusah kota masuk SKW kegiatan menanam padi atau bojong Manggu. menjelang masa panen. Sementgara 5. BCB Lainnya adalah : itu, dari sudut ekonomi, banyaknya - Pasak Kuda di desa Cijengkol pengunjung yang datang memberikan masuk SKW Serang Baru peluang usaha dengan membuka - Ububan di desa Taman Rahayu warung-warung sederhana yang masuk SKW Serang Baru menyediakan berbagai makanan dan - Kobak Rantai di desa Suka minuman. laksana masuk SKW Cikarang Di sisi lain, Kabupaten Bekasi pun utara memiliki sejumlah kebudayaan yang - Megalit Alisan di desa Taman cukup kaya dan potensial untuk sari masuk SKW Serang Baru dipromosikankan sebagian bagian - Saung Ranggon di desa kepawisataan. Potensi atraksi kesenian Cikedokan masuk SKW yang dapat dikembangkan di kab. Cikarang Barat. Bekasi cukup beragam, seperti : Lenong, Topeng Bekasi, Unjungan, Potensi Seni Budaya di Kabupaten Wayang Dundung dan lain lain. Bekasi Beberapa kesenian daerah tersebut Keragaman budaya dan memiliki sejarah yang panjang dalam peninggalan sejarah yang terdapat di perkembangan kesenian di kab. Kabupaten Bekasi merupakan potensi Bekasi. yang dapat mendukung perkembangan Kondisi sosial budaya yang telah pariwisata di daerah ini. Namun dijelaskan diatas merupakan salah satu demikian, beberapa peninggalan dukungan penting terhadap sejarah yang sudah diinventarisasi oleh pengembangan wisata budaya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bekasi. Berdasarkan data Bekasi perlu pengkajian nilai-nilai di Dinas Pemuda, Olahraga, sejarah lebih lanjut pada lokasi-lokasi Kebudayaan dan Kepariwisataan peninggalan sejarah tersebut. Kabupaten Bekasi, ada sekitar 329

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

pusat/sanggar seni budaya di beberapa kategori seni-budaya Kabupaten Bekasi. Apabila dilihat dari berdasarkan data yang ada, yaitu: data seni-budaya, maka dapat dikaji

Tabel 6. Profil Seni Budaya di Kabupaten Bekasi

No Kategori Seni Budaya Jumlah Sanggar 1 Topeng 76 Group 2 Dangdut 146 Group 3 Jaipong 30 Group 4 Wayang Kulit 10 Group 5 Wayang Golek 6 Group 6 Odong-Odong 14 Group 7 Degung 4 Group 8 Tanjidor 7 Group 9 Gambang 2 Group 10 Marawis 3 Group 11 Qasidah 27 Group Total 329

Potensi Bidang Pariwisata 2. Prinsip ekologi (keserasian, Perencanaan pariwisata merupakan keselarasan dan keseimbangan suatu proses yang berkelanjutan, lingkungan) dengan pendekatan inkremental dan 3. Daya dukung lingkungan, terutama fleksibel, dalam arti berlangsung terhadap kawasan wisata yang akan secara bertahap dan antisipatif dikembangkan sebagai tujuan terhadap berbagai perubahan, namum wisata, baik kesiapan lokasi tetap prospektif untuk jangka waktu maupun perhitungan dampak panjang. Idealnya pengembangan negatifnya. pariwisata harus didasarkan pada : 4. Kesepakatan terhadap nilai-nilai 1. Hasil musyawarah dan persetujuan sosial budaya dan tradisi religius masyarakat setempat, dalam upaya setempat. pemberdayaan ekonomi dan Sejalan dengan upaya penanggulangan partisipasi masyarakat. masalah-masalah lingkungan akibat pembangunan yang selama ini kurang

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

terkendali, ternyata pada era milenium keseimbangan lingkungan, maka selain ini minat kegiatan wisata yang akan dilakukan kajian potensi dan berhubungan dengan alam semakin permasalahan yang akan mendukung meningkat. Dalam mengantisipasi pengembangan pariwisata, juga kecenderungan perkembangan dilakukan kajian daya dukung dan pariwisata di Kabupaten Bekasi yang kesesuaian lahan bagi pengembangan memperhatikan keserasian dan pariwisata. Kajian terhadap produk RTRW pariwisata, mengacu pada pola Kabupaten Bekasi, 2003-2012, dikutip pemanfaatan ruang yang hal-hal sebagai berikut : ditentukan, berbasis nilai (1) Kajian Potensi Pariwisata : budaya setempat, pendidikan (a) Obyek wisata di Kabupaten sosial dan upaya pelestarian Bekasi beraneka ragam, lingkungan. merupakan obyek wisata (b) Perencanaan pariwisata yang buatan dengan skala perlu dilakukan berupa pelayanan lokal seperti taman identifikasi potensi obyek dan rekreasi, kolam renang, potensi pasar wisata serta bioskop, bilyard, sanggar tari, dipaduserasikan dengan pola golf, pemancingan. Kesenian pemanfaatan ruang untuk budaya tradisional belum sektor-sektor lain. dikembangkan untuk menjadi Beberapa kawasan pariwisata atraksi wisata yang potensial dikembangkan adalah : (b) Obyek wisata alam sangat (1) Kawasan Wisata Alam, di minim dan tidak ada daya Kecamatan Cibarusah, tarik besar Bojongmaggu, Setu, Tambun Se- (c) Potensi yang dapat di latan, Cikarang Barat dan Cikarang kembangkan adalah pantai Selatan. dan sungai di Kecamatan (2) Kawasan Wisata Budaya, Muaragembong, Peninggalan sejarah Saung Cabangbungin dan Pebayuran Ranggon, Gedung Tinggi di (2) Arahan Pengembangan Pariwisata : Kecamatan Tambun Selatan Pengembangan pariwisata (3) Kawasan Wisata Olah Raga di diarahkan pada Kecamatan Setu Kecamatan Cikarang utara, (desa Taman Rahayu) yang Cikarang Selatan, Cikarang Barat memiliki kerajinan kamasan dan Tambun Selatan (hiasan) dari bahan logam dan (4) Kawasan Wisata Bahari di Pantai plastik Utara Kecamatan Tarumajaya, (3) Rencana Pola Tata Ruang Babelan dan Muaragembong. Luas (a) Arahan pemanfaatan ruang dan kawasan pariwisata diatas adalah pengendalian pemanfaatan 45,98 Ha. ruang untuk kawasan

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

STRATEGI KEBIJAKAN kesenian saja (konteks pengertian PENINGKATAN SENI BUDAYA buday dalam arti sempit), tetapi secara TRADISIONAL DAN akademis kajian budaya minimal PARIWISATA KABUPATEN didasari oleh tiga wujud kebudayaan BEKASI utama. Pendapat seorang ahli sosiologi, Talcott Parsons yang Potensi Seni Budaya, Sejarah dan bersama dengan seorang ahli Pariwisata Antropologi A. L, Kroeber perna Secara teoritis, analisa budaya mengajukan untuk membedakan secara bukanlah dikaji hanya seputar masalah tajam hujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep- konsep dari wujud kebudayaan sebagai Kabupaten Bekasi merupakan suatu rangkai tindakan dan aktivitas daerah yang strategis selain sebagai manusia yang berpola. Maka serupa pusat kawasan industri terbesar, dengan J.J. Honigmann yang dalam ternyata dalam lembaran sejarah buku pelajaran Antropologinya yan memiliki sejumlah kekayaan budaya berjudul “ The Wold of Man “ daerah yang cukup beragam. membedakan adanya tiga “ Gejala Keberagaman tersebut dapat dilihat Kebudayaan “, yaitu : dari jumlah dan jenis kesenian yang 1. Ideas ada, di antaranya adalah: seni topeng, 2. Activities wayang kulit, wayang golek Bekasi, 3. Artifacts Jaipong, Tanjidor, Seni Ujungan, Ketiga wujud kebudayaan di Odong-Odong, Qasidah, Marawis dan atas secara realitas tentunya tak dapat sebagainya. Keberagaman kebudayaan dipisahkan satu sama lain. terbukti dengan masuknya unsur Kebudayaan ideal dan adat istiadat budaya luar dilihat dari aktivitas seni mengatur dan memberikan arah kepada yang mencerminkan unsur-unsur etnis tindakan dan karya manusia. Baik tertentu, seperti: pikiran maupun ide-ide maupun 1. Pengaruh budaya Pesisir Jawa: tindakan dan karya manusia Wayang Kulit, Ujungan (pengaruh menghasilkan benda-benda Kerajaan Mataram), Tari Topeng. kebudayaan fisik. Sebaliknya 2. Pengaruh Parahyangan antara lain: kebudayaan fisik membentuk sutau Wayang Golek, Pakaian Kebaya lingkungan hidup tertentu yang makin dan Gelung (Sanggul). lama makin menjauh manusia dari 3. Pengaruh Melayu: Tari Japin dan lingkungan alamiahnya sehingga Musik Gambus. mempengaruhi pula pola-pola 4. Pengaruh Eropa: Kesenian perbuatannya bahkan pola dan cara Tanjidor berpikirnya. 5. Pengaruh Cina: Tari Cokek dan beberapa kesenian lainnya.

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Berdasarkan hasil formulasi da- budaya yang berkembang di ta yang didapat baik dari dinas terkait Kabupaten Bekasi, dengan melibatkan (dalam hal ini Dinas Pemuda, stakeholder seni-budaya. Formulasi Olaharaga, Kebudayaan dan data seni budaya di Kabupaten Bekasi Pariwisata) dan hasil survey lapangan dapat terlihat pada tabel di bawah ini. serta Focus Group Discussion (FGD) menunjukkan bahwa perlunya melakukan identifikasi data seni

Tabel 7. Rekapitulasi Data Kesenian di Kabupaten Bekasi

NO. JENIS JUMLAH KESENIAN 1. Topeng 79 2. Jaipong 35 3. Dangdut 145 4. Wayang Kulit 8 5. Wayang Golek 5 6. Odong-Odong 16 7. Degung 6 8. Tanjidor 9 9. Gambang 2 10. Marawis 50 11. Qosidah 45 12. Wayang 3 13. Organ Tunggal 2 14. Calung 1 15. Ujungan 1 16. Pencak Silat 1 17. Kecapi 1 18. 1

Sementara itu, menu makanan samping itu ada satu jenis sayuran atau kuliner yang sangat dikenal di yang sangat khas, yaitu sayur ikan Bekasi adalah sayur asem khas Bekasi, gabus atau sayur pucung. Jenis sayur rasanya agak sedikit asem bila ini nampaknya hanya terdapat di dibandingkan dengan jenis sayur asem Bekasi saja. Seperti diketahui Bekasi di daerah lain. Sayur ini terasa nikmat tempo dulu terdiri dari rawa-rawa yang bila disajikan pada siang hari. Di di dalamnya terdapat ikan gabus. Sayur

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

ikan gabus biasanya dimasak dengan bakarnya. Akan tetapi, kini peralatan menambahkan campuran memasak sudah cukup modern dengan pucung/kluewek yang berwarna hitam ditunjang bahan yang bervariasi. dan memiliki aroma serta rasa yang Upaya untuk mempertahankan khas. Nampaknya sayur gabus mulai keanekaragaman makanan tradisional langka hanya terdapat pada beberapa ini terus dilakukan, baik oleh warung sederhana yang dikelola oleh pemerintah sendiri melalui berbagai masyarakat asli Bekasi. Dahulu, cara, misalnya Peringatan Ulang Tahun peralatan dapur masih bersifat Kota maupun Kabupaten Bekasi. Hari sederhana dan masih menggunakan Kemerdekaan RI dan sebagainya, tungku dan kayu sebagai bahan maupun oleh masyarakatnya sendiri terutama yang berada di daerah pinggiran. Mungkin yang perlu dilakukan saat ini adalah mengenalkan makanan khas tersebut ke luar (d) Water Boom Lippo Cikarang (Jalan daerah, sehingga memiliki nilai Madiun Kav. 15 Desa Cibatu ekonomi. Upaya tersebut merupakan Cikarang). Aktivitas yang tanggung jawab semua pihak, bukan dikembangkan meliputi: outbound, hanya institusi pemerintah saja, tapi Olahraga, Tempat makan sebagai kalangan umum pun dituntut perannya. alternative wisata keluarga. Dengan demikian, Bekasi kelak tidak (e) Taman Buaya Indonesia Jaya hanya dikenal sebagai daerah industri, (Desa SUka Ragam, Kecamatan jasa dan perdagangan saja, tetapi juga Serang Kabupaten Bekasi). Awal mampu memproduk makan-makanan didirikan pada tahun 1961 di jalan khas yang lezat. Bandji Utara No. 7 kemudian Di sisi lain potensi pariwisata pindah ke Tirtaloka, karena terjadi di Kabupaten Bekasi (berdasarkan data alihfungsi tanah menjadi Mall, pemerintah Kabupatewn Bekasi, maka tahun 1990 Taman Buaya meliputi: pindah ke Kabupaten Bekasi. (a) Wisata Muara Gembong Aktivitas rekreasi meliputi: (b) Situ Cibereum (Desa Lambang Sari Atraksi, dangdut dan souvenir. Tambun Selatan) (f) Padang Golf Jababeka (Kampung (c) Situ Rawa Abidin (Desa Karang Tegalgede Desa Pasirsari Cikarang. Mulya Kecamatan Bojongmangu) Fasilitas yang dikembangkan memiliki luas 16,2 Ha. Sumber air meliputi: Kolam renang, restouran, sungai dari Makam Kyai Abidin di lapangan tenis, golf, dan fasilitas bagian tengah danau. Prospek ke lainnya. depan dapat dikembangkan sebagai (g) Karang Kitri (Desa Karang Mulya tempat rekreasi dan hiburan serta Bojongmangu) memiliki luas wisata. sekitar 42 hektar merupakan bagian wilayah wisata potensial, di

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

antaranya digunakan sebagai (i) Restoran Canton (Chinese Food aktivitas kepramukaan (seperti Restouran) Jambore Se-Kabupaten Bekasi). (j) Pasific (Seafood, Canton Chinese Pengembangan ke depan Restouran) hendaknya diarahkan bagi alterna- (k) Mall Lippo Cikarang tive wisata keluarga, dengan (l) Cikarang Trade Centre (CTC) fasilitas guest house, penginapan, memiliki luas 2000 meter persegi, outbond, kampung wisata budaya. meliputi fasilitas layanan multi- (h) Hotel Sahid Jaya Lippo Cikarang product dan perlu pengembangan Selatan, termasuk hotel bintang li- promosi lebih optimal. ma (JalanMH Thamrin Desa (m) Kota Deltamas (Area perkantoran, Cibatu, Cikarang Selatan). perdagangan dan perumahan). Fasilitasnya melalui: Restouran, (n) Plasa Jababeka Bar, Musik, Kolam Renang, fasilitas kamar lux, fitness. (o) Bota Garden (Kawasan Jababeka) dengan beberapa stakeholder di (p) Kawasan Industri antaranya: (a) Dinas Pariwisata, (q) Taman Rahayu (Desa Wisata Ta- Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga man Rahayu, Kec. Setu). Desa Kabupaten Bekasi; (b) Dewan Kerajinan Asesoris, di antaranya Kesenian Kabupaten Bekasi; (c) anting-anting (usaha turun Pelaku Seni-Budaya menurun, berawal dari modal Tradisional/Modern; (d) seratus juta rupiah) dengan jumlah Pengembangan Wisata; (e) Pengelola tenaga kerja sebanyak 46 orang. Kawasan Industri; (f) Tokoh (r) Saung Ranggon di Desa masyarakat Bekasi, meliputi: Cikedokan, Setu, Cikarang Barat. 1. Belum adanya pemetaan potensi (s) Gedung Tinggi atau Gedung Juang seni-budaya, sejarah dan pariwisata “45”, pengembangan sebagai mu- di Kabupaten Bekasi yang seum dan perpustakaan memadai, dengan kategorisasi, klasifikasi serta kondisi data bagi Isu Permasalahan pengembangan di Kabupaten Berdasarkan hasil penggalian Bekasi isu permasalahan yang dihadapi dalam 2. Belum terbentuknya Peraturan perencanaan pengembangan seni- Daerah Kabupaten Bekasi tentang budaya dan pariwisata di Kabupaten Perlindungan dan Pemeliharaan Bekasi ada beberapa isu besar yang Seni Budaya utama, meliputi: 3. Belum terfasilitasi sarana- Isu Seni Budaya-Sejarah prasarana/gedung kesenian untuk Isu permasalahan di bidang pentas Seni-Budaya dan Sejarah, berdasarkan 4. Belum adanya gedung museum hasil Focus Group Discussion (FGD)

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

5. Minimnya alat-alat kesenian buah, sehingga tidak ada variasi tradisional dalam setiap penampilan. 6. Kurangnya keterlibatannya dunia Bahkan, kalah saing dengan usaha terhadap seni budaya grup kesinian lainnya. Tradisional Bekasi (c) Kesulitan dalam 7. Belum lengkapnya informasi menyampaikan aspirasi baik tentang komponen yang merupakan berupa kebutuhan maupuan bagian seni dan budaya daerah, permasalahan lainnya yang baik dari sisi kuantitas maupun dihadapi seniman kepada kualitas, pemerintah daerah. Bahkan 8. Belum optimalnya kemampuan seringkali terjadi pengelolaan atraksi seni dan kesimpangsiuran permasalahan budaya daerah sehingga kurang di lapangan. mendapat perhatian pengunjung, (d) Beberapa kesenian mulai 9. Belum efektifnya networking mengalami kepunahan, seperti (jaringan kerja) diantara para celempungan, topeng pengelola atraksi seni dan budaya (khususnya seni Jantuknya), daerah sehingga seluruh potensi tanjidor dan sebagainya. seni dan budaya daerah yang ada di (e) Dinas terkait dianggap tidak Kabupaten Bekasi belum dapat pernah secara jelas dalam optimal ditampilkan secara merumuskan program seni- berkelanjutan, budaya dan sejarah secara 10. Belum adanya kebijakan yang berkelanjutan. mendasar tentang pelestarian, (f) Pergantian atau mutasi pegawai pemberdayaan, pengembangan dan pada dinas terkait (Dinas pemanfaatan seni dan budaya Pemuda, Olahraga, kebudayaan daerah yang diunggulkan, dan Kepariwisataan), 11. Belum mempunyai model untuk khususnya pergantian kepala mengoptimalkan pengembangan dinas, kepala bidang (Kabid) potensi seni dan budaya di daerah. seringkali menyebabkan pro- 12. Beberapa permasalahan yang gram pengembangan seni dihadapi para pelaku seni, di budaya dan sejarah di antaranya adalah: Kabupaten Bekasi tidak pernah (a) Masalah peralatan yang sering optimal. rusak, atau kurang, bila rusak (g) Pembinaan kepada pelaku seni tidak bisa diperbaiki, seperti budaya, belum optimal. kenong, gong, atau alat seni (h) Seringkali pertemuan aspirasi lainnya. masyarakat seni-budaya, tetapi (b) Sarana pendukung lainnya kurang mendapatkan respon adalah “Kostum” penampilan yang baik dari pemerintah dae- seni yang rata-rata hanya satu

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

rah (Khususnya Bappeda, dinas 2. Diperlukan suatu kebijakan umum terkait) daerah yang diarahkan kepada 13. Beberapa permasalahan yang peningkatan potensi-potensi dihadapi lembaga seni budaya, di pariwisata potensial di Kabupaten antaranya adalah: Bekasi; (a) Seringkali ada kesalahan dalam 3. Terbatasnya sarana prasarana membahasa keabsahan pendukung, baik sarana prasarana keberadaan lembaga seni olah raga pendidikan, olah raga budaya (menurut dinas terkait). masyarakat, maupun infrastruktur Padahal masalah eksistensi budaya dan pariwisata serta keabsahan pelaku seni budaya perlunya pengelolaan sarana tidak bermasalah karena pelaku prasarana/infrastruktur yang seni budaya telah terdaftar dan profesional; memiliki SK keanggotaan 4. Alokasi dana pariwisata bagi Dewan Kesenian Bekasi. pengembangan pariwisataan Karena melalui Kartu potensial yang belum memadai; keanggotaan di lapangan 5. Sumber Daya Manusia (SDM) eksistensi pelaku seni-budaya belum memadai baik secara di mana pun diakui. kuantitatif maupun kualitatif baik (b) Dewan Kesenian Kabupaten pada dinas terkait maupun sektor Bekasi ditetapkan dengan Surat pariwisata; Keputusan Bupati Bekasi. 6. Belum dilakukan sistem pendataan Akan tetapi, keberadaan potensi pariwisata dan pola strategi lembaga tersebut tidak pernah pengembangan kepariwisataan di mendapatkan dari pemerintah Kabupaten Bekasi secara daerah. Bahkan, seringkali komprehensif. aktvitas seni budaya kurang 7. Belum tersedianya media informasi melibatkan lembaga tersebut. dan komunikasi berkaitan dengan (c) Perlunya sinergi keterlibatan pariwisata di Kabupaten Bekasi. Dewan kesenian Kabupaten Rekomendasi Bekasi dalam program Program- program yang dibutuhkan pemerintah. dalam pengembangan potensi kebudayaan dan kepariwisataan di Bidang Pariwisata Kabupaten Bekasi, di antaranya Beberapa permasalahan yang meliputi: dihadapi dalam bidang pariwisata, dan 1. Koordinasi di tingkat dinas sektor pendukung lainnya (hotel, maupun instansi yang terkait restouran, dan lain-lain), di antaranya tentang kajian tugas pokok dan meliputi: fungsi khusunya tentang perijinan; 1. Belum adanya master plan pem- 2. Dilakukan studi banding, survey bangunan kepariwisataan; lapangan, pendataan dan

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

inventarisir asset dan data budaya, rangka pembinaan dan dan pariwisata; pengembangan usaha wisata; 3. Mengoptimalkan kelembagaan 8. Melestarikan budaya tradisional; kebudayaan dan pariwisata; 9. Pelayanan perijinan usaha wisata; 4. Promosi usaha wisata dan seni 10. Mendorong terciptanya obyek budaya; wisata yang berdaya saing; 5. Meningkatkan pembinaan dan 11. Mendorong terciptanya rasa aman pengembangan usaha wisata yang bagi pelaku usaha wisata; berwawasan lingkungan; 12. Menyusun master plan pem- 6. Meningkatkan kualitas SDM bangunan seni-budaya dan pariwisata; pariwisata. 7. Meningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM aparatur dalam

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1987. “Sejarah Brousson, H.C.C. Clockener. 2003. Lokal di Indonesia”. Gedenkschariften van Een Oud Yogyakarta: Gajah Mada Koloniaal (Batavia Awal Abad University Press. 20).Jakarta: Komunitas Bambu. Abdurachman et al. 1981. Permainan Cribb, Robert Bridson. 1990. “Jakarta Anak-anak Daerah Khusus Ibu in the Indonesian Revolution Kota Jakarta. Jakarta: 1945-1949”. Jakarta: Grafiti. Departemen Pendidikan dan Geertz, Clifford. 1976. “Involusi Kebudayaan. Pertanian; Proses Perubahan Bekasi, Pemda Kab. 1973a. “Mengenal Ekologi di Indonesia”. Bekasi”. Bekasi: Pemda Kab. Terjemahan oleh S. Supomo. Bekasi. Jakarta: Bhratara. ______.1973b. “Sejarah Bekasi”. Graaf, H.J De. 1958. “De Regeering Bekasi: Pemda Kab. Bekasi. van Sultan Agung Vorst van ______. 1992. “Sejarah Bekasi; Mataram 1613-1645 en die van Sejak Pemerintahan zien voorganger Panembahan Purnawarman Samapi Orde Seda-ing-Krapyak 1601-1613”. Baru”. Bekasi: Pemda Kab. Heuken, Adolf. 1999. Sumber-Sumber Bekasi. Asli Sejarah Jakarta ______. 1995. “Cuplikan Sejarah (Dokumen-Dokumen Sejarah Patriotik Rakyat Bekasi”. Jakarta sampai dengan akhir Bekasi: Pemda Bekasi dan BP- abad ke-16. Jilid 1. Jakarta: 7 Kabupaten Bekasi. Yayasan Cipta Loka Caraka.

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Indonesia, Depdikbud. 2002. Pedoman ______. 1983. “Sejarah Rakyat di Penyelenggaraan Festival dan Bekasi Berjuang”. Bekasi. Invitasi Olahraga Tradisional. Kanahele, George S. 1985. “The Jakarta: Dirjen Olahraga Japanese Occupation of Masyarakat. Indonesia Prelude to ______. 2002. Kumpulan independence”. (Terjemahan Permainan Olahraga Soetopo Soetanto S.S.). Jakarta. Tradisional. Jakarta: Dirjen Kartodirdjo, Sartono. Et al. 1977. Olahraga Masyarakat. “Sejarah Nasional Indonesia”. Ismet B. Harun. 1991. Rumah Jakarta: Balai Pustaka. Tradisional Betawi. Jakarta: ______. 1987. “Pengantar Sejarah Dinas Kebudayaan daerah Indonesia Baru; 1500-1900 Khusus Ibukota Jakarta. dari Emperium sampai Jakarta, Kodam V/Jaya. 1975. Imperium”. Jilid I. Jakarta: “Sejarah Perjuangan Rakyat Gramedia Jakarta, Tangerang, dan Koesoemahatmadja, Djaenal Hoesen. Bekasi; dalam Menegakkan 1978. “Fungsi dan Struktur Kemerdekaan RI”. Jakarta: Pamong Praja Ditinjau Dari Kodam v/Jaya dan PT Virgo. Segi Sejarah”. Bandung: Jakarta, Pemda Kotapradja. 1958. Alumni. “Sejarah Pemerintahan Kota Muhajir. 2000. Bahasa Betawi; Djakarta”. Djakarta: Kotapraja Sejarah dan Perkembangannya Djakarta. (Rujukan Bahan Muatan Lokal ______.1988. “Jakarta dari Tepian di Sekolah). Jakarta: Yayasan Air ke Kota Proklamasi”. Obor Indonesia. Jakarta: Dinas Museum dan Muljana, Slamet. 1980.Dari Holotan ke Sejarah Jakarta. Jayakarta. Penerbit Idayu. ______, Biro Statistik Propinsi. 1961. Nasution, A.H. 1975. “Sekitar Perang “Kabupaten Bekasi”. Bandung: Kemerdekaan”. Jilid 2. Jakarta: BPS Jabar. Angkasa. Kamaly, Husein. 1973. “Sejarah Poerbatjaraka. 1961. “Riwayat Terbentuknya Kabupaten Indonesia I”. Jakarta: Jajasan Bekasi”. Stelsilan. Bekasi: t.p. Pembangunan. ______. 1973. Sejarah dan Poesponegoro, Marwati Djoened et al. Kebudayaan Kabupaten 1990. “Sejarah Nasional Bekasi. Bekasi: Pemda Kab. Indonesia”. Jilid IV. Jakarta; Bekasi. Balai Pustaka. ______.1975. “Paper Sejarah Rohaedi, Ayat. 1975. “Tarumanagara Bekasi”. Bekasi: Pemda Kab. dalam Sejarah Jawa Barat dari Bekasi. Masa Prasejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam”.

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

Bandung: Proyek Peningkatan Surjomihardjo, Abdurahman. 1977a. Kebudayaan Nasional Propinsi “Perkembangan Kota Jakarta” Jawa Barat. Cetakan ke II. Jakarta: Sagimun. 1988. “Jakarta Dari Tepian Pemerintah DKI Jakarta. Air Ke Kota Proklamasi”. ______. 1977b. “Pemekaran Kota Jakarta: Dinas Museum dan Jakarta (The Growth of Sejarah DKI Jakarta. Jakarta)” . Jakarta: Jambatan. Saidi, Ridwan. 1997. Profil Orang ______. 1999. “Sejarah Betawi; Asal Muasal, Perkembangan Kota Jakarta”. Kebudayaan, dan Adat Jakarta: Pemda DKI Jakarta. Istiadatnya. Jakarta: Gunara Taendiftia, Emot Rahmat et al.1996. Kata. Gado-Gado Betawi; ______. 2002. Babad Tanah Masyarakat Betawi dan Ragam Betawi. Jakarta: Gria Media. Budayanya. Jakarta: Grasindo. Setyawati, Edi et al. 1987. “Sejarah The, Liang Gie. 1968. “Pertumbuhan Kota Jakarta (1950-1980)”. Pemerintahan Daerah; di Jakarta: Departemen Negara Republik Indonesia” Pendidikan dan Kebudayaan. Jilid III. Djakarta: Gunung Proyek Inventarisasi dan Agung. Dokumentasi Sejarah Nasional. ______. 1992. “Pertumbuhan Shahab, Alwi. 2001. Robin Hood Pemerintahan Daerah; di Betawi. Jakarta: Republika. Negara Republik Indonesia” ______. 2001. Queen of the East. Jilid I. Yogyakarta: Liberty. Jakarta: Republika. Unicef. (1999?). Pedoman Permainan Sopandi, Andi. 1996. “Kabupaten Tradisional. Jakarta: Unicef Bekasi; Latar Belakang dan Depsiknas. Pembentukan dan Tideman, J. 1974. “Tanah dan Perkembangnnya (1925- Penduduk di Indonesia; 1960)”. Bandung: Unpad Penduduk Kabupaten Batavia, Bandung. Meester Cornelis, dan ______. 1999. “Monumen Buitenzorg”. Terjemahan Perjuangan Rakyat di Bekasi”. Hasan Basri. Jakarta: Bhratara. Bekasi: Yayasan Imani. Warmansjah et al. 1991. “Sejarah Sukirno, Ade. 1995. Pangeran Revolusi Kemerdekaan (1945- Jayakarta (Perintis Jakarta 1949) DKI Jakarta”. Jakarta: Lewat Sejarah Sunda Kelapa). Departemen Pendidikan dan Jakarta: Gramedia. Kebudayaan. Suparman, Nana. 1985. “Mengenal Bekasi Kota Patriot”. Bekasi: Sumber Lain Rahman Press.

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014

“Geweestelijk Bestuur Batavia”, “Oedang-Oendang No. 30 tentang Regeeringalamanak. 1927. mengoebah Nama Negeri dan Halaman 290-292. Nama Daerah”. Kan Po No. 2 “Geweestelijk Bestuur Batavia”, Tahoen Ke-1 Boelan 9-2602, Regeeringalamanak. 1940. halaman 3. Halaman 256. Osamu Seirei No. 16 tentang Indonesia, Arsip Nasional Republik Mengoebah Nama Syuu, Indonesia. 1976. “Memoir van Takubetsu dan Ken”. Kan Po Overgave (Serah Terima No. 12 Tahoen 2602, halaman Jabatan) 1921-1930; Jawa 3. Barat”. Jakarta: Arnas RI. “Makloemat Batavia Syuu No. 1 ______. 1976. “Memoir van Overgave Tentang Peroebahan Daerah- (Serah Terima Jabatan) 1930- Daerah di Batavia Syuu”. Kan 1940; Jawa Barat”. Jakarta: Po. No. 3 Tahoen 2603, halam Arnas RI. 3. ______. 1981. “Laporan-Laporan “Makloemat Gunseikan No. 17 tentang Tentang Gerakan Protes di Mengadakan Ku Tanah Jawa Barat Abad XX”. Jakarta: Partikelir”. Kan Po No. 65 Arnas RI. Tahoen Ke-1 Boelan 4-2605, “Bekasi”. Encyclopadie van halaman 3. Nederlands-Indie. Eerste Deel. Laporan Kepala kepolisian, 1927. ‘s Gravenhage: Martinus Keresidenan Djakarta di Nijhoff. Purwakarta Bagian PAM Arsip “Oendang-Oendang No. 1 tahoen 2602 Kabinet PM RI Jogjakarta tentang Pokok-Pokok 1949-1950 No. 67, lampiran I Peratoeran Tata Negara”. Kan No. AG No. 5167/50. Po No. 1 Tahoen ke-1 Boelan Staatblad van Nederlansch-Indie 1925 8-2602, halam 1. No. 383 tentang Pembentukan “Osamu Seirei No. 27 dan 28”. Kan Po Daerah Otonom Regentschap No. 2 Tahoen 2602, halaman 5- Meester Cornelis. 6.

Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014