Tinjauan Deskriptif Cagar Budaya Gua Napalicin Kecamatan Ulu Rawas Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TINJAUAN DESKRIPTIF CAGAR BUDAYA GUA NAPALICIN KECAMATAN ULU RAWAS KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN Nur Maimunah, Maskun, Syaiful M FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947 faximile (0721) 704 624 e-mail: [email protected] Hp. 082375941279 Cultural Heritage Cave Napalicin in Musi Rawas Regency Of South Sumatera. There are efforts Musi Rawas District Governments in the preservation of cultural heritage. Purpose of this research is to find out what are the Musi Rawas Regency Government efforts in the preservation of Cultural Heritage Cave Napalicin. This research used descriptive method with data collection trough observation, interviews, documentation and literature as well as analyzing the data with qualitative data analysis techniques. The results of this study suggest that efforts Musi Rawas Regency Government in the preservation of Cultural Heritage Cave Napalicin by doing some activities there are, publication, protection and restoration. Cagar Budaya Gua Napalicin terletak di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Terdapat upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam pelestarian cagar budaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa sajakah upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin. Penelitian ini menggunakan metode deskripsif dengan teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dokumentasi, kepustakaan serta teknik analisis data kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya Pemerintah Daerah dalam pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu pemanfaatan, pempublikasian, perlindungan dan pemugaran. Kata kunci: pelestarian cagar budaya, pemerintah, upaya PENDAHULUAN proses penetapan. Benda cagar budaya adalah Kehidupan zaman prasejarah mewarisi benda alam dan benda buatan manusia, baik berbagai peninggalan bersejarah yang tersebar bergerak maupun tidak bergerak, berupa di berbagai wilayah. Benda-benda bersejarah kesatuan atau kelompok, yang memiliki tersebut dapat bergerak maupun tidak hubungan erat dengan kebudayaan dan bergerak, bentukan alam dan bentukan sejarah perkembangan manusia. Bangunan manusia. Masyarakat menyebutnya dengan cagar budaya adalah susunan binaan yang bermacam-macam sebutan antara lain benda terbuat dari benda alam atau benda buatan kuno, benda antik, benda purbakala, manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang monumen atau peninggalan sejarah. Istilah berdinding dan tidak berdinding dan beratap benda cagar budaya mulai digunakan sejak (UU RI No.11 tahun 2010: 2). tahun 1992, yaitu dengan adanya Undang- Berdasarkan Undang-undang RI No. Undang tentang Benda Cagar Budaya. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Cagar budaya adalah warisan budaya menyebutkan bahwa benda cagar budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar merupakan kekayaan bangsa yang penting budaya, bangunan cagar budaya, struktur artinya bagi pemahaman dan pengembangan cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, cagar budaya di darat dan di air yang perlu sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan dilestarikan keberadaannya karena memiliki demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kepentingan nasional (UU RI No.5 Th pendidikan, agama dan kebudayaan melalui 1992). Seluruh benda cagar budaya wajib Otonomi daerah adalah hak, untuk dilestarikan baik oleh pemerintah, wewenang dan kewajiban daerah otonom masyarakat maupun orang (pemilik). Gua untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Napalicin dikatakan sebagi salah satu cagar pemerintahan dan kepentingan masyarakat budaya yang harus dilestarikan karena setempat sesuai dengan peraturan perundang- beberapa analisis peninggalannya memiliki undangan. Daerah otonom selanjutnya disebut nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum kebudayaan sebagai warisan kebudayaan yang mempunyai batas-batas wilayah yang leluhur yang dapat dimanfaatkan untuk berwenang mengatur dan mengurus urusan memajukan kebudayan nasional. Pelestarian pemerintahan dan kepentingan masyarakat cagar budaya merupakan salah satu rangkaian setempat menurut prakarsa sendiri dalam pengolahan cagar budaya dengan berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem kegiatan pemanfaatan, pembinaan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI pemugaran, pemeliharaan, pendokumentasian No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dan pempublikasian sedangkan kegiatan bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 5 dan 6). pemanfaatan seperti yang terkandung dalam Cagar budaya atau benda-benda Undang-Undang tentang Benda Cagar bersejarah sangat rentan terhadap faktor Budaya No. 5 tahun 1992 salah satunya lingkungan alam, keamanan dan aspek global adalah pemanfaatan untuk pariwisata yang dapat mengakibatkan berubahnya (Siswanto, 2007: 157). Pelestarian dapat bentuk bangunan bahkan terjadinya diimplementasikan dalam tugas pokok dan kepunahan benda bersejarah tersebut. fungsinya seperti registrasi dan penetapan, Menanggapi hal tersebut maka dibutuhkan perlindungan, konservasi, pemugaran dan adanya upaya pelestarian dari semua pihak, pemanfaatan (Purwo Budhi, 2007: 4). baik pemerintah, masyarakat maupun pemilik. Lingkup pelestarian cagar budaya meliputi Karena dengan ditemukannya cagar budaya di pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan suatu wilayah, dapat menunjukkan bahwa cagar budaya di darat dan di air. Dengan tingginya peradaban kebudayaan pada masa tujuan untuk melestarikan warisan budaya prasejarah di daerah tersebut. bangsa dan warisan umat manusia, Dalam pelestarian cagar budaya telah meningkatkan harkat dan martabat bangsa menjadi kewenangan pemerintah daerah melalui cagar budaya, memperkuat untuk melestarikannya. Dalam uraian PP No. kepribadian bangsa, meningkatkan 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah kesejahteraan rakyat dan mempromosikan yang berkaitan dengan benda cagar budaya warisan budaya bangsa kepada masyarakat yaitu pada bab II Pasal 2 Ayat 3 kewenangan internasional (UU No. 11 Tahun 2010 : 8). sebagaimana disebut yaitu penetapan Cagar Budaya Gua Napalicin terletak persyaratan pemintakatan, pencarian, di Desa Napalicin Kecamatan Ulu Rawas pemanfaatan, pemindahan, penggandaan, Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. sistem pengamanan dan kepemilikan benda Berdasarkan Surat Keterangan Nomor: cagar budaya serta persyaratan penelitian 556/15/Budpar/2013 yang dikeluarkan oleh arkeologi. Pemanfaatan hasil penelitian Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas arkeologi nasional serta pengelolaan museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah menerangkan bahwa “Gua Napalicin yang sumber arsip, dan monumen yang diakui berada di Kecamatan Ulu Rawas Kabupaten secara internasional. Penetapan pedoman Musi Rawas adalah benar sebagai Objek konservasi arsitektur bangunan dan Wisata dan Cagar Budaya yang pada saat ini pelestarian kawasan bangunan bersejarah (PP masih berfungsi dan dilestarikan oleh No.25 Tahun 2000:6). Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Musi Rawas”. Pada maka sudah menjadi kewenangannya masa otonomi daerah, pemerintah daerah pemerintah daerah untuk melestarian cagar mempunyai kewenangan untuk mengatur budaya yang memiliki nilai penting bagi daerahnya termasuk ikut serta dalam hal sejarah, agama, ilmu pengetahuan dan pelestarian benda cagar budaya. kebudayaan. Berdasarkan uraian tersebut maka peristiwa pada masa sekarang (Muhamad Cagar Budaya Gua Napalicin perlu dikaji Nasir, 2009:54). Dari beberapa pendapat lebih lanjut baik mengenai sejarah maupun tentang metode deskriptif, maka dapat upaya pelestarian yang dilakukan oleh disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas. metode yang digunakan untuk dapat Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan memecahkan suatu masalah pada masa upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah sekarang dengan membuat gambaran tentang Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam segala sesuatu yang terkait mengenai masalah pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin. tersebut secara obyektif. Variabel adalah segala sesuatu yang METODE PENELITIAN berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh Keberhasilan suatu penelitian banyak peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh dipengaruhi oleh ketepatan pemakaian informasi tentang hal tersebut, kemudian metode, maka dari itu peneliti harus dapat ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2010:60). memilih metode yang tepat dan sesuai. Variabel penelitian merupakan konsep dari Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka gejala yang bervariasi yaitu objek penelitian. metode menyangkut masalah cara kerja untuk Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek dapat memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian atau faktor-faktor yang berperan ilmu yang besangkutan (Husin Sayuti, 1989: dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti 32). Menurut Winarno Suracmad, metode (Suharsimi Arikunto, 1989:78). Menurut adalah suatu cara utama yang dipergunakan Hatch dan Farhady dalam buku Penelitian untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk Pendidikan mengemukakan bahwa variabel menguji serangkaian hipotesis dengan merupakan atribut seseorang atau obyek yang menggunakan tehknik serta alat tertentu mempunyai variasi antara satu orang dengan (Winarno Suracmad, 1978, 121). Berdasarkan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan lain (Sugiono, 2010:60). Berdasarkan bahwa metode adalah cara kerja yang pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa digunakan untuk mencapai tujuan dengan variabel penelitian adalah segala