TINJAUAN DESKRIPTIF CAGAR BUDAYA GUA NAPALICIN KECAMATAN ULU RAWAS KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

Nur Maimunah, Maskun, Syaiful M FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar 35145 Telepon (0721) 704 947 faximile (0721) 704 624 e-mail: [email protected] Hp. 082375941279

Cultural Heritage Cave Napalicin in Musi Rawas Regency Of South Sumatera. There are efforts Musi Rawas District Governments in the preservation of cultural heritage. Purpose of this research is to find out what are the Musi Rawas Regency Government efforts in the preservation of Cultural Heritage Cave Napalicin. This research used descriptive method with data collection trough observation, interviews, documentation and literature as well as analyzing the data with qualitative data analysis techniques. The results of this study suggest that efforts Musi Rawas Regency Government in the preservation of Cultural Heritage Cave Napalicin by doing some activities there are, publication, protection and restoration.

Cagar Budaya Gua Napalicin terletak di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Terdapat upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam pelestarian cagar budaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa sajakah upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin. Penelitian ini menggunakan metode deskripsif dengan teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dokumentasi, kepustakaan serta teknik analisis data kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya Pemerintah Daerah dalam pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu pemanfaatan, pempublikasian, perlindungan dan pemugaran.

Kata kunci: pelestarian cagar budaya, pemerintah, upaya

PENDAHULUAN proses penetapan. Benda cagar budaya adalah Kehidupan zaman prasejarah mewarisi benda alam dan benda buatan manusia, baik berbagai peninggalan bersejarah yang tersebar bergerak maupun tidak bergerak, berupa di berbagai wilayah. Benda-benda bersejarah kesatuan atau kelompok, yang memiliki tersebut dapat bergerak maupun tidak hubungan erat dengan kebudayaan dan bergerak, bentukan alam dan bentukan sejarah perkembangan manusia. Bangunan manusia. Masyarakat menyebutnya dengan cagar budaya adalah susunan binaan yang bermacam-macam sebutan antara lain benda terbuat dari benda alam atau benda buatan kuno, benda antik, benda purbakala, manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang monumen atau peninggalan sejarah. Istilah berdinding dan tidak berdinding dan beratap benda cagar budaya mulai digunakan sejak (UU RI No.11 tahun 2010: 2). tahun 1992, yaitu dengan adanya Undang- Berdasarkan Undang-undang RI No. Undang tentang Benda Cagar Budaya. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Cagar budaya adalah warisan budaya menyebutkan bahwa benda cagar budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar merupakan kekayaan bangsa yang penting budaya, bangunan cagar budaya, struktur artinya bagi pemahaman dan pengembangan cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, cagar budaya di darat dan di air yang perlu sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan dilestarikan keberadaannya karena memiliki demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kepentingan nasional (UU RI No.5 Th pendidikan, agama dan kebudayaan melalui 1992). Seluruh benda cagar budaya wajib Otonomi daerah adalah hak, untuk dilestarikan baik oleh pemerintah, wewenang dan kewajiban daerah otonom masyarakat maupun orang (pemilik). Gua untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Napalicin dikatakan sebagi salah satu cagar pemerintahan dan kepentingan masyarakat budaya yang harus dilestarikan karena setempat sesuai dengan peraturan perundang- beberapa analisis peninggalannya memiliki undangan. Daerah otonom selanjutnya disebut nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum kebudayaan sebagai warisan kebudayaan yang mempunyai batas-batas wilayah yang leluhur yang dapat dimanfaatkan untuk berwenang mengatur dan mengurus urusan memajukan kebudayan nasional. Pelestarian pemerintahan dan kepentingan masyarakat cagar budaya merupakan salah satu rangkaian setempat menurut prakarsa sendiri dalam pengolahan cagar budaya dengan berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem kegiatan pemanfaatan, pembinaan, Negara Kesatuan Republik (UU RI pemugaran, pemeliharaan, pendokumentasian No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dan pempublikasian sedangkan kegiatan bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 5 dan 6). pemanfaatan seperti yang terkandung dalam Cagar budaya atau benda-benda Undang-Undang tentang Benda Cagar bersejarah sangat rentan terhadap faktor Budaya No. 5 tahun 1992 salah satunya lingkungan alam, keamanan dan aspek global adalah pemanfaatan untuk pariwisata yang dapat mengakibatkan berubahnya (Siswanto, 2007: 157). Pelestarian dapat bentuk bangunan bahkan terjadinya diimplementasikan dalam tugas pokok dan kepunahan benda bersejarah tersebut. fungsinya seperti registrasi dan penetapan, Menanggapi hal tersebut maka dibutuhkan perlindungan, konservasi, pemugaran dan adanya upaya pelestarian dari semua pihak, pemanfaatan (Purwo Budhi, 2007: 4). baik pemerintah, masyarakat maupun pemilik. Lingkup pelestarian cagar budaya meliputi Karena dengan ditemukannya cagar budaya di pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan suatu wilayah, dapat menunjukkan bahwa cagar budaya di darat dan di air. Dengan tingginya peradaban kebudayaan pada masa tujuan untuk melestarikan warisan budaya prasejarah di daerah tersebut. bangsa dan warisan umat manusia, Dalam pelestarian cagar budaya telah meningkatkan harkat dan martabat bangsa menjadi kewenangan pemerintah daerah melalui cagar budaya, memperkuat untuk melestarikannya. Dalam uraian PP No. kepribadian bangsa, meningkatkan 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah kesejahteraan rakyat dan mempromosikan yang berkaitan dengan benda cagar budaya warisan budaya bangsa kepada masyarakat yaitu pada bab II Pasal 2 Ayat 3 kewenangan internasional (UU No. 11 Tahun 2010 : 8). sebagaimana disebut yaitu penetapan Cagar Budaya Gua Napalicin terletak persyaratan pemintakatan, pencarian, di Desa Napalicin Kecamatan Ulu Rawas pemanfaatan, pemindahan, penggandaan, Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. sistem pengamanan dan kepemilikan benda Berdasarkan Surat Keterangan Nomor: cagar budaya serta persyaratan penelitian 556/15/Budpar/2013 yang dikeluarkan oleh arkeologi. Pemanfaatan hasil penelitian Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas arkeologi nasional serta pengelolaan museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah menerangkan bahwa “Gua Napalicin yang sumber arsip, dan monumen yang diakui berada di Kecamatan Ulu Rawas Kabupaten secara internasional. Penetapan pedoman Musi Rawas adalah benar sebagai Objek konservasi arsitektur bangunan dan Wisata dan Cagar Budaya yang pada saat ini pelestarian kawasan bangunan bersejarah (PP masih berfungsi dan dilestarikan oleh No.25 Tahun 2000:6). Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Musi Rawas”. Pada maka sudah menjadi kewenangannya masa otonomi daerah, pemerintah daerah pemerintah daerah untuk melestarian cagar mempunyai kewenangan untuk mengatur budaya yang memiliki nilai penting bagi daerahnya termasuk ikut serta dalam hal sejarah, agama, ilmu pengetahuan dan pelestarian benda cagar budaya. kebudayaan. Berdasarkan uraian tersebut maka peristiwa pada masa sekarang (Muhamad Cagar Budaya Gua Napalicin perlu dikaji Nasir, 2009:54). Dari beberapa pendapat lebih lanjut baik mengenai sejarah maupun tentang metode deskriptif, maka dapat upaya pelestarian yang dilakukan oleh disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas. metode yang digunakan untuk dapat Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan memecahkan suatu masalah pada masa upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah sekarang dengan membuat gambaran tentang Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam segala sesuatu yang terkait mengenai masalah pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin. tersebut secara obyektif. Variabel adalah segala sesuatu yang METODE PENELITIAN berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh Keberhasilan suatu penelitian banyak peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh dipengaruhi oleh ketepatan pemakaian informasi tentang hal tersebut, kemudian metode, maka dari itu peneliti harus dapat ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2010:60). memilih metode yang tepat dan sesuai. Variabel penelitian merupakan konsep dari Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka gejala yang bervariasi yaitu objek penelitian. metode menyangkut masalah cara kerja untuk Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek dapat memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian atau faktor-faktor yang berperan ilmu yang besangkutan (Husin Sayuti, 1989: dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti 32). Menurut Winarno Suracmad, metode (Suharsimi Arikunto, 1989:78). Menurut adalah suatu cara utama yang dipergunakan Hatch dan Farhady dalam buku Penelitian untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk Pendidikan mengemukakan bahwa variabel menguji serangkaian hipotesis dengan merupakan atribut seseorang atau obyek yang menggunakan tehknik serta alat tertentu mempunyai variasi antara satu orang dengan (Winarno Suracmad, 1978, 121). Berdasarkan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan lain (Sugiono, 2010:60). Berdasarkan bahwa metode adalah cara kerja yang pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa digunakan untuk mencapai tujuan dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menggunakan tehknik dan alat tertentu. akan menjadi objek pengamatan dalam suatu Dalam sebuah penelitian penggunaan metode penelitian. Adapun variabel yang digunakan sangatlah penting untuk memecahkan suatu dalam penelitian ini adalah variabel tunggal masalah yang turut menentukan keberhasilan yaitu upaya Pemerintah Daerah Kabupaten suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode Musi Rawas dalam pelestrian Cagar Budaya yang digunakan adalah deskriptif. Gua Napalicin. Metode deskriptif dapat diartikan Definisi operasional variabel sebagai prosedur pemecahan masalah yang merupakan unsur penelitian yang menggambarkan/ melukiskan keadaan memberitahukan bagaimana caranya subyek/ objek penelitian pada saat sekarang mengukur suatu variabel atau memberi berdasarkan fakta yang tampak atau petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya sebagaimana adanya (Hadari Nawawi, mengukur suatu variabel (Masri Singarimbun, 2001:63). Metode deskriptif merupakan 1989:46). Definisi operasional variabel adalah penafsiran dan penuturan data yang ada, definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal misalnya tentang situasi yang dialami, satu yang didefinisikan dapat diamati dan hubungan, kegiatan, pandangan, pengaruh diobservasi (Sumardi Surya Brata, 1983:82). yang sedang bekerja, kelainan yang sedang Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat muncul, kecenderungan yang nampak, disimpulkan bahwa definisi operasional pertentangan yang meruncing dan sebagainya variabel merupakan suatu petunjuk yang (Winarno Surakhmad, 1978:139). Menurut dapat memberitahukan cara mengukur suatu Moh. Nasir, metode deskriptif adalah suatu variabel dengan cara memberikan makna metode dalam meneliti status kelompok untuk memudahkan peneliti. Dalam penelitian manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu ini peneliti merumuskan definisi operasional sistem pemikiran ataupun suatu kelas variabel yaitu Cagar Budaya Gua Napalicin merupakan suatu lubang batu yang bertempat Observasi merupakan pengamatan dan di atas ketinggian sekitar 20-30 meter dari pencatatan secara sistematik terhadap gejala daratan yang memiliki keunikan lagenda serta yang tampak pada objek penelitian (Hadari meninggalkan berbagai benda bersejarah. Nawawi, 2001:100). Menurut Suwardi Informan adalah orang dalam latar Endrawara observasi adalah suatu penelitian penelitian, yang dimanfaatkan untuk secara sistematis dengan menggunakan memberikan informasi tentang situasi kemampuan indera manusia, pengamatan ini penelitian. Seorang informan harus dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya mempunyai pengalaman latar penelitian. dengan wawancara mendalam. Observasi Syarat-syarat seorang informan adalah jujur, yang digunakan oleh peneliti adalah secara taat pada janji, patuh pada peraturan, suka langsung mengenai objek yang akan diteliti berbicara, tidak termasuk pada kelompok (Suwardi Endraswara, 2006:133). yang bertentangan dengan latar belakang Berdasarkan pendapat mengenai pengertian penelitian dan mempunyai pandangan tertentu dari observasi, maka dapat disimpulkan tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi bahwa observasi merupakan suatu kegiatan (Moleong, 1998:90). Informan dalam pengamatan atau pengambilan data terhadap penelitian ini dipilih secara purposive suatu masalah yang sedang diteliti untuk sampling (mengambil orang-orang yang telah memperoleh jawaban yang relevan sesuai dipilih secara cermat oleh peneliti). Pemilihan dengan tujuan dalam penelitian ini. Dalam informan didasarkan atas subjek yang penelitian ini, peneliti secara langsung ke menguasai permasalahan, memiliki data dan lokasi penelitian yaitu Kabupaten Musi bersedia memberikan data dalam penelitian Rawas. ini. Wawancara adalah suatu teknik Informan dalam penelitian ini memeliki pengumpulan data, merupakan cara yang kriteria-kriteria seperti: digunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu, 1. Pelaku yang memiliki pengetahuan tentang mencoba mendapatkan keterangan atau objek yang akan diteliti, pendirian secara lisan dari seseorang 2. Saksi yaitu pemerintah daerah dan responden dengan cara bercakap-cakap masyarakat Desa Napalicin, berhadapan muka dengan orang tersebut 3. Informan/narasumber yang memiliki (Koetjaraningrat, 1983:81). Berdasarkan kesedian waktu yang cukup. pendapat tersebut mengenai pengertian Studi pustaka merupakan cara wawancara, maka dapat ditarik kesimpulan pengumpulan data dan informasi dengan bahwa wawancara merupakan suatu kegiatan bantuan macam-macam materi terdapat di atau teknik tanya jawab yang dilakukan oleh ruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk pihak penanya terhadap pihak penjawab untuk sejarah, koran, naskah, catatan catatan, kisah mendapatkan suatu jawaban berupa data atau sejarah, dokumen dan sebagainya yang fakta yang relevan untuk keperluan penelitian. relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, Teknik dokumentasi adalah cara atau 1993:81). Menurut pendapat lain teknik studi pengumpulan data melalui peninggalan kepustakaan dilaksanakan dengan cara tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan mendapatkan sumber-sumber data yang termasuk buku-buku lain yang berhubungan diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan dengan masalah penyelidikan (Hadari mempelajari buku buku literatur yang Nawawi, 2001:133). Menurut Suharsini berkaitan dengan masalah yang diteliti Arikunto bahwa teknik dokumentasi adalah (Hadari Nawawi, 2001:133). Berdasarkan mencari data mengenai hal-hal atau variabel kedua pendapat tersebut maka dapat ditarik yang berupa catatan, transkip, buku, surat kesimpulan bahwa kepustakaan merupakan kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, usaha yang dilakukan seorang peneliti dengan lengger, agenda dan sebagainya (Suharsini cara mengumpulkan data data baik dari buku, Arikunto, 1989:188). Berdasarkan pendapat artikel, koran, arsip, dokumen atau bahan tersebut maka data data yang diperoleh bacaan lainnya untuk mendapatkan jawaban peneliti yaitu berdasarkan dokumentasi yang dari sebuah masalah dalam penelitian. ada hubungannya dengan upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam sudah memadai atau belum memadai dan pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin. apakah data itu berguna atau tidak berguna, Menurut Husin Sayuti, pengolahan maka diperlukan seleksi data dan data adalah menyaring data atau informasi penyusunan data. yang masuk, jika maksudnya semua reseach 2. Klasifikasi Data ketaraf infrensial maka penganalisaan, Klasifikasi data ini merupakan usaha untuk interpretasi dan penarikan kesimpulan harus menggolongkan data berdasarkan pada melengkapi taraf pengolahan data (Husin kriteria-kriteria tertentu yang dibuat oleh Sayuti, 1989:64). Dalam penelitian ini data peneliti, dalam hal ini berdasarkan pada yang dikumpulkan adalah data kualitatif yaitu kriteria dari Cagar Budaya Gua Napalicin. data yang berbentuk kalimat. Sehubungan 3. Pengolahan Data dengan data yang digunakan, maka analisis Data yang telah diklasifikasikan kemudian yang dipergunakan adalah analisis kualitatif. diolah dengan jalan menyaring informasi Menurut Hadari Nawawi teknik data yang telah masuk, apakah data tersebut kualitatif merupakan bentuk penelitian yang menunjang penelitian atau tidak. bersifat atau memilki karakteristik bahwa 4. Penafsiran dan Penyimpulan datanya dinyatakan dalam keadaan Data data yang telah diolah dan menunjang sewajarnya dan sebagaimana adanya (Hadari dalam penelitian, selanjutnya ditarik Nawawi, 2001:174). Menurut Sugino teknik kesimpulan untuk kemudian disajikan analisis data kualitatif yaitu proses mencari dalam bentuk laporan. dan menyusun secara sistematis data yang Dalam penelitian ini teknis analisis diperoleh dari hasil wawancara, catatan data yang digunakan adalah teknik analisis lapangan dan dokumentasi dengan cara data kualitatif. Dalam penelitian ini data-data mengorganisasikan data ke dalam kategori, yang bersifat kualitatif dideskripsikan dalam menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan bentuk kalimat atau kata kata, untuk sintesa, menyusun keadaan pola, memilih selanjutnya dapat diuji dengan statistik. nama yang penting dan yang akan dipelajari Setelah data data yang relevan terkumpul dan membuat kesimpulan sehingga mudah maka akan dilakukan analisis terhadap data dipahami oleh diri sendri maupun orang lain data tersebut. (Sugino, 2010:335). Menurut Muhamad Ali, teknik analisis data kualitatif adalah teknik HASIL DAN PEMBAHASAN analisis data menggunakan proses berfikir Pusat Pemerintahan Kabupaten Musi untuk menguji hipotesis yang dirumuskan Rawas yang baru terletak di Kecamatan sebagai jawaban sementara terhadap masalah Muara Beliti. Secara geografis Kabupaten yang diteliti. Induktif dalam hal ini bertolak Musi Rawas terletak pada posisi 1020 07’ 00” dari berbagai fakta teridentifikasikan – 1030 40’ 00” Bujur Timur dan 200 20’ 00” – munculnya atau tidak (Muhamad Ali, 300 38’ 40” Lintang Selatan dengan luas 1985:15). wilayah 1.236.582,66 Ha (12.365,83 Km²) Dari berbagai pendapat mengenai berada di bagian Barat Provinsi Sumatera analisis data kualitatif maka dapat Selatan, tempat pertemuan hulu Sungai Musi disimpulkan mengenai penelitian ini bahwa dengan aliran Sungai Rawas. Kabupaten ini teknik analisis data kualitatif yaitu analisis berbatasan dengan Provinsi di bagian yang menggunakan proses berfikir induktif, Utara, bagian Selatan berbatasan dengan karena penelitian ini pada dasarnya adalah Kabupaten Lahat dan Kabupaten Empat penelitian yang bersifat deskriptif. Untuk Lawang, di bagian Barat berbatasan dengan menganalisa data yang diperoleh maka Kota Lubuklinggau dan Provinsi Bengkulu diperlihatkan langkah-langkah sebagai dan di bagian Timur berbatasan dengan berikut: Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi 1. Penyusunan Data Banyuasin. Penyusunan data dipergunakan untuk Terdapat berbagai peninggalan mempermudah penelitian apakah semua bersejarah yang tersebar di Kabupaten Musi data yang dipergunakan dan dibutuhkan Rawas dan hingga saat ini masih berfungsi serta dilindungi oleh Pemerintah Daerah Kapal kedua mengangkut berbagai jenis Kabupaten Musi Rawas. Pemerintah daerah makanan untuk diperjalanan sedangkan kapal memiliki hak otonom untuk mengatur yang ketiga adalah kapal yang mengangkut daerahnya seperti dalam hal pelestarian cagar berbagai jenis obat. Ketika kapal tersebut budaya. Berdasarkan UU No.11 tahun 2010 berlayar di daerah Desa Napalicin, suatu tentang Cagar Budaya pasal 95 ayat 1 peristiwa terjadi yang membuat kapal-kapal “pemerintah atau pemerintah daerah ini terhempas ke daratan dan terdampar mempunyai tugas melakukan perlindungan, dengan jarak yang berjauhan, kemudian pengembangan, dan pemanfaatan cagar datanglah Serunting Sakti atau masyarakat budaya”(UU No.11 tahun 2010). mengenalnya dengan Si Pahit Lidah karena Berdasarkan Undang-Undang mengenai dengan ucapannya atau kutukannya yang Cagar Budaya tersebut, Pemerintah dapat membuat segala sesuatunya berubah Kabupaten Musi Rawas melakukan beberapa menjadi batu. Ketika Si Pahit Lidah melewati upaya dalam pelestarian terhadap benda hutan belantara yang terletak di daerah Gua benda bersejarah tersebut. Terdapat berbagai Napalicin, ia melihat ada beberapa kapal yang cagar budaya yang saat ini masih berfungsi terdampar kemudian ia mencoba untuk dan dilestarikan. Salah satu cagar budaya menaikinya namun kapal tersebut sangat yang dilestarikan dan berfungsi adalah Cagar besar dan tinggi sehingga ia tidak mampu Budaya Gua Napalicin. Cagar Budaya Gua untuk menaiki kapal tersebut dan mengutuk Napalicin terletak di Kecamatan Ulu Rawas kapal tersebut menjadi batu (wawancara tepatnya di Desa Napalicin Provinsi Sumatera dengan Bapak M. Zainal, Lembaga Adat, Selatan. pada tanggal 10 Februari 2013). Untuk dapat mengunjungi Desa Berbagai benda peninggalan Napalicin perjalanan yang ditempuh sekitar ± bersejarah seperti kursi dan meja batu, lukisan 15 jam dari Lampung menuju ke Kota atau tulisan berada pada dinding gua. Lubuklinggau, untuk memasuki Kecamatan Terdapat ruangan yang diperkiran sebagai Ulu Rawas dibutuhkan waktu ±4 jam kamar mandi dengan batu yang berbentuk bak kemudian untuk menuju Desa Napalicin mandi dan terisi air serta ruang dapur membutuhkan waktu ±3 jam. Secara dilengkapi dengan lesung padi (wawancara administratif Desa Napalicin terbagi atas dengan Bapak Haman Kepala Bidang batas-batas wilayah yaitu sebelah Utara Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah Pariwisata Kabupaten Musi Rawas, pada Selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, tanggal 4 Februari 2013). Cagar Budaya Gua sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kuto Napalicin terletak di antara hutan lindung Tanjung dan sebelah Timur berbatasan yang rata-rata ditumbuhi oleh pohon karet dengan Desa Sosokan. Dalam kehidupan milik warga Desa Napalicin. Secara masyarakat, khususnya masyarakat Desa administratif Cagar Budaya Gua Napalicin Napalaicin mereka mempercayai akan cerita terbagi atas batas-batas wilayah yaitu sebelah legenda seperti Legenda Serunting Sakti atau Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi Si Pahit Lidah. Legenda tentang Si Pahit sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lidah yang dapat merubah semua benda Bengkulu, sebelah Barat berbatasan dengan menjadi batu, ada hubungannya dengan Cagar Desa Kuto Tanjung dan sebelah Timur Budaya Gua Napalicin. berbatasan dengan pemungkiman Desa Berdasarkan legenda mengenai Cagar Napalicin dan Desa Sosokan (wawancara Budaya Gua Napalicin, yaitu dahulunya ada dengan Bapak Gamal Abdul Nasir, Kepala sekelompok orang sedang berlayar melewati Desa Napalicin, pada tanggal 8 Februari Sungai Rawas yang terletak di Desa Napalicin 2013). Kecamatan Ulu Rawas. Sekelompok orang a. Letak Lokasi. tersebut membawa tiga buah kapal yang - Desa Napalicin Kecamatan Ulu Rawas, masing-masing berbeda isi atau muatannya. Ketinggian 100-500 m Kapal yang pertama membawa keluarga - Terletak dalam kawasan TNKS, baik kerajaan atau mengangkut para penumpang. menurut Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor 736/Mentan/X/82 maupun Surat kontribusi masyarakat dalam upaya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor pelestarian warisan budaya merupakan salah 410/Kpts/II/1986. satu prioritas yang harus tercapai dalam setiap b. Luas Lokasi : 1000 Ha. kegiatan pemanfaatan benda cagar budaya c. Kondisi fisik lokasi : yang berwawasan pelestarian lingkungan. lereng: 16 - 40 %, penggunaan tanah: kebun Dalam upaya pelestarian yang dilakukan dan hutan harus berdampak terhadap peningkatan kemampuan tanah: keadaan efektif tanah: kesadaran masyarakat akan pentingnya lebih dari 90 cm, tekstur tanah: agak halus, keberadaan bangunan-bangunan cagar budaya drainase permukaan : baik, erosi permukaan: yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu ringan (Peraturan Daerah No.2 tahun 1993 pengetahuan dan kebudayaan sehingga tentang Peruntukan Kawasan Pariwisata Gua nantinya masyarakat yang lebih berperan serta Napalicin). dan menikmati hasilnya sedangkan Sejak didirikanya penginapan dengan pemerintah hanya mengayomi dan berusaha nama Rawas River Lodge atau dalam bahasa menyediakan sarana dan prasarana. Belanda Rawas River-Lodge bij het dorpje Partisipasi masyarakat dalam Surulangun, in het Zuid Sumateraanse pelestarian kawasan cagar budaya merupakan tropische regenwoud, perkembangan keikutsertaan masyarakat khususnya pariwisata Cagar Budaya Gua Napalicin masyarakat setempat secara sukarela baik semakin pesat. Dalam kurun waktu 1992- dalam pembuatan keputusan ataupun 1998 para turis datang berkunjung. Namun di menentukan kebutuhan, menentukan tujuan pertengan tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dan prioritas, mengimplementasikan suatu di Indonesia sehingga membuat minat para program dan dalam mengevaluasi. wisatawan mancanegara mulai berkurang dan Keterlibatan tersebut disertai tanggung jawab setelah terbakarnya Rawas River Lodge, terhadap kepentingan kelompok untuk Cagar Budaya Gua Napalicin tidak lagi mencapai tujuan bersama. dikunjungi oleh turis mancanegara Warga Desa Napalicin berpartisipasi (wawancara dengan Bapak Daud, Camat Ulu dalam pelestarian Cagar Budaya Gua Rawas, 7 Februari 2013). Napalicin karena merupakan warisan leluhur Balai Arkeologi Palembang yang wajib untuk dilestarikan, seperti sebagai menemukan bukti baru Zaman Megalitikum tour guide dan penyedia jasa ojek getek, serta di Gua Napalicin, berupa gundukan batu dan dalam keamanan Cagar Budaya Gua peralatan zaman batu. "Penelitian sebelumnya Napalicin dan para pengunjung dan bekerja berhasil membuktikan adanya candi berupa sama dengan aparat pemerintah desa gundukan batu bata. Sepanjang tahun 2012 (wawancara dengan Bapak Alpendi, warga sejumlah penelitian dikhusususkan di Provinsi Desa Napalicin, pada tanggal 10 Februari Sumatera Selatan yang terbagi di beberapa 2013). Kontribusi masyarakat Desa Napalicin lokasi. Di Kabupaten Musi Rawas, penelitian lebih dari sekedar menjaga atau memantau difokuskan di kawasan Gua Napalicin keadaan Cagar Budaya Gua Napalicin tetapi Kecamatan Ulu Rawas. Hasil penelitian menyediakan jasa tour guide dan jasa ojek menemukan, sejumlah candi dan bukti-bukti getek karena akses jalan menuju lokasi Cagar kehidupan manusia pra-sejarah lainnya seperti Budaya Gua Napalicin pada saat itu hanya peralatan batu. Indikasi Benda Megalitikum bisa dilalui melalui jalur air. Selain itu gadis- lainnya juga ditemukan berupa batu silendris gadis remaja membawakan tarian dan lagu yang bentuknya mirip dengan temuan di daerah khas Desa Napalicin dengan diiringi Jambi” kata Kepala Balai Arkeologi biola dan seorang tetuah akan menghibur para Palembang Nurhadi Rangkuti ketika pengunjung yang datang ke lokasi Cagar dihubungi di Palembang. Penemuan- Budaya (wawancara dengan Bapak Gamal penemuan benda bersejarah, seperti lumpang Abdul Nasir Kepala Desa Napalicin, pada batu, candi dan benda-benda megalitikum tanggal 8 Februari 2013). menjadi bukti tingginya peradaban di daerah Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten itu (Aditya Maruly, 2012:1-2). Partisipasi atau Musi Rawas menindaklanjuti dari Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang pengaspalan jalan yang dilakukan secara Kewenangan Daerah yang berkaitan dengan bertahap dengan melakukan pemilihan daerah cagar budaya dapat dilihat dari beberapa yang mengalami kerusakan serta disesuaikan kegiatan yang dilakukan oleh (satuan kerja dengan anggaran dana. Wilayah yang menjadi perangkat daerah) SKPD yang terkait. tujuan pembangunan yaitu jalan Surulangun – Berdasarkan UU No.11 tahun 2010 tentang Pulau Kidak dan Pulau Kidak – Napalicin. cagar budaya “pemerintah dan pemerintah Panjang jalan dari Muara Beliti menuju Cagar daerah mempunyai tugas melakukan Budaya Gua Napalicin adalah 180,78 km. perlindungan, pengembangan dan Volume jalan dari Surulangun sampai pemanfaatan cagar budaya” (UU No.11 Napalicin dengan panjang 56,6 km dan lebar Tahun 2010 pasal 95). Dalam upaya 3,5 m, serta terdapat 51 unit jembatan. pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin, Pelaksanaannya dimulai pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Musi Rawas hingga 2015 karena termasuk program jangka melakukan beberapa kegiatan yaitu panjang yaitu 10 tahun priode 2006-2015 pempublikasian, perlindungan, pemugaran (wawancara dengan Bapak Azhari, Kepala dan pemanfaatan cagar budaya sebagai objek Bidang Program PUBM, pada tanggal 11 wisata. Berdasarkan hasil amandemen pasal April 2013). 18 UUD 1945 dikemukakan bahwa Program pengadaan penerangan jalan “Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan di sepanjang jalan menuju Cagar Budaya Gua Kota mengatur serta mengurus sendiri urusan Napalicin, yang ditugaskan kepada Dinas pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas Pekerjaan Umum ini merupakan salah satu pembantuan” (UUD 1945 pasal 18). penyediaan fasilitas penunjang (wawancara “Pemerintah, Pemerintah Daerah dan setiap dengan Bapak Subardi, Skretaris Umum orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, pada untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, tanggal 14 April 2013). Pengadaan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan penerangan jalan ini bertujuan memberikan pariwisata” (UU No.11 Tahun 2010 Tentang penerangan jalan menuju Cagar Budaya Gua Cagar Budaya pasal 85). Napalicin agar dapat ditempuh baik pada Upaya Pemerintah Kabupaten Musi cuaca terang maupun gelap. Dalam program Rawas dalam Pelestarian Cagar Budaya Gua pengadaan penerangan lampu jalan, telah Napalicin dengan menjadikannya sebagai terpasang 571 tiang listrik disepanjang jalan objek wisata terlihat pada penyediaan sarana menuju Cagar Budaya Gua Napalicin. Api dan prasarana penunjang seperti perbaikan listrik belum terhubung hingga Kecamatan akses jalan dan jembatan, memberikan Ulu Rawas sehingga tiang-tiang listrik penerangan jalan dan paket wisata tersebut belum dapat berfungsi dengan baik (wawancara dengan Bapak Subardi, Skretaris (wawancara dengan Bapak Azhari, Kepala Umum BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas, Bidang Program PUBM, pada tanggal 11 pada tanggal 14 April 2013). Dengan April 2013). memperbaiki akses jalan menuju lokasi maka Pengadaan paket wisata dengan akan mempermudah pengunjung menuju membuat rencana paket wisata diharapkan lokasi. Pada saat ini program perbaikan akses dapat menambah nilai positif dalam bidang jalan dan jembatan menuju lokasi Cagar pendidikan, kebudayaan dan ekonomi. Paket Budaya Gua Napalicin masih dalam proses wisata disusun berdasarkan potensi saat ini yang dikerjakan oleh Dinas PUBM yang harus dikembangakan sedangkan (wawancara dengan Bapak M. Ujang pengembangan paket wisata lainnya, dapat Fachrizal selaku Skretaris Umum Dinas dilakukan dilakukan kemudian dengan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Musi melakukan kerjasaama dengan biro perjalanan Rawas, pada tanggal 4 Februari 2013). wisata dimana paket wisata tesebut terdapat Perbaikan jalan dan jembatan menuju beberapa komponen pariwisata yang lokasi Cagar Budaya Gua Napalicin masih dirangkai menjadi satu paket dan dijual dalam dalam proses. Tahapan yang sudah dilakukan satu kesatuan harga. Hasil produk dari paket adalah pemilihan, pengerasan dan wisata akan dijual oleh agen perjalanan wisata (wawancara dengan Ibu Rosdiana, Kepala (kano) mengikuti alur Sungai Rawas. Ini Bidang Pariwisata Disbudpar Kab. Musi memberikan pengalaman yang baru bagi Rawas, pada tanggal 5 Februari 2013). wisatawan “ (brosur Musi Rawas). Kegiatan pemanfaatan cagar budaya Pemasangan papan himbauan yang berisi dengan menjadikan cagar budaya sebagai menghimbau masyarakat untuk bersama sama objek wisata yang dilakukan oleh Pemerintah melestarikan Cagar Budaya Gua Napalicin. Daerah Kabupaten Musi Rawas dapat Mempromosikan Objek Wisata Gua membantu menyebarluaskan informasi Napalicin pada saat event-event yang mengenai Cagar Budaya Gua Napalicin. diselenggarakan di Kabupaten Musi Rawas Kegiatan pemanfaatan ini dapat bernilai seperti the Exiting of Sumatera, Musi Rawas ekonomi yang akan menambah pemasukan Open 2009, Sumatera Expo serta daerah serta sebagai upaya meningkatkan menyediakan website yang dapat di akses apresiasi masyarakat mengenai Cagar (wawancara dengan Bapak Haman Kepala Budaya. Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Kegiatan selanjutnya dalam upaya Pariwisata Kabupaten Musi Rawas, pada pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin tanggal 4 Februari 2013). adalah dengan mempublikasian Objek Wisata Cagar Budaya Gua Napalicin bernilai Gua Napalicin yang dilakukan oleh Dinas penting bagi ilmu pengetahuan khususnya Kebudayaan dan Pariwisata serta Dinas untuk peserta didik dalam memperkenalkan Pendidikan. Publikasi dan pelayanan peninggalan bersejarah. Aset wisata dan informasi mudah didapat oleh para wisatawan tempat bersejarah di Kabupaten Musi Rawas melalui pusat pelayanan informasi maupun seperti Gua Napalicin dan Danau Raya publikasi di tempat umum. Kegiatan-kegiatan disampaikan secara interaktif kepada siswa promosi yang perlu diperhatikan adalah dalam pembelajaran Seni Budaya dan Ilmu sebagai berikut : Pengetahuan sosial. Guru-guru SD 1. Optimalisasi usaha advertasi yang Kecamatan Ulu Rawas dan Rawas Ulu menjangkau banyak orang melalui mass memiliki kewajiban secara profesional untuk media seperti surat kabar, majalah, televisi menyampaikan cerita, mitos, legenda yang dan radio ada di daerah setempat kepada para murid 2. Optimalisasi desain alat bantu (sales, dalam pelajaran di sekolah. Bentuk suport) peningkatan pemasaran berupa keterkaitannya diadakan lomba tentang cerita brosur, booklet, leaflet, folder, peta dan tutur legenda yang dilakukan disetiap audio visual berupa film dan informasi peringatan Hari Pendidikan Nasional yaitu lainnya pada tanggal 2 Mei untuk kemudian 3. Optimalisasi kegiatan hubungan dilanjutkan mengikuti lomba di tingkat masyarakat (public Relation) melalui provinsi di Kota Palembang (wawancara kegiatan pers, mengundang trevel writer, dengan Bapak Harun Muhammad, Skretaris tour operator dan mengikuti event Umum Dinas Pendidikan, pada tanggal 10 4. Optimalisasi atraksi wisata dan olahraga di April 2013). objek wisata rutin yang bersekala regional Kegiatan pempublikasian yang maupun nasional sehingga secara tidak dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan langsung turut mempromosikan destinasi Kebudayaan dan Pariwisata merupakan salah wisata (Laporan Akhir Dinas Kebudayaan satu upaya untuk melestarikan Cagar Budaya dan Pariwisata Kabupaten Musi Rawas : Gua Napalicin. Dengan kegiatan 2011:V-12). pempublikasian dapat menambah wawasan Pempublikasian yang dilakukan masyarakat luas mengenai warisan budaya terhadap Cagar Budaya Gua Napalicin yaitu yang bernilai penting bagi ilmu pendidikan, dengan cara mempromosikan melalui brosur sejarah dan kebudayaan. yang disebar ke daerah-daerah. “Gua Bentuk perlindungan yang dilakukan Napalicin adalah Gua yang terdiri dari oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata stalagmit dan stalagtit. Untuk menuju gua terhadap Cagar Budaya Gua Napalicin adalah tersebut anda membutuhkan kapal kecil dengan menerapkan peraturan yang berlaku seperti yang tercantum pada Peraturan Daerah sosial budaya masyarakat dapat menimbulkan (Perda) No.2 tahun 1993 tentang Peruntukan masalah baru berkaitan dengan upaya Kawasan Pariwisata Cagar Budaya Gua pelestarian. Perubahan lingkungan alam Napalicin. Pasal 7: 1. Merusak lingkungan seperti perubahan bentuk batu yang ada di tapak kawasan wisata seperti menebang dalam Gua Napalicin akibat dari pengikisan pohon-pohon yang dipelihara, mengambil air membuat batu menggalami perubahan. atau merusak benda-benda, menulis atau Untuk mencegah terjadinya perubahan yang mencoret-coret dinding baik di dalam maupun disebabkan oleh alam maka diadakannya di luar gua. 2. Merubah fungsi atau status kegiatan pemugaran terhadap cagar budaya penggunaan tanah daerah-daerah yang agar dapat tetap dilestarikan tanpa berbatasan langsung dengan tapak kawasan menghilangkan keasliannya (wawancara wisata tanpa seizin Bupati Kepala Daerah. dengan Bapak Haman Kepala Bidang Pasal 9: 1. Barang siapa melanggar ketentuan- Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Daerah ini Pariwisata, pada tanggal 4 Februari 2013). diancam dengan pidana kurungan selama- Pemugaran yang dilakukan oleh Dinas lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi- Kebudayaan dan Pariwisata terhadap Cagar tingginya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu Budaya Gua Napalicin adalah dengan rupiah). 2. Tindak pidana sebagaimana melakukan perkuatan kontruksi bahan agar dimaksud ayat (1) pasal ini adalah bangunan kuat dan tidak punah serta dapat pelanggaran (Perda Kab. Musi Rawas No.2 berumur panjang. Kegiatan pemugaran tahun 1993). dilakukan setiap 10 tahun sekali atau sesuai Menurut Bapak Haman selaku Kepala dengan keadaan bangunan atau benda tersebut Bidang Kebudayaan menyebutkan bahwa (wawancara dengan Bapak Haman Kepala “terdapat 7 orang warga Desa Napalicin yang Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan ditugaskan untuk mengamankan dan Pariwisata Kabupaten Musi Rawas, pada bertanggung jawab atas Cagar Budaya Gua tanggal 4 Februari 2013). Kegiatan Napalicin. Mereka dapat melaporkan pemugaran merupakan salah satu upaya peristiwa yang terjadi mengenai Cagar dalam pelestarian cagar budaya. Kegiatan Budaya Gua Napalicin” (wawancara dengan pemugaran yang dilakukan oleh Dinas Bapak Haman Kepala Bidang Kebudayaan Kebudayaan dan pariwisata terhadap Cagar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada Budaya Gua Napalicin dilaksanakan setiap 10 tanggal 4 Februari 2013). tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan agar Dengan adanya Peraturan Daerah Cagar Budaya Gua Napalicin dapat berumur No.2 tahun 1993 tentang Peruntukan panjang sehingga dapat diwarisi oleh generasi Kawasan Pariwisata Gua Napalicin dapat penerus sebagai warisan budaya bangsa. membuktikan bahwa kawasan wisata Cagar Berdasarkan hasil data yang telah Budaya Gua Napalicin memiliki dasar hukum diperoleh peneliti maka dapat diketahui sehingga mendapatkan perlindungan. Adanya bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Musi pengawasan langsung dari beberapa warga Rawas dalam upaya pelestarian Cagar Budaya Desa Napalicin yang telah dipercayai untuk Gua Napalicin yaitu dengan melakukan bertanggung jawab terhadap keamanan Cagar beberapa kegiatan seperti pemanfaatan Budaya Gua Napalicin dapat menambah nilai (dengan menjadikan Gua Napalicin sebagai dan pengawasan ketat terhadap Cagar Budaya Objek Wisata yang dilakukan dengan Gua Napalicin. berbagai upaya dan dilaksanakan oleh SKPD Pemugaran adalah upaya yang terkait), pempublikasian, perlindungan pengembalian kondisi fisik Benda Cagar dan pemugaran. Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Dalam kegiatan pemanfaatan Cagar Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai Budaya Gua Napalicin, Pemerintah Daerah dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan Kabupaten Musi Rawas menjadikan Cagar teknik pengerjaan untuk memperpanjang Budaya Gua Napalicin sebagai objek wisata usianya (UU No.11 Tahun 2010 pasal 1). dengan menyediakan sarana dan prasarana Perubahan lingkungan alam dan dinamika penunjang seperti perbaikan akses jalan dan jembatan, memberikan penerangan lampu dan bernilai penting bagi sejarah, ilmu membuat rencana paket wisata. Program pengetahuan dan budaya. pengadaan lampu jalan belum berfungsi dengan maksimal, dikarenakan arus listrik SIMPULAN belum terhubung pada Kecamatan Ulu Berdasarkan dari hasil dan Rawas. Program pengadaan paket wisata pembahasan yang peneliti lakukan, maka seperti membuat perencanaan paket wisata dapat disimpulkan bahwa peran Pemerintah diharapkan dapat menambah nilai positif Daerah Kabupaten Musi Rawas dalam dalam kegiatan pemanfaatan cagar budaya pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin sebagai objek wisata. dapat dilihat dari berbagai upaya atau Proses kegiatan pempublikasian kegiatan. Berbagai kegiatan pelestarian Cagar mengenai Cagar Budaya Gua Napalicin Budaya tersebut dilakukan oleh SKPD dilakukan baik secara langsung maupun tidak (Satuan Kerja Perangkat Desa) yang terkait. langsung. Secara langsung yaitu seperti Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Musi pemanfaatan kesermpatan untuk melakukan Rawas dalam pelestarian Cagar Budaya Gua penyebaran informasi ketika ada event atau Napalicin diantaranya adalah kegiatan kegiatan tentang kebudayaan dan pariwisata, pemanfataan, pempublikasian, perlindungan sedangkan upaya pempublikasian secara tidak dan pemugaran. langsung yaitu seperti memuat informasi pada Dalam kegiatan pemanfaatan yaitu media masa dan elektronik. dengan menjadikan Cagar Budaya Gua Kegiatan selanjutnya adalah upaya Napalicin sebagai objek wisata. Untuk perlindungan Cagar Budaya Gua Napalicin menjadikan Cagar Budaya Gua Napalicin agar tidak mengalami kepunahan sehingga sebagai objek wisata maka Pemerintah dapat tetap diwarisi kepada generasi penerus. Daerah Kabupaten Musi Rawas menyediakan Dalam kegiatan perlindungan Cagar Budaya sarana dan prasarana penunjang. Sarana dan Gua Napalicin yang dilakukan oleh prasarana penunjang tersebut adalah seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas memperbaiki akses jalan dan jembatan serta adalah dengan menerapkan beberapa memberikan penerangan jalan menuju lokasi peraturan yang telah terkandung dalam Cagar Budaya Gua Napalicin dan membuat Peraturan Daerah No.2 tahun 1993 tentang rencana paket wisata. Dalam dunia Peruntukan Kawasan Pariwisata Cagar pendidikan, Dinas Pendidikan menghimbau Budaya Gua Napalicin. Dengan adanya kepada para guru di sekolah untuk Peraturan Daerah No.2 tahun 1993 tersebut memanfaatkan cagar Budaya Gua Napalicin dapat membuktikan bahwa Cagar Budaya baik mengenai legenda maupun benda-benda Gua Napalicin dilindungi secara hukum. bersejarahnya kepada siswa-siswi khususnya Kegiatan pemugaran yang dilakukan Sekolah Dasar (SD). oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pempublikasian tentang Cagar Budaya terhadap Cagar Budaya Gua Napalicin Gua Napalicin kepada masyarakat luas baik sebagai salah satu upaya Pemerintah Daerah melalui media cetak seperti brosur maupun Kabupaten Musi Rawas dalam pelestarian elektronik seperti internet dan televisi dan Cagar Budaya Gua Napalicin adalah dengan melalui kegiatan tertentu. kegiatan yang melakukan perkuatan kontruksi bahan dimaksud adalah seperti kegiatan mengenai bangunan. kebudayaan dan pariwisata serta menghimbau Kegiatan pemugaran dilakukan setiap kepada seluruh masyarakat untuk bersama- 10 (sepuluh) tahun sekali dan sesuai dengan sama melestarikan Cagar Budaya Gua keadaan bangunan atau benda tersebut. Napalicin seperti melalui papan himbauan Kegiatan pemugaran dilakukan dengan tujuan dan pengadaan penyuluhan yang dalam agar bangunan dari benda- benda bersejarah pelaksanaanya dilakukan oleh Dinas dapat tetap kuat dan tidak mengalami Kebudayaan dan Pariwisata. Dunia kepunahan serta dapat berumur panjang pendidikan, para guru khususnya pada sehingga dapat diwarisi pada generasi penerus Sekolah Dasar (SD) memberikan informasi bangsa sebagai kekayaan budaya yang mengenai keberadaan Cagar Budaya Gua Napalicin dalam mata pelajaran di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Pemberian informasi atau ilmu pengetahuan Ali, Muhamad, 1985. Strategi Penelitian mengenai Cagar Budaya Gua Napalicin, Pendidikan. Bandung : Angkasa. dilakukan secara lisan tanpa tertulis. Tujuan para guru memberikan informasi mengenai Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Cagar Budaya Gua Napalicin adalah agar para Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. siswa mengetahui akan kekayaan budaya di : PT. Rineka Cipta. daerahnya dan diharapkan dapat membantu Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, melestarikan Cagar Budaya Gua Napalicin Teknik Penelitian Kebudayaan sebagai warisan budaya yang bernilai penting Ideologi, Episternologi dan Aplikasi. bagi ilmu pengetahuan, sejarah dan Yogyakarta. Pustaka Widyatama. kebudayaan. Melakukan kegiatan perlindungan Koentjaraningrat. 1993. Metode Penelitian terhadap Cagar Budaya Gua Napalicin Masyarakat. Jakarta : Gramedia sebagai upaya pelestarian yang dilakukan oleh Pustaka Utama. Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas adalah dengan menerapkan beberapa Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian peraturan yang berlaku tentang pelanggaran Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah yang terjadi di kawasan wisata dan budaya. Mada Universty Pers.

Peraturan yang dimaksud adalah seperti Nasir, Muhamad. 2009. Metode Penelitian. peraturan yang terdapat pada Peraturan Medan : Ghalia Indonesia. Daerah Musi Rawas No.2 tahun 1993 tentang Peruntukan Kawasan Pariwisata Cagar Moleong, 1998. Metodelogi Penelitian Budaya Gua Napalicin. Dalam hal ini Kualitatif. Jakarta : Rajawali. penanganan lebih lanjut diberikan kepada pihak yang berwajib yaitu pihak kepolisian. Singaribun, Masri. 1989. Metode Penelitian. Kegiatan selanjutnya dalam upaya Jakarta : LP3 ES. pelestarian Cagar Budaya Gua Napalicin yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten PP Nomor 25. 2000. Tentang Kewenangan Musi Rawas adalah dengan melakukan Daerah Yang Berkaitan Dengan kegiatan pemugaran. Dalam kegiatan Benda Cagar Budaya, Jakarta : pemugaran yaitu seperti memperbaiki kondisi Depdikbud. bahan bangunan yang sudah mengalami Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologo kerusakan atau perubahan bentuk. Kerusakan Riset. Jakarta ; Fajar Agung. atau perubahan bentuk bangunan bersejarah disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor Surakhmad, Winarno. 1987. Dasar-Dasar lingkungan dan faktor alam. Kegiatan dan Teknik Riset Pengantar pemugaran ini bertujuan untuk melestarikan Metodologi Ilmiah. Bandung : Cagar Budaya Gua Napalicin agar tidak Angkasa. mengalami perubahan bentuk ataupun mengalami kepunahan. Kegiatan pemugaran Sugino. 2010. Metode Penelitian Pendekatan terhadap cagar budaya dapat menjadikan kuantitatif, Kualitatif dan R&D. benda-benda bersejarah berumur panjang Bandung : Alfabeta. sehingga peninggalan-peninggalan bersejarah seperti Cagar Budaya Gua Napalicin dapat UU RI Nomor 5. 1992. Tentang Benda tetap diwariskan kepada generasi penerus. Cagar Budaya. Jakarta : Depdikbud. Cagar budaya Gua Napalicin merupakan warisan kebudayaan yang memiliki nilai UU RI Nomor 11. 2010. Tentang Cagar penting bagi sejarah, kebudayaan dan ilmu Budaya. Jakarta : Depdikbud. pengetahuan sehingga perlu untuk tetap dilestarikan oleh semua pihak seperti UUD 1945 amandemen ke IV. 2002. Tentang pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Daerah, Solo :Sendang. UU RI Nomor 32. 2004. Tentang Pemerintah Wawancara dengan Bapak M. Ujang Daerah, Direktorat Jendral Otonomi Fachrizal 52 tahun. Pada tanggal 4 Daerah. Februari 2013

Surat Keterangan Nomor 556/15/Budpar. Wawancara dengan Bapak Alfendi 48 tahun. 2013. Penetapan Cagar Budaya. Pada tanggal 17 Desember 2012 Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas Dinas Kebudayaan dan Wawancara dengan Bapak Haman Santoso 50 Pariwisata tahun. Pada tanggal 4 Februari 2013

Budhi, Purwo. 2007. Benda Cagar Budaya dan Pelestariannya. http://Indonesiaku Wawancara dengan Bapak Gamal Abdul Benda Cagar Budaya Dan Nasir, 48 tahun. Pada tanggal 8 Pelestarianya. Html. diakses pada Februari 2013 tanggal 5 Juni 2013 pukul 11.30 WIB Wawancara dengan Bapak Daud 52 tahun. Perda Nomor 2. 1993. Peruntukan Kawasan Pada tanggal 7 Februari 2013 Pariwisata Gua Napalicin. Kabupaten Musi Rawas Wawancara dengan Bapak Subardi, 49 tahun.

Siswanto. 2007. Berkala Arkeologi. Pada tanggal 14 April 2013 http://Pariwisata dan Pelestarian Warisan Budaya. html. diakses pada Wawancara dengan Bapak Azhari 47 tahun. tanggal 12 Juni 2013 pukul 13.30 WIB Pada tanggal 11 April 2013

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Wawancara dengan Bapak Harun Muhammad Laporan Akhir Dinas Kebudayaan dan 52 tahun. Pada tanggal 10 April 2013 Pariwisata. Kabupaten Musi Rawas

Wawancara dengan Bapak M. Zainal 63 Wawancara dengan Ibu Rosdiana 48 tahun. tahun. Pada tanggal 10 Februari 2013 Pada tanggal 5 Februari 2013