Putu Prana Darana – Trilogi Blambangan 1

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Putu Prana Darana – Trilogi Blambangan 1 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karya : Putu Praba Drana Dibuat ebook berdasarkan DJVU yang di scan oleh BBSC yang dapat di download di Djvu 01 dan Djvu 02 Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewi.0fees.net/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ BUKU KE SATU KATA PENGANTAR Semenanjung Blambangan adalah semenanjung timur di Pulau Jawa dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Jawa bahkan Indonesia. Namun dalam sejarahnya Blambangan memang memiliki kisah-kisah unik yang terlepas dari pengaruh Mataram, sehingga seolah terpisah dari sejarah Jawa. Semenanjung Blambangan kini lebih dikenal dengan sebutan Banyuwangi. Berbagai pengaruh masuk ke wilayah ini, sehingga membentuk Banyuwangi dalam warna budaya seperti sekarang. Pada zaman Bhree Wirabhumi negeri ini dipasok senjata dan sukarelawan oleh Cina untuk melawan pengaruh Majapahit. Maka tidak mustahil terjadi kontak budaya. Hubungan dekatnya dengan Bali pun membuat suatu kultur yang seolah bukan Jawa. Selain itu, sebagai kota pelabuhan terbesar nomor dua di Jawa Timur saat itu, Blambangan pasti tak luput dari jamahan pengaruh asing. Wilayah ini—seperti juga wilayah-wilayah budaya lainnya—bisa tumbuh dan mengembangkan warna budaya karena sanggup membentuk suatu tata pemerintahan yang mapan, tak lepas dari pergulatan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Masa lalu Blambangan kini tinggal mitos dan legenda, seperti juga masa lalu kerajaan-kerajaan lain di Jawa. Salah satu tokoh legendaris yang punya realitas yang kuat dalam sejarah Blambangan, dan kini masih menjadi pujaan di wilayah itu, adalah Wong Agung Wilis, tokoh kisah ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Selama ini sebagian besar novel sejarah mengambil Mataram dan Majapahit sebagai latar belakang cerita. Tanah Semenanjung karya Putu Praba Darana mengetengahkan kisah di bagian timur Pulau Jawa dengan latar belakang sejarah Blambangan, yang merupakan bagian dari suatu integral, yaitu sejarah Jawa khususnya dan sejarah Indonesia umumnya. Penerbit Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ I. KEMBALI DARI LAGA Neraka itu sudah tertinggal jauh.—Surabaya. Dan kini mereka menuju ke bumi kelahiran, setelah empat tahun ikut perang di Surabaya; Perang selamanya merupakan aniaya. Namun diperlukan untuk mempertahankan kehormatan, membendung kerakusan manusia lainnya, dan banyak alasan lain. Umbul Songo, pemimpin laskar darat Blambangan itu, berulang menoleh ke belakang untuk mengetahui keadaan anak buahnya. Ah... jumlah mereka tinggal separuh. Yang lain sudah punah dimakan meriam kompeni Belanda. Tiba-tiba lamunan menyeretnya kembali pada Tumenggung Surabaya, Adipati Ngabehi Sawunggaling. — Muda. Perkasa!—Berapa kira-kira usia adipati itu? Belum lebih dari dua puluh lima tahun. Semuda itu mampu menciptakah neraka bagi VOC maupun Mataram. Sahkan juga bagi sekutu Mataram lainnya. Kini adipati itu telah gugur^ersama cita-citanya yang luhur. Pemuda yang mampu membuat hampir semua perwira kompeni putus asa. Bahkan mampu mewariskan semangat tinggi bagi segenap kawulanya. Dan kini ia tetap tinggal hidup dalam hati Umbul Songo. Dengan melamun kelelahan agak terlupakan. Hanya kadang-kadang saja Umbul Songo memperhatikan jalan di depannya. Lebih sering memperhatikan panorama cantik di kiri-kanan jalan, ada akar yang tergantung di ranting-ranting pohon, ada sarang lebah... Ah, Pencipta Alam sungguh mahabesar. Keindahan yang tak mungkin diciptakan manusia tanpa anugerah Hyang Maha Dewa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Peperangan tinggal merupakan kenangan pahit. Tapi juga pelajaran mahal. Peperangan telah membuat mereka seperti baja. Juga menjadi lebih trampil menggunakan senjata-senjata yang sebelumnya tidak pernah mereka jamah. Lamunannya tiba-tiba terhenti oleh mendekatnya kuda Teposono. "Ada apa?" tanya Umbul Songo pada wakilnya itu. "Kita perlu istirahat," Teposono menjawab lunglai. Wajahnya sayu, garis ketuaan membayang samar. Teposono menyadari ia mulai tua. Sedang Umbul Songo masih kelihatan kuat. Perang malah menyegarkan jiwanya. "Pasukan sudah lelah?" "Kuda pun sudah lelah," Teposono menegaskan. Umbul Songo mendengus. Kembali menoleh. Dan... mendadak ia memerintahkan pasukannya berhenti. Perintah itu disambung oleh tiap pimpinan pasukan. Para prajurit segera mencari tempat untuk bersantai. Ada yang mencari air. Ada yang langsung melempar diri ke tempat teduh dengan tanpa peduli debu masih mengotori tubuhnya. Di bagian lain Baswi, seorang perwira muda dari pasukan penempur, mendekati salah seorang anak buahnya. Sambil berjalan Baswi melihat anak buahnya berbincang dalam istirahat be-riung-riung. Berbagai masalah berkecamuk di dada mereka. Tidak kurang-kurang yang takut kehilangan kesetiaan istri mereka, karena tidak bersambung berita. Ada... yang... ah... macam-macam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bagi Baswi, Tumpak, seorang anak buahnya yang sedang ia dekati, mengesankan. Betapa tidak! Anak itu pernah menangis menghadapi hujan kanon Belanda di dekat Bangil. Dan mereka semua merasa itu adalah pengalaman pahit yang pertama. "Tumpak..." sapa Baswi lirih. "Ya... Tuan," Tumpak menoleh. "Ada perintah baru?" "Ha... halia... ha!" Meledak suara tawa Baswi. "Kenapa Tuan tertawa?" "Lucu sekali, kau sekarang menjadi orang gagah berani." "Ya, dulu hamba masih belum terlatih. Hamba hanya ingin mewakili Ayah yang sudah tua." Tumpak tersipu- sipu. "Kekasihmu tentu bangga menjemputmu." Wajah Tumpak memerah mendengar itu. "Ah... Tuan, ada-ada saja." "Cinta adalah bagian dari hidup. Kenapa malu, Tumpak?" "Tapi... belum pernah sempat bercinta...." Baswi mengangguk-angguk. Ia memaklumi Tumpak memang terlalu muda waktu masuk laskar dulu. Bahkan ia hampir menolak Tumpak ditempatkan di pasukannya. Karena bisa menjadi beban belaka. Namun kala ia merencanakan merebut sebuah meriam Belanda di seberang Sungai Porong, Tumpak memaksa ikut. Dan anak muda itu membuktikan diri tak pernah menangis lagi. Tumpak pernah mendapat pelajaran dari Daeng Sampala, pemimpin laskar Makasar yang bergabung dengan Surabaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kenapa belum sempat?" Baswi mencari bahan. Tumpak tergagap. Tak tahu bagaimana menjawab. Baswi tersenyum. "Orang muda seperti kita selalu mencari kesempatan untuk bercinta. Dan bila sudah mendapatkannya, orang tak akan pernah lupa lagi. Namun sayang, tidak sedikit karena sudah mendapat cinta orang menjadi pengecut." "Orang begitu selalu menghindari maut, bahkan tidak jarang yang melalaikan tugas," sahut Tumpak ketus. "Contoh sudah banyak sekali, Tuan. Biasanya orang celaka karena cinta." "Kau benar," sambung Baswi. "Mereka yang lalai itu salah. Gila dan buta...," kata Baswi sambil mengambil tempat di rerumputan. Sebentar kemudian ia melanjutkan. "Namun cinta itu tak terbatas pada kekasih, istri. Aku berangkat ke Surabaya ini karena cinta negeri. Kau cinta bapamu. Kau tak rela bapamu menjadi umpan pelor Belanda. Bukankah begitu, Tumpak?" "Ya... ya... Tuan." "Sekali lagi cinta adalah sebagian dari hidup. Maka orang tak akan pernah lepas daripadanya. Para dewa di langit pun terpaut oleh urusan cinta ini." Kini Tumpak mengangguk-angguk. "Teman-temanmu ada yang nekat menggunakan kesempatan dalam kesempitan ini untuk bercinta. Tanpa mengingat gadis atau janda. Islam atau agama Ciwa. Dan batasan itu menjadi kabur." Tumpak tersenyum. Sudut hatinya terdalam tersentuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sekarang aku melihat seleret kekecewaan dalam hati mereka. Tapi aku tak dapat menolong. Dengan jalan apa pun. Kecuali mereka bersedia tinggal di Surabaya." Baswi berhenti lagi sambil mengawasi pemuda kesayangannya itu. Dan dengan tergagap Tumpak buru- buru menjawab : "Ah... Tuan, semua memaklumi. Sebagai laskar harus patuh pada atasannya. Kehadiran kita di Ibukota nanti akan membawa kesegaran baru. Karena tak lagi terganggu oleh perang." Karena tak lagi terganggu oleh perang? Baswi mengulang dalam hati. Ah, ternyata hampir setiap orang takut mati. Atau dia belum dengar tentang Blambangan sekarang? Ibukota sudah dipindahkan dari Wijenan ke Lateng. Dan Gusti Macana-pura telah diganti oleh Gusti Purba. Yah... Tum-pak tak mengerti di Blambangan ada peralihan kekuasaan____ Memang peralihan kekuasaan di Blambangan tak sampai ke telinga para prajurit yang sedang bertempur. Juga pemindahan ibukota. Namun keheranan merayapi relung hati mereka kala di Pa-narukan iring-iringan tidak berbelok ke Wijenan. Jalan yang mereka lalui dibangun sejak zaman Majapahit. Dan pernah dilalui oleh Hayam Wu-ruk waktu anjangkarya. Namun baik Baswi maupun anak buahnya tidak pernah mengetahui sejarah jalan itu. Juga tidak mengetahui bahwa keadaannya masih tetap seperti semula. Yang paling celaka lagi adalah ketidaktahuan mereka tentang korban dalam pembuatan jalan itu. Tawanan perang dari negeri-negeri yang memberontak terhadap tirani Majapahit telah dikerahkan dalam pembangunan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jalan itu. Kekalahan harus mereka bayar dengan mahal sekali. Menjadi budak, menebang hutan di bawah pengawasan ujung senjata laskar Majapahit. Di antara mereka ada juga laskar Blambangan sendiri. Hampir semua budak-budak itu mati kelaparan seperti anjing kurap di tengah hutan. Lamunan Baswi pudar kala tiba-tiba Tumpak memberi tahu bahwa ia dipanggil Umbul Songo. Ia bangkit dan bergegas ke tempat Umbul Songo dikelilingi oleh para perwira lainnya. Umbul Songo duduk di bawah pohon besar dan rindang, beralaskan akar pohon itu sendiri, sedang berhadapan dengan wakilnya, Teposono. Sardola, perwira pasukan meriam dan cetbang, duduk di tanah dengan tanpa alas di sebelah kiri Umbul Songo. Di sebelah
Recommended publications
  • Illicit Arms in Indonesia
    Policy Briefing Asia Briefing N°109 Jakarta/Brussels, 6 September 2010 Illicit Arms in Indonesia activities. Recruitment by jihadis of ordinary criminals in I. OVERVIEW prisons may also strengthen the linkage between terror- ism and crime in the future. A bloody bank robbery in Medan in August 2010 and the discovery in Aceh in February 2010 of a terrorist training There are four main sources of illegal guns in Indonesia. camp using old police weapons have focused public at- They can be stolen or illegally purchased from security tention on the circulation of illegal arms in Indonesia. forces, taken from leftover stockpiles in former conflict These incidents raise questions about how firearms fall areas, manufactured by local gunsmiths or smuggled into criminal hands and what measures are in place to stop from abroad. Thousands of guns acquired legally but later them. The issue has become more urgent as the small groups rendered illicit through lapsed permits have become a of Indonesian jihadis, concerned about Muslim casualties growing concern because no one has kept track of them. in bomb attacks, are starting to discuss targeted killings as Throughout the country, corruption facilitates the circula- a preferred method of operation. tion of illegal arms in different ways and undermines what on paper is a tight system of regulation. The Indonesian government could begin to address the problem by reviewing and strengthening compliance with procedures for storage, inventory and disposal of fire- II. GUN CONTROL IN INDONESIA arms; improved vetting and monitoring of those guarding armouries; auditing of gun importers and gun shops, in- At the national level, Indonesia takes gun control seriously.
    [Show full text]
  • L'artillerie Légère Nousantarienne. a Propos De Six Canons Conservés Dans Des Collections Portugaises Pierre-Yves Manguin
    L’artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises Pierre-Yves Manguin To cite this version: Pierre-Yves Manguin. L’artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises. Arts Asiatiques, École française d’Extrême-Orient, 1976, 32 (1), pp.233 - 268. 10.3406/arasi.1976.1103. halshs-02509117 HAL Id: halshs-02509117 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02509117 Submitted on 16 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. Arts asiatiques L'artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises Pierre-Yves Manguin Citer ce document / Cite this document : Manguin Pierre-Yves. L'artillerie légère nousantarienne. A propos de six canons conservés dans des collections portugaises. In: Arts asiatiques, tome 32, 1976. pp. 233-268; doi : https://doi.org/10.3406/arasi.1976.1103 https://www.persee.fr/doc/arasi_0004-3958_1976_num_32_1_1103 Fichier pdf généré le 20/04/2018 L'ARTILLERIE LÉGÈRE NOUSANTARIEME A PROPOS DE SIX CANONS CONSERVÉS DANS DES COLLECTIONS PORTUGAISES > par Pierre-Yves MANGVIN Lors d'une visite à Macao en 1973, j'eus la surprise de découvrir dans une salle du Musée Luis de Gamôes un très beau spécimen de canon (pièce F).
    [Show full text]
  • Museum Senjata Ditambak Sari Surabaya
    TUGAS AKHIR MUSEUM SENJATA DITAMBAK SARI SURABAYA Oleh: Nama Rinaldi Mirsa No. Mhs. : 93 340 063 NIRM. : 930051013116120061 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 1999 HALAMAN PENGESAHAN ZUQAS AMIR MUSOtM SWUZA m Cambak Sari SUBAMVA Disusun oleh : RINALDI MIRSA No Mhs: 93 340 063 NIRM: 930051013116120061 Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal: Yogyakarta, 24 Febuari 1999 Oleh: Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II (Ir. SUPARWOKO, MURP ) (Ir. HANIF BUDIMAN Mengetahui: KETUA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCAN, ^--^. UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA, ^1 t s* J 4 1 1 r 5 hi 1 1 1 1 I s 1 v *3 > to 8 f ^ "I J d KATA PtflNGANTAR Assaiamu alaikum Wr. Wb, Alkhamdulillahirabbiralaiiiin. puji dan syukur kehadirat Allali penulis panjatkan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehinnga dapat mcnyelesaikan skripsi iui yangberjudul: MUSEUM SENJATA di SURABAYA Tahapan penuli«an ini adalah sebagai salah satu rangkaian dalani menempuh Tugas Akhir (TA) pada Jurusan Teknik Arsitekhir, Fakultas Tekaik Sipil dan Pereiieanaan Umversitas Islam Indonesia Yogyakarta sebagai syarat iintuk menempuh jenjang SI. Penyelesaian Tusas Akhir ini telah banyak bantuan, biinbin.ean serla arahan dart berbagai prbak jadi pada kesesnpahui nu penults mgin menvampaikan rasa ierimakasih yang sebesar besarnya kepacla.: 1. Bapak Ir. Suparwoko. Ml IRP. seiaku Dosen pembimbing J. 2. Bapak Ir. Hanif Budiman, seiaku Dosen pembimbins? II. 3. Bapak Ir. Murichi REddres, MAixh, .seiaku Ketua Jurusan Teknik Arsilektur Universitas Islam Indonesia. 4. Sfaf pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan yang ielah banvak membenkan ilnm kepada penulis selamn menempuh studi pada fakultas teknik sipil dan pereiieanaan, Universitas islam Indonesia.
    [Show full text]
  • Mysticism Elements in the Use of Firearm Technology in the Manuscript on Firearms
    HUMANIORA VOLUME 27 No. 3 Oktober 2015 Halaman 373-383 MYSTICISM ELEMENTS IN THE USE OF FIREARM TECHNOLOGY IN THE MANUSCRIPT ON FIREARMS Pramono* Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah** Herry Nur Hidayat*** ABSTRACT: In the realm of Malay manuscript researches, the aspect of technology has been given little attention to be researched in a serious and specific manner. Even less is the study focused on the correlation between the Malay technology and Islamic civilization. This article seeks to shed light on the matter and discusses the Malay technology dealing with the use of hand-held firearms which was possibly inherited from the Islamic sources found in the Malay manuscripts. In particular, this article tries to analyse the mysticism elements which seems to be the underlying idea of the indigenous knowledge of firearm technology. The knowledge of such technology and its application are believed to have been practiced by individuals or groups of individuals in the Malay civilization till the 19th mid-century. Keywords: firearms, indigenous knowledge, Malay manuscript, Malay technology, Mysticism ABSTRAK Dalam khazanah penelitian manuskrip Melayu, aspek teknologi masih minim dijadikan objek kajian yang khusus dan serius. Terlebih lagi, kajian yang difokuskan pada hubungan teknologi Melayu dengan peradaban Islam. Artikel ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan kajian tersebut. Artikel ini membahas teknologi bangsa Melayu dalam hal penggunaan senjata api atau “bedil” (senapan) yang kemungkinan diwarisi dari sumber Islam; dengan bersumber dari manuskrip Melayu. Secara khusus, tulisan ini menganalisis unsur-unsur tasawwuf yang menjadi dasar pemikiran dalam teknologi ilmu bedil. Pengetahuan mengenai teknologi dan aplikasinya diyakini telah dipraktikkan oleh individu tertentu atau sekelompok individu dalam kebudayaan Melayu sampai pertengahan abad ke-19.
    [Show full text]
  • Museum & Monumen TNI Angkatan Laut
    Museum & Monumen TNI Angkatan Laut i MUSEUM DAN MONUMEN ANGKATAN LAUT ANGKATAN LAUT DINAS PENERANGAN ANGKATAN LAUT 2019 ii Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut iii iv Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut v Tim Penyusun Penanggung Jawab Mohamad Zaenal, S.E., M.M., M.Soc.Sc. Laksamana Pertama TNI Pengarah Kolonel Laut (E) Nevy Dwi Soesanto, S.T., CHRMP. Ketua Tim Penyusun Kolonel Laut (KH) Drs. Syarif Thoyib, M. Si. Wakil Ketua Letkol Laut (KH) Drs. Heri Sutrisno, M.Si. Anggota Letkol Laut (KH) Suratno, S.S., M.M. Letkol Laut (KH/W) Iin Perwiyati, S.Pd., MAP. Mayor Laut (KH/W) Jurniah Kapten Laut (P) Petrus Jayanta P Lettu Laut (KH) Dharma Hartono, S.Hum. Lettu Laut (P) Wahyu Prasetyo Letda Laut (P/W) Yose Darmawita, S.E. Kopda TTU Anggara Penda IV/A Adi Patrianto Singgih, S.S. Penda III/A R. Roro Erna R. Creative Designer : Lettu Laut (E) Hartono vi Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut vii Dengan penerbitan buku Museum dan Monumen TNI AL diharapkan dapat SALAM REDAKSI meningkatkan minat berkunjung masyarakat dalam memahami peninggalan sejarah TNI Angkatan Laut dan memperluas wawasan tentang kemaritiman. Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Sekian dan terima kasih Jalesveva Jayamahe, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. barokah dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan yang baik ini Dispenal dapat menerbitkan buku Museum dan Monumen TNI Angkatan Laut. Buku Museum dan Monumen TNI Angkatan Laut kami susun berdasarkan hasil survei lapangan maupun pustaka yang meliputi data tentang museum dan monumen, foto, dan latar belakang museum dan monumen.
    [Show full text]
  • IMAN 1(3) Sept 2013
    International Journal of the Malay World andWan Civilisation Mohd Dasuki (Iman Wan) 1(3), Hasbullah 2013: 51 & - Othman 59 Mohd Yatim 51 Teknologi Istinggar: Beberapa Ciri Fizikal dalam Aplikasi Teknikalnya WAN MOHD DASUKI WAN HASBULLAH & OTHMAN MOHD YATIM ABSTRAK Eksploitasi ubat bedil telah mencetuskan gelombang inovasi teknologi peralatan peperangan yang dinamakan sebagai senjata api. Secara beransur-ansur, senjata api menjadi teknologi baharu yang sentiasa dibangunkan serta dikehendaki dalam setiap peperangan, tidak terkecuali juga kepada orang Melayu sejak kurun ke-16 lagi. Antara jenis senjata api yang turut mendapat perhatian mereka ialah istinggar. Namun tidak seperti senjata api lain yang dikategorikan ke dalam kumpulan artileri seperti meriam dan lela; istinggar – sebagai sejenis senjata api ringan – tidak banyak dibincangkan tentang sifat-sifat, fungsi dan peranannya sebagai peralatan material yang penting dalam konteks kebudayaan orang Melayu. Artikel ini akan menjelaskan tentang apakah dia istinggar dengan meneliti ciri-ciri fizikalnya yang asas dalam proses untuk memahami aspek kepenggunaan serta kedudukannya dalam sistem persenjataan Melayu. Penelitian dibuat dengan berpandukan kepada sumber-sumber bertulis serta pemerhatian ke atas beberapa sampel senjata api ringan tersebut. Kata kunci: etnohistori, istinggar, kebudayaan material, senjata api, teknologi Melayu ABSTRACT The exploitation of gunpowder has triggered a wave of technological innovation in warfare, evident from the use of firearms. Gunpowder-dependent weaponry
    [Show full text]
  • Download Catalogue-Abstract
    Extract:Extract: 2820 pagespages outout ofof KARL F. STIFTER 256236 altogetheraltogheter ETHNOGRAPHIC FORMS OF MONEY THE K.F. STIFTER COLLECTION OF PRE-NUMISMATIC CURRENCIES KARL F. STIFTER TABLE OF CONTENTS ETHNOGRAPHIC FORMS OF MONEY Preface.........................................................6 Pre-numismatic currency, "Primitive money" or "moneta exotica"?.8 1. AFRICA.....................................................13 THE K.F. STIFTER - COLLECTION OF TRIBAL CURRENCIES 1.1.Central-Africa.............................................14 1.2.West-Africa and Sahara.................................... 30 1.3.East-and South-Africa......................................78 2. ASIA......................................................96 2.1.China......................................................97 2.2.Japan.....................................................112 2.3.Thailand and Border areas.................................120 2.4.Golden Triangel...........................................129 Catalogue Scales: 2.5.Vietnam...................................................142 2.6.Philippines...............................................144 2199 number of exhibits 552 inventory numbers 2.7.India, Tibet, Orient......................................145 690 pictures, includig 100 in situ photographs 2.8.Indonesia, Malaysia.......................................152 577 kg total weight of all exhibits 256 catalogue pages 2.9.Lesser Sunda Islands Alor and Pantar......................164 3. OCEANIA..................................................177
    [Show full text]
  • Kuala Gigieng Sebagai Tempat Pertahanan Dan Perdagangan Pada Masa Kerajaan Aceh Darussalam ( Studi Tinggalan Dan Sebaran Arkeologis )
    KUALA GIGIENG SEBAGAI TEMPAT PERTAHANAN DAN PERDAGANGAN PADA MASA KERAJAAN ACEH DARUSSALAM ( STUDI TINGGALAN DAN SEBARAN ARKEOLOGIS ) SKRIPSI Diajukan Oleh : KHAIRUL HIDAYAT NIM. 150501044 Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORAUIN AR-RANIRY DARUSSALAM – BANDA ACEH PROVINSI ACEH 2020 M / 1441 H KHAIRUL HIDAYAT NIM. 150501044 Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam Khairul Hidayat , Khairul Hidayat KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah–Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kuala Gigieng sebagai Tempat Pertahanan dan Perdagangan Pada Masa Kerajaan Aceh Darussalam (Studi Tinggalan dan Sebaran Arkeologi)”. Shalawat beriring salam penulis hanturkan keharibaan Nabi Muhammad shallallahu„alaihi wasallam yang telah membawa umat manusia dari zaman kekufuran ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi tugas- tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Nasruddin AS., M.Hum selaku dosen pembimbing pertama dan ibu Hamdina Wahyuni., M.Ag selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang tulus dari awal hingga skripsi ini diselesaikan. iv Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Fauzi Ismail M. Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, dan kepada Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam beserta stafnya, dan seluruh jajaran dosen di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry.
    [Show full text]
  • The Story of Laila and Majnun in Early Modern South Asia
    Crazy in Love: The Story of Laila and Majnun in Early Modern South Asia The Harvard community has made this article openly available. Please share how this access benefits you. Your story matters Citation Hasson, Michal. 2018. Crazy in Love: The Story of Laila and Majnun in Early Modern South Asia. Doctoral dissertation, Harvard University, Graduate School of Arts & Sciences. Citable link http://nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:41121211 Terms of Use This article was downloaded from Harvard University’s DASH repository, and is made available under the terms and conditions applicable to Other Posted Material, as set forth at http:// nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:dash.current.terms-of- use#LAA Crazy in Love: The Story of Laila and Majnun in Early Modern South Asia A dissertation presented by Michal Hasson To The Department of Near Eastern Languages and Civilizations In partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy In the subject of Near Eastern Languages and Civilizations Harvard University Cambridge, Massachusetts June 2018 © 2018 Michal Hasson All rights reserved Dissertation Advisor: Prof. Ali Asani Michal Hasson Crazy in Love: The Story of Laila and Majnun in Early Modern South Asia Abstract This study explores the emergence and flourishing of several vernacular literary cultures in South Asia between the early seventeenth and late nineteenth centuries through one of the most popular love stories told across the Middle East, Persia, Anatolia, Central Asia, and South Asia: the story of Laila and Majnun. In South Asia, we find numerous versions of this love tale in all the major South Asian languages and in various genres and formats.
    [Show full text]
  • 57 UNE « RÉVOLUTION MILITAIRE » AU PAYS KHMER ? NOTE SUR L'artillerie POST-ANGKORIENNE (XVI-Xixe SIÈCLES)* Grégory MIKAEL
    GrégoryMIKAELIAN_Udaya_10_revised10122011_V9_Udaya_X 1/9/2012 8:42 AM Page 57 UNE « RÉVOLUTION MILITAIRE » AU PAYS KHMER ? NOTE SUR L’ARTILLERIE POST-ANGKORIENNE (XVI-XIXe SIÈCLES)* Grégory MIKAELIAN (Centre Asie du Sud-Est, UMR 8170, CNRS / EHESS) INTRODUCTION L’existence d’une soixantaine de pièces à feu anciennes (XVI-XIXe siècles) exposées au Musée national de Phnom Penh ou retrouvées sur divers sites provinciaux atteste de l’usage de telles armes dans le Cambodge post-angkorien. Ce corpus est toutefois d’une singulière faiblesse numérique, une fois rapporté à ceux qui ont pu être constitués ailleurs, en Thaïlande et au Viêtnam notamment, pays dans lesquels les pièces se comptent par centaines, voire par milliers1. Sans doute un élément d’explication est-il à trouver dans le fait que la royauté khmère se soit vue régulièrement confisquer ses pièces à feu par les vainqueurs lors de défaites militaires ayant abouti au sac * Nous tenons à remercier Gilles Aubagnac, Jean-Claude Le Flemm, Vincent Durand-Dastes, Khun Samen, Kanda Makiko, Claudine Salmon, Mak Phoeun, Bertrand Porte, Huot Samnang, Brice Vincent, et surtout Rudolf Roth, qui nous ont diversement aidés dans la constitution du corpus ou dans l’expertise de certaines pièces. Nous n’aurions pu nous rendre sur place sans l’aide financière de l’École française d’Extrême-Orient, ni sans l’autorisation du Ministère de la Culture et des Beaux-Arts du Cambodge, qui doivent être également remerciés. 1 La Seigneurie des Nguyễn, outre l’existence d’une production locale, fut capable d’acheter dans le dernier quart du XVIIIe siècle plusieurs dizaines de milliers de fusils et des centaines de canons aux macaïstes (MANGUIN, Pierre-Yves, Nguyên Anh, Macau et le Portugal.
    [Show full text]
  • The Civil War in Kelantan in 1839
    PUSTAKAAN RUJOK [ )l 2. ~: 'y _-, 'Y The Civil War in Kelantan in 1839 , Monographs of the Mdaysim Branch Royal Asiatic Society II THE CIVIL WAR IN KELANTAN IN 1839 h4 CYRIL SKINNER Printed for the MBRAS by Malaysia hiders Limited Singai>ore Copyright MBRAS 1966 Edited for the Council of the Society by Wang Gungwu, M.A., Ph.D. CONTENTS Page Foreword . _ . _ . _ vii Part 1: The H&storical Background of the Letters Chapter I The Northern Malay States in the 1830’s . 1 Chapter IT Kelantan in the late 1830’s . 8 Chapter III Kelantan during the period covered by the letters . 23 Chapter IV Epilngnc . 68 Pnrt 2: The Letters 1. Facsimile Beproductions of the Letters , . 71 2. Transliteration of the Letters . 99 3. Spelling of the Letters . 144 4. Style of the Letters . I . _ . 152 5. System of Dating Used in the Letters . 156 6. Bibliographic Details of the Letters . 157 Appendices A. Index of Persons and Places mentioned in the Letters . 160 B, Transliteration of Siamese Names mentioned in the Letters . 166 Bibliography . a 169 Maps 1. Siam and the Malay Peninsula . a . 175 2. Kelantan and the States to the North-West . + 175 3. Kelantan . +s - + 176 V FOREWORD “The early history of Kclantan is lost in obscurity” wrote Graham in I9OS.l Some thirty years later Ankcr Rentse attempted to dispel some of this obscurity, but was nevertheless constrained to agree that “the early history of Kelantan is still unknown and very few records arc available”.2 Until recently few people would have quarrellcd with these findings, except perhaps to observe that the ‘early history of Kelantan’ apparently extended well into the 19th century.
    [Show full text]
  • Pengelasan Jenis-Jenis Meriam Tradisional Melayu Berasaskan Kepada Saiz Dan Reka Bentuk
    Jurnal Arkeologi Malaysia April 2021, Vol. 34, No.1, hlm. 59- 67 ISSN 0128-0732 e-ISSN 2590-4302 Diterbitkan oleh Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia PENGELASAN JENIS-JENIS MERIAM TRADISIONAL MELAYU BERASASKAN KEPADA SAIZ DAN REKA BENTUK (CLASSIFICATION ON TYPES OF TRADITIONAL MALAY CANNON BASED ON SIZE AND DESIGN) Mohd Hasanuddin Mohd Yusof & Zuliskandar Ramli Abstrak Setelah teknologi pembuatan dan penggunaan senjata api mengalir ke alam Melayu, masyarakat di alam Melayu terutamanya golongan pandai logam telah menghasilkan meriam-meriam tradisional dengan cara tersendiri berdasarkan kearifan tempatan. Dengan itu, saiz, reka bentuk dan motif meriam-meriam dihasilkan berdasarkan kepada unsur-unsur tempatan. Berdasarkan pemerhatian di lapangan, perbezaan saiz dan reka bentuk ini membawa kepada pengelasan jenis-jenis meriam tradisional Melayu. Dalam merekodkan dan menganalisis saiz dan reka bentuk meriam tradisional Melayu, pengkaji telah menggunakan kaedah penyelidikan kualitatif deskriptif. Dengan itu, terdapat beberapa jenis meriam tradisional Melayu yang telah dihasilkan oleh golongan ahli pembuat meriam di alam Melayu. Setiap jenis meriam ini ternyata memiliki fungsi yang berbeza di mana perbezaan saiz dan reka bentuk menjadi faktor utama kepada perbezaan fungsi setiap jenis meriam tradisional Melayu. Kata kunci: Jenis, meriam, tradisional, Melayu Abstract After manufacturing technology and the use of firearms flowing into the Malay world, the Malay community in the various group’s especially metal experts have produced traditional cannons in its own way based on local wisdom. Thus, the size, design, and motif of cannons are produced by local elements. Based on the observations in the field, the difference in size and design led to the types of traditional Malay cannon.
    [Show full text]