Museum & Monumen TNI Angkatan Laut i MUSEUM DAN MONUMEN ANGKATAN LAUT ANGKATAN LAUT

DINAS PENERANGAN ANGKATAN LAUT 2019

ii Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut iii iv Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut v Tim Penyusun Penanggung Jawab Mohamad Zaenal, S.E., M.M., M.Soc.Sc. Laksamana Pertama TNI

Pengarah Kolonel Laut (E) Nevy Dwi Soesanto, S.T., CHRMP.

Ketua Tim Penyusun Kolonel Laut (KH) Drs. Syarif Thoyib, M. Si.

Wakil Ketua Letkol Laut (KH) Drs. Heri Sutrisno, M.Si.

Anggota Letkol Laut (KH) Suratno, S.S., M.M. Letkol Laut (KH/W) Iin Perwiyati, S.Pd., MAP. Mayor Laut (KH/W) Jurniah Kapten Laut (P) Petrus Jayanta P Lettu Laut (KH) Dharma Hartono, S.Hum. Lettu Laut (P) Wahyu Prasetyo Letda Laut (P/W) Yose Darmawita, S.E. Kopda TTU Anggara Penda IV/A Adi Patrianto Singgih, S.S. Penda III/A R. Roro Erna R.

Creative Designer :

Lettu Laut (E) Hartono

vi Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut vii Dengan penerbitan buku Museum dan Monumen TNI AL diharapkan dapat SALAM REDAKSI meningkatkan minat berkunjung masyarakat dalam memahami peninggalan sejarah TNI Angkatan Laut dan memperluas wawasan tentang kemaritiman.

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Sekian dan terima kasih Jalesveva Jayamahe, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. barokah dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan yang baik ini Dispenal dapat menerbitkan buku Museum dan Monumen TNI Angkatan Laut.

Buku Museum dan Monumen TNI Angkatan Laut kami susun berdasarkan hasil survei lapangan maupun pustaka yang meliputi data tentang museum dan monumen, foto, dan latar belakang museum dan monumen. Buku ini berisi informasi tentang museum dan monumen TNI Angkatan Laut yang tersebar di seluruh .

Adapun maksud pembuatan buku ini adalah untuk memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang keberadaan museum dan monumen TNI Angkatan Laut dengan tujuan agar masyarakat dapat mengenal lebih dekat dan meningkatkan minat berkunjung.

Museum dan monumen merupakan salah satu destinasi wisata bagi masyarakat sebagai sarana edukasi dan hiburan. Selain itu museum dan monumen juga berguna untuk memahami jejak peradaban manusia masa lampau berupa benda-benda peninggalan bersejarah.

Keberadaan museum dan monumen TNI Angkatan Laut pada era globalisasi saat ini dirasakan sangat tepat dalam konteks penanaman jiwa nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda sebagai media pembentukan jati diri dan karakter bangsa. Di tengah-tengah serbuan media informasi yang masif di kalangan generasi muda saat ini perlu adanya media penyeimbang informasi.

Bangsa Indonesia sebagai bangsa pejuang memiliki warisan sejarah perjuangan dari para pendahulu yang penuh heroik yang divisualisasikan dalam bentuk museum dan monumen yang tersebar di berbagai pelosok negeri. Jejak peninggalan berupa benda-benda bersejarah yang bernuansa kemaritiman telah mewarnai kehidupan masyarakat dan semuanya semakin meneguhkan sebagai bangsa bahari.

viii Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut ix Daftar Isi 6. Lantamal XII...... 42 a. Monumen Pelantara VI Kalimantan Barat ...... 42 Salam Redaksi...... viii b. Monumen Pahlawan Aru...... 43 Bab I Pendahuluan...... 2 Bab II Museum dan Monumen...... 6 7. Koarmada II...... 44 1. Koarmada I...... 6 a. Fleet House...... 44 a. Monumen Patung Bahari/Dharma Samudera...... 6 b. Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya)...... 46 c. Monumen ...... 48 2. Lantamal I...... 8 d. Monumen Ghora Vira Madya Jala...... 49 a. Monumen Pelantara VII Sabang...... 8 e. Monumen Meriam Pintu Gerbang Armatim...... 50 b. Monumen Prajurit ALRI R Sullian...... 10 f. Monumen Modderlust...... 51

3. Lantamal II...... 12 8. Lantamal V...... 52 a. Monumen Merpati Perdamaian MNEK 2016...... 12 a. Museum Bahari...... 52 b. Monumen Perjuangan ALRI ...... 14 b. Museum KALM...... 53 c. Monumen Sikerei...... 17 c. Monumen Masa Depan Cerah...... 54 d. Monumen Perjuangan Kemerdekaan RI...... 18 d. Monumen Yos Sudarso...... 55 e. Monumen Pelantara-9 ...... 20 e. Monumen Kapal Selam (Monkasel)...... 58 f. Monumen Pertempuran Pasukan ALRI 0032...... 61 4. Lantamal III...... 22 g. Monumen Perjuangan ALRI...... 63 a. Galeri Bintarti Jalasenastri...... 22 h. Monumen Yos Sudarso...... 65 b. Museum Galeri Bahari (Mugaba) Banuraja...... 24 i. Monumen Kesusteran Pius-SAL...... 66 c. Monumen Trisila...... 26 j. Monumen Bahari...... 67 d. Monumen Makam Pahlawan Samudera...... 28 k. Monumen Gedung DPRD...... 69 e. Monumen Perjuangan ALRI Lampung...... 32 l. Monumen TMP Jayane Sureng Yudha Penggarit...... 71 f. Monumen Heli RE Martadinata...... 34 m. Monumen Harapan Baru...... 74 g. Monumen RI Harimau...... 36 n. Monumen Pesawat Albatroos...... 75 h. Monumen Arung Samudera di Kepulauan Seribu...... 39 o. Monumen Pesawat Nomad...... 77 p. Monumen Perang Laut Selat ...... 79 5. Lantamal IV...... 40 q. Monumen Karang Pucung...... 81 a. Monumen Jangkar...... 40 r. Monumen Corps Armada IV...... 82 b. Monumen Meriam Dumai...... 41 s. Monumen ALRI Yon 3 Pasuruan...... 83

x Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut xi 9. Lantamal VI ...... 84 17. AAL...... 110 a. Monumen Pelantara V...... 84 a. Museum Loka Jala Crana...... 110 b. Museum Hree Dharma Shanty...... 112 10. Lantamal VII...... 85 c. Monumen IAL...... 113 a. Monumen Bahari Tank Marinir...... 85 d. Monumen Pertempuran Laut Arafuru...... 115 b. Monumen Pelantara VIII...... 87 e. Monumen 50 Tahun AAL...... 116 c. Monumen MNEK 2018...... 88 f. Monumen Moro Plaza...... 117 g. Monumen KRI Dewa Ruci...... 118 11. Lantamal VIII...... 90 a. Monumen Tugu Persatuan KKO ALRI...... 90 18. Puspenerbal...... 119 b. Monumen Pelantara VI...... 91 a. Museum Penerbangan TNI AL...... 119 c. Monumen Trikora...... 92 b. Monumen Pesawat Il-28-2...... 120 d. Mess Miangas (Gedung Eks Kediaman Pangkodaeral VI)...... 93 e. Museum Eks Mako Kodaeral VI Manado...... 94 19. Seskoal ...... 121 a. Monumen Pahlawan Samudera Seskoal...... 121 12. Lantamal IX...... 96 a. Monumen Pendaratan di Tanjung Mamua...... 96 20. Ladokgi ...... 124 b. Monumen Pertempuran Waitatiri...... 97 a. Galeri RE. Martadinata Ladokgi...... 124

13. Lantamal XIII...... 100 Bab III Epilog...... 126 a. Monumen Perjuangan Dwikora Prestasi Gemilang...... 100 b. Monumen Divisi IV A ALRI...... 102

14. Lantamal X...... 103 a. Monumen Yos Sudarso...... 103

15. Lantamal XIV...... 105 a. Monumen Yos Sudarso...... 105

16. Kormar...... 106 a. Museum Korps Marinir...... 106 b. Monumen Yasa Wira Perkasa...... 108 c. Monumen Raksa Cakti...... 109

xii Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut xiii xiv Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 1 Bab I (Monjaya) di area Komando Armada II Ujung, Surabaya serta Monumen Komodor Yos Soedarso di sekitar area Kodiklatal Surabaya. Di beberapa pelosok tanah air, juga PENDAHULUAN terdapat bangunan museum dan monumen TNI AL yang pendiriannya muncul dari inisiatif Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat di mana ada jejak perjuangan TNI AL. Sebuah museum dan monumen yang hadir di tengah publik mengabstraksikan ekspresi dari sebuah opini kolektif bangsa tentang peristiwa-peristiwa sejarah Di tengah semangat bangsa Indonesia saat ini yang sedang menggelora yang terjadi, sekaligus menjadi memori yang memiliki arti penting dan strategis untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, kehadiran museum dan untuk memandu kehidupan generasi masa kini dan ke depan. Melalui museum dan monumen perjuangan TNI Angkatan Laut dapat menjadi momentum berharga dalam monumen, generasi penerus dapat terus belajar dari sejarah agar tidak kehilangan ikut menggelorakan jiwa kemaritiman generasi penerus agar mereka tidak kehilangan karakter serta jati diri sebagai sebuah bangsa. Ini menandakan, bahwa sejarah karakter dan jati dirinya sebagai bangsa maritim yang besar. Museum dan monumen menyediakan peninggalan nilai-nilai masa lalu yang sangat kaya agar bangsa tersebut Perjuangan TNI Angkatan Laut juga menjadi memori kolektif bangsa yang akan menjadi bijak dan tidak kehilangan arah. Sebuah bangsa menjadi maju tidaklah senantiasa mengingatkan tentang arti pentingnya nilai-nilai kejuangan, pengorbanan, mungkin melompat dari kekosongan masa lampau, karena sejarah telah mengisinya. dan rasa cinta terhadap tanah air. Oleh karena itu, kehadiran museum dan monumen akan senantiasa menjadi bahan renungan dan inspirasi bagi generasi penerus. Nilai-nilai patriotik dari para pejuang yang disimbolkan dalam bangunan museum dan monumen perjuangan TNI Angkatan Laut, diyakini dapat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara geografis merupakan sumber inspirasi bagi bangsa ini untuk senantiasa menjaga nilai-nilai kebhinekaan. negara kepulauan di mana dua pertiga wilayahnya adalah perairan, sehingga secara Sejujurnya harus diakui, bahwa terwujudnya NKRI yang terdiri dari berbagai turun-temurun bagi bangsa Indonesia, laut adalah sumber penghidupan, medan etnis, suku, bahasa dan agama, serta tersebar dari Sabang sampai Merauke, adalah pertahanan negara terdepan dan jalur lalu lintas perhubungan antar pulau dan mahakarya persembahan dari para pejuang. Kita sebagai generasi penerus bangsa, antar bangsa. Dalam kaitan sebagai medan pertahanan negara, maka dalam sejarah selayaknya memberikan apresiasi atas jasa-jasa para tokoh pejuang. Kita dapat perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 menghidupkan tokoh pejuang dalam keseharian kita, menjadikannya sebagai suri Agustus 1945 hingga kini, telah banyak kisah dan peristiwa perjuangan yang tercatat teladan dan panduan yang mencerahkan dalam menghadapi tantangan zaman. dengan tinta emas dalam perjalanan sejarah bangsa sebagai bagian dari memori kolektif bangsa Indonesia. Arti Museum Ada banyak nilai-nilai kepahlawanan yang terukir dalam catatan perjuangan Secara etimologis, kata “museum” sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu bangsa Indonesia dalam rangka membangun karakter bangsa serta memupuk rasa “mouseion”, nama kuil untuk memuja sembilan Dewi Muses, yang melambangkan cinta tanah air utamanya bagi generasi penerus bangsa. Nilai-nilai kepahlawanan ilmu pengetahuan dan kesenian. Menurut definisi yang ditetapkan oleh International tersebut diwujudkan dalam bentuk pembangunan museum dan monumen. Dengan Council of Museum (ICOM) sebuah lembaga internasional di bawah UNESCO, demikian pembangunan museum dan monumen bersejarah merupakan bentuk museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, terbuka pelestarian dan pewarisan nilai-nilai perjuangan kepada generasi penerus, sekaligus untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk mengenang peristiwa bersejarah serta penghormatan kepada para pahlawan. koleksi untuk tujuan studi, penelitian serta rekreasi. Dalam metode pembelajaran Semua itu sesuai dengan ungkapan “We learn history for learning the present and sejarah yang disebut Contextual Teaching and Learning (CTL), salah satu variasi building the future”. implementasihya adalah melalui kunjungan ke museum. Hal itu dikarenakan salah satu tempat untuk mendapatkan informasi sejarah adalah museum. Berkaitan dengan pembinaan tradisi kejuangan, TNI Angkatan Laut membangun sejumlah museum dan monumen di beberapa tempat di mana terdapat Secara umum, museum merupakan gedung yang digunakan sebagai tempat pangkalan atau kesatuannya. Beberapa museum yang didirikan antara lain Museum untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti Loka Jala Crana di area Akademi Angkatan Laut (AAL) Morokrembangan Surabaya peninggalan benda-benda kuno dan bersejarah, karya seni, hasil penemuan dan dan Fleet House di area Komando Armada II Ujung, Surabaya. Begitu juga beberapa teknologi, sekaligus sebagai tempat penyimpanan, konservasi dan perawatan berbagai monumen didirikan secara monumental antara lain Monumen Jalesveva Jayamahe peninggalan sejarah. Museum mempunyai fungsi sebagai pusat dokumentasi dan

2 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 3 penelitian ilmiah, pusat informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan antar daerah kota, atau objek-objek wisata. serta antar bangsa, objek wisata, media edukasi dan pembinaan budaya. Sementara dilihat dari jenis koleksi yang dipamerkannya, museum terdiri atas beberapa tipe, Pada masa lalu, monumen kerap diwujudkan hanya dalam bentuk satu bangunan, antara lain museum sejarah lokal/daerah, museum militer, museum kereta api, piagam, dan plakat tertentu, termasuk prasasti. Namun, dengan kian bertambah museum pewayangan, museum seni, dan sebagainya. banyaknya penemuan situs-situs arkeologis yang menampilkan kebudayaan masa lalu secara utuh, seperti situs perkotaan kuno, kompleks candi, kompleks pemakaman Museum diharapkan dapat menanamkan kesadaran kepada generasi muda kuno dan sebagainya, maka pengertian mengenai konsep monumen juga turut terhadap sejarah bangsanya. Agar museum bisa dikembangkan sebagai pusat berkembang. Di sejumlah negara, istilah “monumen” digunakan untuk merujuk pada ilmu pengetahuan dan menjadi destinasi wisata kota, maka harus ditata dengan situs-situs arkeologisnya. Sebagai contoh, Yunani menggunakan sebutan “monumen konsep terbuka untuk kepentingan publik seperti dilengkapi taman bermain (play purbakala” pada situs perkotaan kuno Pompeii. Semakin tua usia monumen tersebut, ground), perpustakaan, audio-visual, serta ruang serbaguna sebagai sarana edukasi maka semakin mengokohkan tingginya peradaban bangsa yang membangunnya. dan penelitian. Demikian pula, dilengkapi sarana penunjang lainnya seperti toilet, Demikian pula, bangunan-bangunan yang unik, langka, dan mencerminkan artistik cafetaria, rest room, dan souvenir shop, dan tempat ibadah. Semua itu akan membuat tinggi, seperti menara Eiffel atau patung Liberty, juga dapat dikategorikan sebagai pengunjung betah serta nyaman untuk tinggal berlama-lama di museum. Dengan monumen. demikian, “image” yang menganggap bahwa fungsi museum hanya sekadar tempat memajang benda-benda kuno dan antik, akan berubah. Museum dituntut mampu Dalam rangka pembinaan tradisi kejuangan dan penanaman nilai-nilai tampil menjadi sarana rekreasi dan edukasi yang menarik bagi semua kalangan kejuangan kepada seluruh komponen masyarakat Indonesia, TNI Angkatan Laut telah masyarakat. membangun sejumlah monumen di beberapa daerah yang memiliki jejak pengabdian TNI Angkatan Laut. Monumen yang dibangun TNI Angkatan Laut terdiri atas Arti Monumen berbagai macam bentuk seperti bangunan berbentuk tugu, prasasti, patung tokoh, termasuk alutsistanya yang sudah dinonaktifkan seperti kapal perang, tank amfibi, Monumen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bangunan pesawat patroli maritim, helikopter, meriam dan roket. atau tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting dan karena itu dipelihara dan dilindungi negara. Secara etimologis, kata “monumen” sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu “monumentum” atau “monimentum”, yang berarti memperingati seseorang, peristiwa atau periode tertentu. Hal tersebut dikarenakan tujuan pembangunan monumen adalah untuk mengabadikan suatu peristiwa atau kepahlawanan seorang tokoh di masa lalu yang dapat membangkitkan moril atau spirit suatu bangsa.

Dalam istilah Jerman, monumen atau “Denkmal“ (tugu peringatan), secara harfiah mengandung unsur utama dan hakiki sebagai sebuah tanda dalam ruang publik yang mengajak orang untuk “denken” (berpikir) dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada jejak sejarah. Sedangkan dari jenisnya, secara umum, dari tampilannya monumen bisa dibagi menjadi dua, yaitu monumen figuratif (personal, potrait statue) dan non figuratif (abstract, impersonal). Monumen figuratif biasanya tampil berupa wujud sosok pahlawan ataupun seseorang yang dikenang. Sedangkan monumen non- figuratif memiliki keberagaman dalam hal ide, konsep, maupun bentuknya.

Pada era modern, pembangunan monumen tidak hanya bertujuan untuk mengenang dan memperingati suatu peristiwa bersejarah atau kepahlawanan seseorang di masa lalu. Saat ini, pembangunan monumen juga berfungsi untuk memperindah penampilan suatu kota atau tempat tertentu, sehingga umumnya dibangun di lokasi-lokasi publik, seperti taman kota, gedung pemerintah, gerbang

4 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 5 Bab II Beberapa peristiwa pertempuran dan tugas-tugas di laut, dapat dipaparkan MUSEUM DAN MONUMEN secara singkat: Peristiwa pertempuran laut di Koarmada I Selat Bali pada tanggal 4 April 1946 antara perahu rombongan ekspedisi Bali a. Monumen Patung Bahari / Dharma Samudera pimpinan Markadi dengan dua buah Sebuah bangunan monumen berdiri di depan Komando Armada I di Jalan LCM Belanda. Gunung Sahari 67 Jakarta Pusat. Sebuah patung dari perunggu berupa seorang pria gagah perkasa dengan bentuk badan atletis dengan otot-otot yang kuat. Berdiri tegak Peristiwa pertempuran di Teluk dengan sikap tangan kanan memegang dan menegakkan sebuah jangkar setinggi Cirebon pada tanggal 5 Januari 1947 dada. Kepala tegak dengan pandangan mata lurus ke depan memandang kepada masa antara kapal Gajah Mada dengan kapal depan yang jaya dan gemilang. Belanda Hr. Ms. Kortenaer.

Patung utama berdiri pada bangunan yang berbentuk kubus berlapis marmer Peristiwa pertempuran laut di dekat berwarna kuning dengan warna coklat muda di beberapa tempat sebagai hiasan. Pada Pulau Panikian pada tanggal 17 Pebruari bagian depan terdapat lambing TNI AL. Di bawahnya terdapat petikan puisi Chairil 1947 antara rombongan ekspedisi Anwar “Krawang-Bekasi” yang berbunyi sebagai berikut : Sulawesi pimpinan Kapten Hasan Ralla dan Letnan Satu A. Rivai dengan pihak Kami cuma tulang-tulang berserakan Belanda. Peristiwa pertempuran laut Tapi adalah kepunyaanmu dekat Pulau Sapudi pada tanggal 13 April 1947 antara rombongan ekspedisi Sulawesi Kaulah lagi yang tentukan nilai pimpinan Kapten Haryanto dengan pihak Belanda. tulang-tulang berserakan ataukah jiwa kami melayang Dengan semangat percaya pada kemampuan sendiri disertai sikap mental untuk kemerdekaan dan harapan yang kuat, para pemuda kita mengadakan perlawanan terhadap kapal patrol Belanda yang dipersenjatai serba lengkap. Mereka berjuang tanpa pamrih demi tegaknya Pada sisi-sisi lain diletakkan beberapa nama anggota TNI AL yang telah gugur kemerdekaan, namun sebagian pemuda-pemuda itu akhirnya gugur sebagai patriot dalam berbagai pertempuran. Didepan patung utama dipasang obor yang selalu kusuma bangsa. Jiwanya masih hidup dan membangkitkan semangat juang bagi yang menyala, sebagai penggambaran dari semangat nan tak kunjung padam. Untuk ditinggalkan, semangat juang sebagai bangsa yang mempunyai harga diri. memasuki monumen ini dapat melalui pintu depan atau belakang dengan beberapa undak-undakan. Sedang di kanan kiri dipasang pagar dengan besi melintang dua Selanjutnya pada tanggal 28 April 1958 terjadi pertempuran kecil antara RI tingkat ditopang oleh tiang-tiang beton yang berlapis marmer pula. Hang Tuah dengan sebuah pesawat terbang musuh yang dikemudikan penerbang asing Allan Pope di sekitar perairan Balikpapan. Walaupun akhirnya kapal beserta Tujuan pembangunan monumen Dharma Samudera ini adalah suatu delapan belas awak kapal tenggelam, namun mereka telah mengadakan perlawanan kenangan dan penghargaan seluruh warga TNI AL kepada para pahlawan yang telah yang tidak kenal menyerah. menyumbangkan jiwa dan raganya untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan Indonesia sejak 1945. Pertempuran terjadi dimana-mana baik di Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi pertempuran antara 3 kapal ALRI dengan darat maupun di laut. Pertempuran di darat terjadi sejak Proklamasi Kemerdekaan pesawat dan kapal destroyer milik Belanda. Dalam pertempuran itu Kapal RI Macan melawan penjajah Belanda, menumpas pemberontakan-pemberontakan, operasi Tutul bersama awaknya menjadi korban. Hari terjadinya pertempuran laut ini pemulihan keamanan yang dilakukan sejak Gerakan Operasi Militer I, bahkan dalam diperingati setiap tahun sebagai Hari Dharma Samudera. Operasi Bhakti telah banyak anggota TNI AL yang gugur dalam melaksanakan tugas.

6 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 7 Lantamal I

a. Monumen Pelantara VII Sabang

Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim (Kadispotmar) Brigjen TNI (Mar) I Ketut Suarya selaku Ketua Pimpinan Saka (Kapinsaka) Bahari Tingkat Nasional secara langsung meresmikan Monumen Pelayaran Lingkar Nusantara VII Sail Sabang 2017 di Sabang Fair pada 3 Desember 2017. Monumen yang memiliki tinggi lebih dari 3 meter ini, dibentuk menyerupai tugu dengan lambang Garuda dipuncaknya dan di apit dua lambang tunas kelapa. Monumen tersebut dibangun sebagai penanda dan pengingat adanya kegiatan Pelantara-7 dan Bakti Bela Negara Sail Sabang 2017 yang dilaksanakan di lokasi ini.

“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai media untuk menjembatani dua satgas Pelantara VII Saka Bahari TNI Angkatan Laut dan Bakti Bela Negara dalam satu rangkaian Sail Sabang 2017 agar bisa berkomunikasi dengan masyarakat dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial”, kata Kadispotmar.

Peresmian monumen tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Kadispotmar dan pengguntingan pita di Monumen Pelantara VII Sail Sabang 2017 oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Sabang Sofyan Adam, S.H. Selain itu, acara di lanjutkan dengan mengadakan Bakti Sosial (Baksos) di daerah Krueng Raya, Sabang, dimana kegiatan Satgas Pelantara ini bekerja sama dengan program Pundi Amal Peduli Kasih SCTV Indosiar serta pihak dari BUMN.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Danlanal Sabang Kolonel Laut (P) Kicky Salvacdie, S.E., Komandan Satgas Pelantara VII Sail Sabang Letkol Laut (P) Sukrisno, S.T., M.Si., Komandan Satgas Bakti Bela Negara Kolonel (Inf) Agus Winarno, Komandan KRI Banda Aceh-593 Letkol Laut (P) Whisnu Kusardianto, Danlanudal Sabang Letkol Laut (P) Panji Pratikno serta para pejabat jajaran Kota.

8 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 9 b. Monumen Prajurit ALRI R. Sullian

Pada jaman perjuangan tahun 1945 di Front Belawan Area, berbekal senjata seadanya dan dengan dorongan semangat yang menyala-nyala, para pemuda di daerah itu terus berjuang melawan penjajah Belanda. Salah seorang tokoh dari barisan pemuda tersebut ialah Raden Soellian Djososoedarso. Sosok ini kemudian gugur setelah berjuang keras menahan rentetan peluru Stand Gun tentara NICA yang menggempur kota Belawan pada pertengahan bulan Desember 1945.

Tepat tanggal 12 Desember 1945 tentara Sekutu yang diboncengi NICA mengepung dan menyerbu Asrama TRI Laut Belawan. Pertempuran segera berkecamuk dan tidak dapat dihindarkan lagi. Dengan semangat heroik Kapten Soellian memimpin anak buahnya mempertahankan asrama tersebut. Pengepungan dan penyerbuan yang dilakukan pihak NICA dengan membabi buta menjadi sangat hiruk pikuk. Malang tak dapat dielakkan lagi, menjelang tengah malam, Soellian keburu ditodong dan ditangkap pihak musuh yang menggunakan senjata otomatis.

Dengan menodongkan senjata, tentara NICA itu kemudian memerintahkan Soellian agar segera menaiki jeep yang diparkir di depan rumah dinas perwira asal Pekalongan itu. Meskipun suasana genting, peluang emas masih berada di tangan Soellian yang telah dibawa bersama seorang pengawalnya.

Dalam perjalanan di atas mobil yang berlari kencang tepatnya di Jalan Sumatera Belawan, pemuda Soellian serta merta mencabut keris yang terselip di pinggangnya. Senjata tajam orang Jawa itu serta merta dihunjamkan ke perut dua orang tentara Belanda yang mengawalnya. Soellian hanya berdua dengan pengawalnya sedang pihak NICA berjumlah 3 orang diantaranya dua orang yang dipaksa menghembuskan nafasnya di atas jeep dengan perut keduanya dikoyak oleh keris, namun sang sopir sempat luput dari carut marut keris Raden Soellian. Pada kesempatan itu Raden Soellian segera melompat dari atas jeep lari bersama pengawalnya. Spesifikasi Teknis 1. Lebar landasan : 3.5 meter Namun derap langkahnya terus diikuti oleh rentetan peluru musuh yang 2. Panjang : 3.5 meter telah mengepung kawasan Jalan Sumatera, sehingga menyebabkan Soellian roboh 3. Tinggi patung : 9 meter 2 bersimbah darah. Akan tetapi pihak TRI Laut yang bersembunyi di balik rel kereta api 4. Luas areal : 210 meter Jalan Sumatera (Simpang Singkong) akhirnya dapat memukul mundur pihak musuh. Dalam suasana yang yang semakin mencekam itu, luka dan pedih akibat terjangan Monumen ini dalam hal pengelolaannya menjadi tanggung jawab dari peluru NICA menjemput ajal Kapten Raden Soellian Djososoedarso dibilangan pemerintah Kotamadya Medan, Sumatera Utara. Simpang Singkong Belawan.

10 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 11 Lantamal II

a. Monumen Multilateral Naval Exercise Komodo 2016

Presiden Republik Indonesia Widodo membuka “Komodo 2016”, di Markas Komando Pangkalan Utama Angkatan Laut II (Mako Lantamal II) Padang, Sumatera Barat, hari Selasa (12/4). Sebuah monumen perdamaian telah berdiri Kota Padang. Pembangunan monumen ini diprakarsai oleh TNI Angkatan Laut dan diresmikan oleh Presiden setiap bangsa di dunia. Kota Padang dipilih sebagai lokasi berdirinya Monumen RI Ir. Joko Widodo pada 12 April 2016. Monumen ini dinamai monumen “Merpati Merpati Perdamaian karena di kota ini TNI Angkatan Laut beserta 35 angkatan Perdamaian” (Peace Dove Monument) yang berselaras dengan materi dari Komodo laut negara sahabat pada 12-16 April 2016 melaksanakan latihan Multilateral Naval 2016 yaitu fokus pada kegiatan Maritime Peace Keeping Operation (MPKO) di Exercise Komodo 2016. Komodo 2016 merupakan rangkaian kegiatan sebagai bentuk Taman Muaro Lasak. Peresmian monumen ditandai dengan penekanan tombol dan diplomasi pertahanan angkatan laut di masa damai yang diarahkan pada kesepahaman penandatanganan prasasti yang dilaksanakan bersamaan dengan pelepasan burung toleransi dan transparansi antar angkatan laut negara-negara internasional. Kegiatan merpati. Monumen 8 meter berbentuk burung merpati tersebut terbuat dari metal yang diselenggarakan terdiri dari International Fleet Review (IFR) 2016, 15th Western menyerupai lipatan kertas origami. Pacific Naval Symposium (WPNS), dan nd2 Multilateral Naval Exercise Komodo atau Multilateral Naval Exercise Komodo 2016. Komandan Satgas Komodo 2016 Laksamana Pertama TNI T.S.N.B. Hutabarat, M.M.S. menjelaskan filosofi pembangunan monumen ini. Merpati dikenal luas sebagai Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan Prayitno, M.Sc. mengungkapkan lambang perdamaian di seluruh dunia. Merpati dikenal tidak agresif dan tidak pernah kegembiraannya atas prakarsa TNI Angkatan Laut dalam pembangunan Monumen membunuh untuk mendapatkan makanan. Dalam mitologi Yunani merpati menjadi Merpati Perdamaian ini. Kegembiraan tersebut disampaikan Gubernur kepada Kepala simbol cinta. Burung ini sering digambarkan bersama Aphrodite, sang dewi cinta, Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P pada 30 Maret beterbangan di sekitarnya atau sedang beristirahat di tangannya. 2016 dalam acara jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Pemprov Sumbar di Auditorium Pemprov Sumbar, Jalan Jenderal , Padang, Sumatera Barat. Wujud bangunan setinggi 8 meter ini dirancang menyerupai lipatan kertas Orang nomor satu di Bumi Ranah Minang ini pun berharap monumen perdamaian origami untuk melambangkan bahwa perdamaian itu sangat rentan. Jika terlalu ini bisa menjadi daya tarik bagi wisawan lokal maupun mancanegara sehingga banyak pihak berkepentingan untuk mengganggunya, maka perdamaian akan meningkatkan perekonomian masyarakat Padang khususnya, serta masyarakat rapuh laksana sehelai kertas. Dengan kata lain, keberlangsungan perdamaian berada Sumatera Barat pada umumnya. langsung pada para pemangkunya, yakni bangsa-bangsa di seluruh dunia. Semakin peduli antar sesama, semakin tumbuh dan berkembang perdamaian dalam jiwa

12 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 13 b. Monumen Perjuangan ALRI

Pada tanggal 08 Maret 1946, Mayor Soelaiman diperintahkan oleh Komandan Divisi III Banteng (yang kemudian menjadi Divisi IX Banteng) dengan diberi pangkat Mayor untuk menggantikan Nizarwan sebagai Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) -Laut di Ampang Pulai dan sebagai Kepala Stafnya Kapten Anwar Maradewa.

Setelah serah terima, Mayor Soelaiman langsung mengumumkan bahwa Markas Komando TKR Laut Sumatera Tengah segera dipindahkan ke Pariaman sesuai dengan Perintah Komandan Divisi IX Banteng Bukittinggi. Dipilihnya Pariaman sebagai Markas Besar Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Sumatera Tengah setelah melalui berbagai pertimbangan. Pariaman dinilai memiliki kelebihan antara lain : (1)Letaknya sangat strategis, dekat dengan Markas Komando Divisi IX Banteng di Bukittinggi; (2) Dekat dengan sumber barang ekspor Sumatera Tengah seperti kopra, cengkeh, karet, kulit manis, rotan, kayu dan peternakan babi di Mentawai; (3) Fasilitas yang ada di Pariaman lebih baik daripada di Ampangpulau Pesisir Selatan, karena dari dulu adalah salah satu pelabuhan di pesisir Sumatera Barat. Sejak itu terkenallah Pariaman sebagai Markas Angkatan Laut Pangkalan Besar Pariaman. Keberadaan Angkatan Laut di Kota Pariaman pada waktu perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari serangan bangsa Belanda yang ingin kembali menjajah negeri ini menjadi alasan berdirinya monumen perjuangan ini.

Pada hari Minggu tanggal 5 Maret 2017 tergores suatu peristiwa bagi masyarakat melaksanakan Kirab Purna Tugas Tank Amphibi Marinir PT 76 dan Meriam Tembak dan Kota Pariaman, tugu yang dibangun Pemerintah Kota Pariaman akan menjadi dari Balaikota Pariaman menuju Monumen Perjuangan TNI AL di Ujung Muaro monumen bersejarah bagi perjuangan ALRI dan masyarakat Pariaman. Minggu Gandoriah Pariaman. dinihari ratusan personel gabungan bersenjata lengkap terdiri dari pasukan Marinir Lantamal Padang, TNI AD Kodim 0308 Pariaman, Polres Pariaman, disertai Tank Amfibi jenis P76 buatan Uni Soviet tahun 1947 milik TNI AL yang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), diiringi marching-band terbaik Pariaman, didatangkan langsung dari Markas Komando Marinir Cilandak dengan Driver Kopda Marinir Teguh Cahyono ini menjadi sorotan masyarakat Kota Pariaman. Selain itu, untuk menambah historis Monumen Perjuangan TNI AL itu juga dilengkapi dengan satu unit Meriam M30 122 dan Meriam Kapal Experi KRI Teluk Tomini 508.

Walikota Pariaman Mukhlis Rahman dan Wakil Walikota Pariaman Genius Umar melepas Kirab Purna Tugas Tank Amphibi Marinir PT 76 dan Meriam Tembak menuju Pantai Gandoriah. Monumen Perjuangan TNI Angkatan Laut di Pantai Gandoriah diresmikan oleh Kasal Laksamana TNI Ade Supandi pada Rabu, 8 Maret 2017.

14 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 15 c. Monumen Sikerei

Kata Mukhlis, dengan adanya Tank dan Meriam Tembak ini, menambah catatan sejarah Kota Pariaman yang merupakan Pangkalan AL pertama di Sumatera dan Kota Pariaman sebagai Benteng Pertahanan dari Agresi Militer II Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia di tahun 1948-1949.

Monumen ini diharapkan juga dapat menambah ilmu bagi generasi yang akan datang bahwa Kota Pariaman adalah Kota yang diperhitungkan sebagai awal masuknya agresi bangsa lain yang akan menyerbu pulau Sumatera.

Saat Agresi Belanda II, terjadi pertempuran hebat pasukan TNI AL melawan pasukan Belanda yang membonceng sekutu terjadi di Pariaman. Pertempuran itu menewaskan 40 prajurit TNI AL yang sebagian di antaranya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Rawang Pariaman. Satuan Tugas (Satgas) Engineering Civic Action Program (ENCAP) Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 yang berada di Pulau Sipora membangun “Monumen TNI AL kita buat untuk mengenang arwah pahlawan yang telah monumen Patung Sikerei di pertigaan kota kabupaten tepatnya di depan Rumah Dinas berjuang saat pertempuran itu,” sambung Mukhlis, “Ke depan, pihaknya akan Bupati Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Personel ENCAP yang melaksanakan membuat aturan tersendiri bagi pengunjung di monumen tersebut. Lokasi monumen pembangunan monumen berjumlah 23 orang dipimpin Letda Mar Supriyanto. sekarang akan diperlebar untuk memudahkan akses keluar masuk bagi wisatawan.” Hadir juga Ketua DPRD Kota Pariaman Mardison Mahyuddin dan Wakil Ketua John Pembuatan monumen ini merupakan kejasama antara Satgas Komodo Edwar, Kapolres Pariaman AKBP Ricko Junaldy, Dandim 0308 Pariaman Letkol Arh 2016 dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Kepulauan Mentawai. Adapun tujuan Endro Nurbanto serta para pejabat di lingkungan Pemkot Pariaman dan masyarakat pembangunan ini adalah untuk menunjukkan identitas masyarakat Mentawai. Pariaman yang menyaksikan kirab ini sampai di Muaro Pariaman Sikerei merupakan figur tokoh adat masyarakat Suku Mentawai (dukun adat) yang mempunyai peran strategis dalam kehidupan masyarakat suku tersebut.

16 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 17 d. Monumen Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia

Tugu Perjuangan yang terletak di tengah kota Padang Pariaman di Jalan Kantor Pos Pariaman dibuat pada akhir tahun 1978 dan diresmikan pada 15 Januari 1979 bertepatan dengan hari Dharma Samudera.

Patung utama yang diletakkan pada badan tugu yang dibuat dari beton terdiri dari tiga prajurit dengan senjata dan menggambarkan semangat pantang menyerah. Sedangkan pada badan tugu terlukis relief pertempuran 9 Januari 1949, pertempuran jarak dekat satu lawan satu dengan sangkur dan pedang.

Latar belakang sejarah.

Dalam rangka memperjuangkan revolusi Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajah dan mengusirnya dari bumi Indonesia, di kota Padang Sumatera Barat telah terbentuk Angkatan Laut Republik Indonesia. Akibat serangan Belanda, Pangkalan Angkatan Laut dipindahkan dari Padang ke suatu kota kecil Pariaman. Di kota ini ALRI menyusun kembali kekuatan dan membentuk pertahanan di front Sunur, Ketaping, Ulakan, Ujung Gunung dan Kota Mambang.

Pada 4 Januari 1949 kota Pariaman dan sekitarnya diserang oleh Belanda dengan 3 buah pesawat Mustang dan 2 pesawat Capung. Serangan ini merupakan isyarat akan dilakukan serangan darat oleh pasukan Belanda, hal ini terlihat dari kesiapan pasukan yang besar di Lubung Alung. Pasukan ini diperkuat dengan senjata berat, tank, dan panser.

Pada 6 Januari 1949 subuh Belanda mengerahkan kembali 4 buah pesawat Mustang dan 3 pesawat capung untuk menggempur ALRI di semua sektor. Sementara itu pasukan baret hijau Belanda menyerang dari Pauh Kembar ke Kuraitaji terus menerjang Cimparuah dan Kampung Paneh. Seluruh pasukan mengadakan perlawanan dengan gigih.

Kota Pariaman menjadi medan pertempuran yang dasyat. Dengan semangat pantang menyerah pasukan ALRI menerobos dan menerjang serangan musuh dengan bayonet. Maka terjadilah pertempuran jarak dekat satu lawan satu. Korban berjatuhan dari kedua pihak. Prajurit ALRI Pangkalan Pariaman yang gugur sebanyak 36 orang.

18 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 19 e. Monumen Pelantara-9

Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim (Kadispotmar) Brigjen TNI (Mar) Donar Philip Rompas selaku Ketua Pimpinan Saka (Kapinsaka) Bahari Tingkat Nasional, meresmikan Tugu Monumen Pelayaran Lingkar Nusantara-9 Sail Nias 2019, 13 September 2019 di Pantai Baloho, Teluk Dalam, Nias Selatan, Sumatera Utara. Bentuk monumen tersebut menyerupai tugu yang terdiri dari empat tugu dan terdapat lambang dari TNI Angkatan Laut serta lambang dari masing-masing peserta Pelantara-9 Sail Nias 2019 yakni lambang Saka Bahari, lambang Kapal Pemuda Nusantara dan lambang Bela Negara. Monumen tersebut dibangun sebagai acara puncak dari Satgas Pelantara-9 Sail Nias 2019.

“Saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, kepada Pemda Nias, Lanal Nias, instansi terkait, Dansatgas Pelantara-9 Sail Nias 2019 serta seluruh pendukung atas peran sertanya menyukseskan kegiatan ini, sehingga tujuan mulia kita untuk menanamkan cinta Tanah Air, pengenalan lingkungan dan alam, budaya bahari serta kesadaran bela negara demi tegaknya NKRI dapat kita wujudkan” ujar Kadispotmar.Adapun prosesi peresmian monumen tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Kadispotmar dan pengguntingan pita di Monumen Pelantara-9 Sail Nias 2019.

Setelah itu, acara di lanjutkan dengan pemberian plakat dari Kadispotmar dan Asisten Deputi Kemenpora kepada Bupati Nias Selatan yang diwakili oleh Camat Nias Selatan. Kemudian Dansatgas Bela Negara Kolonel Arh Luhkito kepada Pemilik Lahan Pantai Baloho serta Dansatgas Pelantara-9 Sail Nias 2019 Kolonel Marinir I Dewa Gede Wirawan, S.E., kepada pemilik Central Beach Village Baloho, Nias Selatan. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Wadansatgas Pelantara-9 Sail Nias 2019 Letkol Marinir Riyadi, Wadansatgas Bela Negara Letkol Rudi, Ketua Kwartir Cabang Nias Selatan, Forkompinda Kabupaten Nias Selatan serta peserta Pelantara-9 Sail Nias 2019.

20 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 21 Lantamal III Pada 12 Desember 2019 diresmikan digitalisasi konten Galeri Bintarti oleh Ketua Umum Jalasenastri Ny. Siwi Sukma Adji. Digitalisasi dimaksudkan untuk peningkatan dan pengayaan isi dan narasi Galeri Bintarti. Melalui layar sentuh (touch

a. Galeri Bintarti Jalasenastri screen) pengunjung dapat mengetahui sejarah, kegiatan-kegiatan, dan produk- produk Jalasenastri se-nusantara, juga dapat membeli produk yang dipamerkan. Berawal dari sebuah gagasan visioner Ketua Umum Pengurus Pusat Jalasenastri Ny. Endah Ade Supandi dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi “Tujuan digitalisasi Galeri Bintarti ini adalah sebagai bentuk penghargaan secara yang juga menjabat sebagai Pembina Utama Jalasenastri, kini telah hadir sebuah monumental terhadap peran para Ibu Jalasenastri dalam mendukung tugas suami bangunan monumental yang mendokumentasikan jejak pengabdian Jalasenastri dari sekaligus sebagai wahana untuk mengabadikan berbagai dokumentasi gerak langkah masa ke masa dengan nama “Galeri Bintarti”. Galeri ini didedikasikan selain sebagai pengabdian dan kiprah Jalasenastri, yang dikembangkan secara digital”, ungkap Ketua upaya pewarisan nilai-nilai pengabdian dari para istri prajurit TNI AL dalam darma Umum Jalasenastri. baktinya kepada bangsa dan negara, juga sekaligus sebagai bentuk penghargaan secara monumental terhadap peran ibu-ibu Jalasenastri dalam mendukung suksesnya tugas Pada prosesi digitalisasi tersebut dimeriahkan dengan aksi dua robot yang suami. Peletakan batu pertama gedung galeri dilaksanakan pada tanggal 1 November memberikan gawai kepada Ketua Umum Jalasenastri untuk menyentuh layar 2017 dan peresmian penggunaannya pada tanggal 9 Mei 2018. touchscreen dan disambut pemberian bunga oleh Jalasenastri Cilik kepada Ketua Umum Jalasenastri, sebagai tanda pengembangan dan peningkatan manfaat galeri Nama “Galeri Bintarti” mengandung beberapa makna simbolis yang secara digital. menyiratkan semangat kehadirannya. Pertama, secara etimologis, dalam bahasa Jawa

berarti “Bintang bersinar yang tak pernah redup”. Kedua, secara akronim, Bintarti merupakan singkatan dari Pembinaan Tata Krama, Adat dan Budi Pekerti. Dengan demikian, Bintarti dimaknai sebagai perwujudan rasa keadilan, suka menimba ilmu pengetahuan dan gembira. Diharapkan dengan pemberian nama tersebut seluruh anggota Jalasenastri memiliki jiwa dan semangat seperti yang tersirat dari makna kata Bintarti.

22 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 23 b. Museum Galeri Bahari (Mugaba) Banuraja

Sebuah museum dan galeri berdiri di desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Bangunan ini disebut Mugaba (Museum Galeri Bahari) diresmikan pada Minggu, 1 September 2019. “Mugaba didedikasikan sebagai sarana dan inspirasi membangun semangat bahari dan kejayaan nusantara,” ujar Laksamana (Purn) TNI Ade Supandi.

Pengunjung dapat mengetahui perkembangan pelayaran Nusantara sebelum dan sesudah kemerdekaan. Ada berbagai diorama, arsip sejarah, film hingga simulator untuk mengendarai kapal laut. Mugaba memiliki tiga lantai, dimana lantai satu disuguhkan rangkaian ceritera sejarah maritim, kerajaan Sunsda dan kehidupan Laksamana Ade Supandi. Di lantai dua terdapat cafe dan perpustakaan. Sedangkan di lantai tiga, pengunjung seakan mengendarai kapal laut ketika melihat danau Saguling dan aktivitas “air”.

Museum Galeri Bahari (Mugaba) yang arsitektur bangunannya mirip kapal laut di Kampung Banuraja, Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ternyata hanya dibangun dalam waktu dua tahun.

Museum ini dibangun dan didesain oleh mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) yakni Laksamana (Purn) TNI Ade Supandi. Dengan adanya museum tersebut Ia merupakan putra daerah yang ingin mengembangkan wisata baru di kampung halamannya.

24 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 25 c. Monumen Tri Sila

Di depan Markas Komando Daerah Angkatan Laut 3 Jakarta yang terletak di Jalan Gunung Sahari Ancol dibangun suatu monumen Trisila TNI AL. Monumen ini adalah 3 buah patung dari perunggu yang terdiri dari seorang prajurit Marinir berada di sebelah kanan, di tengah-tengah patung Korps Wanita TNI AL (Kowal) dan di sebelah kiri Kelasi Laut. Ketiga tokoh ini dalam sikap menegakkan sebuah jangkar sebagai lambang TNI AL.

Patung yang tingginya lebih dari 150 cm ini diletakkan pada bangunan dari beton berbentuk kubus memanjang ke belakang dengan ukuran lebar 200 cm, panjang 266 cm, dan tinggi 200 cm. Kubus ini mempunyai bagian kaki setinggi 8 cm dan keseluruhan diletakkan pada lantai dasar dengan ukuran lebar 325 cm dan panjang 460 cm.

Monumen Trisila di Jakarta ini merupakan monumen kembar dari monumen Jalesveva Jayamahe yang terletak di Jalan Hang Tuah Surabaya. Maksud pembangunan ini adalah untuk selalu mengingatkan pada seluruh anggota terhadap Trisila TNI AL yang terdiri dari Disiplin, Hierakhi, dan Kehormatan Militer.

26 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 27 d. Monumen Makam Pahlawan Samudera - Pertempuran di Bubulak Desa Sembawa, telah gugur Prajurit Kasmad (asal Desa Sembawa).

Di antara korban jiwa dalam beberapa pertempuran tersebut dan pertempuran lainnya paling banyak berasal dari pihak TNI AL pada pertempuran massal di Cikancang-Cikijing anggota pasukan TNI AL yang gugur yaitu: 1. Mayor (L) Tirtaatmaja, asal Kabupaten Indramayu 2. Sersan (L) Abdul Sukur, asal Kuningan 3. Prajurit. Madhani, asal Tasikmalaya 4. Prajurit Jali, asal Kuningan 5. Prajurit Sukardi, asal Semarang 6. Prajurit Samaun, asal Bandung 7. Prajurit Budiman, asal Jawa Tengah 8. Prajurit Marada, asal Medan Sumatra Utara 9. Prajurit Samud asal Bandung 10. Prajurit Tuswa, asal Desa Sudamulya Kecamatan Jalaksana 11. Prajurit Ismadi, asal Tasikmalaya 12. Prajurit Suwardi, asal Yogyakarta 13. Prajurit Dulmadjid, asal Surabaya, dan 14. Prajurit Sardi, asal Jawa Tengah

Untuk menghormati mereka yang gugur di medan juang sebagai kusuma Sewaktu terjadi hijrah pasukan TNI dari Jawa Barat menuju daerah RI (Jawa bangsa, pada tahun 1950 atas inisiatif para tokoh masyarakat yang dipimpin oleh Tengah/Yogyakarta) sebagai realisasi dari persetujuan Renville, yang melakukan Kapten L. Idma Kartadisastra dilakukan pemindahan kerangka jenazah. Dari yang hijrah adalah seluruh kesatuan, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut maupun semula dikuburkan di beberapa tempat, kemudian dikuburkan kembali di Komplek Angkatan Udara serta berbagai lapisan masyarakat baik pejabat sipil, tokoh politik Balong Dalem Desa Jalaksana (sekarang Desa Babakanmulya) Kecamatan Jalaksana maupun yang lainnya. dan menjadikan tempat itu sebagai Taman Makam Pahlawan Samudera.

Hal yang sama sewaktu terjadi longmarch pasukan TNI kembali ke Jawa Barat, Selanjutnya untuk mengenang jasa para pahlawan Angkatan Laut (ALCA- Angkatan Laut yang berasal dari Jawa Barat (Cirebon) ikut kembali dan menuju pos/ III) dan jasa masyarakat yang telah membantu perjuangan dalam mempertahankan markasnya di Kecamatan Jalaksana bersama-sama pasukan TNI di wilayah Kabupaten kemerdekaan, maka dibangun dua monumen Tugu Pahlawan : petama, berupa Tugu Kuningan sampai daerah Panawangan, Kabupaten Ciamis. Pahlawan Samudera dibangun di Taman Makam Pahlawan Samudera di Kompleks Balong Dalem Desa Babakanmulya, kedua berupa monumen yang dibangun di Berbagai kejadian pertempuran atau kontak senjata dengan pasukan Belanda lapangan sepakbola Samudera di Desa Jalaksana. yang telah menelan korban jiwa, antara lain : - Pertempuran di Desa Japara, telah gugur Prajurit Yunus (asal Desa Japara). Sumber : Buku Perjuangan Rakyat Kuningan Masa Revolusi Kemerdekan - Pertempuran di Jalan Erpah Desa Babakanmulya, telah gugur prajurit Surya (asal Jalaksana) dan seorang pemuda bernama Ruswa (asal Desa Garatengah). - Pertempuran di Desa Garatengah, telah gugur prajurit Simon (asal dari Bandung) dan Wiradisastra (juru tulis Desa Garatengah)

28 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 29 sini“. Di puncak monumen terdapat sebuah jangkar berdiri tegak yang ditopang oleh sebuah segitiga dan diletakkan di atas kubus. Tugu yang berdiri tegak ini mempunyai ketinggian keseluruhan 9 meter.

Monumen Pahlawan Samudera dibangun oleh Kapten Laut Ida Kartasasmita dan Letnan Laut Abdul Kadir beserta warga masyarakat Kuningan Jawa barat bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1949. Tugu monumen berupa silinder dengan sirip-sirip seperti ekor sebuah granat mortar. Pada bagian atas ditempatkan sebuah jangkar sebagai identitas TNI Angkatan Laut. Pada kaki monumen dipahatkan prasasti yang berbunyi : “Disini ditempatkan para pahlawan bunga bangsa yang telah gugur dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1949 “.

Monumen dikelilingi pagar besi melintang sebatang yang ditopang oleh dua belas tiang beton. Hiasan dan pola tugu menampakkan garis tegak lurus dan lengkung- lengkung pada pojok-pojoknya. Juga tonjolan segi empat berganda maupun bentuk relung segi empat silih berganti sehingga menimbulkan kesan gerak dinamis dan kobaran semangat juang. Begitu pula bentuk makam berbeda dari bentuk makam taman pahlawan lainnya, makam pahlawan ini berbentuk segi empat dengan ujung utara dan selatan setengah lingkaran. Makam berunduk tiga tingkat dengan batu nisan yang bertuliskan nama pada bagian kepala. Pada bagian kaki berbentuk segi empat diberi bentuk lingkaran berlubang, sehingga bila dilihat dari samping seperti kepala jangkar.

Spesifikasi Teknis

Monumen berupa tugu berdiri tegak diatas undakan yang berjumlah tujuh buah. Bangunan tugu berupa beton berbentuk segi lima dan makin ke atas makin kecil dan terpotong. Pada kaki monumen terdapat prasasti yang berbunyi “Peringatan Angkatan Laut Corps Armada III selama bergerilya mempertahankan kemerdekaan bersama dengan rakyat pada bulan Agustus 1947 hingga bulan Agustus 1949 di daerah

30 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 31 e. Monumen Perjuangan ALRI Dalam penyerangan pasukan Belanda terhadap Markas ALRI di Kotadalam tersebut telah gugur delapan anggota pasukan dan seorang laskar, sedangkan korban material terdiri tiga rumah penduduk yang ditempati sebagai markas dari pasukan ALRI habis dibakar tentara Belanda.

Selama pasukan ALRI melaksanakan perang gerilya melawan tentara Belanda di Front Selatan, beberapa orang prajurit ALRI gugur sebagai kusuma bangsa diantaranya : 1. Letnan Wijono 2. Sersan Mayor Maladi 3. Sersan Mayor Islan Soegiharto 4. Sersan Mayor Asfari 5. Sersan Mayor Paikun 6. Sersan Agus Jalil 7. Sersan Marjono 8. Sersan Abdoel Gafoer 8. Kopral Moechidin 9. Kelasi I Cholil 10. Kelasi I Soetardji 11. Kelasi I Kamirin

Pasukan ALRI tidak hanya berjuang di medan Front Selatan di Front Utara juga terdapat pasukan ALRI Beruang Hitam dibawah pimpinan Letnan Abubakar Siddiq. Perang gerilya yang dilakukan pasukan ALRI Beruang Hitam di Front Utara cukup Monumen ini dibangun untuk mengenang jasa-jasa perjuangan pahlawan ALRI tangguh dan disegani tentara Belanda. Demikian halnya dengan rekan-rekan prajurit di Kota Lampung terutama untuk mengenang peristiwa penyerangan tentara Belanda ALRI lainnya walaupun tidak bersama pasukan induknya tetap turut berjuang terhadap pasukan ALRI di Kampung Kotadalam, Lampung. Peritiwa itu terjadi pada bergabung dengan pasukan-pasukan lainnya di Front Selatan maupun Front Utara. hari Sabtu malam, 19 Mei 1949 saat pasukan tentara Belanda yang dikerahkan dari Pringsewu dengan petunjuk jalan seorang mata-mata bergerak melalui jalan-jalan Spesifikasi Teknis pintas dapat menghindari pertahanan pasukan ALRI di Kampung Guyupan dan langsung memasuki Kampung Kotadalam. Monumen ini terletak di Desa Kotadalam, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Monumen berdiri diatas tanah wakaf warga Sekitar jam 02.00 WIB dua orang petugas jaga pasukan ALRI, Sersan Agus seluas 340 meter persegi. Monumen berbentuk jangkar yang dipegang tangan dan Jalil dan Sersan Marjono, tiba-tiba melihat terlebih dahulu tentara Belanda yang dikelilingi oleh lidah api, berdiri di atas landasan empat persegi panjang berukuran sudah siap mengepung markas pasukan dan rumah yang ditempati pasukan ALRI. 6 x 1 meter. Dibagian bawah landasan monumen terdapat relief pertempuran di Terjadilah saling tembak. Disebabkan kekuatan yang tidak seimbang maka gugurlah Kotadalam tersebut. Sersan Agus Jalil dan Sersan Marjono sedangkan di pihak tentara Belanda kemudian diketahui dua orang tewas.

Menghadapi situasi yang gawat dibawah hujan peluru tentara Belanda, pasukan ALRI kemudian dapat menghindar sambil membalas tembakan. Kewaspadaan dan pengorbanan kedua petugas jaga tersebut telah menyelamatkan pasukan ALRI.

32 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 33 f. Monumen Heli RE Martadinata Di dekade 50/60 sampai 70-an, nama helikopter “capung” buatan Aerospatiale ini sangat mendunia. Indonesia sendiri mendatangkan helikopter ini pada tahun 1961, dan setidaknya ada tiga unit yang pernah dioperasikan Skadron Udara 200 Puspenerbal.

Setiap orang yang melintasi kawasan wisata Puncak Pass di Cimacan Bogor tentu mengenal keberadaan Masjid Atta`awun, namun belum tentu setiap orang yang ke Puncak Pass mengetahui lokasi monumen RE Martadinata, padahal di monumen Walau digunakan oleh TNI AL (d/h ALRI), Alouette II tak dirancang untuk yang menandai lokasi gugurnya Laksamana Raden di Riung membawa senjata ofensif, keberadaanya di Puspenerbal lebih mengedepankan Gunung pada 6 Oktober 1966, terletak tak jauh dari masjid tersebut. Yang tak boleh sebagai helikopter latih. Sifatnya yang multirole dan ringan, menjadikan Alouette dilewatkan oleh pecinta dunia alutsista, di monumen tersebut terdapat sosok SA313 II laris digunakan untuk kebutuhan sipil dan militer. Dalam kapasitasnya di Alouette II, jenis helikopter legendaris generasi tahun 50-an yang pernah memperkuat lingkungan militer, Alouette II banyak dipakai sebagai elemen pengintai dan liaison Puspenerbal. roles. Sementara perannya di dunia sipil lebih banyak, mulai dari helikopter latih, penyemprotan lahan pertanian, dan mendukung operasi SAR. Berdasarkan catatan sejarah, dalam rangka menyambut hari ulang tahun ABRI ke-21, RE. Martadinata kembali ke Indonesia mendampingi 3 tamu dari Pakistan yaitu Dirunut dari sejarahnya, prototipe pertama Alouette II terbang pada tanggal Kolonel Laut Maswar bersama istri serta Nyonya Rouf, istri dari Deputy I Kepala Staff 12 Maret 1955, saat itu Alouette II menggunakan mesin piston Salmson 9 series. Angkatan Laut Pakistan. Pada tanggal 6 Oktober 1966, mereka mengadakan perjalanan Kemudian Alouette II beralih ke penggunaan mesin turbin. Produksi pertamanya menaiki helikopter Alloutte II milik ALRI dengan dikemudikan pilot Letnan Laut dilakukan oleh Sud Aviation dengan pengiriman perdana ke Angkatan Darat Perancis Charles Willy Kairupan yang ternyata helikopter yang dikemudikannya menabrak yang dimulai pada tahun 1957. Alouette II juga menjadi helikopter produksi pertama bukit pada pukul 16.10 WIB. Dalam kecelakaan tersebut seluruh penumpang dan yang menerapkan penggunaan mesin turbin berbahan bakar bensin skala besar pilot termasuk Laksamana Laut RE Martadinata tewas. dan yang pertama berhasil memanfaatkan rudal anti-tank. Bentuk produksi awal kemudian diikuti oleh versi mesin Astazou yang lebih bertenaga dan terbang pertama pada 31 Januari 1961. Sejak saat itu produksinya beralih ke Aérospatiale.

34 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 35 g. Monumen RI Harimau perebutan wilayah Irian Barat dari tangan Belanda dan memerintahkan RI Harimau ikut dalam operasi militer yang disebut Trikora (Tri Komando Rakyat).

“Karena Pak Harto ahli strategi, maka dalam waktu relatif singkat dibentuklah Komando Pasukan Mandala dengan pasukan gabungan terbesar pada waktu itu,” tuturnya.

Hary Supryatna selaku perwakilan TNI AL yang ditugaskan untuk mengawaki KRI Harimau di museum ini menjelaskan setelah kapal tersebut dipakai untuk berperang di Laut Arafuru, Irian Barat, kapal tersebut disimpan di Armada Timur Indonesia di Surabaya. “Lalu dibawa ke Jakarta melalui Tanjungpriok lalu dibawa ke museum ini,” jelasnya.

Di eranya, KRI Harimau hanya dapat mengangkut prajurit berjumlah 39 orang termasuk awaknya dan sang komandan. Kapal ini bermesin diesel Mercedes-Benz MB 51B yang berkekuatan 3000 tenaga kuda dengan kecepatan 42 knot dan daya jelajah 500 mil laut. Kapal perang yang berdimensi panjang 42,6 meter, lebar 7,1 meter, dan draft 2,5 meter tersebut, kini menjadi museum hidup dan menjadi bagian dari museum Purna Bhakti Pertiwi.

Kapal KRI Harimau ini juga telah dilengkapi diorama sejarah perjuangan pada masa lampau yang dihiasi foto-foto dan lukisan berbahan dasar fiber yang berlokasi Kapal perang Republik Indonesia- RI Harimau merupakan peninggalan di lambung kapal, yang dahulunya tempat tersebut dipakai sebagai kamar mesin. Tak bersejarah dari upaya perebutan wilayah Irian Barat dari tangan penjajah ke Negara hanya itu, ruang dapur, ruang sekoci dan ruang komunikasi yang dahulu dipakai Kesatuan Republik Indonesia yang sekarang dikenal sebagai wilayah . RI untuk berperang juga bisa dilalui oleh para pengunjung. Namun hanya ruang mesin Harimau menjadi monumen kapal yang berada di Museum Purna Bhakti Pertiwi saja yang dirombak untuk dijadikan diorama sejarah kapal tersebut. Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur. Diperkirakan sekitar 200 pengunjung dapat masuk ke kapal bersejarah ini. Satu-satunya kapal peninggalan sejarah konfrontasi militer Indonesia-Belanda “Waktu kapal ini masih berfungsi, panglima operasi Mandalanya adalah Pak Soeharto, pada 1961 ini berdiri kokoh di daratan Jakarta. Kapal perang jenis motor torpedo boat beliau ikut mengomandoi KRI ini. Karena KRI ini satu-satunya yang selamat maka (MTB) kelas Jaguar berbobot 183,4 ton terbuat dari besi baja ringan buatan Jerman kapal ini dimuseumkan dan Pak Soeharto juga telah mengizinkan,” tambah Ridhani. Barat ini bergabung di armada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) pada 1960. Sementara soal pengangkutan KRI Harimau dijelaskan seorang perwakilan Kapal yang dibeli dari Jerman Barat ini tidak dilengkapi dengan amunisi dari TNI AL Ibrahim. Berawal dari Tanjungpriok yang diangkut dengan truk trailer terpedonya, hanya tabungnya saja. Karena waktu itu dilarang oleh negara Sekutu. dengan kapasitas kekuatan 80 ton. Mesin dan peralatan yang memberatkan itu Alhasil, ketika perang di Laut Arafuru pihak ALRI tidak menggunakan terpedo. Dalam diangkat selama beberapa hari sehingga bobot kapal menjadi berkurang. “Karena peristiwa Aru, kapal jenis ini tidak untuk perang tapi digunakan untuk infiltrasi atau kapal ini besar dan lebar maka diangkutnya dengan dua buah trailer dengan kepala menyelundupkan tentara kita di daratan Irian Barat dan operasinya sendiri bersifat traktor dalam kecepatan 10 hingga 20 km per jam sehingga datang ke museum ini rahasia,” kata Ridhani, penasihat Direktur Museum Purna Bhakti Pertiwi di TMII selama dua hari tiga malam,” paparnya. Jakarta Timur. Pada 22 Agustus 1993, KRI Harimau diserahkan oleh TNI AL kepada Yayasan Panglima Tertinggi Angkatan Perang Presiden Soekarno mengangkat Soeharto Purna Bhakti Pertiwi untuk dijadikan monumen. Kepala Staf TNI Angkatan Laut selaku Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Ia yang mengomando Laksamana Soeparno meresmikan kembali penggunaannya sebagai monumen

36 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 37 bersejarah di Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII. h. Monumen Arung Samudera

Riwayat operasi/penugasan : Monumen Arung Samudera berdiri untuk mengenang peristiwa penyelenggaraan even akbar Arung Samudera tahun 1995 di Jakarta. Peristiwa itu 1. Tahun 1962 : operasi infiltrasi dalam rangka pembebasan Irian Barat. Pada tanggal menandai kebangkitan dan kejayaan bahari bangsa Indonesia. 9 Januari 1962 Satuan Tugas Chusus 9 atau lebih dikenal dengan STC-9 dibawah Komandan Kolonel Laut (P) Sudomo, diberangkatkan dari pelabuhan Tanjung Monumen Arung Samudera sebetulnya merupakan personifikasi dari bentuk Priuk Jakarta menuju Pantai Merah di Kaimana, Irian Barat. Pada tanggal 15 jangkar kapal yang memiliki dua kait dengan puncak tugu menyerupai bentuk Januari 1962 saat konvoi STC-9 melintas di sekitar laut Arafuru, keberadaannya menara suar. Monumen ini terletak di kepulauan Seribu, Jakarta Utara. di ketahui oleh pesawat patroli Belanda yang kemudian melaporkannya ke kapal perang Belanda yang sedang berpatroli yaitu HRMS Eversten dan HRMS Kortenaer, dalam pertempuran tersebut, Komodor Josaphat Soedarso gugur bersama para pejuang lainnya. 2. Tahun 1963 : Operasi Buaya Timbul di perairan Tanjung Pinang dan selat Singapura untuk melaksanakan show of force dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia. 3. Tahun 1964 : Operasi Ganyang di perairan Tanjung Pinang dan Selat Singapura. 4. Tahun 1965-1966 : Latihan Bersama antara ALRI dengan Pakistan selama empat bulan. 5. Tahun 1967 : Operasi Penegak di perairan Jakarta selama tiga bulan dan Operasi Sebar di perairan Belawan. 6. Tahun 1969 : Operasi Sebar di perairan Belawan dan Tanjung Pinang.

Riwayat Penyerahan :

1. Tahun 1993 : Pada tanggal 22 Agustus 1993 diserahkan oleh TNI AL kepada Yayasan Purna Bhakti Pertiwi untuk dijadikan Monumen. 2. Tahun 2012 : Pada Tanggal 10 Februari 2012 selesai dilaksanakan renovasi dan diresmikan kembali penggunaannya oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno.

38 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 39 Lantamal IV b. Monumen Meriam Dumai

Pada tanggal 10 Januari 1972 Pertamina membeli sebuah kapal bengkel milik a. Monumen Jangkar Angkatan Laut Amerika Serikat USS Tide Wider untuk dijadikan Floating Dock di Dumai. Untuk mempermudah dalam pembelian dan perjalanan ke Indonesia, maka Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio, pihak pertamina bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut, kemudian kapal tersebut meresmikan Monumen Jangkar, bertempat di Mako Lantamal IV Jl. Yos Soedarso diberi nama KRI Dumai. Pada tanggal 7 Juni 1972 KRI Dumai berangkat dari Surabaya No. 1 Batu Hitam Tanjung Pinang, pada Senin, 23/4/2012. Peresmian Monumen menuju Dumai dan tiba pada tanggal 21 Juni 1972. Pada tanggal 14 Agustus 1972 KRI Jangkar dilaksanakan usai acara Seminar Maritim Nasional Strategi Membangun Dumai dilikuidasi dan Floating Dock diresmikan pemakaiannya oleh Direktur Utama Negara Maritim Pulau Terdepan Beranda Negara Maritim, bertempat di Asrama Haji Pertamina Ibnu Sutowo yang kemudian diberi nama Proyek Dock Dumai. Kemudian Tanjung Pinang. untuk inventaris eks KRI Dumai berupa tiga buah meriam termasuk meriam kaliber 5 “/38 dan sebuah jangkar diserahkan ke Sional Dumai. Adapun tujuan pembangunan Monumen Jangkar antara lain; sebagai tanda kebangkitan jiwa bahari bangsa Indonesia, dimana Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia; sebagai implementasi semangat baru TNI Angkatan Laut dalam rangka menjaga dan mempertahankan wilayah kedaulatan NKRI di Laut; dan sebagai salah satu cermin kepemimpinan bahari yang memiliki karakter kuat di tengah gelombang kehidupan.

Spesifikasi Teknis Seiring dengan perkembangan kota Dumai dan untuk kewibawaan kota, berdasarkan surat Walikota Dumai Nomor : 100/PEM/530 tanggal 27 Februari 1990, dari pihak Pemda mengajukan permohonan untuk menghibahkan meriam kaliber 5 “/38 inventaris TNI AL tersebut, atas persetujuan Kasal berdasarkan Berita Acara Nomor : BA/16/IX/1990 tanggal 18 September 1990, meriam diserahkan kepada pihak Pemerintah Kota Dumai dan dipasang sebagai monumen di bundaran masuk kota Dumai.

40 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 41 Lantamal XII b. Monumen Pahlawan Aru

a. Monumen Pelantara VI

Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim (Kadispotmar), Brigjen TNI (Mar) I Ketut Suarya bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kayong Utara, yang mewakili Bupati, Dra. Hilaria Yusnani, meresmikan Monumen Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) VI, Rabu (12/10/2016,) di Pantai Pulau Datok, Sukadana, Kayong Utara, sebagai rangkaian kegiatan Sail Selat Karimata 2016. Peresmian Patung Sahabudin dan replika kapal Macan Tutul merupakan ikon kota Bangka monumen tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Kadispotmar, Belitung dan terletak di GOR Sahabudin. Kelasi Satu Sahabudin adalah anggota ALRI yang juga sebagai Ketua Pimpinan Pramuka Saka Bahari Tingkat Nasional (Kapin yang merupakan putra daerah dan gugur pada saat pertempuran di laut Arafuru pada Saka Bahari). Monumen tersebut diresmikan sebagai tanda bahwa Pelantara pernah 15 Januari 1962. Peristiwa pertempuran di laut Arafuru selalu diperingati setiap tahun singgah dan berkemah di daerah tersebut. sebagai Hari Dharma Samudera.

Satgas Pelantara VI, berlayar dengan KRI Surabaya–591 merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh TNI Angkatan Laut bersama dengan Pramuka Saka Bahari Tingkat Nasional. Tujuan Penyelenggaraan Pelantara sendiri adalah untuk membentuk karakter generasi muda Saka Bahari serta memberikan pemahaman tentang pentingnya pengamanan pulau terluar bagi keutuhan NKRI, mengenalkan kehidupan masyarakat yang beraneka ragam baik budaya maupun kehidupan sosialnya juga untuk memperkenalkan lingkar luar wilayah perbatasan Indonesia, sehingga kegiatan ini disebut dengan Pelayaran Lingkar Nusantara.

42 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 43 Koarmada II cocor bagian haluan atau depan kapal. Patung Dewaruci itu hanya salah satu objek ”misterius” yang dipamerkan. a. Fleet House Ruang pamer Fleet House didesain modern, dilengkapi benda bersejarah dan juga keterangan foto. Koleksi yang ada di museum ini berupa peralatan utama sistem persenjataan beberapa dekade dan juga catatan sejarah Armada Angkatan Laut tersaji ringkas di sini. Puluhan alutsista zaman dulu hingga saat ini ditempatkan di titik- titik strategis dalam Fleet House. Diantaranya, meriam kuno yang terbuat dari bahan tembaga dan besi produksi abad ke-16 hingga abad ke-18.

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio meresmikan Fleet House (Museum Armada) di Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), Surabaya, pada Selasa 29 Oktober 2014. yang ditandai dengan penandatanganan prasasti sebagai simbolisasi peresmian gedung Museum Armada.

Fleet House atau Museum Armada berisikan berbagai macam koleksi baik benda-benda bersejarah atau foto yang bercerita tentang keberadaan Armada RI, serta perjuangannya, yang dimulai sejak zaman pra kemerdekaan sampai saat ini. Selain itu museum ini juga memiliki teater yang digunakan untuk menyaksikan film Koleksi lain yang ada di Fleet House ini adalah beberapa peluru kendali era dokumenter sejarah armada dan TNI Angkatan Laut. modern seperti senjata rudal, meriam dan juga torpedo. Serta juga ada miniatur kapal perang KRI Irian buatan Uni Soviet yang digunakan TNI AL pada tahun 1960-an dan Sesuai dengan slogan, “historia magistra vitae” yang bermakna sejarah adalah juga pakaian selam klasik Angkatan Laut buatan Amerika Serikat yang memiliki berat guru kehidupan, keberadaan Fleet House Koarmatim merupakan fasilitas yang 91 kilogram. menggambarkan perjalanan Komando Armada RI dari masa kemasa.

TNI Angkatan Laut keberadaan Fleet House ini diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuan, maupun sebagai media untuk mewariskan nilai-nilai historis perjuangan TNI AL. Sedangkan bagi masyarakat umum, khususnya para generasi muda, dengan diresmikannya Fleet House ini, ke depan diharapkan dapat melahirkan generasi muda penerus bangsa yang tertanam jiwa cinta bahari, sehingga kelak dapat memajukan sektor kemaritiman Indonesia.

Di dalam Fleet House ini terdapat replika patung kayu Dewaruci. Patung telanjang dada dengan cat warna emas yang biasa diletakkan di bawah bowsprit tiang

44 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 45 b. Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) Monumen Jalesveva Jayamahe atau Monjaya adalah sebuah monumen yang terletak di Kota Surabaya, Jawa Timur. Monumen ini menggambarkan sosok Perwira TNI Angkatan Laut berbusana Pakaian Dinas Upacara (PDU) lengkap dengan pedang kehormatan yang sedang menerawang ke arah laut, serasa siap menantang gelombang dan badai di lautan, begitu pula yang ingin di perlihatkan bahwa Angkatan Laut Indonesia siap berjaya. Patung tersebut berdiri di atas bangunan dan tingginya mencapai 30,6 meter. Monumen Jalesveva Jayamahe menggambarkan generasi penerus bangsa yang yakin dan optimis untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.

Monumen Jalesveva Jayamahe ini juga sesuai dengan motto Angkatan Laut yaitu Jalesveva Jayamahe yang berarti, Justru Di Laut Kita Berjaya. Monumen ini dibangun dan dirancang oleh I Nyoman Nuarta pada tahun 1993 kemudian dilanjutkan oleh Laksamana TNI Muhamad Arifin.

Selain menjadi monumen, patung ini juga dapat dijadikan mercusuar, atau lampu pemandu bagi kapal-kapal yang sedang berlayar di sekitarnya. Hal itu karena monumen ini memiliki tinggi 31 meter dan berdiri di atas gedung setinggi 29 meter. Monjaya disebut-sebut sebagai patung tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty yang memiliki tinggi 85 meter.

Di bagian dinding dibangun terpapar diorama sejarah kepahlawanan pejuang- pejuang bahari sejak zaman prarevolusi fisik hingga 1990-an. Patung Sang Kolonel itu dibangun dengan rangka berbahan baja dan berkulit tembaga di Surabaya. Monumen yang sudah dibangun sejak 1990 ini diresmikan oleh Presiden Soeharto bertepatan dengan Hari Armada RI yang jatuh pada 5 Desember 1996.

Selain patung dengan ukuran raksasa itu, di pelataran Monjaya terdapat juga sebuah gong terbesar di dunia. Gong itu bernama Kiai Tentrem. Gong yang dibuat dengan bahan logam kuningan ini juga dilapisi antikarat. Gong ini memiliki berat 2,2 ton, ketebalan 6 mm dan berdiameter 5 meter. Sosok yang membuat gong ini adalah pengrajin gamelan pimpinan Sutarjo dari Desa Pelem Lor, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

46 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 47 c. Monumen Gajah Mada d. Monumen Ghora Vira Madya Jala Monumen dibangun berdasarkan Surat Kasal No.B/622/X1I/2002 tanggal 27 September 2002 dan diresmikan pada tanggal 28 April 2003 oleh Kasal Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh.

Monumen berupa : tugu dan kolam, logo Ghora Vira Madya Jala dan taman. Menempati areal seluas: 510 meter persegi terletak di JI. Purwo Ujung Surabaya. Tinggi Monumen 16 meter. Bahan logo dari kuningan dan baja Galvanis, Konstruksi bangunan menggunakan tiang pancang. Monumen ditopang 8 pilar, 4 di samping kanan dan 4 di samping kiri, yang melambangkan 8 wajib TNI yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap prajurit Monumen Gaja Mada ini berada di Kompleks Militer, Koarmada II Surabaya, matra laut baik dalam kedinasan maupun dalam kehidupan sehari-hari, dan 2 buah tepatnya berlokasi tepat di tengah bundaran Kampung Seratus, Daerah Basis (DB) AL, obor yang melambangkan semangat prajurit Koarmatim yang membara dan pantang Ujung Surabaya. Di lokasi ini sebelumnya berdiri Monumen Meriam yang kemudian menyerah. dibongkar pada tanggal 22 Agustus 2003, di ganti monumen Gajah Mada. Monumen Gaja Mada sendiri dulunya berada di depan Markas Komando Armada RI Kawasan Arti dan makna monumen Ghora Vira Madya Jala: Timur, Surabaya. Ghora : Melambangkan sesuatu yang besar dan mempunyai kewibawaan. Monumen berbentuk sosok Gajah Mada dengan tangan kanan bertopang pada Vira : Melambangkan prajurit yang mempunyai sifat keberanian. senjata gada. Patung Gajah Mada yang berdiri gagah perkasa ini di topang bangunan Madya : Melambangkan tengah. berbentuk mirip gapura atau tugu setinggi kurang lebih 2 meter. Secara keseluruhan Jala : Melambangkan laut. monumen ini memiliki ketinggian 8 meter . Di bawah monumen terdapat kolam Makna keseluruhan : Armada Republik Indonesia adalah merupakan Ksatriya berbentuk persegi delapan. Perkasa di tengah Laut.

Patung tersebut dibuat oleh Pelda Msn. Wibowo, dan bertepatan dengan HUT Trisula diatas dasar biru laut (bagian bawah) sebagai laut dan putih (bagian atas) TNI pada tanggal 5 Oktober 2003 Monumen Gajah Mada diresmikan oleh Kepala Staf sebagai langit, mempunyai arti : Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh. Monumen tersebut dicanangkan sebagai titik tolak sebagai kebangkitan Angkatan Laut RI untuk lebih Armada Republik Indonesia mempunyai tiga unsur kemampuan pokok, di maju, besar, kuat, profesional dan dicintai rakyat. atas permukaan laut, di bawah permukaan laut dan di udara. Senjata ampuh yang batangnya berbentuk kilat dan bersayap melambangkan bahwa Armada Pembangunan patung Gajah Mada ini merupakan gambaran cita-cita luhur sanggup bergerak dengan cepat dan mampu menghancurkan lawan dengan persatuan Nusa dan Bangsa yang dewasa ini diwujudkan sebagai Wawasan Nusantara tepat dan sempurna di luar dan di dalam perairan Indonesia. Ledakan sasaran yang mengandung arti pandangan dan keyakinan. Wawasan Nusantara adalah melambangkan hancurnya si angkara murka di permukaan bumi. Dengan wawasan yang memandang rakyat, negara dan wilayah Nusantara baik darat, laut dikelilingi tambang melingkar yang melambangkan persatuan. maupun udara sebagai suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

48 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 49 Makna warna : f. Monumen Modderlust

Kuning emas: Melambangkan keagungan dan kejayaan Armada Di Pelabuhan Tanjung Perak, selain Republik Indonesia yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa gedung Modderlust yang tinggal hanya Indonesia sejak dahulu kala, yang harus dipupuk dan dikembangkan. monumennya, ditempat monumen Modderlust ini dulunya digunakan juga Biru : Melambangkan kesetiaan dan ketaatan yang menjadi dasar untuk sebagai markas BKR Laut. setiap anggota. Lokasi monumen yang berada di Kuning: Melambangkan kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh setiap anggota tepi selat madura, masuk wilayah PT Armada Republik Indonesia dalam melaksanakan tugasnya, tepat dan cepat PAL. Bentuk monumen yang sederhana dalam bertindak. dengan ketinggian yang hanya 2 meter, membuat bangunan monumen tidak Putih: Melambangkan kesucian anggota Armada Republik Indonesia sanggup kelihatan dari jauh. melaksanakan tug as dengan penuh kesadaran bahwa tugas yang dilaksanakan itu adalah suci dan tanpa pamrih. Armada Republik Indonesia dalam Seperti tampak dalam foto di atas, menjalankan tugasnya demi kepentingan Negara. bentuk monumen Modderlust ini seperti limas dengan ujungnya di letakan sebuah jangkar.

e. Monumen Meriam Pintu Gerbang Armatim Di tubuh monumen ini terpasang 2 prasasti, yang menarik pada prasasti pertama bertuliskan; Di tempat ini pernah berdiri sebuah gedung dengan nama “Modderlust” Monumen yang dibangun pada yang digunakan sebagai Markas BKR Laut, sejak 22-9-1945 sampai tentara Sekutu tahun 1967 terletak dibunderan Kampung menduduki Surabaya. Seratus Ujung Surabaya, lebih condong disebut sebagai pintu gerbang yang Keistimewaan monumen ini ini pada lokasinya yang indah. Dari Monumen menggambarkan identitas pangkalan Modderlust ke arah barat dapat terlihat kemegahanan gedung kesyahbandaran TNI AL. Tanjung Perak dan ke arah Timur akan nampak monumen Jalesveva Jayamahe.

Lantai dasar setinggi 2 meter dengan ukuran panjang 10 meter, lebar 10 meter dikanan dan kiri dipasang masing- masing sebuah meriam kapal. Di tengah- tengah pada tingkat kedua dipasang ruang menara kapal. Pada sekeliling lantai ini dengan sisi miring dipahatkan relief-relief perang laut.

Untuk mencapai lantai kedua ini dibuatkan undak-undakan sebanyak 15 tingkat. Monumen setinggi 6 meter ini menunjukkan kekuatan dan kejayaan TNI AL dengan unsur-unsur laut, udara dan Marinir .

50 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 51 Lantamal V b. Museum KALM

a. Museum Bahari

Nenek moyangku orang pelaut / Gemar mengarung luas samudra / Menerjang ombak tiada takut / Menempuh badai sudah biasa

Sepenggal lirik lagu anak-anak menceritakan kegagahan dan keberanian nenek moyang bangsa Indonesia mengarungi samudra. Lirik diatas adalah bentuk dari kearifan lokal bangsa Indonesia adalah negeri bahari atau maritim yang harus dilestarikan untuk generasi masa depan bangsa Indonesia.

Sejalan dengan lirik lagu diatas, sebagai seorang prajurit TNI AL, Laksamana Madya TNI Yosafat Didik Heru Purnomo memprakarsai dibukanya Museum Bahari Yogyakarta. Kecintaannya pada kelautan dan keresahannya pada generasi muda yang tidak lagi concern terhadap bidang kelautan beliau menghibahkan rumah pribadinya sebagai museum. Museum Bahari Yogyakarta resmi dan dibuka untuk umum pada tanggal 25 April 2009.

Berkunjung di Museum Bahari Yogyakarta, pengujung dapat menikmati seluk beluk tentang dunia maritim. Pengunjung dapat mengetahui secara details isi anjungan kapal perang, serta film dokumenter sejarah TNI AL. Selain itu, kita dapat Komandan Lantamal V Laksma TNI Edwin, S.H. didampingi Danlanal Malang melihat koleksi kelautan dan pertahanan laut berupa meriam, bom laut, torpedo, alat Kolonel Laut (P) Edi Krisna Murti, Selasa (5/6/2018) melaksanakan peresmian dan selam, telegraf, miniatur kapal, peta laut dunia, jangkar dan replika kapal beserta peninjauan “Museum KALM” di Gd. Suboko disertai penandatanganan prasasti. komponen-komponen didalamnya. Museum KALM yang merupakan kepanjangan dari Ksatrian Angkatan Laut Malang merupakan nama yang sudah familier bagi masyarakat Malang tempo doeloe. Museum Bahari memiliki empat ruang utama, yaitu ruang koleksi dan souvenir, ruang koleksi yang terdapat di lantai dua, ruang anjungan terakhir ruangan audio Peresmian ini merupakan bagian dari pelestarian nilai-nilai sejarah, khususnya visual yang dilengkapi dengan peralatan audio visual untuk pemutaran film yang tentang perjalanan sejarah Lanal Malang dari masa ke masa. Museum tersebut berkaitan dengan kelautan. Selain koleksi tersebut museum ini juga menyajikan sementara sudah terisi antara lain peralatan administrasi, peralatan masak dapur, simulasi di anjungan kapal yang dilengkapi dengan sistem kendali senjata dan navigasi peralatan werving yang digunakan pada awal pertama kali, foto-foto album tahun serta peralatan pendukung kapal perang seperti baling-baling, ranjau, torpedo, dan enam puluhan, alat transportasi “sepeda ontel” dan seperangkat meja kursi “tempo meriam. doeloe”.

52 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 53 c. Monumen Masa Depan Cerah d. Monumen Yos Sudarso

Monumen ini dibangun pada tahun 1973 dan diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI R. Soedomo pada tanggal 29 mei 1973. Monumen yang terletak dijalan Rawa Baru Ujung Surabaya, merupakan suatu bangunan yang dibuat dari beton dengan ukuran dasar panjang 5 meter, lebar 2 meter. Monumen utama berupa kubus pipih sebesar 25 centimeter dengan bentuk sisi bagian depan menggambarkan seorang bapak dengan pakaian pelaut dengan tangan kanan menunjuk kedepan dengan pandangan dan harapan kedepan serta pandangan dan harapan yang cerah.

Didepannya berdiri anak laki-laki dengan pandangan agak keatas nampaknya merupakan anak pertama. Dibelakang relief bapak berdiri ibu mengemban bayi anak ketiga. Untuk melindungi bayinya ibu memakai payung, serta anak kedua berjalan dibelakang / disamping ibu. Pada bagian atas terdapat tulisan yang berbunyi: Kompleks Perumahan Masa Depan Cerah. Dan pada bagian kanan pojok bawah terdapat prasasti tentang pendirian monumen ini. Kaki monumen dibuat dari teraso berwarna putih- putih kuning sehingga merupakan garis pendukung keluarga bahagia. Sekeliling monumen dipasang batas berupa pagar rantai yang ditopang oleh lima belas tiang besi.

Monumen Yos Sudarso dibangun untuk mengenang peristiwa pertempuran laut Arafuru (15 Januari 1962). Dalam pertempuran tersebut Komodor Yos Sudarso yang kala itu berada di RI Macan Tutul mengambil alih pimpinan dan bermanuver memberikan perlawanan terhadap kedua kapal Belanda itu sekaligus mengalihkan perhatian agar kapal Belanda terpusat pada RI Macan Tutul. Dengan begitu RI Harimau dan Macan Kumbang diselamatkan, tetapi RI Macan Tutul tenggelam bersama Komodor Yos Sudarso dan 25 awak kapal.

Berdasarkan catatan, monumen berupa patung Komodor Jos Sudarso terdapat 3 buah monumen di surabaya. Monumen Jos Soedarso di depan Kobangdikal, Monumen Yos Sudarso di jalan Rajawali dan satunya lagi Monumen Dharma Laut di Jl. Hang Tuah, Ujung. Ketiga Monumen memperkuat identitas kota Surabaya sebagai Monumen yang diletakkan pada jalan masuk kompleks perumahan warga kota bahari. TNI AL diharapkan agar setiap warga TNI AL ikut serta dalam Program Keluarga Berencana yaitu dengan mengatur jumlah anak 3 orang. 1. Monumen Yos Sudarso di depan Kodiklatal

Keluarga berencana bertujuan meningkatkan derajat kesejahteraan ibu dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama Kepala Staf Angkatan Laut anak serta keluarga dan bangsa pada umumnya. Meningkatkan taraf kehidupan Laksamana TNI Ade Supandi meresmikan monumen YOS SUDARSO sebagai rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk destinasi wisata baru di Surabaya pada Minggu,10/5/2015 . tidak melebihi kemampuan untuk menaikkan produksi (Kepres No. 8/1970).

54 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 55 Di lantai satu terdapat ruang auditorium dan videorama. Di sini para pengunjung 2. Monumen Yos Sudarso di Jalan Rajawali dapat mengetahui lintas sejarah TNI AL dan profil perjuangan Komodor Yos Sudarso dan dapat juga berfoto dengan manekin yang mengenakan seragam TNI AL. Monumen Komodor Yos Sudarso berdiri gagah, dengan posisi siap di jalan Di lantai dua, ada dua tempat yang dapat dikunjungi, indoor dan outdoor. rajawali, di belakangnya tampak hutan Lantai dua indoor, pengunjung dapat melihat 8 buah diorama perjuangan rakyat kota yang memanjang dari Jl Rajawali Indonesia dalam perebutan kembali Papua Barat dari tangan Belanda. Diorama ini hingga Jl Perak. menceritakan sejarah itu mulai dari Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tahun 1949, peenyataan Tri Komando Rakyat (Trikora) oleh Presiden Soekarno Di kaki monumen terdapat pada tahun 1961. Ada pula sejarah pertempuran di laut Arafuru pada 1962 yang air mancur. Di sisi yang lain tertulis: menewaskan Yos Sudarso beserta tenggelamnya kapal RI Macan Tutul, serta proses Monumen ini dipersembahkan kepada Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969 yang mengembalikan Papua nusa dan bangsa Indonesia untuk Barat ke tangan Indonesia. dilestarikan oleh generasi penerus. Monumen ini diresmikan tepat pada Beralih ke suasana outdoor di lantai yang sama, di sini para pengunjung dapat hari pahlawan 10 Nopember 2008 oleh menikmati 19 relief yang menceritakan perkembangan alusista TNI AL. Dari sini, Walikota Surabaya saat itu. pengunjung juga dapat melihat patung besar Komodor Yos Sudarso yang menjulang di tengah bangunan. Selanjutnya adalah area taman, tempat diselenggarakannya berbagai acara. 3. Monumen Dharma Lautan

Monumen Dharma Lautan berupa patung setengah badan Komodor Jos Sudarso. Monumen ini diresmikan oleh Panglima Komando Daerah Maritim IV Surabaya Komodor Laut Hamzah Atmohandojo pada tahun 1963.

Material patung terbuat dari bahan perunggu. Patung diletakkan pada bangunan berbentuk kubus dari beton dengan ukuran panjang 9 meter dan lebar 3 meter. Sedang tinggi keseluruhan landasan dan patung adalah 4 meter. Pada bagian depan terdapat tetenger tanda berupa prasasti yang berbunyi “Monumen Dharma Samudera“. Dibawah tetenger tersebut terdapat relief kapal cepat torpedo (KCT) RI Macan Tutul. Sedangkan dibawah relief tersebut terdapat pula prasasti tentang kepahlawanan prajurit yang gugur dalam Pertempuran Laut Arafuru pada tanggal 15 Januari 1962.

56 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 57 e. Monumen Kapal Selam (Monkasel) 1. Sejarah Kapal Selam Pasopati 410.

KRI Pasopati dengan nomor lambung 410 termasuk jenis SS type Class dibuat di Vladi Wostok Rusia pada tahun 1952. Kapal selam Pasopati masuk jajaran TNI AL (Satselarmatim) terhitung mulai tanggal 29 Januari 1962, dengan tugas pokok menghancurkan garis lintas musuh (Anti Shipping) mengadakan pengintaian dan melakukan silent raid.

Selama pengabdiannya KRI Pasopati banyak berperan aktif menegakan kedaulatan negara dan hukum laut yurisdiksi nasional, misalnya dalam operasi Trikora KRI Pasopati terlibat langsung di garis depan memberi tekanan psikologis terhadap lawan, sehingga Irian dapat kembali ke dalam wilayah RI. Selain itu terdapat empat belas Komandan berpangkat Perwira menengah yang telah memimpin KRI Pasopati. Komandan Pertama Mayor Laut (P) Yasin Sudiro dan Komandan terakhir Mayor Laut (P) Imam Zaki. KRI Pasopati 410 dinonaktifkan dari jajaran TNI AL pada tanggal 25 Januari 1990 ditandai dengan penurunan Ular-Ular Perang dalam suatu upacara militer di Ujung Surabaya.

Monumen Kapal Selam KRI Pasopati 410 adalah monument pada skala penuh (bukan replika). Kapal selam ini adalah salah satu dari Armada Divisi Timur. Museum Kapal Selam atau disingkat Monkasel adalah sebuah museum kapal Konstruksi monumen dimulai pada Juli 1995, pertama ditandai oleh Gubernur Jawa selam yang terdapat di Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Terletak di pusat kota, Timur Basofi Soedirman yang melakukan peletakan batu pertama untuk pondasi. monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Pada saat yang sama, KRI Pasopati 410 telah diiris menjadi 16 bagian di PT PAL Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal selam ini Indonesia. Kemudian bagian per bagian diciptakan kembali dan diletakkan di atas pernah dilibatkan dalam pertempuran Laut Arafuru untuk membebaskan Irian Barat pondasi monumen. Monkasel resmi dibuka pada 15 Juli 1998 dan telah beroperasi dari pendudukan Belanda. sebagai salah satu objek wisata di Surabaya. Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk 2. Spesifikasi teknis memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plasa Surabaya. Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah KRI Pasopati 410, termasuk tipe SS Whiskey Class, dibuat di Vladi Wostok pemutaran film, di mana ditampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Rusia pada tahun 1952. Kapal Selam ini berpartisipasi di Angkatan Laut sejak tanggal 29 Januari 1962, tugas utama adalah untuk menghancurkan garis musuh Ada cerita unik di balik hadirnya monumen Kapal Selam ini. Pada suatu malam (anti-shipping), pengawasan dan melakukan penggerebekan secara diam-diam. KRI Pak Drajat Budiyanto yang merupakan mantan KKM (Kepala Kamar Mesin) KRI Pasopati 410 telah mengambil peran besar untuk mempertahankan hukum kelautan, Pasopati 410 (buatan Rusia) ini dan juga mantan KKM KRI Cakra 401 (buatan Jerman seperti Operasi Trikora, KRI Pasopati 410 turun ke belakang garis musuh, memberi Barat), bermimpi diperintahkan oleh KSAL pada waktu itu untuk membawa kapal penindasan secara psikologis. selam ini melayari Kali Mas. Ternyata mimpi itu menjadi kenyataan. Dia ditugaskan untuk memajang kapal selam di samping Surabaya Plaza. Caranya dengan memotong Spesifikasi : kapal selam ini menjadi beberapa bagian, kemudian diangkut ke darat, kemudian Panjang : 76,6 m dirangkai dan disambung kembali menjadi kapal selam yang utuh. Lebar : 6,30 m Kecepatan : 18.3 knot di atas permukaan, 13,6 knot di bawah permukaan Berat penuh : 1.300 ton Berat kosong : 1.050 ton

58 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 59 Kemampuan jelajah : 8.500 mil laut f. Monumen Pertempuran Pasukan ALRI 0032 Baterai : 224 unit Bahan Bakar : Diesel Persenjataan : 12 Torpedo Uap Gas Panjang : 7 m Baling-baling : 6 bilah Awak kapal : 63 termasuk Komandan

KRI Pasopati memiliki jumlah 7 ruangan : 1. Ruang untuk haluan Torpedo, dipersenjatai dengan 4 torpedo propeller, juga bertindak sebagai penyimpanan untuk torpedo 2. Ruang Komandan, ruang makan, dan ruang kerja. Di bawah dek adalah ruang untuk Baterai I 3. Jembatan utama dan Pusat Komando. Penyimpanan makanan di bawah dek 4. Ruangan Awak Kapal, dapur, dan penyimpanan untuk Baterai II di bawah dek 5. Ruangan Mesin Diesel dan Terminal Mesin 6. Kamar Mesin Listrik 7. Ruangan Torpedo untuk bagian buritan, berisi dengan 2 buah Torpedo.

3. Sarana Pendukung Taman Makam Pahlawan ini dibangun untuk mengenang kisah heroik dari Pasukan ALRI 0032 dalam usaha mempertahankan Banyuwangi dari Agresi Militer Monumen Kapal Selam KRI Pasopati 410 ini memiliki fasilitas pendukung Belanda I yang terjadi pada 21 Juli 1947. Dalam agresi militer tersebut, pihak Republik seperti Video Rama, Musik Live, kolam renang untuk anak-anak dan rekreasi air di Indonesia kehilangan sebagian wilayahnya dan ribuan orang gugur. sungai Kalimas. Sebuah stan suvenir dan area parkir. Di dalam kompleks juga berdiri panggung besar untuk acara tertentu. Video Rama menyajikan film sinematik dan Pada tahun 1950 , Presiden Soekarno menyempatkan untuk berziarah di TMP dilengkapi sistem suara stereo akan membawa imajinasi anda menyatu dengan film KSATRIA LAUT 0032 sambil membubuhkan tulisan tangan di atas prasasti yang mengenai kapal selam KRI Pasopati 410 disaat menjalankan tugasnya. bertuliskan kata - kata: “Hormatku Padamu Pahlawan” dan menandatanganinya di bawah tulisan tersebut. Ini menunjukkan betapa beliau sangat menghormati para pahlawan bangsa, dan sekaligus konsisten dengan kata - katanya sendiri yang mengatakan bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya”

Kisah Heroik Pasukan ALRI 0032

Pasukan gagah berani ini gugur di medan perang saat melawan Belanda di Pantai Boom 21 April 1947 silam. Di pagi buta, pertahanan pantai Banyuwangi yang memanjang dari Pantai Bangsring, Wongsorejo, hingga Pantai Boom mulai diserang oleh pasukan Belanda.

Tembakan dari segala penjuru mulai dari laut, darat, hingga udara

60 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 61 memberondong kawasan pertahanan pantai di bawah naungan ALRI 0032. Mendapat g. Monumen Perjuangan ALRI serangan mendadak ini, pasukan ALRI 0032 yang dikomandani Letnan Soelaiman tidak gentar. Mereka tidak mundur sedikit pun. Monumen Perjuangan TNI-AL Kalibakung, Jl. Raya Yomani-Guci Desa Kalibakung Kec. Balapulang Kab. Tegal diresmikan kembali setelah revitalisasi oleh Mengetahui benteng pertahanan pasukan ALRI 0032 sangat kokoh, akhirnya Komandan Pangkalan TNI AL (LANAL) Tegal Letkol Laut (P) Agus Haryanto pada pukul 11.00, Belanda melancarkan serangan yang lebih dahsyat lagi. Pertarungan 22 Februari 2019. sengit pun tak bisa dihindari. Tembakan demi tembakan saling bersahutan, baik dari pihak musuh maupun dari pejuang. Agus Haryanto mengatakan sejarah Monumen Perjuangan TNI AL Kalibakung tidak dapat dipisahkan begitu saja dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, Tembakan senapan mesin pasukan ALRI 0032 berhasil menyulitkan posisi karena ditempat ini dulu dijadikan Sekolah Officer/Perwira ALRI dengan Komandan musuh. Namun, karena kalah jumlah pasukan dan serangan musuh yang memang Pertamanya pada waktu itu yaitu Mayor RE. Martadinata saat masih berpangkat terus bertambah dari segala arah, akhirnya Letnan Soelaiman menyiasati untuk Mayor. mengubah taktik perlawanan. Ditempat ini pula Mantan Gubernur DKI Mayjen TNI Mar. (Purn) Ali Sadikin Sekitar pukul 16.30, sebanyak 21 pasukan ALRI 0032 termasuk Letnan beserta para pendahulu dan pejuang kemerdekaan RI telah mencurahkan keringat Soelaiman malah terjebak tidak bisa ke mana-mana karena posisinya terkepung oleh darah dan air mata untuk berlatih bertempur dan berjuang mempertahankan musuh. Tempat mereka terkepung tepat berada di sekitar Pantai Boom yang saat ini kemerdekaan RI dari penjajah Jepang dan Belanda pasca proklamasi, 17 Agustus 1945. menjadi Tempat Makam Pahlawan (TMP) Wisma Raga Satria Pasukan ALRI. “Diawali dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut Tegal Yang Pada akhir kontak senjata ke-21 pejuang ini dapat dilumpuhkan dan merupakan kelanjutan dari BKR Laut Pusat pada tanggal 10 September 1945. Sampai dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat di TMP Wisma Raga Satria. Di sana, saat ini tanggal tersebut juga dijadikan sebagai hari lahir TNI AL, monumen ini pejuang tidak langsung di tembak mati. Penjajah meminta para pejuang untuk didirikan oleh para pemuda-pemuda pelaut, para guru dan murid Sekolah Pelayaran menggali sebuah lubang besar yang akan digunakan sebagai tempat makam mereka. Tegal, anggota Heiho dan PETA, para pegawai jawatan pelayaran dan unsur-unsur Bahari lainnya”, kata Danlanal. Dari dua puluh satu orang itu ada enam orang yang masih hidup, yaitu: • Sersan Soecipto Revitalisasi Monumen Perjuangan Kalibakung diharapkan sebagai sarana dan • Kopral Soebadi wahana untuk kepentingan umum, pemberdayaan wilayah pertahanan negara serta • Prajurit Satu Sahal kepentingan lain sesuai tugas pokok TNI sehingga bermanfaat dan berdaya guna • Prajurit Satu Soekima untuk pembelajaran nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa dan negara. • Prajurit Satu Turmudi • Prajurit Satu Karjono

62 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 63 Spesifikasi Teknis h. Monumen Yos Sudarso

Tugu monumen Kalibakung Monumen ini didirikan sebagai merupakan suatu tugu peringatan penghormatan bagi para pahlawan yang berbentuk segi empat memanjang ke atas gugur dalam Pertempuran Laut Aru dengan permukaan di atasnya berbentuk tanggal 15 Januari 1962. Di samping miring. Monumen ini berdiri di atas itu, pembangunan monumen di ini bangunan segi empat yang dikelilingi juga bermaksud untuk mengenang oleh pagar rantai di setiap sisinya. jasa-jasa para pahlawan laut yang telah Sedangkan spesifikasi teknisnya adalah berjuang di Kota Tegal pada masa Perang sebagai berikut : Kemerdekaan. 1. Panjang : 0.80 meter 2. Lebar : 0.80 meter Kota Tegal sengaja dipilih sebagai 3. Tinggi : 1.50 meter. lokasi berdirinya monumen, karena dari kota itulah cikal bakal berdirinya Monumen Kalibakung terletak di Pendidikan Angkatan Laut. Tegal jalan Yaman Sari Guci, Desa Kalibakung, merupakan kota pantai serta pelabuhan Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. yang cukup strategis di sepanjang wilayah Sedangkan untuk pemeliharaannya pantai utara (pantura) Jawa. menjadi tanggung jawab Lanal Tegal. Di kota ini pula, pada awal kemerdekaan, telah dibentuk BKR Laut yang kemudian berkembang menjadi pangkalan-pangkalan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang mempunyai kekuatan besar. Dalam perkembangannya, pangkalan ALRI IV Tegal berubah menjadi Corps Armada IV Tegal.

Monumen Yos Sudarso dibangun pada tahun 1968 di kota Tegal, Jawa Tengah dan terletak di pinggir jalan utama di depan Balai Kota Tegal (sekarang menjadi Gedung DPRD Kota Tegal). Diresmikan pada tanggal 15 Januari 1969 oleh Deputi Khusus, Laksamana Muda Laut Moeljadi bertepatan dengan peringatan Hari Dharma Samudera.

Perancang monumen ini adalah Saptohoedojo, dari Yogyakarta, berupa piramida yang terpotong itu dibuat dari beton. Di bagian luarnya dilapisi marmer hitam dan bagian atasnya dibangun dukungan patung segi empat yang merupakan leher tugu. Sedangkan pada puncak monumen ini adalah patung dada Komodor Yos Sudarso yang dibuat dari bahan perunggu. Tinggi keseluruhan monumen mencapai 9 meter, terletak pada area seluas 49 meter persegi. Patung ini menghadap ke utara, arah Laut Jawa. Di bagian tengah depan terdapat simbol ALRI dan di bawahnya terdapat nama-nama pahlawan Laut Arafuru yang gugur, serta terpasang prasasti peresmian yang berbunyi ”Monumen Jos Sudarso diresmikan oleh Panglima Angkatan Laut Laksamana Laut Moeljadi, Tegal tanggal 15 Djanuari 1969”.

64 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 65 i. Monumen Kesusteran Pius-Sekolah Angkatan Laut j. Monumen Bahari

Sejarah Sekolah Angkatan Laut (SAL)

Pada tanggal 10 September 1945 pemerintah mendirikan Badan Keamanan Tegal dikenal sebagai Kota Bahari karena selain secara geografi terletak di pesisir Rakyat (BKR Laut). BKR Laut ini dipelopori oleh pelaut-pelaut yang pernah bertugas Pantura Jawa Tengah, kota ini juga menjadi tempat didirikannya Badan Keamanan di jajaran Koninklijke Marine (AL Belanda) dan Kaigun di masa penjajahan Jepang. Rakyat – Laut (BKR Laut) pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, sebagai cikal Di Tegal setelah Proklamasi Kemerdekaan, tanggal 27 September 1945, kalangan bakal dari pembentukan TNI Angkatan Laut saat ini. Heroisme para pendahulu pemuda membentuk organisasi non pemerintah antara lain Barisan Pelopor, AMRI, BKR yang berintikan pemuda-pemuda dari komponen bangsa saat itu antara lain Persindo, dan BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang kemudian menjelma menjadi mantan Kaigun Heiho, karyawan Jawa Unko Kaisha, dan siswa serta guru Sekolah TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pelayaran Tinggi (SPT) Tegal telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia hingga di kemudian hari menjadi TNI Angkatan Laut. Tiga hari berikutnya lahir BKR Laut. BKR Laut Tegal yang dibentuk 29 September 1945 dipimpin oleh Yakub Mangunkusumo. Di Pangkalan IV Angkatan Selain perwujudan penghargaan terhadap pendahulu yang meletakkan dasar Laut Tegal muncul gagasan perlu adanya Korps Marinir sebagai cikal bakal Korps kebaharian di Tegal, pembangunan Monumen Bahari merupakan sarana mengenang Marinir. Kemudian pada bulan Maret 1946 di Tegal didirikan Sekolah Angkatan Laut peristiwa bersejarah sebagai upaya pewarisan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa (SAL). SAL didirikan atas perintah Markas Besar ALRI di Yogyakarta yang saat itu kepada generasi muda dalam mengisi pembangunan nasional selanjutnya. Sejarah dipimpin Laksamana III Maspardi selaku Kepala Staf Umum ALRI. Dipilihnya Tegal juga mencatat bahwa di kota ini pada tanggal 15 November 1945 dibentuk “Corps sebagai tempat pendidikan Angkatan laut karena di Tegal sudah memiliki Sekolah Mariniers“ dan selanjutnya setiap tanggal tersebut dijadikan sebagai hari ulang tahun Pelayaran. Selain itu kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya masih Korps Marinir TNI Angkatan Laut. menjadi ajang pertempuran. Dengan pembangunan Monumen Bahari ini diharapkan akan dapat memberi Kegiatan SAL Tegal sempat terhenti ketika Belanda melancarkan agresi kan banyak manfaat, tidak hanya sebagai bangunan monumental kota Tegal semata, pada bulan juni 1946. Para siswa tidak dapat belajar sepenuhnya karena harus ikut namun yang terpenting adalah sebagai tempat untuk membangun nilai-nilai bertempur dan berjuang bersama rakyat melawan Belanda. Gedung sekolah terpaksa perjuangan bangsa maupun nilai-nilai bahari, utamanya bagi generasi muda dan dibumihanguskan karena terus di intai pesawat udara Belanda. Salah seorang alumni sekaligus juga dapat menjadi simbol kota Tegal sebagai kota bahari. Monumen ini SAL Tegal menjadi perwira tinggi adalah Letjen Mar. Ali sadikin mantan Gubernur diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhi DKI Jakarta. Purdijatno, S.H. pada tanggal 20 Desember 2008.

Sebagaimana tertulis dalam prasasti, Asrama Susteran Pius dipakai sebagai Lokasi Monumen Bahari ini terletak di area Pantai Alam Indah (PAI) Kota Sekolah Angkatan Laut Republik Indonesia sejak tanggal 12 Mei 1946 sampai 21 Juli Tegal, dibangun di atas lahan seluas 12.000 meter persegi, dengan luas bangunan 1947 dan diresmikan oleh Ir. Soekarno. 5.000 meter persegi. Bangunan fisik monumen terdiri atas berbagai alat utama sistem

66 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 67 persenjataan (alutsista) yang sudah tidak terpakai. Alat-alat tersebut merupakan k. Monumen Gedung DPRD Tegal / Markas TKR Laut sumbangan dari TNI AL, antara lain berupa kendaraan tempur tank PT 76, kendaraan tempur Pintam BRDM, pesawat udara Nomad N-22, meriam darat, bouyance, lampu Gedung DPRD Tegal merupakan tempat lahirnya ide pembentukan Korps navigasi, jangkar dan rantai, ranjau tanduk, serta torpedo MK 44. Marinir. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tegal yang terletak di Jalan Pemuda, dulunya tidak hanya sempat dijadikan kantor Residen Gewest Tegal yang meliputi tiga daerah saja. Selain menjadi kantor Residen, pada 14 Oktober 1945 gedung tersebut menjadi Pangkalan IV Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Dari sumber Budayawan Tegal Yon Daryono, “Dari pangkalan tersebutlah pertamakali ide pembentukan Korps Marinir tercetus,” ujarnya. Karena penasaran akan ide itu, budayawan kondang tersebut mengaku sempat menelepon Ali Sadikin. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang saat itu merupakan tokoh Angkatan Laut kemudian menjawab telepon Yono. Menurut Ali, tutur Yono, Tegal dijadikan Pangkalan karena lokasinya dianggap jauh dari jangkauan Kompeni. “Tegal dianggap masih tersembunyi’’, jelasnya.

Prasasti dari batu pualam itu menerangkan, saat bangsa ini sedang mempertahankan kemerdekaan pada 1946-1947, gedung yang sekarang digunakan untuk kantor para wakil rakyat pernah dijadikan sebagai markas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Republik Indonesia Pangkalan IV di bawah pimpinan Kolonel Darwis Jamin.

“Tulisan batu pualam ini dipersembahkan kepada para pahlawan yang telah gugur mendahului kita dalam menegakkan bangsa dan negara Republik Indonesia oleh Pemerintah Daerah Kota Madya Tegal guna dapatnya selalu mengenang jasa- jasanya,” tulis prasasti berbentuk segi empat dengan lambang Garuda Pancasila itu.

Data Gedung

1). Lokasi : Kota Tegal Jawa Tengah Indonesia 2). Alamat : Jalan Pemuda No.4 Kota Tegal 3). Dibangun : 1729 – 1898 4). Diresmikan (Prasasti) : 12 Mei 1978 5). Tinggi Gedung : 10 Meter 6). Bentuk Prasasti : Kotak Segi Empat (120 Cm x 80 Cm)

68 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 69 l. Monumen TMP Jayane Sureng Yudha Penggarit

Monumen Taman Makam Pahlawan Jayana Sureng Yudha (atau TMP Penggarit) adalah sebutan untuk kompleks pemakaman Wijaya Brata yang berlokasi di Desa Penggarit, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Di desa yang terkenal sebagai desa perjuangan ini, berdiri dengan megah Taman Makam Pahlawan (TMP) Jayana Sureng Yudha menjadi saksi bisu perjuangan para pendahulu Korps Marinir saat menghadapi Belanda pada masa perjuangan kemerdekaan.

Diawali dari peristiwa 19 Desember 1948 saat Belanda melancarkan kembali agresinya di Indonesia dengan menyerbu secara membabi buta kota Jogyakarta. Saat itu, pasukan Corps Mariniers (CM) Corps Armada (CA) IV yang diperbantukan ke Divisi III dan dikenal dengan sebutan “Resimen Samudera” baru saja selesai melaksanakan konsolidasi dengan menyusun kembali sistem Batalyon ke sistem Group. Mayor R. Soehadi sebagai Komandan Resimen Samudera Pasukan CA IV dengan wakil sekaligus merangkap Perwira Operasi Kapten Ali Sadikin. Dalam perintah koordinasinya dari MBKD (Markas Besar Komando Djawa) melalui Divisi III Diponegoro bahwa pasukan Corps Mariniers yang tergabung dalam Resimen Samudera tersebut agar segera meninggalkan daerah Temanggung, Parakan dan merebut serta menguasai daerah yang disebut dengan “Sub Wehrkraise Slamet-V (SWKS V)” meliputi Pemalang - Pekalongan hingga Batang.

Pada Desember 1948, pasukan SWKS V segera melakukan “wingate action” yakni gerakan perembesan menuju daerah yang menjadi tanggungjawabnya dipimpin langsung Mayor R. Suhadi. Pergerakan pasukan ini melewati berbagai daerah pedalaman dan juga pegunungan mulai Gunung Sundoro, Prau, Rogojembangan

70 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 71 hingga Gunung Slamet. Pada Januari 1949 seluruh pasukan SWKS V telah sampai pembersihan tentara pendudukan Belanda I, II, dan III yang dilakukan hampir secara di daerah Watukumpul, Pemalang Selatan di kaki Gunung Slamet. Disinilah terjadi berurutan antara daerah Randudongkal dan Pangiringan pada bulan Maret 1949. pertempuran sengit antara para pejuang dengan tentara Belanda yang selanjutnya terkenal dengan sebutan Pertempuran Watukumpul. Setelah pertempuran Pada akhir Maret 1949, Pasukan CM Grup A menempatkan kekuatan induknya Watukumpul, pasukan Corps Mariniers CA IV/ Pasukan SWKS V Grup A, mening- di Desa Penggarit, Pemalang untuk konsolidasi dan menyusun kekuatan baru guna galkan daerah pertahanannya menuju daerah Simpang Tiga, kemudian memasuki menghadapi serangan besar-besaran tentara Belanda yang mengejar para gerilyawan daerah Wonoroto. Di sini, jembatan besar sungai Wonoroto diledakkan untuk hingga ke daerah pegunungan. Konsentrasi pasukan CM di Penggarit ini pada menghambat gerakan maju tentara pendudukan Belanda. akhirnya tercium Belanda sehingga pada bulan April 1949, tentara Belanda dengan kekuatan pasukan yang cukup besar menyerbu Penggarit dengan menggelar operasi pembersihan kampung Penggarit. Pertempuran pun meletus dengan sengitnya dari pagi hingga petang hari. Korban berjatuhan di kedua belah pihak.

Namun menjelang sore hari Belanda menarik mundur pasukannya karena melihat korban di pihaknya lebih banyak. Belanda mundur dengan membawa kekalahan berupa korban jiwa dan perlengkapan militer yang banyak dihancurkan pasukan CM CA IV. Selain Penggarit, dua daerah lain yang diserbu Belanda yakni Wiradesa dan Petarukan juga dapat dipertahankan berkat bantuan pasukan Grup A CM CA IV. Tujuan Belanda pada saat itu memang berusaha menggunakan kesempatan untuk mendapatkan “daerah” yang lebih luas sebelum diberlakukannya perintah gencatan senjata. Akan tetapi pada akhirnya tujuan mereka kandas di tengah jalan berkat kegigihan Pasukan Grup A CM CA IV dalam mempertahankan daerah perjuangannya.

Data Monumen 1) Lokasi : Kab.Pemalang Jawa Tengah 2) Alamat : Desa Penggarit Kec.Taman Kab. Pemalang 3) Mulai Dibangun : Tahun 1949 4) Diresmikan : 27 Desember 1949 5) Tinggi Gedung : 6 Meter 6) Bentuk Prasasti : Tugu dan Limas (40 M2) Di Karangpucung, Kebubungan daerah Wonoroto, Kapten Ali Sadikin Perwira 7) Luas Tanah : 2 Hektar Operasi CA IV/ Pasukan SWK.S V yang sekaligus menjabat sebagai Komandan Sektor, bertugas untuk mengawasi aktivitas Grup A dalam gerakannya menghadapi tentara pendudukan Belanda. Pimpinan Grup A masih dipegang oleh Letnan Moch. Joenoes dengan mendapatkan beberapa tenaga inti seperti Santoso (Pwa. Satu), Soemardi. P (Ketua Divisi), J. Soejoe (Ketua Divisi), Soetjipto Hadi (Dan Bak), Sg. Soemarso (Dan Ru), Djapar (DanRu), D. Soedjono dan lain-lain.

Beberapa kegiatan penting Grup A untuk melancarkan perang gerilya di daerah Pemalang antara lain membersihkan pasukan Belanda di desa Beji dan melakukan penyergapan patroli Belanda di desa Jatibarang pada bulan Februari 1949, melakukan penyerbuan pertama ke kota Pemalang dan penghadangan konvoi Belanda di Padeksan pada bulan Maret 1949, dan melakukan pertempuran dalam rangka gerakan

72 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 73 m. Monumen Harapan Baru n. Monumen Pesawat Albatroos

Desa Carang Wulung Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang-Jawa Timur menyimpan misteri suatu peristiwa jatuhnya pesawat milik Angkatan Laut pada tahun 1967 silam. Konon kabarnya menurut keterangan warga setempat, pada era Desa Carang Wulung di pimpin Kepala desa Kartosari terjadi peristiwa jatuhnya pesawat tempur AL yang membawa banyak penumpang dan menghilang di tempat tersebut.

Cerita terkait musibah kecelakaan pesawat Albatroos ALR-302 tersebut, pesawat Albatroos milik AL era tahun 1967 di ketahui hilang saat melewati hutan Cemoro Sewu dengan membawa penumpang sepasang pengantin dan sejumlah iring-iringannya, Berapa jumlah korban yang ada di dalam pesawat AL tersebut tidak di ketahui bahkan bangkai pesawat juga hilang penuh misteri. Versi lain mengatakan pesawat AL jatuh dengan membawa sejumlah anggota pasukan Angkatan Laut yang akan menuju ke arah Barat. Pada tanggal 19 Juni 1973 Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI R. Soedomo meresmikan suatu monumen “Harapan Baru”. Monumen ini terletak di Kades Kartosari yang pada waktu kejadian pada tanggal 18 Januari 1967 kompleks perumahan TNI AL Tratap Waru Surabaya. Monumen dengan ukuran mengerahkan warganya untuk mencari pesawat tersebut, di mana diketahui 3 meter dan tebal 20 cm, menggambarkan suatu relief keluarga dengan dua anak. sebelumnya ada sebuah pesawat dari arah timur selatan terbang di atas hutan Seorang prajurit TNI AL bersama istri yang mengenakan baju kebaya dan memakai Cemoro Sewu dan tiba-tiba menukik jatuh di hutan tersebut. Pencarian di lakukan payung, sebagai pelindung terik matahari dan hujan. Dua orang anak, yang pertama hingga kurang lebih tiga hari, tapi tidak membawa hasil. Setelah pukul 12 malam lelaki sedang bermain bola yang dipegang ditangan kanan, sedang anak kedua ditemukanlah bangkai pesawat tersebut dengan sejumlah awak penumpangnya perempuan berada disamping bapaknya berperangai lincah dan cerah. Pada bagian karena itu didirikanlah monumen/tugu peringatan peristiwa musibah tersebut. atas diberi tetenger Kompleks Perumahan Prajurit TNI AL. Di desa Carang Wulung, telah berdiri bangunan tugu peringatan sejak

74 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 75 kepemimpinan kades Kartosari, yang tepatnya ada di depan pekarangan rumah milik o. Monumen Pesawat Nomad TNI AL keluarga Kades Carang Wulung Wonosalam Jombang ini, tepatnya di dusun Bayon RT.01. Hal itu merupakan suatu bukti yang menunjukkan adanya musibah kecelakaan Di Jawa Timur terdapat tiga monumen pesawat Nomad yang juga menjadi pesawat TNI Angkatan Laut-Albatroos ALR-302 pada tanggal 18 Januari 1967 yang landmark serta kebanggaan bagi warga dan daerahnya. Pesawat tipe kecil itu telah kiranya perlu untuk di kenang oleh para penerus pejuang bangsa Indonesia. berjasa bagi TNI AL. Berbagai tugas operasi yang pernah dilaksanakan meliputi Operasi Chandra, Operasi Pengusiran Kapal Lusitania Ferries, Natuna Jaya, Jala Reksana, Sabang Jaya, Mina Jaya, Operasi Seroja Timor Timur, Operasi Jajak Pendapat Timor Timur, Operasi Pemulihan Keamanan Nanggroe Aceh Darussalam, Operasi Bhakti Pulau Nias, Operasi Ambalat dan Operasi SAR Kemanusiaan.

Pesawat Nomad ini juga pernah melaksanakan berbagai penugasan latihan antara lain Latihan Armada Jaya, Latihan Tutuka, Latihan Cakrawala, Latihan Causek, Latihan Gabungan Laut, Latihan Gabungan ABRI, Latihan Indusa, Latihan Ausina, Latihan Malindo, Patkor Philindo dan Patkor Malindo.

Hibah eks pesawat udara TNI AL kepada pemerintah daerah merupakan salah satu wujud perhatian TNI AL terhadap pentingnya arti pendidikan sejarah bangsa di tanah air bagi generasi muda. Diharapkan dengan berdirinya monumen tersebut generasi muda ke depan memiliki wawasan kebaharian yang luas.

Ketiga monumen itu adalah :

1. Monumen Pesawat Nomad di Jombang

76 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 77 2. Monumen Pesawat Nomad di Probolinggo p. Monumen Perang Laut Selat Bali

3. Monumen Pesawat Nomad di Lamongan Monumen Perjuangan Lintas Laut yang berlokasi di Cekik, Gilimanuk, Bali merupakan saksi bisu pertempuran laut pertama di Indonesia antara para pejuang Indonesia melawan tentara Belanda. Pertempuran di Selat Bali tersebut dipimpin oleh Kapten Markadi. Hal itu diawali dengan kedatangan tentara Belanda pada tanggal 3 Maret 1946 dengan membonceng Sekutu dan berhasil mendaratkan pasukannya di Bali. Pulau Bali merupakan batu loncatan untuk menggempur Jawa.

Untuk mengantisipasi hal itu maka, pimpinan pusat memutuskan untuk membuat gerakan dengan menerjunkan pasukan tempur di Bali, guna menghambat konsolidasi tentara Belanda. Kemudian dikirimlah Kapten Markadi dengan pasukannya yang dikenal dengan Pasukan M untuk membantu Resimen Sunda Kecil dibawah pimpinan Letkol . Dalam ekspedisi pertama ke Bali, terdapat tiga rombongan yang berangkat dengan menggunakan 3 perahu nelayan, yakni rombongan ekspedisi Troop Sunda Kecil TKR Laut atau rombongan Markadi, rombongan Pangkalan X/ TKR Laut atau rombongan Waroka dan rombongan Resimen TKR Sunda Kecil atau Rombongan I Gusti Ngurah Rai dengan tugas yang berbeda-beda.

Pada tanggal 3 April 1946 malam, ketiga rombongan bergerak menyeberangi Selat Bali. Rombongan Waroka mendarat dengan selamat di Celukan Bawang. Namun dua rombongan lainnya terlibat peperangan sengit dengan pasukan angkatan laut Belanda. Dalam pertempuran tersebut, dari rombongan Markadi dua pejuang gugur yakni, Sumeh Darsono dan Sidik. Sedangkan pada rombongan Ngurah Rai,

78 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 79 q. Monumen Karang Pucung

Cokorda Oka, Cokorda Rai Gambir dan Kapten Cokorda Darma Putra serta tiga rakyat nelayan gugur. Kendati mengakibatkan korban jiwa, Ekspedisi TKR Laut saat itu berhasil menggerakkan para pemuda dan rakyat Bali untuk bergerilya melawan Belanda. Pertempuran laut itu tidak sia-sia karena setelah itu operasi-operasi gerilya terus dilancarkan di berbagai tempat di Bali dan mencapai puncaknya pada perang puputan di Margarana. Sebuah monumen yang berbentuk kerucut ditopang pada landasan dasar setinggi 1 meter dari tembok di bangun di Karang Pucung, Wonoroto Pemalang. Spesifikasi Teknis Untuk memasuki monumen utama dibuatkan undak-undakan lima tingkat. Pada badan tugu dipahatkan menonjol bintang sudut lima. Monumen ini mempunyai Dalam monumen tersebut terpatri setidaknya 290 nama para pejuang pasukan tinggi seluruhnya sekitar 3 meter. Markadi dan para pejuang pemuda dari Bali. Monumen ini untuk mengenang terjadinya peristiwa perang laut pertama di Indonesia yang terjadi di Selat Bali pada Monumen ini dibangun sebagai kenangan dan penghargaan jasa-jasa para 4 April 1946. pahlawan yang telah gugur dalam perang kemerdekaan sekaligus kenang-kenangan dan ucapan terima kasih kepada rakyat setempat yang telah membantu serta bekerjasama bahu membahu mempertahankan kemerdekaan.

80 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 81 r. Monumen Corps Armada IV s. Monumen ALRI Yon 3 Cikal bakal Batalyon 3 ALRI Pangkalan IX Pasuruan dapat ditelusuri dari masa penjajahan Jepang yang saat itu masih berperang melawan Sekutu. Untuk membantu kekuatan pasukannya, Jepang kemudian membentuk Sekolah Pelayaran Rendah (SPR) dengan cara merekrut para pelaut bangsa Indonesia. Namun sejak Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 guru-guru SPR itu kemudian mengambil alih pimpinan Staf Direksi sekolah dan selanjutnya mengubah status SPR menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut. Dengan inti kekuatan para staf dan guru SPR, pemuda pejuang pelaut lulusan SPR makasar, Semarang, Jakarta Pendirian monumen ini dimaksudkan untuk mengenang dan menghormati dan Cilacap maka terbentuklah Batalyon ALRI 3 Pangkalan IX Pasuruan dengan keberanian serta menghargai keberhasilan dan pengorbanan dari anggota pasukan motonya “Belajar dan Bertempur, Bertempur dan Belajar “. Pembangunan monumen Corps Marinier Armada IV beserta rakyat setempat dalam pertempuran melawan ini dipersembahkan kepada para anggota ALRI Batalyon 3 Pangkalan IX Pasuruan tentara Belanda. Pada waktu itu tentara Belanda menyerang daerah ini melalui darat yang gugur dalam Perang Kemerdekaan melawan penjajah. pada tanggal 4 dan 6 Januari 1949 mereka dibantu dengan beberapa sorti pesawat udara P 15 Mustang di Watukumpul, Pemalang. Spesifikasi Teknis

Monumen Watukumpul berbentuk tugu yang meruncing ke atas dan dibawah Monumen ini berujud sosok patung prajurit ALRI dengan tangan kanan puncaknya yang runcing tersebut terdapat lambang negara Garuda Pancasila. Tugu terangkat ke atas memegang bedil dan tangan kirinya memegang rantai jangkar yang berdiri di atas bangunan segi empat sama sisi dan di depan monumen terdapat empat ditarik diatas bahu kiri. Patung berdiri dengan gagah di atas tugu marmer berwarna buah tugu sebagai pintu gerbang. Monumen terletak di Desa Majakerta, Kecamatan putih. Terletak di Jalan Raya Soekarno Hatta, Pasuruan dan untuk tanggung jawab Watukumpul, Kabupaten Pemalang dan sebagai penanggung jawab pemeliharaannya pemeliharaannya diserahkan kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota diserahkan kepada Perangkat Desa Majakerta dan Pemkab. Kabupaten Pemalang. Pasuruan. Sedangkan spesifikasi teknis monumen KKO Corps Armada IV ini adalah sebagai berikut:

Panjang : 0.80 meter, Lebar : 0.80 meter, Tinggi : 4 meter.

82 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 83 Lantamal VI Lantamal VII

a. Monumen Pelantara V a. Monumen Bahari Tank Marinir

Pejabat sementara (Pjs.) Bupati Lombok Barat, HL Saswadi mengucapkan terima kasih kepada TNI Angkatan Laut (TNI AL) yang telah membangun Monumen Bahari Dodokan di Kelurahan Gerung Selatan, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Setelah Upacara Pembukaan Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) V Tahun Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pembangunan in adalah rangkaian acara 2015 acara dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti dan peresmian Monumen Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2018 pada 4-9 Mei 2018 di NTB. Pelantara V tahun 2015 di Pantai Kayu Bura, Desa Pelawa Baru, Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. “Atas nama Pemerintah dan masyarakat Lombok Barat mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya dimana TNI AL telah memberikan kenangan khusus Hadir dalam penandatanganan dan peresmian Monumen Pelantara V tahun bagi masyarakat Lombok Barat. Monumen ini kita anggap sebagai monumen pintu 2015 antara lain Kak Marbawi, Waka Kwarnas Bidang Renbangma; Kak Tommy masuk Provinsi Nusa Tenggara Barat,” katanya saat mengunjungi monumen, Senin Natanegara, Ka. Pinsaka Bahari Nasional; Kak Aris Yudhariansyah, Andalan Nasional (7/5/2018) siang. Urusan Abdimasgana; Kak Najamuddin, Andalan Nasional Urusan Orgakum; Sekretaris Daerah Kab. Parigi Moutong, Ka. Kwarcab Gerakan Pramuka Kab. Parigi Pjs. Bupati mengimbau masyarakat untuk mempergunakan dan merawat Moutong, dan anggota Pramuka Kwarcab se-Kwarda Sulawesi Tengah. monumen berupa satu unit Tank Angkatan Laut jenis Amfibi PT-76 produksi Uni Sovyet pada tahun 1951 dengan sebaik-baiknya.

Sementara itu Wakil Komandan Satuan Tugas (Wadansatgas) MNEK 2018 Kolonel Laut (P) Sawa mengatakan Monumen Bahari Dodokan merupakan bangunan dengan bentuk Alat Utama Sistem Senjata (ALUTSISTA) Tank Amfibi PT-27 milik TNI Angkatan Laut.

84 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 85 b. Monumen Pelantara VIII

Sabtu, 8 September 2018, Bupati Kabupaten Sumbawa H. Muhammad Husni Jibril bersama dengan Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim Angkatan Laut (Kadispotmar) Brigjen TNI (Mar) Bambang Sutrisno meresmikan monumen Pelayaran Lingkar Nusantara VIII (Pelantara-8) dalam suatu upacara yang diikuti para peserta Pelantara-8 di pantai Saliper Ate, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Persemian ditandai dengan pemotongan pita oleh Bupati Sumbawa. Sebelum peresmian didahului dengan sambutan Kadispotmar selaku Kapinsaka Bahari Pusat dan sambutan Bupati Sumbawa sebagai Kakwarda Sumbawa serta dilanjutkan penandatanganan prasasti oleh Kadispotmar.

“Monumen Bahari ini diharapkan bisa menjadi simbol tekad dan semangat perjuangan untuk membangun bangsa, terutama bagi masyarakat Lombok Barat,” katanya.

Ditambahkan Sawa, keberhasilan membangun monumen ini juga tidak lepas dari semangat dan dedikasi seluruh prajurit Tim ENCAP MNEK 2018 yang telah bahu membahu menyelesaikan pembangunan monumen tersebut dalam jangka waktu sebulan.

Ucapan terima kasih setinggigi-tingginya juga disampaikan Sawa kepada Pjs. Bupati Lombok Barat, jajaran dan masyarakat Kabupaten Lombok Barat yang telah membantu kelancaran kesuksesan pembangunan Monumen Bahari Dodokan. “Saya titip pesan kepada masyarakat Lombok Barat untuk memfungsikan dengan baik apa yang telah TNI Angkatan Laut dan masyarakat bangun ini,” ingatnya.

86 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 87 c. Monumen Multilateral Naval Exercise Komodo 2018

TNI AL bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Pemerintah Kota Mataram, Minggu (6/5/2018) meresmikan pembangunan Monumen Bahari di depan Stadion Malomba, Ampenan, Kota Mataram. Monumen Bahari ditujukan untuk menandakan pelaksanaan MNEK (Multilateral Naval Exercise Komodo 2018) di Lombok, yang dibuka Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Sabtu (5/5/2018).

“Pemkot akan membuat spot-spot destinasi baru, dan syukur ada kegiatan MNEK yang semakin memberi ciri khas Ampenan sebagai kota sejarah dan Markas TNI AL,” kata Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Mataram Kemal Islam, usai peresmian monumen.

Selain di Ampenan, monumen serupa dibangun di dekat jembatan Sungai Dodokan, Jembatan Kembar (Lombok Barat).

Pembangunan Monumen Bahari di Ampenan berupa miniatur mercusuar yang Turut hadir pada acara peresmian monumen di dua tempat tersebut, para Staf dicat merah putih dan memiliki puncak miniatur atap Masjid Islamic Center. Miniatur Angkatan Laut dan pimpinan delegasi negara-negara peserta MNEK 2018, para kubah masjid diyakini semakin memperkuat identitas Kota Mataram sebagai lokasi pejabat TNI AL, Sekertaris Daerah Pemprov NTB Rosiadi Sayuti, dan Walikota dengan wisata religi. Pada pembangunannya memanfaatkan lahan Tugu Adipura dan Mataram Mohan Roliskana. berdampingan dengan monumen Tank Amfibi, alat pertahanan TNI AL pada operasi Dwikora dan Seroja tahun 1962. Komandan Satuan Tugas MNEK 2018 Laksma TNI Rachmat Jayadi mengatakan, Monumen Bahari didirikan untuk mengenang kegiatan MNEK 2018 di Mataram. Monumen Bahari, sesuai keterangan Dinas Penerangan Angkatan Laut memiliki Kenangan tersebut diperkuat dengan adanya tandatangan para delegasi angkatan konsep gambaran wilayah NKRI yang sebagian besar berupa lautan, di mana menjadi laut negara sahabat yang tertera di atas batu marmer dan ditempel di kaki monumen. medan perjuangan TNI AL sekaligus urat nadi kehidupan rakyat NTB sejak dulu.

88 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 89 Lantamal VIII b. Monumen Pelantara VI

a. Monumen Tugu Persatuan KKO ALRI

Pada tanggal 16 juni 1958 Batalyon KKO–AL melaksanakan pendaratan/ serbuan amfibi di Pantai Kema di bawah pimpinan Mayor KKO Ali Sadikin untuk menumpas pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara khususnya Minahasa. Sasaran yang direbut pertama adalah pelabuhan Bitung, selanjutnya Airmadidi, Tondano, Kakas, Langowan, Gunung Potong, Ratahan, Kawangkoan, Amurang dan Motoling.

Pada awalnya, masyarakat Amurang membenci dan memusuhi KKO – AL, tetapi atas pendekatan yang dilakukan akhirnya masyarakat Amurang berbalik simpatik pada KKO – AL dan turut serta bahu membahu memberantas Pemberontakan Permesta untuk menegakkan NKRI yang terancam. Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim (Kadispotmar), Brigjen TNI (Mar) I Ketut Suarya bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kayong Utara yang Semasa masih menduduki Kota Amurang, pada tanggal 25 September 1958, atas mewakili Bupati, Dra. Hilaria Yusnani meresmikan Monumen Pelayaran Lingkar prakarsa beberapa tokoh masyarakat Amurang, dibuatlah sebuah Tugu Peringatan Nusantara (Pelantara) VI di Pantai Pulau Datok, Sukadana, Kayong Utara sebagai bersejarah atas kehadiran KKO – AL yang bersama- sama dengan rakyat Amurang rangkaian kegiatan Sail Selat Karimata 2016. telah bahu membahu berjuang menegakkan keutuhan NKRI yang terancam pada waktu itu. Peresmian monumen tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Kadispotmar yang juga sebagai Ketua Pimpinan Pramuka Saka Bahari Tingkat Dibangunnya Monumen KKO-AL bertujuan agar masyarakat tahu bahwasanya Nasional (Kapin Saka Bahari). Monumen tersebut diresmikan sebagai tanda bahwa di daerah ini pernah menjadi daerah perjuangan untuk menyatukan NKRI, sebab dulu Pelantara pernah singgah dan berkemah di daerah tersebut. ada beberapa organisasi yang ingin membangun negara sendiri. Dengan kejadian itu masyarakat disini sangat intens membantu TNI membantu KKO menyatukan daerah Peresmian monumen dihadiri oleh Bapak Mafiagu dari Kwarda Kalbar dan ini, bahkan KKO mendapat dukungan dari masyarakat. Oleh sebab itu monumen ini Komandan Satgas Pelantara ke-VI (Dansatgas Pelantara VI), Kolonel Laut (P) sangat penting sebagai pembelajaran bagi masyarakat. R. Eko Suyatno, serta 200 peserta yang terdiri dari anggota Pramuka Saka Bahari dari berbagai daerah serta Satgas Pelantara TNI Angkatan Laut.

90 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 91 c. Monumen Trikora d. Mess Miangas (Gedung Eks Kediaman Pangdaeral VI)

Pada awal kemerdekaan, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda Berdasarkan catatan pada buku tanah yang ada pada Badan Pertanahan termasuk Papua Barat. Pemerintah Belanda menganggap wilayah tersebut masih Nasional Republik Indonesia bahwa semula tanah dimaksud adalah Tanah Negara menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian menyiapkan bekas Eigendom Verponding Nomor 1461 (sebagian) kemudian dikonversi menjadi Papua Barat sebagai Negara Merdeka selambat-lambatnya tahun 1970. Melalui tiga Hak Guna Bangunan Nomor 2 Dendengan dan berdsarkan Keputusan Kepala Kantor Perintah Umum Bung Karno kepada kepada TNI, maka dilaksanakan Operasi Trikora Wilayah badan Pertanahan Nasional Propinsi Sulawesi Utara tanggal 22 September pada tanggal 19 Desember 1961 dan berakhir pada tanggal 15 Agustus 1962 di bawah 1992 Nomor 139/HP/KWBPN/1992 diterbitkan Sertifikat Hak Pakai Nomor 2 Pimpinan Mayjen TNI Suharto, kemudian Pelabuhan Bitung dijadikan pangkalan aju Dendengan Dalam, dengan gambar situasi tanggal 25 Juli 1991 Nomor 1036/1991 dalam operasi tersebut. seluas 11.825 m2 atas nama Departemen Pertahanan dan Keamanan Cq. TNI Angkatan Laut.

Untuk mengenang Operasi Trikora dalam usaha merebut kembali Irian Barat dari Penjajah Belanda, maka Pemerintah Kota Bitung pada tahun 1980 membangun Pada saat ini bangunan Mess Miangas tersebut digunakan oleh Lantamal VIII Monumen Trikora yang berkedudukan di Kelurahan Batu Lubang Pulau Lembeh Manado untuk Mess tamu Pamen (kolonel) dan Pati yang datang atau transit di Kotamadya Bitung. Manado.

Monumen Trikora merupakan salah satu tempat wisata sejarah di kota Bitung Sulawesi Utara. Monumen yang terletak dikelurahan Batu Lubang Pulau Lembeh ini didirikan sekitar tahun 80- an untuk memperingati Peristiwa Trikora yang digagas langsung oleh Presiden RI Ir. Soekarno, karena kota Bitung menjadi salah satu tempat pendaratan awal dari Tentara Indonesia sebelum bertolak menuju Irian.

92 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 93 e. Gedung Eks Daeral VI

TNI Angkatan Laut memiliki tanah seluas 2.226 m2 dan bangunan seluas 1.617 m2 Eks Mako Daeral VI di Jl. Nomor 1 Manado, yang dikenal dengan nama Gedung Minahasa Raad. Minahasa Raad dibangun tahun 1919 oleh Residen Manado S.H.W.J.R. Loeqeman, yang tercantum dalam Lembaran Negara Hindia Belanda No. 64 tahun 1919. Gedung Minahasa Raad atau gedung Dewan Minahasa memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Sulawesi Utara karena di gedung tersebut berkantor Dr. Sam Ratulangi seorang Pahlawan Nasional asal Sulawesi Utara yang menjabat sebagai Sekretaris Minahasa Raad (1923-1928).

kepada TNI Angkatan Laut berkenan menghibahkan tanah dan bangunan untuk digunakan sebagai Pusat Pengembangan Kebudayaan Masyarakat Sulawesi Utara.

Tanah dan bangunan Eks Mako Kodaeral VI dikembalikan sebagai Cagar Budaya berdasarkan Nota Kesepahaman antara TNI AL dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Nomor : B/404/VI/2008 dan 030/1458/Sekr tanggal 4 juni 2008 tentang Pembangunan gedung tersebut dilaksanakan oleh DR. Sam Ratulangi mulai Pengembalian Tanah dan Bangunan Eks Mako Kodaeral VI sebagai Cagar Budaya tahun 1930 sampai 1933, dengan melobi Sultan Kutai di Kalimantan Timur agar Minahasa Raad dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor meminjamkan uang sebesar 11.000 gulden untuk pembangunan gedung tersebut, yang 236 tahun 2008 tanggal 3 September 2008 tentang Penetapan Gedung Minahasa Raad dilunasi tahun 1941 dengan cara dicicil selama 11 tahun. Pada tahun 1962 Pemerintah sebagai Cagar Budaya Provinsi Sulawesi Utara. Daerah Minahasa pindah ke Tondano dan Gedung Minahasa Raad dijual kepada penguasa Perang Daerah (Peperda) dalam hal ini TNI AL seharga Rp. 9.000.000,- Dalam proses pelaksanaan hibah mengalami permasalahan karena sertifikat dan menjadi Markas Komando Daeral VI. Setelah TNI AL pindah ke Kairagi, gedung tanah di Kawiley yang akan dihibahkan kepada TNI AL telah hilang. Permasalahan tersebut disewakan kepada Pihak Ketiga. ini selesai lewat proses hukum dan telah ada sertifikat atas nama Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Gedung Minahasa Raad tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat, sehingga pemerintah provinsi Sulawesi Utara memohon

94 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 95 Lantamal IX b. Monumen Pertempuran Waitatiri

a. Monumen Pendaratan di Tanjung Mamua Monumen dibangun oleh Kodam XV Patimura dan diresmikan pada tanggal 04 Maret 1978. Monumen yang dibangun di Kampung Waitatiri Negeri Paso Pulau Monumen dengan bentuk alas segi Ambon berbentuk monumen dengan alas segi lima dengan ukuran 100 cm dari sudut lima dengan ukuran 100 cm dari sudut ke sudut. Di tengah-tengah alas segilima dibangun sebuah tugu peringatan dengan ke sudut. Ditengah-tengahnya dibangun bagian depan berukuran 70 cm dari alas dan bagian belakang 125 cm. Pada setiap sebuah tugu peringatan yang bagian sudut segi lima dipancangkan tiang besi sebagai penyangga pagar rantai. belakang lebih tinggi dari bagian depan, dengan ukuran depan 70 cm dan bagian belakang 125 cm.

Monumen terletak di Pantai Tanjung Mamua (Hila) dibuat dan diresmikan oleh Pangdam XV Patimura pada tanggal 27 Mei 1977.

Pada bagian depan miring dipahatkan prasasti tentang Operasi Senopati I pada tanggal 28 September 1950 dipimpin oleh Letnan Kolonel Sudiarto. Sedangkan dari Satuan Tugas Laut, beberapa kapal TNI Angkatan Laut yaitu RI Hang Tuah, RI Namlea, RI Patimura.

Pusat gerakan RMS (Republik Maluku Selatan) terletak di Pulau Ambon, suatu pulau yang sangat baik untuk pertahanan. Pulau ini mudah dipertahankan dan sangat sulit untuk diserang secara konvensional. Sehingga untuk menaklukkan gerakan RMS tersebut diperlukan suatu operasi militer gabungan yang meliputi semua angkatan, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut maupun Angkatan Udara. Setelah persiapan-persiapan yang dilakukan sebelumnya pada tanggal 28 September 1950 pasukan TNI berhasil mendarat di Pulau Ambon. Gerakan operasi pendaratan di Pulau Ambon diberi nama serangan umum Senopati. Tujuan dari serangan umum Pada bagian miring pada tugu dipasang marmer dengan prasasti yang berbunyi: Senopati ialah untuk menghancurkan pusat pemberontakan RMS di Pulau Ambon “Di sekitar tempat ini, mulai tanggal 06 oktober 1950 jam 06.00 sampai tanggal 03 dan membebaskan rakyat dari kelaparan dan penindasan RMS serta untuk menguasai Nopember 1950 jam 09.15, menjadi medan pertempuran sengit antara kesatuan TNI pulau itu seterusnya. dengan musuh dalam gerakan Operasi Militer IV, demi penyatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Operasi Senopati ini terbagi menjadi dua phase yaitu gerakan operasi Senopati fhase I dimulai dari tanggal 28 September sampai dengan 2 November 1950 dan phase Kesatuan TNI dibawah pimpinan : II dimulai dari tanggal 3 November 1950 sampai dikuasainya seluruh Pulau Ambon. Panglima Operasi Kolonel A.E.Kawilarang Pasukan pendarat dipecah menjadi tiga grup. Grup I dipimpin oleh Mayor Achmad Komandan Operasi Letnan Kolonel Slamet Riyadi Wiranatakusumah, grup II dipimpin oleh Letnan Kolonel dan grup III dipimpin oleh Mayor Surjo Subandrio. Pendaratan ini dibantu oleh beberapa kapal Kesatuan kesatuan TNI terdiri dari : perang ALRI dan satu skadron pesawat bomber milik AURI. Dalam waktu beberapa Yon 3 Mei (Komandan Batalyon Mayor Mengko) hari, pasukan TNI dapat menguasai sebagian besar Pulau Ambon, kecuali di bagian Yon 352 ( Komandan Batalyon Mayor Suraji) selatan di tempat RMS memusatkan kekuatannya. Yon Worang ( Komandan Batalyon Mayor Worang)

96 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 97 Yon 51 ( Komandan Batalyon Kapten Claperth) pemberontakan RMS di Pulau Ambon dan membebaskan rakyat dari kelaparan Yon 1515 ( Komandan Batalyon Mayor Machmud) dan penindasan RMS serta untuk menguasai pulau itu. Operasi Senopati ini terbagi menjadi dua fase yaitu gerakan operasi Senopati Fase I dimulai dari tanggal 28 Satuan Tugas Kapal Perang ALRI antara lain : September - 2 November 1950 dan Fase II dimulai dari tanggal 3 November 1950 Korvet RI.Rajawali dibawah Komandan May (P) John Lie sampai dikuasainya seluruh Pulau Ambon. Pasukan pendarat dipecah menjadi tiga Korvet RI.Banteng dibawah Komandan May (P) Sudjak grup. Grup I dipimpin oleh Mayor Achmad Wiranatakusumah, grup II dipimpin oleh Korvet RI.Patimura dibawah Komandan May (P) Rais Sastrosugondo Letnan Kolonel Slamet Rijadi dan grup III dipimpin oleh Mayor Surjo Subandrio. Korvet RI.Hang Tuah dibawah Komandan May (P) Simanjuntak Pendaratan ini dibantu oleh beberapa kapal perang ALRI dan satu skadron pesawat bomber milik AURI. Dalam waktu beberapa hari, pasukan TNI dapat menguasai sebagian besar Pulau Ambon, kecuali di bagian selatan di tempat RMS memusatkan kekuatannya. Pada tanggal 3 November 1950, pasukan grup Letnan Kolonel Slamet Rijadi dan grup Mayor Surjo Subandrio bergerak bersama-sama untuk menyergap pertahanan RMS di Waitatiri. Gerakan yang mereka lakukan masuk dalam Fase II Operasi Senopati.

Namun pada saat yang bersamaan, Komandan RMS juga merencanakan suatu serangan terhadap pos pertahanan TNI untuk mematahkan kepungan. Sehingga terjadilah pertempuran sengit antara pasukan RMS yang berintikan pasukan Baret Hijau dan Baret Merah (eks Koninklijk Luchtmacht, Angkatan Udara kerajaan Belanda) dengan pasukan TNI. Dengan senjata beratnya, TNI berhasil menghancurkan markas dan membakar panser lawan.

Dalam pertempuran beberapa jam di Waitatiri, pasukan RMS dapat dipukul mundur. Dua ribu orang sisa pasukannya bersenjatakan sten dan bregun serta empat buah panser kemudian bergerak menuju kota Ambon untuk kembali bertahan. Pasukan Achmad Wiranatakusumah yang didaratkan pagi hari, pada sore harinya dapat menguasai keadaan. Namun karena kelelahan, pada akhirnya pasukan TNI kurang waspada. Kondisi ini dimanfaatkan pasukan RMS untuk menyamar sebagai TNI dan membawa bendera merah putih. Mereka mulai menyerang pasukan TNI. Akibatnya sepanjang malam terjadi pertempuran diantara keduanya. Pada tanggal 24 April 1950 Belanda memainkan peranan kembali dengan memproklamasikan Republik Maluku Selatan (RMS) dibawah pimpinan Dr. C.R.S Melihat kondisi demikian maka esok paginya pada tanggal 4 November 1950 Soumokil. Setelah berbagai usaha menyelesaikan masalah RMS secara damai melalui pasukan Letnan Kolonel Slamet Rijadi bergerak memasuki kota Ambon. Ia mengambil misi persaudaraan yang dipimpin oleh Dr. J. Leimena menemui kegagalan, maka inisiatif untuk memimpin sendiri pasukannya. Dengan menaiki panser, Slamet Rijadi disusunlah gerakan operasi militer yang diberi nama Komando Pasukan Maluku memimpin barisan paling depan. Namun tidak dapat dihindari, dalam suatu operasi Selatan (Kopas Masel) untuk menumpas gerakan RMS ini. Komando Pasukan Maluku di depan benteng kuno “Niew Victoria”, Letnan Kolonel Slamet Rijadi tertembak. Selatan dipimpin oleh Panglima Komando Tentara Teritorium Indonesia Timur Sampai akhir hayatnya, Letnan Kolonel Slamet Rijadi tidak pernah menyerah pada Kolonel Alex E. Kawilarang, dengan komandan operasinya Letnan Kolonel Slamet lawan meskipun nyawa sebagai taruhannya. Kota Ambon sendiri berhasil direbut Rijadi. TNI dan gembong RMS, Dr. Soumokil tertangkap di Pulau Seram. Tertangkapnya Dr. Soumokil mengakhiri petualangan gerakan RMS di Pulau Ambon. Pada tanggal 28 September 1950 pasukan TNI berhasil mendarat di Pulau Ambon. Gerakan operasi pendaratan di Pulau Ambon diberi nama serangan umum Senopati. Tujuan dari serangan umum Senopati ialah untuk menghancurkan pusat

98 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 99 Lantamal XIII

a. Monumen Perjuangan Dwikora Prestasi Gemilang

Upacara) pada pelaksanaan upacara HUT KKO yang sekarang berubah nama menjadi Marinir di Nunukan.

Tugu Dwikora itu untuk mengenang jasa para pahlawan Dwikora, sekaligus juga tanda peringatan tempat bersejarah bahwa di daerah itu pernah ada operasi Dwikora, Sebelum direnovasi, Tugu Dwikora yang terbuat dari kayu ulin asli dari saat konfrontasi Indonesia-Malaysia. Selain tugu, tempat bersejarah lainnya adalah Kalimantan hanya memiliki tinggi empat meter. Setelah direnovasi, Tugu Dwikora TMP (Taman Makam Pahlawan) Jaya Sakti. kini dibangun dari beton berlapis keramik dengan tinggi 15 meter. Tugu ini memiliki tujuh sisi yang melambangkan Sapta Marga. Sementara di bagian pondasi tugu, Pada bagian bawah Tugu Dwikora tercantum nama-nama prajurit sukarelawan terdapat plakat yang memuat nama-nama para pahlawan Dwikora yang gugur dalam yang gugur di medan perang maupun yang tidak ditemukan. Disebut-sebut ada 24 konfrontasi dengan Malaysia. Sedangkan di sisi kanan dan kiri tugu dihiasi Tank prajurit hilang di medan pertempuran. PT-76 dan meriam Howitzer, dua peralatan tempur yang digunakan dalam operasi Dwikora. Kehadiran Tugu Dwikora yang diresmikan Kepala Staf TNI AL Laksamana “TNI AL berusaha merenovasi tugu Dwikora di Nunukan yang nantinya dapat TNI Marsetio. Acara peresmian 14 Desember 2013 itu mengundang perhatian tokoh- dimanfaatkan sebagai wisata sejarah, serta bisa dijadikan sebagai wisata pendidikan tokoh dan masyarakat. Terlihat Wakil Bupati Hj Asmah Gani dan mantan Bupati bagi para pelajar. Tidak itu saja, tugu ini juga menjadi ikon Nunukan,” kata Kasal Abd. Hafid Achmad, Wakil Ketua DPRD Ruman Tumbo dan sejumlah pejabat forum dalam acara peresmian itu. daerah. Hadir juga sejumlah veteran yang masih mengingat jelas peristiwa yang pernah terjadi di daerah itu.

Menurut data sejarah, bahwa pada tanggal 15 Nopember 1965 Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya RE Martadinata pernah menjadi Irup (Inspektur

100 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 101 b. Monumen Divisi IV A ALRI Lantamal X

Pada masa Perang Kemerdekaan a. Monumen Yos Sudarso keberadaan satuan ALRI di Kalimantan mengalami perkembangan yang pesat. Kesatuan ini bahkan memegang peranan penting baik di bidang ketentaraan maupun pemerintahan khususnya di daerah Kalimantan Selatan. Di daerah ini Angkatan Laut memiliki kekuatan yang nyata, walaupun kekuatan dipusatkan pada pasukan-pasukan di darat yang melaksanakan perang gerilya di hutan- hutan daerah itu. Sebetulnya ALRI Divisi IV Kalimantan ini telah dilatih dan dibentuk di Pulau Jawa. Secara simultan kekuatan yang telah terlatih itu dikirim dan diberangkatkan ke Kalimantan. Titik keberangkatan ditentukan dari kota-kota pelabuhan pesisir utara Jawa seperti Gresik, Tuban dan lainnya dengan menggunakan armada laut tradisional. Pasukan ALRI Divisi IV Kalimantan ini diresmikan pada tanggal 4 April 1946 di kota Malang. Kemudian untuk mempermudah gerakan ekspedisi pasukan dari Jawa ke Kalimantan itu maka Markas ALRI Divisi IV Kalimantan itu dipindahkan dari Malang ke Mojokerto pada tanggal 1 Juni 1946.

Ekspedisi lintas laut itu dilakukan bersama-sama dengan unsur-unsur angkatan lain maupun laskar-laskar perjuangan sehingga di Kalimantan Selatan tersusun kekuatan yang dipimpin oleh ALRI. Mengingat luasnya daerah perjuangan maka perlu disusun suatu kekuatan tangguh. Untuk itu dilakukan berbagai usaha seperti rapat-rapat maupun pertemuan yang melibatkan berbagai pihak. Meskipun hal itu tidak mudah, kenyataannya ALRI Divisi IV Kalimantan Selatan telah melaksanakan perjuangan dengan gigih dibawah pimpinan Letnan Kolonel .

Monumen dibangun seragam berupa bangunan beton segi empat berdiri dengan sisi bagian atas terpotong miring. Pada bagian yang miring dipahatkan prasasti sederhana. Pada bagian kaki-kakinya dikelilingi tembok segi empat. Kemudian pada pertengahan tahun 1990- an barulah dibangun beberapa monumen ALRI Divisi IV yang baru di daerah tersebut. Monumen Yos Sudarso di Taman Imbi Jayapura sebelum dipugar.

102 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 103 Lantamal XIV

a. Monumen Yos Sudarso

Sebagai perwujudan rasa hormat dan terima kasih terhadap jasa dan pengorbanan pahlawan nasional dalam perjuangan pembebasan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda khususnya kepada Pahlawan Nasional Jos Sudarso dibangunlah sebuah tugu peringatan di wilayah Sorong, Provinsi Papua.

Berdirinya patung Pahlawan Jos Sudarso dikota ini diawali dengan permohonan Komandan Sional Sorong kepada Kasal dan Muspida Kabupaten Sorong. Selanjutnya keluarlah Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sorong Nomor : 4 / BSRG/1983 tentang penunjukan panitia pembangunan patung Jos Sudarso. Berdasarkan surat keputusan tersebut akhirnya pembangunan monumen dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Monumen Pahlawan Pertempuran Laut Arafuru Komodor Yos Sudarso berdiri megah di Taman Imbi Kota Jayapura. Awalnya Monumen ini diresmikan oleh Monumen Jos Sudarso Sorong kemudian diresmikan pada tanggal 15 Januari Presiden Republik Indonesia Jenderal TNI Soeharto pada tanggal 16 September 1969. 1984 bertepatan dengan pelaksanaan Upacara Hari Dharma Samudera oleh Gubernur Pembangunan Monumen ini diprakarsai oleh Panglima Kodamar 10 Komodor Laut Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya Izaac Hindom dan dihadiri antara lain oleh Indra Kusnadi. Pangdaeral X Irian Jaya, Muspida TK I Irian Jaya dan Muspida TK II Sorong.

Pada saat itu Monumen Yos sudarso berdiri pada landasan sebuah tiang Spesifikasi Teknis berbentuk prisma yang pada ujung atas dan bawah berbentuk limas terpancung. Pada sisi depan monumen terdapat dinding relief sebelah menyebelah yang memuat pada Monumen Jos Sudarso Sorong berdiri diatas tanah milik Pemerintah Daerah sisi sebelah dalam lukisan seorang pemuda mencabut dan mematahkan tiang bendera Kota Sorong dan sampai saat ini dikelola oleh pemerintah daerah setempat bekerja Papua. Sebagai penggambaran Komando pertama gagalkan negara Papua bikinan sama dengan Pangkalan TNI Angkatan Laut Sorong. Monumen terbuat dari bahan Belanda, sedang menancapkan merah putih di daratan Irian barat. perunggu dengan berat patung 600 kg serta diameter pondasi selebar 7 meter. Dibuat oleh Yayasan Senirupa Asri, Yogyakarta dengan data teknis monumen sebagai berikut: Ukuran tinggi landasan 4 meter, tinggi patung 4,27 meter sehingga tinggi keseluruhan 8,27 m dan tembok relief panjang 7 m dan tinggi 2,50 m. 1. Panjang Area : 35 meter 2. Lebar Area : 34 meter Saat ini Monumen Yos Sudarso sudah berubah bentuk pada landasan patung 3. Luas Area : 1190 meter persegi dan bentuk landasannya. Di sekitar monumen sudah dipercantik dengan taman yang 4. Tinggi Monumen : 4,75 meter dihiasi pahatan khas Papua yaitu burung cendrawasih dan ukiran khas Papua.

104 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 105 Kormar Koleksi Museum 1) Golongan “ A “ meliputi peralatan dan perlengkapan kapal. a. Museum Korps Marinir 2) Golongan “ B “ meliputi peralatan dan perlengkapan kendaraan tempur dan pasukan. 3) Golongan “ C “ meliputi senjata dan amunisi campuran 4) Golongan “ D “ meliputi perlengkapan kaporlap, tanda jasa dan tanda kehormatan. 5) Golongan “ E “ meliputi lambang-lambang bendera. 6) Golongan “ F “ meliputi vandel, lukisan dan foto tokoh. 7) Golongan “ G “ meliputi koleksi yang bersifat dokumen dan arsip. 8) Koleksi buku referensi.

Kesatrian Marinir Kwini, Jl. Kwini Nomor 1 Jakarta Pusat

Pada tahun 1980, Museum Korps Marinir menempati gedung Markas Komando AL (Marinir) di Jl. Prapatan No.40 Jakarta Pusat. Pada tahun 1980-1990, Museum dan Perpustakaan Korps Marinir di pindahkan ke Kwini (Kesatrian Kwini) Jakarta Pusat, menempati gedung PAMAKENEHE dan menjadi bagian dari Dinas Administrasi Personil Korps Marinir. Pada tahun 1991, Museum dan Perpustakan di pindahkan ke Cilandak (Kesatrian Cilandak) menempati gedung MERDEKA. Pada tahun 1995, Museum masuk ke dalam Dinas Penerangan Korps Marinir (Alih bina), sedangkan Perpustakaan tetap di bawah Dinas Administrasi Korps Marinir. Pada tahun 2003, Museum Korps Marinir dipindahkan dari gedung Merdeka ke gedung Kantin Prajurit yang merupakan salah satu gedung di Kesatrian Marinir Cilandak, Jl. Raya Cilandak KKO Pasar Minggu Jakarta Selatan. Selanjutnya pada tahun 2015, Museum Marinir dipindahkan kembali ke Kesatrian Marinir Kwini Jakarta Pusat.

106 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 107 b. Monumen Yasa Wira Perkasa c. Monumen Raksa Nusantara Cakti

Monumen ini terletak di Kesatrian Marinir Sutedi Senaputra, Karangpilang Surabaya.

Monumen RAKSA NUSANTARA CAKTI yang berarti Penjaga Nusantara yang Sakti dibangun pada tahun 2003. Monumen ini mengambarkan kekuatan utuh dari berbagai jenis kesenjataan yang ada di lingkungan Pasmar I. Monumen dengan bangunan utama berbentuk logo atau lambang Pasmar I diharapkan akan menjadi penyemangat tekad dan darma bakti seluruh prajurit Korps Marinir dalam Monumen Yasa Wira Perkasa terletak di Kesatrian Marinir Hartono, Brigif-1 menjalankan tugas mulia Marinir Cilandak, Jakarta Selatan mempertahankan keutuhan wilayah Negara Republik Monumen YASA WIRA PERKASA diresmikan pada tanggal 27 April 2003 oleh Kesatuan Indonesia. Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) Harry Triono sebagai wujud ungkapan penghargaan bagi para pejuang dan Pahlawan Korps Marinir. Monumen ini berbentuk patung sosok prajurit Marinir yang siap belaga ke medan tempur.

Disamping kanan kiri terdapat prasasti batu berisi nama-nama prajurit Korps Marinir/KKO AL yang gugur, tewas dan hilang dalam menjalankan pengabdiannya kepada bangsa dan negara dengan total tercatat 484 nama (1945-2018).

108 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 109 AAL Dalam rangka peningkatan pembinaan pengembangan lebih lanjut keberadaan Museum TNI AL Loka Jala Crana wewenang pembinaan dialihkan dari Akabri a. Museum Loka Jala Crana Bagian Laut kepada Disjarahal dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Kasal Nomor Skep/2602/X/79 tanggal 10 Oktober 1979 tentang Pengalihan Wewenang Pembinaan Museum TNI AL Loka Jala Crana dari Akabri Laut Kepada Disjarahal.

Pada tahun 1985 dengan adanya perubahan pengalihan unsur-unsur organisasi TNI AL dari organisasi lama kepada organisasi baru, sesuai Skep Kasal Nomor Skep/168 a/VI/1985 tanggal 14 Juni 1985 mengalihkan tugas dan fungsi Museum TNI AL Loka Jala Crana dialihkan kepada Lantamal III Surabaya sebagai Satuan Pelaksana (Satlak).

Pada tahun 1985 adanya Surat Perintah Kasal Nomor Sprin/ 917/VIII/1985 tanggal 8 Agustus 1985 menyerahkan pembinaan Museum TNI AL Loka Jala Crana dari Diswatpersal kepada Komandan Lantamal III Surabaya (Menunjuk Skep Kasal Nomor Skep/168 a/VI/1985 tanggal 14 Juni 1985). Perkembangan berikutnya perubahan alih bina museum TNI AL Loka Jala Crana dari Lantamal III Surabaya kepada Dispenal sesuai Telegram Kasal Nomor 001/PEN/0694 tanggal 23 Juni tahun 1994.

Pada 29 April 1998 sesuai surat dari Kasal Nomor B/231/IV/1998 kepada Pangarmatim tentang Museum TNI AL Bumimoro (Loka Jala Crana) tetap berfungsi sebagai museum dan pengelolaan tetap oleh Lantamal III. SEJARAH SINGKAT Seiring perjalanan waktu dan perubahan organisasi di TNI AL, dalam Museum Loka Jala Crana berdiri pada tanggal 19 September 1969, diresmikan meningkatkan peran Museum TNI AL Loka Jala Crana sebagai pemupuk jiwa oleh Ny. R. Mulyadi, istri Panglima Angkatan Laut Laksamana R. Moeljadi dengan bahari bagi generasi muda maupun sebagai obyek wisata, pada tanggal 15 September nama Museum Akabri Laut, berjalannya waktu dalam rangka realisasi Museum TNI 1999 dialih binakan pengelolaan Museum TNI AL Loka Jala Crana dari Lantamal AL telah diputuskan Museum Akabri Laut ditingkatkan menjadi Museum TNI AL III kepada Akademi Angkatan Laut dengan dikeluarkan Keputusan Kasal Nomor dan pembinaan/perawatan tetap dibawah AKABRI BAGIAN LAUT sesuai Telegram Kep/01/IX/1999 tanggal 15 September 1999. Kasal Nomor 209/SET/73 tanggal 07 Juni 1973, Surat Keputusan Kasal Nomor Skep/11106/VII/1973, Tanggal 10 Juli 1973 tentang Peningkatan Status Museum di Morokrembangan Surabaya menjadi Museum Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.

Sesuai Surat Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Nomor Skep/2552/X/79 tanggal 6 Oktober 1979 tentang Pemberian Nama Kepada Museum Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menjadi Museum Tentara Nasonal Indonesia Angkatan Laut Loka Jala Crana. Loka Jala Crana berarti tempat untuk menyimpan, mengabadikan dan menyajikan peralatan atau sarana yang dipergunakan oleh TNI Angkatan Laut. Pembinaan Museum tetap dibawah Akabri Bagian Laut.

110 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 111 b. Monumen Hree Dharma Shanty c. Monumen IAL

Pada tahun 1951, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) membuka Institut Angkatan Laut (IAL) berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertahanan Nomor: D/MP/279/1951 tanggal 29 Juni 1951. Kemudian disusul dengan S.K. Nomor: D/MP/313/51 tanggal 28 Juli 1951 yang memuat program pendidikan ALRI yang dilaksanakan secara mandiri.

Secara internal pendidikan di IAL sudah dimulai pada tanggal 10 September 1951 dengan Komandan IAL pertama adalah Mayor Pelaut R. S. Hadiwinarso. Akan tetapi, IAL baru diresmikan oleh Presiden RI Soekarno pada hari Rabu, 10 Oktober Monumen ini diresmikan pada tanggal 25 Agustus 1990 oleh Kepala Staf 1951, pukul 04.50 WIB. Angkatan Laut Laksdya M. Arifin Peresmian pembukaan IAL yang berlokasi di Morokrembangan Surabaya atau yang dikenal dengan nama Bumimoro ini disaksikan oleh para pejabat Pemerintah RI, antara lain Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX, Sekjen Kementerian Pertahanan Mr. Ali Budiharjo, Mentri Penerangan Arnold Monotutu, KASAD Kolonel Simatupang, KSAL Kolonel R. Soebijakto, KSAU Komodor Suryadarma, Gubernur, Pembesar Militer dan Sipil Jawa Timur.

Pada Angkatan I, IAL membuka 3 jurusan atau korps yaitu korps Navigasi, korps Teknik Mesin, dan korps Administrasi. Lama pendidikan ditentukan tiga tahun yang terbagi atas dua tahun teori dan satu tahun praktek. Pada pelajaran teori, sebagian

112 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 113 besar diberikan oleh anggota Misi Militer Belanda (MMB) dan banyak menggunakan d. Monumen Pertempuran Laut Arafuru bahasa Belanda. Sedangkan untuk penggemblengan watak dan fisik diberikan oleh pihak ALRI sendiri. Satu tahun kemudian yaitu pada penerimaan Angkatan II, ditambah dua korps yaitu korps Komando (KKO) dan korps Elektronika.

Berdasarkan S.K. KSAL Nomor: G.11/10/8, tanggal 8 Juni 1954, diadakan perubahan pola pendidikan untuk Kadet Angkatan III. Pada perubahan tersebut Kadet Angkatan III mendapatkan pelajaran teori selama tiga tahun yang diselingi dengan latihan praktek selama 5.5 bulan.

Pada monumen tertulis:

INSTITUT ANGKATAN LAUT SK. MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN NO D/MP/279/1951 TGL 29-6-1951 AKADEMI ANGKATAN LAUT SK MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN NO MP/ H/1139/1956 TANGGAL 13- 12-1956 AKABRI BAGIAN LAUT SK PRESIDEN RI/PANGTI ABRI/PANGLIMA BESAR KOMANDO OPERASI TERTINGGI NO 185/KOTI/1965 TGL 16-12-1965 AKADEMI TNI AKADEMI T.N.I. ANGKATAN LAUT( AAL) KEP. PANGLIMA ANGKATAN BERSENJATA NO.KEP/09/P/III/1984 TGL 31-3-1984

Monumen Pertempuran Laut Arafuru awalnya bertempat di area Monumen 50 Tahun AAL. Sejak mulai pembangunan Monumen 50 Tahun AAL dilaksanakan, Monumen Pertempuran Laut Arafuru dipindahkan ke Taman Hree Dharma Shanty (depan Gedung Rinjani) sampai dengan saat ini.

Sedangkan Taman Hree Dharma Shanty tersebut adalah persembahan Alumni AAL Angkatan ke-20 tahun 1974, yang diresmikan pada tanggal 10 September 1999 oleh Gubernur AAL Laksda TNI Frit AC Mantiri.

114 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 115 e. Monumen 50 Tahun AAL f. Monumen Moro Plaza

Peletakan batu pertama pembangunan Monumen 50 Tahun AAL dilaksanakan Peletakan batu pertama pada tanggal 23 Maret 2011 merupakan persembahan pada tanggal 9 September 2001 oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI dari alumni AAL angkatan ke-26 Tahun 1981, yang diwakili oleh Laksamana Madya Indroko S. Marsetio. Sebelum dibangun monumen tersebut dulunya adalah penjagaan utama Selanjutnya diresmikan pada tanggal 9 September 2002 oleh Kepala Staf (Pos-1) yang sekarang posisinya berada disamping kanan monumen. Penjagaan Pos- Angkatan Laut Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh 1 ini dibangun pada tahun 2006.

116 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 117 g. Monumen KRI Dewa Ruci Puspenerbal

a. Museum Penerbangan TNI AL

Di Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut di Kawasan Juanda, tidak jauh dari Bandara Internasional Juanda, Surabaya, terdapat Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal). Berbagai aktivitas terkait penerbangan seperti latihan penerbangan, perawatan pesawat, pengintaian udara taktis, dan operasi tempur juga pendaratan pasukan (pasrat) dilaksanakan oleh personel TNI Angkatan Laut.

Salah satu spot yang dapat dinikmati oleh publik adalah Museum Penerbangan yang dengan mudah dapat dikenali karena sarana tersebut ditandai dengan sebuah pesawat latih tipe Bonanza F-33A yang diparkir di depan halaman museum. Sebelum dimuseumkan pesawat tersebut digunakan oleh personel yang tergabung dalam skadron 200/latih terbang.

Selain Sang Bonanza, di lantai 1 museum terdapat banyak bagian pesawat yang Diresmikan oleh Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dipajang diantaranya, kamera udara seberat 1,5 kg, radio komunikasi dengan panel Laksamana TNI Sudomo pada hari Rabu tanggal 11 Oktober 1978 memutar, mesin turbin dan propeller. Di lantai 2 tersimpan sederet miniatur pesawat yang menjadi armada TNI Angkatan Laut. Salah satu miniatur pesawat adalah miniatur CN-235 yang dioperasikan Skadron 600/Angkut Taktis, miniatur pesawat patroli Pasrat di Skadron 400, juga berbagai sayap putar (helikopter) dan sayap tetap (fixed wings). Pengunjuing dapat pula melihat peralatan tempur seperti torpedo jenis MK 44/40 dan bom laut yang dikendalikan secara elektrik.

118 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 119 b. Monumen Pesawat Il-28-2 Seskoal

a. Monumen Pahlawan Samudera

Monumen yang dibangun di tengah-tengah Kompleks Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) di Bumi Cipulir Jakarta Selatan didirikan untuk mengenang perjuangan dan penghargaan terhadap jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran Laut Arafuru pada tanggal 15 Januari 1962.

Bangunan monumen terletak di halaman tengah Seskoal berbentuk dasar bangunan bulat yang merupakan kolam air dan tiga buah air mancur sebagai kelengkapan. Monumen utama berdiri di tengah-tengah kolam dengan dasar segi lima sebagai lambang Pancasila. Di tengah segi lima terdapat badan monumen berupa tembok dengan pahatan relief sekeliling. Pada tembok bagian belakang dibangun tembok dengan sisi miring dengan tinggi melebihi tembok utama. Bagian ini merupakan puncak monumen di mana diletakkan suatu prasasti yang berbunyi “Hanya bangsa yang tahu menghargai pahlawannya, dapat menjadi bangsa yang besar”. Untuk mencapai tengah monumen dari tepi kolam dibuat jembatan beton Indonesia pernah memiliki pesawat tempur canggih pada masanya yaitu sebanyak 11 ruas. pesawat Ilyushin type Il-28T versi Angkatan Laut dan Il-28U versi Angkatan Udara. Pesawat tempur buatan Ilyushin Design Beureu Uni Sovyet ini tergolong pesawat Relief bagian depan menggambarkan peta Irian Jaya dengan tulisan Jalesveva yang ditakuti pihak NATO, terutama bagi kapal-kapal Sekutu. Pesawat Pembom jenis Jayamahe, haluan RI Macan Tutul serta relief Pahlawan Nasional Komodor Anumerta Ilyushin 28 diberi julukan Il-28 Beagle (anjing pemburu) oleh negara-negara NATO. Jos Sudarsso serta pahlawan yang gugur dalam pertempuran Laut Arafuru. Pada setengah bagian belakang dan sebelah kanan terdapat relief kegiatan persiapan Tahun 1947 prototipe Il-28 diluncurkan dengan kemampuan membawa operasi dengan gambar kapal jenis LST serta kegiatan pasukan siap melaksanakan muatan bom seberat 3 ton pada kecepatan 800 km per jam. Il-28 dirancang untuk tugas pendaratan dengan kendaraan amphibi. Sedang pada setengah bagian belakang diawaki oleh 3 orang (pilot, navigator dan penembak senapan mesin/tail gunner). dan sebelah kiri dilukiskan kegiatan pasukan di hutan belantara Irian Jaya. Khusus untuk penembak senapan mesin, posisinya berada terpisah, yakni ada di ekor dalam kompartemen bertekanan. Sementara navigator yang juga berperan Untuk menambah keindahan monumen dilengkapi dengan kolam mini sebagai pengebom posisinya berada di dalam area kaca di hidung pesawat. Sebagai dengan 3 buah air mancur sebagai lambang Trisila TNI AL. Monumen ini diresmikan juru bombing, awak navigator dibekali dengan pembidik OPB-5 peninggalan Perang oleh Menteri Panglima Angkatan Laut Laksamana RE Martadinata pada tanggal 15 Dunia Kedua. Sementara posisi pilot duduk dibawah kanopi berbentuk gelembung. Januari 1965.

Penerbal pernah memiliki pesawat Il-28 sebanyak 12 unit. Sepuluh unit Il-28T untuk pengebom torpedo dan dua unit lainnya Il-28U untuk pesawat latih. Kehadiran satu skuadron pesawat pembom Il-28 di Angkatan Laut mampu meningkatkan kemampuan jajaran penerbangan dengan kemampuan penghancurannya. Oleh karena itu meskipun suku cadang makin menipis akibat renggangnya hubungan RI dan Rusia, para pilot IL-28 masih berani terbang sehingga sejumlah kecelakaan pun tidak bisa dihindari yaitu lima di antaranya mengalami kecelakaan (accident). Satu pesawat mendarat darurat di Pantai Banyuwangi, Jawa Timur.

120 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 121 122 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 123 Ladokgi

a. Galeri RE Martadinata

Dalam rangka mengabadikan sekaligus menghormati jasa RE Martadinata yang Namanya diabadikan sebagai nama Lembaga Kedokteran Gigi dan Mulut (Ladokgi), dibuat museum kecil bertajuk “Galeri Martadinata”. Atas restu dan dukungan dari Ibu RE Martadinata beserta keluarga besar, barang-barang peninggalan beliau dipajang di museum mini ini seperti meja kerja, pakaian dinas berikut tanda jasa, dan foto- foto kegiatan. Keberadaan galeri ini selain sebagai wahana informasi juga dapat menumbuhkan motivasi bagi generasi penerus. Bersamaan dengan hari jadi Ladokgi TNI AL RE Martadinata yang ke 35 pada tahun 1999, Galeri Martadinata diresmikan.

124 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 125 Bab III EPILOG

Ada banyak nilai-nilai Sementara dilihat dari jenis koleksi bertambah banyaknya penemuan situs- yang sudah dinonaktifkan seperti kapal kepahlawanan dalam catatan yang dipamerkannya, museum terdiri situs arkeologis yang menampilkan perang, tank amfibi, pesawat patroli perjuangan bangsa Indonesia yang dapat atas beberapa tipe, antara lain museum kebudayaan masa lalu secara utuh, maritim, helikopter, meriam dan roket. ditumbuhkembangkan sebagai nilai- sejarah lokal/daerah, museum militer, seperti situs perkotaan kuno, kompleks nilai tradisi dalam rangka membangun museum kereta api, museum pewayangan, candi, kompleks pemakaman kuno dan karakter bangsa serta memupuk rasa museum seni, dan sebagainya. sebagainya, maka pengertian mengenai cinta tanah air utamanya bagi generasi Berkaitan dengan pembinaan tradisi konsep monumen juga turut berkembang. penerus bangsa. Nilai-nilai kepahlawanan kejuangan, TNI Angkatan Laut tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun sejumlah museum di Pada era modern, pembangunan pembangunan museum dan monumen. beberapa tempat di mana terdapat monumen tidak hanya bertujuan Pembangunan museum dan monumen pangkalan atau kesatuannya, antara untuk mengenang dan memperingati bersejarah merupakan bentuk pelestarian lain Museum Loka Jala Crana di suatu peristiwa bersejarah atau dan pewarisan nilai-nilai perjuangan area Akademi Angkatan Laut (AAL) kepahlawanan seseorang di masa lalu. kepada generasi penerus, sekaligus untuk Morokrembangan, Fleet House dan Saat ini, pembangunan monumen mengenang peristiwa bersejarah serta Monjaya di area Komando Armada II juga berfungsi untuk memperindah penghormatan kepada para pahlawan. Ujung, Surabaya; Museum Puspenerbal penampilan suatu kota atau tempat di Juanda, Surabaya; Museum tertentu, sehingga umumnya dibangun Secara umum, museum KALM di Lanal Malang; Museum di lokasi-lokasi publik, seperti taman merupakan gedung yang digunakan Korps Marinir di Kwini, Jakarta. kota, gedung pemerintah, gerbang sebagai tempat untuk pameran tetap kota, atau objek-objek wisata. benda-benda yang patut mendapat Terdapat pula museum yang perhatian umum, seperti peninggalan memamerkan sejarah dan aktivitas istri Dalam rangka pembinaan tradisi benda-benda kuno dan bersejarah, prajurit yaitu di Galeri Bintarti, dan kejuangan dan penanaman nilai-nilai karya seni, hasil penemuan dan museum yang dibangun oleh Laksamana perjuangan kepada seluruh komponen teknologi, sekaligus sebagai tempat TNI (Purn) Ade Supandi di Banuraja, masyarakat Indonesia, TNI Angkatan penyimpanan, konservasi dan perawatan Padalarang, yaitu Museum Galeri Bahari. Laut telah membangun sejumlah berbagai peninggalan sejarah. Museum monumen di beberapa daerah yang mempunyai fungsi sebagai pusat Terkait monumen, pada masa memiliki riwayat sejarah. Monumen yang dokumentasi dan penelitian ilmiah, lalu, monumen kerap diwujudkan dibangun TNI Angkatan Laut terdiri pusat informasi ilmu pengetahuan hanya dalam bentuk satu bangunan, atas berbagai macam bentuk seperti dan kebudayaan, objek wisata, media piagam, dan plakat tertentu, termasuk bangunan berbentuk tugu, prasasti, edukasi dan pembinaan budaya. prasasti. Namun, dengan kian patung tokoh, termasuk alutsistanya

126 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut Museum & Monumen TNI Angkatan Laut 127 128 Museum & Monumen TNI Angkatan Laut