BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-Akhir Ini Pembahasan Tentang Agribisnis (Agribusiness) Telah Berkembang Sedemikian
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini pembahasan tentang agribisnis (agribusiness) telah berkembang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian banyak orang, baik dari kalangan yang biasa mempelajari bidang pertanian maupun kalangan non pertanian. Keadaan seperti ini dapat dimengerti karena kondisi perekonomian di Indonesia sudah mulai bergeser dari yang semula didominasi oleh peranan sektor primer, khususnya hasil-hasil pertanian ke sektor sekunder (industri). Di samping itu, juga adanya kemauan politik (political will) dari pemerintah yang mengarahkan perekonomian nasional Indonesia yang berimbang antara sektor pertanian dengan sektor industri. Sehingga perkembangan sektor pertanian dan industri saling mendukung (Firdaus, 2012 : 3). Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Selama ini, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut telah berkembang di Indonesia yang merupakan salah satu subsistem agribisnis. Pengalaman masa lalu membuktikan bahwa pembangunan pertanian saja yang tidak disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian, serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan, tidak mampu mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage) (Firdaus, 2012 : 14). Bahan pangan dan sandang merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu. Bahan tersebut bukan hasil dari suatu keajaiban, tetapi hasil dari kerja keras dan efisiensi oleh banyak orang dalam suatu sistem yang mencakup kegiatan-kegiatan atas masukan (input), produksi (farm), pengolahan (processing), dan pemasaran bahan pangan (output factor). Sistem tersebut dimulai dari berbagai kegiatan dalam sektor barang perlengkapan pertanian yang memasok berbagai macam input produksi barang dan jasa kepada usaha tani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pemrosesan/pengolahan, pemasaran/tata niaga, dan distribusi barang kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Firdaus, 2012 : 3). 2 Manusia mempunyai banyak kebutuhan dalam hidupnya. Mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, hingga kebutuhan pengaktualisasian diri. Mereka terlibat langsung dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan Kotler dan Keller (2009) yang mendefinisikan perilaku konsumen merupakan tindakan dari konsumen, kelompok atau organisasi yang terlibat langsung dalam mencari, pemilihan, pembelian, penggunaan, dan evaluasi produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhannya (Irawansyah, 2011 : 1). Pemahaman yang terintegrasi atas berbagai aspek yang ada pada konsumen akan memudahkan pemasar menyusun strategi pemasaran, misalnya konsumen dengan gaya hidup tertentu. Dengan pengetahuan itu pemasar dapat merancang program pemasaran mulai dari apa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya, berapa harga harus ditentukan, bagaimana mengomunikasikan produk kepada konsumen dan bagaimana menyampaikan produk itu kepada konsumen (Sunyoto, 2014 : 43). Perubahan gaya hidup menjadi faktor pemicu terjadinya perubahan pola konsumsi. Pemilihan akan bahan pangan cenderung berubah seiring dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Perubahan gaya hidup, pergeseran kebutuhan konsumen tidak dapat dibendung sejalan dengan kenaikan daya beli mereka yang disertai dengan ketersediaan barang dan jasa yang mereka butuhkan. Hal tersebut ditunjukkan dengan selalu meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat dari tahun ke tahun (lampiran 1). Perubahan pada pola konsumsi masyarakat mempengaruhi timbulnya tuntutan akan pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas, daya beli terjangkau dan praktis. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi pemilik modal untuk mengembangkan usaha dalam bidang pelayanan makanan. Makanan tradisional merupakan salah satu jenis dari keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Keanekaragaman jenis pangan tradisional merupakan sumberdaya yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan. Menurut Sapuan dalam Dewi (2004 : 3), makanan tradisional diartikan sebagai makanan yang biasa 3 dikonsumsi masyarakat golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat, dan memiliki rasa yang relatif sesuai selera masyarakat setempat. Di Sumatera Barat terdapat makanan tradisional yang sangat terkenal yaitu Nasi Kapau. Bukittinggi merupakan pusat dari industri kuliner ini. Nasi kapau merupakan warisan kuliner yang sangat disukai oleh masyarakat maupun wisatawan yang datang ke Bukittinggi. Berdasarkan keterangan di atas maka nasi kapau adalah makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, diolah dan diproduksi secara tradisional serta memiliki cita rasa yang khas sesuai dengan selera masyarakat Minangkabau. Pentingnya penelitian konsumen untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan konsumen dan juga bagaimana tanggapannya akan produk yang dikonsumsinya yang berarti berhubungan dengan kepuasan konsumen serta penelitian dapat berfungsi sebagai basis untuk pendidikan dan perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting untuk keputusan kebijakan umum. Menurut Sumarwan (2011 : 8), pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen akan menjadikan konsumen memiliki informasi yang lebih baik mengenai dirinya, sehingga dapat mengendalikan perilakunya agar dapat menjadikan konsumen yang bijak dan melindungi dirinya dari praktik-praktik bisnis yang merugikan mereka. Selain itu, penelitian konsumen ini dapat membantu para pimpinan perusahaan untuk memahami konsumen sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih baik. Jika perusahaan ingin tetap berjalan dan terus tumbuh, maka ia harus dapat menarik konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang telah menjadi pelanggannya. B. RUMUSAN MASALAH Sumatera Barat, ranahnya orang Minangkabau, sudah sangat terkenal akan kelezatan masakannya. Setiap daerah di Sumatera Barat memiliki ciri khas tersendiri dalam meracik masakannya sehingga terkadang rasanya sedikit berbeda dengan masakan Minang lainnya. Walaupun sama-sama masakan minang (atau yang lebih populer dengan sebutan masakan Padang), namun orang Padang, orang Bukittinggi, 4 orang Payakumbuh dan daerah lainnya memiliki cara tersendiri dalam memasak makanan minang. Salah satu masakan minang yang terkenal adalah Nasi Kapau. Nasi kapau adalah nasi ramas khas Nagari Kapau, Sumatera Barat, terdiri dari nasi, sambal, dan lauk pauk khas Kapau, dan beragam gulai. Nasi kapau adalah corak masakan Padang yang memiliki karakteristik tersendiri. Jika dilihat sepintas, mungkin tidak ada bedanya dengan masakan Padang pada umumnya. Namun sebenarnya nasi kapau bisa dibilang berbeda dengan masakan Padang, terutama dari segi rasanya. Bukittinggi merupakan pusat penjualan nasi kapau di Sumatera Barat. Pedagang nasi kapau dapat dijumpai di pasar-pasar di Kota Bukittinggi (lampiran 2). Bagi masyarakat Bukittinggi, mengkonsumsi nasi kapau sudah menjadi hal yang biasa. Kebiasaan mereka dalam makan makanan berat menjadi faktor utamanya. Selain itu, masyarakat Bukittinggi sudah terbiasa makan dengan lauk yang berminyak dan berkuah. Walaupun hal tersebut kurang baik bagi kesehatan karena dapat menimbulkan beberapa penyakit, namun masyarakat tetap melakukan pola makan seperti itu. Nasi kapau memiliki bumbu dan olahan yang lebih rumit. Bumbu-bumbu yang ada pada masakan nasi kapau lebih banyak dan bervariasi sehingga sewaktu dikonsumsi kenikmatan yang dirasakan akan berbeda. Selain itu, cara penyajian nasi kapau ini sangatlah unik dengan panci-panci besar yang disusun pada sebuah meja yang berbentuk seolah sebuah menara meninggi ke atas. Harga untuk nasi kapau sendiri yaitu Rp25.000/porsi. Harga tersebut dapat dikatakan cukup mahal dibandingkan dengan makanan di rumah makan/restoran. Akan tetapi, untuk rasa, harga tidak menjadi masalah bagi konsumen. Hal tersebut terbukti dengan masih diminatinya nasi kapau oleh pecinta kuliner. Terutama pada saat musim liburan, banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat penjualan nasi kapau ini. Perkembangan ekonomi yang semakin maju mengakibatkan usaha dalam pelayanan makanan semakin pesat. Begitu pula dengan usaha pelayanan makanan yang semakin berkembang setiap tahunnya (lampiran 3). Banyak restoran-restoran 5 modern yang bermunculan dengan harga yang cenderung lebih murah daripada nasi kapau, yang kemudian dapat membuat konsumen berpindah untuk mengkonsumsinya. Hal tersebut menyebabkan persaingan bahkan ancaman bagi nasi kapau sendiri. Untuk itu, setiap pengusaha nasi kapau harus berorientasi kepada konsumen untuk meraih pangsa pasar yang tersedia, yaitu dengan memahami perilaku konsumen melalui faktor-faktor yang mempengaruhinya serta mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga dapat menyusun strategi pemasaran yang tepat dalam menghadapi persaingan dan dapat mengurangi resiko kegagalan suatu produk di pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen sangat kompleks dan cenderung saling berinteraksi. Keputusan konsumen dalam membeli sebuah produk dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor pribadi, faktor sosial dan faktor psikologis (Dewi, 2004 : 6). Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap nasi kapau di Kota Bukittinggi? Dari masalah di atas, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen terhadap Nasi Kapau di Kota Bukittinggi”. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar