Downloads/Dasar Manuskrip Melayu Perpustakaan Negara Malaysia.Pdfdiakses Pada
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun Himpunan Tulisan Editor: Ab. Razak Bin Ab. Karim Pramono Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Andalas Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun: Himpunan Tulisan Editor: Ab. Razak Bin Ab. Karim Pramono Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun: Himpunan Tulisan Editor: Ab. Razak Bin Ab. Karim Pramono Tata Letak: Multimedia LPTIK Desain sampul: Multimedia LPTIK ISBN 978-602-50377-4-0 Diterbitkan oleh Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit PENGANTAR EDITOR ubungan antara Indonesia dan Malaysia selalu dibungkus dengan Hadigium “budaya serumpun”, “saudara sepadan” dan “bahasa yang sama”. Namun demikian, dalam dinamikanya, khususnya dalam hubungan bilateral, selama dekade terakhir sering terganggu dengan isu- isu pekerja asing dan sengketa batas wilayah. Bahkan, sering pula terjadi ketengan akibat perkara warisan budaya Indonesia-Malaysia. Tanpa disadari, justru dinamika tersebut telah mendorong kedua negara untuk terus “berlomba” dalam memajukan pembangunan kebudayaannya. Peluang yang diberikan UNESCO, seperti pendaftaran Memory of the Word dan pendaftaran budaya takbenda lainnya telah dimanfaatkan kedua negara untuk mendaftarkan berbagai mata budaya ke tingkat internasional. Dalam rangka itu pula, berbagai kajian bidang i bahasa, sastra dan budaya menjadi penting untuk dijadikan “naskah akademik” khazanah warisan budaya yang dianggap potensial. Sebagai negara yang memiliki batas kebudayaan yang “tipis”, maka antara Indonesia dan Malaysia mestilah tercipta “seni bercinta” untuk terus membina kemesraan kedua negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi isu pengakuan sepihak mata budaya pada masa mendatang. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menjalin komunikasi ilmiah secara intens— khususnya berkenaan dengan kajian dengan tema-tema kebudayaan—antara kelompok ilmiah antara kedua negara. Dalam konteks ini, hubungan FIB Universitas Andalas dan APM Universiti Malaya memiliki potensi untuk itu. Padang, Mei 2016 Editor ii DAFTAR ISI I Pengantar Editor/ i II Daftar Isi/iii Bagian I: Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun 1.1. Dari "Uang Siriah", “Uang Rokok” Hingga Pakuak dan Pemalakan Kekerasan Ala Urang Awak Dalam Perspektif Sejarah / Gusti Asnan / 1 1.2. Hubungan Kerja Sama Malaysia-Indonesia Melalui Program Pertukaran Pelajar / Mohamad Mochtar Abu Hassan / 41 Bagian II: Khazanah Bahasa Serumpun 2.1. Potret Bahasa Talonsoang dalam Status Generasi Muda Minangkabau Terkini di Media Sosial / Ike Revita/57 2.2. Keragaman Bahasa Indonesia / Lindawati / 75 2.3. Penamaan Rumah Makan Padang: Cerminan Hubungan Bahasa dan Budaya / Oktavianus, Khairil Anwar / 93 2.4. Kosa Kata Bahasa Serumpun dalam Peristilahan Melayu / Puteri Roslina Abdul Wahid / 117 2.5. Perbandingan Bahasa Minangkabau Di Daerah Asal dengan Bahasa Minangkabau Di Daerah Rantau: Kajian Dialektologis / Reniwati, Noviatri, Aslinda /131 2.6. Identiti Kepimpinan dalam Penghasilan Wacana Politik Mohamad Hassan / Rohaidah Haron /153 2.7. Leksikon Etnomedisin Khusus Ramuan Obat dalam Pengobatan Tradisional Minangkabau / Rona Almos, Pramono / 173 2.8. Pembinaan Korpora Bahasa Banjar Di Malaysia / Salinah Jaafar, Rohana Mahmud, Murni Mahmud / 189 iii 2.9. Perang Wacana Tentang (Perkebunan) Sawit Indonesia dan Malaysia / Sawirman / 211 Bagian III Khazanah Sastra Serumpun 3.1. Penyakit Golongan Lelaki: Kaedah Rawatan Penyakit Dalam Kalangan Masyarakat Melayu Serumpun / AB.RAZAK BIN AB.KARIM / 229 3.2. Khazanah Geografis dan Budaya Minangkabau dalam Lirik Lagu Minang / Eka Meigalia / Wasana / 249 3.3. Memfungsikan Sastra Lisan Strategi Kebertahanan dalam Era Global / Khairil Anwar / 275 3.4. Kritik Sastra Minangkabau: Pemetaan Kajian / Herry Nur Hidayat / Eka Meigalia /295 3.5. Sastera Rakyat dalam Multimedia Sebagai Medium Pemuliharaan Warisan Tempatan: Satu Pembicaraan Awal / Madiawati Mamat@ Mustaffa / 315 3.6. Imaginasi dalam Teater Kanak-Kanak Sebagai Medium Pendidikan / Maizira Abdul Majid / 341 3.7. Pengaruh Kitab Tarjamah Sabīl al-‘Abīd ‘Alā Jawharah al-TawḤīd Karangan Kyai Haji MuḤammad ṢāliḤ bin ‘Umar Samārānī dalam Ritual Kematian Masyarakat Keturunan Jawa di Sabak Bernam, Selangor, Malaysia / MOHD TAUFIK ARRIDZO BIN MOHD BALWI / 375 3.8. Makna Ayah Bagi Cerpenis Remaja Sumatera Barat / Rima Devi / 401 3.9 Persoalan Sukan dalam Novel-Novel Remaja Pilihan / Tengku Intan Marlina Tengku Mohd Ali / 425 3.10 Eksplorasi Nursey Rhyme: Folklor Anak Bagi Pengembangan Karakter / Femmy Dahlan, Tienn Immerry / 479 Bagian IV Khazanah Budaya Serumpun iv 4.1. Etnonasionalime dan Budaya Politik Etnik di Sarawak / Awang Azman Azman Awang Pawi / 505 4.2. Virus Obsesi Abreviasi: Antara Kreativitas dan Krisis Identitas / Firdaus Haji Abdjullah / 541 4.3. Faktor-Faktor yang Menghalang Wanita Sistem Nasab Ibu Berniaga Bersendirian di Pasar-pasar Rembau Negeri Sembilan / Midawati / 551 4.4. Strategi Pengelolaan Khazanah Naskah-naskah Minangkabau Di Era Digital / Pramono / 583 4.5. Membaca “Dinding”, Menangkap “Meaning” Etnografi Keseharian Masyarakat di Kawasan Kampus Universiti Malaya Kuala Lumpur / Sjafri Sairin / 605 v Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya SERUMPUN Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas 26 Mei 2016 Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun himpunan tulisan Dari "Uang Siriah", “Uang Rokok” Hingga Pakuak dan Pemalakan Kekerasan Ala Urang Awak Dalam Perspektif Sejarah1 Gusti Asnan2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas “Hambatan Serius Di Sumbar: Investor Kena Palak” adalah headline surat kabar Singgalang 8 April 2016. Beberapa hari sebelumnya, di media sosial ramai dibicarakan tentang ulah penjual nasi kapau di Bukittinggi yang memakuak pembeli (tiga orang) dengan harga Rp. 600.000,- Akhir Januari 2016 ada juga heboh di media sosial tentang pedagang yang memakuak pembeli sebesar Rp. 200.000,- untuk dua mangkok kecil langkitang dan dua gelas cappuccino yang dia makan dan minum di Pantai Padang. Tidak itu saja, tahun 2013 rombongan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono dipakuak oleh penjual nasi kapau dengan resi pembayaran Rp. 20 juta. 1 Disajikan Pada “Seminar Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun”, Kerjasama FIB-Univ. Andalas dengan APM-Univ. Malaya, 26-27 Mai 2016 di Padang. 2 Staf Pengajar Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya-Univ. Andalas-Padang, Mobile: 081363411291 [email protected] Gusti Asnan 1 Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun himpunan tulisan Sebelumnya tahun 2009 orang nomor satu di republik ini dan rombongannya juga kena pakuak di salah satu warung sate terkenal di Padangpanjang dengan harga Rp. 15 juta. Ada banyak bahkan bisa ratusan atau ribuan contoh lain yang bisa ditampilkan tentang ulah saudagar Minangkabau khususnya atau Urang Awak pada umumnya “mengerjai” para pembeli atau orang lain yang bisa mereka “makan”. Cobalah telusuri surat kabar atau majalah lama, pasti Ibu dan Bapak akan menemukan berita tentang orang yang menjerit kena pakuak atau palak di pasar atau di banyak tempat di Ranah Minang ini. Atau tanyailah diri Ibu dan Bapak sendiri, _____________________ saya yakin, bahkan saya hagqul yaqin, bahwa Ibu dan Bapak juga pernah kena pakuak atau kena palak oleh saudagar atau orang Minangkabau. Atau cobalah searching di internet, tulis saja “pakuak”, “pemalakan”, “padang”, “minang kabau”, atau kata-kata kunci lain yang sejenis dengan itu. Ibu dan Bapak akan mendapat informasi betapa banyaknya kasus pemalakan di negeri ini, di negeri yang dikatakan “elit”nya sebagai negeri yang bersendikan adat, adatnya bersendikan agama Islam, dan Islam bersendikan Al-Qur’an? Mengapa begitu banyak kasus pakuak atau pemalakan terjadi di Minang kabau? Mengapa saudagar atau orang Minangkabau yang juga populer dengan sebutan Urang Awak ini begitu mudah memakuak atau memalak “korban”nya? Bagaimana per kembangan Gusti Asnan 2 Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun himpunan tulisan “tradisi” ini dalam perspektif sejarah? Makalah ini mencoba menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan di atas dari perspektif historis. Di samping itu, berdasarkan realitas yang disajikan di atas dan ditambah dengan pengalaman historis masyarakat dan daerah di masa lampau, maka di bagian akhir makalah ini akan diajukan sejumlah pemikiran tentang langkah-langkah yang bisa atau perlu dilaksanakan guna mengubah perilaku sebagian masyarakat Minangkabau yang suka memakuak dan memalak, agar mereka keluar dari amalan atau tradisi jahiliyah ini. Pakuak dan Pemalakan: Pengertian dan Beberapa Contoh Pakuak adalah aksi yang sering terjadi dalam aktivitas jual beli. Pakuak adalah menetapkan harga yang jauh lebih tinggi dari nilai barang yang sesungguhnya oleh pedagang kepada pembeli. Pakuak biasanya terjadi karena: pertama, pembeli tidak tahu harga sesungguhnya dari barang yang akan dibeli; kedua, penjual mengetahui calon pembeli sangat tertarik dengan barang dagangannya; dan ketiga, pembeli tidak bisa menghindar dari pengenaan harga yang selangit, yang ditetapkan oleh penjual, karena barang yang akan dibayar sudah diambil atau dimakan terlebih dahulu.3 Secara sosiologis, pakuak sesungguhnya 3 Seperti yang akan dikatakan pada bagian berikut, secara etimologis aksi pakuak ini hampir sama dengan pakang. Bahkan latar belakang sejar- ah kemunculan kedua aksi ini juga hampir sama. Gusti Asnan 3 Khazanah Bahasa, Sastra dan Budaya Serumpun himpunan tulisan mengandung dua makna, pertama penipuan dan kedua pemaksaaan (atau tindak kekerasan). Tindak kekerasan yang dimaksud di sisi bukan dalam artian kekerasan fisik, tetapi lebih