Lalampahan SYEH ABDUL MA'ruf 1 Petikan Tina Dongeng 1001 Malam
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LALAMPAHAN SYEH ABDUL MA'RUF I TIDAK DIPERJUALBELIKAN Proyek Bahan Pustaka Lokal Konten Berbasis Etnis Nusantara Perpustakaan Nasional, 2011 Lalampahan SYEH ABDUL MA'RUF 1 Petikan tina Dongeng 1001 Malam Perpustakaan Nasional Balai Pustaka R e p u b l i k I n d o n e s i a Diterbitkan oleh Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah Hak pengarang dilindungi undang-undang KATA PENGANTAR Bahagialah kita, bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama, yang pada hakikatnya adalah cagar budaya nasional kita. Kesemuanya itu merupakan tuangan pengalaman jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan ilmu di segala bidang. Karya sastra lama akan dapat memberikan khazanah ilmu penge- tahuan yang beraneka macam ragamnya. Penggalian karya sastra lama yang tersebar di daerah-daerah ini, akan menghasilkan ciri-ciri khas kebudayaan daerah, yang meliputi pula pandangan hidup serta landasan falsafah yang mulia dan tinggi nilainya. Modal semacam itu, yang ter- simpan dalam karya-karya sastra daerah, akhirnya akan dapat juga menunjang kekayaan sastra Indonesia pada umumnya. Pemeliharaan, pembinaan, dan penggalian sastra daerah jelas akan besar sekali bantuannya dalam usaha kita untuk membina kebudayaan nasional pada umumnya, dan pengarahan pendidikan pada khususnya. Saling pengertian antardaerah, yang sangat besar artinya bagi pemeliharaan kerukunan hidup antarsuku dan agama, akan dapat ter- cipta pula, bila sastra-sastra daerah yang termuat dalam karya-karya sastra lama itu, diterjemahkan atau diungkapkan dalam bahasa In- donesia. Dalam taraf pembangunan bangsa dewasa ini manusia-manusia Indonesia sungguh memerlukan sekali warisan rohaniah yang terkan- dung dalam sastra-sastra daerah itu. Kita yakin bahwa segala sesuatunya yang dapat tergali dari dalamnya tidak hanya akan berguna bagi daerah yang bersangkutan saja, melainkan juga akan dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, bahkan lebih dari itu, ia akan dapat menjelma menjadi sumbangan yang khas sifatnya bagi pengembangan sastra dunia. Sejalan dan seirama dengan pertimbangan tersebut di atas, kami sa- jikan pada kesempatan ini suatu karya sastra daerah Sunda, yang berasal dari Penerbit Suka Asih, Bandung, dengan harapan semoga dapat men- jadi pengisi dan pelengkap dalam usaha menciptakan minat baca dan apresiasi masyarakat kita terhadap karya sastra, yang masih dirasa sangat terbatas. Jakarta, 1983 Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah DAFTAR ISI Pengantar Penyunting 9 Ringkasan 11 Bukuka 15 1. Lalampahan Syeh Abdul Ma'ruf I 17 2. Lalampahan Syeh Abdul Ma'ruf II 41 3. Lalampahan Syeh Abdul Ma'ruf III 61 PNRI PNRI PENGANTAR PENYUNTING Cerita Lalampahan Syekh Abdul Ma'ruf dipetik dari Hi- kayat Seribu Satu Malam yang terkenal itu. Semuanya ada 3 jilid, diterbitkan di Bandung. Tidak disebutkan tahun pener- bitan maupun nama pengarang, yang ada hanya nama toko bu- ku yang mengeluarkannya yaitu Toko Buku Asih Jalan Kabu- paten no. 1 H. Bandung. Seperti diketahui, cerita 1001 malam yang aslinya ditulis dalam bahasa Arab dengan judul "Alif laila wa laila" itu telah diteijemahkan ke dalam beberapa bahasa di dunia. Salah satu di antaranya: bahasa Sunda. Dalam sastra Indonesia lama, hikayat 1001 malam ini di- masukkan ke dalam jenis cerita Berbingkai (Clock Stories). Yang dimaksud sebenarnya dengan cerita berbingkai ialah ce- rita yang di dalamnya mengandung cerita lain, yang kadang- kadang tidak ada hubungannya dengan cerita pokok; sehingga kalau dilepas atau dihilangkan cerita-cerita sisipannya itu ma- ka tidak akan mempengaruhi jalan cerita pokoknya. Jadi di sini peranan dalam cerita bercerita lagi, sehingga terda- pat beberapa buah cerita yang tidak saling berhubungan. Dalam cerita sisipan itu mungkin ada cerita sisipan lagi, se- hingga pada akhirnya cerita itu menjadi panjang dan luas seka- li. Demikianlah terjadi beberapa cerita yang kadang-kadang agak sulit untuk dirangkaikan dengan cerita pokoknya karena terle- pas-lepas tidak berhubungan satu dengan lainnya. Namun wa- lau bagaimanapun harus diingat, dalam cerita Berbingkai ter- dapat sebuah cerita pokok yang mengikat (merangkaikan) se- mua cerita sisipan itu. Dan cerita pokok inilah yang biasa dise- but bingkai ceritanya. Biasanya tokoh-tokoh dalam cerita po- kok itu terdiri dari manusia, bukan binatang. Termasuk ke dalam kumpulan cerita berbingkai: Hikayat Kalila dan Damina, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Bakh- tiar, Hikayat Gulam, Hikayat Bibi Sabariah dan Hikayat Seri- 9 PNRI bu Satu Malam. Sebagian besar dari hikayat-hikayat yang tersebut itu mengam- bil cerita-ceritanya dari Hikayat Seribu Satu Malam. Semua hikayat itu ada naskahnya di Museum Nasional, kecuali Hikayat Seribu Satu Malam. Hikayat Seribu Satu Malam cerita pokoknya mengisahkan ten- tang kepandaian seorang putri dalam bercerita sehingga dapat menggagalkan maksud raja (yang menjadi suaminya) untuk mem- bunuhnya. Semula raja itu mempunyai kesenangan membunuh pengantin-pengantinnya pada malam pertama perkawinan, de- mikian berlaku terhadap beberapa putri cantik yang telah men- jadi permaisurinya, sampai akhirnya tiba pada giliran putri se- orang perdana menteri yang terkenal cantik dan bijaksana. Dengan cara bercerita setiap malam, ia dapat memperdayakan suaminya itu sehingga tertolonglah nyawanya. Pada akhirnya raja yang terpesona mendengarkan cerita-cerita sang Putri men- jadi insaf akan kekejamannya dan berjanji akan mengubah ke- lakuannya, sehingga sang Putri yang bijaksana itu hidup ber- bahagia bersama raja. Seperti telah disebutkan pada permulaan, cerita Syekh Abdul Ma'ruf ini dipetik dari Hikayat Seribu Satu Malam. Beruntunglah kita memiliki salah satu cerita petikan dari Hika- yat itu serta telah diteijemahkan ke dalam bahasa Sunda. De- ngan demikian dapat memperkaya khasanah kebudayaan bang- sa Indonesia. Jakarta, 6 Nov. '82 10 PNRI SINOPSIS LALAMPAHAN SYEKH ABDUL MA'RUF Ceritanya terdiri dari 3 jilid. Jilid 1. Menceritakan tentang keadaan Syekh Abdul Ma'ruf se- masa hidup di Kairo bersama istrinya yang bernama Nyi Sa- rah. Jilid 2. Menceritakan tentang keadaan Syekh Abdul Ma'ruf ke- tika mengembara di Basrah, berpura-pura menjadi saudagar ka- ya sehingga dijadikan menantu oleh raja Basrah; dan mereka hidup berbahagia. Jilid 3. Menceritakan tentang keadaan Syekh Abdul Ma'ruf ke- tika pergi meninggalkan istana Basrah atas anjuran istrinya, ka- rena takut rahasianya terbuka oleh raja. Kemudian ia menda- patkan harta karun dan kembali lagi kepada istrinya itu. Jilid 1. Di Kairo hidup seorang tukang sepatu miskin yang berna- ma Syekh Abdul Ma'ruf. Walaupun hidupnya sengsara, ia te- tap menjalankan ibadahnya dan selalu berbuat amal. Istrinya yang bernama Nyi Sarah bertabiat sangat buruk. Ia melawan kepada suami dan segala keinginannya harus dituruti. Karena penghasilan yang diperoleh tak pernah mencukupi, me- reka terpaksa harus menjual harta benda yang ada sehingga se- muanya habis. Pada suatu hari, Nyi Sarah ingin dibelikan kue yang berlapis madu. Dengan perasaan gundah, Syekh Abdul Ma'ruf berang- kat ke tempat pekeijaan diiringi ancaman Sang Istri jika per- mintaannya itu tidak dipenuhi. Rupanya nasib Abdul Ma'ruf memang sedang sial, karena ia tak mendapat rejeki sama sekali pada waktu itu. Sedangkan kue yang dipesan belum terbeli. Untunglah, di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang sahabat yang beijualan kue-kue. Setelah diceritakan persoalannya, lalu ia diberi kue-kue yang enak tapi kue yang diingini Nyi Sarah itu tidak ada lagi. Setiba di rumah, bukan kesenangan yang diperoleh Syekh Ab- 11 PNRI dul Ma'ruf melainkan sebaliknya. Nyi Sarah sangat marah ka- rena tidak terpenuhi keinginannya. Ia mencaci maki dan memukuli Syekh Abdul Ma'ruf, sehing- ga teijadilah keributan yang luar biasa. Akhirnya tetangganya turun tangan melerai mereka. Kelakuan Nyi Sarah makin bu- ruk. Ia sampai hati memfitnah suaminya kepada hakim, sehing- ga Syekh Abdul Ma'ruf harus berurusan dengan polisi. Untung ia dapat melarikan diri setelah diberitahu oleh sahabatnya. Da- lam pelariannya itu, ia ditolong oleh jin dan diterbangkan ke kota Basrah. Di kota ini, Syekh Abdul Ma'ruf bertemu dengan putra sahabatnya yang sekarang telah menjadi saudagar kaya; namanya Ali Kohia. Ia dibantu oleh Ah Kohia itu dan dibawa ke rumahnya. Sete- lah mendengar riwayatnya yang menyedihkan itu, Ali Kohia beijanji akan membantu hidupnya. Ia disuruh berpura-pura men- jadi saudagar kaya dari Kairo supaya memperoleh pinjaman uang dari para saudagar di Basrah. Nasehat Ali -Kohia itu ber- hasil dan Abdul Ma'ruf memperoleh pinjaman beberapa ratus ribu dinar dari mereka, dengan janji akan dibayar kelak bila kapalnya tiba. Jilid 2. Tapi kemudian Syekh Abdul Ma'ruf tidak menepati jan- ji. Ia berbuat sesuka hatinya dihambur-hamburkannya uang ha- sil pinjaman tersebut sehingga akhirnya diadukan kepada raja Basrah sebagai penipu. Raja Basrah yang mendengar cerita itu menjadi salah penger- tian. Disangkanya Syekh Abdul Ma'ruf benar-benar saudagar kaya dari Kairo dan ia hendak menikahkan Abdul Ma'ruf de- ngan putrinya yang cantik. Semua hutangnya kepada para saudagar dilunasi oleh raja dan Syekh Abdul Ma'ruf dinikahkan dengan putri raja yang berna- ma Siti Aisah itu. Mereka berdua hidup rukun dan berbahagia. Beberapa lama kemudian, raja menaruh curiga kepada me- nantunya itu karena tidak pernah melakukan apa-apa kecuali menghambur-hamburkan uang negara saja untuk dibagikan ke- 12 PNRI pada fakir miskin. Sedangkan kapal-kapal yang dulu dijanjikan kepada raja tidak pernah