Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

JURNAL Pembelajaran Seni & Budaya

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JPSB

SENI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING LESTARI BUDOYO DI DESA WONUA SARI KECAMATAN MOWILA KABUPATEN KONAWE SELATAN

Tavip Sunarto 1, Irianto Ibrahim2, La Ode Sahidin3

Info Abstrak Terbitan JPSB Vol. 3 No. Penelitian ini bertujuan; 1) Untuk menemukan proses penyajian kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo di 2 Desember Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. 2) Untuk menemukan makna simbolik 2018 sesajen yang terkandung dalam kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. 3) Untuk menemukan fungsi kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif– deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 di Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe Selatan. Data dalam penelitian ini berupa informasi dari para informan yang diperoleh dari hasil wawancara. Video, foto, dan rekaman Kesenian Kuda lumping Lestari Keyword: Budoyo merupakan data sekunder dalam penelitian di Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila Kabupaten Kuda Konawe Selatan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai Lumping; sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, Pertunjukan; dokumen resmi, gambar foto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Proses pelaksanaan tari Kuda lumping Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan meliputi perencanaan Seni; acara, membersihkan lapangan untuk pertunjukan, pembuatan sesaji, nyekar ke pepundhen, obong menyan, pertunjukan Kuda lumping Lestari Budoyo diantaranya tari kreasi baru, tari jaipong, tari gobyok, tari mataraman, tari jaranan versi , kesurupan atau ndadi; 2) Makna simbolik yang terkandung dalam sesaji pertunjukan Kuda lumping Lestari Budoyo, meliputi:Degan ijo bermakna berdiri atau berhasil dalam mencari rejeki sehingga bisa gemah ripah loh jinawi), Bonang-baning bermakna memohon keselamatan selama mengadakan pertunjukan dan meminta keselamatan pada leluhur yang merasuki para penari agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama penari mengalami kesurupan; Kopi pahit, kopi manis, teh pahit, teh manis berarti melambangkan alam ghaib tapi disaat penari menarikan tarian kuda lumping tidak akan merasakan rasa capek dan terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan; Kembang setaman berarti berarti manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negative; Air diberi daun dhadhap serep berarti wujud bakti kepada yang lahir lebih sehari, yang pernah tua, dan yang pernah muda, yang berada di kiblatnya masyarakat Desa Wonua Sari. 3) Tarian Kuda lumping Lestari Budoyo memiliki fungsi antara lain: Sebagai sarana upacara; Sebagai sarana hiburan; Sebagai Media Pendidikan; Sebagai seni pertunjukan. Abstract The aim of this study; 1) To find the process of presenting the art of Budoyo Lumping Sustainable Horse in Wonua Sari Village, Mowila District, South Konawe Regency. 2) To find the symbolic meaning of offerings contained in the art of Budoyo Lumping Sustainable Horse in Wonua Sari Village, Mowila District, South Konawe Regency. 3) To find the art function of the Budoyo Lumping Sustainable Horse in Wonua Sari Village, Mowila District, South Konawe Regency. This type of research is qualitative-descriptive. This research was conducted in the even semester of the 2018/2019 academic year in Wonua Sari Village, Mowila District, South Konawe Regency. The data in this study are in the form of information from informants obtained from interviews. Videos, photos, and recordings of Art of Lestari lumping Budoyo is secondary data in research in Wonua Sari Village, Mowila District, South Konawe Regency. The process of data analysis begins with examining all available data from various sources, namely interviews, observations, which have been written in field notes, personal documents, official documents, photographic images. The results showed that 1) The process of implementing the lumping Lestari Budoyo Horse dance in Wonua Sari Village, Mowila District, Konawe Selatan District included planning the event, clearing the field for performances, making offerings, blooming to pepundhen, obong menyan, performing lumping Lestari Budoyo dance new creations, jaipong dance, gobyok dance, mataraman dance, Balinese jaranan dance, trance or ndadi; 2) The symbolic meaning contained in the offerings of lumping Lestari Budoyo's performance includes: Degan ijo means standing or succeeding in finding fortune so that it can be gemah ripah loh jinawi), Bonang-baning means asking for salvation while performing and asking for safety for the ancestors who possessed the dancers so that something unexpected is not done as long as the dancer experiences trance; Bitter coffee, sweet coffee, bitter tea, sweet tea means symbolizing the unseen nature, but when dancers dance Kuda lumping dance, they will not feel tired and avoid unwanted events; Setaman flower means that humans must maintain the fragrance of their names so that they are not affected by negative things; Water is given the leaves of dhadhap serep which means a form of devotion to those who are born more a day, who have been old, and who have been young, who are in the direction of the community of Wonua Sari Village. 3) Lumping Lestari Budoyo Dance has functions such as: As a means of ceremony; As a means of entertainment; As a Educational Media; As a performing art Keywords: Art, Horse Lumping, Show

© 2018 Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya

e-ISSN - 2502-4191

1 Alumni Pascasarjana Pendidikan Seni Universitas Halu Oleo 2 Dosen Universitas Halu Oleo 3 Dosen Universitas Halu Oleo

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 69

Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

PENDAHULUAN bagian yang dimainkan oleh beberapa pria Salah satu penyangga kebudayaan yang menunggangi kuda. dan berkembang menurut kondisi dari Sambil memainkan pecut, mereka kebudayaan itu adalah kesenian. Kesenian menari mengikuti iringan musik. Pada bagian merupakan unsur dari kebudayaan yang ini beberapa penari mengalami kesurupan dipandang dapat menonjolkan sifat dan dan dengan keadaan tidak sadar mereka mutu, serta demikian cocok sebagai unsur melakukan beberapa atraksi berbahaya paling utama dalam kebudayaan nasional seperti memakan beling, menyayat diri, (Koentjaraningrat, 1985:113). berjalan di atas pecahan kaca dan beberapa Kuda lumping adalah salah satu atraksi berbahaya lainnya. Dalam kesenian tradisional Jawa yang memiliki menyuguhkan pertunjukan Kuda lumping ini makna pesan heroik atau keprajuritan. setiap grup atau daerah memiliki kreasi Kesenian kuda lumping ini menggambarkan tersendiri dalam menampilkannya, namun sekelompok prajurit penunggang kuda. Kuda tetap tidak meninggalkan keaslian dalam yang di gunakan dalam tarian ini bukanlah kesenian tersebut. kuda yang sebenarnya, melainkan kuda yang Dalam pertunjukan Kuda lumping ini terbuat dari bambu yang di anyam dan biasanya dikawal oleh beberapa pawang atau dibentuk dan dihias menyerupai kuda. Tarian dukun untuk mengantisipasi hal–hal yang ini sangat populer di masyarakat Jawa, tidak diinginkan. Sebelum pertunjukan dimulai khususnya Jawa tengah dan sekitarnya. biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan Apabila disimak secara khusus, tari oleh para dukun, yaitu memberikan sesaji dan membuat seseorang tergerak untuk mengikuti membacakan doa agar dijauhkan dari mara irama tari, gerak tari, maupun unjuk bahaya. Selain melakukan ritual, dukun juga kemampuan dan kemauan kepada umum ditugaskan untuk mengawal para penari yang secara jelas. Tari memberikan penghayatan kesurupan saat melakukan atraksi agar tidak rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terjadi hal–hal yang tidak diinginkan dan terutama bagi pendukungnya. Tari pada menyembuhkan para penari dari keadaan kenyataannya, merupakan penampilan gerak kesurupan tubuh. Oleh karena itu tubuh sebagai media Ada hal menarik yang ada dalam ungkap sangat penting perannya bagi tari. tarian Kuda lumping Lestari Budoyo ini, yaitu Gerakan tubuh dapat dinikmati sebagai selain mengandung unsur hiburan, kesenian bagian dari komunikasi bahasa tubuh. tradisional kuda lumping Karya Budaya juga Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa mengandung unsur ritual. Sebelum pagelaran tari untuk memperoleh makna gerak. dimulai, biasanya seorang pawang kuda Dalam mengamati sebuah tari ada lumping akan melakukan ritual, yaitu dengan dua sasaran pengamatan yaitu segi yang cara berdoa memohon kelancaran dalam bersifat kewujudan dan segi yang bersifat isi pelaksanaan hiburan kuda lumping. Ritual atau makna. Segi- segi tari yang bersifat yang dilakukan tidak luput dari adanya kewujudan akan menyangkut teknik tari dan sesajen yang dihidangkan. tradisi penampilan, sedang segi-segi tari yang Terkait dengan pertunjukan Kuda bersifat isi atau makna akan mengena pada lumping Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari wilayah konsep keindahan serta fungsi dan Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe peranan tari dalam konteks yang lebih besar Selatan ada beberapa macam karanter (Sedyawati, 1981: 161-162). Hal ini sesuai pemain setelah kesurupan. ada berbagai dengan fokus pengamatan dalam penelitian macam karakter pemain, ada yang kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo di Desa kesurupan, ada yang memiliki karakter kera Wonua Sari Kecamatan Mowila Kabupaten atau monyet, ada yang berkarakter harimau. Konawe Selatan yaitu dari segi bentuk Setelah selesai pertunjukan Kuda lumping penyajian, fungsi, dan makna simbolis sesaji pawang menggunakan mantra/tuturan untuk yang merupakan substansi dasar tari. menyadarkan penari yang kesurupan. Bentuk- Pertunjukkan kesenian Kuda lumping bentuk karakter yang ditampilkan oleh pemain ini banyak sekali simbol–simbol yang memiliki membentuk analisis untuk mengetahui lebih makna pesan yang akan disampaikan oleh dalam muncurnya karakter itu. penontonnya. Dalam pertunjukannya, Penari Kuda lumping biasanya terbagi menjadi 3 METODE PENELITIAN bagian. Pada bagian pertama biasanya Jenis penelitian ini adalah kualitatif– dilakukan oleh beberapa penari wanita, deskriptif karena data yang diperlukan bersifat dengan menunggangi kuda mereka menari kualitatif dan diwujudkan dalam bentuk dengan gerakan yang lembut dan dinamis. keterangan atau gambaran tentang kejadian Kemudian pada bagian kedua, biasanya atau kegiatan secara menyeluruh, konseptual dimainkan oleh beberapa penari pria. Pada dan bermakna sehingga analisisnya bagian ini para penari menari dengan menggunakan prinsip logika induktif. gerakan yang menggambarkan keberanian Penelitian pertunjukan Kuda lumping Lestari para prajurit penunggang kuda di medan Budoyo di Desa Wonua Sari Kecamatan pertempuran, dan yang terakhir adalah Mowila Kabupaten Konawe Selatan menggunakan metode penelitian deskriptif-

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 70

Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

kualitatif. Tempat penelitian ini adalah Desa Tabel 2. Jenjang Pendidikan di Desa Wonua Wonua Sari Kecamatan Mowila Kabupaten Sari Konawe Selatan dengan segala objektivitasnya No Jenjang Jumlah Persentase terkait pelaksanaan tarian Kuda lumping Pendidikan (Jiwa) (%) Lestari Budoyo dari segi bentuk, makna, dan 1 SD/MI 115 47,92 fungsi tariannya. 2 SMP/MTs 85 35,42 Data dalam penelitian ini berupa 3 SMA/ SMK/ 30 12,50 informasi dari para informan yang diperoleh MA dari hasil wawancara. Video, foto, dan 4 Diploma 1 0,42 rekaman Kesenian Kuda lumping Lestari 5 Sarjana 8 3.33 Budoyo merupakan data sekunder dalam 6 Pascasarjana 1 0,42 penelitian di Desa Wonua Sari Kecamatan Jumlah 240 100 Mowila Kabupaten Konawe Selatan ini. Secara Di Desa Wonua Sari juga terdapat garis besar metode pengumpulan data banyak grup kesenian, diantarannya adalah lapangan ini menggunakan empat teknik, sebagai berikut: yaitu: 1) observasi, 2) wawancara, 3) a. Grup Soyar : 1 kelompok dokumentasi, 4) analisis isi. b. Dolalak : 1 kelompok Cara kerja pada penelitian ini adalah: c. Kuda lumping : 1 kelompok (1) data-data yang diperoleh melalui teknik d. Hadroh : 1 kelompok observasi, wawancara dan dokumen diproses e. Qasidah Rabana : 1 Kelompok sebelum digunakan; (2) kata-kata yang dianalisis adalah kata-kata yang diperoleh Proses Penyajian Kesenian Kuda lumping saat wawancara dengan informan, dapat Lestari Budoyo berupa foto, video dan hasil rekaman yang Dalam penelitian ini akan dipaparkan menekankan pada acara tari Kuda lumping mengenai sejarah berdirinya kesenian Kuda Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari lumping Lestari Budoyo agar memperjelas Kecamatan Mowila Kabupaten Konawe keberadaan grup kesenian kuda lumping ini di Selatan; (3) data-data yang terkumpul, setelah Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila dibaca, dipelajari dan ditelaah; (4) langkah Kabupaten Konawe Selatan, grup kesenian selanjutnya adalah menyusunnya dalam kuda lumping ini dulu terbagi menjadi tiga satuan-satuan. kelompok dengan nama jathilan, yaitu kelompok jathilan dusun Krajan, kelompok HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN jathilan dusun Kamalan, dan kelompok Desa Wonua Sari adalah salah satu jathilan dusun Slegok. Pada tahun 1977 desa yang berada di wilayah Kecamatan kesenian tersebut mengalami kemunduran Mowila, Kabupaten Konawe Selatan. Desa karena perkembangan zaman, sehingga Wonua Sari merupakan salah satu desa dari eksistensi jathilan tersebut menjadi berkurang 20 desa di Kecamatan Mowila. Jarak dari di kalangan masyarakat. Proses peremajaan Ibukota Kecamatan kurang lebih 2 km kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo di Desa sedangkan ibukota Kabupaten Konawe Wonua Sari, Kecamatan Mowila, Kabupaten Selatan jaraknya kurang lebih 40 km, dan dari Konawe Selatan berasal dari Mbah Karsi yang ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara jaraknya saat itu beliau menjabat sebagai ketua kurang lebih 50 km. Jumlah penduduk Desa Grup kesenian jathilan. Pada tahun 1983 Wonua Sari sebesar 439 jiwa yang terdiri dari mbah Karsi menggabungkan tiga kesenian 211 laki-laki dan 228 perempuan serta 126 jathilan di Desa Wonua Sari menjadi satu orang kepala keluarga dengan mata Grup Kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo. pencaharian sebagai berikut: Beliau mempunyai ide untuk menghidupkan Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Desa kembali kesenian tradisional kuda lumping Wonua Sari yang keberadaannya mulai tergerus oleh No Mata Jumlah Persentase perkembangan jaman. Pencaharian (Jiwa) (%) Secara garis besar yang 1. Petani 90 74.43 melatarbelakangi berdirinya kesenian Kuda 2. Pedagang 13 10.32 lumping Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari, 3. PNS/TNI/Polri 2 1.59 Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe 4. Buruh 9 7.14 Selatan antara lain: 5. Tukang 5 3.97 1. Ingin melestarikan kesenian tradisional, batu/kayu khususnya kesenian kuda lumping (nguri- 6. Wiraswasta 7 5.56 uri kabudayan Jawa). Jumlah 126 100 2. Mempersatukan generasi muda untuk Selain pendidikan formal, partisipasi bersatu padu memajukan dusun, masyarakat dalam program pendidikan kesenian dusun khususnya. adalah dengan pemberantas kebodohan yang 3. Menghimpun anak-anak muda ke dalam dilaksanakan dengan program kejar paket A suatu kegiatan yang positif dan kejar paket B. Kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo berupaya mempertahankan kualitas dengan

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 70

Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

menetapkan jadwal kegiatan diantaranya Setelah selesai make up, maka penari sebagai berikut: beganti pakaian. Baju atasan penari (1) Latihan dilaksanakan setiap hari Rabu kuda lumping memiliki bentuk kemeja (malam Kamis) dan Sabtu (malam yang melekat pada tubuh penari kuda Minggu), bertempat di halaman rumah lumping. Baju atasan ini nantinya akan Bapak Saijan ketua grup kesenian Kuda ditutupi rompi dan Apok. baju atasan lumping Lestari Budoyo. yang dikenakan berwarna cerah. Celana (2) Setiap anggota mempunyai tugas atau panjang yang dikenakan penari untuk kewajiban untuk mengadakan latihan dan menutupi bagian bawahnya. Di atas tidak ada peraturan yang ketat apabila celana panjang pada bagian pinggul ada anggota yang tidak hadir pada saat biasanya didobel dengan kain selendang latihan. bercorak batik. Pemilihan celana panjang Rangkaian pertunjukan Kuda lumping di atas mata kaki, bertujuan untuk Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari, memudahkan gerak penari kuda lumping Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe saat melakukan aksinya. Penari kuda Selatan secara berurutan terdiri dari tiga lumping mengenakan gelang hias yang acara, yaitu: memiliki corak dan warna keemasan Pra pertunjukan pada kedua pergelangan tangannya. a. Membuat perencanaan acara Penari kuda lumping memakai Sesumping (1) persiapan fisik yang merupakan hiasan yang dipakai di (2) persiapan mental anggota grup telinga, hiasan telinga ini sangatlah mirip kesenian Kuda lumping Lestari dengan yang dipakai oleh para pemain Budoyo wayang orang. Warna yang dipakai yaitu b. Membersihkan arena pertunjukan kuda berwarna emas yang memantulkan lumping cahaya. Pada bagian dada para penari Persiapan yang dilakukan pada kuda lumping, dipakai setelah memakai prosesi pertunjukan kuda lumping rompi dipakaikan apok. Apok mempunyai biasanya adalah membersihkan arena fungsi sebagai penutup bagian dada atas pertunjukan, bila pertunjukan kuda para penari kuda lumping. lumping diadakan di Desa Wonua Sari f. Obong Menyan (Membakar Kemenyan) biasanya yang membersihkan adalah Sebelum pertunjukan kuda kelompok grup kesenian Kuda lumping lumping dimulai, seorang pawang harus Lestari Budoyo di bantu masyarakat sekitar melaksanakan acara obong menyan arena pertunjukan. (membakar kemenyan). Obong menyan c. Menyiapkan berbagai sesaji ini diiringi dengan tabuhan gamelan Kuda Sesaji biasanya dipersiapkan oleh lumping Lestari Budoyo. Obong menyan pawang grup kesenian Kuda lumping bertujuan untuk mendatangkan roh-roh Lestari Budoyo. Sesaji tersebut diantaranya (danyang) agar hadir dalam tradisi ini, yaitu, degan ijo, bonang-baning, kopi danyang boleh saja ikut dalam prosesi manis, kopi pahit, teh manis, teh pahit, pertunjukan tetapi tidak boleh kembang setaman, dan air campur daun mengganggu jalannya pertunjukan. Selain tawa. itu obong menyan bertujuan untuk njawab d. Nyekar ke pepunden atau meminta izin kepada para leluhur Nyekar ke pepundhen desa yaitu agar pertunjukan kuda lumping berjalan Eyang Brojo Menggolo. Nyekar ke lancar tanpa ada halangan. hal ini pepundhen desa ini seorang sesepuh bertujuan untuk meminta izin kepada membawa kembang menyan sebagai danyang yang ada di dalam peralatan tanda untuk menyepuhkan leluhur dan tersebut. Obongan menyan itu kemudian bentuk perijinan akan dilaksanakannya dibawa ke sekeliling arena pertunjukan acara tradisi supaya prosesi acara dengan maksud agar roh (danyang) yang berjalan lancar sesuai dengan yang jahat tidak mengganggu. diharapkan Kepulan asap kemenyan yang Setelah selesai membaca doa tadi berbau khas dimaksudkan agar makhluk sesepuh melakukan obong-obong menyan halus membantu permohonan supaya di pepundhen, sambil membaca doa cepat sampai kepada Tuhan. Harapan yang hanya dilakukan dan dimengerti lainnya adalah arwah nenek moyang oleh sesepuh. Ritual yang terakhir sesepuh tidak mengganggu manusia disekitar itu menabur bunga di atas pepundhen Eyang dan diharapkan dapat membantu Brojo Menggolo kakung putri. manusia. e. Persiapan Penari Para pemain khususnya penari memerlukan make up, sebagai berikut: Waktu make up yang digunakan kurang lebih 1 jam menjelang pertunjukan dan yang diperlukan antara lain: bedak, Proses pertunjukan kuda lumping minyak wangi, kostum, jarit, dan lain-lain. a. Tari pambuka (tari kreasi baru)

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 71

Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

Tari pambuka (tari kreasi baru) ini Tubuh para pemain kuda lumping sesaat menceritakan tentang sekelompok prajurit menegang, kemudian menari, melompat, yang berperang untuk memperluas menjungkirkan badan, dan memakan apa agama Islam pada masa awal kerajaan saja yang ada dalam sesaji. Demak sampai dengan kerajaan Pemain kuda lumping yang ndadi Islam. Tari ini juga sudah dipadukan (kesurupan) akan melakukan hal-hal diluar dengan gerak tari kreasi baru. kesadarannya atau melakukan atraksi yang b. Tari Jaipong sulit diterima akal sehat. Selain pemain Makna tarian ini menggambarkan kuda lumping, tidak sedikit anggota pada masa penjajahan Hindia Belanda kesenian kuda lumping yang ikut ndadi karena rakyat telah menang dalam (kesurupan). Pemain kuda lumping yang peperangan menghadapi Hindia Belanda ndadi (kesurupan) ada yang memakan maka kegembiraan rakyat tersebut bunga setaman dengan dicampur air digambarkan dengan tarian Jaipong. kelapa muda (degan ijo), meminum kopi c. Tari Gobyok pahit, dan sesaji yang sudah disediakan, Makna tarian Gobyok ini ada juga penari kuda lumping yang menggambarkan kegembiraan kesurupan itu biasanya meminta kemenangan sekelompok prajurit yang dinyayikan lagu-lagu campursari. pulang dari medan perang dalam Penari yang kesurupan akan memperluas pengaruh Islam dan disembuhkan oleh seorang pawang mengusir penjajahan Belanda. dengan membacakan surat al-fatikhah dan d. Tari Mataraman solawat nabi, selain itu jika ada salah Tarian Mataraman ini termasuk seorang yang akan disembuhkan, dalam tarian klasik. Tari ini biasanya pemain yang ndadi akan menggambarkan peperangan antara meminta disembuhkan melalui kendhang pangeran Inu Kertapati dari Jenggala dan ataupun singa . Kepercayaan Adipati Wora Wari dalam perebutan bahwa danyang-danyang kuda lumping seorang gadis dari Kerajaan Kediri yaitu tersebut berdiam dalam kendhang dan Galuh Candrakirana. barongan. e. Tari Jaranan versi Bali Pulau Dewata Pasca pertunjukan Tarian ini menggambarkan Pasca acara pertunjukan tari Kuda pada masa kejayaan Majapahit dan Bali lumping Lestari Budoyo yaitu ditutup dengan Klungkung, dimana rakyat Bali Klungkung tarian yang dibawakan oleh penari yang mempertahankan kepercayaannya dari dituakan atau sesepuh dari grup kesenian pengaruh Islam. Gerak tari ini keras Kuda lumping Lestari Budoyo dengan tujuan karena menggambarkan kekerasan dan berpamitan dan memohon maaf kepada keteguhan hati semua orang-orang danyang yang menguasai tempat dimana Majapahit dan Bali Klungkung untuk pertunjukan kuda lumping tersebut digelar. mempertahankan kepercayaan masing- Setelah acara ritual tari penutup biasanya masing ketua Grup Kesenian Kuda lumping Lestari 1) Kesurupan (ndadi) Budoyo berpamitan pada penonton dan Ciri khas pada kesenian kuda berterima kasih karena telah menyaksikan lumping adalah terjadinya kesurupan pertunjukan tari Kuda lumping Lestari Budoyo. (ndadi) pada para penari kuda lumping. Ndadi atau kesurupan adalah keadaan Pendukung Kesenian Kuda lumping Lestari dimana penari kuda lumping kemasukan Budoyo danyang, maka penari kuda lumping yang a. Penari kemasukan danyang tersebut tidak sadar Penari dibedakan menjadi tiga yaitu lagi. Hal tersebut mengalami keadaan penari kuda lumping, penthul dan bejer, diluar kesadaran manusia kemudian barongan. tidak ingat apa-apa dan melakukan b. Penimbul atau pawang gerakan diluar kesadarannya, karena Tugas seorang penimbul atau pawang penari dikuasai oleh danyang yang masuk adalah menyembuhkan penari yang ke dalam tubuh penari. kesurupan (ndadi). Dalam masyarakat Jawa yang c. Waktu pertunjukan menganut kepercayaan kejawen (animisme Pertunjukan Kuda lumping Lestari Budoyo dan dinamisme), seseorang mempercayai biasanya dilaksanakan siang hari kehadiran danyang-danyang sebagai roh tepatnya setelah dzuhur ataupun malam orang yang sudah meninggal. Danyang ini hari tepatnya setelah isya’, hal ini memiliki pemikiran, perasaan, dan nafsu disebabkan karena pendukung kesenian yang hampir sama dengan manusia. kuda lumping ini menganut agama Islam. Danyang ini kemudian masuk ke dalam Lamanya pertunjukan antara 4-5 jam. tubuh para pemain kuda lumping dan memanfaatkan fisik para pemain kuda lumping untuk melakukan sesuatu yang d. Alat musik mustahil dilakukan oleh orang biasa.

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 72

Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

Kesenian kuda lumping merupakan jenis ijuk dan badannya terbuat dari kain. kesenian rakyat yang sederhana. Dalam Pemainnya memakai celana pendek. pementasannya tidak diperlukan suatu 3) Penthul bejer: memakai topeng yang perlengkapan dan koreografi khusus. terbuat dari kayu, biasanya Peralatan gamelan seperti halnya menggambarkan kelucuan. karawitan atau gamelan untuk mengiringi Pemainnya menggunakan busana seni kuda lumping juga mengalami yang sama dengan penari kuda perkembangan. lumping. Fungsi musik (pengiring) dalam kesenian 4) Penimbul atau pawang kuda lumping: kuda lumping adalah sebagai pengiring biasanya hanya menggunakan dalam setiap lagu yang dinyanyikan pakaian serba hitam dan memakai dalam pementasan. Pada saat ini alat ikat kepala dari kain. musik pengiring kuda lumping itu g. Tempat pertunjukan menglami perubahan misalnya kalau Dalam pertunjukan kuda lumping dahulu hanya menggunakan alat musik Lestari Budoyo biasanya dilakukan di bendhe, kendhang, terbang, dan , tempat yang terbuka atau lapangan. serta akan tetapi sekarang ini Karena termasuk tari massal sehingga karena menyesuaikan jaman ditambah memerlukan arena yang luas. Selain itu dengan organ, demung, saron, bendhe pertunjukan kuda lumping memiliki tiga, dan krumpyung. Alat musik atau hubungan yang erat dengan penonton, gamelan untuk mengiringi kesenian Kuda antara penari dan penonton tidak lumping Lestari Budoyo instrumennya terpisahkan. meliputi kendhang, demung, saron, h. Perlengkapan bendhe tiga, krumpyung, organ, drum, 1) Perlengkapan panggung gong. 2) Perlengkapan penari 3) Perlengkapan sesaji e. Tata Rias Tata rias yang digunakan dalam Makna simbolik sesaji yang digunakan pertunjukan Kuda lumping Lestari Budoyo dalam tarian Kuda lumping Lestari Budoyo adalah rias realistik, yaitu dengan di Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila menggunakan tata rias yang jelas dan Kabupaten Konawe Selatan aksen tata rias yang menggambarkan Pemaknaan pada sesaji yang kegagahan prajurit berkuda. Alat rias digunakan dalam pertunjukan kuda lumping yang digunakan antara lain alas bedak, ini diperoleh dari hasil wawancara dengan bedak, lipstik, pensil alis, body painting, informan. Sesaji yang digunakan dalam tarian dan eye shadow. Tata rias ini berfungsi kuda lumping ini dapat dijelaskan sebagai untuk mengubah karakter pribadi, untuk berikut: memperkuat ekspresi dan untuk 1. Degan ijo menambah daya tarik penampilan Degan atau kelapa muda adalah seorang penari. Penari barongan tidak salah satu sesaji yang digunakan dalam memakai rias karena menggunakan pertunjukan Kuda lumping Lestari Budoyo topeng dan badan barongan. Penthul di Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila menggunakan topeng lucu sehingga Kabupaten Konawe Selatan. Degan tidak memerlukan rias. Sedangkan berasal dari kata adegan atau ngadeg penimbul atau pawang kuda lumping yang yang berarti berdiri atau berhasil dalam bertugas menyembuhkan penari yang mencari rejeki sehingga bisa gemah ripah kesurupan juga tidak menggunakan rias. loh jinawi. f. Tata Busana 2. Bonang-baning Busana yang digunakan antara lain Bonang-baning adalah air putih celana pendek yang dilengkapi dengan yang dicampur kembang, makna bonang- jarik, stagen, dan ditambah beberapa baning adalah setiap akan melakukan aksesoris seperti gelang kaki, gelang pekerjaan harus didasari dengan hati tangan, klat lengan, kalung, dan ikat yang suci, hati yang ikhlas, karena kepala atau kuluk. Sedangkan fungsi dengan hati yang suci dan ikhlas penataan busana adalah untuk pekerjaan akan terasa nyaman dan diberi memperjelas peran-peran tertentu. keselamatan dalam bekerja. Beberapa kostum atau tata busana yang Dapat disimpulkan bahwa dalam sering kali digunakan oleh setiap pemeran tarian kuda lumping adanya bonang- antara lain: baning itu berfungsi untuk memohon 1) Jaranan: tata busana yang digunakan keselamatan selama mengadakan antara lain jamang (ikat kepala dari pertunjukan dan meminta keselamatan kain), kelat bahu, kalung, celana, pada leluhur yang merasuki para penari jarik, stagen, dan gelang kaki. agar tidak terjadi sesuatu yang tidak 2) Barongan: kepala barongan terbuat diinginkan selama penari mengalami dari bahan kayu yang menyerupai kesurupan. kepala singa. Rambutnya terbuat dari

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 73

Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

3. Kopi pahit, kopi manis, teh pahit, teh pertunjukan, pembuatan sesaji, nyekar ke manis pepundhen, obong menyan, pertunjukan Warna kopi yang hitam itu Kuda lumping Lestari Budoyo diantaranya melambangkan alam ghaib karena tari kreasi baru, tari jaipong, tari gobyok, biasanya bila ada pertunjukan kuda tari mataraman, tari jaranan versi Bali, lumping selalu dikaitkan dengan hal-hal kesurupan atau ndadi. yang ghaib. Sedangkan rasa manisnya 2. Makna simbolik yang terkandung dalam melambangkan bahwa walaupun sesaji pertunjukan Kuda lumping Lestari dihubung-hubungkan dengan alam hitam Budoyo di Desa Wonua Sari, Kecamatan atau alam ghaib tetapi tetap berjalan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan, pada jalan yang lurus, jalan yang baik, meliputi: atau jalan yang benar. Rasa pahit pada a. Degan ijo kopi, disaat penari menarikan tarian kuda Degan berasal dari kata adegan atau lumping tidak akan merasakan rasa capek ngadeg yang berarti berdiri atau dan terhindar dari kejadian-kejadian yang berhasil dalam mencari rejeki tidak diinginkan. sehingga bisa gemah ripah loh jinawi. 4. Kembang setaman

Kembang setaman berisi kembang b. Bonang-baning telon yaitu, kembang mawar, kembang Berfungsi untuk memohon melati, dan kembang kenanga. Maknanya keselamatan selama mengadakan bunga mempunyai aroma yang harum, pertunjukan dan meminta yakni keharuman diri manusia. Artinya keselamatan pada leluhur yang manusia harus menjaga keharuman merasuki para penari agar tidak namanya agar tidak terpengaruh oleh hal- terjadi sesuatu yang tidak diinginkan hal yang negatif. Manusia melakukan selama penari mengalami kesurupan. sesuatu yang baik dan menjauhi

perbuatan yang buruk agar namanya c. Kopi pahit, kopi manis, teh pahit, teh tidak tercemar dan harum sepanjang manis masa. Warna kopi yang hitam itu 5. Air diberi daun dhadhap serep melambangkan alam ghaib karena Air yang diberi dan dhadhap biasanya bila ada pertunjukan kuda serep tiga lembar adalah sebagian wujud lumping selalu dikaitkan dengan hal- bakti kepada yang lahir lebih sehari, yang hal yang ghaib. Sedangkan rasa pernah tua, dan yang pernah muda, yang manisnya melambangkan bahwa berada di kiblatnya masyarakat Desa walaupun dihubung-hubungkan Wonua Sari. Sebagaimana yang dikutip dalam wawancara dengan Bapak Mujiono dengan alam hitam atau alam ghaib sebagai berikut: tetapi tetap berjalan pada jalan yang Dapat disimpulkan dengan lurus. Rasa pahit pada kopi, disaat adanya air yang diberi daun dhadhap penari menarikan tarian kuda lumping serep tiga lembar ini untuk meminta izin tidak akan merasakan rasa capek dan pada sesepuh yang ada di Desa Wonua terhindar dari kejadian-kejadian yang Sari agar pertunjukan berjalan lancar. tidak diinginkan.

Fungsi Tarian Kuda Lumping Lestari Budoyo d. Kembang setaman Desa Wonua Sari Kecamatan Mowila Kembang setaman terdiri dari bunga Kabupaten Konawe Selatan mawar, kanthil, kenanga, bunga mempunyai aroma yang harum, yakni Tarian Kuda lumping Lestari Budoyo keharuman diri manusia. Artinya memiliki fungsi antara lain fungsi hiburan, manusia harus menjaga keharuman fungsi religi, sebagai masyarakat pendukung namanya agar tidak terpengaruh oleh kesenian tradisional Jawa khususnya hal-hal yang negatif. masyarakat Desa Wonua Sari. Dari penelitian yang telah dilakukan, maka fungsi-fungsi yang e. Air diberi daun dhadhap serep ada adalah: (1) sebagai sarana upacara, (2) Air yang diberi dan dhadhap serep sebagai sarana hiburan, (3) sebagai media tiga lembar adalah sebagian wujud Pendidikan, (4) sebagai sarana pertunjukan bakti kepada yang lahir lebih sehari, yang pernah tua, dan yang pernah muda, yang berada di kiblatnya PENUTUP masyarakat Desa Wonua Sari. 1. Proses pelaksanaan tari Kuda lumping 3. Tarian Kuda lumping Lestari Budoyo Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari, memiliki fungsi antara lain: Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe a. Sebagai sarana upacara Selatan meliputi perencanaan acara, b. Sebagai sarana hiburan membersihkan lapangan untuk c. Sebagai Media Pendidikan

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 74

Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191

Sebagai seni pertunjukan Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian. Sebagai pembanding dalam Bandung: PT Remaja Rosdakarya penelitian ini penulis menyarankan: Maryaeni.2005. Metode Penelitian 1. Hendaknya pemerintah dapat Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara mengangkat dan mengenalkan kesenian Nugrahaningsih. 2007. Transformasi Kesenian Kuda lumping Lestari Budoyo di Desa Tradisional Jathilan Pada Masyarakat Wonua Sari, Kecamatan Mowila, Jawa Deli. Skripsi. Universitas Negeri Kabupaten Konawe Selatan ini sebagai Medan. Medan budaya lokal dan diperkenalkan kepada Prihatini, Nanik Sri. 2008. Seni Pertunjukan masyarakat pada umumnya. Rakyat Kedu. Surakarta: CV 2. Generasi muda hendaknya secara sadar Cendrawasih ikut melestarikan kesenian Kuda lumping Purwadi. 2009. Folklor Jawa. : Pura Lestari Budoyo di Desa Wonua Sari, Pustaka Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Sutardjo, Imam. 2010. Kajian Budaya Jawa. Selatan sebagai bagian dari kebudayaan Surakarta: Jurusan Sastra Daerah sehingga menjadi aset budaya Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang akan menunjang program Universitas Sebelas Maret pariwisata. Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni 3. Hasil penelitian ini paling tidak dapat Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan digunakan dan dimanfaatkan bagi Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, peneliti lanjutan dan disarankan untuk Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. dikembangkan dari aspek sosiologis, Alfabeta pendidikan, maupun lainnya. Springate, Lucy Angela Clare. 2009 Kuda 4. Pertunjukan Kuda lumping Lestari Budoyo lumping Dan Fenomena Kesurupan di Desa Wonua Sari, Kecamatan Mowila, Massal. Skripsi. Universitas Kabupaten Konawe Selatan hendaknya Muhammadiyah Malang. Malang. diperlukan upaya pendokumentasian agar Winarsih. 2008. Mengenal Kesenian Nasional masyarakat dapat lebih mengetahui tarian Kuda lumping. PT Bengawan Ilmu Kuda lumping Lestari Budoyo dan makna- makna simbolis sesaji dibukukan agar masyarakat lebih mengetahui makna sesaji yang digunakan sehingga dapat digunakan sebagai media publikasi.

Referensi Alkaf, Mukhlas. 2012. Spiritual Mistis Di Balik Ekspresi Kesenian Rakyat Jaranan. Skripsi. Universitas Institut Seni Indonesia Surakarta. Surakarta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Kussudiardja, Bagong. 1992. Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Bentang Offset Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Putra Grafika Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: ilmu gossip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta :PT Grafiti Pers Endraswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa Macam, Bentuk, dan Nilainya. Jakarta: Penaku Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak Kamus Bahasa Indonesia.2008. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Kutha Ratna. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Jumaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia

© Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol. 3 No. 2 Desember 2018 , e-ISSN: 2502-4191 75