Kesenian Kuda Lumping Di Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kesenian Kuda Lumping Di Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis KESENIAN KUDA LUMPING DI DESA BANJARANYAR KECAMATAN BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS Oleh: Kuswandi 1 Saepul Maulana 2 ABSTRAK Hasi lpenelitian ini secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Kesenian Kuda Lumping di Desa Banjaranyar telah lahir dan berkembang sejak tahun 2005, namun di dalam perjalanannya kesenian kuda lumping sempat berhenti sementara atau vakum padatahun 2008 dan diaktifkan kembali padatahun 2012 dengan mayoritas pemain yang berusia muda. Di dalam perkembangannya kesenian kuda lumping di Desa Banjaranyar bisa dikatakan maju walaupun pernah mengalami kevakuman, ini terbukti dengan eksisnya kesenian kuda lumping melakukan pementasan di acara-acara hajatan baik di daerah maupun di luar daerah. Upaya pelestarian kesenian kuda lumping di Desa Banjaranyar dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, seniman, serta aparat pemerintah di Desa Banjaranyar yang selalu berpartisipasi dan memberi dukungan di dalam perkembangan kesenian kuda lumping agar tetap eksis di kalangan masyarakat. Kata Kunci: Kuda Lumping dan Kesenian Lokal ABSTRACT The guideline of the result could be concluded that the act of Kuda Lumping at Banjaranyar had been started and developed since 2005, but in the trip of that art ever stopped for a while or vacuum at 2008, and it had been started again at 2012 with the mayority of the actor was young people. In the process of developing kuda lumping art could be said that it had a progress altought it ever stopped, it had been proven by the existantial of kuda lumping art to show the performance in any kluds of events or ceremony at the region or in other region. The effort of preserving the kuda lumping art at Banjaranyar was done by all of part of society, artist, and the government at Banjaranyar which always participate and give their support on the developing of kuda lumping art in ought’to be always exist in society. Kata Kunci: Kuda Lumping and Local Arts PENDAHULUAN Salah satu bentuk kebudayaan adalah Indonesia sangat kaya akan budaya, dari kesenian. Kesenian yaitu bagian dari sabang sampai merauke terdapat ras dan suku kebudayaan dan merupakan sarana yang bangsa yang memiliki budaya tersendiri. digunakan untuk mengekspresikan rasa Perbedaan inilah yang menyebabkan negara keindahan dari dalam jiwa manusia. Banyak Indonesia kaya akan kebudayaan. Kebudayaan kesenian jaman dahulu yang masih dilestarikan, merupakan hasil karya manusia dalam namun banyak juga kesenian yang hilang akibat mempertahankan serta meningkatkan taraf tidak adanya generasi penerus yang tidak mau hidup, juga sebagai proses adaptasi lingkungan. melestarikannya. Berbagai bentuk kesenian Kebudayaan memiliki sifat dinamis atau selalu daerah tersebar di seluruh pelosok negeri berubah-ubah. Tidak ada kebudayaan yang tidak Indonesia. Kesenian daerah yang tersebar di mengalami perubahan secara mutlak, artinya Indonesia, khususnya didaerah Jawa seperti bagaimanapun keadaanya kebudayaan selalu kuda lumping, sisingaan, angklung, wayang mengalami perubahan. Jurnal Artefak Vol. 2 No. 1 – Maret 2014 [ISSN: 2355-5726] Hlm: 87 - 94 1 Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis 2 Mahasiswa Pendidikan Sejarah Halaman | 87 golek, kuda renggong, dan lain-lain, merupakan pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) warisan budaya dari leluhur bangsa Indonesia. verifikasi (kritik sejarah), (4) interpretasi, dan Di wilayah Kabupaten Ciamis, tepatnya (5) penulisan lebih jelasnya mengenai kelima Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari, salah langkah tersebut dijelaskan Kuntowijoyo (2005: satu kesenian daerah yang ada dan berkembang 91) sebagai berikut. hingga saat ini adalah kuda lumping. Kuda Pemilihan topik, sebaiknya topik dipilih lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat berdasarkan : (1) Kedekatan emosional, (2) juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) dalam Kedekatan intelektual, dua syarat itu, subjektif menghadapi musuh ataupun melawan kekutan dan objektif sangat penting karena orang hanya elite kerajaan yang memiliki bala tentara. bekerja dengan baik kalau dia senang dan dapat. Disamping itu juga sebagai media menghadirkan Setelah topik ditemukan, berikutnya (3) hiburan murah meriah namun fenomenal kepada membuat rencana penelitian. rakyat banyak. Pertunjukannya biasa Pengumpulan sumber, sumber (sumber ditampilkan pada acara khitanan, acara pesta sejarah disebut juga data sejarah; data –dari pernikahan atau acara-acara khusus seperti bahasa inggris datum(bentuk tunggal] atau data kegiatan HUT Kemerdekaan RI atau kegiatan [bentuk jamak]; bahasa Latin datum berarti hari-hari besar lainnya. “pemberian”) yang dikumpulkan harus sesuai Kuda lumping adalah seni tari yang dengan jenis sejarah yang akan di tulis. Sumber dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, itu, menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua: yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali artifact. plastik atau sejenisnya yang digelung atau di Verifikasi: setelah diketahui secara persis kepang sehingga pada masyarakat Jawa sering topik yang diajukan dan sumber sudah disebut jaran kepang. Seni kuda lumping diiringi terkumpul, tahap berikutnya adalah verifikasi, oleh musik tradisional gamelan, Kuda-kudaan kritik sejarah atau keabsahan sumber. Verifikasi tersebut dikenakan oleh seorang pemain yang terdiri dua macam: autentisitas atau keaslian tidak ubahnya tengah menunggangi seekor kuda, sumber, atau kritik estern, dan kredibilitas atau dalam iringan musik. Didalam pertunjukannya kebiasaan yang dipercayai, atau kritik intern. kesenian kuda lumping mengandung unsur Interpretasi, interpretasi atau penafsiran magis yang dapat membuat para pemainnya sering disebut sebagai biang subjektifitas. Itu kesurupan dan melakukan atraksi seperti sebagian benar, tetapisebagian salah. Benar, memakan beling, di bacok tidak mempan dan karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak lainnya, (www.wikipedia.com). bisa berbicara. Sejarawan yang jujur, akan Kesenian kuda lumping merupakan asset mencantumkan data dan keterangan dari mana kesenian bangsa Indonesia yang didalamnya data itu diperoleh. Tahap interpretasi, paling sarat akan filosofi hidup. Kesenian kuda lumping tidak meliputi analisis dan sintesis. masih menjadi pertunjukan yang digemari oleh Penulisan, dalam penulisan sejarah, aspek masyarakat, namun perlu adanya perhatian yang kronologi sangat penting. Penyajian dalam lebih khusus dan kesadaran dari masyarakat bentuk tulisan mempunyai tiga bagian: (1) untuk tetap menjaga dan melestarikan kesenian Pengantar, (2) Hasil Penelitian, (3) Simpulan. kuda lumping ini agar menjadi aset keseniaan Dengan menempuh kelima langkah di bangsa Indonesia yang tidak akan punah serta atas, dapat dipastikan akan diperoleh hasil posisinya tidak akan tergantikan oleh budaya penelitian yang diharapkan. Tentunya langkah dan kesenian asing yang masuk ke tanah air. demi langkah harus dikuasai benar agar tidak terjadi kekeliruan yang tidak diharapkan METODE PENELITIAN sehingga berakibat pada kurang tercapainya Metode yang dipandang sesuai dengan tujuan penelitian ini. pokok permasalahan penelitian ini dan juga sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai adalah PEMBAHASAN metode sejarah (historiografi). Ada lima langkah yang harus dilakukan saat menggunakan metode Latar Belakang Lahirnya Kesenian Kuda historiografi tersebut. Adapun kelima langkah Lumping tersebut sebagaimana di kemukakan oleh Kuntowijoyo (2005: 91) bahwa penelitian Kuda lumping adalah seni tari yang sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: (1) dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, Halaman | 88 Kesenian Kuda Lumping di Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis Kuswandi & Saepul Maulana yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan tahun 2005, namun karena sumber daya manusia lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tari akhirnya kesenian ini sempat vakum, lalu plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di diaktifkan kembali pada tahun 2012 dengan kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering kebanyakan anggota yang berusia muda disebut sebagai jaran kepang. Pada dasarnya (wawancara dengan bapa Nakim, tanggal 10 kesenian kuda lumping termasuk kesenian yang april 2015). tergolong cukup diperhitungkan dalam hal umur Pada awal berdirinya kesenian kuda (www.wikipedia.com). lumping di Desa Banjaranyar hanya memiliki Kesenian kuda lumping masih menjadi beberapa anggota dan peralatan yang sangat sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati minim. Setiap latihan kuda lumping selalu para penontonnya terpikat. Walaupun diadakan di halaman depan rumah para peninggalan budaya ini keberadaannya mulai anggotanya secara bergilir tiap minggunya, bersaing ketat oleh masuknya budaya dan latihan dipimpin oleh Bapak Kasimun. Setiap kesenian asing ke tanah air, tarian tersebut masih latihan di lakukan dengan peralatan yang memperlihatkan daya tarik yang tinggi. Hingga sederhana serta musik yang menjadi saat ini, tidak satupun catatan sejarah mampu pengiringnya pun tidak menggunakan gamelan menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat tetapi hanya menggunakan suara dari tape. verbal yang diturunkan dari generasi ke generasi Kesenian kuda lumping di Desa berikutnya. Banjaranyar pada awal pementasannya tidak Kesenian tradisional kuda lumping di langsung mementaskan pertunjukannya di Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari hajatan-hajatan warga melainkan melakukan Kabupaten Ciamis masih tetap digemari oleh pertunjukan di depan halaman-halaman depan kalangan masyarakat, hal ini dikarenakan rumah para warga itupun dengan peralatan yang kesenian
Recommended publications
  • Analysis on Symbolism of Malang Mask Dance in Javanese Culture
    ANALYSIS ON SYMBOLISM OF MALANG MASK DANCE IN JAVANESE CULTURE Dwi Malinda (Corresponing Author) Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 365 182 51 E-mail: [email protected] Sujito Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 817 965 77 89 E-mail: [email protected] Maria Cholifa English Educational Department, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 345 040 04 E-mail: [email protected] ABSTRACT Malang Mask dance is an example of traditions in Java specially in Malang. It is interesting even to participate. This study has two significances for readers and students of language and literature faculty. Theoretically, the result of the study will give description about the meaning of symbols used in Malang Mask dance and useful information about cultural understanding, especially in Javanese culture. Key Terms: Study, Symbol, Term, Javanese, Malang Mask 82 In our every day life, we make a contact with culture. According to Soekanto (1990:188), culture is complex which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society. Culture are formed based on the local society and become a custom and tradition in the future. Culture is always related to language. This research is conducted in order to answer the following questions: What are the symbols of Malang Mask dance? What are meannings of those symbolism of Malang Mask dance? What causes of those symbolism used? What functions of those symbolism? REVIEW OF RELATED LITERATURE Language Language is defined as a means of communication in social life.
    [Show full text]
  • Falidasi Data Lingkung Seni Se-Kecamatan Ujungberung Tahun 2014
    FALIDASI DATA LINGKUNG SENI SE-KECAMATAN UJUNGBERUNG TAHUN 2014 Tahun Tempat NO Nama Lingkung Seni Jenis Kesenian Pimpinan Alamat Perangkat Kesenian Anggota Legalisasi Berdiri Latihan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pasar Kaler RT.01 1 Pas Nada Elektone Ibu. Heny Organ, Kibord,Gitar, Kendang, Suling, 5 Orang Tidak Ada 2010 Rumah RW.01 Cigending RT.03 Gendang, Bedug, Goong, Terompet, Toa Ampli. 2 Sancang Pusaka Benjang Agus Sulaeman RW.03 Mixer, Badut, Kecrek, Kuda Lumping, Gendang, Goong, Bedug, Terompet, Kepang, 3 LS Benjang Kalimasada Benjang Gugun Gunawan Cipicung RT.04 RW.04 25 Orang Dalam Proses 2004 Rumah Lumping, Toa, Ampli,MixerBadut 4 Karinding Nukula Upit Supriatna Cipicung RT.01 RW.04 Karinding,Celempung,Toleot, Kecrex 15 Orang Tidak Ada 2011 Rumah Gendang, bedug, Goong, Terompet, Toa Ampli, Rumah ketua 5 Pusaka Gelar Putra Benjang Asep Dede Cinangka RT.02 RW.05 25 Orang Tidak Ada 2007 Barong, Badut, Kecrek RT Rumah ketua 6 Pusaka Wirahman Putra Penca Silat Enay Darso Cinangka RT.01 RW.05 Gendang Besar/Kecil, Golok (untuk atraksi) 25 Orang Tidak Ada 2010 RT Gendang, Rabab, Bonang, Goong, Kecrek, 7 Arum Gumelar Jaipongan I n d r a Cinangka RT.02 RW.05 30 Orang Tidak Ada 2006 Rumah Terompet 8 R e o g E m u l Cinangka RT.03 RW.05 Dog-dog, Goong, Gendang 9 Elektone Dangdut E m u l Cinangka RT.03 RW.05 Organ, Gendang Suling Gitar, Kecrex 7 Orang Tidak Ada 2010 Rumah Sakeburuy RT.01 RW 10 Dwi Shinta Rock Dangdut Dede Dadan Kibord, Gitar, Gendang, Suling, Kecrex 9 Orang Ada 1993 Gedung 06 Gendang, Goong, Bedug, Terompet, Toa, Ampli, 11 Pusaka Wargi Benjang Didi / Ono Ranca RT.01 RW.06 25 Orang Ada 1930 Hal.
    [Show full text]
  • Eksistensi Kesenian Masyarakat Transmigran Di Kabupaten Pringsewu Lampung Studi Kasus Kesenian Kuda Kepang Turonggo Mudo Putro Wijoyo
    Volume 10 No 2 Oktober 2017 ISSN: 1858-3989 P565-576 EKSISTENSI KESENIAN MASYARAKAT TRANSMIGRAN DI KABUPATEN PRINGSEWU LAMPUNG STUDI KASUS KESENIAN KUDA KEPANG TURONGGO MUDO PUTRO WIJOYO Oleh: Mutiara Dini Primastri (Pembimbing Tugas Akhir: Dra. Budi Astuti M.Hum dan Indah Nuraini, S.S.T., M.Sn) Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indoonesia Yogyakarta Alamat Email: [email protected] RINGKASAN Penelitian ini merupakan sebuah analisis deskriptif yang menggunakan pendekatan sosiologi dan antropologi untuk membedah tentang eksistensi kesenian masyarakat transmigran berupa kesenian kuda kepang di Kabupaten Pringsewu Lampung. Kesenian kuda kepang yang eksis di Kabupaten Pringsewu yaitu komunitas seni Turonggo Mudo Putro Wijoyo (TMPW). Eksistensi adalah adanya sebuah keberadaan yang tidak hanya sebagai sesuatu yang “diam” akan tetapi menjadi sesuatu yang aktif dan memiliki peran di dalam lingkungannya. Melalui kajian sinkronik, kesenian kuda kepang TMPW tetap eksis saat ini karena memiliki fungsi sebagai seni pertunjukan yang menghibur (presentasi estetis), memuat nilai-nilai budaya, serta dapat menjadi identitas orang Jawa di Pringsewu. Kajian sinkronik didukung oleh kajian diakronik, yaitu kemunculan kesenian kuda kepang TMPW merupakan hasil dari rangkaian sejarah berupa eksistensi orang-orang yang bertransmigrasi di Pringsewu, melalui tahap eksistensi yaitu eksistensi estetis, etis dan religius. Eksistensi kesenian kuda kepang TMPW tidak lepas dari faktor-faktor pendukungnya. Komunitas TMPW terus menunjukkan eksistensinya
    [Show full text]
  • Television, Nation, and Culture in Indonesia
    Philip Kitley Political Science/Media Studies Kitley “T in Indonesia is that of a country invent- T elevision, Nation, and Culture in Indonesia ing itself by promoting a national cultural identity. Philip Kitley, who is not only a media scholar but has also worked as a diplomat in Indonesia, shows how important television has been to both the official and popular imagination since its beginnings in the early s. It’s a fascinating tale, with implications going well beyond re- gional specialists, since the use of popular media to promote nation, citizenship, and identity is common to many countries, new and old. “As Indonesia attracts increasing international attention in the post-Soeharto era, it is important to understand the cultural as well as political issues that have led to the current turbulent situation. Kitley’s book is a well-researched, wise, and elegantly written ac- count of the forces, dreams, and policies that link public and private life in and after ‘New Order’ Indonesia.” —John Hartley, Dean of Arts, Queensland University of Technology Philip Kitley is Senior Lecturer in the Department of Humanities and International Studies, University of Southern Queensland. Research in International Studies Southeast Asia Series No. elevision, Nation, and Culture in Indonesia ISBN 0-89680-212-4 T ,!7IA8J6-iacbce! Television, Nation, and Culture in Indonesia This series of publications on Africa, Latin America, and Southeast Asia is designed to present significant research, translation, and opinion to area specialists and to a wide community of persons interested in world affairs. The editor seeks manu- scripts of quality on any subject and can generally make a decision regarding publi- cation within three months of receipt of the original work.
    [Show full text]
  • Bandem, I Made Dada Mauraxa Danandjaja, James Durverger
    DAFTAR PUSTAKA Bandem, I Made 1996 Etnologi Tari Bali. Yogyakarta; Kanisius Dada Mauraxa 1973 Sejarah Kebudayaan Suku-suku Di Sumatera Utara. Medan; t.p Danandjaja, James 1986 Folklor Indonesia.Jakarta: Graviti Press Durverger, Maurice 1985 Sosiologi Politik. Terj. Naniel Dhakidae. Jakarta; C.V. Rajawali Erikson, Erik H 1989 Identitas Dan Siklus Hidup Manusia. Terj. Agus Cremers. Jakarta; Gramedia Geertz, Clifford 1983 Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Terj. Aswab Mahasin. Jakarta; Pustaka Jaya Hadiningrat, K 1982 Kesenian Tradisional Debus. Jakarta; Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Hamengku Buwono XII 1994 Konsep Nusantara Dalam Fialsafah Jawa Kaitannya Dengan Transmigrasi. Budaya Kepeloporan Dalam Mobilitas Penduduk (1997). Rofiq Ahmad (ed). Jakarta; Peneba Swadaya Haviland, William A 1985 Antropologijilid 2. Terj. R.G. Soekadijo. Jakarta; Erlangga Haviland, William A 1975 Cultural Anthropology. New York: Holt Rinehart and Winston, Inc 100 Heristina Dewi 1992 "Jaran Kepang Pada Masyarakat Desa Cengkeh Turi, Sumatera Utara: Suatu Studi Kasus Musik dan Trance dalam Konteks Sosio Budaya". Skripsi untuk mendapat kan gelar satjana sastra (SS) Universitas Sumatera Utara Herusatoto, Budiono 2000 Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Y ogyakarta; Hanindita Holt, Claire 1967 Art In Indonesia: Contiuties and Change. Ithaca, New York; Cornell University Press Kayam, Umar ( ed) 1987 Kebudayaan dan Pembangunan: Sebuah Pendekatan terhadap Antropologi Terapandi Indonesia. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia Lincoln, Yvonna & Egon G Guba 1985 Naturalistik Inquiry. Beverly Hills; Sage Publications Lull, James 1998 Media, Komunikasi, Kebudayaan. Suatu Pendekatan Global. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia Moleong, Lexy J 1994 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Remaja Rosdakarya Murgiyanto, Sal 1970 Ketika Cahaya Memudar. Jakarta; Deviri Ganan Pamungkas, Ragil 2006 Lelaku dan Tirakat. Cara Orang Jawa Menggapai Kesempumaan Hidup.
    [Show full text]
  • ISI LAPORAN Rev 14022020
    LAPORAN KINERJA 2019 Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME & Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Kata Penganta Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tantangan gelombang perubahan Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat teknologi yang arusnya semakin deras dalam rahmatnya, kami mampu menyelesaikan era Revolusi Industri 4.0 telah menyebabkan Laporan Kinerja tahun 2019 ini dengan tepat adanya perubahan dalam gaya hidup serta waktu Berdasarkan amanat Peraturan pandangan hidup generasi muda penghayat Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang kepercayaan dan masyarakat adat selaku Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi pelestari tradisi. Kedepannya, terpaan Pemerintah serta Peraturan Presiden Nomor 29 gelombang tersebut akan semakin kuat Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas membawa perubahan sosial-budaya dan sulit Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan bagi rasanya untuk menghindar dari proses instansi pemerintah untuk menyusun laporan perubahan tersebut. Berbagai kegiatan kinerja seLap tahun. Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME Laporan kinerja yang telah kami susun dan Tradisi sampai saat ini belum mencoba ini menyajikan capaian kinerja Direktorat menggunakan pendekatan inovaf dalam Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan merefleksikan rencana target kinerja Melalui laporan kinerja ini diharapkan yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja. dapat memberikan gambaran objekLf tentang Perlu kami sampaikan bahwa pada tahun ini kinerja yang dihasilkan Direktorat kami telah menetapkan 4 (empat) sasaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi kegiatan dengan 10 (sepuluh) indikator kinerja pada tahun 2019. Semoga laporan kinerja ini kegiatan dalam Perjanjian Kinerja Direktur dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi perencanaan program/kegiatan dan anggaran, tahun 2019.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia Sebagai
    1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang dari Aceh sampai sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan republik Indonesia (Nuraeni dan Alfan 2012:19). Indonesia di kenal juga masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemukdapat di pandang secara horizontal dan vertikal.Pemahaman secara horizontal di dasarkan pada fakta yang menunjukkan adanya satuan-satuan yang keragamannya dicirikan berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat atau tradisi, dan perbedaan unsur-unsur kedaerahan.Kemudian, dipandang secara vertikal artinya ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan antar lapisan sosial (Ali, 2007:271).Kemajemukan masyarakat Indonesia disatu sisi merupakan anugerah yang tidak ternilai, hal ini karena masyarakat yang majemuk tersebut tersimpan berbagai potensi budaya merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga tetap untuk dipertahankan dan terus dilestarikan. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144). Di samping istilah kebudayaan, ada pula istilah peradaban.Istilah tersebut biasa di pakai untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah, misalnya kesenian. 2 Istilah “peradaban” sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai seni bangunan dan seni rupa (Koentjaraningrat, 2009:146). Kebudayaan tidak bisa dipisahkan
    [Show full text]
  • Reog Ponorogo
    Reog Ponorogo Reog Ponorogo is a traditional dance of Java tribe that a one tribe in Indonesia. Reog is a dance art with a main character of the dancer is using a mask likes a Chinese Barongsay. The different is in the Reog mask used is a big tiger masking with a decoration of peacock feathers. There are some version of popular story in the society about the origin of Reog and Warlock. Below is one of the versions. Article Directory: http://www.articledashboard.com The first dance performing by six or eight man in the black dress, with the face make up by red color. The dancer illustrated as a brave Lion. The next is a dance performing by six or eight woman by riding a horse. On the traditional Reog, the dancers usually a man that using a woman dress. This dance called as Jaran Kepang dance, this dance is different with the other traditional dance called Kuda Lumping dance. The other opening dance, if any, is a dance performing by a kid as a funny dance. Normally in one group of Reog performance consists of one old Warok, several young Warok, the dancer with a mask or pembarong, Bujang Ganong dancer, and Prabu Kelono Suwandono. Totally about 20 to 30 dancers, and central of role is at the hand of Sarasota dui attorney Warok and the pembarong. The wording of Reog originally is Reyog, that every character representing the first character of words of song of Macapat Pocung; Rasa kidung/Engwang sukma adiluhung/Yang Widhi/Olah kridaning Gusti/Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa.
    [Show full text]
  • Heirs to World Culture DEF1.Indd
    15 New Sundanese dance for new stages Irawati Durban Ardjo In this essay I will discuss part of my life in dance, beginning with my experiences studying and performing dance in an era when con- ditions were very different to those of today both in Indonesia and abroad. My essay, unlike other contributions to this volume except for Melani Budianta’s, are based on personal experience. While Melani’s essay recounts her personal experience and the cultural life of Per- anakan Chinese in Malang, a town in East Java, I am writing about the experience of a Sundanese dancer on the national stage and my trav- els abroad which influenced developments in the arts in Indonesia.1 When I came to write about this experience, I discovered many things of which I had previously been little aware. The time, during the Soekarno period, when I began to know dance, to love it and to participate in it so enthusiastically was in fact an important period in the young nation in its efforts to shape Indonesian-ness; as a people, as a nation and in the arts. President Soekarno was a statesman and an artist who loved the arts, particularly the dance of Indonesia’s regions. The period that forms the timeframe of this book, 1950-1965, is fit- ting because we can consider it the period when the foundation pil- lars were set in the search for national culture and in awareness of the importance of regional arts within it. Furthermore, political and cultural contacts with the outside world resulted in a new context for regional dance and dancers, and new stages for them.
    [Show full text]
  • The Development of Jaranan Temanggungan As Indonesian Intangible Heritage
    Arts and Design Studies www.iiste.org ISSN 2224-6061 (Paper) ISSN 2225-059X (Online) Vol.77, 2019 The Development of Jaranan Temanggungan as Indonesian Intangible Heritage Slamet Indonesia Institute of the Arts, Surakarta, Indonesia Abstract Margowati was a village in Temanggung Regency. This village had the potential to be used as a tourist village. In Kapalan Hamlet there was a site similar with horse breeding grounds, marked with inscriptions in the form of horse footprint. This finding was also related to the name of the hamlet called Kapalan, which was another name for horse. Most of the Kapalan Hamlet people made handicrafts related to horses, such as kuda kepang (horse- shaped toys made of woven bamboo slats). The famous form of art was a Jaranan dance, or usually was called as Kuda Lumping. This research was about the identity of Jaranan dance in Temanggung Regency. Although Jaranan dance was found in many regions in Indonesia, each region had different characteristic. This research was a study of Jaranan Temanggungan as intangible cultural heritage. Jaranan was designated as an icon of intangible cultural heritage, not only from historical factors, but because of its current position in society. The form of choreography and performance of Jaranan was closely related to the function of Jaranan in its supporting community. Temanggung style Jaranan dance patterns had a distinctive characteristic hence it was called Jaranan Temanggungan. This research needed to be done to find out the dance pattern of Jaranan Temanggungan and the connection of Jaranan Temanggungan to the site of Kapalan Hamlet, Margowati Village.
    [Show full text]
  • Implementation of the Indonesian Culture Diplomacy Toward Australia Through Indofest Period 2012-2016 (Case Study: Adelaide and Canberra)
    IMPLEMENTATION OF THE INDONESIAN CULTURE DIPLOMACY TOWARD AUSTRALIA THROUGH INDOFEST PERIOD 2012-2016 (CASE STUDY: ADELAIDE AND CANBERRA) Ulyantraja Kelamor International Relations, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta [email protected] Abstract This journal discusses IndoFest activities which are conducted by Indonesia to Australia in 2012 to 2016 in Adelaide and Canberra. IndoFest was born in 2008, aims to introduce Indonesian culture in the international world. With the presence of IndoFest, it is also seen that cultural diplomacy continues to be done by Indonesia not only for improving good relations in both countries but also to introduce Indonesian art, culture, and exceptional food for more to the Australian people, in order to visit Indonesia. This journal also discusses Indonesia's cultural diplomacy towards Australia through IndoFest, as well as various activities in IndoFest to attract Australian tourists to come to Indonesia. As the research method, the qualitative method is used in this journal by library study, which is collecting the data from the literature related to the issue discussed. The results of the study stated that Indonesia successfully carried out its cultural diplomacy to Australia through IndoFest. Keywords: Cultural Diplomacy, IndoFest, Indonesia, Australia, Culture DOI: 10.33541/sp.v19i1.1642 Sociae Polites : Majalah Ilmiah Sosial Politik Faculty of Social and Political Science, Universitas Kristen Indonesia ISSN 1410-3745 print/ ISSN 2620-4975 online Volume 19, Number 1 (January – June 2018) Pages 33-52 33 1. Introduction The existence of a country on the international stage is now pressing for it a bond of cooperative relations that support each other for the achievement of interdependent needs each country involved.
    [Show full text]
  • Seni Pertunjukan Wisata Di Candi Borobudur Kabupaten Magelang
    SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari oleh Ayu Nur Adilla 2501415152 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari oleh Ayu Nur Adilla 2501415152 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 i ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: “Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.” _Andrew Jackson_ PERSEMBAHAN : Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Almamater Universitas Negeri Semarang 2. Ibu dan Kakak tercinta v PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan penyusunan skripsi dengan judul SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG yang disusun dalam rangka memenuhi tugas dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari beberapa pihak, penulis skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak- pihak sebagai berikut : 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas selama melaksanakan perkuliahan. 2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti. 3. Dr.
    [Show full text]