TARI KULU-KULU DALAM KESENIAN JAE’ GRUP TURONGGO BUDOYO

Oleh: Reza Anastasya Putri dan Euis Suhaenah Jurusan Seni Tari, Fakultas Pertunjukan Seni, ISBI Bandung Jln. Buah Batu No. 212 Bandung 40265 e-mail: [email protected]

ABSTRAK Tari Kulu-Kulu merupakan salah satu tarian yang disajikan dalam kesenian Jae’ () grup Turonggo Seni Budayo, Desa Sidomulya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, menggambarkan para prajurit berkuda Pangeran Diponogoro dari persiapan hingga bertempur di medan perang. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif analisis, pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan pengamatan di lapangan. Hasil dari penelitian menun- jukkan, bahwa struktur tari Kulu-Kulu terbagi menjadi dua yaitu: Pertama Struktur luar yang terdiri dari pola gerak, desain lantai, musik, properti, rias, busana yang sederhana dan bentuk pertunjukan yang lebih merakyat. Kedua yaitu struktur dalam, kesenian ini merupakan manifestasi dari masyarakat Desa Sidamulya yang merupakan masyarakat campuran (Jawa-Sunda), dengan tiga nilai hidup yang harus seimbang, yaitu; nilai agama, budaya dan pemerintah.

Kata Kunci: Kesenian Jae’, Tari Kulu-Kulu, Struktur Penyajian.

ABSTRACT Kulu-Kulu Dance Feel In Jae Arts Turonggo Budoyo Group, June 2018. The Kulu-Kulu dance is one of the dances presented in the art of the Jae (Kuda Lumping) Turonggo Seni Budayo group, Sidomulya Village, Ciemas Subdistrict, Sukabumi District, depicting Prince Diponogoro's horsemen from preparation to fighting on the battlefield. This qualitative research uses descriptive analysis method, data collection is done through literature study and observations in the field. The results of the study show that the structure of the Kulu-Kulu dance is divided into two, namely: First, the outer structure consisting of movement patterns, floor designs, music, property, make-up, simple clothing and more popular forms of performance. Second, the internal structure, this art is a manifestation of Sidamulya Village community which is a mixed society (Javanese-Sundanese), with three values of life that must be balanced, namely; religious, cultural and government values.

Keywords: Jae’ Art, Kulu-Kulu Dance, Presentation Structure.

PENDAHULUAN Tari Kulu-Kulu merupakan salah satu tari- Sidomulya Kecamatan Ciemas Kabupaten Su- an yang disajikan dalam kesenian Jae’/Kuda kabumi. Kesenian tersebut merupakan bentuk Lumping grup Turonggo Seni Budayo Desa alkulturasi dari kebudayaan masyarakat Jawa

Naskah diterima pada 1 Februari, revisi akhir 4 Maret 2018| 77

(pendatang) dengan masyarakat Sunda (pri- Istilah mengembangkan lebih mempunyai ko- bumi). Kesenian Jae’ berfungsi sebagai hiburan notasi kuantitatif dari pada kualitatif, artinya membesarkan, meluaskan. Dalam pengertian- yang di dalamnya kental akan hal-hal mistik nya yang kuantitatif itu, mengembangkan seni /gaib. Ada empat tarian yang disajikan dalam pertunjukan tradisional berarti mem- pertunjukan Jae’ yaitu: (1) Solo, (2) Rincik- besarkan volume penyajiannya, meluaskan wi- Rincik, (3) Dawet Ayu/Siji Lima, (4) Kulu-Kulu layah pengenalannya. yang diakhiri oleh proses trance pada lagu Adapun istilah Jaè merupakan akronim Solasi. Keempat tarian tersebut menggambar- dari “Jawa Edan” istilah yang diambil dari kan para prajurit berkuda Pangeran Dipono- olokkan atau senggakan para nayaga saat para goro dari persiapan hingga bertempur di penari Kuda Lumping baru memasuki arena medan perang. Adegan paripurna perang di- pertunjukan. Pendapat lain mengatakan pe- gambarkan pada tarian Kulu-Kulu sehingga nonton mengistilahkan Jawa Edan karena ke- gerak, musik, dan pola lantai. banyakan para pelaku seni Kuda Lumping di Jampang merupakan salah satu daerah daerah Jampang ini berasal dari Jawa, dengan dengan potensi kesenian yang perlu digali adanya unsur mistis di dalamnya seperti yang kembali. Beberapa kesenian yang terdapat di dikemukakan oleh Sumardjo (2000: 325-326), daerah tersebut di antaranya seperti Gondang, bahwa: Sawer, Wayang Golek, Janèng, Buncis, Cèpèt, dan Dalam menyaksikan tarian kuda lumping, mi- Kuda Lumping/Jaè. Kuda Lumping adalah salnya secara estetik sebenarnya merupakan salah satu kesenian yang masih hidup dan gerakan itu-itu saja. Kita sudah lebih dari se- puluh kali menyaksikan tarian kuda lumping berkembang hingga sekarang, khususnya yang para pemainnya mencapai kondisi ke- untuk Kecamatan Ciracap dan Ciemas. surupan alias trance, tetapi selalu saja kita ter- Menurut Mahmud (1991: 108), bahwa seni pesona oleh daya transendental yang menyer- tradisi sebagai salah satu unsur kebudayaan tainya. Selama kesurupan itulah, tarian, musik dan semua peristiwa seni terstruktur begitu suatu masyarakat akan ikut bertahan atau ikut rupa sehingga kita meleburkan diri dalam pe- berubah mengikuti gerak kebudayaan induk- ngalaman estetik dan pengalaman magis pe- nya. Hal tersebut sesuai dengan kesenian ini nari kuda lumping atau kuda kepang tersebut. yang sangat digemari oleh masyarakat setem- Begitu juga dengan yang diungkapkan pat hingga luar daerahnya, karena berbagai Enoch Atmadibrata (2006: 41), bahwa: bentuk adaptif penyajian dari setiap grupnya. Sampai sekarang, kesenian kuda lumping ma- Kuda Lumping di daerah Jampang lebih sih digemari oleh masyarakat. Penonton ter- dikenal sebagai kesenian Cèpèt atau Jaè. Me- tarik pada kesenian ini karena unsur magis nurut Takhsinul (2016: 38), Secara harfiah, atau keterlibatan hal gaib yang dilakukan para Cèpèt artinya sama dengan “kedok” atau pemain kuda lumping tersebut. Pendeknya pe- nonton merasa terbetot rasa ingin tahunya oleh “topeng”. Istilah Cèpèt diambil dari tari Cèpèt perbuatan pemain kuda lumping yang berada (topeng) yang disajikan setelah pertunjukan dalam keadaan kesurupan itu. Kuda Lumping sebagai bentuk pertunjukan baru dalam kesenian tersebut. Pemunculan Penari Kuda Lumping dapat mengalami tari Cèpèt ini merupakan pengembangan yang trance melalui seorang pawang. Kemampuan adaptif para senimannya dalam upaya me- membuat penari dari keadaan sadar menjadi lestarikan kesenian Kuda Lumping. Sedyawati mabok (trance) kemudian disadarkan kembali (2000: 50), menyebutkan: itulah yang disebut edan atau hebat, maka

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 78 lahirlah istilah Jaè atau Jawa Edan. Menurut Menurut Jaèni (2007: 93), bahwa mas- Takhsinul (2016: 39), disimpulkan mengenai yarakat penyangga adalah masyarakat yang kedua istilah tersebut: turut memelihara keberadaan seni pertunju- Lepas dari benar-salahnya suatu nama, Cèpèt kan yang terdiri dari; pelaku seni, penikmat dan Jaè adalah dua istilah yang sama-sama seni dan pendukung seni. Dengan demikian, populernya dipakai untuk menyebut kesenian kuda lumping di Pajampangan, yang hingga kini dalam berbagai aspek penyajian Kuda Lum- merupakan salah satu jenis pertunjukan paling ping merupakan kolaborasi antar dua budaya popular. Bedanya, dari kedua istilah ini adalah yaitu Jawa dan Sunda, selain itu aspek mistis Jaè hanya berarti pada nama jenis kesenian dan magis yang terdapat dalam pertunjukan (dan pertunjukannya), sedangkan Cèpèt me- miliki dua arti. Pertama, Cèpèt berarti “jenis ke- ini sangat menarik dan unik untuk dikaji senian” seperti halnya Jaè, dan yang kedua ber- mengingat fungsi kesenian ini yang hidup arti “topeng” (kedok). sebagai seni hiburan. Seperti yang dijelaskan

Takhsinul (2016: 38), bahwa: Kuda Lumping mempunyai berbagai de- Pertemuan dua budaya, antara Jawa dan Sun- finisi di antaranya menurut Enoch Atmadi- da, yang diwujudkan melalui kesenian kuda brata (2006: 40), bahwa: lumping, telah menghadirkan keunikan tersen- Kesenian kuda lumping hampir sama dengan diri. Dua “rasa” dan dua “warna” budaya le- kuda kepang atau ebeg yang membedakannya bur menjadi satu, sehingga pertunjukan itu ka- adalah perlengkapan yang digunakannya yaitu dang-kadang terasa kejawen, tetapi juga terka- “kuda”, dalam hal ini kuda-kudaan, dan “lum- dang terasa kesundalan. ping”. “Lumping” artinya kulit, jadi bahan pembuatan kuda lumping adalah kulit, yaitu Kesenian ini biasanya ditampilkan pada kulit sapi atau kerbau. Akan halnya kuda ke- acara hari-hari besar, festival, hajatan, dan pang atau ebeg, kepang maupun ebeg arti-nya sama, yaitu anyaman bambu yang diiris tipis syukuran pada malam syura‘an. Biasanya di- dan dianyam seperti kipas. Jadi kuda kepang tampilkan di arena atau lapangan terbuka. maupun ebeg terbuat dari bambu tipis yang Bentuk penyajiannya ada dua yaitu tari Kuda diiris tipis dan dianyam seperti kipas. Lumping dan tari Topeng (Cèpèt) dengan

Dalam buku Tradisional Masyarakat Seni durasi dari siang dilanjutkan pada malam hari, Pertunjukan Indonesia (MSPI) oleh Direktorat biasanya penampilan Kuda Lumping di siang Seni Pertunjukan (1998: 37), bahwa: hari dan tari topengnya di malam hari. Jaran Kepang adalah tari yang menggunakan Tari Kuda Lumping pada grup Turonggo properti kuda-kudaan dari anyaman bambu Seni Budoyo terdiri atas empat tarian yang (kepang) sebagai media utama penari dalam masing-masing nama tarian tersebut disesuai- mengekspresikan makna simbolik tari. Tari kan dengan judul lagu pengiringnya. Lagu yang dikenal juga dengan sebutan jatilan ini dibawakan oleh penari laki-laki dan dipimpin pengiring tersebut terdiri dari lagu Jawa oleh seorang pawang. (Banyumasan) yaitu Solo, Rincik-Rincik, Dawet Ayu atau Siji Lima, dan Kulu-Kulu naik ke Endang Caturwati (2007: 90), bahwa: Solasi. Empat tarian tersebut menggambarkan Kuda Lumping ini merupakan kesenian rakyat cerita perjalanan pasukan menuju yang dibawa oleh para penduduk Jawa ke Sunda khususnya ke daerah Jampang. Tari Medan perang, beristirahat di jalan, saat rakyat merupakan tarian yang tumbuh dan perang melawan musuh dan memenangkan ber-kembang di kalangan masyarakat agraris peperangan, diakhiri dengan mabok/trance yang fungsinya selain untuk sarana upacara pada lagu Solasi. ritual juga sarana hiburan.

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 79

Penelitian difokuskan pada tarian Kulu- (1989: 65), menyatakan, struktur adalah in- Kulu, merupakan tarian yang menggambar- terelasi dari bentuk-bentuk atau interelasi kan saat pasukan kuda sedang mengalami antara bagian-bagian dalam satu keseluruhan. peperangan, musik yang dinamis, gerak yang Menurut Pieget (dalam Strauss, 1997: 155), kuat dan diakhiri dengan proses trance adalah sebuah struktur adalah suatu sistem trans- hal menarik untuk dijadikan sebagai objek pe- formasi yang meliputi aturan-aturan sebagai nelitian. sistem (bukan sebagai sifat-sifat khas dari Berdasarkan identifikasi masalah, perlu di- unsur-unsur sendiri). Benny H. Hoed (2011: rumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 29), menyatakan: Bagaimana struktur tari Kulu-Kulu pada seni Struktur adalah sebuah bangunan abstrak yang Kuda Lumping grup Turonggo Seni Budoyo terdiri atas sejumlah komponen yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk struktur itu. Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, Kabu- Komponen-komponen itu berkaitan satu sama paten Sukabumi? Dari pertanyaan tersebut da- lain di dalam susunan yang tertentu. Kaitan itu pat diketahui pula hal-hal yang menyertainya akan kita sebut relasi. Struktur mempunyai tiga antara lain musik, kostum, terminologi gerak, sifat utama, yaitu (1) merupakan satu totalitas; (2) dapat bertransformasi (susunannya dapat pola lantai, dan sebagainya. berubah); dan (3) dapat mengatur dirinya sen- Merujuk pada rumusan masalah, tujuan diri (otoregulatif) bila terjadi perubahan pada dilaksanakannya penulisan adalah menge- susunan komponen-komponennya). tahui struktur koreografi tari Kulu-Kulu pada seni Kuda Lumping grup Turonggo Seni Bu- Namun Lèvi-Strauss (2001: 61-62), me- doyo Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, nyatakan: Struktur adalah model yang dibuat oleh ahli Kabupaten Sukabumi, meliputi: koreografi, antropologi untuk memahami atau menjelas- musik, kostum, terminologi gerak, dan pola kan gejala kebudayaan yang dianalisisnya, lantai. yang tidak ada kaitannya dengan fenomena Adapun manfaat dalam penelitian ini se- empiris kebudayaan itu sendiri. Model ini me- rupakan relasi-relasi yang berhubungan satu bagai upaya penggalian dan pendokumen- sama lain atau saling mempengaruhi. Dengan tasian kesenian tersebut untuk mempublikasi- kata lain, struktur adalah relations of relations kan secara meluas, menjaga kelestarian seni (relasi dari relasi) atau system of relations tradisi, sebagai bahan informasi untuk pene- (1963). Dalam analisis struktural struktur ini dibedakan menjadi dua macam: struktur lahir litian lebih lanjut dan menambah perbenda- dan struktur luar (surface structure) dan struk- haraan karya tulis di bidang seni pertunjukan. tur batin, struktur dalam (deep structure). Struk- Berkaitan dengan penelitian yang dilak- tur luar adalah relasi-relasi antar unsur yang sanakan diperlukan beberapa teori yang dapat dapat kita buat atau bangun berdasarkan atas ciri-ciri luar atau ciri-ciri empiris dari relasi- dijadikan pijakan dalam mendeskripsikan tari relasi tersebut, sedang struktur dalam adalah su- Kulu-Kulu dalam seni Kuda Lumping grup sunan tertentu yang kita bangun berdasarkan Turonggo Seni Budoyo Desa Sidamulya, Keca- atas struktur lahir yang telah berhasil kita buat, namun tidak selalu tampak pada sisi empiris matan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. dari fenomena yang kita pelajari. Struktur da- Teori yang diperlukan antara lain me- lam ini dapat disusun dengan me-nganalisis ngenai struktur, berkaitan dengan struktur dan membandingkan berbagai struktur luar menurut Radcliffe Brown (1980: 178-179), yang berhasil ditemukan atau dibangun. Struk- tur dalam inilah yang lebih tepat disebut se- bahwa struktur adalah satu set hubungan an- bagai model untuk memahami fenomena yang tara entitas-entitas. Anya Peterson Royce diteliti, karena melalui struktur inilah peneliti

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 80

kemudian dapat memahami berbagai fenome- selalu berubah-ubah, dan nama Turonggo Seni na budaya yang dipelajarinya. Budoyo ini digunakan untuk generasi ketiga

(sekarang). Secara garis besar seluruh pemain Berdasarkan pengertian dari beberapa to- dalam grup tersebut masih merupakan ke- koh tersebut, dapat disimpulkan bahwa struk- rabat satu keluarga. tur merupakan hubungan antara entitas atau Tahun 1984 hingga 1988 merupakan awal bagian-bagian atau disebut relasi dalam suatu kehadiran dan pembentukan kesenian Jaѐ di kesatuan yang saling memengaruhi. Sifat uta- Desa Sidamulya, segala aspek pertunjukan ma struktur yaitu dapat berubah, suatu tota- dan alat musiknya masih sederhana terdiri litas dan dapat mengatur dirinya sendiri. Ter- dari satu set gamelan, tiga , satu saron, dan dapat dua jenis struktur yaitu struktur luar satu kendang. Penari berjumlah 12 orang de- dan struktur dalam. Struktur luar yaitu struk- ngan sistem bermain prajuritan yang diadopsi tur yang dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri dari cerita Pangeran Diponegoro. Penampilan lahir atau empiris sedangkan struktur dalam penari seperti pemain ( adalah struktur yang dapat diketahui dari ha- Jawa) dengan kostum seadanya yaitu celana sil struktur luar. pendek tanpa baju dan menggunakan slem-

pang, juga iket kepala. METODE Tahun 1995 hingga 2010 generasi kedua Penelitian ini menggunakan metode kua- lahir dengan konsep yang lebih modern. Re- litatif yang bersifat deskriptif analisis melalui generasi pemain juga pengurus dilakukan pengumpulan data, studi pustaka dan penga- karena anggota digenerasi pertama banyak matan di lapangan. Teori yang digunakan se- yang telah meninggal. Tahun 2011 hingga bagai landasan ialah teori struktur Le’vi- sekarang mulai menyajikan kesenian-kesenian Strauss. lain dalam pertunjukan Jaѐ seperti Campur sari,

Dangdut, penambahan bagian bodoran dan tari HASIL DAN PEMBAHASAN Topeng. Hubungan dengan dinas, instansi 1. Pertunjukan Jae’ Di Desa Sindamulya juga masyarakat penikmatnya sudah meluas Awal kelahiran dan pertumbuhan kesenian bisa teridentifikasi dari terdaftarnya grup ini di Desa Sidamulya terjadi seiring kelahiran dalam PAPSI (grup seni Geopark Ciletuh). dan pertumbuhan masyarakat Jawa yang Kreativitas seniman dan kecintaan akan ke- hidup disana. Proses perpindahan penduduk senian leluhurnya merupakan hal terpenting Jawa yang berawal dari delapan kepala ke- dalam menentukan hidup atau matinya ke- luarga hingga terus berkembang sampai se- senian itu sendiri. Konsep garap yang lebih karang telah membentuk suatu komunitas adaptif dan modern merupakan salah satu kehidupan Jawa di wilayah Sunda (Ciemas). indikator bahwa grup ini bersikap terbuka Satu-satunya Grup kesenian kuda lumping pada perkembangan zaman demi berlang- atau jaѐ yang hidup dan berkembang hingga sungnya kehidupan Jaѐ di Desa Sidamulya. sekarang di Desa Sidamulya yaitu grup Tu- Kehidupan kesenian Jaѐ grup Turonggo Seni ronggo Seni Budoyo. Budoyo selama kurang lebih 33 tahun ini Turonggo dalam bahasa Jawa berarti kuda merupakan sebuah bukti akan dedikasi dan maka secara harfiah Turonggo Seni Budoyo loyalitas anggotanya dalam melestarikan seni berarti “kesenian kuda yang membudaya” Se- warisan leluhurnya, hingga sekarang seluruh tiap generasi mempunyai nama grup yang

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 81 anggota grup yang merupakan kerabat itu tersebut dengan maksud untuk membersihkan terdiri atas kesepuhan, pelindung, penari, pe- jiwa, menjadikan diri berada di jalan yang musik, pengelola, dan pelengkap. benar, dan tidak mempunyai kejelekan dalam Pelaku yang terlibat dalam pertunjukan ini hatinya, itulah syarat utama menjadi seorang terdiri dari pawang, penari atau anak wayang, penari kuda lumping/Jaѐ. penabuh alat musik atau nayagan, sesepuh, Jumlah penabuh sesuai dengan jumlah alat jagal, penunggu sesajen dan pelindung yang musik yang dimainkan termasuk dengan sin- terdiri atas tokoh masyarakat. den. Biasanya yang berperan sebagai nayagan Pawang merupakan seseorang yang mem- merupakan anggota yang sudah dewasa dan punyai kesaktian secara gaib. Tidak semua berkeluarga, semuanya dimainkan oleh laki- orang dapat menjadi pawang, hanya dia yang laki, kadang salah satu dari mereka me- telah ditunjuklah (secara supranatural) yang rangkap menjadi sinden bila sinden yang asli mampu menjadi pawang. Seseorang yang telah berhalangan hadir. Instrumen yang digunakan ditunjuk pun harus melalui beberapa syarat diantaranya: (1). 4 Kendang: Kasito, 1 kendang yang intinya sebagai upaya penyucian diri. besar (Plintung/mata berdiri), 1 kendang ram- Seorang pawang berperan mengamankan per- pak, 2 kendang kecil (ketimpung), (2). 3 Gong: tunjukan (secara gaib), juga memasukkan dan Sayikin, 2 Gong kecil, 1 Gong besar, (3). 1 mengeluarkan dari tubuh penari. Se- Bonang, 1 Plangkon: Simin, (4). 1 saron besar orang pawang di luar pertunjukan biasanya demung patet 9 wilah Banyumasan: Sugeng, 2 berperan sebagai shaman yang memberi pe- saron kecil penerus/pencacah: Wasman. Wa- ngobatan dan syafa’at. ditra tambahan biasanya Kenong (jumlah 5) Penari/anak wayang untuk menjadi penari namun setelah ada bonang, kenong jarang jaѐ dibutuhkan fisik dan batin yang sudah digunakan karena fungsinya hampir sama kuat. Kuat dalam artian untuk menjadi wadah namun suaranya berimbalan dengan bonang. dari indang yang ngancik (merasuk). Jiwa Bonang dapat mewakili suara kenong se- indang tersebut merupakan jiwa dewasa maka hingga kenong jarang digunakan lagi untuk penari biasanya dapat dirasuki pada umur 13 meminimalisir tempat, nayaga, dan lebih pra- tahun ke atas supaya tubuhnya tidak terlalu ktis. Alat digunakan sama seperti gambelan lelah saat mengalami trance. Dalam satu per- Sunda hanya cara penabuhan dan ketukannya tunjukan Jae’ tidak semua penari mengalami berbeda. mabok/trance, dari 12 penari biasanya ada dua Teknik yang digunakan grup ini menon- atau tiga orang yang tidak mabok, hal tersebut jolkan kolaborasi antara musik Jawa dan disebabkan oleh batin yang kurang cocok dan Sunda secara kontinu yang terbilang unik, belum siap. Kecocokan penari untuk menga- karena setiap peralihan disatupadankan de- lami mabok bisa dilihat dari tanggal, bulan dan ngan patokan nada mengandalkan kekuatan malam kelahirannya hal ini biasa mengguna- pemahaman karawitannya, dan kreativitas- kan hitungan Jawa Kuna, biasanya penari nya. Alokan dan senggakan berperan olokkan- yang tanggal, bulan dan hari dalam per- /senggakan disini yaitu seseorang yang me- hitunganya serba genap maka sulit untuk nyerukan kalimat seperti “jae…jaeee... wo mengalami trance. Penari yang tidak cocok yaah... wo yah...”dan seterusnya, kalimat yang tersebut dapat mengalami trance dengan diucapkan biasanya hanya itu-itu saja namun syarat menjalani puasa selama dua tahun. Hal untuk nada pengucapannya sesuai kreativitas

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 82 si peran alokkan tersebut. Biasanya yang me- yang tengah mabok tersebut, Bila penari me- nyerukan alokkan ini seorang nayaga yang nginginkannya maka si penjaga sesaji me- memainkan kecrek, dari alokkan ini juga nyuapinya dengan sendok, atau meminum- lahirlah istilah kesenian Jaѐ. Penonton lebih kannya lalu mengelap mulut penari. Penari mengenal seni Kuda Lumping sebagai Jaѐ yang tengah mabok tidak memakan atau me- yang diambil dari kalimat seruan alokkan minum sesaji menggunakan tangannya, me- tersebut dan seiring perkembangannya dipe- lainkan hanya mengendus seperti seekor kuda lesetkan menjadi sebuah akronim dari “Jawa yang tengah makan rumput, maka dibutuhkan Edan”. bantuan penjaga sesaji dalam menyuapi sesaji Peran seorang dalang biasanya dimainkan tersebut. oleh bapak Kamyo selaku ketua grup Tu- Selain menyiapkan kelengkapan sesaji, me- ronggo Seni Budoyo pada generasi ketiga. Ia nyajikan, menyuapi dan menawarkan sesaji, biasanya membacakan prolog sebelum semua penjaga sesaji juga berperan untuk melindungi penari Kuda Lumping memasuki arena per- penari dari memakan beling, karena kadang tunjukan, dan membacakannya sambil mena- indang yang ngancik pada penari bukan me- buh alat musik sesuai kebutuhan saat pentas. makan sesajinya namun malah gelas atau pi- Selain prolog, dalang juga membacakan epilog ringnya, disana penjaga sesaji harus sigap sebelum tarian kuda lumping mencapai pun- untuk mencegahnya karena bila hal tersebut caknya atau di saat para penari telah me- dibiarkan saat si penari sadar dari mabok nya ngalami trance. bekas memakan beling tersebut akan berbekas Sesepuh merupakan tokoh yang dituakan, dan terasa menyakitkan meskipun sebelum- yang bertanggung jawab atas seluruh per- nya saat mabok hal tersebut tak terasa sakit tunjukan, selain itu sebagai pelindung mau- sedikitpun. pun penasehat seluruh anggota. Jagal adalah Ada beberapa media yang digunakan da- seseorang yang membantu memegangi penari lam pertunjukan Jaѐ diantara kuda-kudaan yang hendak disadarkan oleh pawang dari yang terbuat dari rotan dan anyaman bambu keadaan mabok nya. Penunggu sesajen, sesajen dengan kalep pada bagian kupingnya, senjata dalam pertunjukan jaѐ disajikan disebuah meja pusaka seperti keris, golok dan kujang dengan persegi panjang, di sana terdapat nyiru yang berbagai ukuran, juga topeng berukuran besar berisi berbagai sesajen, buah kelapa, air bunga berbentuk wujud seram (sering disebut cѐpѐt). kenanga dalam baskom dan lain-lain. Peran Senjata pusaka seperti keris dan lain-lain penunggu sesajen yaitu menyiapkan kelengka- biasanya digunakan sebagai tempat ngancik pan sesaji, menyajikan, menyuapi dan me- makhluk gaib yang mempunyai pangkat nawarkan sesaji, pada penari yang sudah tinggi seperti ratu, patih dan panglima. Kuda- mengalami trance. Saat penari mengalami kudaan digunakan sebagai media penari da- trance, indang yang ngancik ke dalam tubuh lam menggambarkan sebagai seorang prajurit penari tersebut akan menuju meja sesajen di yang menunggangi kuda. Topeng biasanya sana penari mengendus-ngendus seperti me- digunakan sebagai media dalam tari topeng milih sesaji mana yang hendak dimakan, ka- dalam pertunjukan Jaѐ. dang penjaga sesajen menawarkan beberapa Cara merawat berbagai media tersebut gelas berisi kopi hitam atau sesaji lain dengan berbeda-beda. Kuda-kudaan biasanya dibuat, cara menempelkan gelas pada telinga penari disimpan, dirawat oleh pemiliknya sendiri,

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 83 setiap penari mempunyai kuda-kudaannya wadah air yang berisi air kembang, kopi dan sendiri. Menjadi seorang penari Jaѐ dapat jenis sesajen lainnya. Baskom digunakan se- dipastikan bahwa dia juga dapat membuat bagai wadah air kembang kenanga. kuda kepangnya sendiri. Kreativitas penari Keris dan Pepedangan, Keris digunakan se- pun dibebaskan dalam hal menghias dan bagai media ngancik para indang yang ber- melukis pola kudanya sendiri. Media lain pangkat atas. Pepedangan digunakan pedang seperti senjata pustaka dan topeng disimpan yang sekarang berfungsi sebagai penahan dan dirawat di rumah sang pawang beserta kuda-kudaan sebelum digunakan oleh penari semua alat musik. Perawatannya biasanya di awal pertunjukan sebelum dimulai, dan dilakukan dalam sebulan sekali pemandian berperan sebagai variasi saja. Dahulu, sebelum media tersebut oleh air kembang tujuh rupa, menggunakan pedang sebagai penahan di- pembakaran menyan beserta doa-doa pada simpannya kuda-kudaan, digunakan bendera malam Jumat Kliwon. merah putih yang ditancapkan di tengah arena Sesajen yang tidak dimakan secara lang- pertunjukan, dan penari paling depan me- sung sebenarnya telah dimakan intisarinya megang pedang yang menggambarkan seo- namun kita tidak bisa melihatnya, terdiri dari; rang komandan perang. pisang ambon satu sikat, pisang raja satu sikat, Nyiru dan Sendok digunakan sebagai alas kupat satu ikat, leupeut satu ikat, delapan disimpannya berbagai jenis sesajen. Sendok gelas air putih berisi: daun dadap, komo digunakan sebagai alat untuk menyuapi se- bunga dadap, asem dua bungkus, komodegan sajen yang berbentuk cairan pada penari yang (gula pasir+daging kelapa), kopi hitam, kopi tengah mengalami mabok. Pecut dan meja hitam+gula, teh, uncet (pasung), ubi bakar, persegi panjang disimpan sebagai variasi saja bubur merah, bubur putih, daging ayam di awal sebelum masuknya pada penari Jaѐ ke (bakakak), kacang suuk, ulen, keripik pisang, arena pertunjukan dan untuk tempat me- roti, peyek, serundeng, rokok merek sintren, nyimpan nyiru sesajen. rokok merek gudang garam, rokok jarum coklat, cengkaruk gimbal, ketan goreng sangria, gula 2. Peristiwa Mistik dan Supranatural dalam merah, kerupuk, bolu kecil merk (padimas) satu Pertunjukan Jae’ bungkus, cermin satu buah, bedak satu buah, Mabok merupakan peristiwa ketika penari lipen satu buah, minyak air mata duyung dua dimasuki oleh indang. Saat penari mulai di- botol kecil, sisir kecil satu buah, pare satu ikat rasuki, dia masih berada di antara sadar dan (jalawara/huma), daun pisang raja muda, daun tak sadar. Kesadaran penari dapat dilihat dari kelapa muda, sepah: glambir, apu, daun pekanya ia terhadap musik yang mengalun, dadap, jambe, bako, air santan+beras sangria, sedangkan ketidak sadarannya bisa dilihat telor ayam dua buah, (bebeye), air putih satu saat segala tingkah lakunya berbeda dari sikap baskom berisi kelopak-kelopak bunga kena- biasanya. Saat mengalami mabok/trance penari nga. dapat melakukan hal-hal yang biasanya tak Alat terdiri atas celemek, gelas, baskom. dapat dilakukannya semasa belum mengalami celemek digunakan oleh penjaga sesajen dalam mabok. Hal tersebut dikarenakan setengah ke- mengelap mulut penari yang kotor setelah sadarannya diambil alih oleh indang yang me- memakan atau meminum sesajen saat dalam rasukinya. keadaan mabok. Gelas digunakan sebagai

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 84

Adakalanya penari tidak kuat dirasuki yarakat untuk menyebutkannya seperti istilah oleh suatu indang. Jika hal tersebut terjadi jaѐ, cѐpѐt, hingga “pingdut” akronim dari Kuda penari yang kerasukan akan menggesek-ge- Lumping-. sekkan kepalanya pada tanah sebagai per- Proses pemanggilan indang bukan hanya tanda bahwa tubuh penari tidak kuat terhadap dilakukan oleh pawang saja, kadang indang indang yang memasukinya. Indang merupakan yang mempunyai pangkat tertinggi seperti makhluk gaib yang memasuki atau ngancik ratu dapat memanggil indang lainnya melalui pada tubuh penari maupun media lainnya media yang dianciknya, biasanya seorang seperti keris atau alat musik, topeng dan lain- penari yang sedang mabok dihadapkan pada lain. Biasanya indang yang dapat ikut ber- penari yang belum kerasukan (biasanya gambung dalam grup Jaѐ Turongo Seni Bu- berjumlah tiga orang penari) setelah itu indang doyo datang sendiri dan meminta untuk ber- ngancik secara serentak memasuki masing-ma- gabung dalam grup tersebut. Indang yang sing penari tadi. datang biasanya menyukai grup ini dan Ngancik merupakan istilah untuk proses mempunyai darah seni dan kemampuan ter- indang yang mendiami/mengisi alat musik, sendiri. jasad penari atau media lain seperti keris, Dalam proses memasukkan dan me- golok, topeng dan sebagainya. Satu tubuh mulangkan indang dari tubuh penari, pawang penari bisa diancik oleh beberapa indang, harus mengingat nama-nama indang yang biasanya setiap bagian tubuh di ancik oleh satu hendak dimasukkan. Begitu pun pada awal indang. Pendek kata bahwa seluruh tubuh pertunjukan saat pawang membakar kemenyan penari dapat menjadi wadah bagi beberapa dan membaca do’a, saat itu juga disebutkan indang yang berbeda. Keadaan antara sadar semua nama indang yang diundang. Indang dan tak sadar dialami oleh penari Jaѐ saat yang datang terdiri atas tingkatan status dan mengalami mabok. Kesadarannya tak sepenuh- pangkat, biasanya pangkat seorang Ratu bisa nya hilang dan tak sepenuhnya sadar, penari memanggil patih dan panglima-panglimanya, masih dapat melihat, mendengar dan me- dan mereka mewujudkan diri seperti buta. rasakan, namun tubuhnya seperti tak dapat Setiap karuhun dan indang yang bergabung digerakkan sesuai kehendaknya sendiri me- mempunyai keahlian dan kesukaan masing- lainkan diambil alih oleh indang yang ngancik masing, mulai dari jathilan, pencak , nga- dalam tubuhnya. bodor, campur sari, dangdut, jaipong dan lain- Setelah penari disadarkan biasanya pa- lain sehingga memaksa para penabuh dan wang atau jagal akan meminumkan air kelapa sinden untuk bermain multitasking, karena per- untuk menghilangkan letih, air kelapa tersebut mintaan indang yang berbeda-beda tersebut pun sebelumnya telah dijampi-jampi atau yang terdiri dari berbagai genre seni dan gaya. diberi do’a oleh pawang. Alam Peng-rantunan, Hal tersebut yang akhirnya membentuk keu- merupakan alam tengah saat se-seorang telah nikan dari kesenian itu sendiri, karena bukan meninggal maka rohnya tak sepenuhnya hi- hanya terdiri atas tari topeng atau kuda lang sebelum hari akhir/kiamat datang. Roh lumping saja melainkan kesenian yang begitu tersebut biasanya disebut wadaq, roh tersebut hibrid bercampur disajikan oleh penari dalam yang dapat dipanggil dan menjadi leluhur keadaan mabok. Perkembangan kesenian ini yang masih mempunyai kecintaan pada akhirnya melahirkan berbagai istilah mas- profesi terakhirnya sebelum ia meninggal

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 85 dunia. Maka dalam kesenian jaѐ makhluk yang syarat awal menjadi seorang penari dan disebut sebagai leluhur secara gaib tersebut pawang harus membersihkan jiwa dari segala berada di alam pengrantunan. Nama-nama kekotoran hati yang bersifat duniawi, hal Indang dari zaman Belanda (dari Jawa) dan tersebut membuktikan bahwa pada akhirnya dari Kerajaan (Sunda). kesenian ini pun menuju pada yang maha Dalam pertunjukan Jaѐ ini terdapat dua pencipta Allah SWT. leluhur yaitu leluhur dari Jawa dan Sunda. Pertunjukan Jaѐ dapat menjadi sebuah Karuhun Jawa berasal dari zaman Belanda pertunjukan yang bukan hanya sebagai hi- (masa Diponegoro) sedangkan leluhur Sunda buran namun juga berkat bagi: pengantin, dari masa kerajaan Padjadjaran. Salah satu penyembuhan orang sakit, berkat anak kecil, yang ngancik dan menjadi pemimpin di semua penghormatan pada leluhur, petunjuk gaib. indang yaitu ratu dari gunung Krakatau Ujung Kulon bernama Jim Sakakala Kolo Janggil, 3. Struktur Pertunjukan Jae’ dan Tari Kulu- ngancik di keris yang paling besar ukurannya. Kulu Sangkakala Dewa patihnya, Kolo Janggil pang- Struktur Secara keseluruhan pertunjukan, lima dari gunung Krakatau Ujung Kulon yang tari Kuda Lumping ini terdiri atas tatalu, biasa ngancik pada topeng yang bersiung pertunjukan tari Kuda Lumping, mabok dan panjang, juga panglima-panglima lainnya penutup. Tatalu yaitu Bubuka, tanda pertunju- Raksopatih, Digyopasih, Manggolopatih, Dibyo kan segera dimulai. Sebelum pertunjukan di- Kolosakolo. Selain indang dari Ujung Kulon mulai, pemusik menabuh alat musiknya se- tersebut masih banyak indang kelas atas lain bagai tanda bahwa pertunjukan segera di- yang berasal dari Jawa juga indang biasa yang mulai. Pawang mulai membaca doa lalu me- merupakan leluhur dari grup Jaѐ tersebut. nabur minyak wangi air mata duyung pada Leluhur yang berasal dari daerah Jawa semua alat musik dan properti yang digu- barat banyak menampakkan diri dengan nakan. Hal tersebut dilakukan karena semua tunggangan hewan seperti gajah, dan harimau alat dan properti dalam pertunjukan diancik dengan baju serba emas seperti baju keraton, oleh indangnya masing-masing. Seorang se- sedangkan untuk leluhur dari daerah Jawa sepuh dan pamong indang mulai mengum- menggunakan tunggangan hewan kuda dan pulkan dan menata meja sesajen, melengkapi berpakaian seperti Soekarno berjas lengkap. semua sesajen dan alat-alat yang digunakan. Kepercayaan Umum Masyakat Sidamulya Penari mulai melakukan persiapan memakai secara agama ada penjelasan logis dengan kostum dan berhias. Setelah semua persiapan fenomena mistis dan mabok dalam kesenian dirasakan cukup, dalang mulai membuka acara ini. Agama Islam mengajarkan bahwa dalam dengan guyonan-guyonan ringan. Bahasa ilmu terdapat alhikmah/ahli hikmah (menge- yang digunakan dalang yaitu campuran antara nai hal-hal gaib). Ilmu gaib pun ada dan Indonesia, Sunda, dan Jawa, namun kebanya- mempunyai aliran masing-masing ada yang kan menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. hitam dan putih, dalam grup ini aliran ilmu Tatalu akan berakhir saat dalang mulai mem- gaib tentang seni yang tujuannya tetap pada baca sulukan yang merupakan ceritera pem- yang maha esa Allah Swt dengan tujuan untuk buka sebelum para penari masuk ke arena menghibur penonton, menghormati leluhur pertunjukan. Bunyi sulukan tersebut sebagai dan melestarikan seni tradisi. Bisa dilihat dari berikut;

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 86

Syair Pembuka: Setelah sulukan selesai dilantunkan per- Langit Kelap-Kelap Bumi Gonjang Ganjling Lir tunjukan pun dimulai. Penari mulai memasuki Kincanengalis arena pertunjukan. Penari memasuki arena (Langit gemerlapan bumi berguncang bak berpasang-pasangan saling berurutan, ada mengedipkan mata) penari yang loncat, salto, dan keakhlian Sekar Mawi Sabaran Kadulung masing-masing lainnya yang cukup memberi (Seluruh bunga di taman layu ketarik) kesan menajubkan di awal pertunjukan. Penari Kocap Kacarito (Sebut Tempat Pertunjukan) tersebut kemudian berbaris di sebelah kiri atau (Alkisah) kanan menghadap kuda kepang yang sudah Poro Prajurit Panilih berada di tengah arena, begitu seterusnya (Para prajurit terpilih) hingga ke-12 penari semuanya memasuki Saking Padepokan Ki Buyut Ageung Pertabatan arena pertunjukan dan membuat dua barisan (Pertabatan kuda diponegoro (panembahan enam penari sebelah kanan dan enam penari kuda lumping) disebelah kiri, lalu melakukan gerak sem- Poro Prajurit Nyongklanganken Kuda Sembrani bahan bersama-sama. (Para prajurit membawa kuda kepang) Penari kemudian mengambil kuda kepang Kadio Pangeran Diponegoro masing-masing dan mempersiapkan diri un- (Seperti Pangeran Diponegoro) tuk mulai menari. Tarian pertama yaitu tari Ingkang Bade Medal solo yang menggambarkan para prajurit yang (Yang akan keluar dari pasembahan) tengah mempersiapkan diri menuju medan Wonten Satengahin Palagan perang. Tarian kedua yaitu tari rincik-rincik (Hendak keluar ditengan lapang (tempat yang menggambarkan para prajurit tengah khusus peperangan/pertunjukan) berada di perjalanan menuju medan perang. Sorak Menghambar-Hambar Tarian ketiga yaitu tari dawet ayu/siji lima, (Riuh suara (prajurit) penggunaan lagu tersebut disesuaikan dengan Suantening Poro Penonton Nyingkang Bade kondisi dan situasi pertunjukan, kedua tarian Nyakseni tarian menggambarkan para prajurit yang (Suara penonton yang akan menyaksikan) tengah istirahat di tengah perjalanan menuju Gumelaring Turonggo Seni Budoyo medan perang. Tarian terakhir adalah tari (Dipersembahkan oleh Turonggo Seni Budoyo) Kulu-Kulu yang menggambarkan adegan pari- Ingkang Sampun Katuningal Jejel Apipit purna para prajurit di medan perang. Tarian (Penonton tadi begitu padat tak bercelah, kulu-kulu sebagai puncak juga jem-batan musik, kostum dan rias, juga properti yang menuju peristiwa trance yang dialami para digunakan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut penari pada lagu solasi dan eling-eling. terdapat) Koreografi tari Kulu-Kulu, (1). Penari siap Tuk Dengkul Tumpang Warongko Pribahasane ditempat, sikap badan doyong, kedua tangan (“tuur paadek tangan patumbang tindih”) mengibasibaskan kuda kepang ke kiri dan ke Medal Lipun Turonggo Seni Budoyo kenan, penari sebelah kiri kaki kanan ke depan (Keluarnya para pemain) lenggok kanan, dan penari sebelah kanan kaki Saking Padepokan Nipun Medal Kadio Macan kiri di depan lenggok kiri; (2). Kaki silang Ucul kanan di depan berjalan kukudaan, kedua ta- (Seperti macan yang lepas) ngan memegang kuda kepang ngenjot depan

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 87 belakang; (3). Sikap akhir sejajar dan saling memegang kuda kepang, kaki kanan silang ke berhadapan kembali antara penari sebelah depan; (15). Penari sebelah kanan maju ke kanan dan kiri, kedua tangan memegang kuda depan dan begitupun penari sebelah kiri kepang; (4). Penari sebelah kiri balik badan ke hingga membentuk pola zigzag saling silang, kanan dan penari sebelah kanan balik badan sikap badan doyong ke depan, kedua tangan ke kiri, masing-masing dengan langkah mincid; memegang kuda kepang; (16). Penari sebelah (5). Penari berbaris saling berhadapan kem- kanan dan kiri saling mendur ke tempat semula , kedua tangan memegang kuda kepang; dengan sikap gejug kaki kanan, sikap kedua (6). Penari sebelah kanan maju ke depan dan tangan memegang kuda minggir saling ber- begitupun penari sebelah kiri hingga mem- hadapan antara penari sebelah kanan dan kiri; bentuk pola zigzag saling silang, sikap badan (17). Kaki silang kanan di depan berjalan doyong ke depan, kedua tangan memegang kukudaan, kedua tangan memegang kuda kuda kepang; (7). Penari sebelah kanan dan kiri kepang ngenjot depan belakang, penari sebelah saling mundur kembali ke tempat semula kanan maju ke dalam kanan dan penari dengan sikap gejug kaki kanan, sikap kedua sebelah kiri maju ke dalam kiri, masing- tangan memegang kuda minggir saling ber- masing mengikuti penari komandan (yang hadapan antara penari sebelah kanan dan kiri; memakai kuda kepang berwarna putih); (18). (8). Penari sebelah kanan dan kiri maju ke Penari sebelah kiri dan penari sebelah kanan depan hingga membentuk pola zigzag saling saling langkah ke samping kanan, tangan seberang, sikap badan doyong ke depan, kanan nyawuk buang sampur lalu langkah kiri tangan kiri memegang kuda kepang dan tangan nyawang tangan kanan, kepala incek kanan dan kanan nyawuk buang sampur; (9). Penari ber- kiri, saling berhadapan; (19). Penari sebelah baris saling berhadapan kembali, kedua ta- kanan maju ke depan dan begitupun penari ngan memegang kuda kepang; (10). Penari sebelah kiri hingga membentuk pola zigzag sebelah kiri balik ke kiri langkah kaki kanan saling silang, sikap badan doyong ke depan, dan penari sebelah kanan langkah kaki kiri, kedua tangan memegang kuda kepang; (20). masing-masing dengan langkah mincid, kedua Penari sebelah kanan dan kiri saling mendur tangan memegang kuda kepang; (11). Penari kembali ke tempat semula dengan sikap gejug sebelah kiri balik badan ke kanan langkah kaki kaki kanan, sikap kedua tangan memegang kiri dan penari sebelah kanan balik badan ke kuda minggir saling berhadapan antara penari kiri langkah kaki kanan, masing-masing sebelah kanan dan kiri, dan diakhiri dengan dengan langkah mincid, tangan kiri memegang sedikit istirahat perpindahan musik menuju kuda kepang, tangan kanan nyawuk buang solasi. sampur; (12). Penari berbaris saling ber- Iringan musik, lagu yang digunakan se- hadapan kembali, kedua tangan memegang bagai pengiring tarian kulu-kulu terdiri dari kuda kepang, kaki kanan silang ke depan; (13). lagu kulu-kulu, solasi dan eling-eling. Ketiga la- Penari sebelah kanan dan kiri maju ke depan gu tersebut merupakan lagu Banyumasan/gaya hingga membentuk pola zigzag saling seb- Jawa sehingga bentuk gendingnya merupakan rang, sikap badan doyong ke depan, tangan nada Ro, Ji, Ro, Lu, Ma, Ji, Nem (2123516) na- kiri memegang kuda kepang dan tangan kanan mun gambelannya termasuk dalam laras Sa- nyawuk buang sampur; (14). Penari berbaris lendro. saling berhadapan kembali, kedua tangan

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 88

Lirik dalam setiap lagu merupakan bahasa Berada di tengah hutan belantara/tempat Jawa. Lagu Kulu-Kulu mempunyai tema ten- pertunjukan tang para prajurit yang tengah perang, dan Diam bersemedi memenangkan peperangan, kesan musikal Semua indranya seolah ditutup secara keseluruhan bersifat semangat, dan me- Memohon pada tuhan penguasa jagat nggugah hati. Lagu solasi menceritakan turun- Diterimanya do’a sang Prabu Gandarwopati nya wahyu atau bidadari yang akan menga- Ditandai dengan adanya cahaya yang turun yomi para pemain, merupakan sebuah permo- dari langit berkobar sebesar Obor honan pada sang gaib dan proses mistis di- Melesatnya cahaya tersebut menghantam sang mulai disini. Lagu eling-eling merupakan mu- Prabu sik akhir tanpa adanya lirik, musik ini hanya Melesat masuk ke dalam jiwa sang Prabu mengiringi para penari yang tengah mabok. Gandarwopati Sebelum menuju lagu solasi, pawang mulai Lalu ia terbangun mengamuk layaknya menuju tengah arena pertunjukan dan mem- banteng bacakan matra juga membakar kemenyan. Dalang membaca sulukan kembali yang ber- Semua penari mengelilingi pawang yang bunyi sebagai berikut: berada di tengah lingkaran sambil membaca- kan mantra dengan benda pusaka (biasanya Mauto keris) sebagai media atau gerbang masuk Sang Prabu Gandarwopati keluarnya indang. Kemudian pemain mulai Sidakep Sinuku Tunggal mabok satu persatu atau kadang berdua secara Mepeti Mowo Songo bersamaan. Setelah pemain mulai mabok ia Wnye Enyuwun Mringgasti Ingkang Akaryo Jagat langsung meminta lagu pada nayagan dengan Katemaning Sang Oprabu Gandarwati tanda lima jari yang diacungkan, bila lagu Anggenipun Meminto Mring Gusti Ikang yang dimainkan tidak sesuai maka penari Murbeng Jagat Cuploroking Cahyo yang sudah mabok tersebut tidak mau menari. Soko Dirgantorol, Mulad Mulad Dan begitu seterusnya hingga semua penari Sa Obor Gedene mengalami mabok dan menari bersama. Jika Amblesating Cahyo Soko Dirgantoro Mrepeki Sang durasi masih panjang peralihan lagu ke lagu Prabu Anggeni Pun bisa berhenti terlebih dahulu (jeda) jika durasi Meminto terbatas maka lagu bisa langsung secara Mlebet Mring Jajanipun Sang Prabu kontinu menuju lagu selanjutnya dengan Gabdarwopati menemukan not akhir lagu awal dengan not Enggenjal Sakolokolo awal lagu selanjutnya yang diberi kode oleh Bangkit kendang. Blesat Ngamuk Kados Panteng Ketaton Kostum dan rias penari tari Kulu-Kulu, siang hari adalah baju tangan panjang, da- Artinya: gelan/celana sontog, jarit (kain yang dilamban), Menyebar stagen, iket, sampur merah dan hijau, simbar Sang Prabu Gandarwopati (pimpinan para dada, dan beker kaki. Bila pertunjukan di ma- denawa) lam hari kostum yang digunakan merupakan baju kleton, dan menambahkan bengker tangan

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 89 kanan dan kiri. Pemakaian baju kleton untuk tahan) seperti tokoh cepot dalam cerita pe- mempermudah penari kuda lumping yang se- wayangan. Karuhun tersebut terdiri dari tiga lanjutnya berperan juga penari topeng, se- orang seperti membentuk sebuah tim lawak, hingga tidak memakan waktu untuk meng- dan hanya masuk pada tiga penari yang gantikan baju kembali. Pemakaian sampur masing-masing disukainya saja yaitu Kanto, biasanya berjumlah antara dua hingga tiga Kasirin dan Wa’i, maka bila dari ketiga penari sampur yang dikolaborasikan antara hijau, tersebut ada satu penari yang absen, karuhun kuning, dan merah. Pemakain kostum bersifat yang biasa ngabodor tidak akan ngacik se- kondisional. hingga bagian bodoran tidak akan ditampil- Rias penari dalam tari Kulu-Kulu tidak kan memiliki patokan tertentu, para penari bebas Komando bahasa Belanda digunakan pada mengkreasikan bentuk dan warna dalam rias generasi pertama grup ini, para penari di- wajahnya. Kuda yang digunakan dalam tari pimpin oleh seorang komandan yang memberi kulu-kulu berjumlah 12 buah. Dibagi menjadi komando dalam bahasa Belanda. Seperti yang dua baris penari yang terdiri dari enam penari dikutip dalam takhsinul (2016: 44), bahwa: saling berhadapan. Biasanya penari paling Namun demikian, tak seorangpun dari mereka depan menggunakan kuda berwarna putih mengerti bahasa Belanda bahkan tak tahu pula apakah itu benar-benar bahasa Belanda atau yang menggambarkan kuda sang komandan bukan. Mereka mendapatkannya dari para pasukan, hal tersebut sesuai dengan cerita pendahulu atau guru-gurunya. Tapi mereka dulu tentang kuda yang ditunggangi Pangeran mendefinisikan artinya, sehingga bisa di-me- Diponogoro juga berwarna putih sedangkan ngerti oleh semua penari prajurit itu. kuda yang ditunggangi pasukannya berwarna Jika Ditulis secara fonrtik dan arti dari hitam. komando yang hanya lima macam ini sebagai Desain dasar kuda kepang berwarna putih berikut: dan hitam saja, hanya berbeda motif lukisan Hal hop horoshop wirhop (siap di tempat) kudanya, bagian hiasan plisir, dan kerincing- Yat Mares (berjalan di tempat) nya saja. Bagian Kuda Kepang terdiri atas Yat Intriti (lari berkeliling) plisir kepala kuda kepang, merjan kepala kuda Hak herpoh hop hor hop (kembali ke awal) Yat Mares harhop (melangkah dan menari) kepang, anyaman bambu/tubuh kuda kepang, merjan/buntut kuda kepang, plisir buntut kuda Komado tersebut sudah jarang digunakan kepang, buntu tinjuk. Penutup pertunjukan, lagi pada generasi ketiga karena bentuk adap- bagian ini pawang menyadarkan seluruh pe- tif pertunjukan ini yang menuntut beberapa main yang mabok secara berurutan satu per- perubahan di dalam penyajian. satu, biasanya pawang dibantu oleh pawang lainnya/jagal. KESIMPULAN Pertunjukan Jae’ pada grup Turonggo seni Struktur penyajian tari Kulu-Kulu terdiri budoyo ini mempunyai keunikan tersendiri atas koreografi, musik, kostum dan rias, juga yaitu adanya bagian bodoran dan penggunaan properti yang digunakan. Berdasarkan aspek- bahasa Belanda sebagai komando para penari. aspek tersebut dapat disimpulkan tari Kulu- Bodoran merupakan bagian yang begitu unik, Kulu mempunyai struktur luar yang sederhana karena penari diancik oleh karuhun yang da- karena menggunakan koreografi dengan be- hulunya berperan sebagai pengaping (pani- berapa ragam gerak yang diulang, pola lantai

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 90 terdiri dari pola sejajar, melingkar dan silang, DAFTARPUSTAKA musik dengan lagu embat sawilet dan lirik yang Atmadibrata, Enoch. Dkk. 2006. Khazanah Seni diulang, kostum dan rias bebas dikreasi-kan Pertunjukan Jawa Barat. Bandung: Dinas juga properti yang begitu sakral. Kesederha- Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat & Yayasan Kebudayaan Jaya Loka. naan ini merupakan ciri dari seni rakyat, maka sifat tarian ini begitu merakyat. Caturwati, Endang. 2007. Tari Di Tatar Sunda. Struktur luar yang sederhana mempunyai Bandung: Sunan Ambu. makna tersirat menjadi “struktur dalam‘’ pada tari kulu-kulu. Struktur dalam merupakan Edi, Sedyawati. 2000. Pertumbuhan Seni Per- bagian integral yang saling mempengaruhi, tunjukan. Jakarta: PT. Pustaka Sinar mengisi, dan memperkuat membentuk ke- Harapan. satuan yang dapat dibaca sebagai esensi dari Heddy Shri. Ahimsa. ed. 2000. Ketika orang pertunjukan itu sendiri. Tari Kulu-Kulu dalam Jawa Nyeni. : Galang Press. keseniaan Jae’ menjadi sebuah manifestasi kondisi masyarakat dan tempat dimana ia Heddy Shri. Ahimsa. ed. 2001. “Strukturalisme tumbuh dan berkembang. Kesenian ini men- Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra“. cerminkan kecintaan senimannya dalam me- Yogyakarta: Galang Press. lestarikan kesenian leluhurnya. Media untuk Jaeni. 2007. Komunikasi Seni Pertunjukan menjaga keharmonisan hubungan kekeluarga- “Membaca Teater Rakyat Indonesia (San- an secara fisik maupun metafisik. Bentuk dari diwara Cirebon)”. Bandung: Etnoteater kepercayaan dan perilaku adaptif dari mas- Publisher. yarakat pendatang (jawa) bagi masyarakat pribuminya (Sunda) agar terjalin suatu hu- Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: bungan percampuran budaya yang seimbang. ITB.

Sebuah sikap penghargaan bagi jasa pahlawan Takhsinul, Khuluq. Dkk. 2016. Rekontruksi (khususnya Pangeran Diponogoro) dalam ben- Seni-Budaya Ciletuh. Bandung: Balai Pe- tuk kesenian. Kesenian ini juga sebagai bentuk ngelola Taman Budaya Provinsi Jawa dari keseimbangan tiga nilai yang dianut oleh Barat. masyarakat Desa Sidamulya yaitu antara hu- kum agama, , dan pemerintah.

Makalangan Vol. 5, No. 1, Edisi Juni 2018| 91