SUTASOMA

Sutasoma: Journal of Javanese Literature

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sutasoma

SUKSESI DALAM BABAD JAKA TINGKIR

Naila Farha

Jurusan Bahasa Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri , Indonesia

Info Artikel Abstrak ______SejarahArtikel: ______Babad Jaka Tingkir memuat pola-pola suksesi dan pola-pola kepemimpinan yang patut Keywords: untuk diteliti, sebab kepemimpinan tetap menjadi potret yang menarik untuk diperbincangkan. Namun, sejauh ini belum adanya penelitian tentang aspek kepemimpinan dalam babad Jaka suksesi, kepemimpinan, Tingkir. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola suksesi yang terdapat Babad Jaka Tingkir dalam Babad Jaka Tingkir dan bagaimana peran kepemimpinan dalam struktur Babad Jaka Tingkir. .______Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkap pola suksesi yang terdapat dalam Babad Jaka Tingkir dan mengungkap peran pola kepemimpinan dalam Babad Jaka Tingkir. Pendekatan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra, karena penelitian ini mengungkap masalah suksesi dan kepemimpinan yang merupakan gejala sosial yang terdapat dalam teks babad serta karena sastra dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam teks Babad Jaka Tingkir ditemukan tiga pola suksesi, yaitu 1) perebutan takhta, 2) pendirian kerajaan baru, 3) genealogi, dan 4) wasiat. Melalui analisis tentang pola kepemimpinan dalam Babad Jaka Tingkir ditemukan pola kepemimpinan, seperti 1) mulat, 2) milala, 3) miluta, 4) palidharma, serta 5) palimarma. Pola kepemimpinan menjadi salah satu unsur pembangun cerita dalam Babad Jaka Tingkir di samping genealogi, fiksi, mistis, dan historiografi yakni menjadi alur utama dalam teks Babad Jaka Tingkir..

Abstract ______

The Chronicle of Jaka Tingkir contains succession patterns and leadership patterns that deserve to be studied, because leadership remains an interesting portrait to discuss. However, so far there has been no research on aspects of leadership in the Chronicle of Jaka Tingkir. The formulation of the problem in this study is how the succession pattern found in the Babad Jaka Tingkir and how the leadership role in the Babad Jaka Tingkir structure. The purpose of this study is to reveal the succession patterns found in the Babad Jaka Tingkir and reveal the role of leadership patterns in Babad Jaka Tingkir. The approach in this study is the sociology of literature, because this study reveals the problem of succession and leadership which are social symptoms contained in the text of the chronicle and because literature and society cannot be separated. The results of this study indicate that in the Babad Jaka Tingkir text three succession patterns are found , namely 1) the seizure of the throne, 2) the establishment of a new kingdom, 3) genealogy, and 4) a will. Through analysis of leadership patterns in Babad Jaka Tingkir found leadership patterns, such as 1) mulat, 2) milala, 3) miluta, 4) palidharma, and 5) palimarma. The leadership pattern is one of the building blocks of the story in the Babad Jaka Tingkir in addition to genealogy, fiction, mysticism, and historiography which is the

1

Naila Farha / SUTASOMA

main plot in the text of Babad Jaka Tingkir. ©UniversitasNegeri Semarang

*Alamatkorespondensi: ISSN 2252-6463 Gedung B8 Lantai 1 FBS Unnes KampusSekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]

Naila Farha / SUTASOMA

PENDAHULUAN suatu kesadaran terhadap kesalinghubungan Dalam buku Kuasa Kata: Jelajah Budaya-budaya dan logika konsep politik tradisional. Tidak Politik di Indonesia (2000:35-37), Benedict R. adanya kesadaran ini, pada gilirannya, O’G. Anderson mengungkapkan bahwa karya menghambat analisis dan evaluasi terhadap ilmiah yang sudah ditulis tentang sejarah dan pengaruh konsepsi tersebut pada perilaku kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa, telah politik masa kini. Faktor-faktor budaya secara cukup melimpah. Namun demikian, sedikit tipikal dilibatkan sebagai semacam senjata sekali upaya yang sudah dilakukan untuk pamungkas apabila kombinasi variabel- menyusun analisis sistematis baik mengenai variabel sosial, ekonomi dan sejarah konsep politik tradisional maupun tampaknnya tidak sepenuhnya dapat pengaruhnya yang kuat dan menjelaskan bentuk-bentuk tertentu perilaku berkesinambungan pada Indonesia masa kini. politik. Unsur-unsur budaya ini, dengan Kekurangan ini, yang pertama diakibatkan demikian, pada dasarnya diintroduksikan karena karya sastra klasik Indonesia, yang untuk “menyelamatkan fenomena”. berbeda dengan karya-karya dari India dan Anggapan tersirat tentang tiadanya Cina, tidak memiliki penjabaran secara kesalinghubungan dalam tradisi budaya, menyeluruh tentang “teori politik” pribumi. dalam pandangan saya, tidak dapat Dengan demikian, rekonstruksi masa kini dihindarkan telah mengarah pada tiadanya terhadap teori semacam itu harus disarikan kesalinghubungan metodologis dalam dari berbagai sumber sejarah yang terserak mengembangkan pendekatan menyeluruh untuk kemudian disintesakan dengan terhadap politik Indonesia masa kini. penggalan-penggalan wawasan yang Dalam buku tersebut, ketika membahas didapatkan dari pengalaman lapangan. tentang kekuasaan, Anderson cenderung Kedua, berpangkal dari yang pertama: mengabaikan babad sebagai pijakan untuk ketiadaan jabaran sistematis tentang teori membahas tentang kekuasaan pada umumnya politik dalam literatur klasik Indonesia telah dan kepemimpinan pada khususnya. mendukung anggapan bahwa suatu teori, Sebagaimana judulnya, dia lebih banyak betapa pun tersiratnya, tidak pernah ada, dan membahas tentang bahasa dan kata, termasuk dengan demikian menghalangi timbulnya tingkat tutur dalam bahasa Jawa, sebagai

Naila Farha / SUTASOMA cerminan kekuasaan di Indonesia, terutama diceritakan bahwasanya Raja Brawijaya

Jawa. Padahal, setiap kali membahas tentang mempunyai banyak putra. Jaka Tingkir sejarah dan kekuasaan di Jawa, orang tidak merupakan keturunan dari Raja Brawijaya V. boleh melupakan babad, yang tidak hanya Yaitu putra dari Ki Ageng Kebokenanga menjadi rujukan sejarah tetapi juga sebagai (putra Raja Pajang-Pengging Sri karya sastra. Salah satunya adalah Babad Jaka Handayaningrat yang menikah dengan putri

Tingkir yang memiliki beberapa versi atau sulung Raja Brawijaya V, Ratu Prembayun). edisi. Jadi Jaka Tingkir merupakan cicit dari Raja

Salah satu versi Babad Jaka Tingkir Brawijaya V. adalah karya yang ditulis pada tahun 1748 Sebagaimana babad yang lain dalam dalam perhitungan Jawa. Karya ini disusun khazanah sastra Jawa klasik, Babad Jaka dalam bentuk pupuh tembang macapat. Pada Tingkir juga berkisah tentang peristiwa tahun 1820, Moelyono Sastronaryatmo sejarah. Meskipun babad mengandung cerita menyalin kembali babad ini dalam bentuk sejarah, namun babad bukanlah suatu karya tembang macapat, mulai dari dhandhanggula, sejarah. Babad merupakan bagian dari studi

Asmaradana, Sinom, Mijil, Gambuh, Pocung, karya sastra.

Kinanthi, Megatruh, sampai Maskumambang Alasan pemilihan Babad Jaka Tingkir

Jumlah keseluruhan 972 bait (pada) atau karena di dalam babad ini terdapat pola-pola

XXXII pupuh. suksesi dan kepemimpinan Jaka Tingkir yang

Babad Jaka Tingkir, sesuai dengan melegitimasi. Babad Jaka Tingkir bisa digali judulnya, bercerita tentang kisah dari seorang dari aspek kepemimpinan. Pola-pola suksesi tokoh yang melegenda di kalangan banyak bermunculan dalam historiografi masyarakat khususnya Jawa, yaitu Jaka babad ini. Dalam Babad Jaka Tingkir terdapat

Tingkir. Cerita dimulai dari silsilah Jaka pola suksesi yang menarik yaitu bahwa Jaka

Tingkir dari mulai Raja Brawijaya V (raja Tingkir mempunyai trah (keturunan) raja dari

Majapahit terakhir, turun ke tujuh dari Raja- kedua orangtuanya, namun Jaka Tingkir raja terdahulu ) sampai pada Raja menjadi raja bukan atas dasar legitimasi

Pajang yakni Jaka Tingkir yang bergelar kepemimpinan tersebut. Setelah remaja Jaka

Sultan Hadiwijaya. Berdasarkan babad ini Tingkir dikirim Nyai Ageng Tingkir untuk

Naila Farha / SUTASOMA mengabdi pada Demak. Pengabdian Jaka mendapatkan hak untuk mengajak ,

Tingkir berbuah manis. Beliau dipetik menjadi meyakinkan , dan mempengaruhi orang lain. menantu Sultan Trenggana (raja ketiga Dalam konteks Indonesia masa kini,

Demak). Pada saat itu Demak terjadi perang ketika sering disebut bangsa ini mengalami saudara antara Arya Penangsang dengan krisis kepemimpinan. Hal ini yang

Prawata. Jaka Tingkir memanfaatkan situasi menyebabkan Indonesia terkungkung sebagai dengan mengambil alih pemerintahan Demak negara dunia ketiga, padahal Indonesia yang kehilangan penguasanya dan memiliki semua potensi untuk menjadi nomor memindahkan kekuasaan ke Pajang. 1 didunia, Sumber Daya Alam melimpah,

Elemen penting dalam kekuasaan Letak geografis yang strategis, keragaman adalah kepemimpinan. Kepemimpinan budaya, masif nya jumlah Sumber Daya sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat manusia Indonesia. atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan Babad Jaka Tingkir bisa menjadi adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan rujukan bandingan. Penelitian ini merupakan merupakan buah dari keputusan seseorang ikhtisar nyata untuk menggali dan mendedah untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi babad ini, tidak hanya pada estetika dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi linguistiknya, tetapi lebih dari itu dari lingkungan pekerjaannya, maupun bagi kandungan pesan di dalamnya. lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.

Istilah pemimpin atau kepemimpinan METODE PENELITIAN dengan kekuasaan mempunyai relevansi yang Pendekatan dalam penelitian ini cukup tinggi. Kepemimpinan adalah suatu adalah pendekatan sosiologi sastra. proses untuk mempengaruhi perilaku orang Pendekatan ini digunakan dengan alasan, lain. Untuk mempengaruhinya membutuhkan pertama karena penelitian ini mengungkap kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri masalah-masalah sosial yang terdapat dalam merupakan potensi pengaruh dari seorang teks babad. Kedua, bahwa sastra dan pemimpin. Ini berarti bahwa kekuasaan masyarakat tidak dapat dipisahkan. adalah merupakan suatu sumber yang Sasaran penelitian ini adalah ideologi memungkinkan seorang pemimpin teks Babad Jaka Tingkir . Data dalam penelitian

Naila Farha / SUTASOMA ini berupa peristiwa-peristiwa yang diduga A.Episode I: Silsilah Majapahit yang mengarah pada pola-pola kepemimpinan yang bersambung pada Pajang ada dalam setiap tanda-tanda kebahasaan, B.Episode II: Kerajaan Demak kesastraan, dan tanda-tanda budaya baik yang ada dalam kata, kalimat atau wacana tulis C.Episode III: cerita tentang Jaka Tingkir yang maupun yang ada di luar teks sastra. ditinggal kedua orang tuanya sejak kanak-

Sedangkan sumber datanya adalah teks Babad kanak dan dititipkan pada Nyai Ageng Tingkir.

Jaka Tingkir yang digubah oleh Moelyono Kemudian mengabdi pada Demak, mjd Lurah

Sastronaryatmo pada tahun 1820 sebagai tamtama. sumber data primer dan sumber data sekunder yakni buku-buku yang berbicara tentang Jaka Melalui analisis struktur ruang

Tingkir. ditemukan pasangan oposisi yang membentuk

Teknik yang digunakan dalam medan semantis. Medan-medan semantis pengumpulan data penelitian ini yaitu studi nantinya akan diterobos oleh persona (agen) pustaka, heruistik (cara pemahaman membaca sehingga menciptakan alur dalam cerita Babad yang didasarkan pada kaidah kebahasaan dan Jaka Tingkir. pembacaan) serta hermeneutik (cara pemahaman membaca yang didasarkan pada kaidah sastra). Teknik yang digunakan untuk Alur Cerita Babad Jaka Tingkir menganalisis penelitian adalah dengan metode Alur yang terjadi dalam teks Babad Jaka dialektika, yaitu metode yang membahas Tingkir adalah alur maju. Cerita berjalan maju antara teks dan masyarakat. mengarah pada genealogi Jaka Tingkir. Jaka

Tingkir melakukan penerobosan medan- HASIL PENELITIAN DAN medan semantis. Jaka Tingkir mampu PEMBAHASAN Struktur Ruang Babad Jaka Tingkir merubah keadaan dari yang tidak ideal

Berdasarkan analisis struktur ruang, cerita menjadi yang diidealkan.

Babad Jaka Tingkir dibagi ke dalam tiga Ideologi menurut Gramsci episode, yaitu: Melalui teori Gramsci ditemukan pola2

suksesi dan pola kepemimpinan. Jaka Tingkir

Naila Farha / SUTASOMA mampu menghegemoni rakyat sehingga tidak Peta ideologi dalam Babad Jaka Tingkir ada perlawanan dari rakyat ketika dikelompokkan ke dalam tiga kebudayaan memindahkan kekuasaan dari Demak ke dalam penampang Williams.

Pajang. Pajang menjadi keraton penerus - Kebudayaan residu/ endapan/ tradisi: oposisi

Demak. Keraton Pajang beraliran Islam keramat-tidak keramat. Pemimpin seperti halnya Demak (lihat , dikeramatkan (dihormati). Sifat keramat Jaka

1970: 226). Tingkir ditunjukkan melalui ramalan Sunan

Pola hegemoni ini sudah terjadi sejak Kalijaga. jaman Kerajaan Majapahit. Kerajaan - Kebudayaan bangkit : berani-penakut, kalah-

Majapahit mampu berdiri kokoh dan menjadi menang, melindungi-dilindungi, penguasa, kerajaan besar sebab terjadi suatu kompromi kawula. Jaka Tingkir membalikkan keadaan antara raja dengan rakyat atau antara yang yang tidak ideal menjadi yang ideal. memimpin dan yang terpimpin. Rakyat - Kebudayaan hegemonik/ dominan: keramat- dengan suka rela mengakui keberadaan raja tidak keramat. Seorang raja mutlak memiliki dan tunduk pada titahnya. sifat-sifat keramat.

Setelah dinasti Majapahit runtuh Pola Suksesi dalam Babad Jaka Tingkir dilanjutkan dengan dinasti Demak. Raden Pola-pola suksesi dalam Babad Jaka Tingkir

Patah mengubah pola keyakinan yang dianut terangkum dalam table berikut. oleh rakyat sisa Majapahit. Sisa jajahan Pola No. Keterangan Majapahit yang semula beragama Hindu Suksesi kemudian mengayom pada Kerajaan Demak Perebutan takhta terjadi yang bercorak Islam. Sehingga dapat Perebutan dari Majapahit ke 1. dikatakan bahwa Raden Patah mampu takhta Demak, dari Demak ke menghegemoni rakyat sehingga rakyat Pajang bersedia memeluk dan menjalankan ibadah Raden Patah mendirikan Agama Islam. Pendirian Kerajaan Demak setelah 2. kerajaan bedahnya Majapahit dan Ideologi menurut Raymond Williams setelah Demak runtuh

Naila Farha / SUTASOMA

Jaka Tingkir mendirikan Ratu Sima dari Kalingga (Jawa Tengah) abad

Kerajaan Pajang VII, atau Pramodhawardhani dari Mataram

Silsilah Kerajaan Sailendra abad IX. Zaman Majapahit

Majapahit bersambung mengenal Ratu Tribhuwanatunggadewi (abad

pada Kerajaan Demak XIV) dan Suhita (abad XV). Pada jaman

(Raden Patah adalah Demak mengenal Ratu Kalinyamat (abad

putra Raja Brawijaya V), XIV). Namun dalam zaman Mataram Baru,

sedang silsilah Kerajaan tidak dikenal raja perempuan. Budaya politik

3 Genealogi Pajang langsung dari yang berkembang di Mataram Baru adalah

Kerajaan Majapahit budaya politik patrimonial yakni kekuasaan

dengan tidak melalui ada pada bapak atau lelaki (Hans Antlov dan

Demak. Genealogi Jaka Sven Cederroth, 2001:ix).

Tingkir berasal dari garis Amanat-amanat yang ditemukan dalam

keturunan matrilineal dari pola kepemimpinan penguasa terdahulu dapat

Majapahit. dirangkum ke dalam empat aspek, yaitu 1)

Pesan Raja Brawijaya V Mulat (mengetahui), yakni seorang pemimpin

sebelum muksa pada harus mengetahui keberadaan atau keadaan

.4. Wasiat keturunan Majapahit agar rakyatnya dari dekat, 2) Milala (bombong;

mengabdi pada Raden mem-bombong, membesarkan hati, atau

Patah. memuji), 3) Miluta (bimbing; membimbing,

Pola Kepemimpinan dalam Babad Jaka menagarahkan atau menunjukkan

Tingkir kesalahannya), 4) Palidarma (memberikan

Kepemimpinan dalam sejarah Jawa tempo teladan/contoh),, dan 5) Palimarma dulu mengenal istilah raja yang berasal dari (memberikan maaf atau memaafkan). bahasa Sansekerta: raj yang berarti raja dan PENUTUP raiya yang berarti kerajaan atau pemerintahan. Berdaasarkan analisis di atas, maka Raja adalah penguasa kerajaan. Ia boleh laki- dapat ditarik simpulan sebagai berikut. laki seperti kebanyakan dijumpai dalam Pertama, di dalam teks Babad Jaka Tingkir sejarah, tetapi boleh juga perempuan seperti

Naila Farha / SUTASOMA ditemukan tiga pola suksesi, yaitu: 1) kepemimpinan menjadi alur utama dalam teks

Perebutan takhta dari Majapahit ke Demak, Babad Jaka Tingkir. dan dari Demak ke Pajang, 2) Pendirian DAFTAR PUSTAKA kerajaan, setelah bedahnya Majapahit Raden Anderson, Benedict. R. O’G. 2000. Kuasa Kata: Jelajah Budaya-Budaya Politik Indonesia. Patah mendirikan Kerajaan Demak dengan Terjemahan Revianto Budi Santosa. Yogyakarta: Mata Bangsa. mengubah corak keyakinan Hindu-Budha Antlov, Hans dan Sven Cederroth. 2001. menjadi Islam dan setelah Demak runtuh Jaka Kepemimpinan Jawa: Perintah Halus, Pemerintah Otoriter. Terjemahan P. Soemitro. Tingkir mendirikan Kerajaan Pajang, 3) Jakarta: Obor Indonesia.

Genealogi, silsilah Kerajaan Majapahit De Graaf, H.J. 2001. Awal Kebangkitan Mataram. bersambung pada Kerajaan Demak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. sedangkan silsilah Kerajaan Pajang tidak De Graaf, H.J dan Th. Pigeaud. 2011. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: Grafiti. melalui Demak. Silsilah Kerajaan Pajang Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra: Dari langsung turun dari Kerajaan Majapahit. Jaka Strukturalisme Genetik sampai Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tingkir adalah cicit Raja Brawijaya V, ______. dkk. 2000. Perlawanan Diskriminasi sehingga masih mempunyai trah keturunan Rasial Etnik: Konteks Sosial- Ideologis Kritik Sastra Tionghoa Peranakan. Magelang: Majapahit dari garis keturunan matrilineal dan Indonesia Tera.

4) Wasiat, yaitu pesan Raja Brawijaya V pada Florida, Nancy K.. 2003. Menyulam yang Silam Menggurat yang Menjelang: Sejarah sebagai Nubuat di Jawa Masa Kolonial. Yogyakarta: keturunan Majapahit agar mengabdi pada Bentang.

Raden Patah. Hoare, Quintin dan Geoffrey Nowell Smith. 2001. Antonio Gramsci: Catatan-catatan Politik. Kedua, melalui analisis tentang pola Terjemahan Gafna Raiza Wahyudi, Ira Puspitorini, B. Febriantono, Tri Sukma kepemimpinan dalam Babad Jaka Tingkir Retroningrum. : Pustaka Promethea. disimpulkan bahwa dalam Babad Jaka Tingkir Lombard, Denys. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya. Vol.3. Jakarta: Ikrar Mandiriabadi. terdapat pola kepemimpinan, seperti : 1) Moedjanto, G. 2002. Suksesi dalam Sejarah Jawa. Mulat, 2) Milala, 3) Miluta, 4) Palidharma, dan Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

5) Palimarma. Pola kepemimpinan memiliki . Nye, Joseph S. 1992. Memimpin Dunia: Sifat peran yang penting dalam teks babad. Pola Kekuatan Amerika yang Berubah. (Terjemahan Budhy Kusworo). Jakarta: Obor Indonesia. kepemimpinan menjadi salah satu unsur Patria, Neezar dan Andi Arief. 1999. Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Yogyakarta: pembangun cerita di samping genealogi, fiksi, Pustaka Pelajar. Rachmatullah, Asep. 2010. Falsafah Hidup Orang mistis, dan historiografi. Cerita tentang Jawa. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Naila Farha / SUTASOMA

Sandacarakatama, Ki. 2010. Ensiklopedia Raja-raja Tanah Jawa: Silsilah Lengkap Raja-raja Tanah Jawa dari Prabu Brawijaya V sampai Sri Sultan Hamengkubuwono X. Yogyakarta: Narasi.

Santoso, Soewito. 1979. Babad Tanah Jawi. Solo: Citra Jaya.

Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal. Malang: Bayu Media dan UMM Press.

Sosialismanto, Duto. 2001. Hegemoni Negara: Ekonomi Politik Pedesaan Jawa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Supriyanto, Teguh. 2008. Teks dan Ideologi: Studi Sastra Populer Cerita Silat. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Windhu, I. Marsana. 1992. Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Kanisius.

Wiwoho, Bowo, Hasan Basri, Yanuar Jatnika (ed). 1998. Kepemimpinan Jawa: Falsafah dan Aktualisasi. Jakarta: Bina Rena Pariwara.