Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

KEBERADAAN SALAHAN DALAM KARAWITAN GAYA SURAKARTA

Kartika Ngesti Handono Warih Alumni Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta

Hadi Boediono Dosen Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta

Abstrak

“Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta” merupakan hasil penelitian yang tidak hanya membahas mengenai salahan dari aspek garap karawitan saja melainkan juga mengupas hal yang berada di luar karawitan. Penulis tertarik dengan keberadaan istilah salahan dalam karawitan, karena salahan adalah suatu fenomena yang salah tetapi secara sengaja dihadirkan dalam sajian. Para pengrawit terdahulu memiliki alasan dan tujuan khusus dalam memberikan istilah salahan. Selain itu juga masih terdapat kerancuan mengenai suatu pola apakah termasuk salahan atau terdapat istilah lain. Berdasarkan ketertarikan tersebut penulis merumuskan dua rumusan masalah yaitu pertama mengapa terdapat salahan dalam sajian karawitan gaya Surakarta, dan yang kedua apakah yang dapat dijadikan pembeda atau yang dapat mengidentifikasikan salahan dengan banggen atau pola- pola lain yang hampir menyerupai. Guna mendapat data yang dapat mendukung tulisan ini maka digunakan beberapa tahapan metode meliputi; tahap pengumpulan data, validasi data, reduksi data, dan analisis data. Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber diantaranya; wawancara, observasi, studi pustaka, dan transkip rekaman. Tulisan ini mengkaji obyek yaitu salahan secara lebih mendalam. Sejalan dengan pemahaman fenomenologi menurut Hussrel yaitu suatu fenomena tidak hanya dilihat dari kulit luarnya saja, akan tetapi yang lebih mendalam adalah melihat apa yang ada di balik yang tampak. Makna keberadaan salahan dalam sajian karawitan yaitu sebagai simbol ketidaksempurnaan manusia dalam menjalani proses kehidupan, sebagai gambaran wujud keseimbangan hidup, dan suatu gambaran fenomena perkembangan zaman. Dalam sajian karawitan sendiri salahan berfungsi sebagai penanda atau ater menjelang , atau titik melodi terrendah. Selain itu juga sebagai tanda batas pengulangan yang keberadaannya hanya sebatas menambah rasa estetik atau penekanan rasa , dan sama sekali tidak mempengaruhi jalannya sajian gendhing.

Kata Kunci: makna, ater, salahan.

Abstract

“The Presence of Salahan in Surakarta Style Karawitan” is the result of a research study that not only discusses salahan in terms of the aspect of treatment or garap in karawitan but also analyzes aspects outside karawitan. The writer is interested in the use of the term salahan in karawitan because salahan is a phenomenon that is wrong or incorrect (salah) but is intentionally presented in a performance. Musicians from the past had a particular goal and reason for using the term salahan. There is still ambiguity about certain patterns as to whether or not they can be classed as salahan or should be identified using a different term. Based on this interest, the writer formulated two problems to be addressed: first, why is salahan present in the performance of Surakarta style karawitan, and second, what identifies a pattern as salahan or distinguishes it from banggen or other similar patterns. In order to obtain data to support this paper, a number of stages were followed: data collection, data validation, data reduction, and data analysis. The data was collected from several sources, including interviews, observation, a library study, and recording transcripts. This article investigates the object of the study, namely salahan, in more depth. It adopts Hussrel’s concept of phenomenology, in which a phenomenon should not only be viewed

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 109 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” from outside but should also be explored in more depth to see what exists behind the outer layer. The meaning of salahan in a karawitan performance is a symbol of the imperfectness of human beings as they pass through their journey of life, a representation of the form of a balanced life, and a representation of the phenomenon of current development. In a karawitan performance itself, salahan functions as a sign or ater on the approach to the gong stroke, or the lowest point of a melody. It also marks the end of a repetition and merely enhances the aesthetics of a performance, emphasizing the sense of seleh, yet not influencing the course of performance of a gending.

Keywords: meaning, ater, salahan.

Pengantar salahan dalam karawitan belum diketahui termasuk dalam suatu golongan. Pengertian yang Dunia karawitan memiliki banyak istilah memungkinkan untuk salahan yaitu bisa berupa yang digunakan untuk menamai suatu obyek, teknik, pola, garap atau untuk penamaan yang subyek, maupun keterangan oleh para pelaku lain. Keberadaan tabuhan salahan dalam karawitan karawitan. Penamaan istilah tersebut salah juga mengacu pada tabuhan baku dari suatu satunya bertujuan untuk memudahkan proses instrumen. Tabuhan baku diibaratkan sebagai penyampaian antar pelaku karawitan, selain itu tabuhan yang benar. Kemungkinan para seniman juga untuk mempermudah dalam proses belajar terdahulu memilih istilah salahan karena tabuhan mengajar. Dari sekian banyak istilah yang salahan adalah tabuhan yang menyalahi tabuhan terdapat dalam lingkup karawitan, beberapa bakunya. penggunaan istilah itu belum mempunyai patokan Kebanyakan orang mengatakan bahwa atau pengakuan yang baku. Sejauh ini suatu salahan terdapat pada instrumen kethuk (ladrang, istilah yang digunakan dalam suatu kelompok ketawang) dan kendhang lancaran saja. Jika merupakan istilah yang telah lama ada dan tidak berfungsi sebagai penanda bahwa suatu lagu diketahui asal muasal penamaan istilah tersebut. gendhing akan mendekati akhir lagu atau seleh Selain itu juga bisa menggunakan istilah yang berat, maka bagaimana dengan tanda-tanda di telah disepakati oleh kelompok tersebut. Lama instrumen lain yang menyerupai salahan. Pada kelamaan istilah tersebut menjadi dianut oleh kenyataanya terdapat banyak fenomena yang generasi berikutnya dan seterus sampai menjadi menyerupai salahan tetapi belum mempunyai seperti sebuah pembakuan. Seperti diterangkan nama, atau memiliki nama yang berbeda. oleh Supanggah bahwa “Proses kristalisasi Misalnya yang terdapat pada kemanak, penunthung tersebut menumbuhkan kesepakatan- pada gendhing, pada garap sesegan, dan kesepakatan atau konvensi kelompok atau fenomena lainnya. Bagaimana pula dengan masyarakat tertentu yang kemudian menjadi keberadaan banggen. Salahan dan banggen aturan, norma atau hukum yang tak tertulis mempunyai fungsi yang hampir sama, tetapi namun sampai kadar tertentu dipatuhi bersama berada di instrumen yang berbeda. Bagaimana oleh masyarakat karawitan.” (Supanggah, 2007: para empu memandang hal itu, apakah ada 246). Oleh sebab itu terkadang terdapat istilah keterkaitan antara banggen dan salahan. Keraguan- yang berbeda meskipun obyeknya sama. Begitu keraguan seperti di atas yang akan dijelaskan pula sebaliknya, istilah yang sama dengan obyek pada tulisan ini. Selain itu juga melihat yang berbeda. keberadaan salahan dalam karawitan tidak hanya Salah satu istilah yang memiliki banyak dari segi fungsi, tetapi juga makna. pemahaman di antara pelaku karawitan adalah salahan. Salahan bukan sesuatu yang asing dalam Makna Salahan dalam Kehidupan Masyarakat garap sajian karawitan. Salahan merupakan salah dan Budaya Jawa satu istilah dalam karawitan, tetapi pengertian istilah salahan dalam karawitan masih belum jelas. Salahan merupakan salah satu wujud hasil Sampai saat ini belum ada buku atau penelitian berfikir kreatif manusia dalam seni karawitan yang mengangkat pemahaman salahan. Istilah untuk memaknai hidup yaitu simbol

110 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih ketidaksempurnaan hidup manusia. Karena menjalani kehidupan tidak akan pernah luput dari meskipun tujuan utama hidup manusia Jawa kesalahan, khilaf, dosa, karena kesempurnaan adalah mencapai kesempurnaan, akan tetapi hanya milik Tuhan. manusia menyadari bahwa Maha Sempurna Unsur kelima yaitu kebenaran merupakan adalah Satu yaitu Tuhan. “gendhing sebagai sesuatu yang dijadikan acuan dalam bertindak. representasi dari manusia pada dasarnya akan Keberadaan salahan dalam karawitan merupakan melalui sebuah proses” (Endraswara, 2003: 78). acuan bagi instrumen lain bahwa setelah salahan Jadi karawitan dapat digambarkan sebagai berarti melodi lagu gendhing akan mencapai titik wujud sebuah proses hidup manusia, dan salahan terberat (biasanya ditandai oleh gong). Penjelasan menjadi simbol ketidak sempurnaan itu. mengenai keterkaitan antara arti kata benar Salah dan benar seperti dua sisi mata koin, dengan istilah salahan dalam karawitan mungkin menjadi satu tetapi saling berlawanan. Setalah memang terkesan seperti otak-atik gatuk, tetapi mengetahui mengenai “salah” sekarang semua hal tersebut cukup logis jika dikaitkan satu pemahaman mengenai “benar”. Menurut Jacob, sama lain. kebenaran merupakan sesuatu yang sesuai Kata salah dalam salahan sudah tidak dengan kesadaran, disetujui, dianggap baik, terkait dengan fenomena salah dalam pengertian dianggap mempunyai nilai, dan dijadikan acuan umum. Alasannya yaitu karena dapat dilihat dari dalam bertindak (Jakob, 2000: 3). Jika unsur-unsur penjelasan mengenai definisi benar menurut tersebut dikaitkan dengan salahan dalam Jakob. Keseluruhan definisi benar yang mencakup karawitan gaya Surakarta, maka akan ditemukan lima unsur dapat diaplikasikan dalam salahan, analisa seperti berikut. tetapi pemaknaan salahan dalam kehidupan Unsur pertama yaitu kebenaran budaya Jawa tetap berlaku. Pemaknaan yang merupakan sesuatu yang sesuai dengan dimaksud yaitu salahan sebagi wujud kesadaran kesadaran. Salahan juga dilakukan oleh penabuh bahwa tiada manusia yang sempurna, bahwa dengan penuh kesadarannya. Seorang penabuh kesempurnaan hanya milik Tuhan. Pemaknaan tahu pada instrumen apa, apa, sajian kedua yaitu salahan sebagai simbol keseimbangan gendhing apa, dan bagaimana salahan dimainkan. dalam hidup. Bahkan jika salahan tidak dilakukan justru Pemaknaan salahan yang lain dalam menjadi sajian yang salah. kehidupan yaitu suatu fenomena salah atau tidak Kedua yaitu unsur kebenaran merupakan lazim tetapi justru menambah rasa estetik. sesuatu yang disetujui. Keberadaan salahan tentu Seorang wanita dahulunya identik dan selalu telah disetujui oleh para empu karawitan. menggunakan kebaya dan jarik, serta memiliki Terbukti dengan salahan telah diajarkan di dunia rambut yang panjang. Akan tetapi pada akademik karawitan, dan telah dilakukan dari perkembangannya sekarang, banyak wanita yang generasi ke generasi pengrawit. Keberadaan menggunakan celana dalam kesehariannya salahan di keraton juga memperkuat keberadaan dengan tatanan rambut pendek, seperti lazimnya salahan dalam sajian karawitan khususnya gaya penampilan seorang laki-laki. Saptono Surakarta. Karena apapun yang berasal dari menerangkan seperti berikut: “Salah tapi enak, keraton akan dianut oleh masyarakat luar itu kan salahan. Sekarang kan dunianya memang keraton. berkembang, perkembangan itu mungkin juga Unsur ketiga yaitu kebenaran adalah ada faktor-faktor yang salah itu juga diterapkan” sesuatu yang dianggap baik dan unsur keempat (Saptono, wawancara 21 Desember 2016). yaitu kebenaran merupakan sesuatu yang dianggap mempunyai nilai. Makna dalam salahan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta mengandung nilai dalam kehidupan. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai kebaikan. Pemaknaan Seperti telah dijelaskan di awal tulisan ini salahan dalam pembahasan sebelumnya dapat bahwa salahan merupakan gabungan dari kata menjelaskan nilai-nilai positif yang terkandung dasar salah yang ditambah akhiran–an. Imbuhan– dalam salahan. Salahan sebagai simbolisasi an sendiri tentu memiliki makna dalam kehidupan bahwa takdir seorang manusia dalam penempatannya di akhir kata salahan. Menurut

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 111 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” pandangan Suraji, imbuhan–an dalam salahan empat nada atau satu oktaf) dan kempyung (jarak memiliki arti menyerupai. Jadi kata salahan dapat dua nada). Penamaan istilah salah gumun diartikan suatu tindakan yang menyerupai salah. kemungkinan dikarenakan meskipun jarak seleh Seperti halnya bedhayan (-an), srimpen gender satu nada tidak lazim digunakan tetapi (srimpi-an), sindenan (sinden-an). Istilah-istilah itu pada kasus tertentu dapat memberi rasa enak, menjelaskan bahwa jika bedhayan itu artinya suatu sehingga muncul perasaan heran ketika sesuatu sajian itu digarap menyerupai garap tari bedhaya, yang tidak lazim justru menghasilkan perpaduan srimpen digarap menyerupai garap pada garap suara yang indah. Kata “salah” pada istilah tari srimpi, sindhenan digarap menyerupai yang salahan dan salah gumun memiliki sifat yang dilakukan seorang sindhen. Dijelaskan juga bahwa hampir sama. Salah satunya yaitu kata “salah” sebenarnya istilah-istilah tersebut merupakan dimaknai sebagai hal yang berbeda tetapi pengistilahan yang hanya dilakukan para memiliki nilai tambah dalam rasa estetik. pengrawit atau praktisi karawitan saja guna Salahan selain mengandung unsur mempermudah dalam berkomunikasi (Suraji, kemiripan kata dengan salah gumun juga memiliki wawancara 13 Mei 2016). kemiripan fungsi dengan istilah lain yaitu banggen. Salah dalam istilah salahan dalam Djojomlojo menjelaskan bahwa banggen dan karawitan merupakan suatu tindakan yang salahan memiliki fungsi yang sama yaitu memberi disengaja menyimpang. Salah yang dimaksud tanda kepada seluruh pemain instrumen bahwa yaitu lebih kepada perbedaan pola tabuhan dari gendhing yang disajikan akan menuju pada titik pola bakunya. Perbedaan disengaja dengan akhir yaitu gong (Purwanto, 2010: 210-211). harapan dapat menambah kesan estetik dalam Istilah banggen diambil dari instrumen sajian. Kesimpulannya yaitu salahan merupakan bangge yang ada pada perangkat tindakan salah (dalam hal ini berbeda dengan Monggang. Kata benggen diperoleh dari kata pola tabuhan baku) yang menjadi aturan dalam bangge yang mendapat imbuhan –an. Dari kata sajian karawitan. bangge-an terjadi luluh tembung karena akhir dari Meskipun salahan sudah menjadi aturan kata bangge merupakan huruf hidup, sehingga dalam sajian karawitan, tabuhan salahan bukan bangge-an menjadi banggen. Sama halnya dengan tergolong tabuhan pamurba (pemimpin) atau salahan, imbuhan –an dalam kata banggen juga penentu sajian. Telah disebutkan bahwa bermakna menyerupai. Jika salahan dikatakan keberadaan salahan diharapkan dapat menambah menyerupai salah, maka banggen dikatakan kesan estetik dalam sajian gendhing, oleh sebab menyerupai bangge. Artinya tabuhan banggen itu ada atau tidaknya salahan tidak adalah tabuhan yang teknik penyuaraannya mempengaruhi jalannya gendhing. Meskipun menyerupai teknik instrumen bangge dalam salahan menjadi aturan dalam karawitan, tetapi Monggang. Istilah banggen selain dalam sajian ketika salahan tidak dilakukan, tidak akan gamelan Monggang juga berada pada gamelan mempengaruhi jalannya sajian gendhing. Perlu Ageng, yaitu terletak pada tabuhan instrumen ditekankan sekali lagi bahwa keberadaan salahan kethuk dalam sajian inggah irama dadi. lebih kepada rasa estetik. Unsur kata salah dalam karawitan juga Salahan dalam Garap Karawitan terdapat pada istilah lain yaitu salah gumun. Salah gumun adalah nama jarak nada pada bilah-bilah Salahan dalam karawitan memiliki peran gamelan yang sering dijumpai pada seleh gender penting yaitu sebagai penanda. Artinya dalam antara nada gulu (2 atau ro ) dan nada lima kebudayaan Jawa keberadaan salahan sesuai (Soeharto, 1978: 129). Artinya salah gumun dengan makna ke tiga. Salahan yang memiliki memiliki jarak nada seleh yaitu satu nada. Gumun pengertian sesuatu yang berbeda. Perbedaan dalam bahasa Jawa berarti heran. Seperti contoh yang disengaja dilakukan agar dapat menjadi kalimat berikut “aku kok nggumun karo kedadian pusat perhatian. Dari perhatian tersebut, salahan iku” yang artinya “saya merasa heran dengan melakukan tugasnya yaitu memberi aba-aba, kejadian itu”. Pada umumnya seleh gender yang rambu-rambu, tanda, akan menuju pada gong. paling sering dijumpai yaitu seleh gembyang (jarak Tanda ini tidak hanya berlaku bagi pemain

112 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih instrumen lain, tetapi juga pendengar atau seperti demikian yang membuat salahan berperan. penikmat. Pengegong yang pada dasarnya tidak mengerti Dalam dunia karawitan muncul tentang gamelan akan diberi tanda kapan akan pertanyaan yaitu siapa yang mengilhami menabuh gong ketika salahan dimainkan oleh terciptanya salahan. Jika dirunut asal usulnya kendhang atau kethuk (Sukamso, wawancara 13 maka akan sulit untuk menemukan pencetus April 2016). salahan. Minimnya data menjadi kendala utama Melihat dan mempertimbangkan ketiga dalam menelusuri pencetus salahan. Karawitan pendapat beserta argumen dari ketiga yang bersifat dinamis cenderung mengalami narasumber di atas, keraton lebih dapat diyakini perkembangan dari waktu ke waktu. Di era sebagai induk munculnya salahan. Keraton sebagai kerajaan, sumber dari karawitan hanya dapat pusat pemerintahan merupakan pusat dari ditelisik dari dua tempat yaitu dari dalam keraton berbagai hal, yang mengatur mengenai tatacara atau dari luar keraton. hidup bermasyarakat. Segala hal di dalam Suraji menuturkan bahwa dalam proses keraton terikat pada peraturan yang pembelajaran karawitan oleh Martopangrawit1 dimaksudkan untuk kebaikan dan ketertiban. telah ditata terstruktur sedemikian rupa, belum Masyarakat diluar keraton akan mengikuti diketahui secara pasti munculnya salahan dari luar aturan-aturan tersebut dan diterapkan dalam keraton atau dari dalam keraton. Melihat bentuk kehidupan bermasyarakat. Begitu pula mengenai gendhing-gendhing yang dipelajari berasal dari aturan dalam sajian karawitan. Kendhangan ciblon keraton, maka kemungkinan salahan berasal dari yang pada awalnya ditemukan diluar tembok dalam keraton, karena dalam keraton terdapat keraton, tetapi setelah masuk keraton akan diolah konvensi-konvensi yang cukup ketat, tetapi kembali menjadi lebih tertata, dengan apabila di luar keraton kemungkinan adanya keterbukaannya akhirnya ciblon masuk tembok konvensi sepertinya sulit untuk dikembangkan. karaton. Seiring dengan berjalannya waktu, Pertimbangan yang lain yaitu keberadaan garap kesenian yang hidup di luar tembok keraton banggen yang fungsinya menyerupai salahan mengalami perkembangan yang cukup pesat. berasal dari gamelan pakurmatan, sedangkan Oleh sebab itu hal-hal lain yang bersifat konvensi yang memiliki perangkat gamelan pakurmatan dalam sajian karawitan pasti berasal dari dalam adalah keraton (Suraji, wawancara 13 Mei 2016). keraton termasuk salahan. Saptono, salah seorang pengrawit dalam keraton Keberadaan gamelan pakurmatan yang menyebutkan bahwa awal munculnya salahan hanya terdapat di lingkungan keraton juga lebih masih belum jelas. Salahan bisa jadi muncul dari meyakinkan bahwa salahan muncul dari dalam dalam keraton dengan dasar bahwa tokoh-tokoh keraton. Salahan dan banggen memiliki fungsi pengrawit yang berkualitas berasal dari dalam hampir sama, sehingga dapat saling dikaitkan. keraton. Indikasi lainnya yaitu mengenai Istilah banggen diambil dari kata bangge, yaitu konvensi yang ketat dalam karawitan juga berasal salah satu nama instrumen yang terdapat pada dari dalam keraton. (Saptono, wawancara 21 perangkat gamelan Monggang. Perangkat Desember 2016). gamelan Monggang merupakan bagian dari Pendapat sejalan juga disampaikan oleh gamelan pakurmatan yang berfungsi untuk Sukamso bahwa salahan berasal dari dalam mengiringi upacara-upacara di dalam keraton. keraton. Beliau meyakini bahwa semua Keberadaan gamelan pakurmatan hanya berada pembetukan garap karawitan berasal dari dalam di dalam keraton,2 dengan kata lain salahan sudah keraton, lalu disebarkan luaskan di masyarakat ada di dalam keraton bersamaan dengan adanya luar tembok keraton. Peran salahan di masyarakat gamelan Monggang. luar tembok keraton sangat dirasakan, hal ini Pengrawit yang berkualitas tidak hanya dikarenakan pada jaman dahulu belum ada teknis berasal dari dalam keraton. Di luar keraton juga pembelajaran karawitan secara tertata. Selain itu banyak pengrawit-pengrawit yang handal dan minim sumber daya manusia yang mampu mumpuni. Salah satu alasan kemunculan salahan memainkan gamelan, sehingga terkadang pemain diyakini dari dalam keraton yaitu keberadaan gong sering diisi oleh sembarang orang. Kondisi pengrawit dalam keraton yang berkualitas. Pada

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 113 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” kenyataannya pengrawit-pengrawit berkualitas perangkat gamelan Monggang, sejak pertama kali dalam keraton juga berasal dari luar keraton, muncul hingga sekarang tidak pernah terjadi sehingga jika menjadikan keberadaan pengrawit perubahan. Dikarenakan data sejarah salahan berkualitas yang ada di dalam keraton sebagai masih sangat kurang, maka sejarah salahan dapat dasar kemunculan salahan dinilai masih kurang dilihat dari sejarah munculnya banggen. Artinya kuat. Dua alasan sebelumnya yaitu berdasarkan jika dikaitkan dengan kemunculan banggen maka konvensi dan keberadaan perangkat gamelan akan mangacu pada sejarah kemunculan pakurmatan yang hanya ada di dalam keraton perangkat gamelan pakurmatan, yaitu Kodhok dinilai lebih kuat untuk memastikan bahwa Ngorek dan Monggang. Sejarah kedua perangkat salahan berasal dari dalam keraton. tersebut memiliki lebih banyak data, sehingga Analisis kemunculan salahan yang berasal akan lebih mudah menggali kemunculan banggen dari dalam keraton belum dapat menjawab sejak yang akan dikaitkan dengan salahan. kapan kemunculan salahan dalam sajian karawitan. Jika mempertimbangkan keberadaan Fungsi Salahan banggen dan salahan merupakan dua hal yang Pengertian fungsi menurut M. E Spiro berkaitan, maka awal munculnya salahan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) fungsi ditelusuri melalui adanya banggen pada gamelan menerangkan adanya hubungan guna antara Monggang. Gamelan Monggang muncul pada suatu hal dengan tujuan tertentu; 2) fungsi pemerintahan PB. IX yaitu sekitar tahun 1145-an menerangkan korelasi sesuatu hal dengan hal lain; (Pradjapangrawit, 1990: 20-21). Oleh sebab itu dan 3) fungsi menerangkan hubungan yang kemunculan salahan dapat dirujuk melalui terjadi antara sesuatu hal dengan hal lain dalam kemunculan perangkat gamelan Monggang. sistem integrasi (Murniningsih, 1999: 13). Fungsi Merujuk keberadaan salahan pada salahan berarti menerangkan hubungan guna dan instrumen kemanak dalam tari bedhaya, Saptono korelasi antara salahan dan fenomena-fenomena menuturkan bahwa kemanak pada tari bedhaya dalam karawitan. sudah terdapat salahan (Saptono, wawancara 21 Fungsi utama salahan dalam sajian gendhing Desember 2016). Kemunculan bedhaya terdapat yaitu keberadaannya sebagai penanda menjelang dalam serat Wedhapradangga: gong. Gong merupakan seleh titik terberat dalam (Pradjapangrawit, 1990: 5). sajian karawitan. Disebutkan oleh Waridi bahwa Keterangan dalam buku Rahasia Ramalan dalam sajian gendhing-gendhing tradisi Jawa, Jayabaya, Ranggawarsita, dan Sabda Palon kususnya gaya Surakarta selalu ditandai dengan mengenai perhitungan tahun seperti berikut: keberadaan titik-titik penting. Dari titik-titik “karya itu diberi suryasengkala SANGKA KUDA penting tersebut, titik gong merupakan titik SUDDA CANDRAMA (tahun 1.079 Saka atau terpenting (Waridi, 2003: 55-56). 1.157 Masehi)” (Any, 1990: 39). Berdasarkan Menurut Rahayu Supanggah, salahan tidak hitungan tersebut maka kemunculan tari bedhaya dapat digolongkan ke dalam bagian teknik. Telah yaitu pada tahun 532 masehi (tahun 264 disebutkan bahwa setiap instrumen memiliki Suryasengkala ditambah 78). Tahun tersebut teknik yang berbeda-beda, sedangkan salahan merupakan awal dari kemunculan tari bedhaya diterapkan pada beberapa instrumen sekaligus.3 dengan diiringi gendhing kemanak yang dapat Jika disesuaikan dengan definisi pola menurut dijadikan acuan pula menjadi awal munculnya Rahayu Supanggah maka salahan dapat salahan berdasarkan pola tabuhan salahan yang diklasifikasikan ke dalam golongan pola. Salahan terdapat pada kemanak. merupakan sebuah pola yang memiliki karakter Salahan yang terdapat dalam banggen pada nyèlèhi, yaitu ketika seseorang mendengar salahan Monggang dan salahan yang terdapat pada gendhing pada instrumen apapun maka setelah pola salahan kemanak dalam bedhaya jelas lebih dahulu gendhing pasti akan gong. Dari aspek ukuran, pada setiap kemanak dalam bedhaya. Data yang lebih instrumen dan irama pola salahan memiliki ukuran meyakinkan mengenai kemunculan salahan yaitu atau satuan yang berbeda-beda. bersamaan dengan kemunculan Monggang, yaitu Pendapat yang dapat menguatkan bahwa sekitar tahun 1145. Pola bangge pada sajian salahan tergolong pola yaitu pengertian kendhang

114 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih salahan dalam Kamus Istilah Tari dan Karawitan. perubahan dinamika yang diakibatkan oleh Menurut definisi dari Kamus menyebutkan salahan. Hal ini dikarenakan bagi pelaku bahwa kendhang salahan merupakan suatu , karawitan yang sudah biasa memainkan gamelan, dimana cengkok merupakan bagian dari pola. salahan sudah merupakan hal yang lumrah di “Kendhang salahan: suatu cengkok kendhangan di telinga mereka. dalam kendhangan bentuk lancaran yang dipukul Keberadaan salahan sebagai penambah hanya satu kali saja setiap akan kembali pada rasa estetik dalam sajian karawitan dapat permulaan. Pada umumnya kendhang cengkok diibaratkan seperti ornamen dalam sebuah salahan ini sebagai tanda akhir dalam jenis bangunan. Ornamen dapat diartikan sebagai gendhing lancaran yang terdiri lebih dari satu dekorasi, sesuatu yang dirancang untuk gongan.” (Sudarsono dkk, 1977-1978: 88) Salahan menambah keindahan benda, tetapi biasanya memiliki peran sebagai suatu tanda di dalam tanpa kegunaan praktis. Singkatnya, ornamen sajian karawitan. Tanda yang dimaksud yaitu berkaitan erat dengan upaya-upaya untuk salahan memberi tanda musikal pada instrumen memperindah sesuatu. Sesuai dengan konsep lain bahwa sajian telah berada pada melodi dasar ornamen itu sendiri yaitu menghias agar terberat. Hal ini dapat dibuktikan melalui sesuatu yang dihias menjadi lebih indah (Guntur, keberadaan salahan di berbagai instrumen dan 2007: 2-12). Salahan diibaratkan seperti ornamen irama selalu berada pada menjelang gong. dalam sajian karawitan yang keberadaannya Fungsi salahan yang lain yaitu bagian dari diharapkan dapat memperindah sajian. estetika gendhing. Aksen salahan dalam sajian Bram Palgunadi menyebutkan bahwa gendhing memberikan kesan tersendiri yang terdapat ricikan yang digolongkan dalam ricikan menambah keindahan sajian gendhing. Seperti penanda. Ricikan tersebut yaitu kethuk, kempyang, yang diterangkan oleh Djelantik: “Unsur , , gong suwukan, dan . pembentuk kusus estetika karawitan yang dapat (Palgunadi, 2002: 238). Ricikan penanda menentukan keindahan dalam sajian karawitan merupakan ricikan yang berfungsi memberi tanda diantaranya: irama, laya, cengkok, pola, , batas dan perjalanan ricikan gamelan dalam suatu garap, dinamika, waktu jeda, vokal, dan budaya” rangkaian gendhing. Akan tetapi (Djelantik, 1990: 127). Dalam hal ini salahan dapat keterangan Palgunadi hanya sebatas ricikan atau diposisikan sebagai sebuah pola dan juga alat musiknya saja. Salahan sebagai pola dalam dinamika, karena salahan merupakan pola kusus karawitan yang merupakan piranti karawitan yang terletak pada titik terberat melodi gendhing. juga dapat digolongkan sebagai penanda. Jika Keberadaan tabuhan salahan pada melodi lagu kethuk, kempyang, kenong, kempul, dan gong terberat suatu gendhing, tidak terkait dengan lagu termasuk dalam golongan ricikan penanda, maka balungan gendhing. Selain itu, meskipun setiap lagu salahan termasuk dalam golongan pola penanda melodi terberat suatu gendhing berbeda-beda, dalam sajian karawitan. Artinya salahan pola tabuhan salahan akan tetap sama dan berada merupakan pola yang berfungsi memberi tanda di tempat yang sama pula. Oleh karena itu salahan batas dan perjalanan ricikan gamelan dalam suatu tergolong pendukung estetika karawitan dalam rangkaian balungan gendhing. Hal ini dibuktikan bentuk pola. melalui penempatan salahan yang selalu berada Salahan memiliki waktu dan tempatnya pada setiap mendekati tabuhan gong atau lagu sendiri. Sama halnya seperti banggen. Sebagai melodi terberat suatu gendhing. Contohnya saja dinamika, keberadaan salahan juga memberikan pada tabuhan kethuk salahan ladrang dan ketawang. perubahan dinamika dalam sajian gendhing. Berikut pola tabuhan kethuk dan kempyang bentuk Dinamika yang ditimbulkan salahan tergolong ladrang dan ketawang pada pola yang diulang- kecil, tetapi dapat memicu perhatian sehingga ulang (pola umum): mampu diposisikan sebagai pemberi tanda pada [ ——-- + - . - + - . +] instrumen lain. Rasa estetik dari aspek dinamik Pola tabuhan kethuk ladrang dan ketawang salahan: ini mungkin lebih dirasakan pada pendengar awam karawitan. Artinya orang di luar - + j- + jp. + - + - g. karawitan yang justru lebih sensitif menangkap

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 115 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Letak salahan berada pada di bagian dua gatra dimana kedudukannya dalam sajian karawitan menjelang gong. Pola salahan ladrang dan ketawang yaitu sebagai penanda bahwa sajian akan pada dasarnya adalah sama. Tetapi karena jumlah mendekati akhir melodi terendah yang ditandai gatra dari kedua bentuk gendhing tersebut dengan tabuhan gong. Sama halnya dengan berbeda, maka penempatan salahan nya pun juga salahan, banggen merupakan suatu pola yang sedikit berbeda. Jumlah gatra dalam satu gong keberadaannya juga difungsikan sebagai penanda pada bentuk ladrang yaitu delapan gatra, akhir melodi terendah atau gong, hanya saja pola penempatan kethuk salahan yaitu: tabuhan banggen mengadopsi pola tabuhan instrumen bangge dalam sajian Gamelan Kodhok ------+ - . - + - n. ------+ - p. - + - n. Ngorek dan Monggang. Bisa dikatakan banggen adalah sebutan lain dari salahan. --- - + - p. - + - n. - + j-+ jp.+ - + - g. Fungsi utama salahan dan banggen adalah sebagai tanda menjelang gong. Sebagai gambaran Penempatan kethuk salahan pada gendhing yaitu jika suatu instrumen sudah memainkan pola bentuk ladrang yaitu pada gatra ke tujuh, salahan, itu artinya sajian tersebut sudah sedangkan pada gendhing bentuk ketawang yang mendekati tabuhan gong. Tanda yang dimaksud berjumlah empat gatra dalam satu gong-an, maka yaitu sesuatu yang menyertai atau pengantar penempatan salahan yaitu seperti sebagai berikut. menuju suatu tujuan. Tanda dalam sajian karawitan dapat diglobalkan ke dalam - + - . - + - n. - + j- + jp. + - + - g. pembahasan yang lebih luas menjadi istilah yang lain yaitu ater. Menurut kamus bahasa ater dapat Penempatan kethuk salahan pada gendhing diartikan sebagai memberi, mengantarkan atau bentuk ketawang yaitu pada gatra ke tiga. Tetapi ngateri (Purwadi, 2006: 17). pada kasus ketawang, karena dalam setiap gong Di ranah karawitan ater merupakan tanda- hanya terdapat empat gatra, dan dalam satu tanda yang digunakan pelaku karawitan untuk gendhing terdapat beberapa gong-an, maka tabuhan saling berkomunikasi dalam sajian. Salahan dapat kethuk salahan hanya berada pada gong terakhir digolongkan ke dalam bentuk ater musikal, saja. Jika dalam setiap gong dilakukan tabuhan dimana salahan berfungsi sebagai tanda akan gong salahan, dirasa terlalu sering atau terlalu dekat melalui pola dari beberapa instrumen, yang telah jarak kethuk salahan yang satu dan yang disepakati oleh pelaku-pelaku karawitan. berikutnya. (Jonathan, 2010: 63) Pada contoh ketawang Kasatriyan yang Dalam ranah karawitan jawa terdapat memiliki empat gong-an maka kethuk salahan hanya berbagai jenis ater. Di antaranya yaitu ater dilakukan pada bagian gong ke empat saja. Begitu menjelang gong, ater peralihan irama, dan ater pula jika diterapkan pada ketawang yang memiliki menjelang suwuk. Ater menjelang gong yaitu jumlah gong-an yang berbeda. Pada intinya pola salahan dan banggen yang telah di bahas pada sub kethuk salahan pada bentuk ketawang hanya bab sebelumnya. Lain hal nya dengan ater dilakukan pada gong-an terakhir. Contoh pola menjelang gong yaitu salahan dan banggen, ater penanda selain salahan yaitu pola kendhang perubahan irama dan menjelang suwuk dalam menjelang suwuk. Penjelasan mengenai pola sajian karawitan lebih didominasi oleh instrumen penanda yang lain akan dibahas pada kendhang. pembicaraan berikutnya. Mencakup penanda- Kedudukan kendhang sebagai pamurba penanda lain dalam sajian karawitan yang akan irama menjadikannya laksana supir dalam suatu dijadikan satu bahasan yaitu ater. kendaraan. Berkuasa dalam mengarahkan jalannya sajian, dan semua instrumen harus Ater dan Banggen sebagai Salahan mengikuti kehendak pengendhang. Ater menjelang suwuk instrumen kendhang yaitu Salahan dan banggen merupakan satu berwujud perubahan pola dari pola tabuhan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Salahan biasanya. Contoh pola kendhang menjelang suwuk adalah suatu pola pada instrumen tertentu pada kendhang kalih ketawang:

116 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

K K K K K jKIP B . P . P jKPB . P . . B P . . B P . . B P . . B nP P B P B . P B P P B . P B jKIP gB . . B P . . B P .P.B.K.P .B.KIP.nB .P.B.K.P .KPB.K.I .P.P.P.B .P..PB.nP Perbedaan pola kendhang kalih ketawang ..PB.PB. PBP.B.PB .K.K.K.P .B.KIP.gB yang dilakukan secara berulang-ulang dengan pola menjelang suwuk hanya berbeda di bagian Biasanya di lingkungan karawitan sudah dua gatra menjelang gong. Pola kendhangan disepakati untuk melambatkan laya dengan menjelang suwuk hanya dilakukan sekali, yaitu simbol atau maka ater tidak hanya berwujud ketika pengendhang menghendaki sajian untuk perubahan pola tabuhan, melainkan perubahan suwuk. Apabila pengendhang sudah melakukan laya juga dapat dijadikan sebagai ater. Selain dalam pola tabuhan menjelang suwuk tetapi pemain lain sajian karawitan dalam gamelan ageng, ater juga tidak mendengarkan, maka akan terjadi missed dapat ditemukan dalam sajian gamelan communication. Akibatnya sajian gendhing tidak Pakurmatan. Istilah nronjol dalam sajian berjalan dengan baik atau bahkan rusak. Oleh juga pengistilahan untuk ater. sebab itu setiap pengrawit harus tetap Dikutip dari tulisan Rustopo bahwa tugas bedug mendengarkan instrumen yang lainnya. Hal dalam sajian gamelan Sekaten yaitu sebagai semacam itu merupakan contoh komunikasi antar berikut. pengrawit melalui permainan instrumen dalam a) Memberi tekanan pada saat-saat tertentu dan sajian karawitan. cara menabuh tertentu menurut bentuk Tanda menjelang suwuk yang dilakukan gendhing yang disajikan. oleh kendhang tidak hanya berupa pola tabuhannya b) Memberi tanda akan seseg dan tamban melainkan juga dengan laya nya yang semakin c) Sebagai salah satu “panutan” ricikan yang lain mencepat (sedikit ngampat atau seseg). Tetapi pada “jengglengan” dalam racikan. (Rustopo, perubahan laya yang semakin mencepat tidak 1981: 16) hanya sebagai tanda menuju suwuk, perubahan laya juga berlaku jika akan terjadi perubahan Fungsi kedua bedug yaitu memberi tanda irama misalnya dari irama dadi ke irama tanggung. akan seseg dan tamban, serupa dengan fungsi Pada kasus peralihan irama, ater dari kendhang dalam memberi ater. Jika akan seseg kendhang untuk perubahan irama lebih kepada disebut dengan bedug nronjol, sedangkan jika akan melambat atau mencepatnya laya. Jika menuju tamban disebut dengan bedug ngganduli. Pada irama ½ ke irama ¼ maka laya akan diperlambat, intinya yaitu perubahan pola yang hanya seper- sebaliknya jika peralihan irama ¼ menuju irama sekian ketukan dapat berpengaruh untuk seluruh ½ maka laya akan dipercepat. Mencepat dan sajian, yang diikuti oleh perubahan laya, dan melambatnya laya inilah yang nantinya juga akan selanjutnya akan menuju pada yang akan dicapai berpengaruh pada pola kendhangan. Sebagai entah itu suwuk atau peralihan gendhing. Tetapi contoh peralihan kendhang kalih ladrang dari irama jika pembicaraan dalam konteks gamelan Sekaten, tanggung menuju irama dadi: maka tidak terdapat peralihan gendhing. Salah satu tugas bedug adalah “ngajak Buka: I I P B ..BP..BgP seseg”. Cara tabuhannya adalah dengan menabuh [ . . B P . . B P . . B P . . B nP setengah sabetan sebelum saat, pada tabuhan . . B P . . B P . . B P . . B nP bedug pertama sesudah gong gendhing itu . . B P . . B P . . B P . . B nP sendiri. Ini berlaku untuk semua bentuk P B P . B . P B . . B P . . B gP ] gendhing, kecuali gendhing ladrang Rambu (Rustopo, 1981: 47-48). Setelah ngajak seseg, maka Pola kendhangan di atas merupakan pola tugas bedug selanjutnya yaitu mengajak untuk kendhang kalih ladrang irama tanggung. Jika akan suwuk. Menuju suwuk, laya yang semula seseg harus menuju ke irama dadi, maka pengendhang akan dipelankan kembali atau kendho. Caranya yaitu memberi ater yaitu dengan melambatkan layanya. bila dalam ngajak seseg bedug ditabuh setengah sabetan sebelum saatnya, maka dalam mengajak

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 117 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” untuk suwuk bedug ditabuh setengah sabetan lancar sama dengan ketika peralihan dari lancar sesudah saatnya. menuju tanggung/dadi, yaitu setelah pola tabuhan Selain ater yang terdapat pada bedug c pada kendhang. Selanjutnya laya akan dipercepat gamelan Sekaten, dibahas mengenai ater yang ada dan kendhang menggunakan kendhangan peralihan. dalam gamelan Monggang. Terdapat beberapa ater Setelah kembali ke irama lancar dalam beberap dalam perangkat gamelan Monggang, yaitu kali rambahan, ketika akan suwuk juga dilakukan terdapat di pada instrumen kendhang, bangge, setelah pola tabuhan banggen (Supardi, 2004: 8-10). penonthong, dan rojeh. Ater tersebut meliputi 1) Perangkat gamelan Monggang dan Kodhok ater menjelang akhir dari satu putaran, 2) ater akan Ngorek memiliki kemiripan dari segi instrumen peralihan irama, dan 3) ater menjelang suwuk. maupun garap sajian. Diketahui dalam perangkat Pola dalam satu rambahan irama lancar pada Kodok Ngorek terdapat dua jenis penonthong, yaitu sajian Monggang, yaitu ditandai dengan tiga kali penonthong ageng dan penonthong alit. Dari kedua pengulangan pola bangge biasa dan ditambah satu jenis penonthong tersebut, yang melakukan pola kali pola tabuhan banggen. Dalam satu pola bangge bangen adalah penonthong ageng. Peralihan ke terdapat satu gong kecil dan satu gong besar. Jadi irama tanggung/dadi dimulai apabila ricikan dalam satu rambahan atau satu putaran terdapat penonthong besar menyajikan pola tabuhan empat tabuhan gong kecil dan empat tabuhan gong banggen, kemudian masuk ke irama tanggung/ besar. Agar tidak cawuh dalam membedakan pola dadi menggunakan kendhangan peralihan ke tabuhan bangge biasa dan pola tabuhan banggen, irama dadi (yaitu setelah gong kecil), laya maka dapat dilihat notasi berikut: diperlambat sampai dengan seleh gong besar (Supardi, 2004: 18). Pola tabuhan bangge biasa (A) :.... .6.. .6.. .6.. Mengutip dari diktat pembelajaran Pola tabuhan banggen (B) : 6..6 ..6. .6.. .6.. karawitan pakurmatan sebagai berikut: “suwuk dilakukan setelah pola tabuhan banggen pada Setelah digambarkan dengan simbol A dan ricikan penonthong” (Supardi, 2004: 16). Artinya B, maka dalam satu putaran sajian Monggang bahwa pola banggen pada penonthong memiliki irama lancar dapat dirumuskan A – A – A – B, peran penting yaitu sebagai tanda ajakan kepada demikian diulang-ulang sampai pada peralihan. kendhang untuk melakukan suwuk. Peralihan dari irama lancar menuju irama tanggung/dadi dilakukan setelah pola tabuhan Pola penonthong biasa :...n. .q.g. .q.n. .q.g. banggen. Jika pengendhang menghendaki untuk peralihan maka laya akan diperlambat dengan Pola penonthong banggen :q..nq ..qg. .q.n. .q.g. menggunakan pola kendhangan peralihan. Berikut pola kendhangan Monggang irama tanggung/dadi: Jadi pola tabuhan banggen selain digunakan a : OPO. OPO. PO.P O.PB sebagai tanda batas putaran, digunakan juga b : OPO. PO.P OOPO OPOB sebagai tanda tempat atau waktu untuk c : OPO. POO. O.P. OOOB perubahan irama dan akan suwuk. Hal ini berlaku d : OOP. OPO. POOP O.PB untuk perangkat gamelan Monggang maupun Kodhok Ngorek. Pada irama tanggung/dadi selanjutnya Seni Karawitan selain dapat berdiri sendiri skema kendhangan menjadi a – b – a – b – a – c – d juga dapat berkaitan dengan kesenian lain, salah – b atau a – b – a – c – d – b. Setelah kendhang satunya yaitu tari. Garap karawitan tari tentu melakukan pola tabuhan c maka instrumen bangge, berbeda dengan garap karawitan yang berdiri penonthong besar, dan rojeh akan melakukan sendiri (klenengan) karena dalam karawitan tari pola tabuhan banggen. Dalam satu kali skema harus disesuaikan oleh gerak. Ater yang terdapat kendhangan atau satu kali banggen berarti sama dalam karawitan tari yaitu ater menjelang gong. halnya dengan satu kali putaran sajian Monggang Meskipun dari segi musikal ater tersebut irama tanggung/dadi. Waktu atau tempat merupakan komunikasi antara pengendhang, peralihan dari irama tanggung / dadi menuju irama instrumen gamelan lain, selanjutnya diterima oleh

118 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih gong, tetapi pengendhang terlebih dahulu Pola kendhangan 6 sabetan balungan: mengikuti gerakan dari penari. Jika penari tidak 3 2 3 2 5 g3 5 3 5 3 atau 3 2 5 3 5 g3 5 3 5 3 melakukan suatu gerakan tertentu maka j.DB jDIB jIBD j.DB jDIB jIBD pengendhang tidak akan mengateri untuk gong. Seperti contoh ketika penari srisig4 dan sekiranya Pola kendhangan 4 sabetan balungan: sudah akan selesai melakukan srisig, maka 3 2 3 2 5 3 5 g3 2 3 2 g1 pengendhang akan mengateri selanjutnya diikuti jDIB jIBD oleh gong. Beberapa seniman mengenal ater yang Selain ketika srisig, juga terdapat pola-pola terdapat pada kendhangan srepegan dalam ater colongan yang sifatnya sudah pakem atau konteks tari tersebut dengan istilah salahan, selain sudah menjadi suatu kebiasaan yaitu ketika itu juga terdapat istilah lain yang mungkin lebih sembahan dan sabetan. Ketika sembahan pola yang tepat yaitu istilah colongan. Sesuai dengan digunakan adalah pola A-B-C, sedangkan ketika namanya yaitu colongan yang berarti curian atau sabetan menggunakan pola A-B-B. Pola tersebut mencuri, artinya ada yang hilang. Seperti telah sudah menjadi kesepakatan antara penari dengan dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa pengrawit. pengendhang mengikuti gerak tari, selanjutnya Pola kendhangan yang semula memiliki pada pola tersebut diikuti oleh perubahan seleh istilah kendhangan salahan dan kendhangan colongan, gong, oleh karena itu terdapat beberapa berdasarkan penempatannya yang berubah-ubah perubahan jumlah sabetan balungan. Jumlah sabetan tidak dapat dikatakan sebagai salahan. Seperti berbeda dengan balungan baku mengikuti ater dari telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu kendhang. Artinya meskipun belum pada tempat sifat salahan yaitu sebagai tanda batas gong jika pengendhang sudah membuat ater untuk pengulangan (siklus). Sebagai batas pengulangan, gong maka semua instrumen harus mengikuti, letak salahan akan selalu berada di tempat yang sehingga yang seharusnya dalam satu gong-an sama, sedangkan pada kaitannya dengan gerak berisi tiga gatra atau 12 sabetan balungan menjadi tari ini penempatan pola selalu berubah-ubah berkurang. Berikut pola ater menjelang gong pada bergantung pada gerak tari. Oleh karena itu srepegan gerak tari: istilah yang lebih tepat untuk menamai pola kendhangan tersebut yaitu kendhangan colongan. Pola utuh 8 sabetan balungan : . jBDj.DB jDIB jIBD Setelah mengupas mengenai berbagai ater Pola 6 sabetan balungan : j.DB jDIB jIBD pada berbegai bentuk gendhing dan pada berbagai Pola 4 sabetan balungan : jDIB jIBD perangkat gamelan di Surakarta, dapat dipastikan bahwa ater dalam karawitan gaya Pada intinya gong dalam srepeg kaitannya Surakarta memiliki peran atau kedudukan yang dengan sajian tari yaitu jika kendhang melakukan penting. Selain itu, ater juga mancakup hal yang pola berikut jDIB jIBgD . Contoh pada balungan luas. Seperti unsur ater, jenis-jenis ater, bagian- Srepeg Manyura. bagian ater, dan nama-nama ater. Oleh karena itu [3 2 3 2 5 3 5 3 2 1 2 g1 perlu kiranya jika ada penelitian kusus mengenai 2 1 2 1 3 2 3 2 5 6 ! g6 ater untuk lebih memperkuat teori-teori dalam ! 6 ! 6 5 3 5 3 6 5 3 g2 ] karawitan.

Penerapan pola kendhangan menjelang gong utuh: Perbedaan dan Persamaan antara Banggen dan 3 2 3 2 5 3 5 3 2 1 2 g1 Salahan . jBDj.DB jDIB jIBD Banggen merupakan salah satu istilah di Contoh penerapan kendhangan colongan pada dunia karawitan yang mirip dengan salahan. Pada balungan srepeg: sub bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kata Pola kendhangan 8 sabetan balungan: banggen diambil dari instrumen bangge yang ada 3 2 3 2 5 3 5 g3 5 3 5 3 2 1 2 1 pada perangkat gamlean Monggang. Keberadaan . jBDj.DB jDIB jIBD bangge dalam perangkat gamelan Monggang yaitu

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 119 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” salah satunya guna memberi tanda sebagai . P O . P O . P . . P . O P O gB ] penanda menjelang gong besar. Persamaan Banggen: banggen dan salahan yaitu mempunyai peran yang O P O . P O O . O . P . O O O gB sama dalam hal sebagai tanda atau komunikasi O . P . O P O . P O . P O . P GB musikal antara pemusik, bahwa rangkaian lagu O P O . P O . P . . P . O P O gB telah mendekati gong. Terdapat dua perbedaan antara salahan Peralihan ke irama tanggung: . P . gP dan banggen. Perbedaan pertama terdapat pada Irama tanggung: peran banggen dalam Monggang dan Kodhok Ngorek [ P P . P P . P GB P P . P P . P gB ] untuk mengurangi dan menambah kecepatan irama atau laya. Perbedaan kedua yaitu terletak Suwuk setelah banggen: pada jalinan tabuhan. Menurut Supanggah pola P . P . P . P GB P B P . P B P g. tabuhan banggen terdengar seperti tabuhan ¾ dalam irama 4/4 (Supanggah, 23-11-2016). Jika Analisis Garap Salahan diuraikan seperti berikut: Salahan merupakan suatu perubahan pola o . . o . . o . . o . . . o . g. dari pola dasar yang dilakukan sebagai tanda menjelang gong atau titik melodi terrendah dalam Perbedaan kedua yaitu tabuhan salahan suatu rangkaian melodi, dan sebagai tanda batas lebih bebas, artinya tidak terikat oleh pola pengulangan dimana keberadaannya diharapkan instrumen manapun. Pola salahan pada setiap juga dapat menambah rasa estetik dalam sajian. instrumen berbeda satu sama lain. Berbeda Salah satu pola yang dapat dipastikan salahan dengan pola kethuk banggen pada gendhing, yaitu pola salahan pada instrumen kethuk ladrang dinamakan banggen karena pola tabuhannya dan ketawang. Selain pada kethuk ladrang dan mengadopsi pola tabuhan instrumen bangge pada ketawang, pola salahan masih dapat ditemukan gamelan Monggang. Itu artinya istilah banggen pada beberapa instrumen lain. Pengertian salahan dalam gamelan ageng adalah salahan yang polanya di atas dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengadopsi pola bangge dalam gamelan mengidentifikasi pola salahan yang lain. Hal-hal Monggang. yang memenuhi klasifikasi tersebut berarti dapat Banggen dan salahan pada dasarnya sama- dikatakan sebagai salahan. Seperti yang sama bagian dari ater menjelang gong, hanya diterangkan oleh Supanggah: “Intinya berarti berbeda pengistilahannya saja. Perbedaan istilah kembali pada pengertian salahan lalu dikaitkan tersebut didasarkan dari pola tabuhannya. Pola dengan fenomena-fenomena yang menyerupai” salahan berbeda disetiap instrumen dan bentuk (Supanggah, wawancara 23 Nopember 2016). gendhing, tetapi pola banggen pada instrumen dan Berdasarkan keterangan Supanggah maka dapat bentuk gendhing apapun akan tetap sama, yaitu dilakukan analisis guna menemukan pola salahan mengacu pada pola instrumen bangge dalam yang sebenarnya di berbagai garap karawitan. Monggang dan Kodok Ngorek. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan Istilah banggen dalam Monggang juga garap suatu instrumen yang diindikasikan terletak pada garap kendhang, yaitu ketika akan sebagai salahan dengan sifat-sifat salahan yang terjadi perubahan irama, juga sebagai ater telah diuraikan dalam bab sebelumnya. mencepat dan atau melambatkan laya. Pola banggen dalam kendhangan Monggang yaitu seperti 1. Kethuk berikut:5 Kethuk merupakan salah satu instrumen Buka kendhang (dimulai dari irama yang menjadi bagian dari perangkat gamelan tanggung) P . P . gP ageng. Kedudukan kethuk dalam sajian yaitu [ . P . P . P . GP . P . P . P . gP ] sebagai pemangku irama, yaitu menguatkan Peralihan ke irama dadi saat banggen: kendhang dalam menentukan bentuk gendhing dan . P . P . P . GP P P . P P P . gP menunjukkan macam irama (Martopangrawit, [ O P O . O P O . P O . P O . P GB 1969: 4). Selain itu kethuk juga sangat berpengaruh

120 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih dalam penyebutan bentuk atau struktur suatu Teknik tabuhan dara muluk yaitu suatu pukulan judul gendhing. Contoh penulisan berikut: Onang- yang tidak terhitung jumlah tabuhannya dengan Onang Gendhing Kethuk 2 kerep minggah 4 laras volume tabuhan sama rata yang diawali dengan slendro pathet sanga, artinya dalam satu tabuhan pukulan jarang menuju sekerap atau sepenuh kenongan gendhing Onang-Onang terdapat dua sampai sekerap/sepenuh mungkin dalam kurun tabuhan kethuk, lalu inggah nya memiliki empat waktu kurang lebih satu detik. Kemudian teknik tabuhan kethuk dalam satu tabuhan kenong; Mintasih tabuhan ndheruk, istilah ini digunakan oleh Gendhing Kethuk 4 kerep minggah 8, artinya dalam Mloyowidodo untuk menerangkan teknik satu tabuhan kenong gendhing Mintasih terdapat pukulan kethuk. Teknik tabuhan nderuk dilakukan empat kali tabuhan kethuk, sedangkankan dengan pukulan kerap atau penuh sejak pertama inggahnya dalam satu tabuhan kenong memiliki kali masuk dengan durasi waktu kurang lebih delapan kali tabuhan kethuk. Jadi kethuk sangat sama. Pukulan nggleter pada kethuk biasa menentukan struktur suatu bentuk gendhing. digunakan untuk bentuk gendhing ketawang, Terdapat instrumen lain yang tidak dapat ladrang dan bentuk gendhing inggah kethuk 4, kethuk dipisahkan dari kethuk yaitu instrumen kempyang. 8, dan kethuk 16. Penyuaraan nggleter pada kethuk Keberadaan kempyang dan kethuk tidak dapat dikombinasikan dengan pukulan kempyang dipisahkan satu sama lain baik dari segi susunan sehingga membuat jalinan ritme yang ajeg/tetap, penempatan atau letak, maupun dari segi yaitu: kempyang – kethuk – kempyang – kosong, tabuhannya. begitu seterusnya. Nada yang terdapat pada kethuk yaitu 2 Disebutkan dalam tulisan Purwanto bahwa dalam laras slendro dan y pada laras . Nada terdapat pola kusus dalam tabuhan kethuk yang yang terdapat pada kempyang yaitu ! dalam laras menjadi tanda menjelang gong. Dikatakan khusus slendro dan 6 pada laras pelog. karena pola tersebut berbeda dengan pola yang Djojomlojo dalam tulisan Purwanto ajeg atau tabuhan biasa, atau juga yang disebut menyebutkan bahwa teknik penyuaraan kethuk dengan tabuhan limrah menurut Djojomlojo. dibedakan menjadi dua bagian yaitu cekak (suara Tabuhan tersebut yaitu kethuk salahan dan kethuk pendek) dan nggleter (suara panjang). Penyuaraan banggen. cekak (suara pendek) digunakan untuk bentuk Tabuhan banggen adalah sebuah pola gendhing; ayak-ayakan, srepeg, sampak, dan lancaran. tabuhan yang berbeda dengan pola biasa (limrah) Penyuaraan nggleter (suara panjang) digunakan yang digunakan dalam inggah gendhing irama untuk bentuk gendhing ketawang, ladrang, dan dados yang dimulai pada empat gatra menjelang gendhing (bentuk gendhing kethuk 2 kerep keatas gong. Seakan-akan tabuhan banggen adalah sebuah atau gendhing yang lebih besar (lebih besar artinya tanda kepada seluruh ricikan yang lain bahwa bentuk gendhing kethuk 2 kerep, kethuk 2 arang, sajian gendhing yang disajikan sedang menuju gong kethuk 4 kerep, kethuk 4 arang). Meskipun hanya (Purwanto, 2010: 210). terdapat satu nada dalam instrumen kethuk dan Tabuhan salahan yang dijelaskan oleh kempyang, tetapi juga diperlukan teknik pithetan Purwanto yaitu seperti kutipan berikut: (tutupan) dalam praktiknya, seperti halnya Tabuhan salahan, seperti kata salahan itu instrumen lain yang memiliki lebih dari satu nada. sendiri sudah menunjuk bahwa teknik Hal ini dikarenakan suara cekak dan nggleter yang tabuhan ini menyalahi aturan dari tabuhan terdapat pada kethuk, panjang suaranya tidak kethuk kempyang konvensional atau melebihi sabetan balungan berikutnya. Tabuhan biasanya (limrah). Tabuhan salahan hanya digunakan pada bentuk gendhing ketawang kethuk pada bentuk gendhing seperti ayak-ayakan, dan ladrang irama tanggung dan dados yang srepegan, sampak, dan lancaran sebagian besar ditempatkan dalam gatra pertama kenong berada di antara atau disela-sela tabuhan sabetan keempat atau 4 sabetan menjelang balungan, sehingga suara sangat jelas terdengar. gong.(…) Pola tabuhan salahan ini juga Menurut Purwanto terdapat dua teknik memberikan tanda kepada seluruh pemain dalam memproduksi penyuaraan nggleter yaitu ricikan lainnya dan sekaligus teknik tabuhan dara muluk dan tabuhan ndheruk. mengingatkan kepada seluruh pemain

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 121 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

bahwa gendhing yang disajikan sedang (tabuhan kenong) maka akan terasa terlalu rapat menuju pada titik akhir yaitu gong dalam memainkan salahan. Hal tersebut dinilai (Purwanto, 2010: 211). kurang dalam keindahan sajiannya. Kethuk salahan pada sajian bentuk gendhing Berdasarkan kutipan mengenai banggen inggah: dan salahan di atas, terdapat kesamaan yaitu keduanya sama-sama memberikan tanda kepada - + - . - + - . - + - . - + - n. instrumen lain bahwa gendhing yang disajikan sedang menuju pada titik akhir yaitu gong. - + - . - + - . - + - . - + - n. Keterangan tersebut menguatkan bahwa terdapat - + - . - + - . - + - . - + - n. keterkaitan antara keduanya. Berdasarakan pembahasan pada bab sebelumnya telah - . - + - . - . - + - . - + - g. disimpulkan bahwa salahan dan banggen adalah + + dua istilah yang sama yaitu ater menuju gong. Keduanya adalah bagian dari ater, hanya saja Pola kethuk salahan pada bentuk gendhing berada di tempat (bentuk gendhing dan irama) inggah biasa disebut dengan banggen, karena pola yang berbeda dan pola tabuhan yang berbeda. yang digunakan menyerupai pola bangge dalam Salahan kethuk pada bentuk ketawang dan perangkat gamelan Monggang dan Kodhok Ngorek. ladrang akan menghasilkan jalinan komunikasi Tedapat tabuhan kethuk bersamaan dengan antara beberapa instrumen. Penggunaan kethuk kempyang yang biasa dibunyikan dengan „byuk’. pada bentuk ketawang dan ladrang selalu Kethuk banggen ini terdapat pada kenong terakhir menggunakan kempyang, sehingga kethuk dan atau kenong ke empat, gatra pertama dan ke dua. kempyang akan menjalin komunikasi musikal Maka kethuk salahan (yang kemudian disebut dengan instrumen yang dilalui saat terjadi salahan kethuk banggen dalam gendhing inggah akan yaitu pada saat kempul. Selanjutnya, jalinan berbunyi seperti berikut: byuk – song – pyang – komunikasi tersebut akan diterima oleh gong. thuk – pyang – song – byuk - song. Selanjutnya pola Pola kethuk salahan dalam sajian bentuk biasa yaitu kempyang – kethuk - kempyang - kosong gendhing ketawang: sampai gong.

- + - . - + - n. - + j-+ pj. + - + - g . 2. Kendhang Karawitan gaya Surakarta merupakan Pola kethuk salahan dalam sajian bentuk kesenian yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak gendhing ladrang: terkait dengan kesenian lainnya. Karawitan yang dapat berdiri sendiri biasa disebut dengan - + - . - + - n. - + - p. - + - n. klenengan. Selain dapat berdiri sendiri, karawitan - + - p. - + - n. - + j-+ pj. + - + - g. juga dapat menjadi unsur pendukung kesenian lainnya seperti tari, pakeliran, ketoprak, dan Kethuk salahan pada bentuk gendhing bentuk kesenian lain. Instrumen kendhang antara ketawang dan ladrang pada dasarnya memiliki pola klenengan, tari, dan pedalangan memiliki yang sama, tetapi keduanya terdapat ketentuan- perbedaan yang mendasar. Pada sajian klenengan ketentuan yang berbeda. Jika diterapkan pada pengendhang bisa dengan leluasa mengatur sajian ladrang dapat diterapkan pada irama dadi maupun gendhing, berbeda jika berkaitan dengan sajian irama tanggung di setiap gong. Alasannya yaitu tari atau pakeliran pengendang harus karena struktur ladrang terdapat empat kenongan berkomunikasi dengan penari atau dalang. (tabuhan kenong) sehingga memungkinkan (jarak Bahkan dalam sajian pakeliran pengendhang atau space dalam memainkan salahan) untuk harus mengikuti aba-aba dari dalang. Artinya melakukan salahan di setiap gong. Apabila kedudukan kendhang dalam sajian tari dan diterapkan pada ketawang maka hanya akan pakeliran tidak sekuat kedudukannya dalam dilakukan pada gong terakhir, karena dalam satu sajian klenengan. gong ketawang hanya terdapat dua kenongan

122 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Kedudukan kendhang dalam perangkat pengendhang hanya akan melakukan perubahan gamelan ageng adalah sebagai pamurba irama. pola. Pamurba artinya pemimpin, jadi kendhang Tanda atau ater menjelang gong tergolong memimpin atau berkuasa atas jalannya irama. tanda kecil yang dilakukan oleh kendhang dimana Sebagai pemimpin tentu kendhang harus cukup dengan hanya melakukan sedikit memberikan aba-aba kepada instrumen lain jika perubahan pola tabuhan. Istilah untuk ater akan mengajak atau mengarahkan sajian pada menjelang gong yaitu disebut dengan salahan. suatu perubahan tertentu. Seperti perubahan Setiap bentuk gendhing memiliki pola yang irama, perubahan gendhing, akan andegan, suwuk, berbeda-beda, oleh karena itu pola salahan pada dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan oleh kendhang juga berbeda di setiap bentuk gendhing. kendhang. Kendhang juga melakukan komunikasi Terdapat beberapa bagian dalam garap dengan instrumen lain melalui garap atau pola kendhang yang dapat diidentifikasi sebagai salahan, tabuhannya. yaitu diantaranya: Kendhang II lancaran dan Aba-aba yang dilakukan kendhang Kendhang penunthung gendhing. bertujuan untuk memberikan tanda kepada Pola kendhang II lancaran ditemukan pada instrumen lain bahwa akan terjadi perubahan di bagian irama tanggung, yaitu sebagai berikut: dalam sajian gendhing yang tengah berjalan. Buka: I I P B . P . gP Sebelum terjadi perubahan dalam sajian, Irama lancar: pengendhang butuh perhatian dari seluruh . P . P . P . P . P . P . P . gP penabuh instrumen lain agar dapat mendukung [ P P P P P B P P P B P P P B P gP ] maksud dari pengendhang. Salah satu contoh Salahan: B P P B P P B P P B P P P B P gP ketika pengendhang berkehendak untuk suwuk, instrumen yang lain juga harus mendukung. Jika dicermati, pola kendhang salahan pada Menjelang suwuk kendhang akan sedikit bentuk lancaran lebih mirip dengan pola banggen. menambah laya selama beberapa saat, kemudian Kemiripan kendhang lancaran salahan dengan ketika akan suwuk secara perlahan-lahan instrumen bangge dalam perangkat gamelan mengurangi kecepatan laya sampai mencapai Monggang pada pola banggean yaitu ketika pukulan suwuk. Jika instrumen lain tidak mengikuti banggen tepat pada pukulan “B” pada tabuhan pengendhang (mempercepat dan memperlampat kendhang salahan lancaran. laya) maka kehendak pengendhang untuk suwuk tidak akan tercapai. Kalaupun berhasil, suwuk Pola banggen pada bangge: 6..6 ..6. .6.. .6.. tidak berjalan dengan lancar. Oleh karena itu Pola salahan kendhang lancaran: BPPB PPBP PBPP PBPP sebelum menyampaikan kehendaknya, pengendhang harus memberi tanda pada Meskipun pola kendhangan salahan pada instrumen lain agar mendapat perhatian. Tanda- lancaran mengadopsi pola banggen pada instrumen tanda itulah yang dalam sajian karawitan biasa bangge perangkat gamelan Monggang dan Kodhok disebut dengan ater. Artinya kendhang Ngorek, tetapi pola kendhangan ini tetap lebih memberikan tanda atau ater agar mendapatkan populer dengan nama kendhang salahan, bukan perhatian dari instrumen lain, selanjutnya kendhang banggen. Terdapat dua kemungkinan menyampaikan maksud dari pengendhang. yang menjadikan kendhang salahan dalam lancaran Tanda atau ater dapat berupa perubahan irama tanggung ini tidak berubah istilah menjadi laya, dapat pula berupa pola tabuhan. Ater berupa banggen meskipun polanya mirip dengan pola laya biasanya tanda bahwa sajian akan terjadi banggen. Kemungkinan pertama yaitu karena sesuatu yang lebih besar seperti peralihan irama, bangge dalam perangkat gamelan Monggang peralihan bentuk gendhing, peralihan garap, dan maupun Kodhok Ngorek berjenis pencon, sehingga suwuk. Ater seperti ini disertai juga dengan ketika diterapkan pada kendhang yang berjenis perubahan pola dalam tabuhan, sedangkan untuk selaput maka dinilai kurang relevan. Berbeda tanda yang lebih kecil seperti akan gong atau pada kasus salahan pada kethuk dapat berubah sekedar mendapat perhatian dari instrumen lain, nama menjadi banggen karena kethuk berwujud

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 123 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” pencon. Dari segi bentuk keduanya (bangge dan ...... n...... g. kethuk) sama-sama berbentuk pencon. jPP . jPP . jPP . jPP . jPP . jPP j.kPP jPP jPP jPP g. Kemungkinan kedua yaitu kemungkinan yang disampaikan oleh Rusdiantoro. Beliau baku salahan Selain contoh di atas juga terdapat berpendapat bahwa terdapat kemungkinan variasi kendhang ketipungan salahan yang biasa disebut banggen karena teknik penyuaraannya dilakukan oleh beberapa pengendhang: dengan menggunakan dua tangan sekaligus. Hal ...... n...... g. ini dapat dilihat dari teknik penyuaran dalam jPP . jPP . jPP . jPP . jPP . jPP j.P jPP jPP jPP g. kethuk banggen dimana ditemukan teknik penyuaraan dengan dua tangan sakaligus, yaitu baku salahan ketika kethuk dan kempyang dipukul bersamaan. Kendhang ketipungan baku ketawang, ladrang, dan Pola salahan kendhang kalih lancaran, inggah gendhing pada irama dadi. penyuaraannya cukup dengan menggunakan satu ...... n. tangan secara bergantian (Rusdiantoro, jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO - wawancara 11 April 2016)...... n. Kendhang penunthung adalah nama lain dari kendhang ketipung. Memiliki ukuran paling kecil jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO di antara ukuran kendhang-kendhang lain dalam Kendhang ketipungan salahan untuk ladrang dan karawitan gaya Surakarta. Keberadaan kendhang inggah gendhing. ketipung yang menyertai kendhang setunggal ...... n. berperan untuk memperkuat jalannya laya atau irama. Dijelaskan oleh mengenai jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO keberadaan salahan dalam kendhang ketipung baku “Untuk lebih menjelaskan akan datangnya gong, ...... g. ketipung disini mempunyai teknik yang dinamakan kendangan salahan” (Sumarsam, -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKP jOPjOPjOPjOPP P P gO 1979:70). salahan Letak salahan kendhang ketipung berbeda atau variasi lain yaitu: pada setiap bentuk gendhing. Perbedaan tersebut ...... berkaitan dengan jumlah gatra dalam satu gong. jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO Kendhang ketipung salahan irama tanggung untuk bentuk ladrang berada pada gatra ke tujuh dan baku delapan. Kendhang ketipung salahan irama tanggung ...... g. untuk bentuk ketawang berada pada gatra ke tiga jKOjPOjPOjKPjOKjPKjPOjKP jOPjOPjOPjOPP P P gO dan ke empat. Kendhang ketipung salahan irama tanggung untuk bentuk inggah berada pada gatra salahan ke 15 dan ke 16. Pada dasarnya kendhang ketipung Kendhang ketipungan salahan untuk ketawang. salahan irama tanggung terlatak pada dua gatra ...... n. menjelang gong. jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO Berikut pola kendhang ketipungan yang baku diidentifikasi sebagai salahan: Ketipungan baku ladrang, ketawang dan inggah ...... g. gendhing pada irama tanggung. -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKP jKOP P P P P P g...... n...... n. salahan jPP . jPP . jPP . jPP . jPP. jPP . jPP . jPP Kendhang ketipungan merong baku pada irama . tanggung ...... Kendhang ketipungan salahan untuk ladrang, ketawang dan inggah gendhing pada irama tanggung. . P P . . P P . . P P . . P P .

124 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Kendhang ketipungan salahan untuk merong Salahan kemanak pada Santiswaran: - + - . - pada irama dadi dan tanggung. + - . - + -j .- - + - ...... g. Acuan kemanak dalam melakukan pola salahan yaitu pada tabuhan kendhang. Jika . P P . . P P . . P P j.P . P P g. pengendhang melakukan pola seperti berikut: 3. Kemanak jIPjLPI V jIPjLPI jVD j.Ij.Dj.Ij.B j.PjIBj.DgB Kemanak adalah salah satu instrumen gamelan tertua. Disebutkan dalam serat Maka kemanak akan mengikuti dengan pola Wedhapradangga bahwa perangkat gamelan salahan, sedangkan kendhang mengacu pada lagu pertama yang dibuat yaitu kemanak, kethuk, vokal dalam mempertimbangkan rasa seleh. Jadi kendhang, dan gong, sebelum sampai saat ini telah semua instrumen saling berkomunikasi satu sama berkembang menjadi seperangkat gamelan pelog lain. dan slendro. Wujud fisik kemanak yaitu seperti buah Selain pada instrumen kemanak, salahan pisang, dengan batang sebagai pegangan dan dalam Santiswaran juga ditemukan pada lubang di dalamnya sebagai resonansi suara. instrumen terbang dara. Sama halnya dengana Sepasang kemanak terdiri dari dua buah instrumen salahan kemanak, terbang dara juga mengacu pola yang masing-masing dimainkan oleh dua orang kedhang dalam melakukan salahan. Berikut pola yang berbeda secara bergantian. Pemukul salahan dalam terbang dara: kemanak sama seperti pemukul penerus. Terbang alit : [ OOO. OOOP OOO. OOO. ] Jalinan pukulan kemanak yaitu seperti berikut: Terbang dara I : [ .O.-. .O.. .O.. .O.. ] “teng tong teng pin teng tong teng pin teng tong teng Terbang dara II : [ ...O ...O ...O ...O ] pin teng tong teng pin” begitu seterusnya sampai SSalahan : ...O ...O .B.. .B.G. menjelang gong atau seleh terberat akan melakukan Terbang gedhe : [ ...... ] pola salahan. Karawitan gaya Surakarta terdapat 4. Slenthem sebutan gendhing kemanak yaitu lagu vokal yang Salahan pada slenthem dilakukan ketika didalamnya hanya diiringi oleh tabuhan kemanak inggah gendhing disajikan pada garap sesegan. dan kendhang ageng (garap kendhang setunggal). Martopangrawit memberikan penjelasan bahwa Contoh yaitu: Mijil Ludira, Duradasih, Anglir istilah sesegan lain sama sekali dengan seseg. Jika Mendung. Gendhing kemanak biasa digunakan seseg itu perihal laya, tetapi jika sesegan termasuk untuk bedhaya dan srimpi, tetapi tidak semua suatu bentuk komposisi gending. Yalah sebagian bedhaya atau srimpi menggunakan gendhing lagu yang khusus digunakan untuk sesegan. Dalam kemanak. Berikut salahan kemanak pada gendhing hal ini juga setiap gending mempunyai sesegan, kemanak: gending-gending yang mempunyai sesegan, diantaranya: Bremara, Jalaga, Gobet, Ladrang - + - . - + - . - + - + - + - g. Playon, gending-gending bonang slendro dan sebagainya (Martopangrawit, 1969: 17). Keberadaan kemanak juga terdapat pada Terkait dengan gendhing-gendhing yang Santiswaran-Larasmadya. Rusdiantoro berpendapat mempunyai sesegan Rusdiantoro menerangkan mengenai kedudukan salahan kemanak pada bahwa gendhing yang tidak memiliki sesegan juga Santiswaran sangat penting. Ada peran yang bisa digarap sesegan, yaitu dengan menggunakan seolah olah mewakili gong, padahal disitu tidak balungan asli gendhing tersebut (Rusdiantoro, ada gong. Artinya itu rasa seleh” (Rusdiantoro, 22 wawancara 22 Maret 2017). Menurut Suraji pada Maret 2017). Meskipun dalam sajian Santiswaran dasarnya garap sesegan dapat diaplikasikan pada tidak terdapat gong, tetapi keberadaan salahan gendhing apapun, hanya saja dalam budaya Jawa justru menjadi begitu berperan untuk masih harus mempertimbangkan kemungguhan memberikan tekanan rasa seleh - + - . - + - . - gendhing. Pertimbangan mungguh yang dimaksud + -+ + - + - . ialah berdasarkan kebiasaan yang dilakukan oleh

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 125 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” penggarap sebelumnya, konteks kegunaan garap karena hal itu sangat berpengaruh dalam gendhing dan keadaan situasional acara (Suraji, membangun karakter dan rasa pada gendhing wawancara 23 Maret 2017). yang akan disajikan. Selanjutnya yang tidak kalah Sesegan pada inggah termasuk dalam berpengaruh dalam pemilihan garap yaitu variasi garap. Artinya bagian sesegan tidak harus kreatifitas penggarap gendhing itu sendiri. Seperti dilewati, tergantung pilihan penggarap gendhing. yang dijelaskan Supanggah mengenai konsep Pada garap sesegan tabuhan slenthem yang semula garap, penggarap memiliki peran yang dominan sama dengan notasi gendhing akan berubah dalam menentukan garap gendhing. Pengetahuan, menjadi balungan nibani, tetapi tidak akan ada pengalaman, dan lingkungan penggarap sangat perubahan ketika balungan gendhing tersebut mempengaruhi hasil sajian gendhing. Salahan pada memang merupakan balungan nibani. slenthem diperkirakan berkaitan dengan tabuhan Teknik tabuhan slenthem pada saat garap bonang penembung pada Sekaten. Merujuk pada sesegan memiliki dua pilihan garap. Pilihan pertama keterangan Suraji yang menyatakan bahwa yaitu teknik tabuhan kinthilan. Slenthem gendhing-gendhing sesegan diawali oleh menggunakan teknik kinthilan ketika kedua Mloyowidodo pada tahun 1990-an, tepatnya demung melakukan teknik pinjalan. Contoh pada antara tahun 1991-1992. Penerapan garap Sekaten balungan 6 5 3 2 : dalam klenengan bertujuan untuk memperluas Teknik pinjalan pengetahuan garap Sekaten pada pengrawit di luar Demung 1 : 6 . . . 6 . . . 3 . . . 3 . . . keraton, agar tidak hanya pengrawit di dalam Demung 2 : . . 5 . . . 5 . . . 2 . . . 2 . keraton saja yang mengetahui tentang garap Sekaten. Selanjutnya slenthem dianalogikan menjadi Teknik kinthilan laras bonang penembung (Suraji, wawancara 23 Slenthem : . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 Maret 2017). Sumarsam menerangkan bahwa gendhing- Pilihan kedua yaitu slenthem melakukan gendhing gamelan biasa (yang dimaksud yaitu teknik tabuhan nibani. Teknik ini digunakan ketika gendhing-gendhing pada gamelan ageng) dapat kedua demung melakukan teknik kinthilan. diaplikasikan pada gamelan Sekaten. Contoh balungan 6 5 3 2 Adalah suatu kebiasaan dalam praktek Teknik kinthilan gamelan biasa bahwa untuk permainan gendhing Demung 1 : 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 . ladrangan yang berkarakter tertentu, bagian Demung 2 : . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 inggah (atau bagian sesegan) gendhing bonang dimainkan dengan gaya soran (tabuhan keras) Teknik nibani dalam irama tanggung, sebagai klimaks Slenthem : . . . 6 . . . 5 . . . 3 . . . 2 pertunjukan. Cara permainan ini patut diterapkan pada praktek permainan gamelan Pilihan teknik garap ditentukan oleh sekaten. (Sumarsam, 2002: 146). Terdapat penggarap gendhing tersebut. Faktor yang kemungkinan keterkaitan antara salahan pada menjadi pertimbangan garap yaitu dari segi slenthem dan bonang penembung pada Sekaten, serta komposisi instrumen, sifat gendhing yang tidak menutup kemungkinan bahwa tabuhan yang disajikan, dan kreatifitas penggarap. Suatu sajian terdapat pada gamelan Sekaten di aplikasikan terkadang tidak menggunakan perangkat pada gendhing-gendhing gamelan biasa. gamelan jangkep atau komplit. Untuk itu biasanya Pada bagian sesegan, laya akan dipercepat penggarap gendhing mempertimbangkan faktor seperti saat soran atau pada irama tanggung. kelengkapan instrumen dalam memilih garap Sebelum masuk pada garap sesegan, kendhang akan sajian. Setiap gendhing memiliki sifat dan karakter menabuh pola kendhangan engkyek. Kendhang engkyek masing-masing, ada yang luruh, prenes atau sebagai ater bahwa garap sajian gendhing akan kemayu, (Rusdiantoro, wawancara 22 menuju sesegan. Menurut Suraji dalam sajian Maret 2017). Penggarap juga selalu gendhing Sekaten, terdapat bedug nronjol sebagai memperhatikan karakter gendhing dalam memilih tanda akan sesegan. Pada sajian klenengan tidak

126 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih ada bedug nronjol, sebagai gantinya maka Pola tabuhan penembung banggen yang digantikan dengan kendhangan engkyek. Jadi ketika digunakan pada dua gatra akan gong dalam irama gendhing melakukan pola kendhangan engkyek, pada dados. Skema: saat mendekati gong kendhang mengajak instrumen Sabetan balungan : O O O O O O O O gO lain untuk ngampat, sampai pada saat setelah gong, Penembung : O j.O . O O . jOO . O semua instrumen sudah masuk pada garap sesegan. (Suraji, wawancara 23 Maret 2017) Contoh Tabuhan salahan pada slenthem terletak di Balungan : 6 3 5 6 5 3 5 6 g7 bagian menjelang gong. Akan terjadi perubahan Penembung : 6 j.6 . 6 5 . j67 . 7 tabuhan pada dua atau tiga gatra sebelum gong. Selanjutnya pola salahan pada slenthem Pola tabuhan penembung banggen dalam dibandingkan dengan pola salahan pada bonang ngampat akan seseg dan sesegan. Skema: penembung sekaten: Sabetan balungan : O O O O O O O O gO Pola salahan pada penembung sekaten: Penembung : jOO j.O . O O . jOO . O

...... jOO j.O . O O . jOO . gO Contoh Pola salahan pada slenthem: Balungan : 6 3 5 6 5 4 5 6 g7 Penembung : j66 j.6 . 6 5 . j67 . 7 . 3 . 6 . 3 . j21 j.1 . 1 y . jty . gy Pola ini mulai digunakan sesudah bedug Pola yang terdapat pada salahan pada ditabuh nronjol, sampai dengan gendhing suwuk. slenthem setelah dibandingkan memiliki kesamaan pola dengan salahan yang terdapat pada bonang 6. Demung Sekaten penembung. Artinya terdapat kemungkinan terjadi Mengenai salahan yang terdapat pada adopsi pola dari salah satu diantara keduanya. demung gamelan Sekaten, Rustopo menjelaskan: Pola tabuhan salahan adalah pola tabuhan 5. Bonang Penembung Sekaten demung kusus digunakan menjelang gong. Pada Bonang penembung pada perangkat intinya hampir sama dengan pola tabuhan , gamelan Sekaten menjadi satu bagian atau satu hanya bedanya, pada garapan salahan terdapat rancak dengan bonang barung. Seorang panabuh tabuhan demung yang berharga seperempat untuk bonang barung dan dua orang untuk sabetan yaitu pada antara sabetan balungan menabuh bonang penembung. Teknik menabuh kedua pada gatra akhir menjelang gong. Jadi bonang penembung yaitu dengan cara nibani, yaitu rasanya tidak sepolos garapan imbal, melainkan menabuh nada-nada pada setiap tabuhan balungan agak “nggronjal” sedikit (Rustopo, 1981: 37). mundur di tiap-tiap gatra sesuai dengan kalimat Keberadaan salahan pada demung Sekaten lagu. Tugas bonang penembung menurut Rustopo juga dikuatkan oleh keterangan dari Panggiyo yaitu sebagai salah satu panutan bagi instrumen yang disebutkan dalam kertas pembawaan lain pada waktu jengglengan6 dalam karawitan. Beliau menyebutkan macam-macam racikan.7(Rustopo, 1981: 14) teknik yang digunakan untuk menggarap demung Pola tabuhan penembung banggen yang juga diantaranya mbalung, imbal, minjal, salahan, dan disebut salahan ini digunakan pada seluruh bentuk sekaran. (Panggiyo, 1981: 41-42) gendhing dalam Sekaten, baik gendhing-gendhing Contoh: Balungan : . 3 . 2 khusus maupun gendhing-gendhing srambahan8 Demung I : 3 . 6 j.3. . 1 . (pengecualian pada ladrang Rambu, pada bagian Demung II : . 5 . 5 j.2. . 2 akan jatuh gong 3 atau dada). Tepatnya letak banggen berada pada dua gatra menjelang gong. Penggunaan pola salahan pada demung Terdapat dua macam pola tabuhan penembung tidak mutlak. Artinya pola salahan ini dapat banggen, yaitu dalam irama dadi dan irama digunakan dan meskipun tidak digunakan pun ngampat akan seseg atau sesegan.(Rustopo, 1981: 50) juga tidak akan berpengaruh pada sajian. Hal ini sesuai dengan sifat salahan.

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 127 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

7. Bangge Monggang dan Kodhok Ngorek Berikut pola tabuhan klenangan pada seleh 2: Perangkat gamelan Monggang memiliki Klenang : ty..ty.. ty..ty.. ty..ty.. ty.y.y.. instrumen yang bernama bangge. Bangge Kenut : ..12..12 ..12..12 ..12..12 ..12..12 merupakan bagian dari satu rancak instrumen berbentuk pencon yang bernama gambyong. Selain pola baku di atas, terdapat beberapa Gambyong terdiri dari penitir, pembangge, dan pola variasi seperti berikut: kenongan. Seperti halnya tabuhan kendhang yang terdiri dari dua instrumen yang menghasilkan Klenang : ty..ty.. ty..ty.. ty..ty.. ty..ty.. satu suara (peneteg ageng dan peneteg alit), Kenut : .212.212 .212.212 .212.212 .2121.21 gambyong juga demikian. Tiga orang memainkan Klenang : yt..yt.. yt..yt.. yt..yt.. ty.y.y. satu rancak gambyong, setiap penabuh memainkan Kenut : ..21..21 ..21..21 ..21..21 ..1.1.12 penitir, pembangge, dan kenongan. Tiga bagian instrumen ini akan menghasilkan satu suara. Contoh di atas jalinan melodi pada seleh 2 Berikut transkip bunyi yang dihasilkan: (ro). Selanjutnya jika seleh y (nem) jalinannya yaitu 2356, intinya yaitu urutan tiga nada sebelum nada Penitir : 1 . 1 . 1 . 1 G. 1 . 1 . 1 . 1 g. seleh. Pembangge : . . . . . y . G. . y . . . y . g. Selain pada garap gamelan Cara Balen teknik klenangan juga ditemukan dalam garap Kenongan : . . . t . . . Gt . . . t . . . gt gamelan ageng yaitu seperti pada ketawang Gambyong : 1 . 1 t 1 y 1 Gt 1 y 1 t 1 y 1 gt Subakastawa dan ketawang Pisan Bali (Sumarsam, 2002: 62). Keterangan tersebut diperkuat juga Pola tabuhan bangge dalam perangkat oleh Supanggah seperti berikut. gamelan Monggang dan Kodhok Ngorek inilah yang “Itu kan diambil dari Cara Balen. menjadi acuan istilah banggen dalam sajian Digunakan juga kalau ada balungan yang menyerupai seperti pakurmatan. Misalnya karawitan gamelan Ageng. Salahan dalam sajian Subakastawa .1.y .1.t kui kan balungan karawitan gaya Surakarta, berubah nama menjadi Monggang, kan kui balungan pakurmatan juga banggen berdasarkan polanya. Dalam perangkat mula digarap dadi klenangan juga. Terus gamelan Pakurmatan, bangge adalah nama sebuah Pisang Bali kui kan kaya Cara Balen, mula instrumen, sedangkan dalam perangkat gamelan digarap klenangan. Gendhing lain yang Ageng, banggen adalah nama lain dari salahan yang digarap klenangan apabila terdapat urutan polanya mengadopsi dari pola bangge dalam balungan seperti yang terdapat pada Cara perangkat gamelan Pakurmatan. Pola banggen Balen .2.1 .2.y atau .1.6.1.t” dalam instrumen bangge perangkat gamelan (wawancara, 15 Desember 2016). Monggang dan Kodhok Ngorek juga termasuk bagian dari salahan. Pola banggen dilakukan ketika akan Teknik klenangan dalam perangkat gong, selain itu juga sebagai tanda batas gamelan ageng merupakan jalinan yang dilakukan pengulangan. Hanya saja pola banggen pada sajian instrumen bonang barung dan bonang penerus. Monggang dan Kodhok Ngorek juga dijadikan Bonang barung menggunakan wilayah pencon atas sebagai acuan dalam peralihan irama ataupun sedangkan bonang penerus menggunakan wilayah suwuk. pencon bawah. Pola klenangan pada gamelan Ageng sama dengan pola klenangan pada gamelan Cara 8. Garap Klenangan Balen. Bisa dikatakan bahwa bonang barung Klenangan adalah salah satu teknik imbal- berperan sebagai klenang dan bonang penerus imbalan yang terdapat dalam gamelan Cara Balen sebagai kenut. Contoh penerapan pola baku yang dilakukan oleh instrumen klenang dan kenut klenangan pada gamelan Ageng sebagai berikut: (Supardi, 2004: 24). Wujud fisik klenang dan kenut Bonang barung : ty..ty.. ty..ty.. ty..ty.. menyerupai bonang. Berada dalam satu rancak ty.y.y.. yang terdiri dari empat pencon. Dua pencon nada Bonang penerus rendah merupakan klenang, dan dua pencon lain : ..12..12 ..12..12 ..12..12 dengan nada lebih tinggi merupakan kenut. ..12..12

128 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Jalinan melodi bonang barung dan bonang menonjol dan menjadi perhatian. Sesuatu yang penerus jika disatukan akan menghasilkan nada berbeda akan menjadi titik fokus yang dalam satu oktaf yang sama seperti berikut: menghasilkan daya tarik bagi siapa saja yang [ ty12 ty12 ty12 ty12 ty12 ty12 ty1y 1y12 ] melihatnya. Salahan dalam kehidupan masyarakat yaitu suatu digambarkan sebagai suatu fenomena Rumusan pola klenangan dapat salah atau tidak lazim tetapi justru menambah digambarkan seperti berikut ty12 dilakukan rasa estetik. sebanyak enam kali selanjutnya pola nyelehi ty1y Keberadaan salahan dari aspek fungsi guna 1y12. Dikatakan pola nyelehi karena pada dalam sajian yaitu sebagai tanda bahwa rangkaian pengulangan pola ty12 diibaratkan sebagai melodi akan mencapai pada titik melodi padang sedangkan pola ty1y 1y12 diibaratkan terrendah, atau biasanya ditandai dengan seleh sebagai ulihan. Pola nyelehi ini selanjutnya gong. Artinya salahan merupakan ater menuju gong ditafsirkan sebagai pola salahan. Unsur lain yang atau seleh melodi terberat. Keberadaan gong memperkuat salahan dalam teknik klenangan dapat diartika sebagai tanda batas. Letak salahan adalah sifat salahan sebagai batas pengulangan berada pada bagian menjelang gong artinya juga atau siklus. Pola klenangan dilakukan sebanyak suatu tanda pengulangan. Seperti suatu siklus delapan kali hitungan dan pada hitungan ke tujuh yang terus menerus berulang. Selain sebagai dan ke delapan terdapat perubahan tabuhan yang penanda, keberadaan salahan juga dapat disebut dengan salahan. setelah salahan maka pola menambah kesan estetik. Dari suatu pengulangan klenangan akan kembali ke hitungan awal sampai lalu muncul salahan, memberi aksen yang berbeda salahan, lalu kembali lagi ke hitungan awal lagi, di tengah pengulangan yang panjang. Meskipun dan begitu seterusnya. Artinya bahwa salahan keberadaan salahan dalam sajian berperan pada klenangan sangat jelas menunjukkan sebagai sebagai penanda menjelang gong, tetapi ada atau tanda pengulangan pola. tidaknya salahan tidak mempengaruhi jalannya sajian gendhing. Pokok-pokok yang menjadi sifat Kesimpulan dasar salahan di antaranya: (1) Keberadaan sebagai ater menjelang gong atau titik terberat Secara etimologi salah berarti sesuatu yang rangkaian melodi; (2) Polanya selalu diulang- keliru atau tidak benar. Salahan merupakan kata ulang / siklus atau sebagai tanda batas dasar salah yang mendapat imbuhan –an yang pengulangan; dan (3) Sebagai penambah rasa memunculkan makna kata yang baru. Makna kata estetik tetapi keberadaannya tidak berpengaruh baru yang muncul tidak luput dari keberadaan pada sajian gendhing. salahan dalam sajian karawitan itu sendiri yaitu Banggen dan salahan pada dasarnya sama- sesuatu yang berbeda, berubah atau sama bagian dari ater menjelang gong, hanya menyimpang dari tabuhan bakunya. Pemaknaan berbeda pengistilahannya saja. Secara singkat ater pertama salahan yaitu sebagai suatu simbol dapat diartikan sebagai suatu tanda musikal ketidaksempurnaan hidup manusia. Manusia (ritme, nada, atau bunyi) atau non musikal sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan, (gerakan tangan, anggukan kepala, kedipan mata, dan dalam setiap siklus kehidupan manusia akan dan sebagainya) menjelang terjadinya suatu selalu terdapat kesalahan. Kedua yaitu salahan perubahan dalam sajian. Salahan dan banggen dimaknai sebagai keseimbangan dalam hidup. merupakan bagian dari ater menjelang gong atau Keseimbangan antara salah dan benar, seperti seleh terberat alur melodi. Perbedaan istilah pada yang disimbolkan dalam Yin dan Yan. Salah dan keduanya didasarkan atas pola tabuhan. Tabuhan benar adalah suatu keseimbangan hidup manusia pola salahan berbeda di setiap instrumen dan dalam proses perjalanan hidupnya (laku). bentuk gendhing, tetapi tabuhan pola banggen pada Pemaknaan ketiga salahan yaitu keterkaitannya instrumen dan bentuk gendhing apapun akan tetap dengan garap sajian. Keberadaan salahan yang sama, yaitu mengacu pada pola instrumen bangge sengaja diciptakan berbeda dari permainan dalam Monggang dan Kodok Ngorek. Jadi pada bakunya, selain untuk menambah sajian lebih dasarnya banggen adalah bagian dari salahan dan menarik yaitu juga agar bagian salahan lebih salahan adalah bagian dari ater.

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 129 Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Instrumen dalam karawitan gaya 8 Gendhing srambahan adalah gendhing Surakarta yang memiliki pola salahan di Sekaten yang mengambil dari repertoar gendhing- antaranya: kethuk ketawang dan ladrang, kethuk gendhing klenengan bangge gendhing inggah, kendhang kalih lancaran, kendhang penunthung ketawang, kendhang Kepustakaan penunthung ladrang, kendhang penunthung inggah, kendhang penunthung merong (irama tanggung dan Any, Anjar. 1990. Rahasia Ramalan Jayabaya, irama dadi), kemanak, slenthem pada saat garap Ranggawarsita, dan Sabda Palon. sesegan, demung dan bonang penembung pada Semarang: Aneka Ilmu. gamelan Sekaten, bangge pada gamelan Monggang Djelantik. 1990. Pengantar dasar ilmu estetika jilid dan Kodhok Ngorek, dan garap klenangan pada 1. Denpasar: STSI Denpasar. gamelan Carabalen tetapi juga biasa diterapkan di Endraswara, Suwardi. 2008. Mistik Kejawen. gamelan ageng pada beberapa gendhing tertentu. Jogjakarta: Narasi. 2003 Laras Manis, Tuntunan Praktis Karawitan Jawa. (Endnotes) Yogyakarta: Kuntul Press. Guntur. 2001. “Studi Ornamen” dalam buku ajar 1 Martopangrawit adalah seorang empu prodi s-1 kriya seni, program due-like karawitan keraton Surakarta Hadiningrat. STSI Surakarta. (www.sukoasih.com-senin,25 Juli 2016-pkl 17.21) Jonathan. 2010. “Signifikasi ater dalam Komposisi 2 Kecuali di institusi pendidikan seperti Sipakatau Ensembel yang berjudul Isntitut Seni Indonesia Surakarta dan Yogyakarta Metamorfosis”. Skripsi ISI Surakarta. 3 Meskipun pada beberapa kasus seperti Murniningsih, Dewi. 1999. “Qasidah Nasidaria gembyangan yang menjadi teknik dari instrumen Kalurahan Kauman, Kotamadya bonang dan gender, tetapi kasus semacam itu Semarang. Kajian Fungsi dan Bentuk sangat jarang terjadi. Pola yaitu suatu istilah yang Penyajian”. Skripsi STSI Surakarta. pada umumnya digunakan untuk menyebut Palgunadi, Bram. 2002. Serat Kandha Karawitan satuan tabuhan ricikan gamelan dengan ukuran Jawi. Bandung: Penerbit ITB. tertentu dimana telah memiliki karakter tertentu. Panggiyo. 1981. “Pembawaan Karawitan Pola dapat berupa ritme ataupun lagu. Contoh Pakurmatan Jenis Carabalen, istilah dalam karawitan yang masuk ke dalam Monggang, Kodok Ngorek, golongan pola: sekaran, cengkok, wiled, dan istilah- Sekaten” Kertas guna memperoleh istilah lainnya (Supanggah, 2007: 204). ijazah seniman karawitan. Surakarta: 4 Srisig adalah salah satu teknik gerak tari ASKI. gaya Surakarta yaitu berjalan dengan gerak cepat Purwanto, Djoko. 2010. “Ricikan Kethuk pada atau lari-lari kecil, dengan posisi tumit kaki Karawitan Jawa Gaya Surakarta”, Jurnal diangkat (Sudarsono, dkk, 1978: 178). Gelar,volume 8, No. 2 (Desember) hal. 5 Agus Prasetyo,skripsi berjudul “Analisis 207-218. Musikal Komposisi Musik Arus Monggang Karya Rustopo. 1981. “Analisa Garap Racikan pada Danis Sugiyanto”, 2012, hal: 46-47 Sekaten”. Kertas guna memperoleh 6 Jengglengan yang dimaksud yaitu berupa ijazah seniman karawitan. Surakarta: tabuhan bersama-sama yang dilakukan instrumen ASKI. bedug, bonang penembung, balungan, dan gong dalam Soeharto, M. 1978. “Kamus Musik Indonesia”. racikan. Jakarta: PT Gramedia. 7 12 Racikan adalah suatu susunan lagu Sudarsono, dkk. 1977-1978. “Kamus Istilah Tari yang digunakan untuk mengawali gendhing- dan Karawitan Jawa”. dalam Proyek gendhing Sekaten. Fungsinya hampir sama seperti Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia buka gendhing, tetapi lagu racikan lebih panjang dan Daerah. Jakarta. dari buka gendhing. (Rustopo, 1981: 14)

130 Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Sumarsam. 1979. Kendangan Gaya Solo (Kendangan juga tengah mengajar S1 dan S2 di Kalih & Setunggal dengan Selintas Institut Seni Indonesia Surakarta, Pengetahuan Gamelan. Surakarta: ASKI Ngringo, Palur, Karanganyar Departemen Pendidikan dan Rusdiyantoro, (59 tahun), pengrawit serta Kebudayaan. pengajar Institut Seni Indonesia ______. 2002. Hayatan Gamelan. Surakarta: STSI Surakarta Jurusan Karawitan, Ngringo, Press. Palur, Karanganyar Supanggah. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta: Saptono, (65 tahun), pengrawit sekaligus abdi MSPI. dalem Keraton Kasunanan Surakarta, ______. 2007. Bothekan Karawitan II: Garap. Kleco Surakarta: ISI Press. Sukamso (59 tahun), pengrawit serta pengajar Supardi. 2004. “Karawitan Pakurmatan” dalam Institut Seni Indonesia Surakarta Jurusan Diktat Petunjuk Praktikum. Program Karawitan, Ngringo, Palur, Hibah A-1 Jurusan Karawitan STSI Karanganyar Surakarta. Suraji (56 tahun), pengrawit serta pengajar Institut Seni Indonesia Surakarta Jurusan Narasumber Karawitan, Ngringo, Palur, Rahayu Supanggah (68 tahun), empu dalam Karanganyar karawitan sekaligus seorang komposer,

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 131