Sejarah Dan Fiksi Dalam “Legenda Kampung Jagalan” Dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sejarah Dan Fiksi Dalam “Legenda Kampung Jagalan” Dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta SEJARAH DAN FIKSI DALAM “LEGENDA KAMPUNG JAGALAN” DAN “LEGENDA KAMPUNG SEWU” SURAKARTA HISTORY AND FICTION IN “KAMPUNG JAGALAN LEGEND” AND “KAMPUNG SEWU LEGEND” SURAKARTA Nugraheni Eko Wardani FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia Telepon (0271) 648939, Faksimile (0271) 648939 Pos-el: [email protected] Naskah diterima: 1 Maret 2019; direvisi: 31 Juli 2019; disetujui: 17 Desember 2019 Permalink/DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222 Abstrak Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta, aspek sejarah dalam kedua cerita rakyat, unsur fiksi dalam kedua cerita rakyat, serta hubungan antara cerita rakyat dengan babad. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini buku Cerita Rakyat Surakarta dan Yogyakarta dan informan. Teknik pengumpulan data melalui analisis kedua legenda dan analisis catatan hasil wawancara informan. Analisis data menggunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk cerita rakyat Surakarta adalah legenda asal-usul nama Kampung Jagalan dan Kampung Sewu Surakarta. Cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” berhubungan dengan tokoh sejarah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X dan “Legenda Kampung Sewu” berhubungan dengan tokoh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II. Fiksi dalam cerita rakyat berkaitan dengan penceritaan tokoh dari kalangan rakyat jelata, latar tempat yang menunjukkan kehidupan rakyat jelata, dan dialog-dialog yang terjadi antartokoh di kalangan rakyat. Cerita rakyat dan babad bertujuan untuk melegitimasi nama raja. Hal ini menunjukkan bahwa kedua legenda mengandung sejarah yang berhubungan dengan raja-raja Kerajaan Surakarta. Legenda mengandung unsur fiksi pada struktur cerita. Kata Kunci: sejarah, fiksi, cerita rakyat,Surakarta Abstract This study aims to describe the form of Surakarta folktale through “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend”, historical aspects and roles in both folktales, the fiction contained in both folktale, the relationship between folktales andbabad. This research is qualitative descriptive research. The data in this study are book Cerita Rakyat Surakarta dan Yogyakarta and informants. The technique of collecting data through analysis of the two legends and informant interview records. Data analysis using interactive model analysis. The results of the research indicate that Surakarta folktales are the legend of the origin of the name Kampung Jagalan and Kampung Sewu Surakarta. “Kampung Jagalan Legend” relates to the historical figure ofPakubuwono X and “Kampung Sewu Legend” related the character of Pakubuwono II. Fiction in legends is related to the telling of figures from the common people, backgrounds that show the lives of ordinary people, and dialogues that occur between group, folktales and babad aim to legitimize the name of the king. The two ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 207 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani) legends contain history related to king of the kingdom Surakarta. Legends contain elements of fiction in the structure of stories. Keywords: history, fiction, folktales,Surakarta How to cite: Wardani, N.E. (2019). Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta. Aksara, 31(2), (DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222). PENDAHULUAN Di Indonesia, seluruh wilayahnya Tradisi lisan sudah berkembang di wilayah memiliki dan berkembang adanya cerita nusantara selama berabad-abad lamanya. rakyat. Cerita rakyat sebagai cerita lisan Indonesia merupakan salahsatu negara di Asia sering mengalami adanya varian cerita artinya yang memiliki tradisi lisan terlebih dahulu bisa saja cerita rakyat di daerah satu dengan baru kemudian disusul munculnya tradisi daerah lain memiliki kesamaan cerita karena tulis. UNESCO mencanangkan bahwa tradisi perkembangannya yang bersifat komunal dan lisan adalah those tradition which have been dari mulut ke mulut. Namun, adanya varian transmitted in time and space by the word and cerita ini tidak bisa disebut sebagai plagiasi act atau tradisi-tradisi yang diwariskan dalam karena cerita rakyat bersifat komunal dan ruang dan waktu dengan ujaran dan tindakan tidak ada pemiliknya (anonim). Ada beberapa (Hutomo, 2000, hlm. 11). jenis cerita rakyat antara lain (1) mithe, yaitu Salah satu jenis tradisi lisan adalah cerita cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar rakyat. Cerita rakyat merupakan bentuk tradisi terjadi serta dianggap suci oleh empunya lisan yang murni lisan artinya tidak ada sumber cerita;(2) legenda, yaitu cerita prosa rakyat asli berbentuk tertulis (Danandjaja, 2007, hlm. yang dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak 21). Cerita rakyat disampaikan secara lisan dianggap suci; (3) dongeng, yaitu cerita prosa dan turun-temurun diwariskan dari generasi ke rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi generasi. Baru ketika orang mengenal tradisi oleh empunya cerita, dan dongeng tidak terikat tulis, beberapa cerita rakyat dibukukan sebagai oleh waktu maupun tempat (Bascom, 1965, dokumen untuk menyimpan sastra dan budaya hlm. 279) . Indonesia yang adiluhung. Beberapa jenis cerita rakyat, yaitu (1) Dalam sejarah tradisi lisan Indonesia, cerita asal-usul, yaitu cerita yang menampilkan disebutkan bahwa di Indonesia pernah asal-usul nama binatang, asal-usul nama berkembang istilah pawang. Pawang adalah tumbuhan, dan asal-usul nama suatu tempat; (2) tukang cerita yang tugasnya menyampaikan cerita binatang, yaitu cerita yang menampilkan cerita secara lisan kepada masyarakat untuk tokoh binatang dengan peran dan diberi sifat didengarkan kisahnya sekaligus dicerna seperti halnya manusia; (3) cerita pelipur lara, nasihat-nasihat moral yang ada di dalamnya yaitu cerita yang bersifat menghibur, penuh (Wardani, 2018, hlm. 7). Tidak sembarang fantasi, dan memiliki tokoh putri cantik dan orang bisa menjadi pawang. Hanya orang-orang pangeran tampan, serta istana yang indah; (4) khusus dan terpilih saja yang bisa menjadi cerita jenaka, yaitu cerita yang isinya lucu pawang dan bertugas menyampaikan cerita dan memiliki tokoh yang sering dilukiskan secara lisan kepada masyarakat. berperilaku konyol (Danandjaja, 2007, hlm. 208 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani) 56). Berdasarkan jenis-jenis cerita rakyat yang sejarah. Cerita rakyat Surakarta berjudul disampaikan Danandjaja di atas, maka cerita “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda rakyat mithe, legenda, dan dongeng dapat Kampung Sewu” melibatkan adanya tokoh- berupa cerita rakyat asal-usul, cerita binatang, tokoh cerita. Tokoh cerita dalam kedua cerita pelipur lara, dan cerita jenaka. legenda ini adalah raja dari Keraton Kasunanan Cerita rakyat mengandung unsur sejarah dan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dan mengambil latar serta tokoh sejarah di pada zaman kedua raja ini berkuasa. Namun, dalamnya. Cerita rakyat sering diapresiasi dari sisi fiksi tentu ada unsur-unsur yang di masyarakat sebagai sejarah karena banyak dalamnya menunjukkan adanya imajinasi mengandung unsur tokoh dan latar yang penciptanya. memang ada dalam sejarah. Padahal, kalau “Legenda Kampung Jagalan” dan dicermati sebetulnya cerita rakyat merupakan “Legenda Kampung Sewu” merupakan percampuran fiksi dan sejarah sehingga disebut dua jenis legenda yang mengisahkan nama fiksi sejarah (historical fiction). Fiksi sejarah kampung yang ada di Surakarta. Surakarta adalah fiction that is set in the past (Johnson, merupakan pusat budaya Jawa di mana di kota 2002, hlm. 13). Hal tersebut dapat dicermati ini berdiri Kerajaan Kasunanan. Pada zaman melalui cerita rakyat berbentuk legenda dan dahulu, Kerajaan Kasunanan di Surakarta dan dongeng. Menurut Lindblad (2018, hlm. 147), Kerajaan Kasultanan di Yogyakarta menjadi historical fiction uses an actual historical satu dan disebut sebagai Kerajaan Mataram. past as the setting of the story, but it remains Namun, sejak perjanjian Giyanti, Kerajaan subject to the same conventions of applying Mataram pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan to works of literature in general, including Kasunanan Surakarta dan Kerajaan Kasultanan an internal logic, suspense and revelations. Yogyakarta. Masing-masing kerajaan me- Dengan kata lain, fiksi sejarah menggunakan miliki raja yang merupakan pewaris masa lalu sejarah aktual sebagai latar cerita, keturunan Kerajaan Mataram. Surakarta se- tetapi ia tetap tunduk pada konvensi yang sama bagai satu wilayah pusat kebudayaan Jawa tentang penerapan karya sastra pada umumnya juga berkembang berbagai cerita rakyat yang termasuk logika internal, dari ketegangan, dan terkait dengan kebesaran kerajaan Mataram, konvensi. khususnya kebesaran raja-raja Kasunanan. Fiksi sejarah membawa pembaca atau Penelitian mengenai cerita rakyat pernah pendengar memperoleh wawasan yang dilakukan peneliti lain sebelumnya. Terdapat luas. Fiksi sejarah juga membawa pembaca penelitian mengenai unsur sejarah dalam cerita memperoleh informasi tentang realitas masa rakyat Bontang yang berhubungan dengan lalu beserta perinciannya (Lindblad, 2018, adaptasi lingkungan masyarakat pendatang di hlm. 148). Namun, karena ada tuntutan fiksi Bontang dan terlukis dalam cerita rakyatnya. di dalam fiksi sejarah, maka fiksi sejarah juga Hasil penelitian menunjukkan
Recommended publications
  • Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dan Budi Pekerti
    KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN PERBUKUAN PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti Jaya Damanik SMP KELAS VII Hak Cipta pada Kementerian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Disclaimer: Buku ini disiapkan oleh Pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VII Penulis Jaya Damanik Penelaah Deni Darmawan Kuswijoyo Mulyo Penyelia Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ilustrator Indiria Maharsi Penata Letak (Desainer) Anggrinsan Hutajulu Penyunting Ruhut Gultom Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Jalan Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusat Cetakan pertama, 2021 978-602-244-334-6 (no.jil.lengkap) 978-602-244-335-3 (jil.1) Isi buku ini menggunakan huruf Linux Libertine 12/16 pt. GPL/OFL. xxviii, 196 hlm.: 25 cm. Kata Pengantar Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mempunyai tugas penyiapan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan kurikulum serta pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sistem perbukuan.
    [Show full text]
  • Peran Sri Susuhunan Pakubuwono Xii Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (1945-1949)
    PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) RINGKASAN SKRIPSI Oleh: M Arief Sasono 10406244038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 2 PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) Oleh: M Arief Sasono dan Dr .Aman, M.Pd ABSTRAK Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan akhir dari perjuangan Indonesia. Rakyat Indonesia masih berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Tujuan dari penulisan Skripsi ini untuk: (1) mengetahui perjuangan masyarakat dan kondisi Surakarta pasca Kemerdekaan. (2) mengetahui latar belakang Sri Susuhunan Pakubuwono XII (3). Mengetahui peran Sri Susuhunan Pakubuwono XII dalam mempertahankan Kemerdekaan Metode yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan metodelogi yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Metode Tersebut meliputi pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan Historiografi atau penulisan sejarah. Semua metode tersebut sudah dilakukan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) Perjuangan di Surakarta melibatkan KNI, pemuda, tokoh, bangsawan dan Sri Susuhunan Pakubuwono XII Dan pada akhirnya warga berhasil mengambil alih kekuasaan serta melucuti senjata tentara penjajah. (2) Pakubuwono XII lahir di Surakarta pada Selasa Legi tanggal 14 April 1925, dan diangkat menjadi raja di Keraton Surakarta pada usia yang sangat muda yaitu usia 20 tahun. Beliau juga dikenal dengan raja 3 jaman dengan lama memimpin 48 tahun. Atas pengabdiannya bagi Indonesia, maka Pakubuwana XII diberikan piagam penghargaan dan medali perjuangan angkatan ’45 yang ditetapkan oleh Dewan Harian Nasional Angkatan-45 di Jakarta. Piagam merupakan bukti kesetiaannya kepada Negara Kesatuan RI dan atas nasionalisme yang dalam di masa perjuangan kemerdekaan. (3) Peran PakuBuwono XII antara lain mengorbankan kekayaan keraton yang dimiliki seperti emas dan persenjataan yang sangat banyak, bahkan menyebabkan Keraton sendiri defisit.
    [Show full text]
  • Adat As a Means of Unification and Its Contestation. the Case of North Halmahera
    Brigitta Hauser-Schäublin (dir.) Adat and Indigeneity in Indonesia Culture and Entitlements between Heteronomy and Self-Ascription Göttingen University Press Adat as a Means of Unification and its Contestation. The Case of North Halmahera Serena Müller Publisher: Göttingen University Press Place of publication: Göttingen University Press Year of publication: 2013 Published on OpenEdition Books: 12 April 2017 Serie: Göttingen Studies in Cultural Property Electronic ISBN: 9782821875487 http://books.openedition.org Electronic reference MÜLLER, Serena. Adat as a Means of Unification and its Contestation. The Case of North Halmahera In: Adat and Indigeneity in Indonesia: Culture and Entitlements between Heteronomy and Self-Ascription [online]. Göttingen: Göttingen University Press, 2013 (generated 10 septembre 2020). Available on the Internet: <http://books.openedition.org/gup/181>. ISBN: 9782821875487. Becoming Aristocrats: Keraton in the Politics of Adat Fadjar I. Thufail Introduction An incident in West Jakarta District involving a group of thugs unravels the fraught relationship between the royal families of Javanese keratons and the public,1 exposing contentious issues over cultural property, political connection and symbolic status. The incident discloses an overlooked connection between the aristocracy and economy and sheds light on the challenges the aristocrats confront to rethink how noble culture and adat encounter the encroachment of capital and the state into the palace realm. In other words, the incident with the thugs depicts the predicament that the keraton and its noblemen must negotiate in order to sustain and assert the cultural sovereignty of the palace despite the continuous pressures from the state and capital to curtail the political role of the keraton.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 279 Third International Conference of Arts, Language and Culture (ICALC 2018) Spiritual Logic as Culture and Political Expression in Sultan Agung Hanyakrakusuma’s Ruling Aris Aryanto 1, Bani Sudardi 2*, Andrik Purwasito3, Wakit Abdullah Rais3 1 Doctorate Program in Cultural Studies of Sebelas Maret University, Surakarta 2,3Postgraduate of Sebelas Maret University, Surakarta 1 [email protected], 2* [email protected], 3 [email protected], [email protected] Abstract: This study aims to describe the role of spiritual logic during the reign of Sultan Agung Hanyakrakusuma from the Javanese community mentality’s viewpoint recorded in the book of Babad Tanah Jawi (BTJ). BTJ recounts the genealogy of Javanese kings until the reign of Pakubuwana II in Kartasura. BTJ in this episode expresses the steps of Sultan Agung to knit the continuity of the power of the Mataram dynasty in controlling Java and Madura. The political steps taken by Sultan Agung in legitimizing power were trusted by the people as an attitude that was directly inspired by God. The speech story recorded in the BTJ within the limits of this study contains three important motives, namely (1) spiritual motives, (2) political, and (3) power. Information in the BTJ should be seen as a Javanese perspective in interpreting its world and king's greatness, not as a historical turn. Keyword: spiritual logic, Mataram dynasty, knowledge motive, political motive, power Motive Introduction Sultan Agung Hanyakrakusuma ruled in Mataram from 1613-1645. Sultan Agung was recorded in the genealogy of the Mataram kings as the third generation ruler after Panembahan Senapati and Susuhunan Krapyak.
    [Show full text]
  • Confirming the Existence of the Kingdom: the Efforts of Territorial Consolidation and Formation of Cultural Identity During
    Indonesian Historical Studies, Vol. 1, No. 2, 103-116 © 2017 Confirming the Existence of the Kingdom: The Efforts of Territorial Consolidation and Formation of Cultural Identity During the Reign of Hamengku Buwana I, 1755 – 1792 Sutarwinarmo,1* Agustinus Supriyono,2 Dhanang Respati Puguh2 1Arsip Nasional Republik Indonesia 2Master Program of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University *Corresponding Author: [email protected] Abstract This article discusses the efforts of territorial Consolidation and formation of cultural identity during the reign of Hamengku Buwana I. This article is written using historical method and utilizing primary sources in the form of VOC archives stored in the National Archives of the Republic of Indonesia and Java manuscripts stored in Yogyakarta Sultanate, as well as secondary sources in the form of articles and books. After Giyanti Agreement in 1755, Sultan Hamengku Buwana I attempted to consolidate his territory through negotiation, dispute Received: settlement and law enforcement in order to preserve the sovereignity 30 November 2017 and territorial integrity of his kingdom. He also developed Ringgit Swargen, Yogyakarta style leather puppets that have different shape Accepted: 18 December 2017 from Surakarta style leather puppets developed by Surakarta Sunanate as one of the cultural identity of Yogyakarta Sultanate. Leather puppet show was used to control the areas that were in the territory of the Sultanate of Yogyakarta, as the leather puppet show performed outside the palace must obtain permission from the palace puppet master. The efforts of Sultan Hamengku Buwana I failed, due to the conflict that caused the war destroyed the boundaries and the peace agreement that had been made.
    [Show full text]
  • Batik, a Beautiful Cultural Heritage That Preserve Culture and Support Economic Development in Indonesia”
    “BATIK, A BEAUTIFUL CULTURAL HERITAGE THAT PRESERVE CULTURE AND SUPPORT ECONOMIC DEVELOPMENT IN INDONESIA” Evi Steelyana Accounting Departement, Faculty of Economics and Communication, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 [email protected] ABSTRACT Batik is an icon nation for Indonesia. Batik has awarded as cultural heritage from UNESCO on October 2nd, 2009and it is significantly affected to batik industry afterward.The raising of batik industry caused some multiplier effects to economics and socio cultural in Indonesia. In many areas of industry, banking role has always beenthe man behind the scene. Banking role in Indonesia also gives some encouragement and be part of batik industry development. Many national event has been created by some banks to encourage SME in batik industry to market their product internationally. This paper will give a simple explanation how banking industry and batik industry get along together in Indonesia, especially in financial sector to enhance economics development and to preserve a nation culture.Research methodology in this paper is quantitative method. This paper will give a simple analysis through comparative analysis based on export value from batik industry, domestic use of batik,batik industry development and microcredit or loan from banking industry to SME in batik industry.Many people wearing batik to show how they do appreciate and belong to a culture.Batik also gives other spirit of nationalism which represent in Batik Nationalis.The role of batik in international diplomacy and in the world level gives significant meaning for batik as a commodity which preserve Indonesian culture. In a piece of batik cloth, embodied socio-cultural and economic values that maintain the dignity of a nation.
    [Show full text]
  • Appendix Appendix
    APPENDIX APPENDIX DYNASTIC LISTS, WITH GOVERNORS AND GOVERNORS-GENERAL Burma and Arakan: A. Rulers of Pagan before 1044 B. The Pagan dynasty, 1044-1287 C. Myinsaing and Pinya, 1298-1364 D. Sagaing, 1315-64 E. Ava, 1364-1555 F. The Toungoo dynasty, 1486-1752 G. The Alaungpaya or Konbaung dynasty, 1752- 1885 H. Mon rulers of Hanthawaddy (Pegu) I. Arakan Cambodia: A. Funan B. Chenla C. The Angkor monarchy D. The post-Angkor period Champa: A. Linyi B. Champa Indonesia and Malaya: A. Java, Pre-Muslim period B. Java, Muslim period C. Malacca D. Acheh (Achin) E. Governors-General of the Netherlands East Indies Tai Dynasties: A. Sukhot'ai B. Ayut'ia C. Bangkok D. Muong Swa E. Lang Chang F. Vien Chang (Vientiane) G. Luang Prabang 954 APPENDIX 955 Vietnam: A. The Hong-Bang, 2879-258 B.c. B. The Thuc, 257-208 B.C. C. The Trieu, 207-I I I B.C. D. The Earlier Li, A.D. 544-602 E. The Ngo, 939-54 F. The Dinh, 968-79 G. The Earlier Le, 980-I009 H. The Later Li, I009-I225 I. The Tran, 1225-I400 J. The Ho, I400-I407 K. The restored Tran, I407-I8 L. The Later Le, I4I8-I8o4 M. The Mac, I527-I677 N. The Trinh, I539-I787 0. The Tay-Son, I778-I8o2 P. The Nguyen Q. Governors and governors-general of French Indo­ China APPENDIX DYNASTIC LISTS BURMA AND ARAKAN A. RULERS OF PAGAN BEFORE IOH (According to the Burmese chronicles) dat~ of accusion 1. Pyusawti 167 2. Timinyi, son of I 242 3· Yimminpaik, son of 2 299 4· Paikthili, son of 3 .
    [Show full text]
  • THE DYNAMICS of SURAKARTA BATIK: the Development of Batik Through Conservation by Revitalization and Reinterpretation in the Development Dynamics of Surakarta Batik
    Arts and Design Studies www.iiste.org ISSN 2224-6061 (Paper) ISSN 2225-059X (Online) DOI: 10.7176/ADS Vol.74, 2019 THE DYNAMICS OF SURAKARTA BATIK: The Development of Batik Through Conservation by Revitalization and Reinterpretation in the Development Dynamics of Surakarta Batik Dharsono 1 1 Departement of Fine Art, Faculty of Fine Art and Design, Indonesian Institute of the Arts Surakarta, Indonesia Abstract The study of “classic batik dynamics is focused on the dynamics of batik development.While the consumers have turned their attention to the motive of batik textile, the bourgeoisie of Indonesia has worn fine batik cloth or batik tulis (hand drawn batik) for formal occasion or party. The dynamics has ushered batik tulis (hand-drawn by canting , a copper vessel with spouted nib) to its exclusive throne. Classical batik thus became source of veneration, where subsequent batik production took its philosophy and inspiration. The objective of this study is to obtain the picture of Surakarta classical batik dynamics: (1) Classical view of Surakarta batik dynamics and (2) conservational view of Surakarta batik dynamics. Such an objective requires research measures or research method on batik dynamics, particularly in Surakarta region. This research is a qualitative research using cultural approach and refers to Javanese cultural teachings in line with cultural philosophy; it thus emphasizes data interpretation of specific cases. Analytical description of this study, therefore, emphasizes more on interactive model of qualitative data analysis using Javanese cultural approach. The result of interactive analysis is then examined with hermeneutical interpretive analysis, which is directed to interpret meaningful expression that people deliberately offered (interpretation on interpretation).
    [Show full text]
  • Menyiapkan Sultan Perempuan: Legitimasi Langit Dan Efektivitas Rezim Sultan Hamengkubuwono X1
    DDC: 321.5 MENYIAPKAN SULTAN PEREMPUAN: LEGITIMASI LANGIT DAN EFEKTIVITAS REZIM SULTAN HAMENGKUBUWONO X1 Bayu Dardias Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email: [email protected] Diterima: 17-3-2016 Direvisi: 29-3-2016 Disetujui: 4-4-2016 ABSTRACT Sultan Hamengkubuwono (HB) X of Yogyakarta has chosen his eldest daughter as his successor in a traditionally patrilineal Sultanate. This paper discusses the controversy surrounding Sultan HB X’s decision by measuring the impact of his proclamations and orders for the Sultanate’s long-term regime effectiveness. I argue that Sultan HB X’s proclamations and orders based, which were based on mysticism and a sense of divinity, have been ineffectual for maintaining regime effectiveness inside and outside of the Sultanate. Within the Sultanate, the Sultan’s siblings have argued that his decisions contradict the Sultanate’s centuries-long tradition of rules (paugeran). Outside the palace walls, broader society has been divided over Sultan HB X’s choice. One group supports Sultan HB X’s decision, while the other group is determined to hold on firmly to their patriarchal cultural and historical traditions. While Sultan HB X’s proclamations and orders have been ineffectual in maintaining the Sultanate and its influence, his decisions have even brought about an enormous challenge to the survival prospects of the Sultanate itself. Keywords: political legitimation, regime, Sultan Hamengkubuwono, Yogyakarta Sultanate ABSTRAK Pada 2015, Sultan Hamengkubuwono (HB) X mengeluarkan empat kali Sabda dan Dawuh Raja yang berkaitan dengan suksesi kepemimpinan di Kasultanan Yogyakarta. Tanpa memiliki putra laki-laki, Sultan HB X menunjuk putri sulungnya sebagai penerus takhta yang menganut patrilineal.
    [Show full text]
  • Dutch East Indies)
    .1" >. -. DS 6/5- GOiENELL' IJNIVERSIT> LIBRARIES riilACA, N. Y. 1483 M. Echols cm Soutbeast. Asia M. OLIN LIBRARY CORNELL UNIVERSITY LlflfiAfiY 3 1924 062 748 995 Cornell University Library The original of tiiis book is in tine Cornell University Library. There are no known copyright restrictions in the United States on the use of the text. http://www.archive.org/details/cu31924062748995 I.D. 1209 A MANUAL OF NETHERLANDS INDIA (DUTCH EAST INDIES) Compiled by the Geographical Section of the Naval Intelligence Division, Naval Staff, Admiralty LONDON : - PUBLISHED BY HIS MAJESTY'S STATIONERY OFFICE. To be purchased through any Bookseller or directly from H.M. STATIONERY OFFICE at the following addresses: Imperial House, Kinqswat, London, W.C. 2, and ,28 Abingdon Street, London, S.W.I; 37 Peter Street, Manchester; 1 St. Andrew's Crescent, Cardiff; 23 Forth Street, Edinburgh; or from E. PONSONBY, Ltd., 116 Grafton Street, Dublin. Price 10s. net Printed under the authority of His Majesty's Stationery Office By Frederick Hall at the University Press, Oxford. ill ^ — CONTENTS CHAP. PAGE I. Introduction and General Survey . 9 The Malay Archipelago and the Dutch possessions—Area Physical geography of the archipelago—Frontiers and adjacent territories—Lines of international communication—Dutch progress in Netherlands India (Relative importance of Java Summary of economic development—Administrative and economic problems—Comments on Dutch administration). II. Physical Geography and Geology . .21 Jaya—Islands adjacent to Java—Sumatra^^Islands adja- — cent to Sumatra—Borneo ^Islands —adjacent to Borneo CeLel3^—Islands adjacent to Celebes ^The Mpluoeas—^Dutoh_ QQ New Guinea—^Islands adjacent to New Guinea—Leaser Sunda Islands.
    [Show full text]
  • Laras Madya Dalam Upacara Malem Selikuran Di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
    LARAS MADYA DALAM UPACARA MALEM SELIKURAN DI KARATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT NASKAH PUBLIKASI Oleh Miftachul Azwar Annas 1610599015 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 ETNOMUSIKOLOGI JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2020 INTISARI Laras madya adalah ansambel jawa yang terdiri dari vokal dan instrumen. Laras madya diciptakan di lingkungan Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Hingga saat ini, laras madya hanya dimainkan dua kali dalam setahun, yaitu saat Upacara Malem Selikuran, dan mengantarkan zakat fitrah keluarga raja. Meskipun upacara-upacara tersebut diadakan oleh pihak karaton, namun laras madya tidak dimainkan secara ekslusif di dalam karaton. Dengan menggunakan pendekatan etnomusikologis, sebagai pengamat yang berperanserta, data yang diperoleh melalui narasumber dan dokumentasi menyatakan bahwa laras madya memiliki peran penting sebagai media dakwah, berisi petuah-petuah hidup dan puji-pujian, dan juga untuk membuat suasana upacara meriah namun tetap dalam kondisi khidmat. Oleh karena itu, laras madya dimainkan pada saat prosesi arak-arakan dalam Upacara Malem Selikuran, berjalan dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ke Masjid Agung Karaton Surakarta. Sehingga, bisa disaksikan oleh masyarakat umum. Kata kunci : Laras madya, Upacara Malem Selikuran, Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, peran laras madya ABSTRACT Laras madya is a Javanese ansamble that consist of vocal and instruments. It was created in The Royal Palace of Surakarta Sunanate’s surroundings. Presently,
    [Show full text]
  • Implementasi Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid Tentang Pendidikan Islam Kosmopolitan Di Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur'an
    IMPLEMENTASI PEMIKIRAN K.H. ABDURRAHMAN WAHID TENTANG PENDIDIKAN ISLAM KOSMOPOLITAN DI PESANTREN MODERN PENDIDIKAN AL-QUR’AN IMMIM TAMALANREA MAKASSAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Oleh: ABD. RAHMAN SAID AL-QADRI NIM: 2010014083 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2020 ii iii KATA PENGANTAR احلمد هلل الذي أرسل رسوله باهلدى ودين احلق ليظهره على الدين كله ولو كره الكافرون. والصﻻة والسﻻم على أشرف اﻷنبياء واملرسلني سيدنا حممد وعلى آله وصحبه أمجعني. Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. karena atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, serta berbagai macam kenikmatan, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat kesempatan, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw. sebagai suri tauladan dan rahmat bagi seluruh alam yang membawa keselamatan dari alam kebodohan menuju alam yang terang-benderang. Penulis telah melakukan banyak usaha terbaik dalam penyelesaian skripsi ini sebagai wadah menimba ilmu dan mengembangkannya. Tentunya penulis berharap, semoga keberadaan skripsi ini dapat bermanfaat bagi khalayak, terkhusus bagi penulis sendiri. Penyusunan skripsi ini memungkinkan penulis banyak mendapat bantuan, dukungan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga terutama orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Jawaruddin dan Ibunda Kamariah atas segala doa yang telah dipanjatkan setiap saat, dukungan, dan motivasi yang membangkitkan semangat selama penyelesaian studi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1.
    [Show full text]