Sejarah Dan Fiksi Dalam “Legenda Kampung Jagalan” Dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SEJARAH DAN FIKSI DALAM “LEGENDA KAMPUNG JAGALAN” DAN “LEGENDA KAMPUNG SEWU” SURAKARTA HISTORY AND FICTION IN “KAMPUNG JAGALAN LEGEND” AND “KAMPUNG SEWU LEGEND” SURAKARTA Nugraheni Eko Wardani FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia Telepon (0271) 648939, Faksimile (0271) 648939 Pos-el: [email protected] Naskah diterima: 1 Maret 2019; direvisi: 31 Juli 2019; disetujui: 17 Desember 2019 Permalink/DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222 Abstrak Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta, aspek sejarah dalam kedua cerita rakyat, unsur fiksi dalam kedua cerita rakyat, serta hubungan antara cerita rakyat dengan babad. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini buku Cerita Rakyat Surakarta dan Yogyakarta dan informan. Teknik pengumpulan data melalui analisis kedua legenda dan analisis catatan hasil wawancara informan. Analisis data menggunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk cerita rakyat Surakarta adalah legenda asal-usul nama Kampung Jagalan dan Kampung Sewu Surakarta. Cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” berhubungan dengan tokoh sejarah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X dan “Legenda Kampung Sewu” berhubungan dengan tokoh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II. Fiksi dalam cerita rakyat berkaitan dengan penceritaan tokoh dari kalangan rakyat jelata, latar tempat yang menunjukkan kehidupan rakyat jelata, dan dialog-dialog yang terjadi antartokoh di kalangan rakyat. Cerita rakyat dan babad bertujuan untuk melegitimasi nama raja. Hal ini menunjukkan bahwa kedua legenda mengandung sejarah yang berhubungan dengan raja-raja Kerajaan Surakarta. Legenda mengandung unsur fiksi pada struktur cerita. Kata Kunci: sejarah, fiksi, cerita rakyat,Surakarta Abstract This study aims to describe the form of Surakarta folktale through “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend”, historical aspects and roles in both folktales, the fiction contained in both folktale, the relationship between folktales andbabad. This research is qualitative descriptive research. The data in this study are book Cerita Rakyat Surakarta dan Yogyakarta and informants. The technique of collecting data through analysis of the two legends and informant interview records. Data analysis using interactive model analysis. The results of the research indicate that Surakarta folktales are the legend of the origin of the name Kampung Jagalan and Kampung Sewu Surakarta. “Kampung Jagalan Legend” relates to the historical figure ofPakubuwono X and “Kampung Sewu Legend” related the character of Pakubuwono II. Fiction in legends is related to the telling of figures from the common people, backgrounds that show the lives of ordinary people, and dialogues that occur between group, folktales and babad aim to legitimize the name of the king. The two ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 207 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani) legends contain history related to king of the kingdom Surakarta. Legends contain elements of fiction in the structure of stories. Keywords: history, fiction, folktales,Surakarta How to cite: Wardani, N.E. (2019). Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta. Aksara, 31(2), (DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222). PENDAHULUAN Di Indonesia, seluruh wilayahnya Tradisi lisan sudah berkembang di wilayah memiliki dan berkembang adanya cerita nusantara selama berabad-abad lamanya. rakyat. Cerita rakyat sebagai cerita lisan Indonesia merupakan salahsatu negara di Asia sering mengalami adanya varian cerita artinya yang memiliki tradisi lisan terlebih dahulu bisa saja cerita rakyat di daerah satu dengan baru kemudian disusul munculnya tradisi daerah lain memiliki kesamaan cerita karena tulis. UNESCO mencanangkan bahwa tradisi perkembangannya yang bersifat komunal dan lisan adalah those tradition which have been dari mulut ke mulut. Namun, adanya varian transmitted in time and space by the word and cerita ini tidak bisa disebut sebagai plagiasi act atau tradisi-tradisi yang diwariskan dalam karena cerita rakyat bersifat komunal dan ruang dan waktu dengan ujaran dan tindakan tidak ada pemiliknya (anonim). Ada beberapa (Hutomo, 2000, hlm. 11). jenis cerita rakyat antara lain (1) mithe, yaitu Salah satu jenis tradisi lisan adalah cerita cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar rakyat. Cerita rakyat merupakan bentuk tradisi terjadi serta dianggap suci oleh empunya lisan yang murni lisan artinya tidak ada sumber cerita;(2) legenda, yaitu cerita prosa rakyat asli berbentuk tertulis (Danandjaja, 2007, hlm. yang dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak 21). Cerita rakyat disampaikan secara lisan dianggap suci; (3) dongeng, yaitu cerita prosa dan turun-temurun diwariskan dari generasi ke rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi generasi. Baru ketika orang mengenal tradisi oleh empunya cerita, dan dongeng tidak terikat tulis, beberapa cerita rakyat dibukukan sebagai oleh waktu maupun tempat (Bascom, 1965, dokumen untuk menyimpan sastra dan budaya hlm. 279) . Indonesia yang adiluhung. Beberapa jenis cerita rakyat, yaitu (1) Dalam sejarah tradisi lisan Indonesia, cerita asal-usul, yaitu cerita yang menampilkan disebutkan bahwa di Indonesia pernah asal-usul nama binatang, asal-usul nama berkembang istilah pawang. Pawang adalah tumbuhan, dan asal-usul nama suatu tempat; (2) tukang cerita yang tugasnya menyampaikan cerita binatang, yaitu cerita yang menampilkan cerita secara lisan kepada masyarakat untuk tokoh binatang dengan peran dan diberi sifat didengarkan kisahnya sekaligus dicerna seperti halnya manusia; (3) cerita pelipur lara, nasihat-nasihat moral yang ada di dalamnya yaitu cerita yang bersifat menghibur, penuh (Wardani, 2018, hlm. 7). Tidak sembarang fantasi, dan memiliki tokoh putri cantik dan orang bisa menjadi pawang. Hanya orang-orang pangeran tampan, serta istana yang indah; (4) khusus dan terpilih saja yang bisa menjadi cerita jenaka, yaitu cerita yang isinya lucu pawang dan bertugas menyampaikan cerita dan memiliki tokoh yang sering dilukiskan secara lisan kepada masyarakat. berperilaku konyol (Danandjaja, 2007, hlm. 208 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani) 56). Berdasarkan jenis-jenis cerita rakyat yang sejarah. Cerita rakyat Surakarta berjudul disampaikan Danandjaja di atas, maka cerita “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda rakyat mithe, legenda, dan dongeng dapat Kampung Sewu” melibatkan adanya tokoh- berupa cerita rakyat asal-usul, cerita binatang, tokoh cerita. Tokoh cerita dalam kedua cerita pelipur lara, dan cerita jenaka. legenda ini adalah raja dari Keraton Kasunanan Cerita rakyat mengandung unsur sejarah dan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dan mengambil latar serta tokoh sejarah di pada zaman kedua raja ini berkuasa. Namun, dalamnya. Cerita rakyat sering diapresiasi dari sisi fiksi tentu ada unsur-unsur yang di masyarakat sebagai sejarah karena banyak dalamnya menunjukkan adanya imajinasi mengandung unsur tokoh dan latar yang penciptanya. memang ada dalam sejarah. Padahal, kalau “Legenda Kampung Jagalan” dan dicermati sebetulnya cerita rakyat merupakan “Legenda Kampung Sewu” merupakan percampuran fiksi dan sejarah sehingga disebut dua jenis legenda yang mengisahkan nama fiksi sejarah (historical fiction). Fiksi sejarah kampung yang ada di Surakarta. Surakarta adalah fiction that is set in the past (Johnson, merupakan pusat budaya Jawa di mana di kota 2002, hlm. 13). Hal tersebut dapat dicermati ini berdiri Kerajaan Kasunanan. Pada zaman melalui cerita rakyat berbentuk legenda dan dahulu, Kerajaan Kasunanan di Surakarta dan dongeng. Menurut Lindblad (2018, hlm. 147), Kerajaan Kasultanan di Yogyakarta menjadi historical fiction uses an actual historical satu dan disebut sebagai Kerajaan Mataram. past as the setting of the story, but it remains Namun, sejak perjanjian Giyanti, Kerajaan subject to the same conventions of applying Mataram pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan to works of literature in general, including Kasunanan Surakarta dan Kerajaan Kasultanan an internal logic, suspense and revelations. Yogyakarta. Masing-masing kerajaan me- Dengan kata lain, fiksi sejarah menggunakan miliki raja yang merupakan pewaris masa lalu sejarah aktual sebagai latar cerita, keturunan Kerajaan Mataram. Surakarta se- tetapi ia tetap tunduk pada konvensi yang sama bagai satu wilayah pusat kebudayaan Jawa tentang penerapan karya sastra pada umumnya juga berkembang berbagai cerita rakyat yang termasuk logika internal, dari ketegangan, dan terkait dengan kebesaran kerajaan Mataram, konvensi. khususnya kebesaran raja-raja Kasunanan. Fiksi sejarah membawa pembaca atau Penelitian mengenai cerita rakyat pernah pendengar memperoleh wawasan yang dilakukan peneliti lain sebelumnya. Terdapat luas. Fiksi sejarah juga membawa pembaca penelitian mengenai unsur sejarah dalam cerita memperoleh informasi tentang realitas masa rakyat Bontang yang berhubungan dengan lalu beserta perinciannya (Lindblad, 2018, adaptasi lingkungan masyarakat pendatang di hlm. 148). Namun, karena ada tuntutan fiksi Bontang dan terlukis dalam cerita rakyatnya. di dalam fiksi sejarah, maka fiksi sejarah juga Hasil penelitian menunjukkan