SEJARAH DAN FIKSI DALAM “LEGENDA KAMPUNG JAGALAN” DAN “LEGENDA KAMPUNG SEWU”

HISTORY AND FICTION IN “KAMPUNG JAGALAN LEGEND” AND “KAMPUNG SEWU LEGEND” SURAKARTA

Nugraheni Eko Wardani FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta, Jawa Tengah, Telepon (0271) 648939, Faksimile (0271) 648939 Pos-el: [email protected]

Naskah diterima: 1 Maret 2019; direvisi: 31 Juli 2019; disetujui: 17 Desember 2019

Permalink/DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222

Abstrak Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta, aspek sejarah dalam kedua cerita rakyat, unsur fiksi dalam kedua cerita rakyat, serta hubungan antara cerita rakyat dengan babad. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini buku Cerita Rakyat Surakarta dan dan informan. Teknik pengumpulan data melalui analisis kedua legenda dan analisis catatan hasil wawancara informan. Analisis data menggunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk cerita rakyat Surakarta adalah legenda asal-usul nama Kampung Jagalan dan Kampung Sewu Surakarta. Cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” berhubungan dengan tokoh sejarah Kanjeng dan “Legenda Kampung Sewu” berhubungan dengan tokoh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II. Fiksi dalam cerita rakyat berkaitan dengan penceritaan tokoh dari kalangan rakyat jelata, latar tempat yang menunjukkan kehidupan rakyat jelata, dan dialog-dialog yang terjadi antartokoh di kalangan rakyat. Cerita rakyat dan babad bertujuan untuk melegitimasi nama raja. Hal ini menunjukkan bahwa kedua legenda mengandung sejarah yang berhubungan dengan raja-raja Kerajaan Surakarta. Legenda mengandung unsur fiksi pada struktur cerita.

Kata Kunci: sejarah, fiksi, cerita rakyat,Surakarta

Abstract This study aims to describe the form of Surakarta folktale through “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend”, historical aspects and roles in both folktales, the fiction contained in both folktale, the relationship between folktales andbabad. This research is qualitative descriptive research. The data in this study are book Cerita Rakyat Surakarta dan Yogyakarta and informants. The technique of collecting data through analysis of the two legends and informant interview records. Data analysis using interactive model analysis. The results of the research indicate that Surakarta folktales are the legend of the origin of the name Kampung Jagalan and Kampung Sewu Surakarta. “Kampung Jagalan Legend” relates to the historical figure ofPakubuwono X and “Kampung Sewu Legend” related the character of Pakubuwono II. Fiction in legends is related to the telling of figures from the common people, backgrounds that show the lives of ordinary people, and dialogues that occur between group, folktales and babad aim to legitimize the name of the king. The two

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 207 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani)

legends contain history related to king of the kingdom Surakarta. Legends contain elements of fiction in the structure of stories.

Keywords: history, fiction, folktales,Surakarta

How to cite: Wardani, N.E. (2019). Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta. Aksara, 31(2), (DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222).

PENDAHULUAN Di Indonesia, seluruh wilayahnya Tradisi lisan sudah berkembang di wilayah memiliki dan berkembang adanya cerita nusantara selama berabad-abad lamanya. rakyat. Cerita rakyat sebagai cerita lisan Indonesia merupakan salahsatu negara di Asia sering mengalami adanya varian cerita artinya yang memiliki tradisi lisan terlebih dahulu bisa saja cerita rakyat di daerah satu dengan baru kemudian disusul munculnya tradisi daerah lain memiliki kesamaan cerita karena tulis. UNESCO mencanangkan bahwa tradisi perkembangannya yang bersifat komunal dan lisan adalah those tradition which have been dari mulut ke mulut. Namun, adanya varian transmitted in time and space by the word and cerita ini tidak bisa disebut sebagai plagiasi act atau tradisi-tradisi yang diwariskan dalam karena cerita rakyat bersifat komunal dan ruang dan waktu dengan ujaran dan tindakan tidak ada pemiliknya (anonim). Ada beberapa (Hutomo, 2000, hlm. 11). jenis cerita rakyat antara lain (1) mithe, yaitu Salah satu jenis tradisi lisan adalah cerita cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar rakyat. Cerita rakyat merupakan bentuk tradisi terjadi serta dianggap suci oleh empunya lisan yang murni lisan artinya tidak ada sumber cerita;(2) legenda, yaitu cerita prosa rakyat asli berbentuk tertulis (Danandjaja, 2007, hlm. yang dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak 21). Cerita rakyat disampaikan secara lisan dianggap suci; (3) dongeng, yaitu cerita prosa dan turun-temurun diwariskan dari generasi ke rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi generasi. Baru ketika orang mengenal tradisi oleh empunya cerita, dan dongeng tidak terikat tulis, beberapa cerita rakyat dibukukan sebagai oleh waktu maupun tempat (Bascom, 1965, dokumen untuk menyimpan sastra dan budaya hlm. 279) . Indonesia yang adiluhung. Beberapa jenis cerita rakyat, yaitu (1) Dalam sejarah tradisi lisan Indonesia, cerita asal-usul, yaitu cerita yang menampilkan disebutkan bahwa di Indonesia pernah asal-usul nama binatang, asal-usul nama berkembang istilah pawang. Pawang adalah tumbuhan, dan asal-usul nama suatu tempat; (2) tukang cerita yang tugasnya menyampaikan cerita binatang, yaitu cerita yang menampilkan cerita secara lisan kepada masyarakat untuk tokoh binatang dengan peran dan diberi sifat didengarkan kisahnya sekaligus dicerna seperti halnya manusia; (3) cerita pelipur lara, nasihat-nasihat moral yang ada di dalamnya yaitu cerita yang bersifat menghibur, penuh (Wardani, 2018, hlm. 7). Tidak sembarang fantasi, dan memiliki tokoh putri cantik dan orang bisa menjadi pawang. Hanya orang-orang pangeran tampan, serta istana yang indah; (4) khusus dan terpilih saja yang bisa menjadi cerita jenaka, yaitu cerita yang isinya lucu pawang dan bertugas menyampaikan cerita dan memiliki tokoh yang sering dilukiskan secara lisan kepada masyarakat. berperilaku konyol (Danandjaja, 2007, hlm.

208 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani)

56). Berdasarkan jenis-jenis cerita rakyat yang sejarah. Cerita rakyat Surakarta berjudul disampaikan Danandjaja di atas, maka cerita “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda rakyat mithe, legenda, dan dongeng dapat Kampung Sewu” melibatkan adanya tokoh- berupa cerita rakyat asal-usul, cerita binatang, tokoh cerita. Tokoh cerita dalam kedua cerita pelipur lara, dan cerita jenaka. legenda ini adalah raja dari Keraton Kasunanan Cerita rakyat mengandung unsur sejarah dan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dan mengambil latar serta tokoh sejarah di pada zaman kedua raja ini berkuasa. Namun, dalamnya. Cerita rakyat sering diapresiasi dari sisi fiksi tentu ada unsur-unsur yang di masyarakat sebagai sejarah karena banyak dalamnya menunjukkan adanya imajinasi mengandung unsur tokoh dan latar yang penciptanya. memang ada dalam sejarah. Padahal, kalau “Legenda Kampung Jagalan” dan dicermati sebetulnya cerita rakyat merupakan “Legenda Kampung Sewu” merupakan percampuran fiksi dan sejarah sehingga disebut dua jenis legenda yang mengisahkan nama fiksi sejarah (historical fiction). Fiksi sejarah kampung yang ada di Surakarta. Surakarta adalah fiction that is set in the past (Johnson, merupakan pusat budaya Jawa di mana di kota 2002, hlm. 13). Hal tersebut dapat dicermati ini berdiri Kerajaan Kasunanan. Pada zaman melalui cerita rakyat berbentuk legenda dan dahulu, Kerajaan Kasunanan di Surakarta dan dongeng. Menurut Lindblad (2018, hlm. 147), Kerajaan Kasultanan di Yogyakarta menjadi historical fiction uses an actual historical satu dan disebut sebagai Kerajaan Mataram. past as the setting of the story, but it remains Namun, sejak perjanjian Giyanti, Kerajaan subject to the same conventions of applying Mataram pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan to works of literature in general, including Kasunanan Surakarta dan Kerajaan Kasultanan an internal logic, suspense and revelations. Yogyakarta. Masing-masing kerajaan me­ Dengan kata lain, fiksi sejarah menggunakan miliki raja yang merupakan pewaris masa lalu sejarah aktual sebagai latar cerita, keturunan Kerajaan Mataram. Surakarta se­ tetapi ia tetap tunduk pada konvensi yang sama bagai satu wilayah pusat kebudayaan Jawa tentang penerapan karya sastra pada umumnya juga berkembang berbagai cerita rakyat yang termasuk logika internal, dari ketegangan, dan terkait dengan kebesaran kerajaan Mataram, konvensi. khususnya kebesaran raja-raja Kasunanan. Fiksi sejarah membawa pembaca atau Penelitian mengenai cerita rakyat pernah pendengar memperoleh wawasan yang dilakukan peneliti lain sebelumnya. Terdapat luas. Fiksi sejarah juga membawa pembaca penelitian mengenai unsur sejarah dalam cerita memperoleh informasi tentang realitas masa rakyat Bontang yang berhubungan dengan lalu beserta perinciannya (Lindblad, 2018, adaptasi lingkungan masyarakat pendatang di hlm. 148). Namun, karena ada tuntutan fiksi Bontang dan terlukis dalam cerita rakyatnya. di dalam fiksi sejarah, maka fiksi sejarah juga Hasil penelitian menunjukkan adanya aspek mengambil kebebasan dengan realitas sejarah adaptasi lingkungan pendatang dengan yang telah ada. Fiksi sejarah mengalami menggunakan teknologi sederhana untuk ketegangan antara keaslian sejarah dan fiksi. pembukaan daerah baru. Hal ini meupakan Cerita rakyat merupakan bentuk karya bagian unsur sejarah cerita rakyat masyarakat sastra yang mengandung unsur fiksi dan unsur pendatang di Bontang. Pola adaptasi ling­

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 209 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani) kungan mereka lakukan secara sosial dan adanya 10 prinsip hidup yang belum banyak religi. Hal ini diakibatkan perkembangan diketahui masyarakat Madura, antara lain budaya masyarakat seiring munculnya per­ penghargaan terhadap air, pohon, harga diri, niagaan dan ritual religi memberi sesaji ke laut kepemilikan bekal hidup, penghormatan (Mustikawati, 2018). kepada perempuan, sikap yang hati-hati, ke­ Penelitian lain dilakukan oleh Riana percayaan kepada penyucian batin, menuntut­ (2017) yang meneliti 4 cerita rakyat berbentuk ilmu agama, keta’dziman kepada kyai, dan legenda, yaitu “Legenda Patung Batu kepatuhan kepada atasan. Desa Pantun”, “Legenda Gua Kombeng”, Penelitian-penelitian yang ada sebe­ “Legenda Kutukan Sang Kudungga”, dan lumnya belum membahas mengenai sejarah “Legenda Kisah Baung Putih”. Keempat dan fiksi dalam cerita rakyat,susnya khu­ legenda tersebut berkembang di wilayah “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kerajaan Mulawarman. Berdasar keempat Kampung Sewu” Surakarta. Ber­dasar be­ legenda tersebut ditemukan bahwa terdapat berapa hasil penelitian mengenai cerita fakta historis Kerajaan Mulawarman. Fakta rakyat tersebut, maka peneliti akan me­ historis ditunjukkan melalui beragam motif nganalisis mengenai cerita rakyat Surakarta, tabu yang berlaku di wilayah bekas Kerajaan yaitu “Legenda Kampung Jagalan” dan Mulawarman yang masih berlangsung sampai “Legenda Kampung Sewu” melalui aspek saat ini. Motif tabu itu, yaitu tuhing jika sejarah dan fiksi dalam kedua cerita rakyat. melakukan perbuatan yang merugikan orang Analisis ini akan ditekankan pada (1) lain pada saat pesta Erau dengan cara mengusir mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk orang tersebut dari pesta Erau, mengambil harta cerita rakyat Surakarta melalui “Legenda kekayaan kerajaan, memperkaya diri sendiri Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung dengan merampas kekayaan kerajaan dan Sewu”; (2) mendeskripsikan dan menjelaskan melakukan pungutan liar kepada masyarakat, aspek sejarah dan peran Kanjeng Susuhunan serta memakan ikan baung putih. Pelanggaran Pakubuwono II dan Kanjeng Susuhunan terhadap tabu berakibat munculnya bencana Pakubuwono X dalam cerita rakyat tersebut; bagi yang melanggarnya. (3) mendeskripsikan dan menjelaskan fiksi Penelitian lain juga dilakukan Supra­ yang terdapat dalam cerita rakyat “Legenda yitno, Rois, Harmanto, & Iman (2018) Kampung Jagalan”dan “Legenda Kampung mengenai representasi falsafah Jawa dalam Sewu Surakarta”; (4) mendeskripsikan dan cerita rakyat terjadinya Terowongan Air menjelaskan hubungan antara cerita rakyat Mangge. Hasil penelitian menunjukkan dengan babad. adanya tiga representasi falsafah hidup Jawa, yaitu ketuhanan, sosial bermasyarakat dan METODE kemanusiaan, serta alam sekitar. Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif sejenis mengenai cerita rakyat dilakukan yang mengaplikasikan penelitian deskriptif. oleh Azhar (2017). Azhar meneliti mengenai Penelitian ini berfokus pada tujuan penelitian prinsip hidup masyarakat Madura dalam tiga sesuai dengan metode penelitian yang digunakan puluh dua cerita rakyat berbentuk legenda J.W. Creswell (2013, hlm. 22). Sumber data yang ada di Madura. Hasilnya diketemukan dalam penelitian ini (1) Buku Cerita Rakyat

210 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani)

Surakarta dan Yogyakarta yang ditulis oleh Tokoh dalam cerita rakyat ini merupakan tokoh- N.E. Wardani (2018) dan diterbitkan oleh tokoh yang dianggap memiliki pengaruh pada Diomedia. Dalam buku cerita rakyat tersebut masanya. Jika dilihat dari teori Danandjaja, terdapat dua legenda, yaitu “Legenda Kampung maka cerita rakyat Kampung Jagalan ini Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” termasuk dalam jenis legenda asal-usul nama Surakarta; (2) dokumen berupa catatan hasil Kampung Jagalan. wawancara informan dari Keraton Surakarta Legenda ini memiliki tiga tokoh utama, dan pakar sastra lisan untuk dianalisis. yaitu Raden Ngabehi Mahesa Prawiro, Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Tumenggung Harjonagoro, dan Kanjeng (1) Analisis dokumen terhadap “Legenda Susuhunan Pakubuwono X (Wardani, 2018, Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung hlm. 18). Raden Ngabehi Mahesa Prawiro Sewu” Surakarta; (2) wawancara informan adalah seorang panewu (camat), Tumenggung dilakukan dengan kerabat Keraton Surakarta Harjonagoro adalah seorang tumenggung terkait aspek sejarah legenda. Wawancara juga (bupati), sedangkan Kanjeng Susuhunan dilakukan dengan pakar sastra lisan terkait Pakubuwono X merupakan raja Kerajaan dengan aspek fiksi legenda. Validitas data Surakarta (Kasunanan). Ketiga tokoh ini selalu menggunakan triangulasi metode. Triangulasi berupaya menyejahterakan rakyatnya. Kanjeng metode dilakukan dengan membandingkan data Susuhunan Pakubuwono X selalu mengajak teks cerita rakyat dengan wawancara informan. kedua bawahannya tersebut berdiskusi dan Analisis data menggunakan analisis model mencari solusi masalah masyarakatnya. interaktif (Miles and Hubermann, 2014, hlm. Pada saat ada acara di Keraton Surakarta 20). Analisis model interaktif terdiri atas (1) (Kasunanan), Raden Ngabehi Mahesa Prawiro pengumpulan data berupa dokumen kedua dan Tumenggung Harjonagoro juga diundang legenda dan wawancara informan; (2) reduksi oleh raja. Mereka menyampaikan aspirasi data. Berdasarkan pengumpulan data, data-data dari masyarakat, terutama berkaitan dengan tersebut kemudian dicatat dalam kartu data dan kesejahteraan masyarakat. Raden Ngabehi direduksi. Data-data yang sesuai dengan tujuan Maheso Prawiro menyampaikan kepada raja penelitian akan disimpan untuk tahap analisis; bahwa masyarakat membutuhkan abbatoir (3) penyajian data merupakan tahap analisis (tempat penyembelihan hewan) yang lebih data yang dilakukan secara interaktif dan terus sehat dan lebih baik. Selama ini masyarakat menerus sampai tercapainya tujuan penelitian; melakukan penyembelihan di sembarang (4) penarikan kesimpulan merupakan tahap tempat dengan kualitas daging yang diragukan akhir penelitian. kebersihan dan kesehatannya. Sementara, Tumenggung Harjonagoro menyampaikan HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa masyarakatnya sebagian besar berprofesi Bentuk Cerita Rakyat “Legenda Kampung sebagai pedagang. Namun, mereka sering ber­ Jagalan” jualan di pinggir jalan secara liar. Masyarakat Cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” sangat membutuhkan pasar sebagai tempat ini termasuk dalam bentuk legenda karena kegiatan jual beli. Kanjeng Paku Buwono X merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap menerima aspirasi dari kedua abdinya tersebut. benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Beliaupun berjanji akan memenuhi keinginan

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 211 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani) masyarakat untuk memiliki abbatoir yang sehat dijual di pesisir. Beras, kelapa, gula merah, dan pasar. bawang, dan lain-lain merupakan produk Aspirasi Raden Ngabehi Maheso Prawiro daerah pedalaman yang kemudian dinaikkan ke dan Tumenggung Harjonagoro tersebut kapal untuk dibawa dan dijual ke daerah pesisir. tidak lama kemudian dipenuhi oleh Kanjeng Pelabuhan besar ini mampu mendatangkan Susuhunan Pakubuwono X. Raja mendirikan kekuatan ekonomi bagi Kerajaan Surakarta abbatoir dan pasar. Perekonomian masyarakat yang saat itu berada di dalam pemerintahan meningkat dengan pesat. Banyak peternak Pakubuwono II. Perekonomian rakyat datang ke abbatoir untuk menyembelih mengalami kemajuan pesat. Seiring dengan hewan ternaknya dan kemudian dijual ke kemajuan pesat masyarakat, Pakubuwono pasar. Laju perekonomian yang baik tersebut II banyak mengalami permasalahan dalam tentu meningkatkan taraf hidup masyarakat. pemerintahannya. Pertentangan yang dilakukan Kampung yang menjadi tempat penyembelihan dengan saudara-saudaranya sering terjadi. itu kemudian disebut Kampung Jagalan (dari Pemberontakan dilakukan pula oleh Pangeran kata jagal yang dalam bahasa Jawa artinya Kuning yang berusaha merebut kekuasaannya. orang yang pekerjaannya menyembelih hewan Pada saat terjadi pemberontakan, ternak). Pakubuwono II selalu meminta bantuan Be­ landa. Dalam menjalankan roda pemerintahan Bentuk Cerita Rakyat “Legenda Kampung ia berhubungan dekat dengan Belanda. Sering Sewu” keputusan raja harus meminta pertimbangan Cerita rakyat “Legenda Kampung Sewu” Belanda. Belanda terlalu jauh mencampuri merupakan bentuk cerita rakyat legenda asal- urusan kerajaan. Kondisi ini makin mengundang usul nama Kampung Sewu. “Legenda Kampung ketidakpuasan di lingkungan istana dan Sewu” berlatar masa kerajaan Kasunanan masyarakat karena kebijakan yang diambil Surakarta di bawah kepemimpinan Kanjeng sering menguntungkan kepentingan Belanda. Susuhunan Pakubuwono II. Tokoh utama Ternyata tidak mudah menghadapi dalam cerita ini adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II yang diperkuat pasukan Be­ Pakubuwono II, Pangeran Mangkubumi, landa. Belanda selalu memperkuat diri dengan Pangeran Kuning, Raden Mas Said (Wardani, memperbanyak pasukan dan persenjataan 2018, hlm. 34). modern. Semakin lama Pakubuwono II Pada masa pemerintahan Susuhunan semakin tidak berdaya menghadapi Belanda. Pakubuwono II, pelabuhan Beton yang terletak Perdagangan melalui dermaga perlahan-lahan di Nusukan Surakarta merupakan salah satu dikuasai oleh Belanda melalui keputusan pelabuhan besar. Kapal-kapal dari Surabaya Pakubuwono II menarik pajak yang tinggi. Pelan- dan Gresik sering berlabuh di dermaga untuk pelan perekonomian masyarakat mengalami melakukan perdagangan dan transaksi jual kemunduran. Api pemberontakanpun tidak beli di sana. Rempah-rempah, peralatan rumah hanya dilakukan saudara-saudaranya, tetapi tangga, tembikar, kain sutera, garam, dan lain- juga pedagang-pedagang etnis Tionghoa yang lain diperjualbelikan di pelabuhan tersebut. merasa dirugikan oleh kebijakan pajak tinggi Selain menurunkan muatan, pelabuhan tersebut dari Pakubuwono II. juga digunakan untuk menaikkan muatan guna Pada bagian lain diceritakan mengenai

212 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani)

Pangeran Mangkubumi, saudara Susuhunan Mataram pecah menjadi 2 melalui perjanjian Pakubuwono II, yang merupakan salah seorang Giyanti, sehingga wilayah Mataram berada di pemberontak pemerintahannya. Mangkubumi Kota Surakarta dan Yogyakarta. Kerajaan di melarikan diri dari kejaran pasukan Pakubuwono Surakarta disebut sebagai Kasunanan dengan II. Mangkubumi sampai di sebuah desa dan rajanya yang bergelar Susuhunan Pakubuwono. bertemu dengan Raden Mas Sindunagara, Kerajaan di Yogyakarta disebut sebagai salah seorang abdinya. Pangeran Mangkubumi Kasultanan dengan rajanya yang bergelar Sri meminta tolong kepada Sindunagara untuk Hamengkubuwono. dicarikan tempat bermeditasi dan mendekatkan Keraton Surakarta mengalami masa diri kepada Tuhan. Pangeran Mangkubumi ingin kejayaan ketika berada dalam pemerintahan bersemedi memohon petunjuk kepada Tuhan Susuhunan Pakubuwono X. Pakubuwono X mengenai tindakan yang harus dilakukannya bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun saat menghadapi kejaran Pakubuwono II. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing Pagi hari setelah bertirakat, Pangeran Ngalogo Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Mangkubumi mendapatkan petunjuk Tuhan Khalifatullah Ingkang Kaping X (Joebagio, untuk berjuang melawan Pakubuwono II dan 2017, hlm. 119). Nama tersebut mengindikasikan Belanda melalui kerja sama dengan Raden bahwa Pakubuwono X bukan hanya menjadi Mas Said yang juga seorang pemberontak. Ia raja (kepala pemerintahan keraton), tetapi akan bergabung dengan Raden Mas Said yang juga menjadi panglima tertinggi angkatan saat ini sudah berada di bumi Sukowati. Di perang (Senopati Ing Ngalogo), dan pemimpin Sukowati mereka akan memperkuat pasukan. agama (Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Sebelum Pangeran Mangkubumi berangkat Khalifatullah) (Nurhajjani, 2000, hlm. 110). menuju Sukowati, Pangeran Mangkubumi Pemikiran Pakubuwono X melebihi pemikiran terlebih dahulu memberikan nama tempatnya raja-raja sebelumnya di mana kebijakan yang bersemedi sebagai Kampung Sewu karena dilakukannya mempertimbangkan aspirasi dari di lokasi tersebut banyak pohon kelapa yang para menteri yang menjadi bawahannya. Hal buahnya ribuan. Sewu dalam bahasa Jawa yang bersifat sejarah tersebut ada juga dalam artinya ribuan. kisah “Legenda Kampung Jagalan” seperti kutipan berikut. Aspek Sejarah dan Peran Kanjeng Siang itu di Keraton Surakarta Hadiningrat Susuhunan Pakubuwono X dalam Cerita diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Rakyat“ Legenda Kampung Jagalan” semua adipati dan panewu di seluruh Keraton Mataram merupakan kerajaan yang kotapraja Surakarta. Raja dan para bawahan berada di Pulau Jawa dengan wilayah yang melaksanakan rapat untuk memecahkan membentang antara Jawa Tengah, Yogyakarta, berbagai masalah kerajaan, termasuk keinginan membangun abattoir dan pasar (Wardani, dan Jawa Timur. Keraton ini didirikan oleh 2018, hlm. 20). Panembahan Senopati, tetapi kerajaan ini menjadi sebuah kerajaan besar pada zaman Pakubuwono X sangat menekankan Panembahan Agung yang kemudian memiliki pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam nama dan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma bidang ekonomi dan pendidikan. Melalui Sayidin Panatagama Khalifatullah. Kerajaan aspek pendidikan dan ekonomi, Pakubuwono

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 213 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani) X ingin menciptakan nagari panjang punjung, selalu mendengarkan aspirasi rakyatnya secara pasir wukir loh jinawi subur makmur, gemah terbuka dan berusaha melaksanakan keinginan ripah karta raharja (Soeratman, 2000, hlm. rakyatnya. Pendapat Joebagio (2017) yang 6). Artinya, melalui pembangunan pendidikan mengatakan bahwa Susuhunan Pakubuwono dan ekonomi diharapkan tercipta kemakmuran, X adalah seorang raja yang terbuka dan ketentraman, kedamaian, keamanan dan bijaksana. Ia melaksanakan pembangunan kesejahteraan masyarakat, sehingga kerajaan untuk mensejahterakan rakyat, yang meliputi di bawah Susuhunan Pakubuwono X menjadi bidang ekonomi, pendidikan, politik, dan terkenal dan termasyur. sosial. Pendapat Joebagio diperkuat pendapat Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, (Nurhajjani, 2000) yang menyatakan bahwa rakyat Surakarta benar-benar memiliki seorang selama pemerintahan Susuhunan Pakubuwono raja yang arif bijaksana. Raja memiliki sikap X, Susuhunan banyak membangun pasar dan terbuka untuk menerima berbagai pemikiran jembatan sebagai sarana perekonomian dan yang dipandang positif dan membawa kebaikan perhubungan. bagi rakyatnya. Hal tersebut tampak dalam kutipan “Legenda Kampung Jagalan” berikut. Aspek Sejarah dan Peran Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II dalam Cerita Sejak abbatoir diresmikan, maka geliat Rakyat Legenda Kampung Sewu” perekonomian Kampung Jagalan meningkat. Para jagal mulai banyak bermunculan di sekitar Susuhunan Pakubuwono II merupakan raja abbatoir. Orang yang menggiring sapi dalam yang memerintah saat kondisi rakyat sedang jumlah besar datang dari berbagai daerah di mencapai kemakmuran sekaligus kejatuhannya sekitar Surakarta, seperti Madiun, Ngawi, serta pemberontakan yang terjadi di mana- Magetan, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, mana. Faktor utama terjadinya pemberontakan Wonogiri, Boyolali, Klaten, dan sebagainya. Puluhan sapi keluar masuk abbatoir setiap adalah ketidakpuasan pada pemerintahan hari sehingga transaksi dan perputaran uang Pakubuwono II dan munculnya intervensi semakin cepat (Wardani, 2018, hlm. 27–28). penjajah Belanda pada kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pakubuwono II. Pakubuwono Sifat arif dan bijaksana Kanjeng II dalam rangka perjuangan memperebutkan Susuhunan Pakubuwono X ini disebabkan suksesi, selalu meminta bantuan Belanda tanpa karena pergaulan Pakubuwono X tidak hanya menyadari sifat kehadiran Belanda yang pada terbatas di lingkungan istana dan pejabat Belanda dasarnya merugikan. Sementara itu posisi (Joebagio, 2017, hlm. 123). Pakubuwono X penjajah Belanda semakin membesar dan memiliki pergaulan yang luas pula di kalangan dikonsolidasi melalui serangkaian kontrak kaum intelektual dan masyarakat. Melalui dan konsesi sebagai pembayarannya (Ricklefs, pergaulan yang luas tersebut, Pakubuwono 2002, hlm. 26). Pendapat tersebut juga terdapat X banyak belajar melakukan tindakan yang dalam isi cerita “Legenda Kampung Sewu” bijaksana dan melakukan perubahan-perubahan berikut. dalam masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dalam cerita rakyat Pelabuhan Beton dan Kampung Semanggi, “Legenda Kampung Jagalan”, ditunjukkan Nusukan, dan Kalangan menjadi bagian kekuasaan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono bahwa raja, melalui bawahan-bawahannya, II. Pada waktu itu Kanjeng Susuhunan

214 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani)

Pakubuwono II menjalin hubungan yang erat Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi. dengan Belanda. Lama kelamaan Kanjeng Dikisahkan Pangeran Mangkubumi melarikan Susuhunan Pakubuwono II lebih percaya diri dari keraton dan sampai di suatu tempat kepada Belanda, sehingga setiap kebijakannya selalu meminta persetujuan Belanda (Wardani, untuk bersemedi guna mendapat petunjuk dari 2018, hlm. 37). Tuhan. Setelah keesokan harinya mendapatkan petunjuk Tuhan, Pangeran Mangkubumi Berdasar pendapat Ricklefs dan isi cerita memberi nama tempat semedi tersebut sebagai “Legenda Kampung Sewu”, Susuhunan Kampung Sewu karena di sekitar tempat semedi Pakubowono II memiliki hubungan yang terdapat banyak pohon kelapa dengan ribuan sangat dekat dengan penjajah Belanda. buahnya. Pangeran Mangkubumi pun bertekad Dalam menghadapi musuh terutama saudara- bulat untuk terus melanjutkan perjuangannya saudaranya sendiri dan mempertahankan dengan bergabung bersama pemberontak yang kekuasaannya, Susuhunan Pakubuwono II lain, yaitu Raden Mas Said yang saat itu sedang selalu meminta bantuan Belanda. Bahkan lama memperkuat pasukannya di Sukowati. Hal itu kelamaan, raja tidak lagi memiliki kekuatan tampak dalam kutipan berikut. politik akibat adanya kontrak dan konsesi pembayaran atas bantuan yang diberikan Ketika siang mulai menjelang, Pangeran Mangkubumi dan rombongan berniat penjajah Belanda. Beberapa wilayah kerajaan melanjutkan perjalanan. Berdasar petunjuk jatuh ke tangan penjajah Belanda. Susuhunan yang didapat Pangeran Mangkubumi semalam, Pakubuwono II merupakan raja yang sangat ia dan rombongan akan berjalan menuju disukai penjajah Belanda karena sikapnya utara, tepatnya menuju Sukowati. Pangeran yang kooperatif pada penjajah dan selalu Mangkubumi akan bergabung dengan Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa meminta pertimbangan penjajah Belanda ketika yang sudah terlebih dahulu sampai di bumi membuat keputusan penting bagi kerajaan. Sukowati (Wardani, 2018, hlm. 45). Pada masa kekuasaan Susuhunan Pakubuwono II, pemberontakan terjadi di Dalam sejarah, hubungan antara mana-mana dan terutama dicetuskan oleh Pakubuwono II, Pangeran Mangkubumi, dan saudara-saudara Pakubuwono II sendiri. Raden Mas Said merupakan hubungan saudara Pada masa pemerintahan Pakubuwono II ada yang berantakan akibat campur tangan Belanda. beberapa saudara dan pengikut-pengikutnya Berbagai kebijakan Pakubuwono II yang sangat yang berusaha memberontak (Ricklefs, 2002, tergantung kepada Belanda menyebabkan hlm. 60–69). Nama-nama mereka, antara lain ketidakpuasan pada diri Raden Mas Said. Ia Pangeran Arya Mangkunegara, Mas Garendi tumbuh menjadi seorang pemberontak dengan (Sunan Kuning), Raden Mas Said, Pangeran pengikut dan kekuatan yang sangat besar. Singasari, dan Pangeran Mangkubumi. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan Beberapa di antara para pemberontak ini, Pakubuwono II. Pakubuwono II berjanji atas bantuan Belanda, berhasil dienyahkan bahwa siapapun yang berhasil mengusir Pakubuwono II dari keraton dan dibuang atau para pemberontak yang berada di bawah melarikan diri keluar keraton. kepemimpinan Raden Mas Said dari Sukowati Dalam “Legenda Kampung Sewu” akan diberikan kekuasaan atas 3.000 cacah disebutkan adanya 2 pemberontak, yaitu (rumah tangga) di wilayah Sukowati (Ricklefs,

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 215 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani)

2002, hlm. 63). Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” Janji tersebut tentu sangat menarik bagi dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta banyak ksatria. Hal tersebut terjadi karena Fiksi bersifat imajiner, masuk akal, dan wilayah yang akan dikuasai sangat luas. mengandung kebenaran yang mendramatisasikan Wilayah kekuasaan yang luas memungkinkan hubungan antarmanusia (Nurgiyantoro, 2000, kekuasaan politik yang besar pula. Salah hlm. 25). Fiksi sejarah meskipun berlatar seorang ksatria yang tertarik pada tantangan itu sejarah yang ada dalam kenyataan, tetapi fiksi adalah Pangeran Mangkubumi. Hadiah wilayah ini tetap mengikuti kaidah-kaidah sebagai karya Sukowati yang luas tersebut memungkinkan yang imajinatif, masuk akal, dan mengandung Mangkubumi memiliki kekuasaannya sendiri. kebenaran yang mendramatisasikan hubungan Iapun bekerja keras memperkuat pasukan agar antarmanusia. Hal senada diungkapkan Linbald dapat mengalahkan dan mengusir Raden Mas di atas mengenai pemenuhan konvensi sastra Said dari Sukowati. termasuk logika internal, dari ketegangan Dengan kekuatan yang besar, Pangeran dan konvensi. Meskipun mengandung aspek Mangkubumi berhasil menguasai Sukowati sejarah, fiksi sejarah berbentuk cerita rakyat dan memukul mundur pasukan Raden jenis legenda ini tidak 100% merupakan Mas Said. Oleh karena itulah, ia kemudian sejarah. Ada unsur fiksi di dalamnya. menuntut hadiah wilayah Sukowati seperti “Legenda Kampung Jagalan” dan yang dijanjikan Pakubuwono II (Ricklefs, “Legenda Kampung Sewu” merupakan bentuk 2002, hlm. 64). Namun, atas pengaruh Belanda, karya sastra fiksi sejarah karena di dalam Pakubuwono II melanggar janjinya. Hadiah legenda ini terdapat unsur sejarah dan unsur yang sedianya diberikan ditarik kembali karena fiksi sekaligus. Ada ketegangan antara sejarah menurut Belanda, wilayah yang diberikan dan fiksi. Tokoh-tokoh dan latar tempat kepada Pangeran Mangkubumi sangat luas. dalam legenda tersebut terkait dengan tokoh Jika wilayah yang diberikan sebagai hadiah dan latar tempat dalam kehidupan nyata. terlalu luas, maka niscaya kekuasaan Pangeran “Legenda Kampung Jagalan” terkait dengan Mangkubumi kelak juga akan semakin besar. tokoh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X Kekuasaan yang besar tersebut tentu sangat dan kebesaran Keraton Surakarta pada tahun berbahaya untuk Keraton Surakarta. 1893—1939. “Legenda Kampung Sewu” Akibat janji yang tidak ditepati, Pangeran terkait dengan tokoh Kanjeng Susuhunan Mangkubumi pun melakukan pemberontakan Pakubuwono II dan Keraton Kartasura yang kepada raja. Ia bergabung dengan Raden Mas kemudian berpindah ke Surakarta. Susuhunan Said yang semula merupakan pemberontak Pakubuwono II memerintah Keraton Surakarta yang ditumpasnya. Pangeran Mangkubumi pada tahun 1726—1749. menikahkan putrinya, Ratu Bendara dengan Meskipun mengandung unsur sejarah, Raden Mas Said sebagai pengikat kerjasama namun sebagai karya historical fiction, kedua (Ricklefs, 2002, hlm. 69). Kolaborasi antara legenda ini mengandung unsur-unsur fiksi. Mangkubumi dan Raden Mas Said ini sangat Unsur fiksi di dalam “Legenda Kampung kuat dan mampu menguasai beberapa wilayah Jagalan” terletak pada hadirnya tokoh- serta memerangi penjajah Belanda. tokoh bawahan yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Hadirnya tokoh bawahan yang

216 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani) berasal dari kalangan rakyat ini menandakan menghadirkan pula tokoh tambahan yang juga bahwa cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari rakyat jelata. Tokoh-tokoh tersebut, berkembang di kalangan rakyat. Hal ini antara lain Darjo, Harto, Minto, dan beberapa sesuai pendapat Waluyo dalam wawancara nama lain yang bekerja sebagai kuli angkut informan ahli sastra lisan bahwa cerita rakyat dermaga. Hadirnya tokoh-tokoh tersebut untuk di Jawa selalu menghadirkan raja-raja Keraton memperkuat alur cerita, penokohan, dan latar Mataram sebagai tokoh yang memang ada yang ada dalam “Legenda Kampung Sewu”. dalam kenyataan, sedangkan untuk tokoh- Dialog yang menunjukkan unsur fiksi sebagai tokoh bawahan dihadirkan tokoh-tokoh yang berikut. bersifat imajiner. “Legenda Kampung Jagalan” menghadirkan tokoh bawahan, seperti Mbah “Kang, mbok ya berhenti merokok. Sudah batuk-batuk begitu. Kalau kakang sakit, Harto, Wiryo Drajat, Klemuk Sartoraharjo, dan kasihan mbakyu nanti. Siapa yang akan sebagainya. Mereka merupakan rakyat keraton mencari uang untuk mbakyu dan anak-anak,” Surakarta. Mereka merupakan tokoh tambahan kata seorang kuli angkut yang umurnya lebih yang juga berasal dari rakyat dan dihadirkan muda (Wardani, 2018, hlm. 36). dalam cerita. Beberapa latar yang melukiskan Unsur fiksi yang lain dari “Legenda kehidupan masyarakat jelata juga merupakan Kampung Jagalan” adalah penceritaan fiksi. Hal itu tampak dalam kutipan berikut. mengenai era revolusi. Dalam legenda Pagi hari telah tiba. Orang-orang mulai disampaikan bahwa era revolusi terjadi pada beraktivitas mencari rezeki untuk kelangsungan saat pemerintahan Pakubuwono X. Padahal hidupnya. Begitu pula dengan para pengusaha revolusi kemerdekaan Indonesia terjadi pada sapi. Mereka sibuk menghitung ternaknya yang tahun 1945 dan pemerintahan Pakubuwono X baru didatangkan dari Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, dan daerah-daerah lain berakhir pada tahun 1939. Pada saat revolusi (Wardani, 2018, hlm. 19). ini, timbul peperangan antara Tentara Pelajar (TP) melawan penjajah Belanda. Penjajah Lukisan kisah narasi mengenai latar situasi Belanda ingin menguasai abattoir sebagai pagi hari di pasar ini menandakan bahwa pada markas pasukannya. Bangunan abattoir legenda tersebut mengandung unsur fiksi untuk yang luas menyebabkan Belanda berhasrat memperindah alur cerita. Dialog-dialog yang merebutnya agar tidak perlu membangun dilakukan untuk memperkuat alur menunjukkan gedung lagi. Mereka cukup menambah sirine pula adanya unsur fiksi dalam cerita rakyat. Hal untuk memantau dari jauh pergerakan Tentara ini dapat dicermati melalui kutipan berikut. Pelajar (Wardani, 2018, hlm. 31). Masa kegelapan akibat perang ini me­ “Kang, sebentar lagi di kampung kita akan nyebabkan perekonomian warga yang sudah didirikan pasar,” Kata Wiryo Drajat.“Oya? Wah senang ya, Sinuhun sangat baik pada mulai pulih menjadi berantakan. Bertahun- kita. Akhirnya kita tidak perlu berjualan di tahun masyarakat hidup dalam keprihatinan. pinggir jalan lagi,” Kata Mbah Harto dengan Ketika Indonesia merdeka, abattoir bisa wajah berseri-seri (Wardani, 2018, hlm. 23). diambil alih dan dikembalikan fungsinya sebagai tempat penyembelihan hewan ternak. Seperti halnya “Legenda Kampung Jika dicermati melalui tahun terjadinya Jagalan”, “Legenda Kampung Sewu” revolusi kemerdekaan dan tahun ketika

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 217 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani)

Susuhunan Pakubuwono X memerintah, maka pembaca atau pendengarnya melalui nilai-nilai peristiwa perang revolusi melawan Belanda yang ada dalam cerita rakyat tersebut. Karena ini terjadi pada masa pemerintahan Susuhunan cerita rakyat dipandang memiliki nilai positif Pakubuwono XII. Hal ini dapat dicermati yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya melalui kutipan berikut. generasi muda, maka cerita rakyat juga masuk dalam kurikulum 2013 sejak SD sampai SMA. Perubahan tragis terjadi setelah Pakubuwono Fungsi kebermanfaatan ketika siswa membaca X wafat karena penggantinya (Pakubuwono XI dan Pakubuwono XII) tidak mampu cerita rakyat adalah diketemukannya nilai (1) melanjutkan struktur peluang politik maupun toleransi; (2)kerja keras; (3) mandiri; (4) cinta ekonomi. Pakubuwono XI yang berkuasa tanah air; (5) menghargai prestasi; (6) peduli tahun 1939-1944 tunduk kepada penjajah. sosial; (7) tanggung jawab. Sementara Pakubuwono XII yang memerintah tahun 1944-2005 terperosok pada kesalahan diplomasi sepanjang revolusi kemerdekaan Hubungan antara Cerita Rakyat dengan (Joebagio, 2017, hlm. 311–312). Babad Selain cerita rakyat, bentuk fiksi sejarah ada Unsur fiksi dalam “Legenda Kampung dalam hikayat dan babad. Hikayat menyangkut Jagalan”dan “Legenda Kampung Sewu” fiksi sejarah yang menceritakan kehidupan terdapat pada tokoh-tokoh rakyat jelata, istana, raja-raja, dan kaum bangsawan latar tempat yang menyangkut tokoh-tokoh dengan segala kepahlawanannya. Hikayat tambahan rakyat jelata, dan dialog yang terjadi berkembang pada zaman Melayu Lama, antartokoh. Hal ini terjadi karena sebagai sehingga menggunakan bahasa Melayu. Babad sebuah karya fiksi sejarah, unsur kemenarikan merupakan fiksi sejarah yang berasal dariJawa, cerita harus ditonjolkan melalui struktur cerita khususnya berkaitan dengan kisah raja-raja seperti alur, penokohan, dan latar. Hal ini sesuai Kerajaan Mataram. pendapat Horace (Teew, 2016, hlm. 10) yang Silsilah mengenai kerajaan Mataram menyatakan bahwa karya sastra mengandung terdapat pada Babad Tanah Jawa. Di dalam 2 unsur, yaitu dulce et utile (menghibur dan babad tersebut dikisahkan mengenai mulai bermanfaat).Selain berfungsi menghibur, berdirinya Kerajaan Mataram, kebesarannya, karya sastra (khususnya cerita rakyat) juga serta riwayat raja-raja yang berkuasa. Babad harus memiliki fungsi memberi manfaat bagi Sultan Agung menceritakan mengenai pembaca. Nilai menghibur terletak pada jalinan kebesaran salahsatu raja keturunan Mataram alur, penokohan, dan latar yang terjalin dengan dan bagaimana Sultan Agung menjadi raja erat membentuk kesatuan cerita yang holistik. besar di wilayah kekuasaan Mataram. Fungsi manfaat melalui nilai-nilai moral, nilai Cerita rakyat merupakan fiksi sejarah kearifan lokal, dan nilai budi pekerti yang yang berbentuk lisan, sedangkan babad me­ terdapat dalam cerita. rupakan fiksi sejarah yang berbentuk tertulis. Unsur fiksi yang berfungsi menghibur Bentuk lisan cerita rakyat terjadi karena cerita pembaca menyebabkan cerita rakyat tetap ini berkembang di kalangan rakyat yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari zaman kemunculannya merupakan cerita dari mulut dahulu sampai pada zaman sekarang. Cerita ke mulut. Hal ini disebabkan karena rakyat rakyat juga memiliki kebermanfaatan bagi pada zaman dahulu belum mengenal tradisi

218 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani) tulis. Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi lisan cerita rakyat itu perlahan-lahan “Pangeran Dipati bermimpi, masjid tempat ia tidur terlihat berlubang di bagian atas. dapat terdokumentasikan dalam bentuk tertulis. Kemudian, ada bulan berjumlah tujuh Babad merupakan fiksi sejarah yang buah dari langit masuk ke dalam dadanya. berbentuk tulis. Babad ditulis oleh pujangga Selanjutnya, ada seorang bocah sebesar hulu khusus yang diangkat oleh raja untuk keris, bersinar seperti matahari, ditangkap menceritakan mengenai kehidupan istana. oleh Pangeran Dipati, tetapi tidak kena. Bocah sebesar hulu keris itu juga masuk ke Pada awalnya, babad dianggap sebagai sejarah dalam dadanya. Pangeran Dipati terkejut, karena mengemukakan tokoh-tokoh dan kemudian bangun...berpikir bahwa (ia) latar sesuai dengan tokoh dan latar dalam kejatuhan cahaya nurbuat. Pangeran Dipati kehidupan nyata. Misalnya dalam Babad lalu memiliki keinginan untuk menjadi raja Tanah Jawa diceritakan mengenai asal-mula dan membatalkan niat untuk naik haji dan angan-angannya Tanah Jawa seolah-olah berdirinya dinasti Mataram sejak Panembahan sudah berada dalam genggaman tangannya. Senopati sampai Amangkurat II sebelum Pangeran Adipati Anom mengumpulkan para Mataram terpecah menjadi Keraton Surakarta pengikut setianya dan memproklamasikan dan Keraton Yogyakarta. Tokoh-tokoh dan dirinya sebagai raja menggantikan ayahnya. Para mengikutnya tak ada yang menyangsikan latar dalam babad ini melukiskan hal nyata keinginan tuannnya karena mereka melihat pada pergantian generasi penguasa Mataram. wajah tuannya “sebelumnya pucat lesu, Namun, ada unsur-unsur fiksi dalam babad sekarang bersinar dan berwibawa” (Meinsma, tersebut yang menyangkut suksesi seorang 1941, hlm. 174). raja dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat mite. Unsur fiksi terkait munculnya berbagai Dalam kutipan Babad Tanah Jawa tersebut hal gaib mengiringi pergantian raja Mataram. terlihat bahwa seorang Pangeran ketika Peristiwa gaib itu dipercaya, sehingga calon raja akan menjadi raja dan mengalami suksesi yang mengalaminya memang menjadi calon pasti mendapatkan wahyu kapujanggan atau raja yang sah menduduki tahta Mataram. Hal cahaya nurbuat yang hanya pangeran itu tersebut tampak dalam kutipan berikut. yang mengalaminya. Maka pangeran yang mengalami mendapatkan wahyu kedhaton ini Pangeran Dipati wau supena, masjid ingkang berhak menjadi raja karena dipandang sebagai dipun enggeni sare punika ketingal growong orang yang ditunjuk menggantikan raja ing nginggil. Anunten wonten rembulan sebelumnya. Kecakapan calon raja untuk katahipun pitu saking ing langit lajeng manjing ing jajanipun. Nunten onten lare menerima cahaya nurbuat ini merupakan tanda saukiran keris, cahyanipun kadhos srengenge, bahwa calon raja juga memiliki kesaktian. dipun candhak dateng Pangeran Dipati, Hal-hal yang bersifat mistis dan bagaimana mboten kenging. Lare saukiran wau inggih raja menguasai hal-hal yang bersifat mistis lajeng manjing ing jajanipun. Pangeran Dipati kaget, nunten wungu...nggraita yen tersebut menyebabkan raja dianggap sebagai kedhawahan cahya nurbuat. Pangeran Dipati calon pemimpin yang luar biasa. Dalam lajeng agadah cipta, sumedya jumeneng nata, Babad Sultan Agung ditunjukkan pula bahwa nggenipun bade kesah kaji mboten siyos, sarta untuk mengontrol wilayah Keraton Mataram, ciptanipun, ing tanah Jawi prasasat sampun Sultan Agung naik permadani terbang. Hal kegegem ing astanipun (Meinsma, 1941, hlm. 174). tersebut tentu tidak ada dalam kenyataan bahwa

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 219 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani) seseorang bisa naik permadani terbang. Bahkan Mataram memiliki konsep kekuasaan, antara Sultan Agung dikatakan naik haji ke Mekkah lain wenang wisesa ing sanagari (berwenang dengan sekali terbang menggunakan permadani tertinggi di seluruh negeri), gung binathara bau tersebut. Unsur-unsur tersebut merupakan dhendha nyakrawati (sebesar kekuasaan dewa, unsur fiksi dalambabad. Apalagi dalam babad, pemelihara hukum, dan penguasa dunia), dan misalnya Babad Tanah Jawa, disebutkan berbudi bawa leksana ambeg adil paramarta bahwa Sultan Agung dapat menguasai seluruh (meluap budi luhur mulia dan sikap adilnya pulau Jawa. Ketika cerita tersebut dicocokkan terhadap semua yang hidup) (Moedjanto, 2000, dengan data sejarah, ternyata Sultan Agung hlm. 15). belum bisa menguasai seluruh Pulau Jawa. Ketiga isi konsep kekuasaan dinasti raja Wilayah Jawa Barat dan Batavia tidak berada Mataram tersebut menunjukkan bahwa dinasti dalam kekuasaan Mataram karena kedua raja Mataram memiliki kekuasaan yang absolut. wilayah tersebut terlanjur dikuasai penjajah Ia memiliki kekuasaan di seluruh wilayah Portugis. Ketidaksesuaian antara data sejarah Mataram, bahkan kekuasaannya disamakan dengan isi cerita inilah yang merupakan unsur dengan kekuasaan dewa, serta iapun memiliki fiksi dalam babad. Hal ini dipergunakan oleh wewenang menetapkan hukum dan hukuman pujangga di masa penulisan babad tersebut bagi seluruh rakyatnya. Namun, di balik sebagai upaya legitimasi nama raja. Legitimasi kekuasaannya yang bersifat absolut, raja harus ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa raja tetap memiliki kewajiban moral yang baik, Mataram bukanlah orang sembarangan. Mereka yaitu melalui perilakunya yang luhur mulia dan merupakan penguasa yang memiliki kesaktian adil terhadap rakyatnya. luar biasa. Seperti halnya dalam babad, dalam cerita Babad merupakan karya sastra tertulis rakyat “Legenda Kampung Jagalan” dan yang bersifat istana sentris karena pusat kisah “Legenda Kampung Sewu” ditunjukkan raja adalah seputar kehidupan di Keraton Mataram. merupakan seseorang yang memiliki kesaktian Cerita rakyat merupakan karya sastra lisan luar biasa, kekuasaan yang besar, pemimpin yang kemudian disusun dalam bentuk tertulis, yang baik dan memperhatikan kepentingan tetapi sumber asli cerita tetap merupakan rakyatnya. Meskipun Susuhunan Pakubuwono sastra lisan. Cerita rakyat bersifat masyarakat II menghadapi banyak intrik peperangan sentris karena mengisahkan kehidupan rakyat dengan saudara-saudaranya, tetapi ia tetap jelata dalam hubungannya dengan penguasa memikirkan kepentingan rakyatnya. (raja). Meskipun tokoh utama cerita tetaplah Unsur fiksi pada cerita rakyat dan babad raja, tetapi latar dan inti cerita mengisahkan terletak juga pada unsur penokohan. Cerita mengenai kehidupan rakyat jelata. rakyat berkembang di kalangan rakyat sehingga Hubungan antara raja dan rakyat jelata unsur fiksi di dalamnya melibatkan kehadiran dalam cerita rakyat ditunjukkan sebagai rakyat sebagai tokoh cerita meskipun rakyat hubungan antara raja sebagai patron dan yang ditampilkan merupakan tokoh tambahan rakyat jelata sebagai client. Hubungan ini yang kedudukannya tidak sentral dalam bersifat vertikal dan sesuai dengan konsep raja cerita. Berbeda dengan babad di mana tidak Mataram yang terdapat dalam Babad Tanah menghadirkan tokoh dari kalangan rakyat jelata. Jawa. Dalam Babad Tanah Jawa, dinasti raja Tokoh tambahan biasanya berasal dari abdi raja

220 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta (Nugraheni Eko Wardani) atau pengawal raja. Hal itu terjadi karena babad Cerita rakyat yang berkembang di kalangan bersifat istana sentris di mana cerita berpusat rakyat dan babad yang berkembang di kalangan pada kehidupan istana. Seperti halnya babad, bangsawan, memiliki fungsi untuk melegitimasi dalam cerita rakyat, raja merupakan tokoh nama raja Keraton Surakarta sebagai penguasa sentral. Cerita rakyat yang berkembang di yang memiliki kekuasaan besar dan kesaktian Surakarta akan menghadirkan tokoh utama raja (gung binathara bau dhenda nyakrawati) dari Keraton Surakarta. Sementara itu, cerita serta pemimpin yang baik dan memperhatikan rakyat yang berkembang di Yogyakarta akan rakyatnya (berbudi bawa leksana ambeg adil menghadirkan tokoh utama raja dari Keraton paramarta). Unsur sejarah digunakan untuk Yogyakarta. kepentingan legitimasi tersebut ditambahkan Tujuan cerita rakyat dan babad adalah dengan unsur fiksi sebagai pemanis cerita, untuk melegitimasi nama raja. Raja yang sehingga cerita rakyat menarik untuk dibaca/ berkuasa dan diceritakan dalam cerita rakyat disimak. dan babad merupakan raja yang memiliki kekuasaan yang besar, bijaksana, melindungi, DAFTAR PUSTAKA dan memperhatikan rakyatnya seperti halnya yang ditunjukkan melalui tokoh Susuhunan Azhar, I.N. (2017). Prinsip-prinsip Hidup Masyarakat Madura. 20(2), 224–236. Pakubuwono X. Rakyatpun sangat setia dan https://doi.org/10.24257/atavisme. berbakti kepada raja karena sikap raja yang v20i2.372.224-236. arif bijaksana. Bascom, W.R. (1965). Four Functions of of Folklore, in Dundes, A. (ed.) The Study SIMPULAN of Folklore. Englewood: Prentice Hall. Cerita “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” merupakan Creswell, J.W. (2013). Qualitative Inquiry and legenda asal-usul nama Kampung Jagalan dan Research Design. New York: Sage. Kampung Sewu Surakarta. Sifat kepemimpinan Danandjaja, J. (2007). Folklore Indonesia. dan pengayom yang diberikan raja kepada : Graffiti Press. rakyatnya sangat menonjol di dalam kedua legenda. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Hutomo, S. (2000). Mutiara yang Terlupakan: II dan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: mewakili sifat-sifat dinasti raja Mataram HISKI Jawa Timur. pendahulunya sebagai raja yang berbudi bawa Joebagio, H. (2017). Islam dan Kebangsaan di leksana ambeg adil paramarta (meluap budi Keraton Surakarta. Surakarta: Diomedia. lulur mulia dan sifat adilnya kepada semua yang hidup). Johnson, S. (2002). Historical Fiction: A Guide The Genre. Illinois: Illinois University. Fiksi dalam kedua legenda berkaitan dengan penceritaan tokoh dari kalangan Lindblad, J.T. (2018). History and Fiction : rakyat jelata, latar tempat yang menunjukkan An Uneasy Marriage? Humaniora 30(2), kehidupan rakyat jelata, dan dialog-dialog yang 147–157. terjadi antartokoh.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 221 Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222 (Nugraheni Eko Wardani) Meinsma, J.H. (1941). Poenika Serat Babad Riana, D. (2017). Pemaknaan Motif Tabu Tanah Djawi Wiwit Saking Adam dalam Cerita Rakyat di Wilayah Bekas Doemoegi ing Tahun 1647. ravenhage: Kerajaan Mulawarman, Kerajaan Hindu Martinus Nijhoff. Tertua di Indonesia. 29(2), 197–210.

Miles, M., Hubermann, M. (2014). Qualitative Ricklefs, M.C. (2002). Yogyakarta di Data Analysis. London: Sage. Bawah Sultan Mangkubumi 1749-1792. Yogyakarta: Matabangsa. Moedjanto, G. (2000). Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Soeratman, D. (2000). Kehidupan Dunia Mataram. Yogyakarta: Kanisius. K e r a t o n Surakarta 1830-1939 . Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia. Mustikawati, A. (2018). Adaptasi lingkungan masyarakat pendatang dalam cerita Suprayitno, E., Rois, S., Harmanto, B., & rakyat bontang. 30(1), 59–74. Iman, N. (2018). Representasi Falsafah Jawa dalam Cerita Rakyat “ Terjadinya Nurgiyantoro, B. (2000). Pengkajian Fiksi. Terowongan Air Mangge”. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Teew, A. (2016). Sastra dan Ilmu Sastra. : Pustaka Jaya. Nurhajjani, D.R. (2000). Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta: Wardani, N. (2018). Cerita Rakyat Surakarta Depdikbud. dan Yogyakarta. Surakarta: Diomedia.

222 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)