Menggali Akar Ideologis Integrasi Keilmuan Dan Keislaman Di Universitas Islam Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab 18 Vol. 1, No. 1, Maret 2020, 18-40 Menggali Akar Ideologis Integrasi Keilmuan dan Keislaman di Universitas Islam Indonesia Suyanto Thohari Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia [email protected] INFO ARTIKEL ABSTRAK Diterima 30 Desember 2019 Integrasi keilmuan dan keislaman menjadi isu terus menguat dari Direvisi 3 Februari 2020 waktu ke waktu dalam perjalanan Universitas Islam Indonesia (UII). Dipublikasi 22 Maret 2020 Tema ini terus menjadi perbincangan, pada level konseptual filosofis maupun manajemen praktis. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan di Kata kunci: akar ideologis, integrasi keilmuan dan UII terwarnai oleh konsep integrasi keilmuan dan keislaman ini. keislaman, historis Bahkan, isu ini bukan hanya milik UII, tetapi tampaknya juga perguruan tinggi Islam lain, baik yang berupa sekolah tinggi, institute, maupun universitas Islam. Ambil contoh misalnya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dikenal public mencoba menerapkan konsep integrasi-interkoneksi antar keilmuan. Bahkan konsep integrasi-interkoneksi yang ide dasarnya dari Amin Abdullah, secara simbolik diujudkan dalam konsep artisitektural bangunan kampus yang saling terhubung dan tersambung antara bangunan fakultas satu dengan fakultas yang lain. Konsep integrasi keilmuan dan keislaman menjadi ide klasik yang terus mencari momen penguatan setiap waktu bahkan tampaknya sampai seterusnya. Di UII, ide dasar integrasi keilmuan seringkali merujuk pada pernyataan Muhammad Hatta, salah satu founding fathers UII, yang menyatakan bahwa di STI (cikal bakal UII) akan “bertemu agama dan ilmu dalam suatu kerja bersama”. Pernyataan ini terus menjadi narasi yang diulang, sehingga tertanam kuat pada setiap stakaholders UII. Pertanyaan yang muncul, bagaimana sesungguhnya akar ideologis integrasi keilmuan dan keislaman di UII? Tulisan ini mencoba melacak secara historis akar ideologis integrasi keilmuan dan keislaman di UII. Dengan pendekatan historis ditemukan bahwa, watak integratif dan eklektif dari UII sudah sejak awal ditemukan, jauh sebelum STI berdiri. Berdirinya UII juga merupakan kelanjutan dari proyek modernisasi Islam di Indonesia, termasuk di dalamnya pembaharuan Islam dan kelanjutan system pendidikan madrasah. Dalam bahasa lain, akar ideologis integrasi keilmuan dan keislaman ditemukan sejak munculnya konsep pendidikan madrasah, sebagai model integrasi system pendidikan Islam dan barat. Pada level perguruan tinggi, lahirnya UII dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari system pendidikan madrasah Pendahuluan universitas juga menyertakan isu ini menjadi Wacana integrasi keilmuan dan keislaman di salah satu isu sentral strategi pengelolaan perguruan tinggi Islam menjadi isu yang tidak perguruan tinggi. Bahkan, semangat pernah selesai untuk dibahas. Metamorphose menjadikan IAIN menjadi UIN antara lain beberapa perguruan tinggi Islam menjadi adalah untuk mewujudkan integrasi keilmuan DOI:xxxxx.xxx W : http://abhats.org E : [email protected] ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab 19 Vol. 1, No. 1, Maret 2020, 18-40 di satu sisi dan keislaman di sisi yang lain. Koran, berita harian, majalah yang terbit dan Basis filosofis digali hingga strategi relevan dengan waktu seputar lahirnya UII. implementasi. Antara lain Soeara MIAI, Soeara Muslimin Melacak akar ideologis integrasi Indonesia, Majalah Kanpo, Harian keilmuan dan keislaman di Universitas Islam Kedaoelatan Rakjat, 10 Tahun University Indonesia, sebagai universitas islam tertua, Islam Indonesia, buku 5 Windu UII, buku menjadi menarik, karena justru dari sana akan Setengah Abad UII, buku Sejarah dan ditemukan secara genuine bagaimana konsep Dinamika UII, dan buku UII Way: Menjadi integrasi keilmuan dan keislaman itu secara Islami, Indonesiawi dan Mondial. Selain implementatif diterapkan di perguruan tinggi. buku-buku tersebut, dipergunakan laporan Mengapa integrasi keilmuan dan keislaman Tahunan Rektor, Laporan Akhir Masa Jabatan ini menjadi salah satu pilihan pada awal Pengurus Yayasan, Statuta UII, dan Anggaran universitas ini didirikan, sehingga dapat Dasar UII. dimaknai bahwa melalui konsep integrasi Akar ideologis integrasi keilmuan dan keilmuan dan keislaman akan melahirkan cara keislaman di UII dapat ditemukan antara lain: pandang beragama sekaligus jawaban atas Pertama, UII lahir sebagai kelanjutan sistem ketertinggalan umat Islam. Berdirinya pendidikan madrasah yang ada di Indonesia, Universitas Islam Indonesia dipandang sebagai bentuk modernisasi pendidikan Islam, sebagai salah satu gerakan modernisasi Islam dari sebelumnya berbentuk pesantren. Kedua, di Indonesia dan pilihan konsep integrasi UII lahir sebagai sebuah gerakan kultural dan keilmuan dan keislaman menjadi nafas mobilitas sosial umat Islam untuk melahirkan pergerakannya yang diharapkan melahirkan pemimpin bangsa. Ketiga, UII lahir sebagai sosok insan kamil. Oleh karenanya, melacak bagian dari gerakan modernisasi Islam di akar ideologis integrasi keilmuan dan Indonesia. keislaman di UII menjadi menarik. Akar ideologis yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pemahaman yang mendasari lahirnya UII, Madrasah, dan Pembaharuan pilihan integrasi keilmuan dan keislaman Pendidikan Islam di Indonesia: Semangat menjadi salah satu proyek besar yang diusung Keterpaduan Ilmu dan Agama. oleh UII. Menurut hemat penulis, ada keterkaitan Tulisan ini menggunakan pendekatan antara UII dan pertumbuhan madrasah di dan metodologi sejarah, dengan sumber- Indonesia sebagai gerakan pembaharuan sumber data utama dari buku-buku sejarah pendidikan Islam. UII dapat dikatakan sebagai UII, berita seputar kelahiran UII dan sejarah kelanjutan dari pertumbuhan madrasah yang umat Islam sebelum lahirnya UII. Untuk merupakan gerakan pembaharuan pendidikan melacak data tentang UII dari masa awal Islam tersebut. pendirian ditelusuri dengan menggali data dari ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx Suyanto (Menggali Akar Ideologis) 20 ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab Vol. 1, No. 1, Maret 2020, 18-40 Mengikuti alur perkembangan “madrasah” oleh Makdisi serupa dengan pendidikan Islam di Indonesia yang bentuk pesantren yang ada di Indonesia. digambarkan Karel A. Steenbrink, Madrasah yang dimaksud Makdisi adalah pertumbuhan pendidikan di Indonesia berawal kasus Madrasah Nidzamiyah di Baghdad yang dari pendidikan agama yang sangat sederhana, berdiri tahun 459 H/1067 M. berupa pengajaran Al-Qur’an, khususnya Al- Institusi pendidikan yang lahir pada Fatihah dan Juz ‘Amma (Juz 30 dari Al- masa kolonial setelah pesantren adalah Quran), tata cara shalat dan ibadah-ibadah sekolah-sekolah yang diselenggarakan dasar kemudian berkembang menjadi Gubernemen Kolonial Belanda. Semula pesantren. Pendidikan lebih lanjut adalah apa terbatas sekelompok kecil masyarakat yang disebut Steenbrink sebagai pengajian Indonesia (terutama kelompok berada), kitab yang dilaksanakan di pesantren.1 kemudian sejak 1870 mulai tersebar Metamorphose pendidikan Islam dari pendidikan rakyat, yang berarti juga untuk pengajaran agama sederhana menjadi umat Islam. Meskipun sebagaimana ditulis pesantren tersebut sepertinya mirip dengan Steenbrink, jenis pendidikan ini baru mulai perkembangan pendidikan Islam di Timur merata pada permulaan abad 20 setelah Tengah (khususnya di Baghdad) sebagaimana pemberlakuan politik etis (etische politiek).3 dilaporkan George Makdisi. Makdisi Seiring dengan kontak tokoh Islam di menyebutkan bahwa lembaga pendidikan Indonesia dengan jaringan ulama di Timur Islam dari kegiatan pendidikan berbasis Tengah dan Mesir,4 khususnya akhir abad ke- masjid, bertransformasi menjadi masjid khon 19 dengan tokoh sentral Timur Tengah (masjid yang didampingi pemondokan), Muhammad Abduh, mulai muncul madrasah. berikutnya menjadi madrasah, satu komplek Meskipun tokoh Muhammad Abduh banyak yang semua kebutuhan hidup dan disebut sebagai pemberi pengaruh besar pembelajaran siswa dipenuhi di dalamnya dalam pembaharuan itu, tetapi tentu saja tidak (makan, tempat tidur, ruang belajar, ruang tunggal.5 Keberadaan madrasah tersebut ibadah dan sebagainya).2 Apa yang disebut dibaca sebagai alternatif pembaharuan 1 Laporan Steenbrink ini didasarkan pada 4 Istilah jaringan ulama ini menjadi populer catatan Snounck Hurgronje, Verspreide sejak Azyumardi Azra meneliti jaringan ulama Geschriften, De Atjehers I, Brumund, Het nusantara dengan ulama Timur Tengah abad XVII Volksonderwijs, Achmad Djajadiningrat, dan XVIII, yang menjadi akar pembaharuan Islam Herinneringen, Muhammad Radjab, Semasa Ketjil di Indonesia. Lihat Azyumardi Azra, Jaringan di Kampung, Hamka, Kenang-kenangan hidup, Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Mahmud Junus, Sedjarah, Aboebakar Atjeh, dan Abad XVII dan XVIII (Jakarta: Kencana, 2013), sebagainya. Lihat Karel A. Steenbrink, Pesantren xxvi – xxvii. Madrasah Sekolah…, 8-11. 5 Muhammad Murtadho menyebut bahwa 2 George Makdisi, The Rise of College: salah satu inspirator dan pelopor pembaharuan Institutions of Learning in Islam and the West pendidikan Islam (madrasah) Syekh Ahmad (Texas: Edinburg University Press, 1981), 27 – 32. Khotib al-Minangkabawi (1860 – 1916), yang 3 Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah menjadi Imam Haramain dan Maha Guru ulama- Sekolah…, 23 – 24 ulama nusantara. Murid-murid beliau, seperti Tahir Jalaludin al-Azhari mendirikan Madrasah Suyanto (Menggali Akar Ideologis) ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab 21 Vol. 1, No. 1, Maret 2020, 18-40 pendidikan Islam sekaligus sebagai jalan pertama di Yogyakarta yang mengajarkan tengah dari sistem pendidikan pesantren dan pelajaran umum