Daftar PAKASA; 7

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Daftar PAKASA; 7 PUTUSAN Nomor 63/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Tengah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: [1.1] 1. Nama : G.R.Ay. Koes Isbandiyah Tempat,Tanggal Lahir : Surakarta, 24 Juli 1954 Alamat : Keraton Surakarta, RT 001/RW 001 Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah sebagai ----------------------------------------------------------------- Pemohon I; [1.2] 2. Nama : KP. Eddy S. Wirabhumi, S.H.,M.M. Tempat,Tanggal Lahir : Pacitan, 1 Desember 1963 Alamat : Keraton Surakarta, RT 001/RW 001 Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah sebagai ---------------------------------------------------------------- Pemohon II; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 21 Mei 2013 memberi kuasa kepada Dr. Abdul Jamil, S.H.,M.H., Dr. M. Arif Setiawan, S.H.,M.H., Zairin Harahap, S.H.,M.Si., dan Ahmad Khairun H.,S.H.,M.Hum. semuanya - 2 - SALINAN PUTUSAN MAHKAHMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id adalah advokat/konsultan hukum pada Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (LKBH FH-UII), beralamat di Jalan Lawu Nomor 3, Kota Baru, Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, baik bersama-sama atau sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------------- para Pemohon; [1.3] Membaca permohonan para Pemohon; Mendengar keterangan para Pemohon; Mendengar keterangan Pemerintah; Mendengar dan membaca keterangan Dewan Perwakilan Rakyat; Mendengar dan membaca keterangan Pihak Terkait Pemerintah Provinsi Jawa Tengah; Mendengar dan membaca keterangan ahli dan saksi para Pemohon; Memeriksa bukti para Pemohon; Membaca kesimpulan para Pemohon; 2. DUDUK PERKARA [2.1] Menimbang bahwa para Pemohon telah mengajukan permohonan dengan surat permohonan bertanggal 4 Juni 2013, yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal 4 Juni 2013, berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 265/PAN.MK/2013 dan telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi pada tanggal 12 Juni 2013 dengan Nomor 63/PUU-XI/2013 yang telah diperbaiki dengan surat permohonan bertanggal 5 Juli 2013 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 5 Juli 2013, pada pokoknya menguraikan hal-hal sebagai berikut: I. Kewenangan Mahkamah Konstitusi 1. Bahwa Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan, ”Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa Perhatian: Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected] - 3 - SALINAN PUTUSAN MAHKAHMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang- Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”; 2. Bahwa Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), menyebutkan: “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. memutus pembubaran partai politik; dan d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”; 3. Bahwa Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076), menyebutkan : Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. memutus pembubaran partai politik; d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; dan e. kewenangan lain yang diberikan oleh Undang-Undang; 4. Bahwa Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, menyebutkan: “Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Perhatian: Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected] - 4 - SALINAN PUTUSAN MAHKAHMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi”; 5. Bahwa Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang, menyebutkan: “Pengujian materiil adalah pengujian Undang-Undang yang berkenaan dengan materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian Undang-Undang yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945; 6. Bahwa oleh karena permohonan para Pemohon dalam perkara a quo adalah mengenai pengujian Undang-Undang, In casu bagian Memutuskan angka I dan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Tengah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memerikasa dan mengadili permohonan a quo; II. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon 1. Bahwa Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah menyatakan: “Para Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang, yaitu: a. perorangan warga negara Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang; c. badan hukum publik atau privat; atau d. lembaga negara. 2. Bahwa Penjelasan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa “yang dimaksud dengan ‘hak konstitusional’ adalah hak- hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”; 3. Bahwa para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a Undang-Undang Mahkamah, beranggapan pemberlakuan pada sebagian pasal dalam Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Djawa Tengah (untuk selanjutnya disebut UU Jateng) tidak sesuai dengan perintah konstitusi, Perhatian: Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: [email protected] - 5 - SALINAN PUTUSAN MAHKAHMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id sehingga para Pemohon merasa hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya UU Jateng tersebut; 4. Bahwa merujuk pada Putusan Mahkamah Konstitusi sejak Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 tanggal 31 Mei 2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007 tanggal 20 September 2007 dan putusan-putusan selanjutnya, Mahkamah Konstitusi berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi harus memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu: i. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945; ii. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian; iii. kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi; iv. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud dan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian; v. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka kerugian konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi; 5. Bahwa para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia
Recommended publications
  • A Note on the Sources for the 1945 Constitutional Debates in Indonesia
    Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde Vol. 167, no. 2-3 (2011), pp. 196-209 URL: http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv URN:NBN:NL:UI:10-1-101387 Copyright: content is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License ISSN: 0006-2294 A.B. KUSUMA AND R.E. ELSON A note on the sources for the 1945 constitutional debates in Indonesia In 1962 J.H.A. Logemann published an article entitled ‘Nieuwe gegevens over het ontstaan van de Indonesische grondwet van 1945’ (New data on the creation of the Indonesian Constitution of 1945).1 Logemann’s analysis, presented 48 years ago, needs revisiting since it was based upon a single work compiled by Muhammad Yamin (1903-1962), Naskah persiapan Undang-undang Dasar 1945 (Documents for the preparation of the 1945 Constitution).2 Yamin’s work was purportedly an edition of the debates conducted by the Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK, Committee to Investigate Preparations for Independence)3 between 29 May and 17 July 1945, and by the 1 Research for this article was assisted by funding from the Australian Research Council’s Dis- covery Grant Program. The writers wish to thank K.J.P.F.M. Jeurgens for his generous assistance in researching this article. 2 Yamin 1959-60. Logemann (1962:691) thought that the book comprised just two volumes, as Yamin himself had suggested in the preface to his first volume (Yamin 1959-60, I:9-10). Volumes 2 and 3 were published in 1960. 3 The official (Indonesian) name of this body was Badan oentoek Menjelidiki Oesaha-oesaha Persiapan Kemerdekaan (Committee to Investigate Preparations for Independence) (see Soeara Asia, 1-3-1945; Pandji Poestaka, 15-3-1945; Asia Raya, 28-5-1945), but it was often called the Badan Penjelidik Oesaha(-oesaha) Persiapan Kemerdekaan (see Asia Raya, 28-5-1945 and 30-5-1945; Sinar Baroe, 28-5-1945).
    [Show full text]
  • Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dan Budi Pekerti
    KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN PERBUKUAN PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti Jaya Damanik SMP KELAS VII Hak Cipta pada Kementerian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Dilindungi Undang-Undang. Disclaimer: Buku ini disiapkan oleh Pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2017. Buku ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau melalui alamat surel [email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VII Penulis Jaya Damanik Penelaah Deni Darmawan Kuswijoyo Mulyo Penyelia Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ilustrator Indiria Maharsi Penata Letak (Desainer) Anggrinsan Hutajulu Penyunting Ruhut Gultom Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Jalan Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusat Cetakan pertama, 2021 978-602-244-334-6 (no.jil.lengkap) 978-602-244-335-3 (jil.1) Isi buku ini menggunakan huruf Linux Libertine 12/16 pt. GPL/OFL. xxviii, 196 hlm.: 25 cm. Kata Pengantar Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mempunyai tugas penyiapan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan kurikulum serta pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sistem perbukuan.
    [Show full text]
  • Peran Sri Susuhunan Pakubuwono Xii Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (1945-1949)
    PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) RINGKASAN SKRIPSI Oleh: M Arief Sasono 10406244038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 2 PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) Oleh: M Arief Sasono dan Dr .Aman, M.Pd ABSTRAK Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan akhir dari perjuangan Indonesia. Rakyat Indonesia masih berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Tujuan dari penulisan Skripsi ini untuk: (1) mengetahui perjuangan masyarakat dan kondisi Surakarta pasca Kemerdekaan. (2) mengetahui latar belakang Sri Susuhunan Pakubuwono XII (3). Mengetahui peran Sri Susuhunan Pakubuwono XII dalam mempertahankan Kemerdekaan Metode yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan metodelogi yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Metode Tersebut meliputi pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan Historiografi atau penulisan sejarah. Semua metode tersebut sudah dilakukan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) Perjuangan di Surakarta melibatkan KNI, pemuda, tokoh, bangsawan dan Sri Susuhunan Pakubuwono XII Dan pada akhirnya warga berhasil mengambil alih kekuasaan serta melucuti senjata tentara penjajah. (2) Pakubuwono XII lahir di Surakarta pada Selasa Legi tanggal 14 April 1925, dan diangkat menjadi raja di Keraton Surakarta pada usia yang sangat muda yaitu usia 20 tahun. Beliau juga dikenal dengan raja 3 jaman dengan lama memimpin 48 tahun. Atas pengabdiannya bagi Indonesia, maka Pakubuwana XII diberikan piagam penghargaan dan medali perjuangan angkatan ’45 yang ditetapkan oleh Dewan Harian Nasional Angkatan-45 di Jakarta. Piagam merupakan bukti kesetiaannya kepada Negara Kesatuan RI dan atas nasionalisme yang dalam di masa perjuangan kemerdekaan. (3) Peran PakuBuwono XII antara lain mengorbankan kekayaan keraton yang dimiliki seperti emas dan persenjataan yang sangat banyak, bahkan menyebabkan Keraton sendiri defisit.
    [Show full text]
  • Adat As a Means of Unification and Its Contestation. the Case of North Halmahera
    Brigitta Hauser-Schäublin (dir.) Adat and Indigeneity in Indonesia Culture and Entitlements between Heteronomy and Self-Ascription Göttingen University Press Adat as a Means of Unification and its Contestation. The Case of North Halmahera Serena Müller Publisher: Göttingen University Press Place of publication: Göttingen University Press Year of publication: 2013 Published on OpenEdition Books: 12 April 2017 Serie: Göttingen Studies in Cultural Property Electronic ISBN: 9782821875487 http://books.openedition.org Electronic reference MÜLLER, Serena. Adat as a Means of Unification and its Contestation. The Case of North Halmahera In: Adat and Indigeneity in Indonesia: Culture and Entitlements between Heteronomy and Self-Ascription [online]. Göttingen: Göttingen University Press, 2013 (generated 10 septembre 2020). Available on the Internet: <http://books.openedition.org/gup/181>. ISBN: 9782821875487. Becoming Aristocrats: Keraton in the Politics of Adat Fadjar I. Thufail Introduction An incident in West Jakarta District involving a group of thugs unravels the fraught relationship between the royal families of Javanese keratons and the public,1 exposing contentious issues over cultural property, political connection and symbolic status. The incident discloses an overlooked connection between the aristocracy and economy and sheds light on the challenges the aristocrats confront to rethink how noble culture and adat encounter the encroachment of capital and the state into the palace realm. In other words, the incident with the thugs depicts the predicament that the keraton and its noblemen must negotiate in order to sustain and assert the cultural sovereignty of the palace despite the continuous pressures from the state and capital to curtail the political role of the keraton.
    [Show full text]
  • Trends in Southeast Asia
    ISSN 0219-3213 2017 no. 10 Trends in Southeast Asia THE INDONESIA NATIONAL SURVEY PROJECT: ECONOMY, SOCIETY AND POLITICS DIEGO FOSSATI, HUI YEW-FOONG TRS10/17s AND SIWAGE DHARMA NEGARA ISBN 978-981-4786-46-1 30 Heng Mui Keng Terrace Singapore 119614 http://bookshop.iseas.edu.sg 9 789814 786461 Trends in Southeast Asia 17-J02520 01 Trends_2017-10.indd 1 25/8/17 10:16 AM The ISEAS – Yusof Ishak Institute (formerly Institute of Southeast Asian Studies) is an autonomous organization established in 1968. It is a regional centre dedicated to the study of socio-political, security, and economic trends and developments in Southeast Asia and its wider geostrategic and economic environment. The Institute’s research programmes are grouped under Regional Economic Studies (RES), Regional Strategic and Political Studies (RSPS), and Regional Social and Cultural Studies (RSCS). The Institute is also home to the ASEAN Studies Centre (ASC), the Nalanda-Sriwijaya Centre (NSC) and the Singapore APEC Study Centre. ISEAS Publishing, an established academic press, has issued more than 2,000 books and journals. It is the largest scholarly publisher of research about Southeast Asia from within the region. ISEAS Publishing works with many other academic and trade publishers and distributors to disseminate important research and analyses from and about Southeast Asia to the rest of the world. 17-J02520 01 Trends_2017-10.indd 2 25/8/17 10:16 AM 2017 no. 10 Trends in Southeast Asia THE INDONESIA NATIONAL SURVEY PROJECT: ECONOMY, SOCIETY AND POLITICS DIEGO FOSSATI, HUI YEW-FOONG AND SIWAGE DHARMA NEGARA 17-J02520 01 Trends_2017-10.indd 3 25/8/17 10:16 AM Published by: ISEAS Publishing 30 Heng Mui Keng Terrace Singapore 119614 [email protected] http://bookshop.iseas.edu.sg © 2017 ISEAS – Yusof Ishak Institute, Singapore All rights reserved.
    [Show full text]
  • Abidin Dan Soeprapto, 2006. Penggemukan Sapi Potong
    Abidin dan Soeprapto, 2006. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta: Agro Media Pustaka Andiwawan. 2010. Mengenal Sapi. http://andiwawantonra.blogs.com/2010/02/mengenal-sapi- bali.html, Diakses pada tanggal 1 Oktober 2012. Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Kampar Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Pekanbaru Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2013. Riau Dalam Angka, Badan Pusat statistik. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Provinsi Riau. Pekanbaru. Blakely, J dan D.H. Bede. 1992. Ilmi Peternakan. Gajah mada University Press, Yokyakarta. Dinas Peternakan Provinsi Riau. 1998. Buku Pintar Peternakan. Dinas Peternakan Provinsi Riau. Pekanbaru. Dinas Peternakan. 1998. Pedoman Beternak Sapi. Dinas Peternakan Provinsi Riau. Pekanbaru. Dinas Peternakan Provinsi Riau. 2003. Pedoman Beternak Sapi. Dinas Peternakan Provinsi Riau. Pekanbaru. Dinas Peternakan Provinsi Riau. 2010. Statistik Peternakan Riau.Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau. Pekanbaru. Ernafita, S. 2011. Profil dan Pengetahuan Serta Kemampuan Peternak dalam Mengelola Reproduksi Ternak Kerbau Betina Di Kecamatan Salo Kabupaten Kampar. Uin Suska Riau. Febriansyah. 2009. Penampilan dan Produksi Reproduksi Sapi Perah di Kecamatan Boyolali. Skripsi. Fakultas Peternakanan Universitas Padjadjaran. Bandung. Feradis. 2009. Sarana Usaha Peternakan. UR Press. Pekanbaru. Feradis.2010. Bioteknologi Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung. Feradis.2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung. Hartono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Pustaka Pelajar. Pekanbaru Hardjosubroto, W dan Astuti JM. 1993. Buku Pintar Peternakan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hernanto, F. 1991. IImu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Ihsan A.K. 1992. Budidaya Ternak Sapi Perah. Angkasa. Jakarta . Ilyas, A.Z. dan Leksmono, C.S. 1995. Pengembangan dan Perbaikan Ternak Sapi di Indonesia. Jakarta. Jacob T.N. 1994. Budidaya Ternak Potong. Kanisius. Yogyakarta. Kusumawati Y. 2004.
    [Show full text]
  • The Making of Politically Conscious Indonesian Teachers in Public Schools, 1930–42*
    Kyoto University The Making of Politically Conscious Indonesian Teachers in Public Schools, 1930–42* Agus Suwignyo** This paper deals with the emergence of political consciousness among Indonesian teachers and students in public Dutch-Indonesian teacher training schools (Hollands Inlandse Kweekschool, HIK) during the last colonial decade up to the beginning of the Japanese occupation in 1942. Most of the Indonesian teachers and students, who pursued careers and education respectively in government schools, had initially embarked from personal expectations of upward economic mobility. Yet, in the course of the 1930s, they grew in deliberate willingness and perception to engage in a wider scope of social dynamics without limiting themselves to the area of power politics. In this paper, the manner in which these students and teachers gave mean- ing to their daily lives inside and outside of school is identified and analyzed as the factor that critically contributed to the emergence of political consciousness among them. Although the transformation that the teachers underwent in their view of school education was a radical leap when seen from the perspective of the Indonesia- centric historiography of the 1930s, it did not actually show a process of transforma- tive pedagogy. The sense of citizenship that the teachers shared in the 1930s, albeit a dramatic shift from the motivation that had originally propelled them, did not reflect the notion of public education as an independent practice of cultural upbring- ing irrelevant to the state and state-formation ideology. Keywords: Indonesian teachers, the 1930s, Critical Pedagogy, political consciousness Introduction Existing studies on the relationship between Western education and changes in Indone- sian society in the early twentieth century feature the education of schoolteachers in the * Part of this paper was originally the author’s dissertation “The Breach in the Dike: Regime change and the standardization of public primary-school teacher training in Indonesia, 1893– 1969” (Leiden University 2012).
    [Show full text]
  • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Hk.01.07/Menkes/44/2019 Tentang Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 1440 H/2019 M
    KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK.01.07/MENKES/44/2019 TENTANG TIM KESEHATAN HAJI INDONESIA TAHUN 1440 H/2019 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kesehatan bagi jemaah haji di kelompok terbang (kloter), perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Penetapan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 1440 H/2019 M. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 tentang Penetapan Paraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas - 2 - Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5036); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
    [Show full text]
  • SUMATERA BARAT.Pdf
    DAFTAR JEMAAH BERHAK LUNAS TAHAP I TAHUN 1441H/2020M PROVINSI SUMATERA BARAT BERHAK LUNAS TAHAP 1 KODE NO NO. PORSI NAMA ALAMAT KECAMATAN EMBARKASI 1 0300014618 BENYAMIN APRIYANTO JL. ALAI TIMUR NO. 30 A RT 02/08 PADANG UTARA PDG 2 0300015297 ARIESTA SARI SETYANI JL PERAWAT NO 67 RT 03 RW 01 AUR BIRUGO/TIGOBALEH PDG 3 0300039881 HELENDRA YOSSY JL.AIR CAMAR NO.46 RT 004 RW 008 PADANG TIMUR PDG 4 0300041110 AMDI JL TEUKU UMAR PADANG PANJANG BARAT PDG 5 0300048340 ZULFEBRINA DESA PARABEK SEI BULUH BANUHAMPU SEI PUAR PDG 6 0300054127 NOFRIZAL JL TK NAN RENCEH NO 13/27F RT 01 RW 01 GUGUK PANJANG PDG 7 0300054364 JUSNA PERUM ANAK AIR PERMAI BLOK E NO 22 KOTO TANGAH PDG 8 0300054596 FITRI AJIRNI JL SYECH JAMIL JAMBEK NO 08 RT 02 RW 03 GUGUK PANJANG PDG 9 0300055948 BASRI KOMP PER SILAING PERMAI PADANG PANJANG BARAT PDG 10 0300057910 ROSMANI PARAK KALUAT RT.17 RW.3 PADANG TIMUR PDG 11 0300058252 UMMU ATHIAH TANJUNG GADANG RT/RW 02/01 PAYAKUMBUH BARAT PDG 12 0300058498 REFITRI JL BANTO LAWEH NO 81 RT 03/RW 01 GUGUK PANJANG PDG 13 0300058851 ETRI SANOVA KURAO KAPALO BANDA RT/RW: 001/005 KURANJI PDG 14 0300059034 ZULHER JL.ROHANA KUSUS NO.56D RT.1 RW.1 PADANG BARAT PDG 15 0300063370 MASLINA SIREGAR BERINGIN NAULI PANTI/PADANG GELUGUR PDG 16 0300064293 IBRAHIM CIBUAK AMEH PASIA IV ANGKEK IV ANGKAT CANDUNG PDG 17 0300064294 SYAMSINIR KAPALO BANTO CIBUAK AMEH PASIA IV ANGKAT CANDUNG PDG 18 0300064812 SYAFWARDI GUGUAK RANDAH RT/RW 05/02 MANDI ANGIN/KOTO SELAYAN PDG 19 0300064867 FARIDA JALAN IKLAS III NO 09 RT.03 RW.09 PADANG TIMUR PDG 20 0300065689 SAHAR PANGANAK RT 01 RW 02 MANDI ANGIN/KOTO SELAYAN PDG 21 0300066373 DESMAWATI TAMPUNIK TILATANGKAMANG PDG 22 0300067348 SUKARNALIS TRIMULYA PULAU PUNJUNG PDG 23 0300067428 TADENA SUKADAMAI III JORONG BAHAGIA PANTI/PADANG GELUGUR PDG 24 0300067497 RASMAN SUNGAI EMAS LIMA KAUM PDG 25 0300067567 MARLINA TRI HASTUTI SOPAN JAYA KOTO BARU PDG 26 0300067677 GUSMAWITA JL.
    [Show full text]
  • STATES and LOCAL LEGAL CULTURES in MEDIEVAL ISLAM a Comparative Study of Akbar’S Mughal Rule and Sultan Agung’S Mataram in 16Th and 17Th Century1
    Al-Jāmi‘ah: Journal of Islamic Studies - ISSN: 0126-012X (p); 2356-0912 (e) Vol. 54, no. 1 (2016), pp. 33-57, doi: 10.14421/ajis.2016.541.33-57 STATES AND LOCAL LEGAL CULTURES IN MEDIEVAL ISLAM A Comparative Study of Akbar’s Mughal Rule and Sultan Agung’s Mataram in 16th and 17th Century1 Noor Achmad;* Nanang Nurcholis** *, ** Wahid Hasyim University, Semarang, Indonesia email: [email protected] Abstract This study seeks to expand the horizon of existing literatures on the dialectic of religion, legal culture and local dynamics by comparing two great Muslim rulers in two different parts of the world in the first Islamic millennium: Mughal Emperor Akbar and Mataram’s Sultan Agung. It specifically aims to analyze historical accounts on the dynamic relations between Islamic norms and local culture with corresponding results of distinctive ways of ruling by these two great rulers. While both rulers Akbar and Sultan Agung shared similar concerns in political imagination, their difference was particularly shown in the representation of religion in the courts’ political and legal culture, with the latter was heavily determined by different challenges they faced during their rule. This paper argues that a comparative overview of these two great figures, who ruled in different parts of the world and at rather successive periods, would be beneficial for the studies of religion-culture relations in flagging the 1 This article is an elaboration of our previous research on “Dialectic of Religion and Culture: A Comparison of Emperor Akbar’s Spiritualism Din-i-Ilahi and Sultan Agung’s Manunggaling Kawula Gusti that we conducted with Prof.
    [Show full text]
  • Mistisisme Islam Jawa: Studi Serat Sastra Gendhing Sultan Agung
    MISTISISME ISLAM JAWA: STUDI SERAT SASTRA GENDHING SULTAN AGUNG RINGKASAN DISERTASI Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor Studi Islam Oleh: ZAENUDIN BUKHORI NIM : 065113014 PROGRAM DOKTOR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO 2012 MISTISISME ISLAM JAWA: STUDI SERAT SASTRA GENDHING SULTAN AGUNG Oleh: Zaenudin Bukhori ABSTRACT Substantially, the text Serat Sastra Gendhing written by Sultan Agung explains about two Islamic disciplines, that are theology and Islamic mysticims. Islamic mysticism is the other name of sufism or tashawwuf . Islamic mysticism embedded in this serat includes tashawwuf amali and tashawwuf falsafi. Sultan Agung thoughts in this serat tends to follow the thoughts of Ibn Arabi on mysticism. The aims of this research are (1) to explore the meaning of the whole contents about mysticism embodied in the text of Serat Sastra Gendhing as well as to identify the form of mystic in which the writer is trying to develop, (2) to identify the social setting as the background of its writing, and (3) to look at the relevance of the teaching in its contemporary readers context. In completing this research, the researcher employed an approach called hermeneutics introduced by Gadamer. Hermeneutics developed by Gadamer has the main focus on three areas of study, namely the world of the text, the world of the author, and the world of the reader. In this research, the concept by Gadamer is applied in such ways: (1) the study on the text is used in order to find out the contents as well as the meaning embodied in the text, (2) the study on writer is use on purpose to find out the his social setting as a background of the writing, and (3) the study on the reader of the text to find out the relevance of the text with its reader in contemporary time.
    [Show full text]
  • The Issue of Changing Identity
    PERSONAL RECOLLECTIONS OF INDONESIA’S FIRST TWO DECADES OF INDEPENDENCE: THE ISSUE OF CHANGING IDENTITY THEE Kian Wie Economic Research Centre Indonesian Institute of Sciences (P2E-LIPI), Jakarta Early youth in the Netherlands Indies • Family background: typical Chinese Peranakan family, i.e. ethnic Chinese born in Indonesia for generations, and generally not speaking Chinese anymore • Father’s education at Hollands-Chinese Kweekschool (HCK) to become a teacher at a Dutch-Chinese primary school (HCS); Mother’s initial education at a Chinese school: Her father was co-founder of a Chinese primary and secondary school for girls (Tiong Hoa Li Hak Hau); my mother later switched to a Dutch high school (Drie-jarige HBS), and later went to the Netherlands to study as a teacher • Pre-school at a Catholic Froebel school at Jalan Batutulis (1940-41) • First year at European Primary School (Europese Lagere School, ELS, basically only open to European students)) of the Carpentier Alting Stichting (CAS), 1941-February 1942 because my father was a principal (schoolhoofd) at a HCS (Dutch –Chinese primary school) in Jakarta • Awareness of looming Japanese threat at school among the pupils of our first class at the above ELS and at home (overhearing father’s talks with Mr. Parijs, an Eurasian (in the Netherlands referred to as ‘Indische Nederlander’) married to a German woman • Construction of ‘phony’ houses which fascinated me on Waterlooplein (Lapangan Banteng) to lure Japanese bomb attacks? Was it a kind of Potemkin village? • Establishment of Luchtbeschermingsdienst (LBD, Air Defense Service) which my father had to join • After Japanese attack temporary flight with my mother, younger sister and younger brother to Bintang estate, owned by relatives near Cibadak, West Java.
    [Show full text]