TINJAUAN HISTORIS TENTANG KERAJAAN PAJANG PADA MASA PEMERINTAHAN JAKA TINGKIR TAHUN 1549-1582 DI PULAU JAWA

Muhammad Dani Dzulfikar1, Ozi Hendra Tama2 12 STKIP PGRI Bandar Lampung [email protected], [email protected]

Abstrak: Kerajaan Pajang merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Kertasura (Solo) Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Pada awal berdirinya tahun 1549, bahwa wilayah Pajang yang terkait eksistensi Demak pada masa sebelumnya, hanya meliputi sebagian Jawa Tengah. Dengan raja pertamanya adalah Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Tujuanpenelitianiniadalahuntukmengetahuidan mendeskripsikantentang kerajaan pajang pada masa pemerintahan Jaka Tingkir tahun 1549-1582 di pulau jawa.Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian historis atau metode sejarah. Metode historis merupakan suatu usaha untuk memberikan interpretasi dari bagian trend yang naik turun dari status keadaan di masa yang lampau, memperoleh suatu generalisasi yang berguna dalam memahami kenyataan sejarah, serta membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang.Pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan, dan dokumentasi sebagai metode pelengkap. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Kata Kunci: Kerajaan, Pemerintahan, Jaka Tingkir

Abstract: Pajang Kingdom is a kingdom based in Kertasura (Solo) in Central as a continuation of the Demak Kingdom. At the beginning of its establishment in 1549, the Pajang region which was related to the existence of Demak in the previous period, only covered a portion of Central Java. With his first king, Jaka Tingkir was titled Sultan Hadiwijaya. The purpose of this research is to find out and describe the Pajang kingdom in the reign of Jaka Tingkir in 1549-1582 on the Java. The method used in this research used historical research methods or historical methods. The historical method is an attempt to provide an interpretation of the up and down trend parts of the state of the past, obtaining a useful generalization in understanding historical reality, and comparing it with the present situation and can predict future conditions. Data collection used the literature method, and documentation as a complementary method. The stages carried out in the data analysis process are data reduction, data presentation, and data verification. Keywords: Kingdom, Government, Jaka Tingkir

17

PENDAHULUAN Ditinjau dari segi geografis, Kerajaan Pajang merupakan sebuah Kerajaan Pajang terletak di daerah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah Kartasura, dekat (Solo), Jawa sebagai kelanjutan Kerajaan Demak.Pada Tengah. Sejarah berdirinya kerajaan pajang awal berdirinya tahun 1549, bahwa wilayah bermula sejak wafatnya Sultan Trenggana, Pajang yang terkait eksistensi Demak pada timbul perebutan kekuasaan di kalangan masa sebelumnya, hanya meliputi sebagian keluarga, Sultan Trenggana mempunyai Jawa Tengah.Hal ini disebabkan karena enam putra dan putri, yaitu Pangeran negeri-negeri Jawa Timur banyak yang Mukmin yang diangkat menjadi wali oleh melepaskan diri sejak kematian Sultan dengan gelar Sunan Prawata. Trenggana pada tahun 1546.Sepeninggal Putri yang menikah dengan Pangeran trenggana, Sunan Prawoto naik tahta, Langgar, putra Kii Gede Sampang di kemudian ia tewas dibunuh sepupunya yaitu Madura, putri yang menikah dengan Arya Penangsang bupati Jipang Pangeran Hadiri, Bupati Kalinyamat. Putri (Bojonegoro). Setelah itu, Arya Penangsang yang menikah dengan Bupati Pajang juga berusaha membunuh Hadiwijaya Hadiwijaya (Jaka Tingkir), putri yang namun gagal.Dengan dukungan Ratu menikah dengan Panembahan Pasarean Kalinyamat (Bupati Jepara dan Puteri putra Sunan Gunungjati, Pangeran Timur Trenggana), Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dan yang kemudian menjadi bupati di Madiun. para pengikutnya berhasil mengalahkan Akibat perebutan kekuasaan di kalangan Arya Penangsang.Iapun menjadi pewaris keluarga dan kerabat tersebut, menjadi tahta Demak yang ibu kotanya dipindah ke perselisihan politik yang Pajang. masing-masing menjadi pendukung untuk Jaka Tingkir adalah menantu dari pengangkatan penguasa-penguasa. Setelah Sultan Trenggana.Penyerangan terhadap Sultan Trenggana diganti oleh Sunan Arya Penangsang itu, Jaka Tingkir dibantu Prawoto, ia dibunuh oleh Arya Penangsang oleh Ki Ageng Pemanahan.Atas jasa Ki dari Jipang pada tahun 1549.Sekarang Ageng tersebut, Jaka Tingkir memberi hutan giliran Arya Penangsang, ia pun dibunuh kepada Ki Ageng Pemanahan tepatnya di oleh ipar Sunan Prawoto yaitu Jaka Tingkir. hutan Mentoak yang kelak menjadi Kejadian tersebut bermula saat Mataram.Pengesahan Jaka Tingkir sebagai AryaPenangsang mengirim utusan untuk Sultan Kerajaan Pajang (Boyolali) disahkan membunuh Hadiwijaya di Pajang, tapi oleh Sunan Giri dan segera mendapat gagal.Justru Hadiwijaya menjamu para pengakuan dari seluruh kadipaten Jawa pembunuh itu dengan baik,serta memberi Tengah dan Jawa Timur. mereka hadiah untuk mempermalukan Arya Kerajaan Pajang, meskipun tidak Penangsang. sebesar dan sekuat pendahulunya Sepeninggalan suaminya, Ratu (Majapahit, Singasari, atau Demak), Kalinyamat (adik Sunan Prawoto) mendesak merupakan kerajaan yang eksistensinya Hadiwijaya agar menumpas Arya cukup penting dalam sejarah kerajaan- Penangsang karena hanya ia yang setara kerajaan di tengah Jawa. Betapa tidak, kesaktiannya dengan adipati Jipang tersebut. Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Hadiwijaya segan memerangi Arya Kerajaan Demak.Raja pertama Pajang dan Penangsang secara langsung karena sama- sekaligus pendiri kerajaan bernama Jaka sama anggota keluarga Demak dan Tingkir.Sementara itu, Kerajaan Mataram merupakan saudara seperguruan sama-sama (Islam) yang merupakan kerajaan besar di murid Sunan Kudus.Maka Hadiwijaya pun Jawa pada zamannya, secara tidak langsung, mengadakan sayembara. Barang siapa dapat memiliki hubungan dengan Pajang.Itulah membunuh Arya Penangsang akan gambaran singkat tentang awal berdirinya mendapatkan tanah Pati Mataram sebagai Kerajaan Pajang. (Soedjipto Abimanyu, hadiah. Sayembara diikuti kedua cucu Ki 2014:332). Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, Ki Juru KAJIAN TEORI Martani (Kakak ipar Ki Ageng Pemanahan) Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang berhasil menyusun siasat cerdik sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan)

18

dapat menewaskan Arya Penangsang setelah pemakaman kaum bangsawan Kerajaan menusukkan tombak Kyai Plered ketika Pajang. Kompleks pemakaman itu terdapat Arya Penangsang menyeberangi Bengawan 20 makam dan salah satunya merupakan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan makam Ki Ageng Henis, beliau adalah Gagak Rimang.Setelah peristiwa tersebut penasihat spiritual Kerajaan Pajang. tahun 1549, pusat kerajaan tersebut Makam-makam tersebut sering di hampiri kemudian dipindah ke Pajang dengan oleh para wisatawan dan orang yang Hadiwijaya sebagai raja pertama. berkunjung ke Masjid Laweyan sesudah Jaka Tingkir merupakan murid Ki menunaikan ibadah. Ki Ageng Henis pula Ageng Pengging yang semula menjadi yang mengajarkan teknik membatik kepada tamtama di Kerajaan Demak di bawah masyarakat Pajang, sehingga kelak Laweyan pemerintahan Sultan Trenggana, karena dikenal sebagai pusat produksi batik.Makam keahliannya ia dijadikan menantu oleh Ki Ageng Henis, letaknya dibangunkan agak Sultan Demak. Setelah berhasil membunuh tinggi dibanding makam-makam lain yang Arya Penangsang ia menobatkan dirinya ada di kompleks pemakaman tersebut. sebagai Sultan Pajang dengan Gelar Sultan Meskipun demikian, terdapat dua makam Hadiwijaya. Sultan Pajang mulai melakukan lain yang letaknya mengapit makam Ki perluasan kekuasaan sehingga beberapa Ageng Henis, yakni makam Nyai Ageng daerah sekitarnya antara lain Jipang dan Pati dan Nyai Ageng Pandanaran. Demak sendiri mengakui kekuasaan Kerajaan Pajang. Demikian pula ia Makam Jaka Tingkir meluaskan pengaruhnya ke daerah pesisir Tidak banyak yang mengetahui utara, seperti Jepara, Pati, bahkan ke arah lokasi Makam Jaka Tingkir atau Sultan barat sampai Banyumas.(Marwati Djoened Hadiwijaya, raja pertama sekaligus pendiri Poesponegoro, Nugroho Kerajaan Pajang. Tidak seperti makam raja- Notosusanto.2008:54). raja Solo dan Yogyakarta yang dikenal banyak orang dan selalu ramai dikunjungi Bentuk Peninggalan Kerajaan Pajang peziarah, makam Jaka Tingkir jauh berada Masjid Laweyan di pelosok perkampungan warga. Masjid Laweyan sering dikenal Komplek pemakaman Jaka Tingkir dengan Masjid Ki Ageng Henis di Solo dinamakan Makam Butuh yang ditandai menjadi saksi bisu keragaman sejarah dengan bangunan masjid. Masjid Butuh ini penyebaran agama islam di Jawa.Meski dulunya adalah langgar atau mushala yang beberapa kali mengalami pemugaran, didirikan oleh Ki Ageng Butuh, cikal bakal namun masih tampak di beberapa sudut keberadaan Dusun Butuh. masjid menyiratkan peninggalan bangunan Sekitan tahun 1930, Paku Buwono pura, tempat ibadah umat Hindu. Pada tahun X melakukan pemugaran makam dengan 1549 saat pemerintahan Sultan Hadiwijaya membangun tembok di sekeliling makam diKerajaan Pajang berdirilah sebuah Pura dan meninggikan nisan karena waktu itu umat Hindu di Pajang laweyan. Salah satu masih sering banjir tahunan yang penasihat spiritual Kerajaan Pajang Ki menggenangi makam. Lokasi makam ini Ageng Henis, bersahabat dengan pemuka tidak jauh dari Sungai Bengawan Solo yang agama Hindu bernama Ki Ageng Belukan hampir setiap tahun airnya meluap. yang juga pemilik pura tersebut. Kedekatan Nama Butuh diambil dari Ki Ageng mereka pun membuat salah satu pura di Butuh atau Ki Ageng Kebo Kenongo, Laweyan berubah menjadi langgar untuk ayahanda Raden Jaka Tingkir. Ki Ageng melayani umat Islam waktu itu, sejak saat Kebo Kenongo mulanya adalah adipati itu langgar laweyan menjadi Masjid Pengging, wilayah yang masuk kekuasaan Laweyan hingga sekarang, dan sejak saat itu Kesultanan Demak.Di akhir kekuasaannya, juga Ki Ageng Belukan memeluk Agama Ki Ageng Kebo Kenongo meninggalkan Islam. Pengging untuk mencari ketenangan dan kedamaian batinnya. Bersama sang istri Makam Para Bangsawan berangkatlah Ki Ageng ke arah timur dan Di sekitar pelataran Masjid sampailah di daerah yang masih hutan, Laweyan terdapat sebuah kompleks hanya ada beberapa penduduk yang tinggal

19

di daerah itu.Lalu Ki Ageng Kebo Kenongo menghasilkan tanaman kapas kala itu memutuskan untuk tinggal di situ dan mampu menghasilkan kain mori maupun memperkenalkan dirinya kepada penduduk kain batik untuk diperdagangkan dengan dengan nama Butuh.Namun, lama kelamaan daerah lain. Setiap hari dari Laweyan orang-orang kampung akhirnya mengetahui melalui Bandar Kabanaran diangkut oleh bahwa Ki Ageng Butuh adalah ayahanda perahu-perahu yang tertambat di Bandar Raden Mas Jaka Tingkir. Sejak saat itu Ki Kabanaran menuju ke Bandar Nusupan Ageng selalu didatangi orang, baik dari untuk selanjutnya diangkut oleh perahu sekitar kampung maupun dari luar daerah. yang lebih besar menuju ke Bandar Gresik, Di sini, Ki Ageng butuh mengajarkan dan sebaliknya komoditas dari daerah lain kepada masyarakat pendidikan tentang pun juga berdatangan ke Laweyan setelah ketuhanan dan kemasyarakatan. berganti perahu di Bandar Nusupan. Singkat cerita, setelah menjadi Raja Kemuduran Bandar Kabanaran Pajang kurang lebih selama 40 tahun, Sultan sebagai pelabuhan sungai terkemuka di Hadiwijaya atau Jaka Tingkir menanggalkan Laweyan disebabkan oleh semakin kekuasaannya dan ingin mendekatkan diri berkurangnya debit air akibat pendangkalan kepada Sang Maha Penguasa. Kemudian ia yang dialami oleh Sungai Jenes. Sungai pergi ke dusun orangtuanya yang berada di yang pernah menjadi jalan publik tanpa tepi Sungai Bengawan Solo, yaitu Dusun kemacetan itu mengecil perannya seiring Butuh.Dan di Butuh ini Sultan Hadiwijaya surutnya volume air yang ada di sungai menghabiskan sisa umurnya untuk tersebut. Selain itu, lambat laun pula peran mendapatkan ketenangan jiwa dengan Sungai Jenes tergerus oleh adanya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ia infrastuktur jalan yang bernama Jalan Dr. meninggal dan dimakamkan satu komplek Rajiman sejak pindahan kraton dari bersama kedua orangtuanya. Kartasura menuju Surakarta, dan Di dalam bangunan gedong terdapat dibangunnya jalur rel kereta api oleh 17 makam yang sebagian besar kerabat Jaka Nederlandsch Indische Spoorweg Tingkir, antara lain : Maatschappij dari tahun 1870 sampai 1. Ki Ageng Kebo Kenongo dengan 1872. Situasi dan kondisi yang 2. Nyi Ageng Kebo Kenongo demikian menyebabkan para pengusaha dari 3. Sultan Hadiwijaya atau Raden Jaka Laweyan pun akhirnya memindahkan moda Tingkir atau Raden Mas Karebet transportasi bagi usaha dagangnya kepada 4. KP Benowo sarana transportasi yang lebih modern. Kini, 5. KP Monco Negoro Bandar Kabanaran sudah tidak berbekas 6. K. Tmg. Wilomarto lagi. 7. K. Tmg. Wuragil Tak ada bekas fisik yang tersisa 8. KP Tedjowulan maupun aktivitas bongkar muat perahu- 9. KRt. Kadilangu perahu lagi. Jika tidak ada papan nama 10. KPH Sinawung bertuliskan Situs Bandar Kabanaran, 11. KR Adi Negoro mungkin orang-orang yang melintas di situ 12. Garwo tidak akan pernah tahu bahwa di lokasi itu 13. RAy. Pagedongan dulunya ada sebuah bandar atau pelabuhan 14. Ray. Kodok Ijo sungai yang cukup ramai dan memainkan 15. KA Ngerang peran penting sebagai urat nadi 16. Nyi Ageng Ngerang perekonomian di Laweyan, khususnya 17. KPH Mas Demang Brang Wetan Kerajaan Pajang.

Bandar Kabanaran Bandar Kabanaran adalah tempat Pasar Laweyan perdagangan yang terletak di tepi sungai Tidak jauh dari Bandar Kabanaran Bengawan Solo. Pada masa kekuasaan ada sebuah pasar yang dinamai Pasar Kerajaan Pajang, bandar ini di pakai sebagai Laweyan. Nama "Lawiyan" berasal dari jalur penghubung lalu lintas dan transportasi kata alih-alihan (perpindahan), dalam perdagangan dari Jawa ke bandar besar ucapan menjadi Ngalihan atau Ngaliyan Nusupan. Laweyan yang banyak yang akhirnya menjadi Lawiyan yaitu

20

merupakan tempat perpindahan orang-orang Syekh Siti Jenar.Sepulang dari mendalang, dari Desa Nusupan (pelabuhan zaman Ki Ageng Tingkir jatuh sakit, lalu Pajang-Kartasura di Bengawan Sala). meninggal dunia.Sepuluh tahun kemudian, Mereka pindah untuk menghindari bahaya Ki Ageng Pengging dihukum mati, karena banjir dari Bengawan Sala (dahulu namanya dituduh memberontak Kerajaan Bengawan Semanggi atau Bengawan Demak.Sebagai pelaksana hukuman ialah Nusupan) Desa Nusupan (sekarang Sunan Kudus. termasuk Kelurahan Semanggi) pada zaman Setelah kematian suaminya, Nyai Pajang dan Kartasura menjadi pelabuhan Ageng Pengging jatuh sakit dan akhirnya yang penting. Tetapi karena seringnya meninggal dunia.Sejak saat itu Mas Karebet banjir, berpindah ke Lawiyan. diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Maka sampai saat ini wong Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).Setelah Nglawiyan bagi masyarakat Sala termasuk berada di desa Tingkir, Mas Karebet kelompok orang kaya. Dulu Pasar Laweyan terkenal dengan nama Jaka Tingkir. Dia merupakan salah satu pasar yang cukup gemar pergi ke hutan, gunung, atau gua ramai. Ketika Kerajaan Pajang lahir, pasar untuk bertapa. Semakin dewasa, Jaka ini menjadi penyokong utama kegiatan Tingkir tampak lebih tampan, banyak wanita perdagangan yang ada di Laweyan, atau terpikat ketampanannya. Sedangkan Jaka tlatah Kerajaan Pajang. Jaraknya yang hanya Tingkir sendiri belum memikirkan masalah sekitar 100 meter dari Bandar Kabanaran percintaan dan lebih senang bertapa di menjadikan Pasar Laweyan terus tumbuh tempat yang sepi. Nyi Ageng Tingkir dan berkembang. menasihati putra angkatnya agar tidak pergi Hingga sampai saat ini Pasar bertapa ke gunung atau semacamnya, karena Laweyan masih di pakai masyarakat untuk mengarah pada kekafiran dan memintanya melakukan aktivitas perdagangan, namun untuk berguru kepada seorang demikian, tidak ada sisa benda bersejarah mukmin.Lalu, Jaka Tingkir berguru pada yang menceritakan bagaimana sejarah dan Ki Ageng Sela, ia peradaban bangunan pasar itu di bangun. bahkan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela, yaitu Ki Juru Martini, Ki Kampung Batik Laweyan Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi. (Adi P. Kerajaan Pajang pada masa lampau Talango 2012:115). juga mewariskan kesenian batik tulis. Batik Jaka Tingkir adalah putera Kebo yang selama ini di kenal oleh masyarakat, Kenanga dan cucu Adipati ternyata sejarah awal pembuatanbatik Andayaningrat.Manakala Adipati pertama kali telah di lakukan pada masa Andayaningrat juga di kenali dengan Syarief Kerajaan Pajang berdiri, teknik membuat Muhammad Kebungsuan.Jaka Tingkir ingin batik diperkenalkan pertama kali oleh Ki mengabdi ke ibu kota Demak. Di sana ia Ageng Henisyang selanjutnya dilakukan tinggal di rumah Kyai Gandamustaka turun-temurun oleh masyarakat, hingga saat (saudara Nyi Ageng Tingkir) yang menjadi ini pun mayoritas masyarakat di sana perawat masjid Demak berpangkat lurah berprofesi sebagai pembuat batik dan ganjur. Jaka Tingkir pintar menarik simpati penghasil kain yang berkualitas. Saat ini raja Demak Sultan Trenggana sehingga ia kesenian Batik Laweyan telah melekat erat diangkat menjadi kepala prajurit Demak dalam masyarakat, kampung Batik Laweyan berpangkat lurah wiratamtama. menjadi wisata batik bagi para wisatawan Beberapa waktu kemudian, Jaka dan menjadicagar budaya juga salah satu Tingkir bertugas menyeleksi penerimaan pusat Pariwisata yang terkenal di Solo. prajurit baru.Ada seorang pelamar bernama Dadungawuk yang sombong dan suka Pemerintahan Jaka Tingkir pamer. Jaka Tingkir menguji kesaktiaannya Nama asli Jaka Tingkir adalah Mas dan Dadungawuk tewas hanya dengan Karebet, putra Ki Ageng Pengging atau Ki menggunakan Sadak Kinang. Akibatnya, Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, Jaka Tingkir pun dipecat dari ketentaraan ayahnya sedang menggelar pertunjukan dan diusir dari Demak. wayang beber dengan dalang Ki Ageng Jaka Tingkir kemudian berguru Tingkir. Kedua Ki Ageng ini adalah murid pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo

21

Kanigoro (saudara tua ayahnya/kakak sebagai raja pertama.Demak kemudian mendiang ayahnya). Setelah tamat ia dijadikan Kadipaten dengan anak Sunan kembali ke Demak bersama ketiga murid Prawoto yang bernama Arya Pangiri yang yang lain, yaitu Mas Manca,Mas Wila,dan menjadi Adipatinya.Hadiwijaya juga Ki Wuragil. mengangkat rekan-rekan seperjuangannya Sepeninggal Trenggana tahun 1546, dalam pemerintahan. Mas Manca dijadikan puteranya yang bergelar Sunan Prawoto patih bergelar Patih Mancanegara, seharusnya naik tahta, tapi kemudian ia sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil tewas dibunuh Arya Penangsang (sepupunya dijadikan menteri berpangkat di Jipang) tahun 1549. Arya Penangsang Ngabehi.(Soedjipto Abimanyu, 2014:341). membunuh karena Sunan Prawoto Kematiandan sekaligus akhir dari sebelumnya juga membunuh ayah Arya kepemimpinan Hadiwijaya atau Jaka Penangsang yang bernama Pangeran Sekar Tingkir sebagai raja kerajaan Pajang, Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat bermula saat pemberontakan ashar di tepi Bengawan Sore. Pangeran Sutawijaya.Sutawijaya adalah putera Ki Sekar merupakan adik kandung Trenggana Ageng Pemanahan yang juga menjadi anak sekaligus juga murid pertama Sunan Kudus. angkat Hadiwijaya.Sepeninggal ayahnya Pembunuhan-pembunuhan ini dilakukan tahun 1575, Sutawijaya menjadi penguasa dengan menggunakan Keris Kiai Setan baru di Mataram, dan diberi hak untuk tidak Kober.Selain itu Arya Penangsang juga menghadap selama setahun penuh. membunuh Pangeran Hadiri suami dari Ratu Waktu setahun berlalu dan Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara. Sutawijaya tidak datang Kemudian Arya Penangsang menghadap.Hadiwijaya mengirim Ngabehi mengirim utusan untuk membunuh Wilamarta dan Ngabehi Wuragil untuk Hadiwijaya di Pajang, tapi gagal.Justru menanyakan kesetiaan Mataram.Mereka Hadiwijaya menjamu para pembunuh itu menemukan Sutawijaya bersikap kurang dengan baik,sertamemberi mereka hadiah sopan dan terkesan ingin untuk mempermalukan Arya Penangsang. memberontak.Namun kedua pejabat senior Sepeninggalan suaminya, Ratu itu pandai menenangkan hati Hadiwijaya Kalinyamat (adik Sunan Prawoto) mendesak melalui laporan mereka yang disampaikan Hadiwijaya agar menumpas Arya secara halus. Penangsang karena hanya ia yang setara Tahun demi tahun kesaktiannya dengan adipati Jipang tersebut. berlalu.Hadiwijaya mendengar kemajuan Hadiwijaya segan memerangii Arya Mataram semakin pesat.Ia pun kembali Penangsang secara langsung karena sama- mengirim utusan menyelidiki kesetiaan sama anggota keluarga Demak dan Sutawijaya. Kali ini yang berangkat adalah merupakan saudara seperguruan sama-sama Pangeran Benawa (Putera Mahkota), Arya murid Sunan Kudus.Maka Hadiwijaya pun Pamalad (menantu yang menjadi adipati mengadakan sayembara. Barang siapa dapat Tuban), serta Patih Mancanegara.Ketiganya membunuh Arya Penangsang akan dijamu dengan pesta oleh Sutawijaya.Di mendapatkan tanah Pati Mataram sebagai tengah keramaian pesta, putra sulung hadiah. Sayembara diikuti kedua cucu Ki Sutawijaya yang bernama Raden Rangga Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan membunuh seorang prajurit Tuban yang Ki Panjawi. Dalam perang itu, Ki Juru didesak Arya Pamalad.Arya Pamalad Martani (Kakak ipar Ki Ageng Pemanahan) sendiri sejak awal kurang suka dengan berhasil menyusun siasat cerdik sehingga Sutawijaya sekeluarga. Maka sesampainya Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) di Pajang, Arya Pamalad melaporkan dapat menewaskan Arya Penangsang setelah keburukan Sutawijaya. Sedangkan Pangeran menusukkan tombak Kyai Plered ketika Benawa menjelaskan kalau peristiwa Arya Penangsang menyebrang Bengawan pembunuhan tersebut hanya kecelakaan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan saja.Hadiwijaya menerima kedua laporan itu Gagak Rimang. dan berusaha menahan diri. Setelah peristiwa tersebut tahun Pada tahun 1582 seorang keponakan 1549, pusat kerajaan tersebut kemudian Sutawijaya yang tinggal di Pajang, bernama dipindah ke Pajang dengan Hadiwijaya Raden Pabelan dihukum mati karena berani

22

menyusup ke dalam keputrian menemui beberapa tahapan. Di mana jika kita lihat Ratu Sekar Kedaton (Puteri bungsu arti historis itu sendiri bahwa historis itu Hadiwijaya). Ayah Pabelan yang bernama sendiri adalah sejarah waktu tentang Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman pemikiran masa lalu, masa kini dan masa buang karena diduga ikut membantu yang akan datang. Jadi jika tersangkut paut anaknya. Ibu Raden Pabelan merupakan akan historis maka metode ini membahas adik perempuan Sutawijaya meminta akan kebahasaan masa lalu, masa kini dan bantuan ke Mataram. Sutawijaya pun masa yang akan datang yang memiliki mengirim utusan untuk merebut berbagai tahapan. Historis itu sendiri Tumenggung Mayang dalam perjalanan digunakan untuk memperkaya pengetahuan pembuangannya ke . peneliti tentang bagaimana dan mengapa Perbuatan Sutawijaya itu menjadi suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta alasan Hadiwijaya untuk menyerang proses bagaimana masa lalu itu menjadi Mataram.Perang antara kedua pihak pun masa kini, masa kini menjadi masa yang meletus.Pasukan Pajang bermarkas di akan datang yang pada akhirnya dapat Prambanan dengan jumlah lebih banyak, diharapkan meningkatnya pemahaman namun menderita kekalahan.Hadiwijaya tentang kejadian masa kini serta semakin tergoncang mendengar Gunung memperoleh dasar yang lebih rasional untuk Merapi meletus dan laharnya ikut menerjang melakukan pilihan-pilihan di masa kini dan pasukan Pajang yang berperang dekat menuju masa depan yang lebih baik. Gunung tersebut.Hadiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan Objek Penelitian pulang ia singgah ke makam Sunan Objek Penelitian dalam penelitian Tembayat namun tidak mampu membuka ini adalah sejarah kerajaan pajang pada pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya masa pemerintahan jaka tingkir tahun 1549- sebagai firasat kalau ajalnya segera 1582 di pulau jawa. tiba.Hadiwijaya melanjutikan perjalanan pulang. Ditengah jalan ia jatuh dari Subjek Penelitian punggung Gajah tunggangannya, sehingga Subjek penelitian dalam penelitian harus diusung dengan tandu. Sesampai di ini adalah sejarah kerajaan pajang pada Pajang, datang makhluk halus anak buah masa pemerintahan jaka tingkir tahun 1549- Sutawijaya bernama Ki Juru Taman 1582 di pulau jawa. memukul dada Hadiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah. Hadiwijaya Tempat Penelitian berwasiat supaya anak-anak dan Tempat penelitian dalam penelitian menantunya jangan ada yang membenci ini adalah perpustakaan STKIP-PGRI Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Bandar Lampung dan perpustakaan Daerah Mataram diyakininya sebagai takdir.Selain Lampung. itu Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Hadiwijaya yang dianggapnya sebagai Waktu Penelitian putera tertua.Hadiwijaya alias Jaka Tingkir Waktu penelitian dalam penelitian akhirnya meninggal dunia tahun 1582.Ia ini adalah tahun 2020. dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam METODE PENELITIAN penelitian ini adalah teknik analisis data Dalam penelitian ini peneliti kualitatif dengan berlandaskan pada, data- menggunakan metode historis. Metode data historis atau bersifat kesejarahan, historis adalah suatu metode pengkajian tentang sejarah kerajaan Pajang pada masa filsafat yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemerintahan Jaka Tingkir tahun 1549- metode melalui empat tahapan. Maksudnya 1582. pengertian ini adalah sebuah metode yang tidak luput akan prinsip dan pegangan dalam HASIL PENELITIAN penggunaan berfilsafat. Sehingga dalam menjalankan metode itu pun memiliki

23

Kerajaan Pajang Pada Masa dengan kehidupan masyarakat pesisir yang Pemerintahan Jaka Tingkir lebih bebas dan dinamis. Sedangkan Kerajaan Pajang pada masa masyarakat di pedalaman hidup dengan pemerintahan Jaka Tingkir, dimulai setelah penuh kehati-hatian dan mengutamakan peristiwa tahun 1549, dimana pada saat itu gotong-royong (kebersamaan). diceritakan bahwa Sultan Hadiwijaya Dalam segi agama, peralihan mengadakan sayembara, untuk menumpas kekuasaan Demak ke Pajang diikuti dan membunuh Arya Penangsang di Jipang, peralihan aliran ajaran agama islam, dari yang menyebabkan Arya Penangsang madzhab Hanafi menjadi Syi’ah. Hal ini akhirnya dapat terbunuh. Pusat kerajaan sebagaimana diungkapkan oleh Slamet tersebut kemudian dipindah ke Pajang Muljana, bahwa perubahan aliran agama itu dengan Hadiwijaya dinobatkan sebagai raja dinyatakan dalam berita Tionghoa dari pertama Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya. kelenteng Talang dengan meminjam Hadiwijaya juga mengangkat rekan-rekan perkataan Fatahillah, bekas panglima tentara seperjuangannya dalam pemerintahan yakni, Demak. Berita Tionghoa itu menyebutkan Mas Manca dijadikan patih bergelar Patih bahwa: “Panglima tentara sangat kecewa Mancanegara, sedangkan Mas Wila dan Ki mendengar pembunuhan-pembunuhan Wuragil dijadikan menteri berpangkat dikalangan para keturunan Jin Bun di Ngabehi. Jaka Tingkir merupakan raja Demak. Dia tidak mau tunduk kepada pertama Kerajaan Pajang yang memakai Sultan Pajang, karena di Kesultanan Pajang gelar Sultan Hadiwijaya dengan peran agama islam Madzhab Syi’ah sangat Sunan Giri sebagai pelantik. Dalam tradisi berpengaruh.” (Muhammad Muhlisin, Jawa, Jaka/Joko Tingkir atau ejaan cina 2015:147). Peng King Kang adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang. Ia Peralihan Politik Dari Demak Ke Pajang memerintah sejak tahun 1549 sampai Kiprah Jaka Tingkir di panggung dengan 1582. Mengenai asal-usul dan politik berawal dari niatnya untuk mengabdi silsilah Jaka Tingkir, menurut sebuah ke Kerajaan Demak. Karena keahliannya, ia sumber, Jaka Tingkir memiliki nama asli berhasil menarik simpati Raja Demak. Ia Mas Karebet. Ia adalah putra dari Ki Ageng kemudian diangkat menjadi kepala prajurit Pengging atau Ki Kebo Kenanga yang yang berpangkat Lurah Wiratamtama. merupakan keturunan terakhir Prabu Beberapa waktu kemudian, Jaka Brawijaya, Raja Majapahit. (Soedjipto Tingkir bertugas menyeleksi penerimaan Abimanyu, 2014:333). prajurit baru. Ada seorang pelamar bernama Dhadhungawuk yang sombong dan suka Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya pamer. Jaka Tingkir menguji kesaktiaannya dan Agama dan Dhadhungawuk tewas hanya dengan Komoditi utama Kerajaan Pajang di menggunakan Sadak Kinang. Akibatnya, bidang pertanian, antara lain, beras, gula, Jaka Tingkir pun dipecat dari ketentaraan dan palawija. Kegiatan pertanian lebih dan diusir dari Demak. ditekankan karena letak pusat Kerajaan Pemecatan dari ketentaraan Demak Pajang jauh dari pesisir. Selain itu, Kerajaan tersebut menjadi pelajaran berharga bagi Pajang juga memiliki lahan pertanian luas. Jaka Tingkir. Jaka Tingkir kemudian Meskipun begitu, kegiatan pelayaran dan berguru pada Ki Ageng Banyu biru atau Ki perdagangan di pantai masih berlangsung, Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya/kakak tetapi kurang mendapatkan perhatian. mendiang ayahnya). Setelah tamat ia Perpindahan pusat pemerintahan kembali ke Demak bersama ketiga murid dari pesisir ke pedalaman setelah Kerajaan yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Demak Runtuh dan digantikan dengan Ki Wuragil. Rombongan Jaka Tingkir Kerajaan Pajang, juga berpengaruh terhadap menyusuri Sungai Kedung Srengenge pola kehidupan sosial budaya masyarakat. menggunakan rakit. Muncul kawanan Sistem kehidupan feodal semakin terasa siluman buaya menyerang mereka namun karena Sultan memiliki kekuasaan dan dapat ditaklukkan. Bahkan kawanan tersebut kedudukan tinggi, sementara rakyat begitu membantu mendorong rakit sampai ke patuh terhadap rajanya. Hal ini berbeda tujuan. Pada Saat itu juga Jaka Tingkir dan

24

ketiga temannya menyusun siasat. Ketika Sepeninggal Pangeran Sekar, Arya Sultan Trenggana sekeluarga sedang Penangsang menggantikan kedudukan berwisata di Gunung Prawoto, Jaka Tingkir ayahnya menjadi Adipati Jipang. Saat itu melepas seekor kerbau gila yang dinamakan usianya belum dewasa, sehingga sebagai Kebo Danu yang sudah diberi pemerintahannya diwakili oleh Patih mantra (diberi tanah kuburan pada Matahun dengan dibantu oleh salah satu telinganya). Kerbau itu mengamuk senapati Kadipaten Jipang yang terkenal menyerang pesanggrahan raja, di mana tidak bernama Tohpati. Wilayah Jipang sendiri ada prajurit yang mampu melukainya. Jaka terletak di Kecamatan Cepu Kabupaten Tingkir yang berada di dekat istana tampil Blora. menghadapi kerbau gila dan berhasil menaklukkannya. Kerbau itu dapat dengan Pembunuhan-pembunuhan ini mudah dibunuhnya. Atas jasanya itu, Sultan menjadi pangkal persengketaan di Kerajaan Trenggana mengangkat kembali Jaka Demak. Purtra dari Pangeran Sekar yang Tingkir menjadi lurah wiratamtama. bernama Arya Penangsang berusaha (Muhammad Muhlisin, 2015:139). menuntut balas atas kematian ayahnya Geneologi Perebutan kekuasaan tersebut. Ia berusaha untuk menumpas habis antar keluarga raja ini berawal dari seluruh keturunan dari Sultan Trenggana perebutan kekuasaan antara keturunan sekaligus ingin merebut tahta di Kesultanan Pangeran Sekar dengan Pangeran Demak. Apalagi dia mendapatkan dukungan Trenggana. Dilihat dari segi usia, Pangeran penuh dari gurunya, yaitu Sunan Kudus. Sekar lebih tua sehingga merasa lebih Kesultanan Demak sedang berhak atas Takhta Kesultanan Demak mengalami transisi kepemimpinan, dimana daripada Pangeran Trenggana. Namun saat itu Sultan Trenggana terbunuh di Pangeran Sekar lahir dari istri ketiga Raden Panarukan Situbondo pada tahun 1546. Fatah, yaitu putri Adipati Jipang. Sedangkan Sepeninggal Trenggana tahun 1546, Pangeran Trenggana lahir dari istri pertama, puteranya yang bergelar Sunan Prawata putri Sunan Ampel. Oleh karena itu seharusnya naik tahta, namu ia tewas Pangeran Trenggana merasa lebih berhak dibunuh Arya Penangsang (sepupunya di menduduki takhta Kesultanan Demak. Jipang) tahun 1549. Arya Penangsang (Muhammad Muhlisin, 2015:140). membunuh karena Sunan Prawata Dalam perkembangan selanjutnya, sebelumnya juga membunuh ayah Arya seorang Putra dari Pangeran Trenggana Penangsang yang bernama Pangeran Sekar yang bernama Pangeran Prawata atau Sunan Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat Prawata, membunuh pamannya sendiri yang Ashar di tepi jembatan sungai bengawan bernama Pangeran Sekar yang dianggap sore. Perlu diketahui bahwa Pangeran Sekar sebagai penghalang ayahnya untuk merupakan adik kandung Trenggana menduduki takhta di Kesultanan Demak. sekaligus juga murid pertama Sunan Kudus. Pembunuhan itu terjadi di sebuah jembatan Arya Penangsang mengirim utusan bernama sungai bengawan sore, ketika Pangeran Rangkud untuk membunuh Sunan Prawata Sekar dalam perjalanan pulang dari Shalat dengan Keris Kyai Setan Kober, dan Ashar dengan menggunakan Keris Kyai selanjutnya Sunan Prawata Tewas, Rangkud Setan Kober yang di curinya dari Sunan pun juga tewas dalam pertempuran berdarah Kudus. Oleh karena itu ia dikenal dengan itu. Pembunuhan-pembunuhan ini dilakukan nama Pangeran Sekar Seda Ing Lepen yang dengan menggunakan Keris Kyai Setan artinya adalah bunga yang gugur di sungai. Kober. Dengan terbunuhnya Sunan Prawata, Menurut tradisi lisan daerah Demak, maka tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan pembunuhan itu terjadi di tepi sungai Arya Penangsang, yang kemudian Tuntang. Sedangkan menurut tradisi daerah memindahkan pusat kekuasaan ke Jipang, Blora, Pangeran Sekar dibunuh didekat sehingga Kerajaan Demak mendapat sungai Gelis. Setelah pembunuhan tersebut, sebutan Demak Jipang. Hari-hari pertama maka Pangeran Trenggana menjadi pewaris pemerintahan, Arya penangsang langsung tahta di Kesultanan Demak dengan gelar mendapat protes keras dari Ratu Jepara yang Sultan Trenggana. diwakili oleh Pangeran Hadiri dan Ratu Kalinyamat sebagai penguasa daerah

25

tersebut. Mereka yakin bahwa pergantian diberi Ajian Rajah Kalacakra, Ajian tersebut kekuasaan Demak tidak karena telah terjadi dapat menyebabkan orang yang pembunuhan terhadap Sunan Prawata oleh mendudukinya menjadi sial selama 40 hari. seorang utusan Arya Penangsang. Mereka Kursi tersebut tentunya dialamatkan untuk datang ke Kudus meminta pertanggung hadiwijaya. Pertemuan diatur, kedua belah jawaban. Namun jawaban Sunan Kudus pihak pun akhirnya bertemu, dengan bahwa Sunan Prawata tewas karena karma, ditengahi oleh Sunan Kudus. yang terjadi pernyataan Sunan Kudus ini membuat Ratu selanjutnya adalah Hadiwijaya malah Kalinyamat kecewa. Ratu Kalinyamat dan menjebak Arya Penangsang, hadiwijaya suaminya pulang kembali ke Jepara. Di telah tahu akan siasat buruk Sunan Kudus tengah perjalanan mereka diserbu anak buah pada dirinya. Hadiwijaya balik menjebak Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil Arya Penangsang untuk duduk di kursi sial lolos, sedangkan suaminya yang bernama itu, dan akhirnya Gagal sudah rencana buruk Pangeran Hadiri terbunuh. Hal ini membuat yang telah disiapkan Sunan Kudus. adipati-adipati di bawah Demak memusuhi Sepeninggalan suaminya yang Arya Penangsang, salah satunya adalah bernama Pangeran Hadiri yang tewas oleh Adipati Pajang yaitu Jaka Tingkir. Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat (adik Untuk menguasai tanah Jawa Sunan Prawoto) mendesak Hadiwijaya agar seutuhnya, Arya Penangsang perlu menumpas Arya Penangsang karena hanya menyingkirkan salah seorang penguasa ia yang setara kesaktiannya dengan adipati daerah Pajang bernama Jaka Tingkir atau Jipang tersebut. Hadiwijaya segan Hadiwijaya, yang belakangan mengambil memerangi Arya Penangsang secara sikap bermusuhan. Hadiwijaya adalah langsung karena sama-sama anggota menantu dari Sultan Trenggana. Sebagai keluarga Demak dan merupakan saudara langkah pertama Kemudian Arya seperguruan sama-sama murid Sunan Penangsang mengirim empat utusan untuk Kudus. Maka Hadiwijaya pun mengadakan membunuh Hadiwijaya di Pajang namun sayembara. Barang siapa dapat membunuh gagal. Keempat utusan tersebut dapat Arya Penangsang akan mendapatkan tanah dikalahkan oleh Hadiwijaya dan Pati Mataram sebagai hadiah. Sayembara dipulangkan secara hormat bahkan diikuti kedua cucu Ki Ageng Sela, yaitu Ki Hadiwijaya menjamu para pembunuh itu Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Dalam dengan baik, serta memberi mereka hadiah perang itu, Ki Juru Martani (Kakak ipar Ki pakaian Prajurit untuk mempermalukan Ageng Pemanahan) menyusun siasat cerdik Arya Penangsang. Bahkan Keris Kyai Setan sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Kober pun dapat direbut oleh Hadiwijaya. Pemanahan) juga ikut dalam sayembara itu. Sesampainya di Jipang, keempat utusan itu Hadiwijaya menyiapkan pasukan Pajang dan segera menghadap Arya Penangsang. memberikan Tombak Kyai Plered, untuk Mereka segera melaporkan tentang membantu Ki Ageng Pemanahan dan putra kegagalan tugasnya. Betapa marahnya Arya kandung nya yang bernama Sutawijaya Penangsang ketika mereka mengatakan untuk mengalahkan Arya Penangsang. bahwa atas kemurahan hati dari Hadiwijaya, Kabar tersebut terdengar oleh Arya mereka dimaafkan bahkan diberi anugerah Penangsang. Ia meminta pendapat Sunan berupa seragam Prajurit dan Keris Pusaka. Kudus, untuk melawan orang-orang Pajang Arya Penangsang merasa sangat tersinggung Arya Penangsang bertapa selama 40 hari dan terhina oleh perlakuan Hadiwijaya. untuk menghilangkan pengaruh dari Raja Setelah peristiwa itu, situasi permusuhan Kalacakra yang sebelumnya telah mengenai antara Hadiwijaya dan Arya Penangsang dirinya. Sunan Kudus mempersiapkan pun memuncak. Atas usul Sunan Kudus, benteng pertahanan berupa galian Arya Penangsang pun mengundang menyerupai sungai yang melingkari pusat Hadiwijaya ke Jipang untuk dilakukan pemerintahan Jipang, dan kemudian diisi air perundingan damai sekaligus meminta dari Sungai Bengawan Solo. Galian ini kembali Keris Kyai Setan Kober yang telah kemudian menjadi terkenal dengan nama di rebut oleh Hadiwijaya. Hadiwijaya Bengawan Sore, tak lupa Sunan Kudus juga menyanggupi, namun diam-diam Sunan memberikan ajian di Bengawan Sore, Kudus telah menyiapkan kursi yang telah

26

barang siapa yang menyentuh airnya duluan mencoba menusukkan Kerisnya ke maka dia akan kalah. Sutawijaya namun ia lupa kalau ususnya Persiapan telah selesai, strategi telah disampirkan di kerisnya sehingga saat ia disusun, maka berangkatlah Ki Ageng mencabut keris dari wadahnya, ususnya pun Pemanahan, Ki Panjawi dan Sutawijaya ikut terpotong. Karena kesaktiaannya pula serta ratusan pasukan Pajang ke Jipang. dia belum mati walaupun ususnya telah Arya Penangsang yang baru saja terpotong, dia hanya terdiam tak bergerak menyelesaikan pertapaan nya selama 40 hari menahan sakit. Ki Ageng Pemanahan tahu tak kuasa menahan emosi membaca surat jika Arya Penangsang tidak akan mati bila tantangan atas nama Hadiwijaya. Apalagi belum dihisap ubun-ubunnya. Mendengar surat tantangan itu dibawa oleh pekatik nya perintah dari ayahnya itu, Segeralah (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah Sutawijaya menghisap ubun-ubun Arya dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penangsang. Seketika itu juga Arya Penjawi. Arya Penangsang langsung Penangsang pun Gugur dalam pertarungan bergegas ke medan laga, dengan itu pada tahun 1549. menunggangi kuda nya yang bernama Setelah peristiwa tersebut tahun Gagak Rimang serta membawa ratusan 1549, pusat kerajaan tersebut kemudian pasukan pengawalnya. Rupanya kabar dipindah ke Pajang dengan Hadiwijaya bahwa Bengawan Sore telah dimantra oleh sebagai raja pertama. Demak kemudian Sunan Kudus sudah didengar oleh Ki Ageng dijadikan Kadipaten dengan anak Sunan Pemanahan, sehingga ia mempersiapkan Prawata yang bernama Arya Pangiri siasat membawa kuda betina, karena sudah menjadi Adipati Demak sekaligus di jadikan tahu kuda tunggangan Arya Penangsang menantu oleh Hadiwijaya, ia dinikahkan yang bernama Gagak Rimang sedang dalam dengan putri tertua Hadiwijaya yang masa birahi. Saat Arya Penangsang bernama Ratu Pembayun. Hadiwijaya juga mendekat diujung Bengawan Sore, mengangkat rekan-rekan seperjuangannya dilepaskanlah kuda betina itu oleh Ki Ageng dalam pemerintahan. Mas Manca dijadikan Pemanahan, sehingga membuat Gagak patih bergelar Patih Mancanegara, Rimang lari tak karuan mengejar kuda sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil betina itu. Lagi-lagi Arya Penangsang dijadikan menteri berpangkat Ngabehi. termakan oleh tuahnya sendiri, ia jatuh ke (Soedjipto Abimanyu, 2014:341). Sungai Bengawan Sore yang telah dimantra Sesuai perjanjian sayembara, Ki Sunan Kudus. panjawi mendapatkan tanah Pati dan Perang antara pasukan Pajang dan bergelar Ki Ageng Pati. Sementara itu, Ki Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Ageng pemanahan masih menunggu, karena Sutawijaya menantang duel Arya Hadiwijaya seolah-olah menunda Penangsang, namun tidak dihiraukan karena penyerahan tanah Mataram. Arya Penangsang menganggap Sutawijaya Sultan Hadiwijaya sebagai raja masih anak bau kencur dan bukanlah lawan islam telah berhasil dalam diplomasinya. sepadan sebagai tandingannya. Yang dicari Sehingga pada tahun 1581, ia diakui oleh Arya Penangsang adalah Ki Ageng raja-raja kecil yang penting di kawasan Pemanahan, yang sudah banyak mengakali pesisir Jawa Timur. Dalam peresmiannya, dirinya. Serangan-serangan yang pernah diselenggarakan pertemuan bersama dilancarkan Sutawijaya hanya ditangkis dan di Istana Sunan Prapen di Giri. Hadiri pada tidak dibalas oleh Arya Penangsang. kesempatan itu para bupati dari Jipang, Ditengah percobaan Sutawijaya, tombak Wirasaba, Kediri, Pasuruan, Madiun, Kyai Plered akhirnya berhasil merobek Sedayu, Lasem, Tuban, dan Pati. Pembicara perut Arya Penangsang. Meskipun demikian yang mewakili tokoh-tokoh Jawa Timur Arya Penangsang tetap bertahan, Ususnya adalah Panji Wirya Krama, Bupati yang terburai dililitkan pada gagang keris . Disebutkan pula bahwa Arosbaya yang terselip dipinggang. Pertarungan masih (Madura Barat) mengakui Hadiwijaya. berlanjut dimana Sutawijaya sudah Sehubungan dengan itu, bupatinya yang kelelahan dan hampir kalah, dia terkapar di bernama Panembahan Lemah Duwur tanah dengan kepala sudah diinjak Arya diangkat menjadi menantu oleh Hadiwijaya. Penangsang. Selanjutnya Arya Penangsang (Soedjipto Abimanyu, 2014:344).

27

berdampak besar pada perekonomian Kehidupan Perekonomian Kerajaan dengan defisitnya neraca keuangan negara. Pajang Jaka Tingkir memiliki inovasi baru untuk Pajang mengalami kemajuan di memecahkan masalah tersebut, yaitu dengan bidang pertanian sehingga menjadi lumbung menggenjot pertumbuhan ekonomi lewat beras pada abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat menggalakan perniagaan berbasiskan kerajaaan Pajang ada di dataran rendah pengembangan komoditas seni budaya. Hal tempat bertemunya sungai Pepe dan itu dapat terlihat dari bandar laweyan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air di dimana Jaka Tingkir mendukung berdirinya lereng gunung Merapi) dengan bengawan kampung kerajinan seperti Kampung Batik solo. Irigasi berjalan lancar karena air tanah Laweyan, kampung mutihan dan beberapa di sepanjang tahun cukup untuk mengairi, kampung kerajinan lainnya yang membuat sehingga pertanian di Pajang maju. Pajang menjadi kerajaan yang terkenal kala Pada saat Kerajaan Demak dulu itu. baru muncul, Pajang sudah mengekspor beras dengan mengangkutnya melalui SIMPULAN perniagaan yang berupa Bengawan Solo. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Walaupun Pajang berada di daerah Pajang pedalaman akan tetapi kerajaan ini tetap bisa Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang mengekspor beras dan menjadi lumbung bermula sejak wafatnya Sultan Trenggana, padi pada masa itu. Jelas bisa diketahui timbul perebutan kekuasaan di kalangan bahwa sungai Bengawan Solo merupakan keluarga Kerajaan Demak. Terkait salah satu keuntungan tersendiri bagi eksistensinya, Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Pajang. Sungai ini dapat kelanjutan dari Kerajaan Demak, dan juga mempermudah irigasi terhadap sawah- sebagai cikal bakal sejarah lahirnya sawah dan ladang perkebunan. Sehingga kerajaan-kerajaan besar di pulau Jawa hasil pertaniannya pun bisa menjadi lebih seperti Kerajaan Mataram Islam. Raja maksimal dibandingkan daerah-daerah lain. pertama Pajang dan sekaligus pendiri Dan dari hasil pertanian ini lah masyarakat kerajaan bernama Jaka Tingkir, yang Pajang dapat hidup menjadi daerah yang memiliki nama asli Mas Karebet. Pada berkembang perekonomiannya. mulanya Arya Penangsang seorang Bupati Akan tetapi kehidupan ekonomi Jipang, ingin merebut kekuasaan di Kerajaan Pajang yang terpaku pada Kerajaan Demak sekaligus membalas kehidupan agraris tidaklah berlangsung dendam atas kematian ayahnya. Namun lama, karena Pajang kurang begitu bisa semua usaha-usaha Arya Penangsang itu menguasai perniagaan yang berbasis laut dapat digagalkan oleh Jaka Tingkir yang yang pada saat itu sedang berkembang mengabdi di Kerajaan Demak sebagai Lurah dengan pesat diwilayah Jawa. Peralihan wiratamtama. Hingga pada akhirnya Arya Ekonomi dari Maritim ke Agraris kurang Penangsang pun terbunuh. Semenjak begitu membuat nama Pajang dapat bersaing kekalahan Arya Penangsang di tangan Jaka dengan Kerajaan Demak yang menjadi Tingkir, berakhirlah Kerajaan Demak, pusat wilayah transit para pedagang. Karena pemerintahan Kerajaan Demak dipindahkan Pajang berada didaerah pedalaman maka ke Pajang pada tahun 1549. masyarakatnya tidak bisa begitu lihai menguasai wilayah lautan seperti yang Sejarah Kerajaan Pajang Pada Masa dilakukan kerajaan-kerajaan sebelum Pemerintahan Jaka Tingkir Pajang. Kehidupan ekonomi Pajang tidak Mengenai Sejarah awal Kerajaan bisa hanya bertumpu pada bidang pertanian, Pajang, penulis memiliki kesimpulan yakni, Jaka Tingkir mencoba memikirkan dengan diawali saat pertama kalinya Jaka Tingkir cermat cara mengganti hilangnya dinobatkan menjadi Raja di Kerajaan Pajang pendapatan negara yang biasanya Pada Tahun 1549. Ia terus memperluas didapatkan lewat sektor perniagaan bahari. wilayah kekuasaan nya dari Jawa Tengah Pergantian orientasi ekonomi atau sampai dengan Jawa Timur dengan cara kehilangan daya genggam terhadap melakukan politik perkawinan untuk pelabuhan serta kota-kota martim tentu merangkul adipati-adipati disana. Berbicara

28

tentang akhir kepemimpinan Jaka Tingkir di Kerajaan Pajang. Tak lepas dari Peperangan yang terjadi pada saat itu antara Kerajaan Pajang melawan Mataram. Dimana pada peperangan tersebut Kerajaan Pajang mengalami kekalahan, yang menyebabkan Jaka Tingkir meninggal pada tahun 1582 yang sekaligus mengakhiri kepemimpinannya di Pajang. Selain itu, pada masa itu kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Agama di Kerajaan Pajang menghadapi pergeseran. Dimana pergeseran itu bermula saat perpindahannya pusat pemerintahan kekerajaan, dari Demak ke Pajang yang menyebabkan perubahan- perubahan dalam sektor perekonomian masyarakat Pajang, sampai perubahan ke dalam aspek sosial, budaya serta agama.

DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Soedjipto. 2014. Babad Tanah Jawi. Yogyakarta: Laksana. Bayu, Krisna. 2016. Sejarah Para Raja Dan Istri-istri Raja Jawa. Yogyakarta: Araska. Muhlisin, Muhammad. 2015. Runtuhnya Majapahit dan Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Bumi Jawa. Yogyakarta: Araska. Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka. Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Talango, Adi P. 2012. Sosok-Sosok Hebat di Balik Kerajaan-Kerajaan Jawa. Jogjakarta: Flashbooks. Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta:Logos Wacana Ilmu. Komandoko, Gamal. 2008. Jaka Tingkir- Jalan Berliku Menjemput Wahyu. Jogjakarta: DIVA Press. Kertapradja, Ngabei. 2014. Serat Babad Tanah Jawi. Jogjakarta: Garudhawaca. Muljana, Slamet. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKiS. Muljana, Slamet. 1979. Negara Krtagama. Yogyakarta: LKiS.

29