Kyai Ageng Henis Dalam Sejarah Industri Batik Laweyan Surakarta Issn : 0215 - 3092
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KYAI AGENG HENIS DALAM SEJARAH INDUSTRI BATIK LAWEYAN SURAKARTA ISSN : 0215 - 3092 KYAI AGENG HENIS DALAM SEJARAH INDUSTRI BATIK LAWEYAN SURAKARTA HM. Fajar Shodiq, S.Ag,.M.Ag IAIN Surakarta Abstrak Awal mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang kental dengan agama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, seorang tokoh masyarakat Laweyan saat itu yang sangat disegani yang menganut agama Hindu yang taat. Ki Ageng Beluk bersahabat erat dengan Ki Ageng Henis yang merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga, penyebar agama Islam di tanah Jawa. Dakwah yang berkesan, membuat Ki Ageng Beluk dengan suka rela masuk Islam dan menyerahkan bangunan pura hindu miliknya pada Kyai Ageng Henis agar diperuntukkan keperluan dakwah Islam. Akhirnya pura tersebut ia ubah menjadi bangunan Masjid Laweyan, Tak heran, akulturasi budaya dari segi arsitektur, maupun cita rasa yang memenuhi masjid itu terdiri dari 3 unsur, yakni Hindu, Jawa dan Islam. Kyai Ageng Henis adalah tokoh negarawan sekaligus ulama yang mempunyai integritas tinggi yang mempunyai pemikiran maju kedepan. Ia tidak hanya berpikir mengenai akherat saja, namun diseimbangkan dengan kehidupan dunia. Para santri yang jumlahnya semakin banyak tidak hanya melulu diajarkan mengenai ilmu agama, namun juga kegiatan yang akan akhirnya akan memberikan kemapanan dari segi ekonomi keluarganya. Hingga memunculkan sebuah pertanyaan besar adakah kontribusi Ki Ageng Henis dalam perindustrian batik di kampung Laweyan Surakarta yang jarang terekspose public. Laweyan mengalami kemajuan signifikan ketika perubahan status administratif pada tahun 1918. KawasanLaweyan masuk dalam wilayah administrasi kotamadya Surakarta, dan Batik Laweyan mengalami masa kejayaan dimana hampir seluruh penduduknya atau sekitar 90 persen menjadi pengusaha batik. Kemakmuran dan kekayaan orang-orang Laweyan dicatat dengan baik sebagai karakteristik perkampungan saudagar Jawa yang sukses. Ada satu gelar yang akhirnya disematkan pada orang-orang sukses saudagar batik laweyan, yakni —mbok mase“. Gelar itu semacam menunjukNan strata sosial, seNelas bangsawan. Bila dibandingkan dengan kategori gelar yang ada dalam lingkungan abdi dalem istana Nerajaan, maka status sosial “mbok mase“ di /aweyan itu seMDMar dengan kedudukan para abdi dalem kriya pembatik dalam dinas istana. Kata Kunci : Kyai Ageng Henis, Industri Batik Laweyan Surakarta A. Latar Belakang Masalah warisan kemanusia untuk budaya Batik, selain menjadi icon lisan non bendawi pada tanggal 2 warisan budaya di Indonesia yang Oktober 2009,saat ini telah telah diakui UNESCO, sebagai merangkak menjadi sebuah industri GEMA,THN XXX/52/Agustus 2016 - Januari 2017 | 2517 KYAI AGENG HENIS DALAM SEJARAH INDUSTRI BATIK LAWEYAN SURAKARTA ISSN : 0215 - 3092 yang menghasilkan keuntungan heran, akulturasi budaya dari segi yang cukup signifikan, bagi para arsitektur, maupun cita rasa yang pelaku bisnis di Indonesia dan tak memenuhi masjid itu terdiri dari 3 pelak lagi berimbas pada unsur, yakni Hindu, Jawa dan Islam. pemasukan negara. Seni batik, menurut Ridho Nama Laweyan, sebagai Maruli S dan Muhammad Mukti Ali sebuah kampung pastilah tidak (2012:199), telah berkembang sejak lepas dari pembahasan mengenai daerah ini mulai terbentuk pada batik, karena nyata kampung ini tahun 1546 hingga sekarang ini sejak tahun 1546 sebagai sentra memunculkan pertanyaan besar, kerajinan batik, dan akhirnya siapa sebenarnya yang menjadi sebuah industry. memperkenalkan batik pada Perkumpulan Sarikat Dagang Islam masyarakat Surakarta, yang (SDI) muncul seolah melegitimasi akhirnya mendunia, khususnya Laweyan sebagai kampung batik kampung Laweyan yang saat itu unggulan yang sampai kini masih sedang gencar-gencarnya sebagai bertahan. sentral dakwah? Mulanya, Laweyan Kyai Ageng Henis adalah merupakan perkampungan tokoh negarawan sekaligus ulama masyarakat yang kental dengan yang mempunyai integritas tinggi agama Hindu Jawa. Ki Ageng yang mempunyai pemikiran maju Beluk, seorang tokoh masyarakat kedepan. Ia tidak hanya berpikir Laweyan saat itu yang sangat mengenai akherat saja, namun disegani yang menganut agama diseimbangkan dengan kehidupan Hindu yang taat. Ki Ageng Beluk dunia. Para santri yang jumlahnya bersahabat erat dengan Ki Ageng semakin banyak tidak hanya melulu Henis yang merupakan salah satu diajarkan mengenai ilmu agama, murid Sunan Kalijaga, penyebar namun juga kegiatan yang akan agama Islam di tanah Jawa. Dakwah akhirnya akan memberikan yang berkesan, membuat Ki Ageng kemapanan dari segi ekonomi Beluk dengan suka rela masuk keluarganya. Hingga memunculkan Islam dan menyerahkan bangunan sebuah pertanyaan besar adakah pura hindu miliknya pada Kyai kontribusi Ki Ageng Henis dalam Ageng Henis agar diperuntukkan perindustrian batik di kampung keperluan dakwah Islam. Akhirnya Laweyan Surakarta yang jarang pura tersebut ia ubah menjadi terekspose public. bangunan Masjid Laweyan, Tak GEMA,THN XXX/52/Agustus 2016 - Januari 2017 | 2518 KYAI AGENG HENIS DALAM SEJARAH INDUSTRI BATIK LAWEYAN SURAKARTA ISSN : 0215 - 3092 Berdasarkan latarbelakang Aktivitas yang dilakukan diatas penelitian ini akan oleh penulis dalam penelitian ini mengangkat awal mula penyebaran adalah penelusuran sejarah yang Islam diwilayah Surakarta sekaligus berkaitan dengan Kyai Ageng Henis ingin mengetahui cikal bakal dan kampung Laweyan dibidang enterprenuer industry batik di dakwah dan perbatikan dengan Laweyan serta kontribusi Kyai menggunakan cara mencari literatur Ageng Henis dalam industry batik (library reasearch), buku-buku, Laweyan, serta menangkap benang artikel maupun jurnal yang merah antara penyebaran dakwah di berkaitan dengan itu, wawancara Surakarta dengan industri batik dengan para tokoh setempat yang yang ada di kampung Laweyan berkaitan dengan Kyai Ageng Surakarta. Henis, dakwah dan kampung Penelitian ini diharapkan Laweyan. Metode wawancara dan Dapat memberikan sumbangan bagi observasi serta penelusuran secara penelitian sejarah terutama dalam langsung atau tidak mengenai hal Sejarah Kebudayaan Islam, yang akan di lakukan penelitian. pengetahuan dan perkembangan B. Metodologi batik serta mengetahui benang Metode penelitian kali ini merah antara dakwah Islam dan menggunakan pendekatan perkembangan batik. Heuristik, dengan pemilihan subyek Penelitian yang digali oleh yang mengacu dengan empat penulis, ditemukan ada sebuah judul pertanyaan pokok, yakni: dimana? penelitian dari Tugas Tri Wahyono (Aspek geografis), siapa (aspek dkk, —3erempuan /aweyan dalam biografis), kapan (aspek kronologis) ,ndustri Batik di SuraNarta“ yang dan bagaimana (aspek fungsional diterbitkan oleh Balai Pelestarian dan okupasional). Informasi subyek Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta, didapat dari sumber majemuk, 2014, dimana secara khusus ingin seperti arsip, rekaman stenogragfis, mengkaji tentang permasalahan apa laporan tahunan, warta surat kabar, dan bagaimana perempuan surat-surat pribadi, jurnal, brosur, Laweyan itu saat menghadapi memoar, otobiografi dan lain tantangan dan hambatan untuk sebagainya. mewariskan serta meneruskan Juga menggunakan kritik kemahirannya melakukan proses yang bersifat esternal maupun regenerasi dalam industry batik. internal untuk mengetahui keabsahan sumber dan juga GEMA,THN XXX/52/Agustus 2016 - Januari 2017 | 2519 KYAI AGENG HENIS DALAM SEJARAH INDUSTRI BATIK LAWEYAN SURAKARTA ISSN : 0215 - 3092 kelayakan sumber. Hal-hal yang menemukan suatu bukti baru yang berupa interpretasi, Historiografi selama ini jarang sekali diungkap dalam penulisan sejarah dilakuan oleh peneliti lainnya. Sebelumnya agar fakta-fakta sejarah bisa saling penulis membaca referensi berhubungan dan yang terpisah bisa mengenai hal yang berhubungan disatukan. Penelitian ini juga dengan tokoh Kyai Ageng Henis mengambil seting penelitian pada dan sejarah perbatikan di Laweyan, wilayah Laweyan yang berjarak 4 kemudian dari sinilah akan KM dari pusat kota Surakarta. aditemukan suatu fakta-fakta Teknik pengumpulan khusus menjadi suatu pemecah yang data akan membantu proses bersifat umum yang penerapannya penelitian dan menentukan kualitas diperoleh dari data yang bersifat hasil penelitian salah satunya khusus atau sebaliknya. diperoleh melalui dokumen. Menganalisa terhadap Dokumen bisa berbentuk tulisan, fakta-fakta, kemudian menarik gambar atau karya-karya kesimpulan. Kegiatan berikutnya monumental dari seseorang adalah mengklasifikasikan (Sugiyono, 2009:240). Dalam berdasarkan teori untuk menemukan penelitian kali ini juga gunakan benang merah atau kesamaan teknik keabsahan data dengan pandang yang akhirnya akan di menggunakan teknik Triangulasi interprestasikan, yakni menafsirkan teori berdasarkan pada asumsi jika data-data primer dan sekunder. fakta tertentu tidak bisa diperiksa C. Hasil Penelitian kepercayaannya hanya dengan satu a. Sejarah Kampung Laweyan teori. Teknik analisis data akan Kampung Laweyan sudah digunakan dengan menggunakan ada sejak tahun 1500 masehi. meode analisis isi (content analysis) Daerah Laweyan dulu banyak yakni jenis metode atau teknik untuk ditumbuhi pohon kapas dan membuat hasil penelitian dengan merupakan sentra industri benang mengidentifikasikan karakteristik yang kemudian berkembang khusus secara objektif dan menjadi sentra industri kain tenun sistematis. dan bahan pakaian. Kain-kain hasil Dalam menganalisa tenun dan bahan pakaian ini sering peran Kyai Ageng Henis dalam disebut dengan Lawe, sehingga sejarah industri batik di Laweyan daerah ini kemudian disebut dengan Surakarta, penulis menggunakan Laweyan. Industri dan perdagangan lima pendekatan diatas untuk di Laweyan semakin berkembang GEMA,THN XXX/52/Agustus