LAPORAN AKHIR

ANALISIS KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA – YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN – JORDAN FTA

PUSAT KEBIJAKAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

2014

ABSTRAK Analisis Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Yordania Dalam Kerangka ASEAN – Jordan FTA

Pembentukan ASEAN – Jordan FTA yang digagas dalam ASEAN – Jordan Action Year Plan 2013-2014 perlu untuk dikaji terutama untuk mengetahui potensi kerjasama ekonomi dan perdagangan dan dampaknya bagi Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Partial Equilibrium, dimana hasil analisis menunjukkan bahwa skenario liberalisasi perdagangan ASEAN – Jordan akan memberikan trade effect yang positif dan kesejahteraan bagi Indonesia. Namun disisi lain diperkirakan akan meningkatkan impor dan mengurangi pendapatan dari tarif bea masuk. Peningkatan kerjasama perdagangan Indonesia dan Yordania dapat dilakukan melalui pembangunan gudang perdagangan di ASEZA dan QIZ, dimana Indonesia dapat memanfaatkan Yordania sebagai service hub untuk memasuki pasar Irak, Suriah, Palestina, Israel dan kasawan Timur Tengah lainnya. Kata Kunci : ASEAN – Jordan FTA, Indonesia - Yordania, Partial Equilibrium

ABSTRAK Analysis on Economic Cooperation and Trade between Indonesia – Jordan through ASEAN – Jordan FTA Framework

The settlement of ASEAN – Jordan FTA that was initiated in ASEAN – Jordan Action Year Plan 2013-2014 has need to be analyzed especially to figure out the economic cooperation and trade potential as well as the impact for Indonesia. The analysis will be done using Partial Equilibrium method in which the result shows that liberalization will give a positive trade effect for Indonesian welfare. On the other side, Indonesia will be experiencing the same welfare effect due to the increasing number of imports as a result of custom duty removal. Besides trade liberalization, cooperation between Indonesia and Jordan can also be enhanced though the development of wholesale warehouse in ASEZA and QIZ, in which Indonesia can benefited by using Jordan as a service hub to enter Middle East market like Iraq, Syiria, and Palestine. Keywords: ASEAN – Jordan FTA, Indonesia- Jordan, Partial Equilibrium KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, BPPKP telah menyelesaikan analisis yang berjudul “Analisis Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Yordania dalam Kerangka ASEAN – Jordan FTA”. Analisis ini menjawab permintaan Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional yang menginginkan adanya study mengenai kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan Yordania.

Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, BPPKP menyampaikan terima kasih kepada tenaga ahli dalam analisis ini, narasumber dan berbagai pihak yang telah memberikan informasi, data dan pendapatnya dalam penyusunan analisis ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan di daerah survei dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Yordania yang telah membantu dan memfasilitasi pelaksanaan survei dan pertemuan dengan instansi terkait di Yordania.

Akhir kata semoga analisis ini dapat menjadi bahan rekomendasi kebijakan bagi stakeholder, terutama Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional dan instansi pembina sektor, serta dapat menjadi referensi bagi penelitian dan pengkajian selanjutnya.

Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Perumusan Masalah ...... 2 1.3 Tujuan ...... 3 1.4 Ruang Lingkup Analisis ...... 3 1.5 Data dan Metodologi Analisis ...... 3 1.6 Sistematika Penulisan ...... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...... 5 2.1 Tinjauan Pustaka ...... 5 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional ...... 5 2.1.2 Teori Keseimbangan Partial ...... 21 2.2 Penelitian Sebelumnya ...... 22 2.3 Metodologi Penelitian ...... 23 2.3.1 Model Software for Market Analysis and Restriction Trade (SMART) ...... 23 2.3.2 Metode Pembobotan ...... 25

BAB III ANALISIS EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA - YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN – JORDAN FTA ...... 34 3.1 Kinerja Perdagangan Indonesia ...... 34 3.1.1 Kinerja Perdagangan Indonesia-Dunia ...... 34 3.1.2 Kinerja Perdagangan Indonesia-ASEAN ...... 39 3.1.3 Kinerja Perdagangan Indonesia-Yordania ...... 44 3.2 Analisis Pembobotan ...... 56 3.3 Analisis Partial Equilibrium ...... 70 3.3.1 Dampak ASEAN-Jordan FTA terhadap ASEAN ...... 70 3.3.2 Dampak terhadap Perubahan Impor Indonesia ...... 71 3.3.3 Dampak terhadap Perubahan Impor Yordania ...... 72 3.3.4 Dampak liberalisasi Indonesia – Yordania Terhadap Perubahan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (Consumer Welfare) dan Perubahan Pendapatan Tarif Indonesia (Tarif Revenues) ...... 73 3.3.5 Hasil Kunjungan Lapangan ...... 74

BAB IV PENUTUP ...... 79 4.1 Kesimpulan ...... 79 4.2 Rekomendasi ...... 79 DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kuadran Export Product Dynamics ...... 27 Tabel 3.1 25 Besar Produk Ekspor Indonesia ke Dunia (Juta US$) ...... 35 Tabel 3.2 Impor Produk Indonesia dari Dunia (Juta US$) ...... 38 Tabel 3.3 Indikator Ekonomi Indonesia - Yordania ...... 45 Tabel 3.4 30 Besar Ekspor Indonesia Ke Yordania ...... 48 Tabel 3.5 30 Besar Produk Ekspor Indonesia Ke Yordania yang Memiliki Trend Positif Selama 5 Tahun Terakhir ...... 49 Tabel 3.6 Ekspor - Impor Pertanian Indonesia - Yordania ...... 51 Tabel 3.7 Tarif Bea Masuk Yordania untuk Produk Pertanian ...... 52 Tabel 3.8 Posisi Yordania pada Ekspor Indonesia Berdasarkan Negara Tahun 2013 ...... 53 Tabel 3.9 Posisi Indonesia pada Ekspor Yordania Berdasarkan Negara Tahun 2013 ...... 53 Tabel 3.10 Produk Impor Indonesia dari Yordania ...... 54 Tabel 3.11 Posisi Yordania pada Impor Indonesia Berdasarkan Negara Tahun 2013 ...... 55 Tabel 3.12 Posisi Indonesia pada Impor Yordania Berdasarkan Negara Tahun 2013 ...... 55 Tabel 3.13 10 Produk Yordania yang Berdaya Saing Di Indonesia ...... 57 Tabel 3.14 Produk Yordania yang Masih Berdaya Saing Di Indonesia .... 58 Tabel 3.15 179 Produk Indonesia yang Berdaya Saing Di Yordania ...... 59 Tabel 3.16 Trade Intensity Index Indonesia - Yordania ...... 65 Tabel 3.17 Trade Intensity Index Yordania - Indonesia ...... 66 Tabel 3.18 Produk Indonesia Ke Yordania ...... 67 Tabel 3.19 Produk Lost Opportunity Indonesia Ke Yordania ...... 68 Tabel 3.20 Hasil Simulasi Partial Equilibrium ASEAN-Jordan FTA bagi ASEAN ...... 71 Tabel 3.21 10 Produk Impor Indonesia dari Yordania yang Mengalami Peningkatan ...... 72 Tabel 3.22 10 Produk Impor Yordania dari Indonesia yang Mengalami Peningkatan Akibat Diberlakukannya Liberalisasi Perdagangan ...... 73 Tabel 3.23 Hasil Simulasi Terhadap Welfare dan Tarif ...... 74

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Perdagangan Internasional ...... 7 Gambar 2.2 Keseimbangan Peragangan Bebas Pada Model H-O ...... 12 Gambar 2.3 Trade Creation ...... 18 Gambar 2.4 Trade Diversion ...... 20 Gambar 2.5 Matriks Export Product Dynamics (EPD) ...... 27 Gambar 3.1 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2009-2013 ...... 34 Gambar 3.2 Neraca Perdagangan Indonesia-ASEAN Tahun 2009-2013 40 Gambar 3.3 Neraca Perdagangan Non Migas Indonesia - ASEAN Tahun 2009 dan 2013 ...... 41 Gambar 3.4 Komoditi Utama Ekspor Indonesia Ke ASEAN Tahun 2009 dan 2013 ...... 42 Gambar 3.5 Komoditi Utama Impor Indonesia dari ASEAN Tahun 2009 dan 2013 (diolah) ...... 43 Gambar 3.6 Negara Tujuan Ekspor Indonesia Tahun 2009 - 2013 ...... 43 Gambar 3.7 Negara asal Impor Indonesai Tahun 2009-2013 ...... 44 Gambar 3.8 Kinerja Perdagangan Indonesia - Yordania (Migas dan Non Migas) ...... 46 Gambar 3.9 Perkembangan Ekspor Komoditas Utama Indonesia Ke Yordania ...... 47 Gambar 3.10 Kuadran EPD Produk Indonesia Di Pasar Yordania ...... 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah perjanjian yang dibuat oleh pemimpin di kalangan negara Asia Tenggara untuk mendukung pertumbuhan industri di negara kawasan Asia Tenggara. Perjanjian ini pertama kali ditetapkan pada 28 Januari 1992 di Singapura, di mana saat itu hanya ada 6 negara yang tergabung dalam ASEAN. AFTA memiliki skema tarif yang disebut Common Effective Preferential Tariff (CEPT), yang mana hampir 99 persen produk yang diperdagangkan di antara 6 negara tersebut tarifnya direduksi hingga 0-5 persen. Empat negara lain yang bergabung setelah itu juga mengikuti pola penurunan tarif yang sudah ditentukan dalam skema CEPT AFTA. Perkembangan terakhir yang terkait dengan CEPT AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menurunkan bea masuk dalam Incusion List (IL) pada tahun 2010, bagi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand dan bagi Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Visi ASEAN 2020 menegaskan ASEAN yang berwawasan ke depan akan memainkan peran penting dalam masyarakat internasional dan memajukan kepentingan bersama ASEAN. ASEAN terus mengembangkan hubungan kerjasama dengan Mitra Dialog, yaitu, Australia, Kanada, Cina, Uni Eropa, India, Jepang, Korsel, Selandia Baru, Federasi Rusia, Amerika Serikat, dan United Nations Development Programme. Pada awal tahun 2013, telah dilakukan pertemuan antara Duta Besar Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Yordania di Yordania. Pada

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 1

pertemuan tersebut, Yordania menyampaikan keinginan untuk menjalin hubungan kerjasama secara formal dengan ASEAN yang dituangkan dalam draft ASEAN-Jordan Action Plan Year 2013-2014 yang terdiri atas 3 pilar yaitu trade and investment, economic and development cooperation, dan implementation mechanism. Hingga tahun 2013, nilai total perdagangan antara Indonesia - Yordania tercatat sebesar USD 475,12 juta dengan pertumbuhan sebesar 17% per tahun. Total nilai perdagangan Indonesia - Yordania selama 3 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan namun pada tahun 2013 terjadi penurunan, yaitu USD 409,49 pada tahun 2010, USD 500,32 pada tahun 2012 dan turun menjadi USD 475,12 pada tahun 2013. Keinginan Yordania tersebut harus disampaikan secara resmi ke Sekretariat ASEAN, guna pembahasan lebih lanjut pada tingkat negara anggota ASEAN. Berdasarkan latar belakang tersebut, Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional (Puska KPI) BPPKP Kementerian Perdagangan melakukan “Analisis Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Yordania dalam kerangka ASEAN Jordan FTA”.

1.2 Perumusan Masalah

FTA adalah salah satu bentuk reaksi adanya globalisasi dan liberalisasi yang berimplikasi pada pengurangan dan penghapusan berbagai hambatan dalam kegiatan perdagangan baik hambatan tarif (tarrief-barrier) maupun hambatan non tarif (non-tarrif barier-NTB). Secara teori, sejalan dengan analisis statik mengenai manfaat perdagangan, adanya FTA mendorong berkurangnya hambatan tarif (tarrief-barrier) maupun hambatan non tarif sehingga biaya transaksi dalam perdagangan akan turun. Kondisi ini akan mempengaruhi variabel-variabel mikro selanjutnya berdampak pada variabel- variabel makro ekonomi. Negara akan berspesialisasi sesuai dengan

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 2

keunggulan komparatif sehingga kinerja ekspor akan meningkat. Proses ini menuju ke efisiensi alokasi sumberdaya dan peningkatan GDP. Terkait dengan hal tersebut diatas, analisis kuantitatif untuk menghitung potensi kerjasama ekonomi dan perdagangan dalam ASEAN – Jordan khususnya Indonesia dan Yordania dan bagaimana dampak kerjasama ini bagi Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam analisis ini adalah Bagaimana dampak kerjasama ekonomi dan perdagangan Indonesia dan Yordania bagi Indonesia.

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, analisis ini memiliki tujuan untuk menganalisis dampak kerjasama ekonomi dan perdagangan ASEAN – Jordan khususnya Indonesia dan Yordania bagi Indonesia.

1.4 Ruang Lingkup Analisis

Analisis ini hanya dibatasi pada analisis perdagangan barang dalam kerangka ASEAN – Jordan FTA khususnya Indonesia dan Yordania dan dampaknya terhadap kinerja perdagangan dan perekonomian Indonesia.

1.5 Data dan Metodologi analisis

Jenis data yang digunakan dalam analisis ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui diskusi dengan pemangku kepentingan terkait, sedangkan data sekunder bersumber dari BPS, CEIC, COMTRADE, dan WITS. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Parsial Equilbrium, analisis daya saing dengan metode Revelead Competitive Advantage(RCA) dan EPD dan analisis pembobotan.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3

1.6 Sistematika Penulisan Adapun laporan analisis ini terbagi menjadi beberapa bab yaitu:

 Bab I : Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan analisis, ruang lingkup analisis, metodologi analisis dan sistematika laporan.  Bab II : Tinjauan Pustaka dan Metodologi Analisis Bab ini berisikan teori perdagangan internasional dan metode analisis  Bab III : Analisis Analisis Cost and Benefit Dalam Rangka Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Yordania dalam kerangka ASEAN Jordan FTA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kinerja perdagangan Indonesia dan Yordania, analisis yang dilakukan serta pembahasan dari analisis.  Bab IV : Penutup Bab ini memuat kesimpulan dan rekomendasi hasil analisis.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai transaksi dagang barang dan jasa antara subjek ekonomi satu negara dengan subjek ekonomi negara lain. Subjek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri ataupun perusahaan negara. Perdagangan internasional terjadi akibat adanya perbedaan potensi sumber daya alam, sumber daya modal, sumber daya manusia dan kemajuan teknologi antar negara (Halwani 2005). Sedangkan menurut Dumairy (1997) perdagangan merupakan suatu proses pertukaran barang dan jasa yang dilakukan atas dasar suka sama suka, untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Dalam masa globalisasi, perdagangan tidak hanya dilakukan dalam satu negara saja. Bahkan dunia sudah memasuki perdagangan bebas. Hampir tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dengan negara lain. Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain motif mencari keuntungan, Krugman (1991) mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional :

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 5

1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. 2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economic of scale) Secara umum, perdagangan internasional terdiri dari kegiatan ekspor dan impor. Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain, sebaliknya impor merupakan barang dan jasa yang masuk ke suatu negara. Negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negerinya dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke negara lain. Akan tetapi, negara yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpor dari negara lain. Menurut Tambunan (2001), faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan internasional dapat dilihat dari teori penawaran dan permintaan. Dari teori penawaran dan permintaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya kelebihan produksi suatu negara dengan kelebihan permintaan negara lain. Secara teoritis, suatu negara misal negara 1 akan mengekspor komoditi X ke negara lain, misal negara 2 apabila harga domestik negara 1 sebelum terjadinya perdagangan internasional relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestik negara 2 (Gambar 2.1). Struktur harga yang terjadi di negara 1 lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya sehingga terjadi excess supply di negara 1. Di sisi lain, di negara 2 terjadi excess demand karena konsumsi domestiknya lebih besar dibandingkan dengan produksi domestiknya sehingga harga di negara 2 lebih tinggi. Dengan demikian, negara 1 memiliki kesempatan untuk

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 6

menjual kelebihan produksinya ke negara lain, sementara negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditi X dari negara lain yang relatif lebih murah. Jika terjadi komunikasi antara negara 1 dan negara 2, maka akan terjadi perdagangan antar keduanya dengan harga yang sama di kedua negara.

Px Px Px

S x S S A P x ’ 3 Ekspor E B E P B E ’ Impor ’ 2 P Dx A D 1 Dx 0 X 0 X 0 X Negara 1 Negara 2 Gambar 2.1 Kurva perdagangan internasional Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa sebelum terjadi perdagangan internasional harga di negara 1 adalah sebesar P1, sedangkan harga di negara 2 adalah sebesar P3. Penawaran di pasar internasional terjadi jika harga internasional lebih tinggi dibandingkan dengan P1, sedangkan permintaan di pasar internasional terjadi jika harga internasional lebih rendah dibandingkan dengan P3. Dengan adanya perdagangan internasional, maka negara 1 akan mengekspor komoditi X sebesar BE, sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditi X sebesar B’E’ pada tingkat harga internasional (P2). Konsep perdagangan bebas untuk pertama kali diperkenalkan oleh Adam Smith pada awal abad ke-19 dengan teori keunggulan absolut (absolute comparative). Teori Adam Smith kemudian disempurnakan oleh David Ricardo (1817) dengan model keunggulan komparatif (The Theory of Comparative Advantage). Berbeda dengan konsep

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 7

keunggulan absolut yang menekankan pada biaya riil yang lebih rendah, keunggulan komparatif lebih melihat pada perbedaan harga relatif antara dua input produksi sebagai penentu terjadinya perdagangan. Menurut David Ricardo (Hady, 2001), perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan melakukan spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki keunggulan komparatif. Hal ini dikenal sebagai Hukum Keunggulan Komparatif (Law of Comparative Advantage). Keunggulan komparatif dibedakan atas cost comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage (labor productivity). Asumsi yang digunakan (Salvator, 1997) : a) Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi b) Perdagangan bersifat bebas c) Terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara. d) Biaya produksi konstan e) Tidak terdapat biaya transportasi f) Tidak ada perubahan teknologi Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Berdasarkan analisis production comparative advatage (labor productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 8

jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut berproduski lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi realtif kurang atau tidak produktif. Dengan kata lain, cost comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi. Production comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika seorang tenaga kerja di suatu negara dapat memproduksi lebih banyak suatu barang/jasa dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh jika negara melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative advantage dan production advantage. Atau dengan mengekspor barang yang keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan komparatifnya rendah. Teori klasik Ricardo tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Heckscher-Ohlin (H-O) dengan The Theory of Factor Proportions (1949 – 1977). Model H-O mengatakan bahwa walaupun tingkat teknologi yang dimiliki sama, perdagangan internasional akan tetap terjadi bila ada perbedaan kepemilikan faktor produksi (factor endowment) diantara masing-masing negara. Satu negara dengan kepemilikan kapital berlebih akan berspesialisasi dan mengekspor komoditi padat kapital (capital-intensive goods), dan sebaliknya negara dengan kepemilikan tenaga kerja berlebih akan memproduksi dan mengekspor komoditi padat tenaga kerja (labor-intensive goods).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 9

Salah satu penggagas pendekatan keseimbangan parsial untuk teori perdagangan internasional adalah Heckscher dan Ohlin. Model Heckscher – Ohlin (H-O) didasarkan pada perbedaan kebutuhan input produksi dan perbedaan relatif kepemilikan faktor produksi. Kedua perbedaan ini merupakan alasan utama untuk terjadinya perdagangan internasional. Menurut teori H-O, suatu negara akan memproduksi dan mengekspor barang dengan menggunakan faktor produksi yang dimiliki secara melimpah, dan mengimpor barang yang untuk memproduksinya diperlukan faktor produksi yang kurang tersedia (langka) di dalam negeri. Model H-O juga dikenal sebagai model 2x2x2 karena asumsi-asumsi yang digunakannya, yaitu: 1. Ada 2 negara dengan kepemilikan faktor produksi yang berbeda; 2. Ada 2 faktor produksi, yaitu: kapital atau modal, dan tenaga kerja; faktor input adalah homogen dan dapat berpindah-pindah antar industri di dalam negeri tetapi tidak dapat berpindah ke negara lain. 3. Ada 2 jenis output yang berbeda dalam intensitas penggunaan input faktor dengan fungsi produksi constant return to scale (CRS).

Asumsi-asumsi lain yang digunakan dalam model H-O adalah pasar bersaing sempurna, tidak ada biaya transportasi, tidak ada perbedaan tingkat teknologi, dan konsumen di kedua negara memiliki preferensi yang sama. Dalam model H-O kepemilikan faktor (kapital dan tenaga kerja) akan menentukan jenis komoditi yang diproduksi dan diekspor serta komoditi yang harus diimpor oleh satu negara. Perbedaan kepemilikan faktor adalah dasar dari keunggulan komparatif yang dimiliki dua negara untuk melakukan perdagangan yang saling menguntungkan. Perbedaan

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 10

kepemilikan faktor produksi tersebut dihitung berdasarkan rasio antara kapital dengan tenaga kerja di masing-masing negara. Sebagai contoh: negara H dan F masing-masing memiliki 2 faktor produksi: K (kapital) dan L (tenaga kerja), dan setiap negara memproduksi komoditi X dan Y. Negara H dikatakan memiliki kapital melimpah apabila kapital per unit

K H L tenaga kerja di H lebih besar dibandingkan di F, atau H >

K F L F . Sebaliknya, F dikatakan memiliki tenaga kerja melimpah apabila tenaga kerja per unit kapitalnya lebih

LF LH K K besar di bandingkan di H, atau F > H . Dengan demikian, dapat dikatakan kapital relatif lebih murah di H sedangkan tenaga kerja relatif lebih murah di F. Selanjutnya apabila untuk menghasilkan komoditi Y diperlukan kapital yang lebih banyak (padat kapital), sedangkan untuk komoditi X diperlukan tenaga kerja yang lebih banyak (padat karya) maka dapat dikatakan H memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi Y, dan F memiliki keunggulan komparatif komoditi X. Menurut model H-O, dengan perbedaan intensitas penggunaan faktor dan perbedaan kepemilikan faktor maka apabila kedua negara melakukan perdagangan, H akan berspesialisasi dalam produksi komoditi Y dan F berspesialisasi dalam produksi komoditi X. Keseimbangan perdagangan bebas pada model H-O dijelaskan dengan Gambar 2.2.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 11

CH

F C

Gambar 2.2. Keseimbangan Perdagangan Bebas Pada Model H-O Sumber: Krugman dan Obstfeld (2000)

Pada Gambar 2.2. di atas, H memiliki kapital berlebih yang ditunjukkan dengan kurva PPFH yang lebih mengarah ke produksi barang padat modal (Y). Sedangkan F memiliki tenaga kerja berlebih dengan kurva PPFF yang lebih mengarah ke produksi barang padat tenaga kerja (X). Dalam keseimbangan perdagangan bebas, kedua negara

W PX PW menghadapi rasio harga dunia yang sama, yaitu: Y . Pada kesimbangan perdagangan bebas, tingkat produksi di negara H berada di titik PH yang merupakan titik singgung antara garis pendapatan nasional (NI) dengan kurva PPFH. Pendapatan nasional dinyatakan dengan persamaan: NI = PX . X + PY . Y. Slope garis pendapatan nasional tersebut adalah sama dengan rasio harga perdagangan bebas kedua

komoditi: . Jumlah konsumsi H adalah di titik CH dimana kurva indiferen agregat IHFT bersinggungan dengan garis pendapatan nasional. Untuk mencapai tingkat

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 12

konsumsi CH tersebut, H harus mengekspor komoditi Y

H H sebesar EX Y dan mengimpor komoditi X sebesar IM X . Keseimbangan produsksi F berada di titik PF yang merupakan titik singgung antara garis pendapatan nasional dengan kurva PPFF. Slope dari garis pendapatan nasional juga merupakan rasio antara harga perdagangan bebas

W PX PW kedua barang: Y . Sedangkan konsumsi terletak di titik CF yang merupakan titik singgung antara kurva agregat

F indifference I FT dengan garis pendapatan nasional. Oleh karena diasumsikan bahwa kedua negara memiliki preferensi agregat yang homothetic dan rasio harga perdagangan bebas yang sama, maka konsumsi H dan F selalu terletak di sepanjang garis yang berawal dari titik 0 ke C. Untuk mencapai tingkat konsumsi di titik CF, F harus mengekspor

F komoditi X sebesar EX X dan mengimpor komoditi Y sebesar

F IMY . Pada keseimbangan perdagangan bebas, jumlah

F ekspor H harus sama dengan jumlah impor F ( = IMY ), dan jumlah ekspor F harus sama dengan jumlah impor H (

= ). Mengingat bahwa tingkat konsumsi kedua negara berada di kurva indiferen yang berada di luar (di atas) kurva PPF maka menurut model H-O perdagangan bebas akan memberikan keuntungan agregat bagi kedua negara. Perdagangan bebas diharapkan secara bertahap akan mengurangi hambatan perdagangan sehingga dapat memacu pertumbuhan volume perdagangan internasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah kerjasama yang dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya atau antara satu negara dengan negara yang membentuk

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 13

kelompok sehingga terciptanya integrasi ekonomi. Negara- negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan mereka. Sebagian negara-negara yang berada di seluruh dunia telah melakukan integrasi ekonomi dengan negara lain. Secara umum integrasi yang dilakukan oleh setiap negara bertujuan agar posisi ekonominya di pasar internasional dapat diperkuat, sehingga setiap negara dapat bersaing dengan negara-negara yang telah maju dan sudah besar. Selain itu, integrasi ekonomi dapat memperluas akses pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara ke tingkat yang lebih tinggi. Studi Meir (1995) menjelaskan integrasi ekonomi yang terdapat dalam suatu kawasan memiliki beberapa manfaat untuk negara-negara yang tergabung dalam integrasi tersebut, seperti terdorongnya efisiensi ekonomi di suatu kawasan ekonomi, mendorong industri lokal agar berkembang, serta manfaat perdagangan yang meningkat akibat adanya perbaikan terms of trade. Kegiatan ekonomi internasional memiliki kecenderungan untuk membentuk organisasi perdagangan multinasional. Organisasi ini dibentuk dari kumpulan negara berdekatan yang mempunyai kebijakan perdagangan bersama untuk menghadapi negara lain dalam bidang tarif dan akses pasar. Alasan umum pembentukan grup ini adalah menjamin pertumbuhan ekonomi dan bermanfaat bagi Negara anggota. Contoh organisasi yang terkenal sekarang antara lain European Union (EU) dan North American Free Trade Agreement (NAFTA). Pengaruh keberadaan dan pertumbuhan organisasi multinasional ini secara tidak langsung bagi negara peserta adalah untuk menjaga persaingan secara global. Secara luas, pengelompokan

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 14

regional dibentuk sebagai usaha pemerintah untuk meningkatkan integrasi ekonomi global. Organisasi ini terdiri dari berbagai bentuk, tergantung tingkat kerjasamanya yang mengarah ke tingkat integrasi berbeda antara negara peserta. Ada lima tingkat kerja sama formal antar negara anggota kelompok regional, yaitu Free Trade Area (FTA), Custom Union, Common Market, Monetary Union, dan Political Union (Kotabe dan Helsen, 2001). Free Trade Are (FTA) adalah kerjasama formal antara dua atau lebih negara untuk mengurangi hambatan tarif dan non tarif diantara negara anggota. Akan tetapi masing- masing negara anggota bebas menentukan tingkat tarif individu dengan negara yang bukan anggota. FTA adalah salah satu bentuk reaksi adanya globalisasi dan liberalisasi yang berimplikasi pada pengurangan dan penghapusan berbagai hambatan dalam kegiatan perdagangan baik hambatan tarif (tarrief-barrier) maupun hambatan non tarif (non-tarrif barier=NTB). FTA atau Free Trade Area adalah suatu bentuk kerjasama ekonomi regional yang memperdagangkan produk-produk orisinal negara- negara anggotanya tidak dipungut bea masuk atau bebas bea masuk. Dengan kata lain, ”internal tariff” antara negara anggota menjadi 0 persen, sedangkan masing-masing negara memiliki “external tariff” sendiri-sendiri. Contohnya AFTA (Asean Free Trade Area) yang diawali dengan CEPT (Common Effective Preferential Tariff) yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1993. Dampak dibukanya perdagangan bebas tidak hanya akan dirasakan oleh ekonomi negara-negara yang berdagang, namun juga akan dirasakan oleh perekonomian dunia secara keseluruhan. Dampak diliberalisasikannya

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 15

perdagangan tersebut secara keseluruhan mengakibatkan kesejahteraan dunia menurun. Berdasarkan teori perdagangan internasional, perdagangan internasional seharusnya akan meningkatkan kesejahteraan negara- negara yang melakukan perdagangan bebas, karena melalui perdagangan bebas akan terjadi peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya domestik dan akses pasar ke negara lain (Stephenson, 1994). Namun demikian, secara umum terdapat beberapa variabel ekonomi dunia yang meningkat seperti investasi global barang-barang kapital, volume perdagangan dunia, dan indeks harga perdagangan dunia. Peningkatan arus perdagangan sebagai akibat dibukanya tarif seluas-luasnya mengakibatkan peningkatan aliran barang-barang kapital untuk investasi volume perdagangan dunia. Peningkatan investasi global ternyata diikuti dengan tingkat pengembalian kapital yang negatif sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dunia. Custom Union. Anggota Custom Union tidak hanya mampu mengurangi atau menghilangkan tarif antara anggota, tapi juga mereka mempunyai tarif eksternal bersama terhadap negara yang bukan anggota Custom Union. Hal ini mencegah negara yang bukan anggota mengekspor ke negara anggota yang mempunyai tarif eksternal rendah. Common Market. Jika kerja sama meningkat di antara negara Custom Union, maka dapat terbentuk Common Market. Common Market menghilangkan semua tarif dan hambatan lain dalam perdagangan antara anggota, mengadopsi seperangkat tarif eksternal bersama pada negara bukan anggota, dan menghilangkan batasan-batasan pada aliran modal dan tenaga kerja antar negara anggota.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 16

Monetary Union. Monetary Union berada pada level integrasi keempat dengan satu mata uang bersama antar negara. Contohnya Negara anggota European Union menggunakan mata uang bersama, Euro. Menurut Wild dan Wild (2000), tingkat integrasi ini juga disebut Economic Union karena juga melakukan harmonisasi kebijakan ekonomi negara anggota, seperti pajak, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Political Union. Political Union merupakan puncak dari proses integrasi. Political Union dapat menjadi nama lain dari sebuah negara ketika union secara sungguh-sungguh mencapai tingkat integrasi. Terkadang, negara-negara yang berkumpul dalam Political Union antara lain adalah karena alasan sejarah, seperti British Commonwealth yang terdiri dari negara-negara yang pernah menjadi bagian oleh British Empire. Namun ketika British bergabung dengan European Union, perlakuan istimewa ini hilang. Sekarang kelompok ini hanya sebagai forum untuk diskusi dan ikatan sejarah yang sama. Integrasi ekonomi regional (termasuk FTA) akan memberikan dampak positif dan negatif terhadap perdagangan barang dan jasa dinegara-negara anggota FTA. Dampak positif dari integrasi ekonomi adalah (Wild dan Wild, 2000): 1. Trade Creation Dengan analisis partial equilibrium, trade creation adalah penggantian di mana produk domestik suatu negara yang melakukan integrasi ekonomi regional melalui pembentukan FTA dengan produk impor yang lebih murah dari anggota lain. Jika seluruh sumber daya digunakan secara full employment dan dengan melakukan spesialisasi berdasarkan comparative

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 17

advantage, masing-masing negara akan memperoleh dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat karena memperoleh barang dengan harga yang relatif lebih murah.

Gambar 2.3 Trade Creation Sumber: Salvatore, 2000

Terjadinya trade creation dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3. (Salvatore, 2000). Dx dan Sx masing- masing merupakan kurva permintaan dan penawaran domestik untuk barang X dari negara II, sedangkan kurva S1 merupakan kurva penawaran yang elastis sempurna dalam keadaan free trade untuk barang X dari negara I ($1). Dengan mengenakan tarif bea masuk 100 persen, negara II mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I, sehingga harga impornya menjadi $2 atau kurva S1 + T. Produksi domestik negara II sebanyak 20 unit barang X atau AM, sedangkan total konsumsi dalam negara II sebanyak 50 unit barang X atau GH. Kemudian negara I dan negara II membentuk integrasi ekonomi regional dalam bentuk FTA. Setelah membentuk FTA, negara II mengimpor 60 unit barang X atau CB dari negara tanpa bea masuk pada harga $1 (kurva S1). Produk domestik negara I turun menjadi 10 unit barang X

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 18

atau CM dan total konsumsi naik menjadi 70 unit barang X atau AB. Dengan pembentukan FTA, maka : Penerimaan bea masuk untuk negara II akan hilang, Konsumen domestik akan memperoleh transfer dari produsen domestik sebesar area AGJC yang merupakan kenaikan konsumen surplus, Manfaat lain yang diperoleh negara II setara dengan area CJM + area BHN, atau setara dengan $15. Konsensus yang lebih besar. Keuntungan untuk mengeliminasi hambatan perdagangan lebih mudah dilakukan pada kelompok negara-negara yang lebih kecil, seperti ASEAN dibandingkan dengan kelompok yang lebih besar seperti WTO. Kerjasama Politik. Secara politik terdapat keuntungan dari negara-negara yang berintegrasi terutama dalam memperjuangkan kepentingan bersama di forum perundingan yang lebih besar seperti WTO. Integrasi ekonomi juga memberikan dampak negatif terhadap anggotanya. Wild dan Wild (2000) mengidentifikasi terdapat tiga dampak negatif yaitu trade diversion, pergeseran tenaga kerja, hilangnya kedaulatan nasional. 2. Trade Diversion. Terjadinya pengalihan perdagangan dari negara yang tidak ikut serta dalam perjanjian perdagangan tapi lebih efisien ke negara yang ikut serta dalam perjanjian walaupun kurang efisien. Gambar 2.4 menunjukkan terjadinya trade diversion pada negara yang melakukan integrasi ekonomi. Sebagai contoh, Dx dan Sx merupakan kurva permintaan dan penawaran domestik untuk barang X dari negara II, sedangkan kurva S1 dan S3 merupakan kurva penawaran yang elastis sempurna

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 19

dalam keadaan free trade untuk barang X dari negara I ($1) dan negara III ($1,5). Dengan mengenakan tarif bea masuk 100 persen, negara II mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I sehingga harga impornya menjadi $2 atau kurva S1+T. Kemudian negara II membentuk integrasi ekonomi regional dalam bentuk FTA dengan negara III. Setelah pembentukan FTA, negara II mengimpor 45 unit barang X atau C’B’ dari negara III yang bebas bea masuk pada harga $ 1,5 (kurva S3). Dengan pembentukan FTA maka : kesejahteraan / manfaat yang diperoleh negara II adalah sebesar segitiga C’JJ’ + segitiga H’HB’, atau senilai $1,25 + $2,5 = $3,75 ; kesejahteraan / manfaat yang hilang dari negara II sebesar segi empat MNH’J’ atau senilai $15 ; kesejahteraan / manfaat neto yang hilang adalah sebesar $15 - $3,75 = $11,25 (Lihat Gambar 2.4.).

Px Sx

H 3 2 J H S1+T 1,5 J’ H’ B’ G’ S3

1 M N Dx Qx 10 20 50 60 Gambar 2.4 Trade Diversion Sumber: Salvatore, 2000

Pergeseran tenaga kerja. Karena adanya kerjasama perdagangan, produsen akan berproduksi ke negara yang lebih efisien. Sebagai contoh, untuk industri yang memerlukan tenaga kerja dengan tingkat

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 20

keterampilan yang rendah akan mengalihkan tempat produksinya ke negara anggota yang memiliki tingkat upah yang rendah. Hilangnya kedaulatan politik. Jika integrasi ekonomi sudah mencapai political union, maka suatu negara akan kehilangan kebebasan dalam menentukan politik luar negerinya sendiri. Sejauh ini, bentuk integrasi pada tingkat yang paling tinggi (political union) sulit untuk dicapai.

2.1.2 Teori Keseimbangan Partial

Teori keseimbangan umum pertama kali dikembangkan oleh Leon Walras pada abad ke-19. Berdasarkan teori, model keseimbangan dalam ekonomi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) model keseimbangan parsial (partial equilibrium), dan (2) model keseimbangan umum (general ekuilibrium theory). General Equilibrium models seperti GTAP adalah salah satu alat analisis dalam analisis kebijakan perdagangan, karena mampu mengukur tidak hanya efek langsung dari perubahan yang disimulasikan tetapi juga efek tidak langsung, yang meliputi efek antar- industri dan penyesuaian makroekonomi. Namun, karena Yordania tidak secara individual tergambar dalam database GTAP, tetapi masuk dalam kelompok other Midle East, maka keseimbangan parsial muncul sebagai pilihan. Model Keseimbangan Parsial memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya adalah tidak diperhitungkannya implikasi intersektoral dari perubahan kebijakan perdagangan. Meskipun demikian masih mungkin dalam partial equilibrium untuk menganalisis dampak kebijakan perdagangan pada penciptaan perdagangan (trade creation and trade

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 21

diversion), kesejahteraan dan bahkan pendapatan dari tarif bea masuk. Model partial equilibrium “SMART” dikembangkan oleh UNCTAD dan Bank Dunia, di mana tujuan awalnya adalah untuk menilai dampak GATT. Model SMART ini dapat diakses melalui http://wits.worldbank.org/. Model ini memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi dampak dari perubahan kebijakan perdagangan yaitu dampak adanya trade diversion, trade creation, net trade efect (agregasi dari trade diversion dan trade creation), pendapatan dari tarif bea masuk dan perubahan surplus konsumen dengan adanya perubahan tarif bea masuk. Model SMART menggabungkan tiga jenis elastisitas yaitu 1). elastisitas supply, yang dianggap tak terbatas (=99), di mana Ini berarti bahwa peningkatan permintaan untuk barang tertentu akan selalu diimbangi oleh produsen dan eksportir. 2) elastisitas substitusi impor, subsitusi antara dua asal barang yang berbeda asal. Asumsi Armington yang digunakan dalam SMART, berarti bahwa barang-barang sejenis yang berbeda negara, tidak tersubsituasi secara sempurna. Dalam SMART, elastisitas substitusi impor besarannya 1,5. 3) elastisitas permintaan impor, untuk mengukur respon permintaan karena adanya perubahan harga barang impor. Dalam SMART, elastisitas permintaan impor didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Stern dalam "Harga elastisitas dalam Perdagangan Internasional".

2.2 Penelitian Sebelumnya

Naanwaab dan Yeboah dalam paper-nya mengenai A partial equilibrium analysis of NAFTA’s impact on U.S. bilateral trade menyatakan bahwa dengan adanya NAFTA, secara umum perdagangan komoditas pertanian menunjukkan peningkatan

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 22

karena adanya hambatan baik tarif maupun non-tarif yang secara bertahap dikurangi. dalam analisis juga dilihat dampak perdagangan komoditas pertanian antara Amerika Serikat - Kanada dan Amerika Serikat - Meksiko. Hasil regresi menunjukkan bahwa sejak NAFTA diimplementasikasn, ekspor Amerika Serikat ke Kanada untuk komoditas Jagung dan produk Unggas menunjukkan penurunan secara signifikan. Namun disisi lain, ekspor Jagung dari Amerika Serikat ke Meksiko meningkat secara signifikan. untuk impor Amerika Serikat atas Gula dan Susu dari Meksiko meningkat secara signifikan, namun untuk impor gandum dan produk unggas Amerika Serikat dari Kanada secara signifikan menurun. Hasil analisis mengenai The Columbia-Canada Free Trade Area: a Partial Equilibrium Simulation oleh Villa, Abella dan Herrera menyatakan bahwa perjanjian perdagangan antara Kanada dan Kolombia menunjukkan hasil trade creation 1,5 kali lebih besar dibandingkan trade diversion. Pada tahun pertama implementasi, total perdagangan antara kedua negara ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 10% dan difokuskan pada sejumlah kecil produk. 70 persen ekspor Kanada akan terkonsentrasi pada sereals, damper atau truk yang dirancang untuk digunakan pada off- highway, minyak bumi, kendaraan bermotor di atas 3.000 cc, dan mesin, serta peralatan laboratorium. Sedangkan ekspor Kolombia akan terfokus pada bunga potong dan minyak.

2.3 Metodologi Penelitian 2.3.1 Model Software for Market Analysis and Restriction Trade (SMART)

Software for Market Analysis and Ristriction Trade (SMART) Model adalah suatu model simulasi perdagangan dengan keseimbangan parsial (partial equilibrium) yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak dari liberalisasi

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 23

perdagangan atau perdagangan bebas terhadap perdagangan, pendapatan tarif, dan kesejahteraan suatu negara. SMART adalah alat simulasi yang merupakan bagian dari World Integrated Trade Solutions (WITS), yaitu suatu website yang memuat tentang database perdagangan internasional yang dibentuk atas kerjasama Bank Dunia dan UNCTAD (The United Nations Conference on Trade and Development).

Dalam penerapannya, SMART model memiliki beberapa keunggulan antara lain dapat menghitung dampak dari liberalisasi perdagangan/perdagangan bebas di sebuah pasar secara terperinci sehingga dapat menyelesaikan masalah terkait "aggregation biases", dalam aplikasinya hanya memerlukan data perdagangan (trade flows), trade policy, dan nilai behavioral parameter (elastisitas) tertentu, dan tidak membutuhkan banyak data, serta mudah diimplementasikan dan lebih transparan. Adapun kelemahan dari SMART model sebagai metode partial equilibrium dalam ekonomi tertentu, mengabaikan pentingnya input/output (hulu/hilir) antar sektoral yang merupakan dasar dari analisis partial equilibrium umum. Selain itu, SMART model juga tidak dapat menjelaskan hambatan-hambatan yang ada terkait dengan faktor-faktor produksi (misalnya buruh, modal, dan tanah).

SMART Model fokus pada perubahan impor untuk pasar produk tertentu apabila terjadi perubahan kebijakan perdagangan internasional. Analisis sisi permintaan pasar di dalam model ini berdasarkan asumsi Armington yang menggariskan bahwa masing-masing komoditas dibedakan berdasarkan negara asalnya. Implikasi dari asumsi ini bahwa pertukaran barang impor antar negara terjadi dalam

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 24

hubungan subsitusi tidak sempurna. dengan demikian, meskipun impor melekat pada setiap perjanjian perdagangan bebas, tetapi permintaan impor bukan satu-satunya faktor utama untuk mengubah perdagangan bebas.

2.3.2 Metode Pembobotan

Metode ini bertujuan untuk menilai produk apa yang bisa dijadikan kepentingan Indonesia dalam kerjasama preferential tarif. Pemilihan produk potensial didasarkan pada parameter-parameter Revealed Symmetric Comparative Advantage, Indeks Perdagangan (TII, TSI, TCI) dan kinerja perdagangan.

1. Export Product Dynamics

Export Product Dynamics (EPD) merupakan salah satu indikator untuk mengidentifikasi daya saing/keunggulan kompetitif suatu produk dan mengukur posisi produk suatu negara dalam suatu tujuan tertentu serta mengukur kedinamisan performa suatu produk. Terdapat beberapa alasan dalam mengidentifikasi suatu produk yang dinamis (pertumbuhannya cepat) dalam ekspor suatu negara. Jika pertumbuhannya di atas rata- rata secara kontinyu selama waktu yang panjang, maka produk ini mungkin menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut. Selanjutnya, jika produk dinamis tersebut mempunyai karakteristik produksi yang spesifik, maka hal ini juga menjadi informasi yang penting dalam kesempatan ekspor, dalam hubungannya dengan produk yang serupa. Adapun metode yang paling sering digunakan untuk mengidentifikasi produk-produk dinamis adalah dengan memilih produk-produk

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 25

berdasarkan tingkat pertumbuhan pangsa pasar dan permintaan selama periode yang ditetapkan.

Matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, di mana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang dianalisis ke dalam empat kategori yaitu Rising Star (RS), Lost Opportunity (LO), Falling Star (FS), dan Retreat (R). Rising Star ditandai dengan negara tersebut memperoleh pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat. Lost Opportunity dihubungkan dengan penurunan pangsa pasar pada produk dinamis. Falling Star juga tidak diinginkan, terjadi ketika ada peningkatan, tetapi bukan pada produk-produk dinamis. Sementara itu, Retreat tidak diinginkan lagi di pasar. Retreat bisa diinginkan kembali jika pergerakannya jauh dari produk stagnan dan bergerak mendekati peningkatan pada produk dinamis (Gambar 2.5).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 26

Gambar 2.5 Matriks Export Product Dynamics (EPD) Catatan: sumbu x: pertumbuhan pangsa ekspor suatu negara di pasar dunia sumbu y: pertumbuhan pangsa produk dalam perdagangan dunia Sumber: Directorate of Trade, Investment and International Economic Cooperation, Ministry of States for National Development Planning/ The National Development Planning Agency (Bappenas) (2009).

Komoditi yang diestimasi posisi daya saingnya akan menempati salah satu dari empat kuadran (Tabel 2.1), tergantung dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis komoditi tersebut. Dengan dimasukannya komoditi yang diuji ke dalam matriks EPD akan lebih mudah untuk melihat posisi daya saing masing-masing komoditi.

Tabel 2.1. Kuadaran Export Product Dynamics Share of Product in World Trade Share of Country's Rising Falling Export in World Trade (Dynamic) (Stagnant) Rising (Competitive) Rissing Star Falling Star Falling (Non- Lost Opportunity Retreat Compeetitive)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 27

Adapun yang dimaksud dengan pangsa pasar ekspor suatu negara (negara i) dan pangsa pasar produk (produk n) dalam perdagangan dunia adalah sebagai berikut:

(2.1) Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi pada ekspornya sebagai Rising Star, yang menunjukan bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat (fast-growing products). Lost Opportunity, terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis, adalah posisi yang paling tidak diinginkan. Falling Star juga tidak disukai, meskipun masih lebih baik jika dibandingkan dengan Lost Opportunity, karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu, Retreat biasanya tidak diinginkan, tetapi pada beberapa kasus tertentu 'mungkin' diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produk-produk yang dinamik (Bappenas, 2009).

2. Revealed Symetric Comarative Advantage Revealed Symetric Comarative Advantage (RSCA) adalah model yang merupakan hasil pengembangan dari model Revealed Comparative Advantage (RCA) yang

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 28

dikembangkan oleh Balassa (1965). RCA adalah model yang digunakan untuk menganalisis daya saing sebuah produk dengan cara mengukur pangsa (share) ekspor suatu negara yang dinormalkan dengan ekspor pada industri atau produk yang sama dalam suatu kelompok negara. Formula RCA dirumuskan sebagai berikut.

exports:  k k  X ij /  X ij  k  RCA   k k   X wj /  X wj   k  (2.2) Di mana X menunjukkan ekspor, k menyatakan klasifikasi komoditi, i menyatakan negara pengeskpor, j negara tujuan ekspor, dan w menyatakan dunia. Perlu dicatat bahwa negara mitra j dapat berupa bentuk ekonomi lainnya untuk menghitung RCA bilateral atau untuk menghitung RCA dalam lingkup regional maupun global. Nilai RCA antara 1 dan batas tak hingga menyatakan bahwa suatu produk dari negara i memiliki daya saing di negara j. Sedangkan nilai RCA kurang dari satu sampai batas nol menyatakan bahwa suatu produk tidak memiliki daya saing di negara j. Karena metode ini mempunyai kekurangan yaitu tidak mempunyai batas maksimal dan minimal sehingga tidak bisa dibandingkan antara dua sisi (antara indeks yang lebih dari satu dan kurang dari satu), maka dikembangkanlah metode RCA menjadi RSCA. Indeks RCA dimodifikasi sedemikian sehingga indeks tersebut simetris pada batas nilai satu dengan menggunakan formula berikut ini: RCA 1 RSCA  RCA 1 (2.3)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 29

Dengan formula tersebut nilai indeks RCA yang lebih dari satu akan memiliki indeks RSCA bernilai positif yang berarti memiliki keunggulan komparatif yang tinggi di pasar, sedangkan RCA yang bernilai kurang dari satu akan memiliki indeks RSCA negatif yang berarti tidak mempunyai daya saing dipasar global.

3. Trade Intensity Index (TII) Untuk melakukan monitoring terhadap trade flows dan patterns dapat digunakan formula index sederhana yaitu trade intensity (brown 1949 dan Kojima 1962). Trade intensity (TI) menggambarkan perdagangan bilateral dua negara dalam kaitannya dengan total perdagangan internasional di dunia dan share-nya terhadap perdagangan di dunia. Formula TI digunakan untuk melakukan analisa perdagangan dua negara, menilai perubahan dalam perdagangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Yamazawa, 1971) selain itu TII juga dapat digunakan untuk melakukan analisa perdagangan intensif dalam intra trade atau extra trade di dalam suatu kawasan/region ( Iaprade, 2004) Indeks ini mengukur apakah ini nilai perdagangan antara kedua negara lebih besar (atau lebih kecil) dari yang diharapkan, berdasarkan kepentingan mereka terhadap perdagangan dunia. Intensitas perdagangan diukur sebagai pangsa negara pengekspor terhadap ekspor dunia dari komoditas tertentu ke negara mitra, dibagi dengan pangsa negara pengekspor dari total ekspor dunia. X k X k TII  ij  iw X k X k wj ww (2.4)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 30

Di mana X menunjukkan ekspor, k menunjukkan kelompok komoditas ekspor, i menunjukkan negara ekspor, j menunjukkan negara impor, dan w mengacu pada dunia. Indeks intensitas perdagangan berkisar dari nilai nol hingga tak terhingga. Nilai yang lebih besar dari satu menyimpulkan bahwa terdapat perdagangan yang intens antara negara pengekspor dan negara mitra jika dibandingkan dengan perdagangan mereka dengan seluruh dunia.

4. Trade Specialization Index (TSI) TSI adalah ukuran yang paling banyak digunakan untuk menilai daya saing bilateral. Indeks ini membandingkan arus netto barang aliran total barang antara kedua negara. X k  M k TII k  ij ij ij X k  M k ij ij (2.5) Di mana X menunjukkan ekspor, M menunjukkan impor, k menunjukkan kelompok komoditas ekspor, dan i dan j menunjukkan negara-negara ekspor dan impor masing-masing. Koefisien korelasi sederhana dapat digunakan untuk menyimpulkan TII dari masing-masing kelompok komoditas untuk memberikan ukuran keseluruhan dari komplementaritas ekonomi mitra dagang;

n k k (TIIij TII ij )(TIIij TII ij ) k1 ij  n k 2 k 2 (TIIij TII ij ) (TIIij TII ij ) k1 (2.6) Di mana TIIij (TIIji) adalah indeks spesialisasi perdagangan untuk negara i (j) dengan negara mitra j (i),

dan TII ij adalah rata-rata dari TII di semua komoditas.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 31

Sebuah koefisien korelasi negatif menyimpulkan bahwa kedua negara secara keseluruhan tidak mengkhususkan diri dalam komoditas yang sama, yang membuat mereka menjadi mitra dagang yang saling melengkapi. Sebaliknya, koefisien korelasi positif menyimpulkan bahwa kedua negara tersebut mengkhususkan diri dalam komoditas yang sama, dan oleh karena itu merupakan pesaing di pasar global.

5. Trade Complementarity Index (TCI) Indeks TCI merangkum tingkat komplementeritas perdagangan dari suatu negara. Indeks ini menunjukkan apakah dua negara mitra adalah negara yang saling melengkapi dalam perdagangan atau merupakan negara yang saling bersaing. Dua negara dikatakan saling melengkapi jika masing-masing memiliki struktur perdagangan yang berbeda. Artinya impor negara yang satu merupakan ekspor negara yang lain dan sebaliknya. Namun jika kedua negara memiliki struktur ekspor yang sama maka negara tersebut disebut saling bersaing. Indeks komplementer perdagangan antara kedua negara dinyatakan sebagai berikut:

k k n mk  xi TCIij 100   k1 2 (2.7) x k Di mana i adalah share ekspor negara i untuk produk k terhadap total ekspor negara tersebut. mk Sedangkan j adalah share impor negara j untuk produk k yang sama terhadap total impor negara j. Dengan

demikian dan masing-masing dirumuskan sebagai berikut:

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 32

k k  X   M jw  xk   iw  mk    i  X  j  M   iw  dan  jw  (2.8) Formula TCI di atas menunjukkan komplementaritas ekspor negara i terhadap negara j, dengan kata lain seberapa cocok struktur ekspor negara i terhadap impor negara j. Untuk mengukur komplementaritas impor dapat menggunakan formula seperti di atas dengan membalik negara pengekspor menjadi pengimpor. Indeks-indeks perdagangan dan kinerja perdagangan selama tahun 2008-2012 (ekspor Indonesia ke Yordania, ekspor Indonesia ke dunia, pertumbuhan ekspor ke Yordania, pertumbuhan ekspor ke dunia) dan tarif MFN Yordania akan diformulasikan sebagai berikut :

p p yi  f (xi ) p p  max(xi )  xi    5  4 i   p p  max(xi )  min(xi )  i i  (2.9) x p Dengan i adalah nilai ke i dari setiap parameter p. Fungsi tersebut menjamin setiap parameter memiliki kisaran nilai dari 1 hingga 5 untuk setiap parameter, sehingga semua parameter dapat dibandingkan satu sama lain. Untuk parameter Export Product Dynamic dikarenakan nilainya tidak berupa numerik maka setiap indikatornya diberi nilai dengan ketentuan sebagai berikut: rising star =4; loosing opportunity = 3; falling star =2; dan retreat =1. Untuk produk yang tidak memiliki klasifikasi dalam EPD tidak diberi nilai.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 33

BAB III

ANALISIS EKONOMI DAN PERDAGANGAN INDONESIA - YORDANIA DALAM KERANGKA ASEAN - JORDAN

3.1 Kinerja Perdagangan Indonesia 3.1.1 Kinerja Perdagangan Indonesia-Dunia

Dalam 6 tahun terakhir kondisi perekonomian di dunia mengalami penurunan yang cukup signifikan terutama di tahun 2008 saat krisis ekonomi melanda hampir di seluruh negara terutama Amerika dan Eropa. Pada negara-negara di Asia khususnya di Indonesia, krisis tahun 2008 memang tidak separah krisis ekonomi di tahun 1997 karena krisis tersebut tidak terjadi di negara-negara Asia. Selain itu negara-negara di Asia juga sudah lebih banyak belajar dari tahun 1997 dengan lebih mempersiapkan diri terhadap penurunan kondisi ekonomi di dunia (Raz, Indra, Artikasih, & Citra, 2012).

250,000

200,000

150,000

100,000 US$Juta 50,000 - 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (50,000) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 EKSPOR 116,510 157,779 203,497 190,020 182,552 117,424 IMPOR 96,829 135,663 177,436 191,690 186,629 118,829 NERACA 19,681 22,116 26,061 (1,669) (4,077) (1,405)

Gambar 3.1 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2009-2013

Sumber: BPS (diolah)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 34

Pada Gambar 3.1 terlihat bahwa ekspor Indonesia mencapai nilai tertingginya pada tahun 2011 sebesar 177,4 juta USD tetapi terus menurun hingga pertengahan tahun 2014 mencapai 118 juta USD. Berbeda dengan ekspor, nilai impor Indonesia justru mencapai nilai tertingginya pada tahun 2012 sebesar 191,6 Juta USD, walaupun nilai ini terus menurun hingga pertengahan 2014, penurunan jumlah ekspor Indonesia pada akhirnya membuat neraca perdagangan Indonesia tetap defisit.

Tabel 3.1 25 Besar Produk Ekspor Indonesia ke Dunia (Juta US$)

No HS Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

Total Ekspor Indonesia Ke Dunia 116,510 157,779 203,497 190,020 182,552

1 2701.12 Bituminous coal, whether or not pulverized, but not 9,540 11,976 15,226 13,245 12,306 agglomerated 2 1511.90 Palm oil and its fractions, refined but not chemically 4,665 5,819 8,484 10,926 10,860 modified 3 2701.19 Coal, other than anthracite or bituminous, whether or not 4,214 6,155 10,271 11,014 10,441 pulverized, but not agglomerated 4 4001.22 Technically specified natural rubber (tsnr) in primary forms 3,105 7,103 11,416 7,627 6,707 or in plates, sheets or strip 5 1511.10 Palm oil and its fractions, crude, not chemically 5,702 7,650 8,777 6,677 4,979 modified 6 2603.00 Copper ores and concentrates 5,101 6,882 4,700 2,595 3,007 7 8001.10 Tin, not alloyed, unwrought 1,245 1,709 2,404 2,051 1,960 8 4703.29 Chemical woodpulp, soda or sulfate, other than dissolving 844 1,449 1,554 1,545 1,841 grades, semibleached or bleached, nonconiferous 9 2702.10 Lignite, not agglomerated, excluding jet 26 339 1,705 1,878 1,742 10 2604.00 Nickel ores and concentrates 278 532 1,428 1,489 1,685 11 7108.12 Gold, nonmonetary,

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 35

unwrought nesoi (other than 816 1,131 1,887 1,877 1,561 powder) 12 3824.90 Products, preparations and residual products of the 206 498 1,459 1,402 1,431 chemical or allied industries, incl. Those consisting of mixtures of natural products, n.e.s . (ex 13 6403.19 Sports footwear (other than ski footwear) nesoi, with outer 780 1,089 1,358 1,334 1,372 soles of rubber, plastics, leather or composition leather and uppers of leather 14 2606.00 Aluminum ores and concentrates 250 479 773 626 1,350 15 4011.10 New pneumatic tires, of rubber, of a kind used on 884 1,145 1,531 1,379 1,326 motor cars (including station wagons and racing cars) 16 0306.13 Shrimps and prawns, including in shell, cooked by 694 791 998 971 1,220 steaming or by boiling in water, frozen 17 0901.11 Coffee, not roasted, not decaffeinated 822 812 1,035 1,244 1,166 18 8443.31 Machines which perform two or more of the functions of 828 822 675 1,427 1,088 printing, copying or facsimile transmission, capable of connecting to an automatic data process 19 4802.56 Paper&paperboard, not containing fibres obtained by 399 535 632 1,121 1,017 a mechanical/chemi- mechanical process/of which not > 10% by weight of the total fibre content cons 20 4412.31 Plywood nesoi, veneered panels and similar laminated 573 842 1,020 992 1,012 wood with at least one outer ply of nonconiferous wood, nesoi 21 1513.29 Palm kernel or babassu oil and their fractions, refined but 172 262 474 859 949 not chemically modified 22 3823.19 Fatty acids, industrial, monocarboxylic; acid oilsfrom 252 394 792 1,010 929 refining (excl. Stearic acid, oleic acid and tall oil fatty acids) 23 7501.10 Nickel mattes 581 1,430 1,210 982 922 24 8703.23 Passenger motor vehicles with spark-ignition internal 237 458 646 891 899 combustion reciprocating piston engine, cylinder capacity over 1,500 cc but not over 3,000 cc

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 36

25 1516.20 Vegetable fats and oils and their fractions, hydrogenated, 68 149 296 258 797 interesterified, reesterified or elaidinized, whether or not refined, not further prepared

Sebagian besar produk ekspor Indonesia adalah produk migas dan hasil-hasil alam seperti batu bara, produk minyak sawit dan produk karet. Produk non migas yang masuk ke dalam 25 ekspor terbesar misalnya udang, plywood, kopi dan paperboard. Dominasi produk migas terhadap ekspor akan sangat berdampak pada neraca perdagangan jika harga komoditas mengalami penurunan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi-strategi baru dalam menggenjot ekspor produk non migas dari Indonesia. Salah satu strategi Indonesia dalam meningkatkan produk ekspor non migas adalah penetrasi pasar ke wilayah atau negara yang memiliki potensi tidak hanya tahun-tahun sekarang tetapi juga di tahun mendatang. Pasar-pasar baru yang dapat dijajaki misalnya Afrika, yang sangat berpotensi menjadi kekuatan baru ekonomi dan perdagangan di dunia.

Tabel 3.2 Impor Produk Indonesia dari Dunia (Juta US$)

NO HS Uraian NILAI : US$ 2009 2010 2011 2012 2013

Total impor indonesia dari dunia 96,829.24 135,663.28 177,435.56 191,689.47 186,628.67 1 851712 Telephone for cellular networks or for other 1,747.72 2,318.12 2,397.71 2,598.02 2,787.98 wireless networks 2 100190 Wheat (other than durum wheat), and 1,314.13 1,387.19 2,190.34 2,184.14 2,361.30 meslin 3 230400 Soybean oilcake and other solid residues 1,019.55 1,162.00 1,321.04 1,828.49 1,926.98 resulting from the extraction of soy bean oil, whether or not ground or in the form of pellets

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 37

4 170111 Cane sugar, raw, in solid form, not containing 514.91 670.60 1,583.10 1,558.81 1,677.59 added flavoring or coloring matter 5 851770 Parts of telephone sets 670.36 949.58 1,206.95 1,354.57 1,435.26 6 847130 Portable digital automatic data 542.42 930.30 1,223.97 1,307.91 1,429.50 processing machines, weghing < 10 kg, consisting of at least a central processing unit, a keyboard and a display 7 520100 Cotton, not carded or combed 765.36 1,148.39 1,785.83 1,333.14 1,346.31 8 720712 Semifinished products of iron or nonalloy steel, 666.48 1,128.83 1,159.51 1,382.25 1,343.31 under 0.25% (wt.) Carbon, rectangular cross section, width not less than twice the thickness 9 120100 Soybeans, whether or not broken 621.28 840.04 1,245.96 1,211.23 1,101.56 10 854239 Other of electronic integrated circuits 553.34 683.13 1,121.52 1,345.57 1,099.05 11 290243 Para-xylene (1,4- dimethylbenzene) 596.41 808.57 973.72 959.50 1,089.64 12 870899 Parts and accessories for motor vehicles, nesoi 439.41 888.52 920.79 1,061.20 1,084.66 13 980120 Mtr Vhcl for the transport of goods of heading 436.93 1,104.56 1,311.23 1,661.53 1,077.44 87.04 14 852990 Parts (except antennas and reflectors) for use 1,003.56 1,385.58 1,468.53 1,377.63 1,049.29 with radio transmission, radar, radio navigational aid, reception and television apparatus, nesoi 15 310420 Potassium chloride 340.58 719.16 1,443.83 1,240.58 963.26 16 390210 Polypropylene, in primary forms 354.78 541.98 1,008.13 861.96 943.14 17 100590 Corn (maize), other than seed corn 71.85 365.93 1,022.32 496.61 914.37 18 851762 Machines for the reception, conversion 463.80 417.83 737.64 839.53 895.27 and transmission or regeneration of voice, images or other data (incl. Switching and routing apparatus) 19 870323 Passenger motor vehicles with spark- 264.97 525.84 657.59 955.41 864.59 ignition internal combustion

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 38

reciprocating piston engine, cylinder capacity over 1,500 cc but not over 3,000 cc 20 720449 Ferrous waste and scrap, nesoi 328.99 487.42 751.23 712.48 864.51 21 880330 Parts of airplanes or helicopters, nesoi 75.37 311.21 468.61 448.25 857.20 22 290121 Ethylene (ethene) 518.51 632.62 792.68 879.74 850.41 23 870322 Passenger motor vehicles with spark- 194.38 489.34 547.37 1,039.33 849.90 ignition internal combustion reciprocating piston engine, cylinder capacity over 1,000 cc but not over 1,500 cc 24 840991 Parts for use with spark- ignition internal 453.00 633.63 721.55 748.64 687.13 combustion piston engines (including rotary engines), nesoi 25 740311 Refined copper cathodes and sections 220.21 537.44 639.97 735.49 668.86 of cathodes

Impor Indonesia periode Juni 2014 naik sebesar 0,54% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013. Impor terbesar datang dari bahan baku dan bahan penolong sebesar USD 141,9 Miliar. Yaitu bagian telepon genggam, gandum, rotary engines, dan bagian mesin pesawat. Selain bahan bahan baku dan penolong, barang modal berada di urutan kedua dengan impor sebesar USD 31,5 Miliar dan terakhir barang konsumsi sebesar USD 13 Miliar.

3.1.2 Kinerja Perdagangan Indonesia-ASEAN

Selama 5 tahun terakhir (2009-2013), Indonesia senantiasa mengalami defisit dalam perdagangan dengan ASEAN. Di tahun 2009, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit sebesar USD 3 Miliar dan menjadi lebih dari 4 kali lipat di tahun 2013 sebesar USD 13 Miliar (Gambar 3.2)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 39

Gambar 3.2 Neraca Perdagangan Indonesia - ASEAN Tahun 2009-2013 Sumber : Badan Pusat Stastistik, 2014 (diolah)

Namun, untuk neraca perdagangan Non Migas, Indonesia masih mengalami surplus pada tahun 2009 hingga tahun 2011. Pada tahun 2012, Indonesia mulai mengalami defisit dalam perdagangan Non Migas dengan ASEAN yaitu sebesar USD 462 Juta dan pada tahun 2013 sebesar USD 234 Juta (Gambar 3.3).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 40

Gambar 3.3 Neraca Perdagangan Non Migas Indonesia - ASEAN Tahun 2009-2013 Sumber : Badan Pusat Stastistik, 2014 (diolah)

Berdasarkan gambar 3.4, komoditi utama ekspor Indonesia ke ASEAN pada tahun 2009 dan 2013 paling besar didominasi oleh produk elektronik dengan persentase sebesar 30 persen dan 26 persen. Pada tahun 2009 sawit menempati peringkat kedua sebesar 15 persen namun di tahun 2013 turun ke peringkat ketiga sebesar 12%, kemudian makanan olahan dan otomotif pada tahun 2009 masing-masing berada pada peringkat ketiga dan keempat dengan persentase masing-masing sebesar 11 persen dan 9 persen, dan pada tahun 2013 keduanya naik ke peringkat kedua ekspor komoditi utama Indonesia ke ASEAN. Produk hasil hutan menempati peringkat kelima pada tahun 2009 dan 2013 masing-masing sebesar 8 persen dan 7 persen.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 41

Gambar 3.4 Komoditi Utama Ekspor Indonesia ke ASEAN Tahun 2009 dan 2013

Sumber : Badan Pusat Stastistik, 2014 (diolah)

Komoditi utama impor Indonesia dari ASEAN pada tahun 2009 dan 2013 untuk peringkat 5 besar tidak mengalami perubahan. Impor paling besar pada tahun 2009 dan 2013 didominasi oleh produk Elektronik dengan persentase sebesar 51 persen dan 42 persen, disusul Otomotif pada peringkat kedua sebesar 21 persen pada tahun 2009 dan 28 persen pada tahun 2013, makanan olahan diperingkat ketiga dengan persentase sebesar 21 persen pada tahun 2009 dan 28 persen pada tahun 2013, Tekstil Produk Tekstil (TPT) diperingkat keempat dengan persentase sebesar 6 persen pada tahun 2009 dan 7 persen pada tahun 2013, dan Karet dan Produk Karet diperingkat kelima dengan persentase sebesar 4 persen pada tahun 2009 dan 2013 (Gambar 3.5).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 42

Gambar 3.5 Komoditi Utama Impor Indonesia dari ASEAN Tahun 2009 dan 2013 (diolah) Sumber : Badan Pusat Stastistik, 2014

Negara utama tujuan ekspor Indonesia terbesar adalah ke negara-negara ASEAN yaitu sebesar 26 persen dari total ekspor Indonesia ke seluruh dunia, diikuti oleh Jepang (21 persen), Cina (17 persen), serta Amerika Serikat dan India masing-masing sebesar 12 persen dan 10 persen. 26 persen ekspor Indonesia ke ASEAN didominasi ke Singapura sebesar 13 persen, diikuti Malaysia sebesar 8 persen, dan Thailand sebesar 5% (gambar 3.6).

Gambar 3.6 Negara Tujuan Ekspor Indonesia Tahun 2009 - 2013 Sumber : Badan Pusat Stastistik, 2014 (diolah)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 43

Gambar 3.7 Negara Asal Impor Indonesia Tahun 2009 - 2013 Sumber : Badan Pusat Stastistik, 2014 (diolah)

Impor Indonesia selama periode 2009 – 2013 terbesar berasal dari negara-negara ASEAN sebesar 37 persen dari total impor Indonesia dari seluruh dunia. Setelah ASEAN, impor Indonesia terbesar berasal dari Cina (23 persen), Jepang (15 persen), serta Korea Selatan dan Amerika Serikat masing-masing sebesar 9 persen dan 7 persen. Khusus untuk impor dari ASEAN, Singapura merupakan negara asal impor terbesar yaitu 19 persen, diikuti Malaysia sebesar 10 persen, dan Thailand sebesar 8% (Gambar 3.7).

3.1.3 Kinerja Perdagangan Indonesia-Yordania

Dilihat dari berbagai indikator ekonomi, GDP perkapita Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan Yordania di mana GDP Indonesia pada tahun 2013 sebesar USD 5,2 dan GDP Yordania pada tahun yang sama sebesar USD 6,1, sehingga secara rata-rata tingkat pendapatan penduduk Yordania lebih tinggi dari penduduk Indonesia. Bagi Indonesia maupun Yordania, bukanlah dua negara yang saling menjadi mitra dagang utama. Mitra utama ekspor Indonesia adalah

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 44

Jepang, Cina, Singapura, Korea Selatan, India, dan Malaysia. Sedangkan mitra utama ekspor Yordania adalah Saudi Arabia, Cina, Amerika Serikat, Italia dan Turki (Tabel 3.3).

Tabel 3.3. Indikator Ekonomi Indonesia dan Yordania

Indikator Ekonomi Unit Indonesia Yordania

GDP (PPP) 2013 Billion US$ 1.285 40.02

GDP Perkapita (PPP) 2013 US$ 5,2 6,1

Inflasi (2013) % 7.7 5.9

Populasi (2013) people 253,609,643 7,930,491

Ekspor (2013) Billion US$ 178.9 7.914

Impor (2013) Billion US$ 178.6 18.61

oil and gas, electrical clothing, fertilizers, potash, Produk Ekspor Utama appliances, plywood, textiles, phosphates, vegetables, rubber pharmaceuticals

machinery and equipment, crude oil, machinery, transport Produk Impor Utama chemicals, fuels, foodstuffs equipment, iron, cereals

Japan 15.9%, China 11.4%, US 16.6%, Iraq 15.1%, Saudi Singapore 9%, South Korea Mitra Ekspor Utama Arabia 11%, India 10.5%, 7.9%, US 7.8%, India 6.6%, Indonesia 4.2% (2012) Malaysia 5.9% (2012) China 15.3%, Singapore Saudi Arabia 23.6%, China 9.4%, 13.6%, Japan 11.9%, Malaysia Mitra Impor Utama US 6.7%, Italy 4.7%, Turkey 4.6% 6.4%, South Korea 6.2%, US (2012) 6.1%, Thailand 6% (2012) Sumber : CIA Factbook (diolah)

Selama periode Tahun 2009 - 2013, neraca perdagangan antara Indonesia dan Yordania selalu defisit, kecuali pada tahun 2010 yaitu surplus USD 12,63 Juta (Gambar 3.8). Nilai ekspor yang terus meningkat tidak sebanding dengan peningkatan nilai impor yang lebih besar. Peningkatan nilai ekspor terutama berasal dari kelompok produk hasil hutan dan kelompok makanan olahan. Produk Hasil Hutan yang terbesar adalah Kayu Lapis dengan keseluruhan nilai ekspor mencapai USD 71 Juta pada Tahun 2013. Impor Indonesia dari Yordania utamanya di dominasi oleh Produk Kimia seperti Fosfat, Minyak Atsiri, dan juga Produk Tekstil.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 45

Gambar 3.8 Kinerja Perdagangan Indonesia - Yordania (Migas dan Non Migas) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Komposisi ekspor komoditas utama Indonesia ke Yordania selama periode Tahun 2009 – 2013, tidak banyak mengalami perubahan dan peningkatan yang berarti. Beberapa produk yang mengalami peningkatan ekspor di tahun 2013 dibandingkan tahun 2009 adalah Produk Hasil Hutan, Karet dan Produk Karet, dan Makanan Olahan. Namun, disamping itu ada produk ekspor yang mengalami peningkatan, terdapat juga produk yang mengalami penurunan yaitu Elektronik dan Sawit (Gambar 3.9)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 46

Gambar 3.9 Perkembangan Ekspor Komoditas Utama Indonesia ke Yordania Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Total ekspor Indonesia ke Yordania pada tahun 2012 sebesar USD 158,22 Juta dan meningkat menjadi USD 159,35 Juta pada tahun 2013. Adapun produk utama ekspor Indonesia ke Yordania selama tahun 2013 adalah Playwood, Kertas, Palm oil, Ban, Tuna dan Makanan Olahan (Mie dan Biskuit). Terdapat beberapa produk ekspor Indonesia ke Yordania yang pada tahun 2013 bukan termasuk 30 besar sebagaimana tersaji pada Tabel 3.2, namun trend ekspornya selalu positif dalam lima tahun terakhir. Adapun produk- produk tersebut diantaranya adalah Biskuit, Lain-lain dari Alas Kasur dan Keperluan Tidur, Sabun, Mobil dengan kapasitas silinder antara 2500 cc sampai 3000 cc dan Bubuk Coklat (Tabel 3.4).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 47

Tabel 3.4 30 Besar Ekspor Indonesia ke Yordania

Trend Tarif Bea Masuk 2012 (Juta 2013 (Juta No HS Deskripsi (2009- Yordania 2013 USD) USD) 2013) (%) (%) Oth plywood of blockboard,laminboard 1 4412.94.00.00 35,92 39,55 3,62 0 and battenboard Paper,no fibres, for other purpose 40< 2 4802.56.90.00 15,90 16,88 82,90 23 weight <150 g/m,sheet Palm oil, refined, bleached & deodor 3 1511.90.90.10 16,26 11,99 -3,63 0 ised (rbd) New pneumatic tyres,of rubber of a 4 4011.10.00.00 10,08 8,68 48,53 23 kind used on motor cars Tunas, skipjack & bonito (sarda spp), 5 1604.14.10.00 prepared/preserved in airtight 6,36 7,92 1,65 10 container 6 1902.30.10.00 Instant noodles 3,44 7,18 27,98 0 7 1905.31.10.00 Sweet biscuits not containing cocoa 3,22 6,28 646,04 20 Other paper & paperboard, 8 4802.57.00.00 8,45 5,18 -9,52 0-23 weight>40g/m2 and =< 150g/m2 Dyed woven fabrics cont.>=85% of 9 5407.52.00.00 4,53 4,22 39,87 0 weight of textured polyester flmnt 10 4820.20.00.00 Exercise books 6,84 4,10 122,31 10 Oth plywood,each thick.<6mm with at 11 4412.31.00.00 4,51 3,68 6,27 0 least one outer ply of tropical wood Medium density fibreboard (mdf) of a 12 4411.14.00.00 0,12 2,04 - 0-20 thickness > 9 mm Paper,no fibres, for other purpose 40< 13 4802.55.90.00 0,13 1,73 -74,14 0 weight <150 g/m,roll Oth ground nuts, othwise prepared or 14 2008.11.90.00 1,62 1,72 7,76 0-28 preserved 15 3401.11.20.00 Bath soap 1,40 1,62 6,27 6,5 Printed woven fabrics cont.>=85%, 16 5407.54.00.00 weight>=85% of textrd polyester 1,45 1,48 -12,68 0 filament 17 0801.11.00.00 Coconuts, desiccated, fresh or dried 0,16 1,45 -9,93 25 Oth aluminium paper base and art 18 4810.29.90.00 0,99 1,30 - 23 paper oth light weight coated paper 19 2922.41.00.00 Lysine and its esters; salts thereof 1,50 1,30 36,11 0 20 4809.90.00.00 Other self-copy paper 1,37 1,29 - 0 21 2905.45.00.00 Glycerol 0,79 1,27 165,87 0 Sardines, prepared/preserved in 22 1604.13.11.00 1,56 1,20 - 10 airtight container 23 1517.90.43.00 Shortening 1,80 1,11 - 0-23 Gummed or adhesive 24 4811.41.10.00 0,79 1,05 -11,26 0 paper&paperboard, self-adhesive Oth soap & organic surface for toilet 25 3401.11.90.00 1,91 0,84 - 6.5 use 26 1902.30.90.00 Other stuffed pasta 0,87 0,77 -1,27 Oth paper,no fibres, for other purpose 27 4802.58.90.00 1,03 0,76 2,57 23 weight >150 g/m Oth coated writing &printing paper 28 4810.14.90.90 0,16 0,69 - 23 banknotes paper,in sheets 29 8429.40.10.00 Road rollers 0,10 0,62 - 0 Oth motor car,2500-3000cc, (4x4) 30 8703.23.54.92 system ,not ckd,int combust recipro 1,59 0,59 313,60 0-30 pist engine

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 48

Tabel 3.5 30 Besar Produk Ekspor Indonesia ke Yordania yang Trendnya Positif Selama 5 Tahun Terakhir

Tarif Bea 2009 (Juta 2010 (Juta 2011 (Juta 2012 (Juta 2013 (Juta Masuk NO HS Deskripsi Trend (%) USD) USD) USD) USD) USD) Yordania 2013 (%) Sweet biscuits not 1 1905.31.10.00 0,027 0,005 1,507 3,217 6,276 646,04 20 containing cocoa Other articles of bedding 2 9404.90.90.00 0,000 0,001 0,006 0,004 0,010 453,86 30 and similar furnishing

Soap in oth forms, other than 3 3401.20.90.00 0,016 0,549 3,583 1,078 0,560 323,45 6,5 chips

Oth motor car,2500-3000cc, 4 8703.23.54.92 (4x4) system ,not ckd,int 0,018 0,370 0,786 1,588 0,586 313,60 0--30 combust recipro pist engine Freshwater ornamental fish, 5 0301.10.30.00 0,001 0,009 0,024 0,019 0,017 174,15 30 live 6 2905.45.00.00 Glycerol 0,042 0,364 1,013 0,786 1,275 165,87 0 7 3823.11.00.00 Stearic acids 0,076 0,234 1,122 0,981 0,467 152,03 0 Milk&cream fat cont> 1.5%,in 8 0402.29.90.00 solid form added sugar/oth 0,001 0,000 0,005 0,007 0,001 142,90 0 sweet,in cont< 20 kg

Cocoa powder,containing 9 1806.10.00.00 added sugar or other 0,001 0,000 0,005 0,003 0,000 138,33 23 sweetening matter 10 4820.20.00.00 Exercise books 0,428 7,676 5,547 6,839 4,096 122,31 10--30 Medium density fibreboard 11 4411.12.00.00 0,031 0,035 0,206 0,229 0,056 118,00 0--20 (mdf) of a thickness < 5mm New pneumatic tyres,of 12 4011.62.00.00 rubber, rimsize <61 cm,used 0,002 0,058 0,027 0,026 0,035 106,03 23 on const/ind.vehicles mach.

Press-fasteners, snap- 13 9606.10.00.00 fasteners and press-studs 0,003 0,014 0,021 0,028 0,010 101,30 0 and parts therefor Sugars, chemically pure, oth 14 2940.00.00.00 than sucrose, lactose, 0,009 0,012 0,027 0,055 0,056 90,39 0 maltose Paper,no fibres, for other 15 4802.56.90.00 purpose 40< weight <150 1,965 7,050 5,573 15,901 16,879 82,90 23 g/m,sheet Oth video recording/reproducing app, 16 8521.90.99.00 0,023 0,146 0,462 0,115 0,327 81,05 30 whether/not incorp. a video tuner. Single loudspeakers, 17 8518.21.00.00 0,025 0,003 0,032 0,063 0,000 70,54 30 mounted in their enclosures Cinnamon-tree flowers 18 0906.19.00.00 0,010 0,012 0,044 0,038 0,088 70,38 30 neither crushed nor ground Other seats of 19 9401.59.00.00 0,022 0,043 0,039 0,134 0,024 70,02 30 bamboo/rattan 20 9401.69.00.00 Other upsholstered 0,010 0,016 0,033 0,045 0,053 69,33 30 Cinnamon and cinnamon- 21 0906.20.00.00 tree flowers, crushed or 0,017 0,032 0,108 0,063 0,220 68,43 30 ground Oth finish agent,dye carriers 22 3809.92.00.00 to accele kind used in the 0,004 0,009 0,017 0,016 0,042 64,83 0 paper or like indust Plates, sheets & strip of non- 23 4008.21.00.00 0,056 0,116 0,133 0,221 0,175 53,25 0 cellular rubber Felt tipped & other porous- 24 9608.20.00.00 0,002 0,011 0,009 0,010 0,010 51,53 30 tipped pens & markers New pneumatic tyres,of 25 4011.10.00.00 rubber of a kind used on 3,192 4,515 7,488 10,083 8,679 48,53 23 motor cars Armoured/reinforced safes,strong-boxes and 26 8303.00.00.00 0,023 0,081 0,040 0,105 0,005 48,01 30 doors and safe deposit lockers Multiple (folded)/cabled 27 5509.22.00.00 yarn cont. >=85% of 0,049 0,083 0,153 0,131 0,096 42,59 0 polyester staple fibres 28 4012.90.80.00 Tyre flaps 0,004 0,013 0,018 0,012 0,013 40,86 23 Dyed woven fabrics 29 5407.52.00.00 cont.>=85% of weight of 1,412 1,656 1,435 4,530 4,216 39,87 0 textured polyester flmnt Registers,account 30 4820.10.00.00 books,note books, receipt 0,102 0,092 0,262 0,205 0,268 36,92 23 books,&similar articles Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 49

Terkait hambatan tarif bea masuk, untuk produk-produk yang mengalami peningkatan ekspor pada tahun 2013 yaitu produk Hasil Hutan (playwood dan kertas), Karet dan Produk Karet, dan Makanan Olahan (Mie dan Biskuit) maupun yang trend-nya positif, tarif bea masuk di Yordania masih beragam yaitu nol persen sampai 30 persen. Secara keseluruhan, masih terdapat 18,8 persen dari 6200 pos tarif (8 digit) di Yordania yang besaran tarifnya di atas 30% sampai 180%. Produk-produk yang tarif bea masuknya masih tinggi di Yordania antara lain produk- produk pertanian (Daging Unggas, Lemak Babi atau Lemak Ayam, Tomat, Ubi Kayu, beberapa rempah-rempat seperti Vanili dan Kayu Manis), Alkohol, Rokok, Pupuk Mineral dan Pupuk Kimia. Pada tahun 2013 ekspor produk pertanian Indonesia adalah HS 15 (Animal,vegetable fats and oils, cleavage products, etc), HS 08 (Edible fruit, nuts, peel of citrus fruit), dan HS 19 (Cereal, flour, starch, milk preparations and products). Prospek untuk memperdalam dan memperluas perdagangan pertanian antara Indonesia dan Yordania masih terbuka. Sampai saat ini, perdagangan untuk produk pertanian Indonesia dan Yordania hanya sebesar USD 42,9 Juta pada tahun 2013. Ekspor ini masih bisa ditingkatkan dikarenakan untuk produk yang sama, Yordania mengimpor dari dunia sebesar USD 3,7 Miliar (Tabel) .

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 50

Tabel 3.6 Ekspor – Impor Produk Pertanian Indonesia - Yordania Produk Pertanian (Ribu USD)

Tahun Jordan Impor Indonesia Ekspor Jordan Impor dari Indonesia ke Dunia dari Dunia 2011 29.443 32.167.967 2.995.471 2012 40.949 32.554.925 3.645.921 2013 42.914 31.100.724 3.740.793

Sumber:International Trade Centre-Trade Map (http://www.trademap.org/). Catatan : Produk pertanian HS 01 – HS 24

Adapun untuk tarif bea masuk di Yordania produk pertanian sebesar 1,4 persen sampai 90,8 persen. Secara lebih spesifik, tarif untuk produk-produk pertanian yang diterapkan oleh Yordania ditunjukkan pada Tabel 3.7.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 51

Tabel 3.7 Tarif Bea Masuk Yordania Untuk Produk Pertanian

Tarif yang berlaku di Kode HS Deskripsi Jordan '01 Live animals 7.9 '02 Meat and edible meat offal 18 '03 Fish, crustaceans, molluscs, aquatic invertebrates nes 20.9 '04 Dairy products, eggs, honey, edible animal product nes 7.5 '05 Products of animal origin, nes 1.8 '06 Live trees, plants, bulbs, roots, cut flowers etc 16.7 '07 Edible vegetables and certain roots and tubers 12.7 '08 Edible fruit, nuts, peel of citrus fruit, melons 34.4 '09 Coffee, tea, mate and spices 22.1 '10 Cereals 1.9 '11 Milling products, malt, starches, inulin, wheat gluten 1.4 '12 Oil seed, oleagic fruits, grain, seed, fruit, etc, nes 4.5 '13 Lac, gums, resins, vegetable saps and extracts nes 9.7 '14 Vegetable plaiting materials, vegetable products nes 8.1 '15 Animal,vegetable fats and oils, cleavage products, etc 8.2 '16 Meat, fish and seafood food preparations nes 16.4 '17 Sugars and sugar confectionery 6.6 '18 Cocoa and cocoa preparations 21.2 '19 Cereal, flour, starch, milk preparations and products 20 '20 Vegetable, fruit, nut, etc food preparations 20.9 '21 Miscellaneous edible preparations 14.5 '22 Beverages, spirits and vinegar 90.8 '23 Residues, wastes of food industry, animal fodder 1.6 '24 Tobacco and manufactured tobacco substitutes 68.1 Sumber: http://www.macmap.org/Applied.Tariffs.Results.Products.aspx

Secara umum tarif produk pertanian yang diterapkan oleh Yordania masih relatif tinggi. Dari 24 pos tarif produk pertanian dalam HS 2 digit, 19 pos tarif diantaranya masih dikenakan tarif lebih dari 5 persen, bahkan untuk produk- produk unggulan Indonesia seperti HS 03 (Fish, crustaceans), HS 09 (Coffee, te mate), dan HS 18 (cocoa) masih dikenakan tarif di atas 20 persen. Diperkirakan bahwa jika hambatan tarif bea masuk dieliminasi, eksportir Indonesia bisa menghemat banyak biaya ekspor dan menciptakan perdagangan atau ekspor yang lebih untuk sektor pertanian. Yordania bukan merupakan mitra dagang utama dan negara tujuan ekspor Indonesia. Pada tahun 2013 Yordania merupakan mitra dagang ke 69 dengan total ekspor dari Indonesia sebesar USD 0,16 Juta.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 52

Tabel 3.8 Posisi Yordania pada Ekspor Indonesia Berdasarkan Negara Tahun 2013

Nilai Impor 2013 No Negara (USD Juta) 1 Jepang 27,086

2 China 22,601 3 Singapura 16,686 4 Amerika Serikat 15,741

5 India 13,031

6 Korea Selatan 11,422

7 Malaysia 10,667

8 Thailand 6,062 9 Taiwan 5,862 10 Australia 4,370

69 Yordania 0,159 Sumber : TradeMap, 2014 (diolah)

Adapun bagi Yordania, Indonesia merupakan negara ke- 7 mitra ekspor Yordania, dengan total ekspor Yordania ke Indonesia pada tahun 2013 USD 0,229 Juta.

Tabel 3.9 Posisi Indonesia pada Ekspor Yordania Berdasarkan Negara Tahun 2013

Nilai Impor 2013 No Negara (USD Juta) 1 Irak 1,390

2 Kuwait 1,206 3 Arab Saudi 0,963 4 Free Zones 0,900

5 India 0,485 United Arab 6 0,316 Emirates 7 Indonesia 0,229 8 Libanon 0,154 9 Siria 0,152 10 Algeria 0,140 11 Kuwait 0,139 Sumber : TradeMap, 2014 (diolah)

Total impor Indonesia dari Yordania pada tahun 2012 sebesar USD 342,1 Juta dan USD 315,77 Juta pada tahun

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 53

2013. Produk utama yang diimpor dari Yordania adalah produk-produk kimia seperti Potasium Klorida, Kalsium Poshpat, dan Potasium Hidroksida (Tabel 3.10). Yordania merupakan mitra dagang no. 58 di dunia bagi Indonesia, di mana nilai impor Indonesia dari Yordania pada tahun 2013 sebesar USD 0,32 % Juta. Cina dan Singapura merupakan negara asal impor Indonesia. Sedangkan Indonesia merupakan negara di posisi ke 47 sebagai negara asal impor Yordania. Saudi Arabia merupakan negara mitra utama Yordania, hal ini dimungkinkan karena lokasi geografis yang berdekatan. Cina juga merupakan negara asal impor Yordania, hal ini dikarenakan Cina telah mendirikan gudang perdagangan (wholesale) di Aqoba, yang merupakan kawasan free zone.

Tabel 3.10 Produk Impor Indonesia dari Yordania

NILAI JUTA (US$) PERUB. (%) TREND (%) NO HS 2007 URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013 2013/2012 2009-2012 1 3104.20.00.00 Potassium chloride 38,71 40,47 89,08 135,64 157,45 - 57,63 2 2809.20.90.00 Oth phosphoric acids, hypophoric acids and hypophosporic acids 0,00 22,12 77,92 100,22 82,04 - - Other natural calcium phosphates,natura alumunium calcium 3 2510.10.90.00 123,79 59,63 82,67 102,85 73,14 - -2,27 phosphates, unground 4 4707.10.00.10 Unbleached kraft paper or paperboard for paper making purposes 0,06 0,05 0,18 0,80 0,67 - 152,66 5 2815.20.00.00 Potassium hydroxide (caustic potash) 0,04 0,42 0,42 0,43 0,58 - 99,40

6 3808.91.10.00 Intermediate preparation for the mnfact of insecticides, not subhd note 1 - - - 0,19 0,28 - -

Oth essential oils (terpeneless or not), incl concretes& absolutes; 7 3301.90.90.00 - - - - 0,27 - - resinoids 8 3808.92.00.00 Fungicides, not subhd note 1 - - 0,02 0,32 0,27 - - 9 8418.61.00.00 Heat pump oth than ACmachines of heading 84.15 - - - - 0,26 - - 10 5502.00.00.00 Artificial filament tow. artificial filament tow. - 0,14 - 0,06 0,16 - - 11 4707.30.00.10 Paper made mainly of mechanical pulp for paper making purposes - 0,20 0,56 0,66 0,14 - - 4,4-isopropylidenediphenol (bisphenol a, diphenylolpropane) and its 12 2907.23.00.00 - - - - 0,13 - - salts 13 7602.00.00.00 Aluminium waste and scrap. - 0,08 - 0,04 0,13 - - 14 4004.00.00.00 Waste,paring & scrap of rubber (oth hard rubbers) 0,04 0,27 0,17 - 0,09 - - 15 8708.50.90.00 Parts of drive-axles with differential, non-driving, axles - - - - 0,04 - -

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 54

Tabel 3.11 Posisi Yordania Pada Impor Indonesia Berdasarkan Negara Tahun 2013

Nilai Impor 2013 No Negara (USD Juta) 1 China 29,849

2 Singapura 25,582

3 Jepang 19,285

4 Malaysia 13,323

5 Korea Selatan 11,593

6 Thailand 10,703 Amerika 7 9,082 Serikat 8 Arab Saudi 6,526

9 Australia 5,038

10 Taiwan 4,480

58 Yordania 0,316

Sumber : TradeMap, 2014 (diolah)

Tabel 3.12 Posisi Indonesia Pada Impor Yordania Berdasarkan Negara Tahun 2013

Nilai Impor 2013 No Negara (USD Juta) 1 Saudi Arabia 4,019

2 China 2,234

3 Amerika Serikar 1,361

4 India 1,106

5 Italia 1,035

6 Jerman 0,809

7 Turki 0,755

8 Uni Emirate Arab 0,732

9 Mesir 0,704

10 Korea Selatan 0,553

47 Indonesia 0,120

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 55

3.2 Analisis Pembobotan

Analisis pembobotan produk potensial Indonesia bertujuan untuk menilai produk apa yang bisa dijadikan kepentingan Indonesia dalam kerjasama Preferential Tariff. Pemilihan produk potensial didasarkan pada indikator yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam metodologi penelitian. Tabel memuat hasil indeks-indeks kinerja perdagangan yang digunakan sebagai indikator produk potensial yang nantinya dapat berguna jika dilangsungkan perundingan ASEAN-Jordan. Berdasarkan perhitungan, nilai RCA bilateral Yordania dan Indonesia yang bernilai lebih dari satu hanya 10 produk, artinya 10 produk tersebut yang merupakan produk unggulan Yordania di pasar Indonesia. 10 produk Yordania yang berdaya saing antara lain adalah HS 3104.90 (Mineral/chemical fertilizers,potassic,nes,in packages weight > 10 kg), HS 2510.10 (Natural calcium phosphates, aluminum calcium phosphates etc, unground), HS 2809.20 (Phosphoric acid and polyphosphoric acids), HS 2403.99 (Tobacco extracts and essences) dan HS 4707.20 (Waste and scrap of paper/paperboard made of bl chem pulp,not colrd,nes) (Tabel 3.13).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 56

Tabel 3.13 10 Produk Yordania yang Berdaya Saing di Indonesia

RCA Yordania - No HS Deskripsi Indonesia 2013 Mineral/chemical fertilizers,potassic,nes,in packages 1 3104.90 4.276,178 weighg > 10 kg Natural calcium phosphates, aluminum calcium 2 2510.10 235,427 phosphates etc, unground

3 2809.20 Phosphoric acid and polyphosphoric acids 209,698

4 2403.99 Tobacco extracts and essences 14,187

Waste and scrap of paper/paperboard made of bl 5 4707.20 7,799 chem pulp,not colrd,nes 6 0907.00 Cloves (whole fruit, cloves and stems) 6,039

7 2834.21 Potassium nitrate 5,853

8 3808.91 Insecticides 3,510

9 8418.69 Refrigerating or freezing equipment nes 2,090

10 7602.00 Waste and scrap, aluminium 1,321

Sumber : TradeMap, 2014 (diolah)

Selain 10 produk tersebut, terdapat beberapa produk Yordania yang masih berdaya saing di pasar Indonesia tetapi nilai RCA kurang dari 1 yaitu Furniture wooden, Air cond Mach, Fabrics, knitted, Sacks and Bags, Artificial filament tow, Parts of Air Conditioning dan Furniture metal. Adapun untuk nilai RCA bilateral Indonesia dan Yordania yang bernilai lebih dari satu sebanyak 179 produk, di sini berarti sebanyak 179 produk Indonesia yang unggul di pasar Yordania (dalam HS 6 digit). Produk-produk yang berdaya saing di Yordania tersebut antara lain adalah antara lain HS 4813.10 (Paper, cigarette, in the form of booklets or tubes), HS 4206.00 (Articles of gut, goldbeater''s skin, bladders or tendons), HS 4810.99 (Paper, in rolls or sheets, clay coated, nes), HS 4802.69 (Uncoated paper and paperboard, of a kind used for writing, printing), HS 8430.50 (Construction equipment, self-propelled nes) dan HS 2821.10 (Iron oxides and hydroxides).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 57

Tabel 3.14. Produk Yordania yang Masih Berdaya Saing di Indonesia

RCA Yordania - No HS Deskripsi Indonesia 2013 1 9403.60 Furniture, wooden, nes 0,642

2 8415.82 Air cond mach nes, inc a refrigerating unit 0,297

3 3923.29 Sacks and bags (including cones) of plastics nes 0,069

Fabrics, knitted or crocheted, of a width of > 30 cm 4 6006.90 0,067 (excl. of artific

5 5502.00 Artificial filament tow 0,065

6 8415.90 Parts of air conditioning machines 0,042

7 9403.20 Furniture, metal, nes 0,015

Sumber : TradeMap, 2014 (diolah)

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 58

Tabel 3.15 179 Produk Indonesia yang Berdaya Saing Di Pasar Yordania

Nilai RCA No HS Deskripsi 2013

1 4813.10 Paper, cigarette, in the form of booklets or tubes 1.145,5

Articles of gut, goldbeater''s skin, bladders or tendons 2 4206.00 1.145,5 (excl. silkwo

3 4810.99 Paper, in rolls or sheets, clay coated, nes 962,4

Uncoated paper and paperboard, of a kind used for 4 4802.69 582,0 writing, printing or

5 8430.50 Construction equipment, self-propelled nes 282,2

6 2821.10 Iron oxides and hydroxides 211,0

Pigments and preparations based on chromium 7 3206.20 200,7 compounds

Ground-nuts nes o/w prep or 8 2008.11 181,7 presvd,sugared,sweetened,spirited or not

Medium density fibreboard MDF of wood, of a 9 4411.14 116,2 thickness > 9 mm

Veneered panels and similar laminated wood with 10 4412.94 114,8 blockboard, laminboar

Walking-sticks, seat-sticks, whips, riding-crops and the 11 6602.00 102,4 like

12 4820.20 Exercise books of paper 80,5

Washg mach of a dry linen capacity

Derricks,cranes or work trucks fitted with a crane,self- 14 8426.49 58,5 propelled nes

Hygienic o pharmaceutical articles of rubber etc sheath 15 4014.10 57,7 contraceptives

16 5603.11 Nonwovens, man-made filaments weighing <25g/m2 54,1

Live psittaciformes "incl. parrots, parrakeets, macaws 17 0106.32 53,9 and cockatoos"

18 8516.79 Electro-thermic appliances, domestic, nes 51,3

Uncoated paper and paperboard, of a kind used for 19 4802.54 49,2 writing, printing or

20 1902.30 Pasta nes 46,8

Manifold business forms and interleaved carbon sets, 21 4820.40 45,6 of paper

22 1905.31 Sweet biscuits 41,9

23 9615.19 Combs, hair-slides and the like of other materials 41,7

24 8713.10 Wheelchairs not mechanically propelled 40,6

Self-adhesive paper and paperboard, surface- 25 4811.41 40,2 coloured, surface-decorate

Woven fabrics of oth syn staple fib,<85%,mixed 26 5514.49 39,1 w/cot,>170 g/m2,printed

Pneumatic tyres, new, of rubber, having a "herring- 27 4011.63 38,4 bone" or similar tr

Woven fabrics of cotton, weighing more than 200 g/m2, 28 5212.25 35,5 printed, nes

Sardines,sardinella&brislg o sprats prep o 29 1604.13 34,0 presvd,whole o pce ex mincd

Sheets, panels, paving, tiles and similar articles, of 30 6811.82 33,9 asbestos-cement

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 59

Nilai RCA No HS Deskripsi 2013

Dyed fabrics, knitted or crocheted, of synthetic fibres, of 31 6006.32 33,1 a width of

32 8402.90 Parts of steam or vapour generating boilers nes 30,9

Fibreboard of wood or other ligneous materials, 33 4411.93 30,4 whether or not agglome

Woven fabrics,>/=85% of textured polyester filaments, 34 5407.54 30,3 printed, nes

35 4813.90 Paper, cigarette, nes 26,1

Games, coin or disc-operated, other than bowling alley 36 9504.30 25,8 equipment

Woven fabrics,>/=85% of textured polyester filaments, 37 5407.52 25,0 dyed, nes

Babies garments&clothg accessories of other textile 38 6111.90 24,5 materials,knitted

39 8429.40 Tamping machines and road rollers, selfpropelled 24,2

Tunas,skipjack&Atl bonito,prepard/preservd,whole/in 40 1604.14 24,2 pieces,ex mincd

41 9603.21 Tooth brushes 24,0

42 4014.90 Hygienic or pharmaceutical articles of rubber etc nes 21,7

Moulds, injection or compression types, for rubber or 43 8480.71 21,2 plastics

Uncoated paper and paperboard, of a kind used for 44 4802.56 19,0 writing, printing or

45 0901.21 Coffee, roasted, not decaffeinated 17,9

Glassware for table or kitchen purposes of glass having 46 7013.42 17,4 a linear coeff

47 1704.10 Chewing gum containing sugar, except medicinal 17,3

48 0801.11 Coconuts, dessicated 17,3

Paper,copying/transfer,rolls of a wdth >36cm,sheets 49 4809.90 16,8 one side >36cm,nes

Medium density fibreboard MDF of wood, of a 50 4411.13 16,6 thickness > 5 mm but <= 9

Paper,kraft,in rolls/sheets,bl,>95% chemical pulp,>150 51 4810.32 15,6 g/m2,clay coatd

Plates,sheets&strip of non cellular rubber,oth than hard 52 4008.21 15,2 rubber (vulc)

Womens/girls briefs and panties, of other textile 53 6108.29 14,5 materials, knitted

Uncoated paper and paperboard, of a kind used for 54 4802.58 14,3 writing, printing or

55 3922.20 Lavatory seats and covers of plastics 13,4

Solid o cushiond tires,interchangeable tire treads&tire 56 4012.90 13,2 flaps of rbr

Glassware for table or kitchen purposes (excl. glass 57 7013.49 12,8 having a linear c

58 0303.46 Frozen Southern bluefin tunas "Thunnus maccoyii" 12,8

59 3306.10 Dentifrices 12,3

Woven fab of polyester staple fib mixd w viscose rayon 60 5515.11 12,2 staple fib,nes

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 60

Nilai RCA No HS Deskripsi 2013

Uncoated paper and paperboard, of a kind used for 61 4802.57 12,2 writing, printing or

Mixtures of two/more of the prods of different headgs to 62 0910.91 12,0 this chapter

Cinnamon and cinnamon-tree flowers (excl. cinnamon 63 0906.19 11,5 Cinnamomum eylanicu

64 8429.51 Front end shovel loaders 11,2

Penicillins or streptomycins and their derivatives, in 65 3004.10 11,1 dosage

Glassware of a kind used for table kitchen, etc of glass- 66 7013.10 10,9 ceramics

67 0804.30 Pineapples, fresh or dried 10,7

Ceramic sinks,wash basins etc&sim sanitary fixtures of 68 6910.10 9,1 porcelain/china

Drinking glasses, stemware (excl. of glass ceramics or 69 7013.28 9,0 of lead crystal

Looped pile knitted or crocheted fabrics, of man-made 70 6001.22 8,9 fibres

Woven fabrics,>/=85% of synthetic filaments, printed, 71 5407.74 8,7 nes

72 1209.99 Seeds, fruit and spores for sowing, nes 8,5

73 2905.45 Glycerol 8,4

Iron or steel wool,incl pot scourers,polishg 74 7323.10 8,2 pads,gloves&the like,i/s

Drinking glasses (excl. glasses of glass ceramics or of 75 7013.37 8,2 lead crystal a

Anti-oxidisg prep & other compound stabilizers for 76 3812.30 8,1 rubber or plastics

Uncoated paper and paperboard, of a kind used for 77 4802.55 8,0 writing, printing or

78 9032.10 Thermostats 7,7

Pneumatic tire new of rubber f motor car incl station 79 4011.10 7,5 wagons&racg cars

80 3305.10 Hair shampoos 7,2

Toilet soap&prep,shaped;papers&nonwovens impreg 81 3401.11 6,9 with soap toilet use

Synthetic organic pigments and preparations based 82 3204.17 6,7 thereon

Mens/boys jackets and blazers, of synthetic fibres, 83 6103.33 6,7 knitted

84 3307.90 Perfumery, cosmetic or toilet preparations, nes 6,4

85 2917.14 Maleic anhydride 6,3

86 8418.21 Refrigerators, household type, compression-type 6,2

87 1905.32 Waffles and wafers 6,1

88 4806.20 Paper, greaseproof, in rolls or sheets 6,0

Cinnamon and cinnamon-tree flowers crushed or 89 0906.20 6,0 ground

Panels,board etc of veg fib,straw etc agglomeratd 90 6808.00 5,9 w/cement etc binders

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 61

Nilai RCA No HS Deskripsi 2013

Paper, fine, woodcontaining, in rolls or sheets, clay 91 4810.29 5,9 coated, nes

Multi-ply paper and paperboard, coated on one or both 92 4810.92 5,8 sides with kaoli

Glues/adhesives of all kinds in pack of a net weight not 93 3506.10 5,8 exceedg 1 kg

94 4011.20 Pneumatic tires new of rubber for buses or lorries 5,6

95 8429.59 Self-propelled excavating machinery nes 5,3

96 2922.41 Lysine and its esters; salts thereof 5,1

97 4013.10 Inner tubes of rubber for motor cars etc buses or lorries 5,0

Woven fabrics of cotton,>/=85%, not more than 200 98 5208.59 4,7 g/m2,printed, nes

Table, kitchen or other household articles and parts 99 7615.10 4,6 thereof, and pot scourers and scourin

Paper and paperboard used for writing, printing or 100 4810.14 4,6 other graphic purpo

101 2101.12 Coffee preparations based on extract/essence/conc. 4,5

102 9607.11 Slide fasteners fitted with chain scoops of base metal 4,5

Finishg agents,dye carriers&oth prep,nes,for use in the 103 3809.92 4,5 paper industry

Medium density fibreboard MDF of wood, of a 104 4411.12 4,4 thickness <= 5 mm

105 8421.31 Intake air filters for internal combustion engines 4,4

Sugars, chemically pure, their ethers, esters and their 106 2940.00 4,4 salts

Wood charcoal, incl. shell or nut charcoal, whether or 107 4402.90 4,3 not agglomerate

Ice cream and other edible ice, whether or not 108 2105.00 4,3 containing cocoa

Plywood consisting solely of sheets of wood <= 6 mm 109 4412.31 4,2 thick, with at lea

Worked monumental/building stone nes, marble, 110 6802.91 4,2 travertine and alabaster

Cartons, boxes and cases, of corrugated paper or 111 4819.10 4,2 paperboard

112 1905.10 Crispbread 4,1

113 3401.20 Soap nes 4,1

114 0801.32 Cashew nuts, without shell, fresh or dried 4,0

Plain weave cotton fab,<85% mixd w m-m fib,nt mor thn 115 5210.41 3,9 200g/m2,yarn dyd

116 4418.71 Flooring panels for mosaic floors, assembled, of wood 3,9

Cyclanic,cyclenic or cycloterpenic ketones w/o oth 117 2914.29 3,9 oxygen function,nes

Sugar confectionery nes (includg white chocolate),not 118 1704.90 3,7 containg cocoa

Filament lamps, excluding ultraviolet or infra-red lamps, 119 8539.29 3,6 nes

120 0801.19 Coconuts, excluding dessicated 3,6

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 62

Nilai RCA No HS Deskripsi 2013

Edible mx/prep of animal/veg fats&oils/of fractions ex 121 1517.90 3,5 hd No 15.16

122 6815.10 Non-electrical articles of graphite or other carbon 3,5

Full-length or knee-length stockings, socks and other 123 6115.95 3,5 hosiery, incl. f

124 4817.10 Envelopes of paper 3,5

Registers,account books,note books,diaries & similar 125 4820.10 3,4 articles of paper

126 9607.19 Slide fasteners, nes 3,1

127 8431.10 Parts of machinery of heading No 84.25 3,0

Press-fasteners, snap-fasteners and press-studs and 128 9606.10 3,0 parts thereof

129 9608.10 Ball point pens 2,8

Articles carried in pocket or handbag, with outer 130 4202.31 2,7 surface of leather

Pneumatic tyres, new, of rubber, having a "herring- 131 4011.69 2,7 bone" or similar tr

132 3304.91 Powders, skin care, whether or not compressed 2,6

Filament lamps,of a power not exceed 200 W&for a 133 8539.22 2,5 voltage exceedg 100 V

134 3402.11 Anionic surface-active agents 2,4

Womens/girls nightdresses and pyjamas, of cotton, not 135 6208.21 2,3 knitted

Boards,panels,includg numerical control panels,for a 136 8537.20 2,2 voltage > 1,000 V

137 8421.23 Oil or petrol-filters for internal combustion engines 2,2

Seats with metal frames, nes, other than those of 138 9401.79 2,2 heading No 94.02

Pepper of the genus Piper, except cubeb pepper, 139 0904.12 2,0 crushed or ground

140 0402.29 Milk and cream powder sweetened exceeding 1.5% fat 2,0

141 5607.90 Twine, cordage, ropes and cables, of other materials 2,0

142 2905.44 D-glucitol (sorbitol) 2,0

Tools,tool bodies&handles,brooms or brush 143 4417.00 2,0 bodies&handles of wood etc

144 2833.22 Aluminium sulphate 2,0

Cloves, whole fruit, cloves and stems, neither crushed 145 0907.10 2,0 nor ground

146 8421.21 Filtering or purifying machinery and apparatus for water 1,9

Natural gums, resins, gum-resins and balsam, except 147 1301.90 1,9 arabic gum

Soap&orgn surf prep,shapd,nes;papers&nonwovens 148 3401.19 1,8 impreg w soap/prep,nes

Brakes and servo-brakes and their parts, for tractors, 149 8708.30 1,8 motor vehicles

150 9608.20 Felt tipped and other porous-tipped pens and markers 1,8

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 63

Nilai RCA No HS Deskripsi 2013

Chocolate&other food preparations containg cocoa 151 1806.20 1,7 weighg more than 2 kg

Pile knitted or crocheted fabrics, of other textile 152 6001.99 1,6 materials, nes

153 4601.99 Products of plaiting materials, nes 1,6

Surface-active preparations, washing and cleaning 154 3402.90 1,5 preparations, nes

Cinnamon Cinnamomum eylanicum Blume (excl. 155 0906.11 1,5 crushed and ground)

156 0301.11 Ornamental fish : Freshwater 1,5

Yarn,>/=85% of polyester staple fibres, multiple, not put 157 5509.22 1,5 up, nes

158 8429.19 Bulldozers and angledozers, wheeled 1,5

159 4418.20 Doors and their frames and thresholds, of wood 1,4

Paper and paperboard used for writing, printing or 160 4810.13 1,4 other graphic purpo

Electric conductors, for a voltage exceeding 1,000 V, 161 8544.60 1,4 nes

Salmonidae, nes,frozen,excluding heading No 03.04, 162 0303.29 1,4 livers and roes

163 3823.11 Stearic acid 1,4

164 5407.93 Woven fabrics of synthetic filaments, yarn dyed, nes 1,3

165 5603.12 Nonwovens, man-made filaments weighing 25-70g/m2 1,3

Palm oil and its fractions refined but not chemically 166 1511.90 1,3 modified

Combined refrigerator-freezers, fitted with separate 167 8418.10 1,2 external doors

Pneumatic tyres, new, of rubber, having a "herring- 168 4011.62 1,2 bone" or similar tr

169 3808.91 Insecticides 1,2

170 0602.90 Plants live, nes 1,1

171 1902.19 Uncooked pasta, not stuffed or otherwise prepared, nes 1,1

172 3924.90 Household and toilet articles nes, of plastics 1,1

173 3307.49 Room perfuming or deodorizing preparations, nes 1,1

Self-adhesive plates,sheets,film etc,of plastic in rolls 174 3919.10 1,1 <20 cm wide

Chocolate and other food preparations containing 175 1806.90 1,1 cocoa nes

Pullovers,cardigans&similar articles of oth textile 176 6110.90 1,1 materials,knittd

Yarn,>/=85% of polyester staple fibres, single, not put 177 5509.21 1,0 up

178 4823.90 Paper and paper articles, nes 1,0

179 5407.72 Woven fabrics,>/=85% of synthetic filaments, dyed, nes 1,0

Sumber : TradeMap, 2014

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 64

Di samping 179 produk tersebut, masih terdapat 92 produk Indonesia yang masih berdaya saing di pasar Yordania (RCA kurang dari 1). Demikian juga untuk nilai Trade Intensity Index (TII), nilai TII (ekspor, impor) yang digunakan untuk mengukur kekuatan perdagangan bilateral dan digunakan untuk menentukan apakah perdagangan antara dua negara lebih besar atau lebih kecil dibandingkan pangsa pasar mereka di dunia. Nilai TII lebih dari satu mengimplikasikan bahwa perdagangan bilateral kedua negara lebih besar dibandingkan perdagangan dengan dunia. Dapat dilihat pada tabel 3.16 dan tabel 3.17, untuk keseluruhan TII Indonesia dengan Yordania lebih besar dibandingkan TII Yordania dengan Indonesia, ini mengimplikasikan bahwa perdagangan Indonesia ke Yordania lebih intens daripada perdagangan Yordania ke Indonesia.

Tabel 3.16 Trade Intensity Index Indonesia – Yordania

Trade Intensity Index No HS Deskripsi Indonesia - Yordania Tahun 2013 Paper,copying/transfer,rolls of a wdth 1 4809.90 5209,95 >36cm,sheets one side >36cm,nes Paper, in rolls or sheets, clay coated, 2 4810.99 5106,36 nes Plywood consisting solely of sheets of 3 4412.31 3676,88 wood <= 6 mm thick, with at lea Paper, cigarette, in the form of booklets 4 4813.10 2939,52 or tubes Construction equipment, self-propelled 5 8430.50 2412,74 nes Uncoated paper and paperboard, of a 6 4802.69 1850,93 kind used for writing, printing or Walking-sticks, seat-sticks, whips, 7 6602.00 1238,06 riding-crops and the like

8 2402.20 Cigarettes containing tobacco 831,90

Games, coin or disc-operated, other 9 9504.30 466,11 than bowling alley equipment Cyclanic,cyclenic or cycloterpenic 10 2914.29 443,58 ketones w/o oth oxygen function,nes Self-propelled excavating machinery 11 8429.59 375,49 nes Fibreboard of wood or other ligneous 12 4411.93 351,01 materials, whether or not agglome Sheets, panels, paving, tiles and similar 13 6811.82 335,76 articles, of asbestos-cement

14 4820.20 Exercise books of paper 326,40

Manifold business forms and interleaved 15 4820.40 301,49 carbon sets, of paper Sumber : TradeMap, 2014

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 65

Tabel 3.17 Trade Intensity Index Yordania – Indonesia

Trade Intensity Index No HS Deskripsi Yordania - Indonesia Tahun 2013

1 0907.00 Cloves (whole fruit, cloves and stems) 37,961 Waste and scrap of paper/paperboard 2 4707.20 10,170 made of bl chem pulp,not colrd,nes Phosphoric acid and polyphosphoric 3 2809.20 10,005 acids Mineral/chemical 4 3104.90 7,609 fertilizers,potassic,nes,in packages 5 2403.99 Tobacco extracts and essences 2,694 Natural calcium phosphates, aluminum 6 2510.10 1,829 calcium phosphates etc, unground 7 9403.60 Furniture, wooden, nes 1,564

8 3808.91 Insecticides 1,422

9 5502.00 Artificial filament tow 1,061 Sumber : TradeMap, 2014

Hasil analisis Export Product Dynamic (EPD) menunjukkan sebanyak dua puluh delapan produk berada pada posisi rising star (Tabel 3.18), dan dua puluh empat produk pada posisi lost opportunity (Tabel 3.19). Produk pada rising star menunjukkan produk tersebut memiliki pertumbuhan pangsa ekspor yang bernilai positif di pasar Yordania dan merupakan komoditi yang kompetitif serta dinamis di pasar Yordania. Sedangkan posisi lost opportunity menunjukkan perolehan ekspor mengalami penurunan tetapi produk masih kompetitif di pasar Yordania karena permintaan produk tersebut masih tinggi di negara tersebut. Produk Indonesia yang mengalami lost opportunity adalah 1511.90 (palm oil), 0901.11 (Coffee, not roasted), 6402.99 (Footwear). Produk-produk tersebut adalah produk-produk unggulan di Indonesia tetapi ekspor ke Yordania masih sedikit sedangkan permintaan di pasar Yordania untuk produk tersebut masih besar, sehingga produk-produk tersebut potensial diperdagangkan antara Indonesia dan Yordania.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 66

Dilihat dari sisi pembobotan walaupun ada beberapa produk yang layak dikerjasamakan tetapi nilainya tidak terlalu signifikan. Sebagai contoh, produk-produk yang layak dikerjasamakan atau dengan kata lain produk dengan kategori rising star, walaupun pertumbuhan ekspor produk-produk tersebut mengalami kenaikan yang signifikan tetapi dari segi jumlah ekspor nilainya sangat kecil, produk dengan HS 4802.55 (uncoated paper), tercatat ekspor hanya sebesar USD 130 ribu di tahun 2012 meningkat nilainya sebesar USD 1.733 ribu di tahun 2013.

Tabel 3.18 10 Produk ke Yordania

No HS Deskripsi Export Prodct Dynamic

Uncoated paper and paperboard, of a kind 1 4802.55 Rising Star used for writing, printing or

2 9403.50 Bedroom furniture, wooden, nes Rising Star

3 0801.11 Coconuts, dessicated Rising Star

Coffee preparations based on 4 2101.12 Rising Star extract/essence/conc. 5 9403.60 Furniture, wooden, nes Rising Star

6 2106.90 Food preparations nes Rising Star

Iron or steel wool,incl pot scourers,polishg 7 7323.10 Rising Star pads,gloves&the like,i/s Wood charcoal, incl. shell or nut charcoal, 8 4402.90 Rising Star whether or not agglomerate

9 3306.10 Dentifrices Rising Star

Pencils and crayons, with leads encased in a 10 9609.10 Rising Star rigid sheath, nes Sumber : TradeMap, 2014

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 67

Tabel 3.19 10 Produk Lost Opportunity Indonesia ke Yordania

No HS Deskripsi Export Product Dynamic

Palm oil and its fractions refined but not 1 0511.90 Lost Opportunity chemically modified

2 0901.11 Coffee, not roasted, not decaffeinated Lost Opportunity

Automobiles w reciprocatg piston engine 3 8703.23 Lost Opportunity displacg > 1500 cc to 3000 cc Uncoated paper and paperboard, of a kind 4 4802.57 Lost Opportunity used for writing, printing or

5 2922.41 Lysine and its esters; salts thereof Lost Opportunity

Automobiles with reciprocating piston engine 6 8703.24 Lost Opportunity displacing > 3000 cc Sugar confectionery nes (includg white 7 1704.90 Lost Opportunity chocolate),not containg cocoa

8 1905.32 Waffles and wafers Lost Opportunity

Footwear, outer soles/uppers of rubber or 9 6402.99 Lost Opportunity plastics, nes Furniture of cane, osier or similar materials 10 9403.89 Lost Opportunity (excl. of bamboo, rattan Sumber : TradeMap, 2014

Posisi daya saing produk ekspor Indonesia di pasar Yordania berada pada posisi rising star (memiliki pangsa pasar dan mampu bersaing) dan posisi lost opportunity (masih memiliki pangsa pasar namun mengalami penurunan daya saing). Adapun yang berada pada posisi rising star adalah kayu dan produk kayu, kertas dan produk kimia. Yang berada pada posisi lost opportunity adalah bahan bakar mineral minyak, kaca dan gelas. Yordania mengimpor dari dunia sebanyak 4.160 produk dan Indonesia mengekspor ke dunia sebanyak 4.084 produk. Yordania mengimpor dari Indonesia sebanyak 270 produk. Yordania mengimpor dari dunia namun tidak dari Indonesia, terdapat 3.399 produk potensial Indonesia untuk dapat masuk ke pasar Yordania. Di sisi lain Indonesia mengimpor dari dunia 4.185 produk, Yordania mengekspor ke dunia 1.862 produk, Indonesia impor dari Yordania sebanyak 42 produk, sehingga terdapat 1.782 produk potensial Yordania yang dapat masuk ke pasar Indonesia.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 68

35

30

25

20

15

10

5

0 -20 -10 0 10 20 30 40 50 -5

-10 Gambar 3.10 Kuadran EPD Produk Indonesia di Pasar Yordania Sumber : Trade Map, 2014 (diolah )

Saat ini Yordania telah memiliki hubungan kerjasama perdagangan dan ekonomi dengan beberapa negara yaitu The Agreement Establishing a Free Trade Area Among Arab Euro – Mediterranean Countries (Agadir Agreement), Greater Arab Free Trade Area (GAFTA), Jordan - EU Association Agreement, The Agreement Establishing a Free Trade Area (FTA) between Jordan and the United States of America, The Agreement Establishing a Free Trade Area between Jordan and the States of the European Free Trade Association (EFTA), The Agreement Establishing a Free Trade Area between Jordan and Singapore, Jordan and Turkey FTA, Jordan and Canada FTA. Indonesia telan memiliki beberapa jenis kerjasama di bidang perdagangan dan ekonomi dengan Yordania yaitu Agreement On Trade and Economic Cooperation Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Hashemite Kingdom of Jordan yang telah diratifikasi melalui Keppres No.21 tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986 LN No.37, Memorandum of Understanding on Zone Cooperation Between the Batam Industrial Development Authority of the Government of the Republic of Indonesia and the Aqaba Special Economic Zone Authority of the Government of the Hashemite Kingdom of Jordan pada Juli 2005 dan Memorandum of Understanding Between Batam Industrial

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 69

Development Authority of The Republic of Indonesia and Jordanian Free Zone Corporation of The Hashemite Kingdom of Jordanian on Free Zone Cooperation pada Januari 2006.

3.3 Analisis Partial Equilibrium 3.3.1 Dampak ASEAN-Jordan FTA Terhadap ASEAN

Dari hasil simulasi parsial equilibrium dapat dilihat dampak trade creation dan trade diversion terhadap Indonesia dan negara ASEAN akibat dari liberalisasi perdagangan ASEAN-Jordan. Trade creation adalah terjadinya perdagangan akibat beralihnya konsumsi dari produk domestik yang bersifat high-cost ke produk impor dari luar negeri yang bersifat low-cost, sedangkan Trade diversion adalah kuantitas ekspor (dari negara ketiga) yang digantikan oleh produk-produk dari Yordania setelah adanya liberalisasi perdagangan ASEAN-Jordan. Dengan adanya liberalisasi perdagangan ASEAN- Jordan, Indonesia memperoleh keuntungan dari adanya trade creation effect sebesar US$ 2,480.99 ribu dan trade diversion effect sebesar US$ 2,387.06 ribu maka total trade effect yang dicapai adalah senilai US$ 4,868.05 ribu. Indonesia merupakan negara ASEAN yang paling besar mendapat keuntungan dari adanya trade effect sebagai akibat dari liberalisasi ASEAN-Jordan diikuti oleh Malaysia dengan trade effect sebesar US$ 4,490.80 ribu.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 70

Tabel 3.20. Hasil Simulasi Parsial Equilibrium ASEAN – Jordan FTA Bagi ASEAN Trade Creation Trade Diversion Trade Effect Impor sebelum Impor setelah Perubahan Mitra Dagang (ASEAN) (Ribu USD) (Ribu USD) (Ribu USD) FTA ( Ribu USD) FTA (Ribu USD) (%) Brunei Darussalam 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 0,00 Kamboja 39,20 27,07 66,27 188,00 254,27 35,25 Indonesia 2.480,99 2.387,06 4.868,05 315.647,00 320.515,05 1,54 Laos 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Malaysia 4.211,06 279,74 4.490,80 122.870,00 127.360,80 3,65 Myanmar 0,56 1,25 1,81 9,00 10,81 20,12 Filipina 180,16 202,60 382,76 12.720,00 13.102,76 3,01 Singapura 0,00 0,00 0,00 18.831,00 18.831,00 0,00 Thailand 1.686,88 2.224,43 3.911,31 37.609,00 41.520,31 10,40 Vietnam 2.883,13 139,68 3.022,81 9.533,00 12.555,81 31,71 Sumber : WITS, data diolah 2014

3.3.2 Dampak Terhadap Perubahan Impor Indonesia

Dampak liberalisasi perdagangan Indonesia-Yordania dalam kerangka ASEAN – Jordan FTA tentu akan meningkatkan impor Indonesia dari Yordania akibat penurunan harga produk impor dari Yordania. Perubahan impor merupakan trade creation effect, maka tingginya perubahan impor (dalam hal ini adanya peningkatan impor) menggambarkan besarnya trade creation effect atau dampak penciptaan perdagangan. Total perubahan impor akibat liberalisasi perdagangan Indonesia-Yordania dengan menggunakan data tahun 2013 (besaran tarif adalah nol persen) adalah diprediksi sebesar US$ 320,5 Juta atau meningkat sebesar 1,54% jika dibandingkan sebelum liberalisasi perdagangan. Peningkatan impor terbesar dari Yordania setelah diberlakukannya liberalisasi perdagangan Indonesia-Yordania secara penuh antara lain adalah untuk produk HS 2809.20 (Phosphoric acid and polyphosphoric acids), HS 4707.10 (Waste and scrap of unbleached kraft or

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 71

corrugated paper and paperboard), HS 2815.20 (Potassium hydroxide (caustic potash), HS 3808.91 (Insecticides).

Tabel 3.21 10 Produk Impor Indonesia dari Yordania yang Mengalami Peningkatan

Impor Setelah Kode HS Deskripsi FTA (Ribu USD) 2809.20 Phosphoric acid and polyphosphoric acids 86.532,65

4707.10 Waste and scrap of unbleached kraft or corrugated paper and paperboard 744,86 2815.20 Potassium hydroxide (caustic potash) 641,96 3808.91 Insecticides 316,90 3301.90 Conc&aqueous distls of essentl oils;terpenic by-prods of essentl oils 306,42 8418.61 Compression type refrigeratg/freez equip whose condensrs are heat exch 297,90 3808.92 Fungicides 292,07 5502.00 Artificial filament tow 201,18 4707.30 Waste and scrap of paper/paperboard made mainly of mechanical pulp,nes 161,42 4004.00 Waste,paring&scrap (exc hard rubber)&powder/granules obtaind therefrom 94,11

Sumber : WITS, data diolah 2014

3.3.3 Dampak terhadap Perubahan Impor Yordania

Total perubahan impor akibat liberalisasi perdagangan Yordania-Indonesia (besaran tarif adalah nol persen) adalah diprediksi sebesar US$142,3 Juta jika dibandingkan sebelum liberalisasi perdagangan. Peningkatan impor terbesar Yordania dari Indonesia setelah diberlakukannya liberalisasi perdagangan antar ke dua negara secara penuh antara lain adalah HS 1511.90 (Palm oil and its fractions refined but not chemically modified), HS 4412.99 (Panels, 1 outer ply coniferous wood nes), HS 4011.10 (Pneumatic tire new of rubber f motor car incl station wagons & racg cars), HS 1604.14 (Tunas, skipjack & Atl bonito, prepard / preservd, whole / in pieces,ex mincd).

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 72

Tabel 3.22 10 Produk Impor Yordani dari Indonesia yang Mengalami Peningkatan Akibat Diberlakukannya Liberalisasi Perdagangan

Impor Setelah Kode HS Deskripsi FTA (Ribu USD)

1511.90 Palm oil and its fractions refined but not chemically modified 19.655,22

4412.99 Panels, 1 outer ply coniferous wood nes 13.994,94 1604.14 Tunas,skipjack&Atl bonito,prepard/preservd,whole/in pieces,ex mincd 10.403,23 4011.10 Pneumatic tire new of rubber f motor car incl station wagons&racg cars 4.842,77 4802.57 Uncoated paper and paperboard, of a kind used for writing, printing or 4.551,87

1902.30 Pasta nes 4.426,65 7326.90 Articles, iron or steel, nes 4.413,11 8703.23 Automobiles w reciprocatg piston engine displacg > 1500 cc to 3000 cc 2.723,72 2008.11 Ground-nuts nes o/w prep or presvd,sugared,sweetened,spirited or not 2.527,28

7304.49 Tubes,pipe&hollow profiles,stainless steel,smls,of circ cross sect,nes 2.133,79 Sumber : WITS, data diolah 2014

3.3.4 Dampak liberalisasi Indonesia – Yordania terhadap Perubahan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (Consumer Welfare) dan Perubahan Pendapatan Tarif Indonesia (Tariff Revenues)

Dampak liberalisasi perdagangan ASEAN-Jordan telah memberikan kesejahteraan pada konsumen/masyarakat Indonesia sebesar US$ 33,5 Juta. Dilihat dari perspektif kesejahteraan konsumen, masyarakat Malaysia memperoleh manfaat yang paling tinggi yaitu sebesar US$ 113,4 Juta diikuti negara Thailand sebesar US$ 50,3 Juta dan negara Vietnam sebesar US$ 48,8 Juta. Konsumen Malaysia memperoleh manfaat melalui perdagangan bebas sehingga mendapat akses untuk membeli produk dari Yordania dengan harga yang lebih murah dan memperoleh manfaat dengan adanya peningkatan standar hidup. Eliminasi total tarif impor untuk produk-produk dari Yordania akan mengurangi pendapatan Pemerintah di ASEAN khususnya di Indonesia. Dengan skenario liberalisasi penuh Indonesia-

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 73

Yordania, perdagangan bebas Indonesia-Yordania akan mengurangi pendapatan Indonesia dari tarif bea masuk sebesar US$ 2,266.57 ribu. Kerugian pendapatan tarif dari hasil simulasi ini adalah terkait dengan pendapatan tarif impor. Peningkatan impor merupakan hasil dari trade creation di banyak negara terdapat (subject to) pajak tidak langsung seperti pajak barang dan jasa (VAT atau GST). Maka, selama terdapat peningkatan yang pesat pada volume dan harga dari impor barang dari Yordania ke Indonesia, dan Indonesia memiliki pajak tidak langsung seperti VAT dan GST, maka penurunan pendapatan tersebut dapat diminimalisir.

Tabel 3.23 Hasil Simulasi terhadap Welfare dan Tarif Revenue

Cost and Benefit Mitra Dagang (ASEAN) Potensi Kehilangan Tarif Welfare Effect Revenue Brunei Darussalam 0,00 0,00 Kamboja 24,54 4,97 Indonesia 2.266,57 33,52

Laos 0,00 0,00 Malaysia 330,98 113,39 Myanmar 1,25 0,06 Filipina 167,13 6,71 Singapura 0,00 0,00 Thailand 1.788,55 50,30 Vietnam 155,25 48,82 Sumber : WITS, data diolah 2014

3.3.5 Hasil Kunjungan Lapangan

Merujuk pada hasil pertemuan antara Menteri Perindustrian dan Perdagangan Yordania dengan para Duta Besar ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina awal tahun 2013 di Yordania, di mana disampaikan keinginan Yordania untuk menjalin hubungan kerjasama secara formal dengan ASEAN yang dituangkan

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 74

dalam draft ASEAN-Jordan Action Plan Year 2013-2014 yang terdiri atas 3 pilar yaitu trade and investment, economic and development cooperation, dan implementation mechanism. Sebagai gambaran, Yordania tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup kecuali gas dan salah satu olahannya seperti pupuk. Perekonomian Yordania selama ini ditopang oleh sektor pertambangan khususnya potas, phospat, semen, garam dan produk farmasi dari laut mati. Di samping itu, sektor pariwisata adalah salah satu sumber pendapatan yang sangat penting setelah sektor pertambangan. Pertumbuhan ekonomi mengalami ketergantungan dari bantuan asing khususnya bantuan dalam bentuk hibah dari PBB dan lembaga keuangan internasional yang ditujukan untuk bantuan pengungsi asal Palestina, Libanon dan Suriah yang ada di Yordania. Total nilai perdagangan Indonesia dengan Yordania pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu USD 475,12 Juta dibandingkan tahun 2012 yaitu USD 500,32 Juta. Dilihat dari potensinya, Yordania bukan merupakan negara tujuan ekspor akhir karena daya serapnya kecil, mengingat jumlah penduduknya yang hanya sekitar 7,9 juta jiwa. Namun dengan letaknya yang strategis di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya, Yordania dapat dimanfaatkan sebagai pintu masuk produk non migas lainnya untuk di re- ekspor ke pasaran Irak, Suriah, Palestina, Israel. Untuk itu Yordania telah mengembangkan Aqoba Special Economic Zone (ASEZA) dan Qualifying Industrial Zone (QIZ) dengan harapan Yordania di masa yang akan datang akan menjadi service hub. Posphat dan Pasir Silica merupakan sumber utama ekspor Yordania, di samping pariwisata, pajak dan bea

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 75

masuk yang merupakan sumber penerimaan Yordania. Pajak penjualan sebesar 16 persen berlaku untuk produk impor maupun produk lokal. Produk ekspor utama Yordania ke Indonesia adalah Natural calcium phosphates dan aluminium, Carnallite sysvite, dan other crude natural potassium salts, Olive oil, furniture, Waste dan scrap of cast iron dan preparation for the care of the skin. Adapun produk impor utama Yordania dari Indonesia adalah CPO, produk perikanan, Kopi, Lada, Food preparations, Tekstil dan produk tekstil, Wood Furniture, Glass dan Ceramic. Daging, Barley dan Gandum adalah produk pertanian yang mendapatkan subsidi di Yordania. Produk Indonesia memiliki reputasi yang baik di Yordania, khususnya produk makanan karena halal food. Jordan Chamber of Commerce mengharapkan adanya investasi dari Indonesia di Yordania dan dapat mengekspor produk yang dihasilkan ke pasar negara-negara yang telah memiliki kerjasama perdagangan dengan Yordania dengan memanfaatkan tarif preferensi yang ada, utamanya industri gelas karena Yordania memiliki sumber daya alam pasir silica dan pembangunan kilang CPO di Aqoba untuk dapat masuk ke pasar Afrika. Saat ini Yordania juga telah melakukan ekspor jasa IT ke Amerika Serikat di mana pada tahun 2013 mencapai USD 67,4 milliar. Yousef Al-shamali, Director Foreign Trade Policy and Relation Department, Ministry of Industry dan Trade The Hashemite Kingdom of Jordan menyampaikan bahwa semangat untuk menjalin kerjasama tersebut lebih dilandasi oleh adanya rencana ASEAN untuk melakukan pasar bersama Asean Economic Community pada akhir 2015. Berdasarkan pengalaman Yordania melakukan FTA dengan Singapura pada tahun 2004, di mana selama 10 tahun

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 76

terakhir setelah melakukan FTA, tidak ada produk ekspor Yordania ke Singapura dan sebaliknya juga tidak ada produk dari Singapura memasuki pasar Yordania. Saat ini Yordania telah memiliki kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara Arab/Greater Arab Free Trade Area GAFTA (Mesir, Maroko dan Tunisia ), Amerika Serikat, Turki, Singapura dan Uni Eropa. Dalam Greater Arab Free Trade Area (GAFTA), produk Yordania akan mendapatkan preferensi tarif jika diproduksi di dalam free trade zone, namun untuk Amerika Serikat, Kanada dan Uni Eropa, tarif preferensi dapat diberikan untuk produk baik yang diproduksi baik di dalam maupun di luar free trade zone. FTA Yordania – Amerika Serikat telah meningkatkan ekspor tekstil Yordania ke Amerika Serikat (USD 20-50 miliiar/tahun), di mana bahan baku industri tekstil tersebut berasal dari Indonesia, Pakistan, India dan Kuwait. Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa mengingat terbatasnya produk yang dihasilkan Yordania dan tidak adanya comparative advantage dari produk Yordania yang dihasilkan dilain pihak daya serap Yordania yang kecil maka jika dilakukan pengembangan perdagangan melalui FTA berupa penurunan tarif kedua negara diperkirakan tidak akan memberikan hasil yang berarti bagi kedua negara. Oleh karena itu disepakati untuk Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia dan Yordania dapat dilakukan dengan memanfaatkan FTA yang telah dilakukan oleh Yordania dan membangun gudang perdagangan (wholesale) di Aqoba sebagai sevice hub untuk memasuki pasar negara Arab lainnya. Pemanfaatan FTA yang telah dilakukan oleh Yordania dengan Amerika Serikat, tidak dapat dilakukan oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam perjanjian antara

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 77

Jordan dan Amerika Serikat disebutkan bahwa barang impor yang memasuki pasar Amerika Serikat dengan memanfaatkan tarif preferensi ASEAN-USA FTA dapat memperoleh pembebasan bea masuk dengan catatan diproduksi di Israel, Mesir, Tepi Barat dan Gaza serta Yordania.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 78

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dampak full liberalisasi (pengenaan tarif nol persen) perdagangan ASEAN-Jordan menggunakan simulasi parsial equilibrium menunjukkan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat ASEAN. Namun selain adanya peningkatan kesejahteraan, di sisi lain juga meningkatkan impor ASEAN dari Jordan dan menurunkan pendapatan negara ASEAN dari tarif bea masuk. Begitu juga dampaknya terhadap perdagangan Indonesia, ASEAN – Jordan FTA akan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dengan memperoleh barang impor yang murah karena tidak adanya pengenaan tarif bea masuk. Namun peningkatan kesejahteraan ini juga mengakibatkan impor yang meningkat dan penurunan pendapatan akan bea masuk. Yordania bukan merupakan merupakan negara tujuan ekspor akhir karena daya serapnya kecil dengan jumlah penduduk hanya sekitar 7,9 juta jiwa dengan mengantungkan pertumbuhan ekonomi dari bantuan asing khususnya bantuan dalam bentuk hibah dari PBB dan lembaga keuangan internasional yang ditujukan untuk bantuan pengungsi asal Palestina, Libanon, dan Suriah yang ada di Yordania. Total Perdagangan yang mengalami defisit dengan Yordania, akan semakin membesar jika dampak full liberalisasi diprediksi akan meningkatkan impor Indonesia dari Yordania.

4.2 Rekomendasi

Peningkatan kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Yordania dapat dilakukan selain melalui liberalisasi perdagangan dalam ASEAN – Jordan FTA, tetapi melalui pembangunan gudang

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 79

perdagangan (wholesale) di Aqoba Special Economic Zone (ASEZA) dan Qualifying Industrial Zone (QIZ) dimana Indonesia dapat memanfaatkan Yordania sebagai service hub untuk dapat masuk ke pasar Irak, Suriah, Palestina, Israel, dan Kawasan Timur Tengah lainnya.

Puska KPI, BP2KP, Kementerian Perdagangan 80

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2014). Data Ekspor dan Impor Indonesia 2009 – 2014.

Balassa, B. (1965). Trade Liberalization and Revealed Comparative Advantage. Manchester School of Economic and Social Studies 33 99-123.

Bappenas. (2009). Trade and Investment in Indonesia : A Note on Competitiveness and Future challenge. Jakarta : Bappenas.

Brown A. J. (1947). Applied Economics, Aspects of the World Economy in War and Peace. London.

Cia Factbook. (2014). Indikator Ekonomi Indonesia dan yordania. Diunduh pada Maret 2014 melalui https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/.

Dumairy.(1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Halwani, R.H. (2005). Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Edisi ke-2. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Kojima, K. (1962). Sekai Keizai to Nihon Boeki (World Economy and Japan's Foreign Trade. Tokyo.

Kotabe, M dan Helsen, K. (2001). Global Marketing Management. Second Edition. John Wiley and Sons, Inc, New York.

Krugman, P. (1991). Geography and Trade. Cambridge : MIT Press.

Krugman, P, and Obstfeld, M. (2001). Internatinal Economics : Theory and Policy. Sixth Edition. Boston : Pearson Education, Inc.

Meier, G.M. (1995). Leading Issues in Economic Development. New York: Oxford University Press.

Naanwaab, C and Yeboah, O. A Partial equilibrium Analysis of NAFTA’s Impact om U.S. Bilateral Trade. Diunduh pada 5 November 2014 melalui http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2445687.

Raz, Indra, Artikasih, dan Citra. (2012). Krisis Keuangan Global dan Pertumbuhan Ekonomi : Analisa dari Perekonomian Asia Timur. Jurnal Ekonomi Bank Indonesia Vol.15 No.2 Oktober 2012.

Ricardo, David . (1817). On The Principles of Political Economy and Taxation. London : John Murray, Albermarle-Street.

Salvatore, D. (1997). Ekonomi Internasional. Haris M, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: International Economics.

Stephenson, S. M .(1994). The Uruguay Round and Its Benefit to Indonesia. Ministry of Trade, Republic of Indonesia, Jakarta.

Tambunan, T.H. (2001). Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Trade Map. (2014). Data Ekspor dan Impor Indonesia dan Yordania. Diunduh pada Juli – Agustus melalui http://www.trademap.org/.

Villa, C., Abella, D., and Herrera. L. (2012). The Colombia – Canada Free Trade Area : a Partial equilibrium Simulation. Diunduh pada 5 November 2014 melalui http://www.scielo.org.co/pdf/seec/v15n31/v15n31a2.pdf.

World Bank. World Integrated Trade Solutions (WITS). Diunduh pada Agustus 2014 melalui http://wits.worldbank.org/.

Yamazawa, Ippei. (1971). Intensity Analysis of World Trade Flow. Hitotsubashi Journal of Economics, 10 (2) : 61-90