BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi khalayaknya.

Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Istilah “media massa” memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dalam masyarakat dalam skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan internet (Morissan, 2013:479). Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).

Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi pola pikir manusia karena televisi merupakan sebuah media yang sudah tidak asing lagi. Hampir disetiap rumah ada televisi. Sehingga televisi sebagai media komunikasi memiliki kemampuan untuk mengakses publik hingga ke ruang pribadi. Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola

1 pikir, dan tindak individu. Televisi adalah media audio visual yaitu sebuah media yang tidak hanya bisa didengar saja tetapi juga bisa dilihat gambarnya.

Pesatnya perkembangan televisi di membuat banyaknya stasiun televisi yang menyuguhkan acara-acara menghibur di kala santai. Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi banyak yang menyajikan tayangan talkshow, magazine show dan acara reality show yang disajikan dengan beragam tema dan tampilan. Dari beberapa program acara reality show yang pernah dan kini tayang di stasiun televisi nasional Indonesia, misalnya saja Indonesia Mencari

Bakat di Trans TV, Indonesia Morning Show, Sarah Sechan, dan The Comment di

NET, d’Terong, Mammamia, , dan d’academy di

Indosiar, Super Trap, Indonesia Lawak Klub dan On The Spot di Trans 7, Kick

Andy dan Just Alvin di Metro TV, KDI di MNCTV, dan salah satunya RCTI yang merupakan salah satu televisi swasta yang banyak menyuguhkan acara-acara yang berupa tayangan adopsi dari luar negeri, seperti acara pencarian bakat Indonesian

Idol, X-Factor dan Indonesia.

Rising Star adalah program acara pencarian bakat bergengsi dan termegah yang pertama kali di produksi oleh Israel dan ditayangkan perdana di stasiun tv

ABC Amerika Serikat yang kemudian di beli oleh televisi Indonesia lalu di tayang di salah satu stasiun televisi Indonesia yaitu RCTI. Proses audisi dilakukan sejak

Juni 2014 dan digelar di 5 kota besar di Indonesia yaitu , ,

Bandung, , dan .Audisi Rising Star terbuka untuk masyarakat mulai dari usia 13 tahun baik itu untuk kategori solo, duo, band, maupun vocal grup. Awal penayangan perdana acara Rising Star ini sekitar tanggal 28 Agustus

2014, penayangan ini selang 3 bulan dari penayangan perdana di Amerika.

2

Sebelum menghadapi babak kompetisi yang sebenarnya para peserta yang telah lolos pada tahap audisi awal dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan bersaing tiap minggunya. Rising Star merupakan tayangan termegah yang dihadirkan RCTI untuk masyarakat. Jam tayang untuk acara Rising Star

Indonesia ini pada babak live audition hingga final duel yakni setiap hari Kamis dan Jum’at pukul 21.00 WIB. Sedangkan, untuk babak eliminasi Rising Star

Indonesia tayang setiap hari Jum’at saja pukul 21.00 WIB.

Acara pencarian bakat seperti ini merupakan acara kesekian yang diadopsi oleh televisi Indonesia RCTI setelah Indonesian dan

X-Factor yang lebih dulu sukses menarik perhatian penonton. Rising Star musim pertama di tahun 2014 menghadirkanpeserta dengan beragam musikalitas diantaranya C N D yang menyuguhkan musik band akustik, Talita, Mega-Mauro dengan konsepnya duo “elektun”, Reyna Qotrunnadapenyanyi solo dengan aliran blues dan sangat handal bermain keyboard, Bluesmates yang dapat mengubah semua lagu menjadi aliran blues, Sonny Saragih, dengan suara rendahnya yang bulat, Evony Arty, Ghaitsa Kenang penyanyi yang free bernyanyi jika memegang gitar dan Hanin Dhiya gadis berusia 13 tahun yang suaranya mampu meneduhkan hati.

Audiens memiliki beragam kesukaan terhadap sebuah tayangan di media televisi, karena kebutuhan setiap audiens terhadap sebuah tayangan itupun beragam. Audiens yang menonton acara Rising Star Indonesia adalah masyarakat yang berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda. Berasal dari usia, daerah, maupun kesukaan terhadap jenis musik yang berbeda pula. Acara ini di kemas dengan sama persis seperti penayangan Rising Star di Amerika, dengan

3 panggung super megah dan aplikasi vote yang memudahkan penonton untuk memilih. Masyarakat sebagai audiens dapat terjun langsung memberikan poin atau suara untuk peserta karena sistem votenya yang memudahkan masyarakat untuk menentukan yang layak menjadi rising star dan tetap bertahan di ajang tersebut. Tetapi untuk dapat melakukan vote, penonton harus memiliki smartphones android dan mendownload aplikasi Rising Star Indonesia pada smartphonenya dalam memberikan suara untuk peserta.

Selain dari segi teknologi pemilihan suara yang berbeda dari ajang pencarian bakat yang lain, peran dewan juri di Rising Star Indonesia juga berbeda dari acara pencarian bakat sebelum-sebelumnya seperti dan X- factor Indonesia. Jika dalam kompetisi menyanyi lainnya dewan juri hanya mengomentari penampilan peserta dan bisa mengeliminasi kontestan sejak audisi, maka expert (sebutan juri untuk Rising Star) tidak memiliki banyak pengaruh untuk menggugurkan peserta namun mereka tetap dapat memberikan suara kepada peserta dengan point 7% jika juri menyukai penampilan peserta. Kontestan yang sudah lolos sejak audisi pertama akan langsung masuk dalam babak "audisi langsung" yang akan dipilih oleh pemirsa melalui aplikasi seluler. Kontestan akan lolos ke babak berikutnya jika sudah mendapatkan 70 persen suara dari para pemirsa sampai layar interaktif raksasa terangkat. Di bawah perolehan suara itu, kontestan akan langsung tereliminasi dan tidak dapat melanjutkan ke babak selanjutnya.

Audiens dari berbagai macam program yang disuguhkan oleh televisi berasal dari beragam usia. Seperti acara Rising Star Indonesia, acara ini memiliki audiens yang berasal dari beragam kelompok usia maupun pekerjaan. Namun, dari

4 beragamnya audiens tersebut, mereka sama-sama mampu mereaksi pesan yang diterimanya dari sebuah tayangan di media televisi.Salah satu kelompok audiens yang menonton acara Rising Star adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan kelompok audiens (remaja) yang berjumlah banyak dan dapat dengan mudah dibidik oleh media televisi khususnya acara-acara reality show ajang pencarian bakat, tujuannya memang untuk mengeksplore kemampuan dan bakat yang dimiliki peserta namun dapat juga demi menaikkan angka rating acara dan sebagai kepentingan ekonomi bagi stasiun televisi atau alat pengeruk keuntungan.

Mahasiswa memiliki gaya hidup dengan selera musik yang juga berbeda satu dengan yang lainnya. Seperti yang peneliti amati dikalangan teman-teman peneliti sendiri yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi 2012. Mahasiswa Ilmu Komunikasi memiliki karakteristik demografis dan psikografis yang beragam. Misalnya saja dari segi hobi, jurusan di universitas, gaya hidup, minat, asal daerah dan lain-lain.

Tanpa audiens sebuah acara tidak akan banyak ditonton bahkan jika acaranya tidak menarik dan tidak mengikuti selera masyarakat maka acara tersebut tidak akan mampu sukses karena audiens merupakan salah satu pangsa keberhasilan dalam sebuah rating acara televisi. Karena semakin banyak penontonnya maka acara tersebut akan semakin tinggi ratingnya.

Peneliti tertarik untuk meneliti acara Rising Star dibanding acara pencarian bakat yang lain karena bagi peneliti stasiun televisi RCTI merupakan televisi swasta yang setiap tahun selalu menghadirkan reality show ajang pencarian bakat yang di adopsi dari luar Indonesia dengan format acaranya diminati oleh khalayaknya. Selain itu juga dari pemilihan peserta yang menggunakan vote cukup berbeda dan menarik yaitu dengan pengunduhan aplikasi Rising Star di

5 telepon pintar (android) sehingga memudahkan khalayaknya memilih peserta yang disukai agar dapat tetap bertahan di Rising Star Indonesia.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penerimaan Audiens Tentang Program Tayangan

Rising Star Indonesia di RCTI” (Studi Resepsi dikalangan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi UMM 2012)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan peneliti, maka rumusan masalah yang dapat di simpulkan adalah : a. Bagaimana posisi penerimaan mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi

tentang tayangan Rising Star Indonesia di RCTI? b. Bagaimana karakteristik demografis-psikografis mahasiswa dan mahasiswi

Ilmu Komunikasi sesuai dengan posisi penerimaan mahasiswa tentang

tayangan Rising Star Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan dapat di ketahui tujuan dari penelitian ini adalah untuk : a. Mendeskripsikan posisi penerimaan mahasiswa Ilmu Komunikasi tentang

tayangan Rising Star Indonesia.

6 b. Mendeskripsikan karakteristik demografis-psikografis mahasiswa Ilmu

Komunikasi 2012 sesuai dengan posisi penerimaan mahasiswa tentang

tayangan Rising Star Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, peneliti juga mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaatsecara : a. Manfaat Akademis

Penelitian ini berguna untuk menambah atau memperluas wawasan dan

bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu

komunikasi. Serta dapat menjadi referensi pembelajaran ilmu Komunikasi

khususnya tentang tentang program tayangan di media massa televisi.

Dapat juga menjadi referensi atau bahan masukan bagi peneliti

selanjutnya. b. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah serta memperluas wawasan dan

pengalaman mengenai penerimaan mahasiswa tentang sebuah tayangan

program televisi yang di adopsi dari luar Indonesia.

1.5 Fokus Penelitian

Secara fokus penelitian ini menggunakan studi resepsi yaitu penerimaan mahasiswa tentang tayangan yang di adopsi dari luar seperti Rising Star

7

Indonesia.Karena tiap individu atau tiap mahasiswa memiliki karakteristik demografis dan psikografis yang berbeda-beda sehingga dalam penelitian ini diharapkan mampu untuk mengetahui karakteristik mahasiswa dalam penerimaan tayangan Rising Star Indonesia.

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Masyarakat Informatif

Dalam perjalanannya makhluk hidup pasti mengalami perkembangan dan perubahan, demikian pula yang terjadi terhadap manusia.Ia selalu mengalami metamorfosa dalam setiap kesempatan. Misalnya saja dari segi mata pencaharian pokok, kita mengenal istilah masyarakat bertani (agraris) yang kemudian berubah menjadi masyarakat industry, dan berkembang lagi menjadi masyarakat informasi.Sama seperti halnya perubahan dari masa pra-industri menjadi masa industri kemudian menjadi pasca-industri.Perubahan dan perkembangan ini tentu tidak terjadi begitu saja.Perubahan besar tersebut terjadi akibat kemajuan dan perkembangan teknologi & informasi.

Di atas telah disebutkan mengenai masyarakat informasi, masyarakat tersebut ada pada abad pasca-indusri, banyak istilah yang diberikan untuk masa ini diantaranya ada yang menyebut dengan istilah abad global, global village, dan lain-lain.Istilah globalisasi sering kali kita dengar, dan itu sangat berkaitan dengan teknologi informasi.Masyarakat bukan sekedar komunitas informatif tetapi juga komunikatif.Masyarakat juga harus dilihat sebagai sistem atau tatanan yang terdiri dari sistem-sistem.Yang dimaksud dengan sistem adalah segala macam institusi dan peraturan yang menata kehidupan masyarakat.

8

Habermas berpendapat bahwa kritik hanya akan maju dengan landasan rasio komunikatif yang dimengerti sebagai praksis komunikasi atau tindakan komunikatif’. Habermas dalam teori perkembangan masyarakat dijelaskan bahwa masyarakat pada hakikatnya komunikatif dan menentukan perubahan sosial bukanlah semata-mata perkembangan kekuatan-kekuatan produksi ataupun teknologi, melainkan proses belajar dalam dimensi praktis-etis. Teknologi dan faktor-faktor objektif lain baru bisa mengubah masyarakat kalau masyarakat mengintegrasikannya dalam tindakan komunikatif. (Hardiman, 1993)

Rasionalisasi akan menghasilkan tiga segi. Pertama, reproduksi kultural yang menjamin bahwa dalam situasi-situasi baru yang muncul, tetap ada kelangsungan tradisi dan kohenrensi pengetahuan yang memadai untuk kebutuhan konsensus dalam praktek sehari-hari. Kedua, integrasi sosial yang menjamin bahwa dalam situasi-situasi yang baru, koordinasi tindakan tetap terpelihara dengan sarana hubungan antarpribadi yang diatur secara legitim dan kekonstanan identitas-identitas kelompok tetap ada. Ketiga, sosialisasi yang menjamin bahwa dalam situasi-situasi baru, perolehan kemampuan umum untuk bertindak bagi generasi mendatang tetap terjamin dan penyelarasan sejarah hidup individu dan bentuk kehidupan kolektif tetap terpelihara. Ketiga segi ini memastikan bahwa situasi-situasi baru dapat dihubungkan dengan apa yang ada di dunia ini melalui tindakan komunikatif. (Hardiman, 1993:230)

1.6.2 Audiens

Audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu tertentu dan terhimpun bersama untuk tindakan indivisual untuk memiliki secara

9 sukarela sesuai dengan harapan. Audiens yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, koran, majalah, maupun jurnal ilmiah. Masing-masing audiens berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, setiap individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya.

Menurut Hiebert dalam Nurudin, (2007: 105). Audiens dalam komunikasi massa setidaknya memiliki lima karakteristik sebagai berikut.

1. Audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi

pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan social di antara mereka.

Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan

berdasarkan seleksi kesadaran.

2. Audiens cenderung besar. Besar disini berarti tersebarke berbagai wilayah

jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini

relatif. Sebab ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada

yang mencapai jutaan. Tetapi perbedaan ini bukan suatu yang prinsip. Jadi

tak ada ukuran pasti tentang luasnya audiens ini.

3. Audiens cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan

kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi

heterogenitasnya juga tetap ada.

4. Audiens cenderung anonym, yakni tidak mengenal satu sama lain.

Bagaimana mungkin audiens bisa mengenal khalayak televisi yang

10

jumlahnya jutaan? Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus

per kasus, tetapi meliputi semua audiens.

5. Audiens secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat juga dikatakan

audiens dipisahkan oleh ruang dan waktu.

Adapun tipe-tipe audiens terhadap sebuah tayangan media massa televisi yaitu: a. Audiens aktif menurut Mark Levy dan Steven Windahl, merujuk pada

orientasi sukarela dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi.

Hal ini menyatakan bahwa penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan

dan tujuan yang didefinisikan oleh khalayak itu sendiri, dan bahwa

parsitipasi aktif dalam proses komunikasi mungkin difasilitasi, dibatasi,

atau mempengaruhi kepuasan dan pengaruh yang dihubungkan dengan

eksposur. (Richard, Turner, 2008: 107). b. Audiens pasif yakni orang yang mudah terpengaruh secara langsung oleh

media.

Bagi sebagian besar teori masyarakat massa cenderung untuk menganut pada konsep audiens pasif karena kemungkinan besar akan banyak meniru apa yang dilihatnya dan menarik perhatiannya. Paradigma audiens aktif berkembang sebagai reaksi atas berbagai cara kajian atas penonton dengan asumsi yang telah melekat bahwa menonton televisi memiliki karakter pasif dengan makna dan pesan televisi yang diterima begitu saja oleh penonton.

11

Audiens atau khalayak merupakan produk konteks sosial (yang mengarah pada kepentingan budaya, pemahaman, dan kebutuhan informasi yang sama) serta respon kepada pola pasokan media pasokan media tertentu. Khalayak kemudian dapat didefinisikan oleh masyarakat (misalnya jika media dicirikan oleh daya tariknya bagi kelompok umur,gender, keyakinan politik, atau kategori penghasilan tertentu) oleh jenis media atau saluran tertentu yang terlibat (teknologi dan organisasi yang digabungkan, oleh konten dari pesan (genre, topik, gaya) oleh waktu. (McQuail, 2011:144-145).

1.6.3 Studi Resepsi

Salah satu studi yang mempelajari tentang khalayak adalah reception analysis. Reception analysis mengacu pada studi tentang makna, produksi dan pengalaman khalayak dalam hubungannya berinteraksi dengan teks media.Resepsi menurut arti bahasa diartikan sebagai menerima, yang diterima bisa berupa informasi, seni, pengalaman atau orang dikutip (dalam Mawit, 2011). Dalam penelitian ini resepsi berkaitan dan berpusat pada sebuah penerimaan tentang pemahaman sebuah tayangan yang di adopsi dari luar Indonesia yakni dengan memahami bagaimana sebuah tayangan dapat di terima dan di olah oleh audiens.

Teori reception mempunyai argumen bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara khalayak membaca media. Faktor konsektual termasuk elemen identitas khalayak, persepsi penonton atas film atau genre program televisi dan produksi bahkan termasuk latar belakang sosial, sejarah dan isu politik.

Singkatnya teori resepsi menempatkan penonton/ pembaca dalam konteks

12 berbagai macam faktor yang turut mempengaruhi bagaimana menonton atau membaca serta menciptakan makna dari teks.

Pemanfaatan teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak (Fiske, 1987).

Asumsi dasar teori resepsi ini adalah khalayak secara aktif memproduksi makna dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks-teks sesuai posisi-posisi sosial dan budaya mereka. Faktor pengalaman, pengetahuan dan motif yang melekat pada khalayak juga dapat menjadi pengaruh dalam penerimaan terhadap teks media.

Menurut Stuart Hall ada tiga bentuk pembacaan antara penulis teks dan pembaca serta bagaimana pesan itu dibaca antara keduanya (Durham, 2002:174-

175), yaitu :

1. Dominan Hegemonic Position

Yaitu pembacaan pesan yang lebih mendekati makna sebenarnya seperti yang ditawarkan oleh media. Pembaca dominan atas teks, secara hipotesis akan terjadi jika baik pembuat ataupun pembaca teks memiliki ideologi yang sama sehingga menyebabkan tidak adanya perbedaan pandangan antara pembuat maupun pembaca. Pada posisi ini tidak ada perlawanan dari pembaca karena mereka memaknai teks sesuai dengan yang ditawarkan pembuat.

13

2. Negotiated Position

Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan produsen tetapi mereka membuat adaptasi dan aturan sesuai dengan konteks dimana mereka berada.Pembacaan ini terjadi ketika ideologi pembacalah yang lebih berperan dalam menafsirkan dan menegosiasikan teks.

3. Oppositional Position

Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan oleh produsen, tetapi mereka menolak serta memaknai dengan cara sebaliknya. Pada posisi ini, ideologi pembaca berlawanan dengan pembuat teks. Pembaca oposisi umumnya ditandai dengan rasa ketidaksukaan dan ketidakcocokan terhadap teks yang dikonsumsi sehingga pembaca akan menggunakan system budaya dan kepercayaan umum.

Secara sederhana pemikiran Hall juga dapat diartikan bahwa, khalayak berada dalam posisi dominan ketika ia secara utuh berbagi dan menerima dan mengolah kembali pesan-pesan yang ia baca, pada posisi dominant, pesan yang dimaknai khalayak sesuai dengan hegemonic culture, maka khalayak secara utuh mengonstruksi pesan dari kelompok dominan. Namun jika khalayak mulai memiliki penolakan diantara penerimaannya atas pesan yang ia dapat dari media maka ia menjadi negotiated, dimana pada satu sisi ia meng’iya’kan hegemonic culture tapi juga mengembangkan pemikirannya sendiri. Tidak selalu khalayak akan patuh terhadap hegemonic culture, khalayak bisa saja menolak karena perbedaan pandangan maupun budaya yang ia miliki dengan pesan di media maka ia menjadi oppositional. (Durham, 2002:172).

14

1.6.3.1 Audiens dalam Reception Studies

Dalam kajian reception studies, audiens di asumsikan sebagai

individu-individu yang berada di dalam dan menjadi bagian dari budaya

massa. Mahasiswa merupakan audiens dari berbagai macam program

tayangan yang ada di televisi.Dalam hal ini tayangan yang diteliti adalah

program acara yang di adopsi dari luar Indonesia yaitu Rising Star

Indonesia.

Harold D. Laswell mengemukakan bahwa proses komunikasi terdiri dari who, says that, in which channel, to whom, with what effect (siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa). Teori ini menjelaskan bagaimana televisi sebagai media menyampaikan sebuah pesan (kaitannya dalam hal ini, sebuah program acara) dari sumber atau komunikator (tim-tim kreatif dalam perusahaan televisi) kepada komunikan (khalayak), dan memunculkan efek bagi penerimanya.

1.6.4 Perkembangan Reality Show di Indonesia

Tak bisa dipungkiri, dunia media televisi saat ini sedang mengalami perkembangan pesat. Mulai dari kreativitas isi tayangan, hingga ke perkembangan televisi sebagai industri media. Perkembangan pesat tersebut tidak bisa terlepas dari besarnya pengaruh televisi dalam kehidupan manusia modern.

Hal yang tidak bisa dibantah jika sebagian besar motif menonton televisi adalah untuk hiburan. Memang pada faktanya, hampir semua media massa

15 menjalankan fungsi hiburan. Terlebih televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Walaupun memang ada beberapa televisi yang lebih mengutamakan fungsi pemberitaan/informasi.

Salah satu bentuk hiburan di media televisi adalah reality show. Mari kita lihat tayangan televisi di Indonesia akhir-akhir ini. Setiap televisi berlomba-lomba menyajikan paket acara reality show. Walaupun terkadang kesan mengekor atau ikut-ikut terlihat jelas antar stasiun televisi.

Sesuai makna katanya, reality berartikenyataan, show berarti tontonan atau pertunjukan. Dengan demikian, reality show dapat dimaknai sebagai pertunjukan yang bersumber dari kenyataan. Tidak seperti berita yang menyajikan peristiwa berdasarkan nilai beritanya, reality show memilih adegan tertentu yang dianggap dapat memancing tanggapan tertentu dari pemirsa, berupa tawa, geram, dan takut.

Acara ini membidik tingkah laku orang-orang di lapangan yang asli ataupun yang sengaja didesain oleh pengatur acara (sumber : http://diazbonny.blogspot.com/2011/12/reality-show-sebuah-kajian-budaya.html). a. Program Acara Televisi

Televisi memiliki tanggung jawab untuk membuat program acara siaran yang berkualitas dan layak untuk di konsumsi khalayak.Beragam bentuk program acara ini disesuaikan dengan kebutuhan khalayaknya. Bentuk program acara yang umumnya disiarkan di televisi antara lain: hiburan, berita, pendidikan, kebudayaan, agama, olahraga, pelayanan masyarakat, dan informasi. Dengan

16 bentuk tayangan Film Televisi (FTV), reality show, talkshow, variety show, games show, pencarian bakat dan lain-lain.

Pada program produksi siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.Salah satunya Negara Amerika

Serikat.Stasiun televisi di Amerika tidak memproduksi sendiri programnya melainkan mereka hanya membeli atau memesan dari production company yang biasanya di Indonesia sendiri dikenal dengan production house.Stasiun televisi dapat memilih dengan sesuka hati program yang memiliki nilai jual tinggi kepada pemasang iklan yang tentunya program yang menarik.Dengan itu, perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya.

Pada dasarnya setiap hari stasiun televisi menyajikan berbagai macam jenis program acara yang jumlahnya sangat banyak. Program yang ditayangkan pada dasarnya bebas untuk ditayangkan selama program acara itu memiliki nilai tersendiri di mata audiens dan yang terpenting tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan perilaku yang berlaku. b. Reality Show

Acara reality show biasanya acara realita yang menggunakan tema seperti persaingan, problema hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup. Reality show adalah program televisi termuda yang banyak digemari dan sangat populer saat ini, tidak hanya di negara asalnya

Amerika, namun juga di Indonesia. Bukti kepopuleran program reality show di

Indonesia adalah meroketnya rating dan polling sms yang datang dari segala lapisan usia dalam membela idola mereka. Belum lagi program acara ini menjadi

17 produk wajib bagi semua stasiun televisi di Indonesia, semua berlomba-lomba untuk menayangkan program reality show sebagai produk stasiun tersebut.

Sedangkan menurut (widyaningrum dan christiastut, Agustus 2004) reality show adalah suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang, buka selebritis (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan tv, sehingga dapat dilihat masyarakat. Dimana tidak hanya sekedar mengekspose kehidupan orang, namun juga sebagai ajang kompetisi bahkan menjahili orang. c. Talent Show

Acara talent (talenta) atau acara pertunjukan bakat (dalam Mutiara Rizki,

2011) yang menampilkan atau mempertunjukkan keterampilan-keterampilan atau keahlian seseorang dalam bidang apapun.bakatmenyanyi, menari, akrobat, bertindak, drum, seni bela diri, memainkan alat musik, atau kegiatan lainuntuk menampilkanketerampilan.Contohnya Indonesian Idol yang salah satu kompetisi menyanyi dan Master Chef Indonesia kompetisi memasak. Contoh lainnya yaitu

Rising Star Indonesia yang menjadi objek penelitian yaitu merupakan salah satu kompetisi menyanyi yang di adaptasi dari Amerika. d. Ajang Pencarian Bakat

Ajang pencarian bakat adalah salah satu program yang disajikan untuk mencari orang-orang yang memiliki bakat terpendam dan ingin disalurkan, karena dari hal itu akan membuat seseorang merasa bangga dan memiliki kepercayaan terhadap diri yang baik.

18

Dewasa ini banyak sekali program tayangan pencarian bakat yang disajikan televisi diantaranya : Indonesia Mencari Bakat di Trans TV, Nez

Academy di NET TV, d’Terong, Mammamia, Akademi Fantasi Indosiar, The

Voice Indonesia dan d’academy di Indosiar, dan KDI di

MNCTV dan lain-lain. Program yang dibuat dengan objek pesertanya adalah seluruh masyarakat yang tersebar di Indonesia ini memang disajikan untuk mencari orang-orang yang memiliki bakat terpendam dan ingin disalurkan melalui media televisi.Bagi stasiun televisi sendiri ajang pencarian bakat juga bertujuan menarik perhatian penonton agar selalu menyaksikan program acara tersebut, dimana acara bergenre reality show marak ditonton oleh pemirsa televisi. e. Rising Star Indonesia

Rising Star Indonesia adalah acara realitas kompetisi menyanyi dan ajang pencarian bakat Indonesia yang mulai mengudara di stasiun TV RCTI pada tanggal 28 Agustus 2014.Acara ini diadaptasi dari kompetisi menyanyi Amerika

Serikat berjudul Rising Star, yang ditayangkan oleh ABC. Format program ini adalah dengan cara mengajak pemirsa untuk memilih kontestan melalui aplikasi telepon pintar.

Rising Star Indonesia mulai ditayangkan pada tanggal 28 Agustus 2014, setelah sebelumnya menggelar audisi di 5 kota besar di Indonesia. Siaran ulang

Rising Star Indonesia juga ditayangkan di kanal MNC Music sehari setelah penayangan di RCTI.

19

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini menggunakan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000: 3).

Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang.Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi studies yang bertujuan agar peneliti dapat mengetahui penerimaan mahasiswa tentang tayangan yang akan diteliti.

1.7.2 Tipe peneltian

Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan laporan yang berisi kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan.Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata dan gambaran. Hal ini disebabkan dengan adanya penerapan metode kualitatif (Moleong, 2003: 11)

Metode deskriptif ini digunakan peneliti untuk memberikan informasi dan penjelasan tentang bagaimana sebuah tayangan program seperti Rising Star mendapat tempat di hati pemirsanya dan dapat diterima di masyarakat.Sementara itu jika di lihat tayangan televisi di Indonesia sangat beragam namun tayangan adopsi dari luar negeri lebih banyak di tonton oleh masyarakat khususnya sebagai subjek penelitiannya yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas

20

Muhammadiyah .Sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan analisis resepsi.

1.7.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian untuk melakukan penelitian ini yakni terhitung mulai 10

April- 10 Mei 2015. Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang.

1.7.4 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah mahasiswa. Mahasiswa sebagai penonton yang menonton tayangan Rising Star Indonesia adalah mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang menonton acara

Rising Star Indonesia di tahun 2014 lebih dari 5x menonton dalam waktu tayang sejak 28 Agustus - 19 Desember 2014 dan mengetahui tentang sistem vote melalui aplikasi.

Dalam pencarian subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan tujuan riset.

(Kriyantono, 2009:156).

Dari data mahasiswa terdapat 321 mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan

2012 peneliti memilih 10 orang subjek dengan pengambilan kriteria masing- masing menonton 1x sampai dengan lebih dari 5x menonton acara Rising Star

Indonesia dan mengetahui sistem vote menggunakan aplikasi. Subjek bersedia diwawancarai sebagai informan.

21

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan pengumpulan data-data diperoleh dari hasil lapangan.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah : a. Wawancara

Metode dengan cara wawancara ini adalah alat pembuktian terhadap keterangan atau informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Wawancara dilakukan bertujuan untuk menggali informasi secara luas terhadap penelitian, dengan cara melakukan tanya jawab non formal dan secara langsung kepada subjek sebagai sumber (Haris, 2010).

1.7.6 Teknik Analisis Data

Setelah data di dapat selanjutnya dilakukan proses analisis data dari penelitian ini dengan tujuan agar data mentah yang didapat di lapangan mempunyai arti dan makna guna menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan teknik kualitatif. Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara.

Kemudian ditranskip berurutan agar tidak ada data yang terlewatkan.

Menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil metode yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan model analisis dari Miles and Huberman, yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Adapun tiga komponen analisis data yaitu :

22 a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan data sedemikian rupa sehingga ditarik kesimpulan sementara. b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis.

Penelitian membatasi suatu “penyajian” sebagai kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan. c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian. Dalam hal ini penelitian berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan.Kemuadian barulah ditarik kesimpulan yang bersifat gounded. Dengan kata lain, setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

1.8 Uji Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk membandingkan data itu (Moleong, 2003: 178)

23

Peneliti menguji setiap sumber informasi dari bukti-bukti temuan untuk mendukung sebuah tema. Dalam triangulasi sumber, peneliti akan menanyakan pertanyaan yang sama terhadap subjek penelitian yang berbeda, yaitu mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan karekteristik purposive sampling.

24