34 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Film Cek Toko Sebelah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

34 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Film Cek Toko Sebelah 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Film Cek Toko Sebelah Gambar 4.1 Poster Film “Cek Toko Sebelah” (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Cek_Toko_Sebelah) Film drama komedia “Cek Toko Sebelah” diproduksi oleh Starvision Plus yang dirilis pada 28 Desember 2016 dan berdurasi 98 menit. Film ini ditulis oleh Ernest Prakasa dan Jenny Jusuf dengan pengembangan cerita dari Meira Anastasia. Selain menjadi penulis naskah, Ernest juga menjadi sutradara dan berperan sebagai tokoh utama. Film “Cek Toko Sebelah” banyak diserbu penonton. Sampai dengan hari ke-21 penayangannya, film garapan Ernest Prakasa tersebut sudah menggaet sebanyak 2.101.170 penonton (Cumicumi.com, 2017). “Cek Toko Sebelah” berada di peringkat empat dan lima film terlaris dengan penjualan di atas dua juta tiket (Qubicle.id, 2017). Meski debut Ernest Prakasa sebagai sutradara masih terbilang baru, melalui film keduanya “Cek Toko Sebelah” telah mampu memborong 6 penghargaan di ajang Indonesian Box Office Movie Awards 2017. 6 penghargaan tersebut adalah Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, Poster Terbaik, Pendatang Baru Terbaik, Skenario Terbaik, Film Box Office Terbaik (Tribunstyle.com, 2017). 34 Universitas Kristen Petra Gambar 4.2 Pemain Film “Cek Toko Sebelah” (Sumber: http://solo.tribunnews.com/2016/12/31/pemain-film-komedi-cek-toko- sebelah-targetkan-25-juta-penonton) Beberapa tokoh yang terlibat dalam pembuatan film ini adalah Ernest Prakasa (penulis dan sutradara), Chand Parwez Servia dan Fiaz Servia (produser), Andhika Triyadi (penata musik), Dicky R. Maland (penata gambar) dan lain-lain. Selain itu, ada beberapa pemain yang diceritakan di dalam film ini, seperti Ernest Prakasa (Erwin), Dion Wiyoko (Yohan), Chew Kinwah (Koh Afuk), Adinia Wirasti (Ayu), Gisella Anastasia (Natalie); dan ada beberapa tokoh tambahan lainnya seperti Asri welas (ibu sonya) menjadi atasan Erwin, Dodit Mulyanto (Kuncoro) sebagai pegawai Koh Afuk, Kaesang Pangarep (Tukang Taksi) dan lain-lain. 4.1.1. Sinopsis Film “Cek Toko Sebelah” Film ini menceritakan hidup sebuah keluarga etnis Tionghoa yang terdiri dari sang ayah yang akrab disapa Koh Afuk (Chew Kin Wah) dan kedua putranya: sang kakak Yohan (Dion Wiyoko) dan sang adik Erwin (Ernest Prakasa). Koh Afuk adalah seorang pemilik toko kelontong yang laris manis. Kedua anaknya memiliki kehidupan yang bertolak belakang. Sang kakak adalah seorang fotografer serabutan yang memiliki masa lalu kelam setelah ditinggal wafat ibu mereka. Beruntung ia hidup bersama istrinya (Adinia Wirasti) yang setia mendampinginya. Sedangkan sang adik mempunyai hidup yang lebih sempurna. Kuliah di luar negeri hingga kini mempunyai pekerjaan yang sangat mapan. Apalagi ditambah memiliki kekasih cantik (Gisella Anastasia) yang juga datang dari kelas atas. 35 Universitas Kristen Petra Suatu hari Koh Afuk terserang penyakit dan sadar bahwa ia tak bisa selamanya mengurus toko kelontongnya. Ia lalu meminta Erwin untuk mengurus toko, padahal sang adik itu sedang menghadapi tawaran masa depan yang lebih cerah dari kantornya. Yohan jelas tak terima ayahnya lebih memilih adiknya daripada dia. Padahal sebagai anak sulung, Yohan merasa lebih berhak terhadap toko tersebut. Koh Afuk memang memiliki hubungan tak akur dengan Yohan karena masa lalu putra sulungnya tersebut yang penuh masalah, sehingga kepercayaannya tak datang ke anaknya itu. Padahal Yohan memiliki niat yang tulus untuk meneruskan toko kelontong milik keluarganya tersebut. Sedangkan Erwin sendiri mengalami dilema sebenarnya lebih memilih meneruskan kariernya yang cerah. 4.1.2. Profil Sutradara Film “Cek Toko Sebelah” Gambar 4.3 Ernest Prakasa (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Prakasa) Ernest Prakasa lahir di Jakarta, 29 Januari 1982 berumur 36 tahun adalah seorang pelawak tunggal berkebangsaan Indonesia. Pria berketurunan Tionghoa ini mulai dikenal sejak meraih peringkat ketiga dalam acara Stand-Up Comedy Indonesia (SUCI) pada 2011, dimana ia menjadikan pengalamannya didiskriminasi sebagai keturunan Cina di Indonesia sebagai materi komedi tunggal. Dari panggung stand-up comedy, Ernest merambah industri film. Mengawali kiprahnya sebagai 36 Universitas Kristen Petra aktor, kini ia lebih dikenal sebagai penulis dan sutradara, setelah menghasilkan tiga film yakni Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), dan Susah Sinyal (2017). Sebelum terjun ke dunia lawak, Ernest telah menyambi sebagai penyiar radio ketika berkuliah di jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Ernest memulai karier profesionalnya di industri musik, yakni dengan bergabung bersama Universal Music lalu Sony Music dan berlanjut di dr.m Digital. Nyaris enam tahun berkutat di industri musik, Ernest mendaftarkan diri ke program Kompas TV, yakni Stand-Up Comedy Indonesia. Ia berhasil lolos audisi dan terpilih menjadi satu dari 13 finalis dari seluruh Indonesia, dan meraih peringkat ketiga dalam kompetisi tersebut. Ernest akhirnya memutuskan menekuni profesi pelawak tunggal secara penuh. Bersama Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, Isman H. Suryaman dan Ryan Adriandhy, Ernest mendirikan Stand-Up Indo, sebuah komunitas pelawak tunggal pertama di Indonesia, yang hingga kini telah memiliki sub-komunitas di puluhan provinsi, dan dianggap sebagai salah satu perintis budaya komedi tunggal di Indonesia. Ernest pun diangkat sebagai Ketua pertama dari Stand-Up Indo hingga Juni 2013. Setelah terlibat di beberapa film sebagai aktor, di bulan Desember 2015 Ernest melakukan debutnya sebagai penulis dan sutradara di film Ngenest, yang berhasil meraih hampir 800,000 penonton dan mendapatkan satu nominasi Piala Citra untuk kategori Skenario Adaptasi Terbaik. Ngenest juga berhasil menggondol dua penghargaan Piala Maya (Skenario Adaptasi Terpilih & Sutradara Muda Berbakat), satu penghargaan Festival Film Bandung (Skenario Terpuji), dan tiga penghargaan di Indonesia Box Office Movie Awards, termasuk diantaranya untuk kategori Skenario Terbaik. Desember 2016, Ernest merilis film keduanya sebagai penulis-sutradara, yakni Cek Toko Sebelah. Film ini meraih lebih dari 2,6 juta penonton, serta menyabet banyak perhargaan diantaranya untuk kategori Film Terbaik di Indonesia Box Office Movie Awards, Festival Film Bandung, dan Indonesia Movie Actors Awards; serta kategori Skenario Asli Terbaik di Festival Film Indonesia, Piala Maya, Festival Film Bandung, dan Indonesia Box Office Movie Awards. Film ini juga mengantarkan Ernest ke penghargaan internasional pertamanya, yakni Best Director di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017. 37 Universitas Kristen Petra 4.1.3. Profil Pemeran Film “Cek Toko Sebelah” 4.1.3.1. Dion Wiyoko sebagai Yohan Gambar 4.4 Dion Wiyoko (Sumber: https://www.bintang.com/celeb/read/2833179/alasan-dion-wiyoko- terima-main-film-the-last-barongsai) Lahir di Surabaya, 3 Mei 1984 berumur 34 tahun adalah aktor berkebangsaan Indonesia. Pria keturunan Tionghoa ini memulai kariernya sebagai model di beberapa majalah. Seperti Aneka Yess, Femina, dan masih banyak lagi. Yang dilanjutkan dengan aktingnya melalui beberapa FTV dan sinetron. Film pertamanya adalah Kuntilanak Beranak yang dirilis tahun 2009 yang kemudian disusul film berikutnya Serigala Terakhir di mana ia berperan sebagai Lukman masih pada tahun yang sama. Kemudian pada tahun 2011 ia turut serta dalm film Khalifah di mana ia beradu akting dengan Marsha Timothy, Ben Joshua, dan Indra Herlambang. Dion pun telah menjadi model video klip di sejumlah. Sebut saja lagu “Galih dan Ratna” yang dinyanyikan grup musik D'Cinnamons hingga lagu “Ya ya ya” yang dibawakan oleh GIGI. Pria ini adalah putra dari pasangan Faisal Hidayatullah dan Ritawati Alihamzah. Dion mengawali kariernya sebagai model di beberapa majalah seperti Aneka Yess, Femina, Kawanku, dan Cosmo Girl. Selain menjadi model, Dion juga menjajal kemampuan aktingnya dengan membintangi sinetron dan FTV. Saat usianya 25 tahun, Dion memulai debutnya di layar lebar dengan membintangi film horor Kuntilanak Beranak bersama Garneta Haruni dan Monique 38 Universitas Kristen Petra Henry. Namun, namanya semakin melambung setelah memerankan tokoh Lukman di film Serigala Terakhir. Selang dua tahun, pria bedarah Tionghoa ini tampil di film Khalifah. Dalam film arahan sutradara Nurman Hakim ini, Dion beradu akting bersama Marsha Timothy, Ben Joshua, dan Indra Herlambang. Tahun 2012, menjadi tahun keemasan Dion. Ia berakting untuk 7 film sekaligus di tahun tersebut salah satunya yaitu Perahu Kertas part 1 dan 2 yang diadaptasi dari novel karangan Dewi Lestari. Sedangkan beberapa film lainnya yaitu Hattrick, Cinta di Saku Celana, dan Loe Gue End. Selain sibuk sebagai aktor, Dion juga menjadi model video klip. Beberapa di antaranya yaitu Galih dan Ratna karya D’Cinnamons, Ya Ya Ya yang dibawakan oleh GIGI, dan Ku Ingin Selamanya ciptaan band Ungu. Tentang kehidupan pribadinya, pemeran Winter in Tokyo ini menikahi kekasihnya Fiona Anthony pada 1 September 2017 lalu. Pemberkatan pernikahan mereka diselenggarakan di Gereja Santo Fransiskus Xaverius, Denpasar, Bali. Di tahun 2018, Dion bermain film The Gift yang disutradari oleh Hanung Bramantyo. Di film ini, Dion beradu akting dengan aktor kondang Reza Rahadian, Ayushita, Christine Hakim dan aktris cilik Romaria Simbolon. Film The Gift mengisahkan tentang perjalanan novelis Tiana (Ayushita) yang hijrah ke Yogyakarta demi mendapatkan ide untuk menulis novel terbarunya. Ia menginap di paviliun milik Harun (Reza Rahadian), laki-laki tunanetra yang lebih sering menutup dirinya. Di film tersebut, Dion berperan sebagai Arie, seorang dokter yang tumbuh bersama Tiana sejak masih di
Recommended publications
  • KANG-THESIS.Pdf (614.4Kb)
    Copyright by Jennifer Minsoo Kang 2012 The Thesis Committee for Jennifer Minsoo Kang Certifies that this is the approved version of the following thesis: From Illegal Copying to Licensed Formats: An Overview of Imported Format Flows into Korea 1999-2011 APPROVED BY SUPERVISING COMMITTEE: Supervisor: Joseph D. Straubhaar Karin G. Wilkins From Illegal Copying to Licensed Formats: An Overview of Imported Format Flows into Korea 1999-2011 by Jennifer Minsoo Kang, B.A.; M.A. Thesis Presented to the Faculty of the Graduate School of The University of Texas at Austin in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Arts The University of Texas at Austin May 2012 Dedication To my family; my parents, sister and brother Abstract From Illegal Copying to Licensed Formats: An Overview of Imported Format Flows into Korea 1999-2011 Jennifer Minsoo Kang, M.A. The University of Texas at Austin, 2012 Supervisor: Joseph D. Straubhaar The format program trade has grown rapidly in the past decade and has become an important part of the global television market. This study aimed to give an understanding of this phenomenon by examining how global formats enter and become incorporated into the national media market through a case study analysis on the Korean format market. Analyses were done to see how the historical background influenced the imported format flows, how the format flows changed after the media liberalization period, and how the format uses changed from illegal copying to partial formats to whole licensed formats. Overall, the results of this study suggest that the global format program flows are different from the whole ‘canned’ program flows because of the adaptation processes, which is a form of hybridity, the formats go through.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Memiliki Fungsi Dan Disfungsi Tersendiri Bagi Khalayaknya. Khalayak Secara Sadar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi khalayaknya. Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Istilah “media massa” memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dalam masyarakat dalam skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan internet (Morissan, 2013:479). Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007). Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi pola pikir manusia karena televisi merupakan sebuah media yang sudah tidak asing lagi. Hampir disetiap rumah ada televisi. Sehingga televisi sebagai media komunikasi memiliki kemampuan untuk mengakses publik hingga ke ruang pribadi. Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola 1 pikir, dan tindak individu. Televisi adalah media audio visual yaitu sebuah media yang tidak hanya bisa didengar saja tetapi juga bisa dilihat gambarnya. Pesatnya perkembangan televisi di Indonesia membuat banyaknya stasiun televisi yang menyuguhkan acara-acara menghibur di kala santai. Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi banyak yang menyajikan tayangan talkshow, magazine show dan acara reality show yang disajikan dengan beragam tema dan tampilan.
    [Show full text]
  • Thesis Introduction
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by espace@Curtin School of Media, Culture and Creative Arts Faculty of Humanities The Representation of Children in Garin Nugroho’s Films I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa This thesis is presented for the Degree of Master of Creative Arts of Curtin University of Technology November 2008 1 Abstract The image of the child has always been used for ideological purposes in national cinemas around the world. For instance, in Iranian cinema representations of children are often utilized to minimise the political risk involved in making radical statements, while in Brazilian and Italian cinemas children‟s portrayal has disputed the idealized concept of childhood‟s innocence. In Indonesian cinema, internationally acclaimed director Garin Nugroho is the only filmmaker who has presented children as the main focus of narratives that are oppositional to mainstream and state-sponsored ideologies. Yet, even though his films have been critically identified as key, breakthrough works in Indonesian cinema, no research so far has specifically focused on the representation of children in his films. Consequently, because Garin Nugroho has consistently placed child characters in central roles in his films, the discussion in this thesis focuses on the ideological and discursive implications of his cinematic depiction of children. With the central question regarding the construction of children‟s identities in Garin‟s films, the thesis analyzes in detail four of these films, dedicating an entire chapter to each one of them, and with the last one being specifically addressed in cinematic essay form.
    [Show full text]
  • Journal Template
    GSJ: Volume 7, Issue 10, October 2019 ISSN 2320-9186 1240 GSJ: Volume 7, Issue 10, October 2019, Online: ISSN 2320-9186 www.globalscientificjournal.com THE COMPARISON OF INDIGENOUS AND NON-INDIGENOUS MSMES TOWARD MARKETING STRATEGY (CASE OF SMES SOUVENIRS FOR MINANG AUTHENTIC FOOD IN PADANG CITY) Albert Agiza Agustian S.E M.M1, Retno Melani Putri S.E M.M2, Dr. Yulia Hendri Yeni S.E M.T Ak3 1) Student of Andalas University, Faculty of Economi, Padang Indonesia 2) Student of Andalas University, Faculty of Economi, Padang Indonesia 3) Lecturer of Andalas University, Faculty of Economi, Padang Indonesia Email : [email protected] KeyWords : Indigenous, Marketing, Marketing Strategy, MSMEs, Positioning, Segmentation, Targeting ABSTRACT Many MSMEs souvenirs of West Sumatra specialty food that have sprung up in West Sumatra make not all businesses run well because of business competition, where there are differences between MSMEs both in terms of quality and quantity. MSMEs food souvenirs in West Sumatra, especially in the city of Padang are usually dominated by non-native people who are non-native people of Padang who have long lived in the city of Padang. Therefore in this study, we want to find out how marketing is compared to native and non-native MSMEs in the city of Padang. Are there differences in activities and marketing strategies in native and non-indigenous MSMEs. In collecting data the method used by interviewing informants directly. The type of interview used in this study is a semi-structured interview which means the researcher already has a guideline regarding what information will be collected.
    [Show full text]
  • 9. Romi Syahril
    YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 5 Nomor 2 Edisi Mei 2020 (109-121) PENGARUH TERPAAN PROGRAM INDONESIAN IDOL (RCTI) TERHADAP MINAT MASYARAKAT MENJADI ARTIS (SURVEY PESERTA AUDISI DI JAKARTA) -------------------------------------------------------------------------------------------------- Romi Syahril, Azhar Hutomo, Priatna Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bahasa Universita Bina Sarana Informatika (UBSI) Jakarta (Naskah diterima: 1 Maret 2020, disetujui: 25 April 2020) Abstract The phenomenon of the new artist's life especially from the world Pull sound (Singing) which is widely preached media, giving influence of its own interest for the audience. Indonesian Idol (RCTI) is a talent search program in the field of drag votes that provide inspiration for the growing interest to become a singer artist especially among teenagers. The purpose of the study is to determine the influence of media exposure to public interest following the Idol Indonesia talent search event. This study uses SOR theory to describe the exposure of the media to public interest following the Idol Indonesian talent search event. This study was conducted in a survey among participants of audition Jakarta the number of respondents 100 people. The results showed that media exposure positively affect the interest of the community following the Idol Indonesian talent search event by 30.2%. So if media exposure is increased then the interest of the community following the Idol Indonesian talent search event also increased. Keyword: Media Exposure, Interests, Indonesian Idol. Abstrak Fenomena kehidupan artis baru khususnya dari dunia tarik suara (Menyanyi) yang banyak diberitakan media, memberikan pengaruh minat tersendiri bagi penontonnya, terutama Indonesian Idol (RCTI) merupakan sebuah program acara pencarian bakat dibidang tarik suara yang banyak memberikan inspirasi bagi tumbuhnya minat untuk menjadi artis penyanyi khususnya dikalangan remaja.
    [Show full text]
  • Code Switching in Indonesian Idol 2012 Program: a Case Study of the Judges’ Comments and the Viewers’ Attitudes
    Passage2013, 1(2), 99-108 Code Switching in Indonesian Idol 2012 Program: A Case Study of the Judges’ Comments and the Viewers’ Attitudes Andita Pribana Dewi* E-mail: [email protected] / Mobile Phone: 085723652213 * Andita graduated in February 2013 from Linguistics Major at English Language and Literature Study Program, Indonesia University of Education, Bandung ABSTRACT The study entitled “Code Switching in Indonesian Idol 2012 Program: A Case Study of the Judges’ Comments and the Viewers’ Attitudes” aims to investigate the types and functions of code switching and the viewers’ attitude to the use of code switching. Transcripts of 23 videos and interviews of 10 viewers of University students were used as data. Some main theories were used to analyse the data, namely Poplack (1980), Koziol (2000), and Garrett (2010). Based on the results of analysis, this study shows that all types of code switching were found in Indonesian Idol 2012 program judges’ comments namely intrasentential switching, intersentential switching, and tag switching. Ten functions were identified such as emphasis, untranslatability, mitigating message, reiteration, clarification, aggravating message, quotation, personalization, designation, and interjection. In addition, the results also reveal that the viewers mostly show their positive attitudes as they take code switching phenomena as the media for learning a language. Keyword: Code Switching, Types of Code Switching, Functions of Code Switching, Attitudes 99 Andita Pribana Dewi Code Switching in Indonesian Idol 2012 Program: A Case Study of the Judges’ Comments and the Viewers Attitudes INTRODUCTION occur in the mass media such as Television, Radio, and Newspapers. In the era of globalization, people are In Television, for example, code required to be able to speak more switching occurred including those than one language.
    [Show full text]
  • 1 Eksistensi Pritta Kartika Sebagai Penyanyi Dan
    EKSISTENSI PRITTA KARTIKA SEBAGAI PENYANYI DAN PELATIH VOKAL DI SURABAYA Amadea Pratamania Program Studi S1 Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya [email protected] Budi Dharmawanputra, S.Pd., M.Pd. Program Studi S1 Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya [email protected] ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang eksistensi Pritta Kartika sebagai penyanyi dan pelatih vokal di Surabaya. Pritta Kartika merupakan seorang penyanyi asal Surabaya yang namanya semakin terkenal berkat The Voice Indonesia yang pernah ia ikuti pada tahun 2013. Selain sebagai penyanyi, ia juga merupakan seorang pelatih vokal. Karirnya sebagai pelatih vokal berjalan sejak ia menjadi asisten pelatih paduan suara. Hingga hari ini Pritta mendirikan kursus vokal bernama Pritta Kartika Vocal Class dan beberapa muridnya mengikuti jejaknya di The Voice Indonesia dan pencarian bakat lainnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana eksistensi Pritta Kartika sebagai penyanyi di Surabaya, 2) Bagimana eksistensi Pritta Kartika sebagai pelatih vokal di Surabaya. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Objek eksistensi dan upaya yang dilakukan untuk menunjang eksistensi Pritta Kartika sebagai penyanyi dan pelatih vokal di Surabaya hingga tetap ada sampai saat ini. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dengan Pritta Kartika dan dokumentasi yang didapat dari Pritta Kartika, managernya, dan peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pritta Kartika merupakan penyanyi Surabaya yang eksis dalam karir beryanyinya. Hal ini dibuktikan dengan seringnya ia berpartisipasi mengikuti kompetisi bernyanyi sejak ia masih usia dini. Terlebih ketika ia mengikuti The Voice Indonesia pada tahun 2013. Meskipun di tengah pandemi covid-19, kegiatannya bernyanyi tetap terlaksana, 2) Pritta Katika menunjukkan eksistensinya sebagai pelatih vokal sejak ia bergabung dalam paduan suara untuk festival di Osaka, Jepang.
    [Show full text]
  • Konvergensi Media Industri Televisi Indonesia Pada Program Acara Indonesian Idol X
    Jurnal Dialektika Komunika | Vol 8 No 1 2020 | I-SSN:2338-4751 E-SSN: 2716-4012 1-11 Konvergensi Media Industri Televisi Indonesia Pada Program Acara Indonesian Idol X Miftahul Adib, Togi Prima Hasiholan, Meylda Adheista, Muhammad Iqbal Email: [email protected] Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur ABSTRAK Indonesia saat ini sedang menikmati perkembangan teknologi komunikasi yang semakin cepat. Internet yang identik dengan teknologi komunikasi, di Indonesia sendiri penggunaanya sangatlah masif dan hal ini berefek pada perubahan budaya dalam bermedia. Industri Televisi mengalami dampak ini, dan tentunya akan sangat riskan bila tidak melakukan konvergensi media dalam perjalanan bisnis ini di era digital.RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia mengaplikasikan Konvergensi Media dalam menjaga eksistensi di dunia Industri televisi tannah air.Program acara Indonesian Idol X yang menjadi program acara unggulan RCTI setiap penayanganya menjadi salah satu program acara yang diterapkan konvergensi media pada proses produksi, distribusi konten, hingga promosi program sehingga pemirsa mampu menikmati tayangan Indonesian Idol X dengan fleksibel. Kata Kunci : konvergensi,industri televisi, RCTI, Indonesian Idol X, program acara ABSTRACT Indonesia is currently enjoying the increasingly rapid development of communication technology. The internet is synonymous with communication technology, in Indonesia itself its use is massive and this has an effect on cultural changes in media. The television industry is experiencing this impact, and certainly it will be very risky if it does not do media convergence in this business journey in the digital era. RCTI as the first private television station in Indonesia applies Media Convergence in maintaining its existence in the world. which became the flagship program of RCTI, every broadcast became one of the programs that implemented media convergence in the production process, content distribution, and program promotion so that viewers were able to enjoy Indonesian Idol X shows flexibly.
    [Show full text]
  • Bab Ii Deskripsi Komunitas Rumah Kartini Dan Sinopsis Film Kartini
    BAB II DESKRIPSI KOMUNITAS RUMAH KARTINI DAN SINOPSIS FILM KARTINI A. Komunitas Rumah Kartini 1. Latar Belakang dan Sejarah Rumah Kartini adalah komunitas yang didirikan sejak 21 April 2008, Rumah Kartini didirikan dari latar belakang pendidikan yang mempunyai pemikiran dan semangat untuk ikut berkonstribusi mengumpulkan, mempelajari data-data sejarah yang berhubungan dengan seni, budaya dan pusaka juga berkeseniaan. Melalui pendekatan yang dikemas dalam kegiatan yang unik inilah, Rumah Kartini bisa diterima diberbagai kalangan, khususnya anak muda dan masyarakat umum. Banyak sekali cerita dan pengalaman Rumah Kartini dalam melakukan kegiatan, mulai dari riset, mengumpulkan data data sejarah kartini dan Japara lebih luasnya juga mengemas seni dan budaya secara konseptual. Selain itu Komunitas Rumah Kartini mempunyai sosial yang mempelajari dan mengumpulkan data-data sejarah Jepara untuk edukasi semua masyarakat. Selain pengarsiapan data sejarah Jepara, komunitas Rumah Kartini pun berkaya untuk Jepara. Dimana saat beberapa kawan– kawan mengobrol tentang hiruk pikuk kesenian dan sosial di Jepara. 33 Sampai saat ini Rumah kartini sudah mengumpulkan ± 300 arsip, asli maupun salinan digital (resolusi tinggi) dan karya reproduksi yang berhubungan dengan Kartini dan Japara. Data-data ini kami dapatkan dari hasil proses riset Rumah Kartini, hibah dari lembaga peneliti Belanda, dari keluarga besar Kartini dan dan masyarakat. Komunitas Rumah Kartini terbentuk di mulai dengan kegiatan mural yang mengenalkan tokoh Pahlawan wanita Jepara yaitu Raden Ajeng Kartini dan kritikan tentang tidak adanya Musium ukir di Jepara (yang konon terkenal dengan ukiranya) kegiatan–kegiatan Rumah Kartini pun berjalan seperti seminar sosial pameran sejarah dan lain sebagainya. Rumah Kartini mengawali mengkumpulkan data tentang R.A Kartin, salah satu pahlawan nasional Indonesia yang saat itu masyarakat Jepara sangat minim mengetahui tentang sejarah Kartini.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Di Sumatera Barat Didominasi Oleh Pertanian Dan Perindustrian Rakyat Y
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Sumatera Barat didominasi oleh pertanian dan perindustrian rakyat yang kecil-kecil.1 Daerah yang dilalui garis khatulistiwa ini mempunyai sumberdaya alam dari berbagai macam sektor diantaranya perkebunan, pertambangan, perikanan, pertanian dan pariwisata. Bidang pertanian merupakan suatu potensi yang hasilnya dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku utama bagi bidang industri, atau seringkali disebut juga dengan istilah agroindusrti yaitu industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian.2 Pertanian yang kuat akan mendukung terciptanya industri dengan baik. Sektor pertanian berperan sebagai penyedian bahan pangan. Pertanian yang baik akan menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan proses industrialisasi. Salah satu contoh produk pertanian yang berguna sebagai bahan baku untuk kegiatan industri adalah ubi kayu. Ubi kayu dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam olahan makanan, salah satunya adalah kerupuk sanjai. Salah satu daerah sentra produksi ubi kayu di Sumatera Barat adalah Kabupaten Agam. Pada tahun 2007 produksi ubi kayu di Kabupaten Agam menduduki peringkat keempat setelah Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten 1Abrar Yusra, “Azwar Anas Teladan dari Ranah Minang”, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2001, hal. 221 2 Soekartawi, Pengantar Agroindustri, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 10 1 Tanah Datar dan Kabupaten Dharmasraya.3 Walaupun Agam bukan sentra produksi ubi kayu yang utama di Sumatera Barat, tapi daerah ini terkenal sebagai daerah pengolah ubi kayu terbesar di Sumatera Barat yang dikenal dengan industri kerupuk sanjai. Salah satu sentra ubi kayu di Kabupaten Agam adalah Kecamatan Tilatang Kamang dengan sentra produksinya terutama di Nagari Gadut yang pada tahun 2007 produksinya mencapai 1.262 ton.
    [Show full text]
  • Facts & Figures
    As of November 2020 UNESCO AND THE REPUBLIC OF INDONESIA: KEY FACTS AND FIGURES I. COUNTRY PROFILE Political system The country is a presidential republic Chief of state: H.E. Mr Joko Widodo (since 20 October 2014); note – the president is both chief of state and head of government Minister of Foreign affairs: H.E Ms Retno Lestari Priansari Marsudi (since 2014) Statistical figures (source: UNDP Human Development Report 2018) Total population (million) 267.7 Human Development Index: 0.707/111 e rank Life expectancy at birth (years) : 71.5 Gross national income (GNI) per capita (2011 PPP$): 11,256 Internet users (% of population): 39.8 Carbon dioxide emissions per capita (tones): 1.7 Education (source: UNESCO Institute for Statistics) Expected years of schooling (years): 12.9 Compulsory education (years): 9 years (from age 7 to age 15) Net enrolment ratio in primary education (%): 93.5 Net enrolment ratio in secondary education (%) 78.7 Literacy rate among 15-24 year (%): 99.7 Government expenditure on education (% of GDP): 3.58 Government expenditure on education of total budget 20.5 II. THE REPUBLIC OF INDONESIA/UNESCO COOPERATION 1. Membership in UNESCO: since 27 May 1950 2. Membership of the Executive Board: member (term 2017-2021) 3. Membership on Intergovernmental Committees, Commissions, etc.: International Coordinating Council of the Programme on Man and the Biosphere Member (Term expires : 42nd General Conference) Intergovernmental Council of the "Management of Social Transformations" Programme Member (Term expires : 41st General Conference) Headquarters Committee Member (Term expires : 42nd General Conference) Intergovernmental Oceanographic Commission Member Intergovernmental Committee on World Heritage (WHC) Member (Term expires :44th session of the Committee 2020) 4.
    [Show full text]
  • Analisis Perkembangan Film Komedi Indonesia
    Journal of Communication (Nyimak) Vol. 1, No. 2, September 2017, pp. 189-195 P-ISSN 2580-3808, E-ISSN 2580-3832 Analisis Perkembangan Film Komedi Indonesia Rizky Hafiz Chaniago Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia Email: [email protected] ABSTRAK Dalam sejarah perfilman Indonesia, film komedi mulai muncul pada dasawarsa 1950-an, bersamaan dengan diproduksinya film nasional pertama yang disutradarai Nya’ Abbas Akup. Film komedi Indonesia paling banyak diproduksi pada 1980-an dan sebagian besar dibintangi oleh grup yang menamai dirinya Warkop DKI. Dalam perkembangannya, film komedi di era 2000-an terbagi menjadi beberapa genre. Tulisan ini memaparkan sejarah perkembangan film komedi di Indonesia dalam tiga periode: era klasik (1960- 1970), era pertengahan (1980-1990) dan era milenium (2000-hingga kini). Kata Kunci: Perfilman Indonesia, komedi, sejarah film komedi Indonesia ABSTRACT In the history of Indonesian cinema, comedy films began appearing in the 1950s, along with the production of the first national film directed by Nya’ Abbas Akup. Indonesian comedy films were mostly produced in the 1980s and mostly starred by a group calling itself Warkop DKI. In its development, comedy films in the 2000s were divided into several genres. This paper describes the history of the development of comedy films in Indonesia in three periods: classical era (1960-1970), middle era (1980-1990) and millennium era (2000-up to present). Keywords: Indonesian movie, comedy, history of Indonesian comedy PENDAHULUAN Setelah beberapa kali mengalami fase jatuh-bangun, dunia perfilman komedi Indonesia kembali menemukan momentum kebangkitannya pada tahun 2000-an melalui film komedi bernuansa remaja. Beberapa film komedi yang menuai sukses tersebut antara lain Janji Joni, Get Married, 5 Sehat 4 Semputna, Tarix Jabrix dan lain-lain.
    [Show full text]